Haiii! ^^

Enjoy!

Sorry for typo-


"AWASSSS!"

"Kyyaaa!"

BUGH!

"LUHAN!"

Sebuh bola melayang dan tepat menghantam kepala belakang Luhan. Mengingat berat badan Luhan yang hanya 45 kg, hal itu cukup membuatnya limbung ke depan dan menabrak Sehun yang tepat di hadapannya. Beruntung Sehun menahan Luhan agar tak terjatuh.

"Sial!" umpat Luhan.

"Oh, kalau begitu keberuntunganmu aku batalkan…" ucap Sehun pelan lalu melepaskan tangannya dan mundur selangkah membuat Luhan benar-benar jatuh seperti berlutut padanya.

Sontak kejadian itu membuat teman-teman mereka sekaligus para siswa yang ada di aula menunjukkan beberapa reaksi. Ada yang terkejut, ada yang meringis, dan bahkan ada yang tertawa.

"Luhan! Kau baik-baik saja?" Joonmyun langsung membantu Luhan berdiri.

Luhan yang masih menunduk hanya mengangguk. Ia benar-benar kesal sekaligus malu sekarang. Rasa ngilu di lututnya tertutup sempurna dengan rasa murkanya.

"Sorry… kau sendiri yang mengatakan bahwa kau sial. Hati-hati dengan ucapanmu, Nona." Ucap Sehun sambil menyeringai lalu pergi begitu saja meninggalkan teman-temannya.

Luhan mengepalkan tangannya. Matanya melirik bola basket yang baru saja membuatnya malu setengah mati. Dengan cepat Luhan mengambil bola basket itu dan melemparkannya dengan kuat ke kepala Sehun.

Baekhyun yang terkejut langsung menarik Luhan dan menenangkannya. "Luhan… sudah."

Sehun memegangi kepalanya yang nyeri lalu berbalik. Ia menatap tajam pada Luhan yang begitu emosi. "KAU–"

Jongin segera merangkul Sehun dan menahannya, "Sehun-ah, Sehun-ah, sudah…" ia menatap pada Luhan lalu tersenyum tidak enak, "Luhan maafkan Sehun. Aku akan menceramahinya." Ucap Jongin sambil menarik Sehun menjauh.

"Ya! Lepaskan aku!" Sehun berontak, tapi Jongin tetap menarik Sehun hingga ke barisan kelas mereka.

"Luhan? Kau baik-baik saja?" tanya Joonmyun khawatir karena sedaritadi ia memerhatikan wajah Luhan yang berubah pucat. Luhan hanya mengangguk dan saat itu juga membuat tubuhnya ambruk.

"LUHANN!" pekik Baekhyun. Joonmyun dengan cepat mengangkat Luhan dan membawanya ke ruang kesehatan.

Sehun yang sudah lepas dari cekikkan temannya lantas menoleh ke sumber teriakan. Ia melihat perempuan bernama Luhan itu pingsan dan dibawa pergi.

"Astaga, Luhan…" ucap Jongin yang ternyata juga melihatnya. "…ini semua karenamu, bodoh!" hardik Jongin.

Sehun hanya mengedikkan kedua bahunya cuek, "kenapa jadi aku?"

.

.

High School Romance

Chapter 2

.

.

Tiga hari berlalu sejak keributan Luhan dan Sehun di aula. Pagi ini merupakan saat tersibuk di EsM High School. Hari ini akan ada pertunjukan dari masing-masing kelas khusus, sekaligus memperkenalkan diri pada murid baru. Murid kelas 2 dan kelas 3 diberi kesempatan untuk menunjukkan keterampilan mereka di depan murid baru. Maka dari itu, sejak tadi para muridnya sibuk mempersiapkan berbagai keperluan untuk pertunjukkan mereka. Dari kelas khusus musik misalnya, mereka sibuk memindahkan alat-alat musik ke aula utama, kostum yang baru saja datang juga membuat mereka buru-buru memakai pakaian mereka.

Seorang murid perempuan yang menjadi penanggungjawab kostum yaitu Kyungsoo terlihat sedang kebingungan mencari satu orang yang belum mendapat kostum. Masalahnya, ia mendapati satu kostum yang tersisa. Dilihat dari logonya, sepertinya dari grup piano. Kyungsoo tersenyum saat melihat satu orang yang belum mengenakan seragam. Ia menghampirinya.

"Maaf, ini kostummu. Hanya kau yang belum memakainya." Ucap Kyungsoo sambil menyerahkan kaus berwarna putih tersebut.

Yang diberi hanya menatap benda putih tersebut dengan datar, "tidak perlu." Penolakannya membuat Kyungsoo terkejut.

"Kau tidak naik ke panggung?" tanya Kyungsoo. Padahal seharusnya seluruh siswa kelas 2 khusus musik akan tampil.

"Kyungsoo-ya, tidak perlu berurusan dengannya." Tiba-tiba senior mereka datang, ia adalah Park Sooyoung, ketua kelas khusus musik. Spesialisnya adalah piano. Sooyoung mengambil kaus tersebut dari tangan Kyungsoo dan memberikannya pada si penolak.

"Luhan, kau sudah banyak membuat masalah di kelas khusus ini. Aku tidak peduli kau tidak tampil, tapi jangan membuat repot karena harus memaksamu memakai kostum ini. Pikirkan saja apa yang terjadi jika murid dari kelas khusus musik tidak memakai kostumnya." Ucap Sooyoung tegas dan dingin. Sebenarnya ia adalah senior yang baik, tapi sepertinya Luhan sudah membuat Sooyoung tidak menyukainya.

Sooyoung menoleh pada Kyungsoo. "Kyungsoo-ya, kembali ke kelompokmu. Kau di kelompok biola, kan?"

Kyungsoo mengangguk, "ne sunbae. Baik kalau begitu saya pergi dahulu." Setelah kembali ke kelompoknya, Kyungsoo menoleh pada Luhan yang masih di tempatnya. Setelah itu Kyungsoo melihat Luhan keluar dari ruangan sambil membawa kausnya. Kyungsoo berharap bahwa Luhan akan memakainya.

.

.

"Pangeran Alexander! Pedangmu sudah datang, harap diambil!" suara lantang dari pengeras suara membuat setiap murid di sana terlonjak, tak terkecuali Joonmyun yang menjadi sasaran panggilan. Joonmyun mengangkat tangannya tinggi-tinggi sambil berlari menuju ke papan bertuliskan 'BAGIAN PROPERTI'.

"Pangeran Alexander, jangan berlari. Kostummu bisa rusak!"

Joonmyun berhenti berlari, ia berganti berjalan dengan cepat kali ini.

"Para peri tidur! Cek kelengkapan kalian, masih ada satu hiasan kepala yang belum diambil!"

"Tim dekor! Ke belakang panggung sekarang!"

"Tim audio, pihak OSIS meminta file dalam bentuk flashdisk!"

"Penjaga istana! Jangan tinggalkan perisai di lantai!"

Suasana di kelas khusus akting saat ini sangat riuh dan panas, tentu saja di setiap sudut semua orang sedang bersiap-siap. Ada yang membenahi kostum mereka, membenahi make up, berlatih, berlari ke sana-kemari mengantar barang, atau keluar-masuk kelas sambil membawa hal yang dibutuhkan. Begitulah kelas ini selalu berisik dan riuh, namun tidak ada satupun yang mengeluh karena inilah suasana yang biasa bagi mereka. Di belakang panggung yang begitu acak-acakan, namun begitu rapi ketika berada di atas panggung. Motto kelas khusus akting sepertinya sangat optimis, hihihi.

"Bagi yang sudah siap, bisa ke aula utama terlebih dahulu!"

Joonmyun akhirnya dapat bernapas lega. Rasanya semua udara kotor di paru-parunya tergantikan dengan udara segar. Semua persiapannya sudah lengkap, ia memang hanya menunggu propertinya yang terlambat.

"Joonmyun-ah!"

"Hoi! Pangeran Alexander!"

Joonmyun menoleh ke belakang. Ia menemukan perempuan dengan pakaian maid berlari ke arahnya. "Zitao, jangan berlari bodoh!" teriak Joonmyun.

Huang Zitao, ia berada di kelas khusus akting. Tidak seperti Joonmyun yang mendapat peran penting, Zitao hanya berperan sebagai salah satu maid istana milik pangeran August–pemeran lain.

"Tunggu… aku juga ingin ke aula utama."

Joonmyun tertawa, "aku kira–"

"Ada apa?" tanya Zitao heran saat Joonmyun tidak melanjutkan ucapannya. Zitao mengikuti arah pandang Joonmyun. "Ah, itu bukannya Luhan dari kelasmu?" tanya Zitao.

"Kau kenal Luhan?" tanya Joonmyun terkejut.

Zitao mengangguk, lalu setelahnya menggeleng membuat Joonmyun mengerutkan dahinya. "Kami sama-sama dipanggil karena bermasalah kemarin. Tapi, apa Luhan memang begitu? Ia terlihat dingin dan menyeramkan…"

Joonmyun tertawa, "Luhan tidak menyeramkan Zitao. Ia memang dingin, tapi jika kau sudah kenal kau akan tahu ia hanyalah perempuan yang tidak jujur."

"Tidak jujur?"

'Dan juga begitu rapuh, hingga aku ingin menjaganya…' gumam Joonmyun dalam hati. "Zitao, jika sutradara sudah datang ke aula, beritahu aku ya!"

"Kau mau ke mana?!" teriak Zitao saat Joonmyun berlari menjauh.

"Ada urusan!" jawabnya.

.

.

"Tim Putra 1! Kalian siap?!"

"Siap!"

"Tim Putra 2?!"

"Siap!"

"Tim Putri 1?!"

"Siap!"

"Tim Putri 2?!"

"Siap!"

"Baiklah! Tim Basket kelas 2, seluruhnya sudah siap!"

Gemaan suara semangat yang membara terdengar dari penjuru ruangan. Aula olahraga yang sudah seperti stadion itu dipenuhi para murid kelas khusus olahraga. Berbagai macam olahraga menjadi pilihannya, ada basket, voli, sepak bola, baseball, badminton, renang, tenis, dan lainnya. Meski semua murid mempelajari semua olahraga tersebut, mereka tetap diminta untuk memilih kelompok spesialis mereka.

Wu Yifan adalah orang yang menggemakan suara tersebut, ia selaku ketua tim basket kelas 2 tentu saja harus melakukannya. Kali ini, setiap tim olahraga akan menunjukkan aksi mereka. Terkhusus untuk kelas 2, karena memang giliran mereka untuk lebih aktif.

"Tim 1, ayo kita meriahkan panggung dan ledakkan semua semangat!" tidak, bukan Yifan yang berteriak, melainkan Park Chanyeol, kapten Tim basket putra 1.

"Ay ay captain!"

Yifan mendekati tim Chanyeol dan berdiri tepat di samping Chanyeol. "Seperti biasa kau terlalu bersemangat, Chanyeol-ah," Yifan tersenyum miring.

"Tentu saja, basket untuk hidup! Hidup untuk basket!"

"Kau bercanda pasti…" gumam Yifan merasa aneh. "Chanyeol-ah, kau ingin beli minum?" tawar Yifan setelahnya.

Chanyeol mengangguk, "ide bagus, waktu tampil kita juga masih agak lama bukan?"

"Hm, kkajja…"

Keduanya pergi ke luar stadion. Di depannya terdapat taman yang dibelah oleh jalan lurus menuju ke lingkungan sekolah. Di taman tersebut sudah tersedia satu mesin minuman. Ya, membeli minuman yang mereka maksud memanglah di sana.

"Hei, bukannya itu Joonmyun?" tanya Yifan sambil menyipitkan matanya ke arah mesin minuman berada.

Chanyeol mengangguk setuju, "apa yang dia lakukan di sana?"

Chanyeol dan Yifan sampai di tempat Joonmyun. "Apa yang kau lakukan di sini? Bukannya kelas akting jauh dari sini?" heran Chanyeol.

"Oh, kalian…" hanya tanggapan singkat darinya.

"Kau berperan sebagai pangeran kan? Apa-apaan wajah kusut seperti pengemis ini?" hardik Yifan.

"Jangan khawatir, aku dipilih sebagai pemeran utama bukan karena bakatku saja." Jawab Joonmyun.

"Bagus sekali kepercayaan dirimu" kekeh Yifan.

"Ada masalah?" Chanyeol merasakan ada yang tidak beres dari Joonmyun.

Joonmyun menggeleng sambil tersenyum tipis, ia meneguk menumannya. "Bukan masalahku, tapi rasanya sudah menjadi masalahku."

"Luhan pasti, ya kan?" tebak Yifan.

Joonmyun tertawa, tidak merasa terkejut, "itu tidak salah."

"Ada apa dengan Luhan?" tanya Chanyeol sambil memilih minumannya di mesin.

Suara minuman yang keluar dari mesin membuat Joonmyun mulai membuka suaranya setelah berpikir. "Aku bertemu dengannya di dekat kelas akting. Ia seperti biasa duduk sendirian. Sepertinya ia ada masalah di kelas khususnya, tapi Luhan tidak mengatakan apapun padaku. Aku ingin membantunya, tetapi tidak ada yang bisa aku lakukan untuknya…"

"Tidak mudah mengajaknya bicara, terkadang Baekhyun juga sering bercerita padaku bahwa ia agak kesulitan membaca perasaan Luhan. Padahal Baekhyun adalah yang terdekat dengannya. Jangan merasa bersalah," ucap Chanyeol.

Yifan menghela napasnya, "hm… kau terlalu sering mengabaikan perasaanmu sendiri Joonmyun-ah. Masih bersikap biasa setelah ditolak, kau terlalu berusaha keras. Jika Luhan butuh bantuan, ia pasti akan terbuka."

'Benar… aku sudah ditolak, tapi, mengapa Luhan mengatakannya pada dia?' gumamnya dalam hati. Pikirannya kembali melayang ke sebelum ia sampai di taman sejauh ini.

..

[Beberapa menit yang lalu…]

Setelah meninggalkan Zitao sendirian, sebenarnya Joonmyun berlari untuk menghampiri Luhan yang duduk di bawah pohon. "Luhan! Kau sendirian? Sedang apa?" tanyanya sembari duduk di samping Luhan.

"Ah, Joonmyun-ah…" Luhan menggeleng, "tidak sedang apa-apa."

"Ada masalah?"

"Tidak, memangnya dalam pikiranmu aku ini selalu bermasalah ya?"

Joonmyun terlihat kelabakan, sepertinya ia mengatakan hal yang menyebalkan. "T-tidak, bukan itu maksudku. Mian… ah, itu kostum kalian?" Joonmyun mencoba mengganti topik pembicaraan.

Luhan mengangkat kaus putihnya, lalu menunjukkannya pada Joonmyun. "Apa terlihat norak?"

Joonmyun menggeleng cepat, "tidak! sama sekali tidak. Malah mungkin kau bisa terlihat seperti malaikat jika memakainya…"

Hening tercipta beberapa detik, "jadi selama ini aku terlihat seperti apa? Iblis?" tanya Luhan dengan raut datarnya.

Mata Joonmyun membulat, bukan itu maksudnya, astaga! "B-bukan begitu, k-kau akan baik-baik saja memakainya. K-kau akan terlihat cantik… tentu saja." Joonmyun menghela napasnya, rasanya mendebarkan mengatakan hal memalukan itu.

Luhan tersenyum tipis, "kau tidak berubah sama sekali. Maafkan aku…"

"Hah?" Joonmyun terlihat kebingungan.

"…gomawo. Tapi bukannya kau tampil pertama?" tanya Luhan.

"Eh, iya… kalau begitu aku akan pergi. Luhan, semangat!" ucap Joonmyun. Sebenarnya masih ada waktu sejam lagi, tetapi tidak ada salahnya pergi sekarang.

"Hm, kau juga."

"Waah… aku tidak menyangka, ternyata kau memiliki kekasih? Hebat juga." Kaki Joonmyun berhenti melangkah saat mendengar suara yang sangat familiar. Suara yang ia baru dengar kemarin.

"Menguping pembicaraan orang lain itu buruk. Lagipula, kau terlalu sok tahu!" kini suara Luhan yang terdengar.

"Kau memanggilku? Tidak salah?"

"Memang tidak salah."

Joonmyun mengurungkan niatnya untuk pergi, ia merapatkan tubuhnya ke pohon dimana Luhan berada di belakangnya. Tidak terdengar suara apapun setelahnya membuat Joonmyun sedikit penasaran.

"…"

"Jika tidak ada yang penting aku pergi."

"Tunggu!"

Joonmyun mengepalkan kedua tangannya, merasa gugup dengan apa yang akan Luhan katakan.

"Bantu aku…"

"Hah? Kau sedang meminta tolong atau memerintahku?"

"Kalau tidak, ya sudah."

"Sebenarnya kau butuh atau tidak? Sudah, aku pergi. Konyol sekali…"

"Y-Yuri seonsaengnim mengatakan bahwa kau bisa menolongku."

Dengusan terdengar, "memangnya aku apa? Relawan? Lucu sekali."

Setelah mendengar itu, Joonmyun beranjak pergi dari sana. Ia tidak mau lagi mendengar kelanjutannya. Seharusnya ia pergi saja daritadi.

..

"Dasar bodoh!" Joonmyun menghela napasnya.

"Siapa yang bodoh?" tanya Chanyeol.

"Aku, tentu saja." Joonmyun bangkit dari kursinya. "Hei semangat ya kalian, aku harus ke aula utama sekarang." Pamitnya pada Yifan dan Chanyeol.

"Hm. Kami akan menonton aksimu, Pangeran!" seru Chanyeol.

"Kalau tidak sanggup, tukar saja peranmu menjadi pengemis!" teriak Yifan. Joonmyun hanya melambaikan tangannya tanpa berbalik. Ia harus fokus pada penampilannya.

"Yifan, kau tahu… sepertinya Joonmyun melihat Luhan bertemu Sehun." Ucap Chanyeol memberitahu.

"Sehun? Temanmu dari kelas khusus tari itu?" tanya Yifan memastikan.

Chanyeol mengangguk, "tadi pagi, tiba-tiba Baekhyun menemuiku. Lalu ia meminta bantuan agar Luhan bisa bertemu Sehun."

"Wow, ada apa sebenarnya?" heran Yifan.

"Entahlah, Baekhyun belum menceritakan detilnya karena ia terburu-buru. Padahal kemarin mereka berdua beradu mulut, tidak saling akur, aneh sekali." Komentar Chanyeol.

"Joonmyun, kasihan sekali…" ucap Yifan prihatin.

"Ia hanya terlalu mengkhawatirkan Luhan."

"Benar." Setuju Yifan.

.

.

[Pagi tadi di kelas khusus vokal]

Kelas khusus vokal pagi ini terlihat sibuk, tetapi tidak seriuh kelas khusus lainnya. Kelas vokal memang tidak terlalu banyak membutuhkan persiapan sebelum acara karena mereka sudah mempersiapkannya sejak liburan semester. Tentu saja mereka sudah banyak berlatih, jadi kali ini mereka hanya perlu mempersiapkan diri dengan memakai kostum dan berdandan.

Kelas khusus akan menampilkan medley berbagai genre lagu. Mereka melakukannya sesuai kelompok yang sudah dibagi. Hanya kelas 2 yang akan tampil, para murid kelas 3 yang merancang penampilannya dan mempersiapkan segala latihan sebelum-sebelumnya.

"Byun Baekhyun, Kim Jongdae, kami mengandalkan kalian!" ucap ketua kelas khusus kelas 3, Shin Changmin.

"Ne sunbae-nim!" Jawab Baekhyun dan Jongdae bersamaan.

Seperti yang kalian perkirakan, Baekhyun dan Jongdae ditunjuk sebagai vokalis utama dalam pertunjukkan kali ini. Ditengah pertunjukkan, mereka akan melakukan duet yang merupakan intinya.

"Ayo kita tampilkan yang terbaik, Jongdae-ya!" seru Baekhyun sambil menyodorkan kepalan tangannya.

Jongdae tersenyum "Tentu saja…" lalu menyambut kepalan tangan Baekhyun.

"Tunggu, kau terlihat lemas sekali. Ada apa?" tanya Baekhyun.

Jongdae menghela napasnya, "aku bertengkar dengan Minseok. Sudah beberapa hari ini ia tidak mau mendengarkanku."

"Aku tidak tahu masalah kalian, tetapi sebaiknya setelah acara ini kau harus memperbaikinya. Saat ini jangan sampai terpengaruh."

Jongdae mengangguk, "aku tahu, aku ini profesional, kau tahu?"

Bakhyun terkikik, "tentu saja! Partner-ku tidak mungkin berasal dari kelas abal-abal kan?"

"Kau bisa mengandalkanku." Angguk Jongdae. "Byun, bukankah itu Luhan?" tanya Jongdae saat melihat sahabat Baekhyun itu terlihat di depan pintu kelas.

"Oh kau benar, kenapa dia kemari? Aku pergi dahulu…" ucap Baekhyun.

"Luheeenn, kenapa kemari? Merindukanku?" tanya Baekhyun ceria.

"Baek…"

Keceriaan Baekhyun tiba-tiba lenyap, ia menatap Luhan dengan serius. "Ada apa?"

"Baek, boleh aku meminta sesuatu?"

"Tentu saja! Apa itu?" tanya Baekhyun.

Luhan menunduk, "Yuri seonsaengnim memberitahu kalau aku bisa mengatasi kelas khususku jika meminta bantuan pada Oh Sehun."

Baekhyun mengerutkan dahinya tidak mengerti. Dari semuanya, kenapa harus Sehun? Pikir Baekhyun. "Maksudnya apa dengan itu?"

Luhan menggeleng, "aku juga tidak tahu. Maka itu…" Luhan terdengar ragu di akhirnya.

Baekhyun memegang kedua bahu Luhan, "aku mengerti, kau tunggu saja di taman dekat kelas akting. Aku akan memanggil Sehun untukmu." ucap Baekhyun lalu bergegas pergi.

"Baek–" tahan Luhan.

Baekhyun tersenyum, "jangan khawatir…"

Tak lama, Baekhyun kembali dengan berlari. "Luu… aku berhasil, kalian akan bertemu jam 9 nanti."

Luhan menatap Baekhyun, "g-gomawo Baek…"

"Sebenarnya aku meminta bantuan pada Chanyeol. Lagipula aku baru mengenal Sehun kemarin. Gwaenchanha Chanyeol membantu kita." Jelas Baekhyun.

"Baek, maaf merepotkan–"

"Hei kau pikir sudah berapa lama kita berteman? Aku mengenalmu sejak SMP Lu dan kau juga sudah berteman dengan Chanyeol sejak awal masuk kan? Jangan khawatir. Kau bisa menjelaskannya nanti sepulang sekolah…" Baekhyun mendorong Luhan agar segera pergi. Saat Luhan berbalik badan merasa ragu, Baekhyun melambaikan tangannya dan tersenyum cerah.

"A-aku pergi dahulu…" ucap Luhan. Baekhyun mengangguk.

.

.

Kelas khusus tari juga menjadi salah satu kelas khusus yang sibuk sebelum pertunjukkan dimulai. Mereka mendapat urutan kedua setelah kelas akting. Segala persiapan sedang dilakukan, pemanasan, berganti kostum, melakukan latihan sekali lagi sebelum tampil, dan akhirnya kini mereka bisa bersantai.

Sebagian dari mereka ada yang tetap di ruang kelas, ada yang pergi keluar, ataupun langsung menuju aula utama. Mereka semua bebas untuk pergi ke mana saja asalkan 30 menit sebelum penampilan, mereka harus sudah berkumpul di belakang panggung.

Oh Sehun, murid kelas regular 2-E merupakan salah satu kandidat ketua untuk tahun ini menggantikan ketua yang sudah naik ke kelas 3. Kelas khusus tari memang hanya memliki satu ketua setiap tahunnya yang duduk di kelas 2. Bagi mereka, hanya ada satu pemimpin yang harus menyatukan semua angkatan dari kelas 1 sampai kelas 3.

Sehun juga terpilih menjadi penari utama dalam penampilan. Ia mendapat waktu untuk solo stage-nya nanti.

"Hoi, Sehun-ah! Semangat dengan solo-stage-mu!" ucap Jongin sambil menepuk punggung Sehun.

"Tentu saja!" Balas Sehun.

"Akhirnya, semua yang kau lakukan bisa membuatmu terpilih." Kekeh Jongin.

"Aku tidak mau mendengarnya dari orang yang sudah terpilih solo-stage sejak masih duduk di kelas 1!" sindir Sehun sambil tersenyum miring.

Jongin mengedikkan kedua bahunya, "aku terlalu jenius untuk tidak terpilih. Berarti aku ini sunbae-mu, kau tahu?" Sombongnya.

"Mana aku tahu," balas Sehun. Lalu keduanya tertawa, merasa geli dengan percakapan aneh ini.

Dari yang Jongin katakan, Sehun memang begitu bekerja keras saat di kelas khusus. Ia selalu berlatih dan selalu mengutarakan pendapatnya. Bahkan ia juga sempat menyumbangkan koreografinya. Sehun di kelas khusus dan kelas reguler sangatlah berbeda. Ia sangat aktif di kelas khusus dan sangat pasif di kelas reguler.

"Apa yang akan kita lakukan sekarang?" tanya Jongin.

"Sepertinya lebih baik ke aula utama saja langsung agar bisa mengabari yang lainnya." Usul Sehun.

Jongin mengangguk setuju, "semoga saja gadis malaikat itu ada di aula," gumamnya sambil tersenyum malu.

Sehun menatap Jongin datar, "kau kerasukan?"

"Percuma mengatakannya padamu juga, kau tidak akan mengerti cinta." Ejek Jongin. Sehun menghiraukannya, merogoh sakunya, Chanyeol menghubungi.

"Oh, ada apa Chanyeol-ah?"

"Bisa aku meminta tolong padamu?"

"Apa itu?"

"Jika aku bilang pergi ke taman dekat kelas khusus akting karena ada yang mau menemuimu, kau bisa datang?"

"Siapa itu?"

"Aku tidak akan mengatakannya."

"Kalau begitu aku tidak datang–"

"Araseo… Luhan ingin bertemu denganmu."

"Hahh?"

"Maka itu–"

"Tidak!" Jawab Sehun tegas.

"Hei, Sehun-ah, tolonglah sekali ini saja."

Sehun terdiam beberapa saat, seblum akhirnya ia memutuskan, "baiklah. Jam 9" Lalu setelah itu ia memutus sambungannya.

"Ada apa?" tanya Jongin.

Sehun menghela napasnya, "aku ada urusan sebentar, apa kau tetap akan ke aula utama?"

Jongin mengangguk, "kalau begitu aku duluan."

"Hm…"

Sehun akhirnya menerima permintaan Chanyeol untuk menemui Luhan. Ia sendiri bingung kenapa tiba-tiba Luhan ingin bertemu dengannya. Apa gadis itu ingin melanjutkan pertengkaran? Pikirnya. Tapi, tidak masalah ia bisa meladeni pertengkaran itu nanti.

Sehun melihat Luhan dari kejauhan, cepat juga datangnya, pikir Sehun. Saat ia hendak mendekat, sepertinya Luhan tidak sendirian, jadi ia memutuskan untuk berhenti di balik pohon tempat Luhan berada.

"B-bukan begitu, k-kau akan baik-baik saja memakainya. K-kau akan terlihat cantik… tentu saja."

"Kau tidak berubah sama sekali. Maafkan aku…"

"Hah?"

"…gomawo. Tapi bukannya kau tampil pertama?"

"Eh, iya… kalau begitu aku akan pergi. Luhan, semangat!"

"Hm, kau juga."

Sehun menyeringai saat mendengar percakapan mereka. Lalu kakinya melangkah keluar dari persembunyiannya. "Waah… aku tidak menyangka, ternyata kau memiliki kekasih? Hebat juga."

Luhan sedikit tersentak "Menguping pembicaraan orang lain itu buruk. Lagipula, kau terlalu sok tahu!"

"Kau memanggilku? Tidak salah?" tanya Sehun.

Luhan menundukkan kepalanya. "Memang tidak salah." Keheningan tercipta diantara keduanya. Luhan ingin mengatakan sesuatu, tetapi ia terlalu takut. Ia tidak tahu harus bagaimana mengatakannya, jadi ia berusaha merangkai kata-katanya di kepala.

"Jika tidak ada yang penting aku pergi." Ucap Sehun yang merasa diabaikan.

"Tunggu!" Sehun menghentikan langkahnya. Ia tidak berbalik, tetapi menunggu ucapan Luhan selanjutnya. "Bantu aku…"

Sehun mengangkat satu alisnya, apa-apaan ini tiba-tiba? Pikirnya. Sehun berbalik, "Hah? Kau sedang meminta tolong atau memerintahku?"

"Kalau tidak, ya sudah." Jawab Luhan sambil mengalihkan pandangannya agar tak bertemu Sehun.

Sehun dibuat tidak mengerti. "Sebenarnya kau butuh atau tidak? Sudah, aku pergi! Konyol sekali…"

"Y-Yuri seonsaengnim mengatakan bahwa kau bisa menolongku." Ucap Luhan cepat.

Sehun mendengus, "memangnya aku apa? Relawan? Lucu sekali."

"Aku juga tidak tahu. Memangnya apa yang bagus darimu? Kau hanya peringkat terakhir di angkatan, lalu sebenarnya apa maksudnya?!" kesal Luhan.

Sehun menghela napasnya, ia merasa kesal mendengar kenyataan itu. "Kalau begitu aku balikkan, mengapa aku harus menolong peringkat satu sepertimu? Memangnya apa untungnya untukku?"

"Agh! Kelas khusus sialan!" tiba-tiba Luhan melempar kostumnya begitu saja. Ia membenamkan wajahnya pada kedua telapak tangannya. Rasanya ia ingin marah dan menangis saat ini.

Sehun menatap kostum putih yang tergeletak di tanah, bahkan warna putihnya sudah ternoda oleh tanah. "Apa kau sebegitu putus asanya?"

"Aku membencimu…" gumam Luhan.

Sehun tertawa, "siapa juga yang perlu disukai oleh orang sepertimu–"

"Aku benci orang sepertimu! Memangnya kau siapa? Mengapa aku harus meminta tolong pada orang bodoh sepertimu yang hanya mengandalkan kelas khusus sialan itu! Memang apa salahku jika aku hanya buruk di kelas khusus?!"

Sehun mengepalkan kedua tangannya, "bukankah itu artinya aku lebih baik darimu? Kau memang pintar, tapi kau juga bodoh. Aku memang bodoh, tapi setidaknya aku tidak sebodoh dirimu."

"…membuang waktuku saja." Gumam Sehun dingin. Lalu ia beranjak dari sana, ia tidak butuh mendengarkan hinaan dari orang yang tidak sadar diri.

Merasa sudah tidak ada lagi yang bersamanya, air mata Luhan mengalir begitu saja. Semua emosinya yang tidak terkendali tumpah bersamaan dengan cairan bening tersebut. Embusan angin membuat gemerisik daun menutupi isakan kecil yang mulai keluar dari bibir Luhan.

'Rasanya sia-sia…'

.

.

to be continued-

.

.


Hai hai hai! Ternyata masih ada penghuninya ya hehe, yah walaupun gak begitu rame sih... but it's ok selama ada kalian :* Semoga bisa bertambah nantinya hihi ^^

Gimana nih sama chapter 2 ini? Apa sudah mulai panas? Hahahaha. Jangan lupa tinggalkan review agar aku bisa tahu gimana pendapat kalian dan untuk keberlangsungan cerita ini ^^

..

Balasan Review

#sisisima: waahh, haaiii kamuu! ketemu lagi ^^ hihi

#nanima999: iya nihh ^^ wah ada apa ya sama Luhan?

#atul: aku juga suka kalo kamu suka ;) hihi

#HunhuanAddict: haiii! ^^ wah aku masih suka update di sini nih selama readers masih ada hehe. Kalo yg sekarang masih kiyowo gak nih, yuklah ngerujak bareng wkwkk. Terima kasih sudah mampir yaa ^^

..

Gamsahamnida

*loveforHUNHAN yeayy!