Mata biru itu memandang ke bawah. Lalu lalang orang-orang telah menjadi sepi. Untuk kota sekelas kota Fuyuki, kota ini tidaklah sepadat kota Tokyo dimana malam masihlah dianggap siang oleh orang-orang yang menempatinya. Lagipula kota Fuyuki hanyalah sebuah kota kecil dimana jika jam sudah menunjuk angka sepuluh, kebanyakan orang sudah tidak keluar dari rumahnya masing-masing.
Angin malam menerpa dirinya, membuat jubah merahnya berkibar. Malam ini terasa tenang dengan bintang-bintang terlihat diatas. Meski bintang pada era waktu sekarang sepertinya tidaklah sama dengan dirinya, setidaknya bintang-bintang disana masih berkilau meski kecil.
Malam ini menurutnya akan menjadi malam yang menarik karena semua Servant sudah terpanggil oleh yang Magus sebut sebagai cawan suci. Naruto sedikit tertawa ironi karena cawan itu kini tidaklah suci lagi karena telah tercemar dengan entititas lain. Naruto tahu akan hal itu dan karena satu alasan lain itulah pula dia menjawab panggilan dari gadis berambut ungu yang telah tersiksa begitu kejam semenjak kecil.
Apa alasan untuk menjadi seorang Saver? Apakah jika hanya dunia dalam bahaya begitu besar dan sangat mengancam dia baru bisa terpanggil? Dia telah membuat perjanjian dengan dunia dan Root dan dialah yang menentukan sendiri apa yang membuatnya bisa terpanggil.
Ketika raungan kecil dari sebuah hati yang begitu tulus terus meraung pada dirinya semenjak kecil apakah Naruto tidak mungkin untuk menjawabnya?
Naruto telah memutuskan untuk menyelamatkan Sakura Matou ketika dia terpanggil dan dia telah melenyapkan Zouken Matou yang bertanggung jawab untuk itu. Jiwa tua yang mencari keabadian semacam Orochimaru tidaklah berhak untuk dibiarkan hidup lebih lama apalagi ketika dia melihat rencana lain dari pikiran tua itu. Itu sangat buruk dan membuat Naruto geram. Karena itulah dia melenyapkan jiwa tua itu. Dia bahkan juga kemudian melenyapkan segala familiar yang ada pada kediaman Matou dan kemudian dia menteleportasikan Shinji Matou pada belahan dunia lain. Mungkin pemuda itu sekarang tengah berada pada hutan belantara bernama Amazon.
Balasan yang setimpal mungkin untuknya. Dasar imoral. Memperkosa Sakura secara terus menerus hanya karena keirian? Pemuda itu juga bermental pengecut dan Naruto tidak menyukainya.
Sedangkan untuk Sakura sendiri, gadis itu terlihat memancarkan lebih banyak sinar pada matanya. Itu jauh lebih baik untuk gadis itu apalagi setelah Naruto mengembalikan segalanya pada gadis itu. Sihir Matou telah mencemari gadis itu lalu membuat warna rambut gadis itu menjadi ungu dan belum lagi dengan apa yang ditanamkan Zouken pada tubuh gadis itu juga keperawanannya yang hilang karena perilaku dari cucu Zouken. Naruto telah mengembalikan itu semua seperti sedia kala dan itu membuat gadis itu menangis begitu keras dan memeluknya begitu erat setelah semuanya.
Ketika harapan yang telah pupus kembali dan dijawab. Ketika doa yang tidak akan pernah terkabul kemudian diberikan apakah yang bisa kau lakukan selain menangis haru penuh kebahagiaan?
Itulah yang dilakukan oleh Sakura dan karena itulah hal itu membuat Sakura sedikit agak mungkin katakanlah lengket padanya.
Apakah Naruto bisa mempermasalahkannya? Jika menilik dari ingatan Sakura harusnya gadis itu tidaklah lengket padanya. Gadis itu punya seseorang yang dia sukai tapi sekarang entah kenapa gadis itu terlihat takut jika dia pergi terlalu lama dari pandangannya. Untuknya agar bisa keluar setiap malam adalah dia harus meninggalkan satu Bunshin miliknya di dekat Sakura.
Perasaan adalah sesuatu hal yang sulit dimengerti. Mungkin karena hal trauma mental yang telah dialami gadis itulah yang membuatnya bersikap demikian. Naruto bisa menyembuhkan keadaan fisik tapi untuk yang namanya psikis, dia tidaklah mampu. Yang Naruto hanya bisa lakukan sekarang hanya memberi sedikit bantuan pada Sakura untuk memulihkan mentalnya sendiri.
Mata milik Naruto kemudin berganti ke arah lain sudut kota. Oya… dia merasakan sesuatu yang menarik disana. Meskipun terlihat sangat jauh, dia bisa merasakan bahwa ada Servant disana. Satu… Dua? Dan mereka terlihat tidak sedang bertarung karena Prana tidaklah saling bentrok disana. Aliansi–kah? Atau hal lain? Dan ada satu lagi yang datang kali ini dengan jumlah Prana yang lumayan.
Rasanya Naruto harus pergi kesana. Agar dia bisa melihat apakah yang terjadi disana akan patut membuatnya tertarik ataukah tidak untuk ikut dalam bentrokan antar Servant untuk pertama kalinya.
Dengan lompatan tinggi kemudian Naruto mendekat.
Rin Tohsaka tidak mengerti. Bagaimana seorang yang bisa dia katakan Magus kelas tiga—Arrghhh, memikirkannya membuatnya merasa marah saja— bisa menarik Servant kelas Saber yang digadang-gadang merupakan Servant paling kuat dan menjadi kandidat penuh pemenang cawan suci. Itu tidak masuk akal, tidak rasional! Sebenarnya keberuntungan macam apa yang dimiliki oleh Magus kelas tiga itu hingga bisa menarik Servant kelas Saber sementara dia sendiri sudah menggunakan segala macam sumber daya untuk menarik Servant kelas itu namun pada akhirnya dia malah mendapatkan Servant kelas Archer.
Rin melirik ke arah sampingnya dan kemudian ke belakang. Dia melihat Magus kelas tiga—Shirou Emiya tengah bergulat dengan pikirannya sementara Servant Sabernya mengikuti dari belakang setelah mereka keluar dari Gereja dimana guru Rin, si brengsek Kirei Kotomine menjelaskan apa itu perang cawan suci pada pemuda yang kini sudah menjadi bagian dari perang suci.
Sejujurnya Rin tidak mengerti bagaimana Shirou bisa menarik Saber. Yang dia ketahui hanyalah pemuda itu tidak sengaja melihat pertarungan antar Servant miliknya dengan Servant Lancer malam itu yang menurut hukum para Magus jika ada yang melihatnya maka orang biasa harus mati untuk menutup mulut. Rin yang kala itu kemudian mengejar Lancer namun sudah terlambat hanya bisa menyesali bagaimana pemuda itu kemudian tergeletak bersimbah darahnya sendiri, sekarat dan Rin harus menggunakan daya Prana miliknya yang tersisa untuk memyembuhkan pemuda itu dan mengirimnya pulang ke rumahnya dengan Servant Archer miliknya.
Rin pikir dengan menyelamatkan pemuda itu—yang jika dipikir Rin menyimpan perasaan padanya akan membuat segalanya selesai. Dia tidak memperkirakan bahwa Lancer akan kembali mengejar Shirou dan berniat untuk membunuhnya hanya untuk kemudian Shirou menarik Servant Saber yang kemudian mengusir pergi Lancer setelah pertarungan mereka dan Servant Saber lalu pergi ke arah Rin yang tergesa-gesa pergi ke rumah Shirou setelah menyadari bahwa Shirou kembali dalam bahaya. Rin bisa melihat Saber datang dengan cepat dan Rin bisa merasakan bahwa Servant Archernya, Servant tanpa nama dengan segera bersiaga untuk menghadang Saber hanya untuk Servant Saber itu dihentikan oleh Shirou dan kemudian Rin mengetahui bahwa pemuda berambut merah yang mana menjadi orang yang dia taruh perasaan suka itu dan mendapatkan julukan sebagai petugas tukang akademi adalah seorang Magus kelas tiga yang bahkan tidak tahu apa-apa sama sekali tentang perang cawan suci.
Hal yang sempat membuat Rin uring-uringan dan harus menjelaskan segalanya tentang perang suci dan kemudian mengajak Shirou Emiya pergi ke Gereja untuk mendapatkan penjelasan lebih lanjut dan mengkonfirmasi keikutsertaannya dalam perang suci karena pendeta Gereja, Kirei Kotomine, gurunya yang menjengkelkan karena dia adalah mediator perang cawan suci.
Dia bisa melihat Shirou Emiya masih terus terdiam dan tengah berpikir setelah dia keluar dari Gereja. Bahkan Servant Saber yang mengikutinya juga diam. Untuk Servant Saber milik Shirou, Rin sedikit merasa kasihan karena Servant Saber itu tidak bisa masuk ke dalam bentuk Astral dan akhirnya terjebak terus dalam bentuk nyata hingga untuk menyembunyikan identitasnya sekarang bahkan dia harus memakai jas hujan.
Servant memakai jas hujan. Rin tidak tahu apakah dia harus tertawa atau tidak akan hal ini.
"Emiya-kun." Rin memanggil Shirou untuk memecah keheningan. "Kau sudah memutuskan untuk ikut dalam perang cawan suci bukan? Apa yang akan kau lakukan setelah ini?"
"Aku…Aku tidak tahu" Shirou Emiya, pemuda berambut merah dengan warna mata emas itu menjawab. "Tapi aku akan bertarung dalam perang ini. Aku tidak bisa menyerahkan Saber begitu saja tadi kepada pendeta itu. Rasanya tadi pendeta itu punya sesuatu yang buruk. Lalu bagaimana jika yang memenangkan cawan suci adalah orang yang jahat? Jika dia meminta sesuatu yang berakibat buruk maka aku tentu saja tidak bisa membiarkannya. Tidak ketika aku bisa mencegahnya."
"Ha?" Rin menatap Shirou dengan tatapan seolah tidak percaya. "Hanya karena alasan itu? Apa kau idiot?"
"Apa maksudmu idiot hah?" Kata Shirou.
"Maksudku adalah apakah kau tidak punya hal yang ingin kau pinta jika seandainya—itu jika kau bisa memenangkan cawan suci apa sebenarnya yang kau minta?" Tanya Rin. Yah jika tadi pada Gereja Rin mendapat jawaban bahwa Shirou ingin menggunakan permintaan untuk menolong semua orang, Rin pikir itu adalah bukan alasan sebenarnya dari Shirou.
Pemuda ini pasti punya keinginan terpendam. Ayolah, cawan suci memberikan permintaan bagi siapapun yang memenangkannya dan Rin tahu bahwa tidak ada yang tidak ingin menggunakan permintaan itu untuk dirinya sendiri.
"Yang ingin kuminta ya persis seperti yang kukatakan tadi!" Ngotot Shirou. Hal itu kemudian membuat Rin menjadi jengah.
"Mana mungkin aku percaya hal itu?"
"Apa maksudmu aku punya permintaan lain?" Kata Shirou. "Permintaanku hanyalah itu. Lagipula aku sudah cukup dengan apa yang kupunya sekarang ini!"
"Pembohong." Balas Rin. Rin tentu saja tidak percaya tapi dia tidak ingin berdebat lebih jauh lagi. Dia lebih baik memikirkan langkah selanjutnya dalam perang cawan suci ini. "Dengar Emiya-kun, aku akan lupakan pertanyaanku tadi dan lebih kepada memberi proposal kepadamu. Bagaimana jika kita bekerja sama untuk menumbangkan para Servant lainnya selagi pertempuran awal? Setelah Servant yang kuat berhasil tumbang kita bisa berpisah dan bertarung dilain waktu."
"Kenapa tidak bekerja sama hingga akhir?"
"Dan kau pikir jika kita terus bekerjasama apakah itu akan menguntungkan? Ayolah, ini adalah perang. Aku tidak mungkin bekerja sama hingga akhir." Kata Rin. "Berpikirlah rasioanal."
"Ugh…"
Rin bisa melihat Shirou kembali berpikir. Entah apakah dia akan menerima proposalnya atau tidak itu terserah dia. Lagipula meskipun Rin menaruh rasa suka pada pemuda di depannya ini, rasa suka itu harusnya belumlah bisa mengalahkan keinginannya untuk memenangkan perang cawan suci.
Dia punya sesuatu yang harus dia kejar, jika itu kemudian membuatnya harus melupakan perasaannya maka biarlah itu.
"Apakah ini keputusan yang bijak Rin?" Tanya Servant Archernya lewat telepati.
"Lebih baik ini. Lagipula Saber adalah aset yang cukup bagus dan Shirou kupikir lebih naif daripada yang kuduga. Menginginkan permintaan untuk menyelamatkan orang lain? Konyol. Semua orang egois." Balas balik Rin lewat pikirannya.
"Ya, semua orang egois. Rin ada yang datang." Servant Archernya memberi tahu Rin dan Rin Tohsaka segera berbalik.
Apa yang dilakukan Rin juga dilakukan oleh Servant Saber dan Rin bisa melihat seseorang berjalan mendekat.
Seorang gadis kecil berambut putih dan berpakaian musim dingin. Mata merahnya menatap riang kepada Rin dan sekitarnya dan sesosok tubuh besar, lebih besar dari manusia biasa juga kekar muncul dari ketiadaan di belakangnya.
Servant.
"Selamat malam…" Gadis itu mengucapkan salam. "Halo pewaris Tohsaka dan kakak."
Kakak? Rin melihat ke arah Shirou. Apa yang dimaksud kakak adalah Shirou? Apakah Shirou mengenal gadis kecil ini?
"Perkenalkan, namaku Ilyyasviel Von Einzbeirn. Einzbeirn… Tentu kau kenal nama itu bukan pewaris Tohsaka?"
Kenal? Tentu saja Rin tahu.
"Einzbeirn?" Tanya Shirou.
"Dia dari keluarga yang merupakan pendiri perang cawan suci." Jelas Rin. "Tohsaka, Matou dan Einzbeirn."
"Eh?! Benarkah? Berarti artinya Sakura ikut perang juga?"
"Ya itu benar." Jawab Rin. "Dan soal Sakura, kemungkinan itu ada atau bahkan Shinji Matou adalah yang ikut. Lupakan itu, sekarang dihadapan kita sudah ada Servant." Rin kemudian menggunakan penglihatan miliknya untuk mencoba melihat status dari Servant yang berada pada gadis kecil disana.
Gila!
Rin sampai terhenyak. Servant disana punya kekuatan yang luar biasa. Rin dengan Archer saja rasanya masih kurang untuk menghadapi Servant ini!
"Emiya-kun. Aku sarankan kau jawab pertanyaanku tadi. Apakah kau mau beraliansi sementara? Kita punya Servant luar biasa disana untuk dihadapi. Dengan Servant Saber-mu mungkin … mungkin saja kita bisa menang." Kata Rin. "Ini akan berbahaya jika kau hadapi sendirian. Archer-ku bisa menjadi bantuan untuk Saber."
"Jika kau berkata demikian maka artinya ini benar-benar serius ya."
"Syukurlah jika kau mengerti Emiya-kun."
"Baiklah. Aku mengerti."
Dengan itu Rin kemudian melihat Shirou yanh melirik ke arah Servant miliknya dan Servant miliknya terlihat mengerti. Apalagi ketika jas hujan milik Servant Saber dilepas dan Servant itu kemudian maju ke depan Shirou dan Rin.
"Archer… berikan back-up pada Saber." Kata Rin pada Servant miliknya yang masih berada dalam wujud astral.
"Apakah kau sudah berpikir matang-matang Rin? Bagaimana jika Saber kurang dalam menghadapi Servant disana?"
"Harusnya lebih dari cukup." Kata Rin. "Aku telah melihat Servant milik Shirou. Dia bisa diandalkan. Yang lebih penting berikan back-up pada Saber dan padaku ketika aku nanti berhadapan dengan pewaris Einzbeirn itu."
Rin kemudian melihat gadis kecil yang menatap Servant miliknya yang Rin ketahui sebagai Berseker berbalik dan tersenyum kepada mereka. Senyuman yang terlihat mengejek dan meremehkan seolah Servant miliknya sudah menjadi yang terkuat.
Cih. Rin menjadi kesal dengan itu.
"Baiklah jika itu maumu Rin." Rin kemudian bisa melihat bagaimana Servant miliknya kemudian mundur untuk mengambil tempatnya sebagai seorang pemanah yang mengincar musuh dalam keheningan.
"Kalian sudah selesai?" Gadis kecil itu—Ilyyasviel melihat bagaimana Rin dan Shirou telah begitu bersiap. "Baiklah. Mari kita mulai pewaris Tohsaka dan kakak."
Rin bersiap kemudian mengambil batu permata dari saku jaket panjangnya. Ini akan menjadi malam yang sangat panjang.
"Bunuh mereka, Berserker."
Raungan yang jelas bukan milik manusia meraung keras dan pertarungan dimulai.
Ini terlihat sangat luar biasa.
Naruto menyaksikan bagaimana pertarungan antara Berserker dan Saber terlihat begitu indah. Pertarungan antara Servant yang telah kehilangan kewarasannya untuk sebuah kekuatan melawan Servant berpedang begitu sengit. Mereka beradu senjata mereka dengan begitu keras. Berserker dengan pedang besar yang bahkan tidak bisa dibilang pedang karena bentuknya yang begitu besar dan lebih seperti gada yang diubah paksa menjadi seperti pedang dengan menajamkan salah satu sisinya sementara Saber melawan dengan pedang yang tertutup oleh sihir angin untuk menyembunyikan panjang pedang dan memberikan keunggulan lebih saling beradu serangan.
Naruto kemudian melihat ke arah lain. Terlihat Archer—sang pemanah disana meluncurkan panah panahnya untuk membantu Saber dan Berserker seolah tahu panah panah itu mengincar dirinya menangkisnya sembari menangkis serangan pedang Saber.
Untuk ukuran seorang Berserker, Servant berukuran besar itu punya kecekatan dan refleks yang sangat bagus. Dia juga sangat gesit sekali. Bahkan ketika Saber melucuti pedang besar Berserker dan Berserker harus menggunakan seni bela diri untuk melawan dan memukul mundur Saber. Tarian seni bela diri yang Naruto lihat dari Berserker berhasil membuat Berserker melayangkan tendangan ke bagian rusuk dari Saber.
Sepertinya Berserker adalah pahlawan yang terkenal karena dia kuat.
Ini menarik dan membuat Naruto menimbang nimbang apakah dia harus masuk dalam pertempuran sekarang. Mereka sedang terlihat awas dengan keadaan masing-masing dan terlihat Berserker tengah mengantisipasi panah-panah dari Archer.
Naruto kemudian tertawa kecil.
Yah … mau bagaimanapun mereka setidaknya perang ini sudah dimulai dan Naruto lebih memilih untuk maju sekarang. Lagipula…
Petir berkeliaran ketika Naruto mengangkat tangannya, mengarahkan telunjuknya pada salah satu Servant yang sedang bertarung disana. Teknik ini adalah teknik yang dia ciptakan setelah dia melihat jurus petir dari seseorang pengkhianat yang pernah dia bunuh, Uchiha Sasuke.
Kecepatan panah yang dilepaskan servant Archer memang cepat tapi apakah dia mampu menandingi kecepatan petir? Dan lagi melihat Archer membantu Saber bukankah mereka artinya bekerjasama dan jika mereka bekerja sama bukankah lebih baik menghilangkan salah satu dari mereka lebih dulu? Lagipula anggap saja dia mencuri mangsa dari Berserker. Apakah Master dari Berserker akan marah nantinya atau malah berterima kasih?
Petir—kilatan kilatan berwarna putih itu menggeliat lalu kemudian bergerak dan berkumpul menjadi bola energi kecil pada ujung telunjuk Naruto. Itu kemudian memadat dan kemudian berubah menjadi seperti ujung tombak kecil yang tajam.
Ini adalah sebuah jutsu pembunuhan dari jarak jauh dan selama Naruto menggunakan ini pada medan perang jarang ada yang bisa menghindarinya karena jutsu ini terlalu cepat. Bahkan Kakashi mengakui jutsu ini sebagai jutsu petir tercepat.
Nah sekarang sudah waktunya.
Selamat tinggal Saber.
Kematiannya akan membuat Naruto semakin dekat dengan apa yang harus dia lakukan kepada cawan suci. Anggap saja diri Saber sebagai pengorbanan pertama.
"Matilah…." Telunjuk itu menunjuk pada bagian vital dari Saber. Itu tepat ketika Saber mengangkat pedangnya untuk menangkis serangan Berserker.
"Raiton… 死の稲妻 / Shi no inazuma (Jarum petir kematian)."
Seberkas cahaya petir putih kemudian melesat menembus angin untuk membunuh mangsa yang telah diincar.
