Cerita sebelumnya!

Menatap bola di atas kepalanya, Genshirou Saji mengangkat kedua lengannya dan langsung memberi umpan tinggi sedikit jauh dari net ke arah remaja kekar yang siap-siap meloncat.

Setelah timingnya pas, Sairaorg meloncat tinggi, lalu memukul bola dengan full power ke arah tempat yang sudah ditargetkannya

Bugh

Wush plak

Dug


Dengan perasaan malu dan kesal melihat bola pukulannya jatuh di lapangan sendiri setelah berhasil dibendung remaja rambut merah yang baru dilihatnya, Sairaorg kembali ke posisinya, menarik napas dalam dan mengeluarkannya perlahan untuk menenangkan dirinya.

Saji yang menganggap kegagalan Sairaorg itu disebabkan oleh umpan buruk darinya merasa bersalah dan terus menundukkan kepalanya.

"Sudah kubilangkan, berikan pada bocah perak itu!" bisik Naruto yang masih di posisi blocker. "Mungkin jika kau mendengarku, hasilnya akan berbeda"

Bacot anying!

Di dalam hati Saji ingin sekali menghardiknya dengan mengatakan itu dikarenakan ucapan remaja rambut merah sebelumnya itu sudah membuat dirinya mengambil keputusan untuk mengumpan pada Sairaorg.

Namun Saji yang kurang percaya diri karena sifat penakutnya, mana berani mengatakannya langsung pada orang yang terlihat punya aura menakutkan melebihi Sairaorg dan Vali.

Bugh Wush

Melirik datangnya bola kencang dari service lawan ke arah Iseei lagi, Saji siap-siap bergerak untuk mengantisipasi agar kejadian tadi tidak terulang kembali.

Bug

Tap Tap

Bergerak melangkah maju mengangkat kedua lengannya, Saji menyambut bola pertama yang di berikan Iseei sedikit membaik dengan cepat langsung mengumpanya pada Vali yang sudah bergerak ke tepi tiang net.

Wush Bugh

Dengan loncatan tinggi remaja berambut verak yang berada di posisi 2 itu memukul bola tepat di atas net dengan full power lurus ke posisi 4 lapangan tim lawan di matanya terlihat kosong.

Plak

Dug

Tetapi sayang di saat bersamaan dia mendarat, si kulit belang itu jatuh di lantai hadapannya tanpa menyebrangi net setelah membentur lengan si remaja rambut merah yang terlihat mengejek dengan seringainya.

Dengan rasa tidak percaya, Vali terus menatap remaja tersebut kini melakukan tos dengan rekannya setelah menghentikan pukulannya.

Bagaimana dia melakukannya? Padahal tadi dia masih di posisi tengah saat Saji mengirim umpan straight padanya.

"Naruto, jangan terlalu serius! Lihat noh, pelatih mereka sepertinya sangat kesal padamu" ucap pria botak menunjuk dengan dagunya ke arah Anko yang terus melotot di pinggir lapangan.

"Biarlah! Aku ingin tahu seberapa keras usaha mereka!" si pria rupa remaja itu berucap pelan dengan nada santai.

Azazel yang ada di belakang sedikit tersenyum mendengernya, karena merasa Naruto sedang memberikan pengalaman baru pada tim Kuoh Akademi yang mengajak mereka latih tanding.

Yang menurutnya bagus untuk para remaja asli Kuoh itu bisa dapat pelajaran penting. Di mana mereka yang sudah puas dengan kemampuan yang dimilikinya saat ini kembali giat berlatih karena masih banyak pemain yang levelnya di atas mereka dan salah satunya adalah Naruto sendiri.

"Hei botak, cepat mulai" dengan nada sedikit menyentak Gintoki berbicara pada pria yang diketahuinya bernama Chiriku untuk segera melakukan service.

"Sabar...! Biarkan mereka ngambil napas dulu!" balas pria botak itu dengan nada tak mau kalah karena kasihan dengan para remaja yang jadi lawannya.

Tetapi bagi orang-orang di sana, ucapannya itu terdengar meremehkan, khususnya bagi para remaja yang dikasihaninya.

"Vali yang serius mainnya!" ucap remaja rambut hijau tua bernama Diodora terlihat mulai kesal timnya sudah banyak kehilangan poin karena serangan para pamain depannya terus gagal.

"Dari tadi juga aku sudah serius" balas Vali tak kalah kesal. Tapi, dia menganggap situasi saat ini wajar karena yang mereka lawan itu pemain yang sudah banyak pengalaman, kecuali satu orang yaitu si remaja rambut merah yang kini membuatnya penasaran.

Siapa dia? Di mana sekolahnya? Sejak kapan di Kuoh ada pemain hebat sepertinya? Kenapa keberadaannya baru diketahui sekarang? Apa dia orang baru?

Tap Tap Wush

Vali yang terus bergelut dengan pemikirannya sendiri, melangkahkan kakinya meloncat tinggi menatap bola yang diberikan tossernya.

Bugh Wush

Plak

Meskipun sudah memukulnya dengan sekuat tenaga dan mengarahkanya ke tempat kosong, serangannya kembali dihentikan pemain yang sama. Dan itu membuatnya malu, kesal, marah bercampur iri karena terlihat payah darinya.

Namun meski begitu, remaja rambut perak itu tidak akan menyerah karena suatu saat nanti dia pasti bisa sepertinya, asalkan terus berlatih keras.

Dia sangat yakin dengan hal itu karena segala sesuatu butuh proses, termasuk kemampuan si remaja rambut merah yang kini membuatnya termotivasi untuk mengalahkannya.

Bugh Wush

Plak

Bugh Wush

Plak

Bugh Wush

Plak

Bugh Wush Bldugh

Mencuri umpan lawan dengan pukulan keras menukik tajam sampai bolanya memantul jauh setelah berulang kali menahan serangannya, Naruto mengakhiri set pertama dengan poin 25-8 atas kemenangan timnya.

Beralih lapangan untuk melanjutkan set ke-2, Saji yang gugup karena bertanding melawan para pemain hebat, berjalan melewati bawah net dengan tubuh gemetar.

"Kamu harus kuat, Nak! Ini ujian!" ucap Gintoki memegang bahu Saji saat berpapasan.

Terlepas dari apa maksud ucapan pria abu-abu itu menyamangati atau mengejeknya, kini Saji malah tambah gugup, dan hal itu disadari Anko yang langsung menggantinya dengan pemain bernama Yuuto Kiba yang juga punya rambut kuning untuk menempati posisinya.

"Tenangkan dirimu! Nanti pasti akan main lagi!" ucap Anko sebelum menyuruhnya istirahat.

Bugh Wush Bldugh

Menatap Naruto baru saja melakukan spike keras menghunjam lapangan anak asuhnya di awal set ke-2, si tomboy yang dari tadi terus mengamatinya menilai jika kemampuannya itu masih sama seperti dulu, atau mungkin lebih karena dia terlihat belum serius.

Dug Dug Dug

Memantulkan si belang beberapa kali, Naruto yang terus diamati Anko dan juga semua orang di sana, mengambil ancang-ancang mengatur napas kemudian melempar bola tinggi depan badannya.

Wush Tap Tap

Mendongak menatap bolanya masih ngapung di atas sambil melangkah ke depan, si pria rupa remaja itu melakukan jumping service.

Bugh Wush

Bugh

"Eugh..!"

Melihat bola pukulan Naruto sambil meloncat itu secepat kilat menghantam wajah remaja berambut coklat langsung meringis kesakitan, Azazel segera memastikan keadaannya. "Hei mesum, kau tidak apa-apa?"

"Tidak apa-apa, cuma kaget saja!" balas Iseei menggeleng, tapi nyatanya dia benar-benar kesakitan dan rasanya seperti ditampar berkali-kali oleh gadis yang diintipnya itu lagi pms.

"Pak, hidung Iseei berdarah" ucap Yuuto Kiba pada Azazel yang juga melihatnya dan segera menghampirinya untuk memberi penanganan.

Sementara rekan yang lain seperti Vali terlihat biasa saja. "Biarin saja pak, itu belum seberapa jika dibandingkan saat dia mengintip" ucapnya melihat si mesum mengusap darahnya.

"Diludahin juga langsung sembuh" ucap Arthur menambahkan.

Namun ocehan mereka diabaikan Azazel yang membawanya keluar lapangan dan menyuruh Anko yang tadi sibuk melototi tersangka yang tak lain adalah Naruto, untuk mengobatinya.

Memperhatikan keadaan remaja yang barusan dicentangnya harus diberi perawatan, Naruto yang merasa berasalah sudah membuatnya terluka, ingin menghampirinya meminta maaf.

"Sudah lanjut main saja, Naruto! Lukanya tidak parah, ko" ucap Azazel yang sudah kembali ke posisi tosser, mengentikannya.

Naruto yang mendengarnya sedikit tenang dan menuruti ucapannya. Menangkap bola leparan rekan timnya sambil berjalan untuk melakukan service, dia berpikir mungkin nanti saat istirahat saja meminta maafnya.

Dug Dug Dug

Mematul-mantulkan si belang ke lantai sambil menunggu pengganti Iseei, si pria rupa remaja itu mulai siap-siap dengan mengatur napasnya melakukan service setelah pemainnya masuk lapangan.

Bugh Wus

Melakukan service biasa, Naruto menatap bola pukulannya berhasil melewati net dengan mata violetnya langsung menyipit serta mengerutkan dahinya saat pemain yang menggantikan Issei malah menangkapnya.

"Bikou..?"

"Lakukan seperti yang tadi!" mengabaikan Vali yang menatapnya heran begitu juga dengan yang lainnya, remaja yang dipanggil Bikou itu melempar bolanya kembali pada Naruto.

"Walah dia nantangin!" komentar Gintoki sambil geleng kepala atas keberaniannya. Melihat saja sudah ngeri apalagi merasakannya langsung!

"Kasih langsung Naruto, biar dia puas!" Chiriku ikut berkomentar.

"Lakukan saja Naruto, mungkin dipikirnya yang tadi itu cuma kebetulan!" ucap Hijikata Toshiro, si pria rambut hijau tua yang biasanya selalu diam mengamati kini bersuara karena kesal remaja yang baru masuk itu sudah seenaknya sendiri.

Mendengar ucapan beberapa rekan timnya dan si tomboy di pinggir lapangan yang diliriknya mengangguk, si pria rupa remaja itu menuruti keinginan lawannya.

Wush

Melempar bola berputar di ketinggian masuk daerah lapangan membuat rekannya was-was, mengangganya gugup karena si belang terlihat jauh dari jangkauannya. Tetapi tidak bagi Anko yang pernah melihatnya dulu.

Tap Tap Tap

Melangkah cepat dengan pandangan menatap bola mengapung di atas, mengayunkan lengan layaknya burung mengepakkan sayapnya akan terbang.

Wush

Naruto meloncat tinggi dari luar garis lapangan membuatnya terlihat terbang menggapai bola yang akan dipukulnya.

Bugh Wusshh Blduughhh

Keras, cepat dan mematikan! Seperti biasanya. Pikir Anko setalah melihat bola jumping service Naruto langsung menghunjam lapangan tepat di belakang samping Bikou yang saat ini berdiri mematung karena hanya merasakan agin lewat dan mendengar pantulannya saja. Padahal dia sendiri yang menantangnya tadi.

"Anjir..." Iseei bergidik ngeri melihat lesatan bola kali ini lebih cepat dari sebelumnya. Bagaimana kalau mengenai wajahnya?

"Kenapa tidak ditahan, Bikou? Bukankah ini yang kau inginkan?" ucap Diodora yang tadi kesal dengan tingkahnya, kini mengejeknya.

Bikou yang sudah sadar dari keterkejutannya, mengabaikan Diodora dengan menatap lurus ke arah Naruto.

"Lakukan lagi!" pintanya tegas sambil bersiap dengan posisi badan menunduk serta kedua kakinya terbuka.

"Bik..?"

"Jangan takut! Aku yakin tadi cuma kebetulan!" mengintrupsi Vali yang membuka mulut, Bikou memprovokasi lawannya.

Toshiro yang sudah kesal melihatnya, berjalan mendekati net. "Hei bocah! Jangan sembarang kalau ngomong!" ucap pria rambut hijau tua itu membentaknya sambil melotot.

"Kenapa anda marah? Itukan pendapat saya!" balas Bikou terlihat tidak takut. "Apa dia tidak bisa melakukannya lagi?" lanjutnya, membuat lawan bicaranya geram.

"Kau..!'

"Biarkan saja Toshiro! Mungkin dia penasaran!" ucap Azazel menahan tubuh pria yang selalu diam itu kini terlihat marah ingin menghampiri lawannya.

"Apanya yang panasaran?" sahut Gintoki yang juga ikutan geram. "Dia malah terlihat seperti meremekan Naruto!"

Tidak!

Bikou dengan tegas membantah hal itu dalam hatinya. justru dia malah menganggap Naruto adalah pemain yang hebat.

Saat remaja rambut merah melakukan pukulan cepat dan berulang kali memblock spike rekan timnya, kemudian melakukan jumping service sampai mengenai wajah si bocah mesum, dia ingin sekali terjun ke lapangan dan merasakan langsung kehebatannya untuk menguji dirinya apakah mampu menahan spiker dan melewati blockernya?

Namun di saat ada kesempatan, remaja mata violet itu malah tidak melakukannya lagi dan itu membuatnya kecewa merasa dikasihani, lalu dia memberanikan diri menantangnya secara langsung karena ingin tahu seberapa besar perbedaan levelnya.

Sekarang meski masih terkejut, dengan kalimat provokasinya, dia ketagihan ingin lagi dan terus lagi karena kalau bisa menahannya sekali saja itu berarti ada kemajuan pada dirinya

"Sudahlah, kalian tidak perlu marah! Aku masih bisa melakukannya" ucap Naruto dengan sifat dewasanya itu coba melerai, membuat Azazel yang mendengarnya merasa tenang karena dia tidak tersinggung dengan ucapan Bikou.

"Perhatikan dengan baik bocah!" ucap Toshiro kembali ke posisinya, begitu juga Gintoki.

Sementara Bikou yang melihat Naruto bersiap melakukan jumping service yang dimintanya, sedikit mundur dari posisi saat ini ke tempat jatuhnya bola dari serangan sebelumnya.

Terus menatap pada Naruto, Bikou menunduk dengan kaki terbuka dan lengannya sudah siap menahan bola serangannya.

Bugh Wusshh Blduughhh

"Haahh..." menghela napas di pinggir lapangan, Anko prihatin melihat anak asuhnya mematung tidak bisa menahan jumping service Naruto.

"Haahh..!" jangankan menahan, menebaknya saja tidak bisa.

"Apa kau puas, Bikou?" ucap Arthur kesal pada rekan yang menantang lawannya kini terdiam di tempatnya.

"Lagi!" ucap Bikou bersuara, membuat Arthur jadi tambah kesal karena diabaikan. "Sudahlah Bikou, kenapa kau terus menantangnya? Apa kau tidak malu?"

"Kenapa harus malu? Ini cuma latihan..!" balas Bikou serius menatap Arthur ingin bicara, tapi dia mendahuluinya. "Bukahkan ini kesempatan untuk mengasah kemampuan kita agar lebih baik!"

Arthur yang mendengar hal itu dengan sangat jelas langsung terdiam tidak bisa menyangkal, karena apa yang diucapkan rekannya itu benar.

Tidah hanya Arthur, mereka yang ada di sana juga dapat mendengarnya dan itu merubah pandangan mereka yang tadinya kesal jadi salut dengan pemikirannya.

Tersenyum kerena akhirnya ada juga yang tahu tujuan mereka mengadakan latih tanding hari ini, Azazel melirik Naruto yang siap melakukan service.

"Naruto, apa kau masih bisa?" ucap pria rambut dua warna itu memastikan, takutnya dia sudah kelelahan.

"Ya tentu tidak masalah!" balas Naruto dengan senang hati meladeni semangat remaja yang menantangnya.

"Sudah seharusnya kita sebagai orang dewasa memberi pengalaman pada yang lebih muda!" sambungnya, membuat yang lain mengerutkan kening saat mendengarnya termasuk Anko.

Apa dia lupa dengan wujudnya?

Berbeda halnya dengan Anko yang sudah tahu wujud aslinya, Gintoki yang merasa ucapannya itu tidak cocok dengan sosoknya saat ini malah menganggapnya sebagai candaan.

"Haha...kau bisa saja, Naruto! Padahal umurmu sama dengan mereka" ucapnya diawali tawaan, lalu pria rambut abu-abu itu melirik pria rambut dua warna yang jadi tosser timnya.

"Kau lihat Azazel, tanpa sekolah pun dia sudah tahu bagaimana harus bersikap dewasa. Jadi untuk apa lagi belajar di sana!" sambungnya, membuat Sairaorg dan yang lainnya merasa tenang karena dengan itu mereka tidak akan bertermu dipertandingan resmi antar sekolah.

"Ayo mulai Naruto! Biarkan si bodoh ini ngoceh sendiri" ucap Azazel terlihat malas meladeni temannya.

Bugh Wusshh Blduughhh

Bugh Wusshh Blduughhh

Mengakhiri pertandingan dengan kemenangan telak di setiap setnya, Naruto yang sekarang baru sampai di parkiran menaikan alisnya saat melihat si tomboy asik nyender di motornya.

"Kenapa kau belum pulang?" tanyanya heran karena si tomboy sudah cukup lama keluar dari gor lapangan voli bersama tim Kuoh Akademi yang dilatihnya

"Menunggumu!" balas Anko jujur.

"Pasti minta dianterinkan?!" tebak Naruto dan si tomboy terlihat menggeleng. "Janjimu kemarin bagaimana?"

"Oh itu!" mengedarkan dulu mata violetnya ke sekitar tidak orang, Naruto kembali menatap si tomboy. "Selain menjadikan tim Kuoh Akademi sebagai juaranya, apa ada hal lain yang harus kulakukan?" pria rupa remaja itu berbalik nanya ingin tahu tugasnya.

"Tidak ada!" balas Anko yakin selaku pelatihnya. "Jadi bagaimana? Apa kau mau?" dia dengan harap cemas menunggu keputusannya.

"Kalau begitu sih tidak masalah!" ucap Naruto santai karena hal itu mudah baginya, ditambah lagi keberadaan pemain yang ada sekarang ini terlihat memiliki potensi dan semangat untuk bekerja keras.

"Yes!" ucap Anko senang karena selain Naruto mau membantunya, nanti mereka pasti akan sering bertemu.

"Ayo pulang!" ajak Naruto setelah melihat langit sudah mulai gelap dan dia takut ada orang lain melihatnya bersama pelatih Kuoh Akademi.

"Nanti ngobrolnya lanjut di rumah" ucap si pria rupa remaja itu membuat si tomboy tambah senang. Saking senangnya dia tidak masalah mau pake helm atau tidak, yang penting bisa terus bersamanya.

Tiga hari berlalu begitu cepat, mempersiapkan semua keperluan untuk pendaftaran agar bisa masuk ke Kuoh Akademi yang Naruto anggap sebuah misi penyusupan karena persyaratan yang mereka gunakan palsu begitu juga dengan wujudnya.

Berdiri di depan cermin dengan seragam Kuoh Akademi, Naruto memantapkan hatinya yang terus cemas akan melakukan tindak penipuan, di mana seharusnya dengan umurnya saat ini dia pergi ke sana sebagai guru bukan malah jadi murid.

Tapi tidak apa-apa! Karena selain membantu sahabat yang disanginyanya, pria rupa remaja itu juga bisa memancing kelompok yang sudah membuat wujudnya berubah.

.•.

Kuoh Akademi merupakan sekolan menengah akhir dengan bangunan terbesar yang ada di kota Kuoh, di mana jumlah murid laki-lakinya sedikit dikarenakan buruknya prestasi sekolah dibidang olahraga yang mana itu merupakan daya tarik anak laki-laki yang baru lulus SMP jadi enggan untuk melanjutkan pedidikannya di sana.

Di salah satu ruangannya saat jam pelajaran pertama dengan para murid yang kebanyakan perempuan kini terlihat fokus. Namun fokus mereka bukan pada pelajaran yang diterangkan guru di depan, melainkan pada murid baru laki-laki yang menurut mereka keberadaannya itu sangat langka. Terlebih lagi dengan parasnya yang tampan.

Sedangkan murid baru yang jadi fokus mereka yang tak lain adalah Naruto, si pria rupa remaja rambut merah berantakan sadar kebaradaanya itu diperhatikan mencoba tetap tenang dengan mata violetnya menatap keluar jendela di mana langit terlihat cerah sambil menopang dagunya.

Namun bukan untuk minikmati keindahannya, melainkan menghindari kontak mata dengan para gadis yang terlihat menggemaskan bagi kebanyakan pria dewasa termasuk dirinya.

Teng Teng Teng

Saat bel berbunyi tanda jam pertama berakhir, para murid perempuan langsung berhamburan ke arah si pria rupa remaja, mengabaikan guru yang mengajar tadi masih di sana merapihkan barang bawaanya kini geleng-geleng melihat tingkah laku mereka.

"Naruto-kun boleh minta kawin eh maksudku minta nomer Hp-mu?"

"Naruto-kun, kau tinggal di mana?"

"Apa kau punya pacar?"

"Hobimu apa Naruto-kun"

Astajim, dasar bocah! Naruto kaget langsung disosor para gadis muda yang menurutnya itu kurang awas dalam menjaga batas keamanan dirinya, di mana sekarang ini terasa ada yang kenyal menyentuh bahunya.

"Hei kalian ngapain di sana? Cepat kembali ke tempat masing-masing!" tergur guru yang baru masuk melanjutkan pelajaran kedua dengan nada tegas, membuat para murid yang sudah hapal betapa menakutkannya kalau dia marah langsung menurut.

"Dan kau murid baru jangan berbuat ulah kalau sedang di sekolah!"

Mendengar ucapan gurunya yang merupakan perempuan rambut perak dengan wajah datar menatapnya, Naruto mengerutkan keningnya heran karena setelah datang ke sekolah terus memperkenalkan diri di kelas, dia tidak pernah melakukan apa-apa selain duduk.

Namun karena tidak ingin mempermasalahkan hal yang menurutnya tidak beralasan dan jadi pusat perhatian lagi, pria rupa remaja itu hanya mengangguk tanda menurut.

Di kelas lainnya yang asik mendapat pelajaran kosong dengan ngobrol ngaler ngidul, seperti merencanakan kegiatan setelah sekolah, cerita soal film yang dilihatnya tadi malam dan lain sebagainya.

Bragkh

"Oi Vali..!"

Mendengar pintu kelas dibuka dengan keras oleh murid laki-laki yang selalu buat masalah, mereka menghentikan obrolan sejenak dengan menatapnya jengkel sudah mengganggu.

Tapi itu berbeda dengan remaja rambut perak yang namanya dipanggil langsung bertanya. "Kau, kenapa Bikou? Habis lihat setan!" Vali melihat temannya seperti habis lari.

"Dia ada di sini!" mendengar ucapan Bikou yang tidak jelas, Vali sedikit kesal. "Kalau ngomong jangan setengah-setengah, aku malas nanya lagi!"

"Ya, kau ingat pemain yang kutantang saat latih tanding 3 hari lalu! Itu.. yang ikut tim si pak tua mesum" ucap Bikou memberitahukan apa yang dilihatnya tadi setelah dari kamar mandi.

"Serius kau?" ucap Vali sedikit tidak percaya jika pemain yang sudah membuatnya termotivasi untuk giat berlatih lagi kini ada di sekolahnya.

"Iya, kalau tidak percaya kau lihat saja sendiri, dia ada di kelas-2!" penasaran dengan ucapan Bikou, Vali segera keluar dari kelas, begitu juga dengan murid lain yang curi-curi dengar.

"Siapa yang mereka bicarakan, Kuroka?" tanya gadis pirang bermata hijau pada gadis rambut hitam karena dia terlihat dekat dengan kedua orang yang kini jalan di depan.

"Tidak tahu mereka tidak pernah cerita soal itu!" balas Kuroka mengangkat bahunya kemudian mempercepat langkahnya saat Vali dan Bikou sudah berdiri di depan kelas yang ingin mereka datangi.

"Mana anying?" ucap Vali kesal merasa di jahili temannya setelah melihat kelasnya kosong.

"Oh iya.. tadi aku lihat si ratu es yang mengajar!" ucap Bikou sambil menepuk jidatnya sendiri.

"Berarti sekarang mereka ada di lapang?" ucap Vali tahu kalau si ratu es adalah guru olahraga.

"Ya!" Bikou mengangguk lalu bertanya. "Apa kita akan ke sana?"

"Ayo, mumpung pelajaran kosong"

"Kalian mau ke mana?" tanya Kuroka yang baru sampai di sana bersama si gadis pirang.

"Lapangan" balas Vali singkat sambil pergi diikuti Bikou.

"Bagaimana Arthuria? Apa kita kembali ke kelas saja?" tanya Kuroka pada si gadis pirang mata hijau.

"Nanggung, ah!"

.•.

Tobecontinue.


Sekian dulu untuk chapter kali ini dan terima kasih.

Untuk yang nanyain cerita Nomor 7 lanjut atau tidak, saya pikir-pikir dulu karena masalahnya sudah terpecahkan.