Vampire Bride

.

.

.

Genshin Impact © Mihoyo Ltd.

.

Chapter 2

Sebuah misi panjang.

Sebuah kereta kuda datang ke halaman kediaman Tartaglia, sebuah kereta kuda dengan banyak hiasan mawar disana. Setelah berhenti, seorang wanita dengan penutup mata sebelah berbahan renda keluar dari kereta kuda itu. Sebuah jubah kemerahan dengan bulu di bagian atasnya menyelimuti wanita itu.

Kedua pelayan yang berjaga di pintu membukakan pintu besar rumah itu dan masuk. Seorang pelayan mempersilahkan dia untuk duduk di sofa besar disana. Salah seorang pelayan sudah pergi untuk memberitahukan kedatangan tamu. Dua orang berambut oranye dan pirang berjalan masuk menuju ruang tamu.

Begitu si gadis berambut pirang melihat pakaian wanita itu dia bergidik. Hanya dengan melihat pakaian dari wanita itu, cukup membuatnya merasa dingin.

"Aku heran dengamu, Signora-san. Di hari sedingin ini kau memakai pakaian seminim itu," ujar gadis itu. Signora hanya terkekeh. Seorang pelayan datang membawa sebuah gelas wine pekat berisi sebuah cairan merah. Dengan perlahan, pelayan itu menaruh gelas itu di hadapan Signora.

"Mungkin karena aku sudah dari kecil tinggal di sini," kekehnya.

"Jadi, tumben kau kemari tanpa pemberitahuan?" timpal pemuda berambut oranye itu. Mereka berdua akhirnya duduk di sofa di hadapan Signora.

"Pagi ini Tsaritsa-sama mendapatkan undangan, sebuah undangan pesta dansa. Beliau menyuruhku untuk menjemput Lumine untuk ikut denganku. Setiap kerajaan harus menyerahkan wakil untuk datang kesana," ujar Signora. Dia mengeluarkan sebuah amplop berwarna ungu dengan ukiran berwarna emas. Sebuah lambang seperti topeng besar menghiasi undangan itu.

"Kenapa hanya Lumine? Aku juga harus ikut!" ujar Tartaglia tidak terima.

"Huuh … aku sendiri juga enggan mengikuti pesta dansa ini, Childe, tetapi, karena ini adalah pesta dansa yang mencurigakan. Karena persyaratan mengikuti pesta ini adalah seorang wanita, jadi jelas kau tidak bisa ikut," jelas Signora.

"Lalu, siapa yang akan melindungi Lumine nanti? Memang pesta dansa nya dimana?" tanya Tartaglia lagi.

"Inazuma, setidaknya kita akan seminggu berada di sana. Tenanglah, aku yang akan melindunginya," kata Signora, Lumine hanya mengangguk.

"Tidak apa-apa, Tartaglia. Aku bisa menjaga diriku sendiri kok, Tsaritsa-sama pasti ada alasan kenapa menyuruhku ikut dalam hal ini," ujar Lumine sambil menepuk-nepuk punggung Tartaglia pelan.

"Kalau begitu, biarkan aku ikut! Aku tidak akan datang ke kerajaannya, aku akan ada di luar," kata Tartaglia bersihkeras.

"Tidak bisa, karena sebentar lagi. Sebuah tumpukan surat harus melewati inspeksimu sebelum sampai di tangan Tsaritsa, kau juga harus memantau pembangunan rumah baru Nimune," kata Signora.

"Sampai ada laki-laki menyentuh seujung rambut Lumine, dia tidak akan bisa melihat matahari esok hari!" kesal Tartaglia sambil menggebrak meja di hadapannya. Dia langsung pergi entah kemana, mungkin menyalurkan rasa kesalnya.

"Mohon maaf dengan perlakuan Childe, dia tidak nyaman bila aku tidak berada dalam jangkauannya. Atau tidak berada di rumah ini," kata Lumine sambil tersenyum.

"Tenanglah, itu sudah biasa,"

"Jadi, Signora-san, dari semua istri duke. Memangnya hanya aku yang di ajak?" tanya Lumine, Signora hanya mengangguk. Gadis itu menghela nafas, dia tahu, tidak mungkin Signora sampai repot-repot kerumahnya. "Jadi, memangnya apa saja yang harus aku lakukan disana?" tanyanya. Biasanya bila Tsaritsa menginginkan Lumine untuk melakukan sebuah misi, maka dia akan mengutus Duke lain untuk menjemput Lumine.

"Terlepas dari pesta dansa yang hanya boleh di hadiri oleh wanita, ada desas-desus bahwa ada perdagangan wanita juga disana. Aku percaya dengan kemampuan menyamarmu,dan Tsaritsa sedikit tidak nyaman dengan dugaan ini. Sehingga, dia mengutusku untuk kesana, dan dengan kepandaianku menyusun rencana bila memang hal itu ada. Tenang, sesuai omonganku tadi, aku akan melindungimu," jelas Signora. Lumine hanya mengangguk.

"Biarkan aku persiapkan pakaianku terlebih dahulu," ujar Lumine sambil pergi dan Signora menunggu disana. Selama Lumine berjalan ke kamarnya, dia tidak menemukan keberadaan Tartaglia.

Dia langsung mengeluarkan kopernya dan mengemasi pakaian-pakaiannya. Sebuah pelukan menyelimuti tubuh Lumine dari belakang, dia hanya menghela nafas dan mengusap rambut orang yang memeluknya itu. Orang yang memeluk Lumine itu menaruh dahinya di pundak Lumine.

"Tenanglah Ajax, aku akan baik-baik saja disana," ujar Lumine menenangkan orang itu. "Sebelum bersamamu, aku adalah seorang prajurit bayaran. Hanya dengan pesta ini, aku akan baik-baik saja. Aku titip Paimon denganmu ya?"

"Bagaimana bila kau terluka disana? Inazuma sungguh jauh dari sini. Aku tidak yakin bisa menyelamatkanmu secara tepat waktu," ujarnya.

"Ssshh … tenanglah, ada Signora-san denganku,"

"Haaah … Baiklah, begitu aku menyelesaikan semua dokumen ini, aku akan menyusulmu ke Inazuma," ujarnya sambil melepas Lumine. Gadis itu hanya mengangguk dan tersenyum.

Lumine dan Signora menaiki kereta kuda itu dan kemudian pergi. Tartaglia mengantarkan mereka berdua hingga ke pintu, sementara dia diam di pintu hingga kereta itu keluar dari halaman rumahnya.

"Lady Signora sungguh menakutkan," ujar seorang gadis berambut merah itu.

"Baiklah, saatnya mengurus dokumen-dokumen itu," kata Tartaglia sambil meregangkan tubuhnya. "Oh, Nimune? Kau akan di antar salah satu maid untuk berbelanja,"

Sebuah kereta kuda lain datang, dan para maid datang untuk membawa beberapa tumpukan dokumen dari kastil Tsaritsa ke ruang kerja Tartaglia. Ketika Tartaglia mulai berjalan ke ruang kerja nya, tangannya di pegangi.

"Aku baru kembali beberapa minggu yang lalu, bisakah Tartaglia-sama saja yang menemaniku berbelanja?" tanya Nimune.

"Maaf tapi aku harus mengurus dokumen-dokumen itu segera kalau aku mau menyusul Lumine,"

"Kumohon, hanya sebentar kok," ujar Nimune sambil menarik-narik syal merah Tartaglia. Dia hanya menghela nafas dan menyuruh maid terdekat untuk mempersiapkan kereta kuda.

Tidak lupa dia membawa beberapa dokumen yang bisa dia sambil kerjakan di kereta kuda nanti. Sebuah pandangan tidak suka mengarah ke Tartaglia ketika dia membawa setumpuk dokumen dari ruang kerja nya. Pandangan itu semakin jelas ketika Nimune tahu, dia mendapatkan kereta kuda yang lain.

Tartaglia menyuruh Nimune untuk naik duluan ke kereta kuda, sementara dia menyiapkan beberapa keperluan lain. Setelah selesai membawa keperluan yang dia perlukan, dia naik dan duduk di seberang Nimune.

"Aaahh … musim dingin kali ini sungguh dingin ya?" kata Nimune memecah keheningan, sementara Tartaglia masih sibuk dengan dokumen-dokumennya. Dia hanya menjawab dengan gumaman, tidak sedikitpun matanya lepas dari dokumen-dokumen yang dia bawa.

"Tartaglia-sama? Aku baru tahu menjadi duke sungguh merepotkan seperti ini," ujarnya lagi.

"Yah, kebanyakan soal mengurus dokumen. Padahal aku lebih suka langsung terjun ke lapangan," jawab Tartaglia.

"Ayahku hanya seorang Earl, dan kelihatannya untuk naik ke tingkat Duke sungguh susah ya?"

Sekali lagi Tartaglia hanya menjawab dengan gumaman. Sebenarnya Tartaglia terpaksa melakukan ini, karena perintah dari Tsaritsa-sama untuk menuruti semua permintaannya selama berada di kediamannya. Dia sudah berfikir akan menggunakan Lumine sebagai alasan, tetapi, sekarang Lumine di bawa Signora pergi untuk waktu yang lama.

Selama dia pergi dari ruang tamu tadi, dia melakukan koordinasi dengan anakbuahnya. Dia menyuruh dua orang anakbuahnya yang paling dia percaya untuk membuntuti Lumine dari belakang. Dan sekarang kedua anakbuah nya itu sudah berangkat mengikuti rombongan itu dari belakang, dengan jarak yang sudah di suruh oleh Tartaglia.

"Tartaglia-sama, apakah kau memang se-serius ini ketika melakukan pekerjaanmu?" tanya Nimune. Tartaglia kembali menjawab hanya dengan gumaman.

"Aku harus segera menyelesaikan hal ini kalau aku ingin segera menyusul Lumine," jawabnya lagi.

"Anda sungguh menyayangi Lumine ya?" tanyanya. Pena bulu yang dia pegang seketika patah, beberapa tinta terciprat hingga ke gaun Nimune. Aura di kereta kuda itu seketika menjadi menakutkan, badan Nimune sedikit bergidik ngeri dengan aura yang dia rasakan sekarang.

"Akan aku bunuh laki-laki manapun yang berani menyakitinya sedikitpun. Dan kau, lebih baik panggil dia dengan rasa hormat. Pangkatmu jauh dibawahnya," ujar Tartaglia sambil mengarahkan pena nya yang patah ke arah Nimune.

Nimune hanya mengangguk dan mengangkat kedua tangannya. Tartaglia lalu membuang pena itu keluar jendela, dia sekarang tidak bisa melanjutkan pekerjaannya.

"Haah … seharusnya aku lebih mengontrol emosiku," sesal Tartaglia. Dia juga tidak membawa pena cadangan.

"Ah, Tartaglia-sama. Kita sudah sampai, ayo. Siapa tahu kita bisa membeli pena di sini," ajak Nimune sambil turun dari kereta kuda. Mereka sampai di pusat perbelanjaan yang cukup besar di sana.

Semua pegawai disana dengan hormat mempersilahkan rombongan Tartaglia masuk. Yap, Tartaglia datang dengan dua buah kereta kuda. Kereta kuda pertama berisi dia dengan Nimune, sementara yang kedua berisi beberapa maid untuk membawa belanjaan itu.

'Eh, kenapa Tartaglia-sama membawa putri earl?'

'Kelihatannya Tartaglia-sama mulai memikirkan memiliki seorang selir,'

'Benar, setiap laki-laki pasti memiliki rasa bosan. Apalagi dengan statusnya yang seorang vampir, pasti akan bosan bila hanya dengan satu wanita,'

Sebuah bisik-bisik terdengar di telinga Nimune. Kelihatannya, berita bahwa nasib malang yang menimpanya belum menyebar luas. Tsaritsa memang memiliki kebiasaan untuk tidak menyebar sebuah kabar duka sebelum dia paham pasti apa penyebabnya. Dia tidak ingin rakyatnya dalam kondisi di gantung karena kepastian sebuah kejadian masih belum di ketahui.

Mendengar hal itu Nimune langsung memeluk lengan Tartaglia. Dengan refleks, Tartaglia menghentakkan tangan Nimune. Dia kemudian ke bagian toko pena dan meminta pena terbaik yang mereka punya.

Setelah mendapatkan pena nya, dia langsung kembali ke kereta kuda.

"Kalian bantu Nimune untuk mencari keperluannya, aku ada hal yang harus aku lakukan. Aku akan tetap berada di kereta kuda," ujar Tartaglia sambil menyuruh beberapa maidnya. Semua maid yang ada di sana mengangguk dengan patuh.

"Tartaglia-sama, dokumen-dokumen itu bisa menunggu. Ayolah," manja Nimune sambil memegangi syal merah Tartaglia. Tartaglia hanya menggeleng.

"Tidak, semakin cepat dokumen-dokumen ini selesai maka semakin baik," ujar Tartaglia tidak peduli dan berjalan menuju tempat dimana kereta kudanya di parkirkan.

'Wah dingin sekali sih, berbeda sekali dengan saat bersama Lumine-sama,'

'Sudahi gosip kalian, putri earl itu memang di suruh baginda Ratu Tsaritsa.'

'Ba-baik kepala,'

Nimune kesal, biasanya dengan kecantikannya setiap laki-laki akan tergoda. Kelihatannya menggoda seorang Tartaglia akan sedikit susah.

.

.

.

TBC

Yahoo, Akhirnya Clara bisa update cepet!

Yeaaayy!

Maaf kalau di chapter kali ini kebanyakan percakapannya. Semoga suka.

Terima kasih telah membaca sampai sini.