BAD BOY

Dipagi yang cerah ini SM SHS dibuat riuh untuk kesekian kalinya. Para yeoja yang baru saja datang lebih pagi langsung berbaris rapih di lorong. Sedangkan siswa-siswa berseliweran disekitar halaman sekolah hanya bisa diam. Mencibir dan memperlihatkan raut wajah iri. Tidak ketinggalan para yeoja itu mempersiapkan peralatan make up. Masih ada beberapa dari mereka berdandan. Guna mempercantik diri. Ada pula yang bahkan dengan sigap memegang kamera ponsel mereka. Ini bukan hal biasa bagi mereka. Sudah hampir setiap hari sepanjang masa sekolah para murid-murid SM SHS melakukannya. Tapi... Sebenarnya ada apa sih di sekolah ini?

Oh! Tentu saja!

Semua terjawab ketika dua mobil sport berwarna merah dan hitam memasuki halaman sekolah. Mobil-mobil itu kemudian terparkir dengan cekatan di tempat biasa. Pengemudinya begitu handal dengan kecepatan tinggi langsung mengambil posisi pas dengan tempatnya. Tempat parkir khusus 'mereka' tentunya. Baru saja si pengemudi memberhentikan mesin mobil. Siswi-siswi SM SHS itu seketika histeris melihat satu persatu dari mereka keluar.

Yap!

Panggil saja mereka dengan 'penguasa sekolah'. Kelima namja yang membuat keributan setiap harinya ini telah datang. Namja-namja tampan, kaya, berbakat, dan juga populer baik disekolah maupun di luar sekolah mereka tentunya. Dan kali ini mereka tidak datang pas-pasan jam masuk sekolah. Karena salah satu dari kelima namja tersebut sadar diri kalau mereka telat terus itu tidak baik. Sebenarnya, tidak perlu takut akan kena omel guru atau dipanggil keruang BP saat telat. Namja-namja itu memiliki segalanya untuk menguasai SM SHS hanya sekali bicara. Apalagi salah satu dari kelima namja tampan itu adalah cucu dari pemilik sekolah. Atau sebenarnya ada dua? Yang jelas mereka terlalu berkuasa kuat di SM SHS!

"Oppaaa!" jeritan siswi-siswi disekitar pekarangan sekolah mulai tidak karuan.

Siswi-siswi itu sekarang bagaikan fansite yang mencecar idolanya. Mereka mulai menjepret sana sini hanya dengan menggunakan kamera hp atau bahkan merekam melalui handicam. Oh, jangan heran. Namja-namja itu memang bak seorang idola. Ketampanan mereka bisa di bilang hampir mengalahkan boy band dan aktor yang baru-baru ini debut .

Salah seorang namja berbadan pendek berparas manis baru saja memasuki lingkungan sekolah. Pandangannya datar menatap kerumunan di depannya. Dirinya sedikit mendecak pelan mengingat jalan masuk kegedung utama sekolah tertutup sepenuhnya oleh fans para penguasa sekolah. Namja bertubuh mungil itu mendecih pelan. Ia merasa heran. Perasaan pagi ini dia datang lebih cepat. Kenapa jam segini sudah ramai? Dengan segenap kekuatan dia berusaha menerobos masuk. Namun nihil. Tubuhnya terlalu lemah dan kecil. Sedangkan kerumunan yeoja ribut itu masih sibuk berteriak memanggil-manggil nama mereka yang masih berdiri di parkiran. Namja mungil ini merasa kupingnya akan pecah pagi ini mendengar teriakan kaum hawa yang errr... seperti mahkluk hutan masuk kota.

"Cih, mereka lagi" cibir Baekhyun sambil meniup poni coklatnya yang menutupi wajah.

"Apanya sih yang membuat para yeoja ini meneriaki mereka sebegitu hebohnya? Aku bahkan tidak kalah menariknya dari mereka. Huh!" bisiknya lagi selagi menunggu jalan terbuka dengan sendirinya. Pasalnya terlalu susah sedekar berjuang masuk kedalam gedung sekolah dan duduk manis dikelasnya. Tidak ada jalan lain terkecuali mau memanjat pagar belakang sekolah. Dan kaki Baekhyun terlalu kecil untuk bisa menggapai pagar besi itu.

Ya.. Mau tidak mau Byun Baekhyun pagi ini harus menunggu dengan sabar sampai kerumunan makhluk hutan itu berteriak dan masuk kekelas masing-masing.

Ehem! Mari kita alihkan si mungil sebentar dan memperkenalkan para namja yang menjadi asal usul para yeoja meleleh langsung ditempat ketika melihat mereka. Hehe

Namja pertama : Wu Yi Fan atau biasa di sebut Kris. Tubuhnya untuk anak berusia 18 tahun sepertinya terlalu tinggi. Wajahnya tampan dengan hidung mancung dan kulit putih. Perawakan China – Kanada sehingga mukanya dapat keturunan bule dikit. Jadinya ganteng plus cool abis! Sikapnya paling dingin diantara keempat temannya. Dan Kris memang jarang banyak bicara. Putra dari pemilik perusahaan mobil terbesar di China. Entah kenapa pindah ke Korea saat berusia 12 tahun sesudah dirinya sempat tinggal di Kanada saat berumur 6 tahun.

Namja kedua : Kim Jongin. Namja yang memiliki kulit paling gelap kerap di panggil dengan sebutan kkamjong atau Kai. Entah kenapa namanya selalu berganti-ganti tergantung mood temannya . Kai adalah namja yang err... paling seksi? Yap! Karena dirinya sangat tampat, seksi, dan hot! Kai memegang predikat namja paling playboy diantara keempat temannya. Rayuan mautnya dan kedipan matanya mampu membuat para yeoja meleleh bak es yang terkena sengatan mentari.

Namja ketiga : Kim Jongdae. Panggilannya Chen . Chen ini yah... sebelas dua belas lah sama Kai. Tidak beda jauh. Chen juga termasuk namja playboy. Meski tidak separah Kai yang punya otak yadong super kuat. Chen termasuk yang 'cukup' ramah diantara temannya. Suaranya begitu merdu. Putra sulung pemilik perusahaan musik terkenal di Asia Tenggara dan memiliki senyum maut yang dapat menipu siapa saja.

Namja keempat : Park Chanyeol. Ayahnya adalah pemilik perusahaan terbesar di Korea nomer dua. Namja bertubuh tinggi yang hampir sama dengan Kris dan memiliki mata bulat. Chanyeol bisa di sebut 'pemimpin' dari para penguasa sekolah. Park Chanyeol juga di kenal paling ganas diantar yang lain. Ucapannya ketus dan perlakuannya suka semena-mena. Chanyeol tidak pernah ambil toleransi jika ingin 'menghabisi' seseorang. Intinya.. tidak ada yang berani macam-macam dengan seorang Chanyeol jika semua tulang dan organ tubuh masih mau berfungsi dengan baik.

Namja kelima : Xi Luhan. Namja bertubuh kecil, mungil, dan berparas paling cantik. Luhan termasuk kelima penguasa sekolah yang paling benar . Dirinya adalah namja yang paling baik, ramah, anggun, dan sikapnya juga lembut. Luhan juga salah satu cucu dari pemilik SM SHS. Ayahnya pengusaha terbesar di China nomer satu. Dan secara tidak langsung dialah yang paling berkuasa disekolah ini.

Namun Luhan tidak suka memakai kekuasaannya dengan semena-mena. Banyak namja yang mengincarnya dari pada yeoja. Karena tentu saja. Yeoja yang berpacaran dengannya akan sangat terbanting. Melainkan wajah Luhan yang bisa dibilang sangat cantik untuk seorang pria. Lebih cantik dan manis daripada yeoja lainnya.

Nah sudah perkenalan mereka akhirnya berjalan perlahan masuk kedalam gedung dengan sisi kanan dan kiri mereka yeoja dimana-mana.

"Oppa ini untukmu. Kemarin aku membuatnya. Terimalah perasaanku ini Oppa!" sahut salah seorang yeoja dengan beraninya mendekati kelima namja itu. Sambil menyodorkan sebuah kotak berwarna coklat tua berpita pink kepada namja jangkung yang berjalan paling depan.

Namja jangkung bermata bulat itu menepis kotak berisi kue coklat buatan sang yeoja. Wajahnya terlihat malas dan beberapa kali menghela nafas berat. Membuat si yeoja yang nekat tadi menunduk lemas. Entah kenapa dirinya terlalu nekat untuk mengungkapkan perasaanya kepada namja paling ganas disekolah. Dia juga sudah terbiasa kepada sikap dinginnya Park Chanyeol kepada semua orang. Wajar. Namja jangkung ini sifatnya paling tempramental dari keempat kawannya.

"Kau bercanda? Lebih baik buang saja! Aku tidak mau menerimanya. Bisa-bisa sakit perut kalau kumakan. Cih!"cibirnya ketus dan tetap berjalan.

Si yeoja nekat tadi mulai menangis sambil menunduk. Tangannya masih memegang kotak kue itu dengan gemetar. Sesekali dia mengusap airmatanya kasar. Isakkannya malah semakin menjadi ketika teman-temannya mengelilingi si yeoja itu. Mengelus punggungnya menyalurkan rasa simpati dan kasian.

"Hey, jangan menangis" satu suara membuat si yeoja nekat tadi mengangkat wajahnya.

"Opp—"

"Sini biar aku saja yang makan. Kalau si tiang bodoh itu tidak mau buatku saja. Boleh? Lagipula kue ini terlihat enak" ucapnya. Yeoja itu langsung merona dan mengangguk cepat. Ketika salah seorang namja yang memiliki kulit terseksi diantara mereka mengambil kotak kuenya.

"Thanks manis" ucap Kai lalu mengerling kepada si yeoja nekat tadi. Dirinya serasa meleleh di tempat dan langsung di ikuti pekikan histeris dari teman-temannya. Namja genit tukang merayu ala gombal buaya darat tadi segera masuk kedalam gedung sekolah. Mengingat salah satu temannya yang bertubuh lebih kecil memanggilnya.

Seketika murid-murid yang masih cengo akan kelima namja tampan tadi bergegas masuk kedalam juga. Mereka terkesan merasa beruntung. Pagi-pagi bisa melihat pemandangan indah nan adem. Apalagi pesona namja yang berkulit seksi tadi. Membuat semangat belajar mereka semakin meningkat. Terkecuali untuk para siswa lain yang tidak masuk hitungan 'namja tampan' sekolah. Namun ada yang membuat mereka juga senang akan kelima penguasa sekolah itu. Salah satu dari mereka, namja bertubuh mungil memiliki wajah manis bak gadis impian para lelaki. Sikapnya juga paling baik dan ramah dari keempat namja lainnya. Siapa lagi kalau bukan Xi Luhan? Banyak para namja yang mengidam-idamkan diri mereka menjadi namjachingu seorang Xi Luhan. Namun sayang, sampai saat ini belum ada namja atau yeoja yang pantas bersanding dengannya. Karena standar si namja mungil ini sangatlah tinggi. Menurut mereka...

Baekhyun menghela nafas lega. Ketika jalan untuk masuk kedalam gedung utama terbuka lebar. Ditariknya tas ransel yang menggantung manis dipunggung kecilnya. Kakinya mulai melangkah masuk. Menatap kelima namja penguasaha sekolah itu dengan tatapan sinis dan jijik. Para keparat brengsek yang suka semena-mena seenak jidat lebar Kim Jongdae memang terlihat memuakkan dimatanya.

Eits! Tapi jangan salah. Salah satu dari mereka telah mengetuk pintu hatimu Byun Baekhyun. Dan kau tidak pantas mengomentari hal-hal yang berbau jelek mengenai mereka. Karena apa mau dikata? Dirimu telah terbius pesona kuat dari namja jangkung itu kekeke~

"Kau bodoh! Pagi-pagi menolak makanan enak" cibir si namja berkulit seksi, Kai sambil membawa masuk kotak kue kedalam kelas.

"Ya! Kau bisa sakit perut! Kalian juga tidak tahu kan apa yang akan yeoja-yeoja aneh itu masukkan kedalam kue itu? Bisa saja kue itu dicampur obat-obat peransang aneh atau semacamnya" salah satu dari mereka terbahak mendengar ocehan tidak jelas seorang Park Chanyeol.

"Heh! Mana mungkin! Pikiranmu terlalu sempit! Pantas saja kau jarang dapat hadiah dari fansmu" ujarnya lagi lalu membuka kotak itu.

"Benar. Mungkin sebaiknya kau ambil saja kue itu. Ah! Aku lapar! Kai bagi aku sepotong" tambah Chen lalu menghampiri Kai. Mengambil potongan kue coklat betabur choco cips yang membentuk hati. Namja jangkung bermata bulat itu hanya bisa mendecih sinis mendengar perkataan teman-temannya.

"Bahkan sekalinya dapat kau tetap menolaknya. Tindakanmu benar-benar tidak asyik. Padahal aku saja mau menerima jika di kasih hadiah seperti ini.." namja tadi menggantungkan kalimatnya. Matanya memandang kearah Luhan. Senyuman manis menggoda di alihkan pada namja mungil berparas cantik itu. Namun dia tidak merespon. Luhan hanya duduk diam dengan anggun. Sikapnya sangat mencerminkan orang yang berkelas.

"Hitung-hitung untuk sarapan pagi yang gratis. Iya tidak Chen, Kris?" Chen mengangguk sedangkan Kris hanya mendengus tersenyum miring sambil duduk dengan novel ditangannya. Ucapan Kai menggoda Chanyeol kembali. Dasar namja-namja brengsek. Bukan para penguasa sekolah namanya kalau tidak memanfaatkan situasi dan kondisi.

"Lagipula kalau tidak enak kau bisa membuangnya Yeol. Aku juga tidak sudi makan makanan gosong beracun buatan tangan yang tidak enak" kekeh Chen.

"Terserah" acuhnya. Kemudian terdengar kekehan ringan dari si mungil di sampingnya.

"Kau pasti lapar Yeol. Semalam kau tidak menyentuh makanan apapun disana kan?" ucap namja mungil ini. Chanyeol menggeleng. Lalu duduk sambil menaikkan kakinya di atas meja dengan kedua tangan terangkat menyilang dibelakang kepalanya.

"Aku sedang tidak mood makan"

"Wow! Ternyata yeoja itu pintar memasak! Kue ini enak loh!" Kai mulai mendelik kearah Yeol. Mencoba melihat reaksinya. Padahal perut Chanyeol sudah tidak bisa kompromi. Sebenarnya dia lapar. Hanya saja malas makan. Apalagi makanan tidak jelas begitu dari orang lain. Pikirnya perutnya akan sakit atau bahkan muntah saja sekalian jika memakannya.

"Lu, ini enak sekali. Kau mau?" tawarnya sedangkan Chen sudah menghabiskan hampir dua potong dan membaginya pada Kris yang masih diam. Luhan menggeleng.

"Aku tidak mau makan manis-manis dipagi hari"

"Ck! Kau sama saja dengan Chanyeol. Selalu jaga gengsi"

"Bukan begitu. Aku tidak mau merusak gigiku dengan coklat pagi. Itu saja" jelas Luhan dengan sikap yang bisa dibilang namja ini sangat sopan atau auranya memang beda dari orang biasa?

"Ya ya ya. Tuan putri yang cantik. Aku juga tidak mau melihat bekas coklat itu menempel digigi putihmu"

PLAK!

"Sakit Lu..."

"Jaga mulutmu Kkamjong! Berapa kali kubilang jangan panggil aku putri cantik!" namja mungil ini akhirnya mulai ngomel dan memukul Kai cukup keras di lengannya.

"Sadarlah Luhan. Kau memang cantik dan manis" ujar Chen menambahkan

"Aniya Chen! Kris! Aku tampan kan? Katakan kepada dua orang menyebalkan ini kalau aku tampan!" lirih Luhan dengan puppies eyesnya memelas kepada Kris.

Kris tersenyum lalu menggeleng pelan. "Ani Lu. Kau sangat manis. Lebih manis dari seorang yeoja" kekeh Yi Fan.

Kai dan Chen kembali tergelak. Sedangakan Luhan mempoutkan bibirnya kesal.

"Terserah kalian sajalah. Aku bosan sama kalian!" keluhnya kemudian duduk menghadap kedepan dengan gelakkan tawa ketiga teman laknat Luhan yang baru saja menggodanya.

"Kalian berdua benar-benar mirip! Sama saja kelakuannya. Tidak beda jauh dari Chanyeol" papar Kai diikuti tawa Chen dan Kris hanya tersenyum seadanya.

"Kalian semua berisik!" geram Chanyeol yang ternyata nyaris tertidur dengan posisinya tadi.

Kai dan Chen mulai terdiam. Luhan menahan tawa mengejek kedua temannya dan Kris? Kembali berkutat dengan novel yang belum habis dibacanya.

Tidak berapa lama seorang murid melintas dikelas mereka. Tubuh mungilnya yang membawa beberapa buku ditangannya terlihat kesusahan. Namun mata sipitnya masih sempat-sempatnya menoleh kekelas 12-1. Tempat para namja tampan sekolah berada.

BRUK!

Tanpa sengaja namja berbadan pendek itu menabrak seseorang didepannya.

"Ah, maaf aku tidak sengaja.."

"Tidak apa-apa aku yang salah. Sini kubantu" ujar seseorang yang menabraknya tadi.

"Terima kasih Suho-ssi" ucapnya sambil tersenyum. Suho, namja dengan wajah tampan ademnya tersenyum bak malaikat. Lalu mengangguk mengiyakan.

Tiba-tiba sang namja berbadan pendek merona sekilas. Jarang ada yang memperlakukannya dengan baik. Mengingat dirinya hanya 'underdog' disekolah ini. Penampilannya memang biasa. Hanya saja terlihat lebih rapih dan wajahnya juga tidak kalah manis dari namja mungil penguasa sekolah. Seorang Xi Luhan maksudnya.

Matanya perlahan melirik lagi kedalam kelas ketika Suho menginggalkannya. Seketika pandangannya bertemu dengan seseorang yang sudah sepatutnya dia hindari. Sebenarnya dia mencari sosok lain. Seseorang yang memikat hatinya beberapa bulan ini. Tapi arah pandangnya malah salah melihat dan sialnya mata namja manis ini bertemu dengan seseorang yang paling antis untuk dirinya dekati.

Park Chanyeol

Gumaman dalam hatinya serasa menggema dipikirannya. Melihat namja jangkung itu masih dalam posisi tadi. Duduk dengan kaki diatas meja dan tangan di belakang kepalanya. Menatapnya dengan tatapan tajam. Rahangnya mengeras. Ekspresinya cukup datar dan dingin. Dia sangat sinis. Seperti biasanya...

Jangan heran! Park Chanyeol memang tampan. Tinggi. Bertubuh atletis. Kaya. Berkelas dan juga berbakat. Ya.. Berbakat menjadi berandalan. Mengerjai murid-murid sekolahnya. Mengucilkannya. Membully-nya. Bahkan.. Park Chanyeol bisa mematahkan leher siapa saja yang mengganggu jalannya.

Namja manis itu menggeleng beberapa kali. Sesekali bergidik ngeri. Dirinya baru saja bertatapan dengan orang paling ganas disekolah. Kali ini dia meilhat Kris. Namja tampan nan cool yang sedang membaca buku dalam diam di belakang kelas. Sudut bibirnya tertarik. Rona pipinya semakin terlihat. Namja mungil itu tersenyum seraya menyembunyikan wajahnya ditumpukan buku yang dia pegang. Namun kegiatannya harus berhenti saat bel berbunyi. Kakinya segera melangkah meninggalkan kelas pria idamannya. Dan bahkan tanpa ia sadari. Park Chanyeol menampakkan amarah diwajahnya sambil menurunkan kaki dan meninju mejanya perlahan.

Park Chanyeol ingin membunuh seseorang saat ini.

.

.

.

"Aku tadi pagi merasa beruntung bisa melihatnya meski hanya sekilas. Seperti biasa! Dia sangat tampan dan cool! Memandangnya lama-lama memang tidak tahaaan! Ingin rasanya bisa dekat dengannya meski cuma semenit. Ah... Ani! Lima menit! Lima menit boleh deh. Hehe. Lalu blablabla—"

"Baek" potong temannya yang sedari tadi berdiam diri sambil membaca buku mendengar Baekhyun berceloteh mengenai harinya.

"Apa?"

"Mulutmu" ucapnya seraya menepuk-nepuk mulutnya sendiri.

"Waeyo?" heran Baekhyun. Si namja manis tadi tidak sadar dengan yang mulutnya memang terlahir cerewet. Sudah menggangu ketenangan seseorang yang selalu rutin datang keperpus guna membaca buku yang bermanfaat. Tapi Baekhyun dengan mulut lebarnya tidak pernah berhenti berceloteh. Memang namja itu tidak ada masalah. Justru dia sudah tahu betul bagaimana sifat Baekhyun dari kecil. Namun saat ini namja disebelah Baekhyun butuh ketenangan untuk sekedar membaca buku yang baru saja sepuluh menit yang lalu dia ambil. Dan Baekhyun mulai merusak harinya dengan square lips yang bahkan tidak tahu apakah ada remnya atau tidak hanya untuk memilah kalimat panjang kali lebarnya.

"Diamlah. Kita sedang di perpus. Kau tahu peraturannya kan?" bisik si-namja berkacamata tebal dengan lembut. Baekhyun mengangguk pelan. Lalu membekap mulutnya sendiri sambil terkekeh. Sikacamata balas tersenyum. Satu tangannya terulur mengelus pelan rambut namja yang badannya lebih pendek darinya.

"Bagus" ucapnya lagi. Kemudian si kacamata tebal berbalik. Melangkahkan kakinya menuju rak buku yang dia cari. Baekhyun mulai mengekorinya sambil melangkah kecil dengan manis~

"Tapi kau tau sesuatu, Hun?" Baekhyun mulai membuka percakapan lagi.

"Hem?" namja berkulit pucat ini hanya bergumam tanpa menoleh ke-Baekhyun sambil mengambil beberapa buku baru dan di bacanya.

"Tadi... Chanyeol sempat menatapku.." lirihnya pelan.

Si namja berkacamata tebal menoleh. "Park Chanyeol?"

Baekhyun mengangguk. "Tatapannya sangat tajam. Aku takut di incarnya hari ini.."

"Hey. Jangan bicara begitu. Tidak baik Baek" bisiknya memperhatikan keadaan sekitar.

"Tapi Chanyeol tidak sekali dua kali mengincarku. Firasatku mengatakan.. Hari ini aku bakal dapat jatah" Baekhyun mulai bersandar pada rak dibelakang lalu mempout-kan bibirnya.

"Berhentilah berpikir tidak masuk akal. Jangan pakai firasat. Kalau dipikirkan nanti malah terjadi Baek" Si kacamata, Oh Sehun mulai menutup bukunya dan membetulkan letak kacamatanya. Memandang Baekhyun gusar.

Baekhyun menghela nafas berat. Lalu mengangguk perlahan. "Kau benar Hun. Aku tidak seharusnya berpikiran tidak benar. Kurasa aku sedang bingung hari ini karena cuma bisa melihat Kris sekali hehe"

Sehun memutar kedua bola matanya malas. "Kris lagi..." desahnya, kemudian Baekhyun terkikik dan mulai bercerita panjang kali lebar kembali.

.

.

.

BRAK! BRUK! TRANGG!

Suasana waktu istirahat sekolah menjadi mencekam dan riuh sejam yang lalu. Terlihat gerumulan yeoja dan namja yang penasaran dengan suara ribut yang berasal dari lorong lantai 3 ini. Beberapa dari mereka hanya bisa bungkam denngan pandangan berbeda-beda. Memperhatikan pemandangan di depan mereka. Ketakutan tentunya. Tidak ada yang berani ikut campur atau bahkan sekedar menenangkan. Melihat salah satu dari namja tampan sekolah mulai terlihat asyik dengan incarannya.

"Mau kemana kau hahh? Lari keujung dunia bahkan akan kuhabisi kau!" umpat namja yang bertitle paling sadis dari pada keempat temannya.

"Yeol! Sudah!" Kai menahan lengan Chanyeol yang tidak bertahan lama karena langsung di hempaskan dengan kasar.

Baekhyun dan Sehun yang baru saja naik kelantai atas begitu terkejut melihat pemandangan didepannya. Chanyeol sudah mendapat incarannya hari ini dan itu bukan Baekhyun. Dia merasa sedikit lega. Namun kasian juga. Pasalnya Chanyeol terlihat menyeramkan saat ini. Dirinya dan Sehun yang masih penasaran tetap disana. Heran melihat apa yang baru saja terjadi. Bahkan Baekhyun sempat bertanya penasaran kepada yeoja di sampingnya kenapa Chanyeol mengamuk. Setelah tahu Baekhyun hanya bisa mengangguk-angguk ayam.

BUK!

Satu tendangan mengenai perut salah seorang siswa yang sedari tadi berusaha lari. Tubuhnya sudah sangat lemas dan gemetaran. Namja itu merangkak perlahan-lahan berusaha menjauh dari Chanyeol. Airmatanya berlinang. Badannya juga sakit akibat tendangan Chanyeol tadi. Dan lokasi tempat namja itu di-bully sudah tidak bisa di bilang tempat. Sampah tergeletak di sana-sini. Beberapa pot-pot bunga yang menjadi hiasan depan kelas telah hancur. Chanyeol sedang mengamuk parah.

"Maaf sunbae... Aku tidak sengaja" lirihnya berusaha menarik rasa simpati Chanyeol agar namja itu berhenti menyiksanya.

"Tidak sengaja katamu?! Jasku kotor gara-gara es krimmu bodoh! Kau harus tanggung jawab!" umpat Chanyeol geram.

Ya. Adik kelasnya ini baru saja tidak sengaja tersandung saat berjalan dan es krim yang dibawanya mengenai jas sekolah Chanyeol yang sedang melintas bersama temannya.

"Ampun sunbae..." ringisnya meminta maaf sambil memegang perutnya.

"Chanyeol sudahlah. Dia tidak sengaja.." cegah Kai memegang tangan Chanyeol yang hendak memukul namja itu lagi.

"Berisik kau Kai! Kau mau bernasib seperti temannya yang tadi huh?! Kau mau mati?!" teriak Chanyeol kalap didepan Kai. Kai hanya diam. Teman adik kelas yang tadi berulah hingga membuat Chanyeol marah sudah dilarikan ke-UKS. Karena ketika Chanyeol menendang pot bunga serpihan keramiknya mengenai pelipisnya. Belum lagi tubuhnya penuh memar. Sama halnya seperti yang didepannya saat ini. Hanya saja disiksanya belakangan. Padahal teman adik kelasnya tadi sama sekali tidak bersalah. Chanyeol hanya sedang kesal dan butuh pelampiasan. Tuan Park saat ini bagaikan binatang buas tidak tahu aturan.

Kris yang baru datang segera menarik si adik kelas menjauh masih dengan ekspresi dingin. Sedangkan Chen juga ikut menghentikan Chanyeol menahan Tuan Park yang masih ingin menghabisi adik kelasnya. Ini cuma masalah menumpahkan es krim. Kenapa Chanyeol menjadi sangat sensi? Chanyeol memang terkenal ganas. Meski begitu siswi-siswi itu tetap menjadi fans Chanyeol dan tentunya fans yang nekat karena menyukai Chanyeol yang suka membully orang.

"Chanyeol! Hentikan!"

Satu teriakan membuat Chanyeol menoleh. Tapi tidak dihiraukannya dan kembali menendang kaki adik kelasnya yang telah tersungkur di lantai cukup keras. Seketika tubuh mungil memeluknya dengan erat dari belakang. Tangan Chanyeol yang terkepal diudara berhenti. Tubuhnya sedikit meronta dan tangannya minta di lepaskan oleh Luhan, si namja berwajah cantik.

"LEPAS!"

"TIDAK!" teriak Luhan tetap memeluk Chanyeol.

"Sekarang!" sahutnya lagi dan beberapa siswa yang sedang lewat langsung mengangguk paham dan membopong incaran Chanyeol pergi menjauh dari amukan malaikat pembunuh ini.

"LUHAN! KAU?! BERANINYA KAU MEMBUAT DIA PER—"

"Sudah... Kumohon jangan berbuat begini.." ucap Luhan seraya membalikkan tubuh Chanyeol menghadapnya. Dengan gerakan cepat Luhan memeluk Chanyeol dengan erat sampai mata Luhan terpejam. Kemudian namja cantik ini mengelus pelan kepala Chanyeol meski dia bersusah payah harus berjinjit.

Baekhyun dan Sehun yang melihat itu sempat melongo. Ini memang bukan kejadian biasa Luhan bersikap lembut dengan teman-temannya baik sahabatnya maupun murid lain. Bahkan mencegah Chanyeol sekalipun yang sedang kalap. Tapi entah kenapa Baekhyun merasa tidak senang melihat Luhan dengan mudahnya mampu membuat Chanyeol menjadi diam. Meski dia tidak patut menerka yang tidak-tidak. Berperasaan tidak suka dan sebagainya. Tentu saja. Memang hanya Luhan yang bisa menenangkan Chanyeol. Baekhyun juga bingung apa hubungan yang dimiliki si cantik dengan si tiang listrik pembantai ini? Apakah mereka sepasang kekasih?

Baekhyun menggelengkan kepalanya beberapa kali. Sebagian dari murid-murid sudah pergi perlahan-lahan.

"Sehun. Ayo kita pergi. Dari pada kita yang kena habis ini" ucap Baekhyun hendak berbalik. Namun Sehun tetap diam. Memandang lurus kepada dua orang yang masih saling berpelukan hangat itu.

Alis Baekhyun mengkerut melihat pandangan Sehun sangat sayu dibalik kacamata tebalnya. Ada apa dengan Sehun? Kenapa Baekhyun merasa kalau Sehun seperti.. terluka? Atau bahkan.. cemburu? Ah, tapi mana mungkin! Sahabat masa kecilnya ini tidak mungikn cemburu. Dia mengira Sehun masih waras dengan pikirannya. Sehun juga tahu diri kalau Luhan namja manis yang high class. Tidak akan Luhan tertarik pada dirinya sekalipun Sehun, si geeks (kutu buku) adalah namja terakhir didunia.

"Hem, ayo Baek" kata Sehun rendah. Kemudian meninggalkan para penguasa sekolah yang sedang diceramahi guru yang baru datang. Bel tanda istirahat berbunyi. Semua murid benar-benar bubar. Tapi satu hal lagi yang tidak Baekhyun ketahui. Chanyeol untuk kesekian kalinya memandang namja berbadan pendek itu dengan geram.

"Chanyeol. Ayo pergi" ajak Luhan dan Chanyeol menurut.

.

.

.

"Aku pulang" sahut Byun Baekhyun dengan ceria.

"Baekkie-yaaa!" seorang wanita cantik langsung berhambur kearah Baekhyun begitu melihat satu-satunya putra kesayangannya telah datang.

"Eomma! Hari ini kenapa buka lebih cepat? Padahal belum waktunya" ucap Baekhyun memperhatikan ruangan megah disekitarnya.

"Iya baby. Eomma ingin bersih-bersih lebih cepat. Kali ini eomma minta bantuanmu lagi yah sayang" senyum ibu Baekhyun semangat seraya mengelus lembut kepala Baekhyun. Baekhyun mengangguk. Lalu berjalan kesebuah ruangan yang tertulis 'khusus pegawai'.

"Ya! Byun Baekhyun!" sahut seorang namja memakai kemeja putih dengan rompi hitam dan dasi kupu-kupu hitam mengalung dilehernya.

"Hyung" sapa Baekhyun tanpa melihat seseorang disebelahnya.

"Kau datang juga hari ini? Sebenarnya sudah kuduga sih. Melihat kita buka lebih cepat dari biasanya"

Baekhyun mengangguk lagi. Melepas blazer sekolahannya dan memakai rompi hitam yang sama dengan si namja yang memiliki tindikan ditelinga kirinya. Kemudian mengalungkan dasi kupu-kupu berwarna hitam. Tidak lupa namja mungil ini berkaca sambil merapihkan poninya yang sedikit berantakan akibat berlari ketempat ini.

"Aku tampan" ucap Byun Baekhyun membanggakan diri.

Sepersekian detik kemudian. Terdengar gelak tawa yang heboh dibelakangnya. Baekhyun mengerutkan kedua alisnya dan menoleh. Seseorang yang dianggapnya 'hyung' telah mentertawakannya. Sampai-sampai airmatanya keluar. Padahal hyung-nya itu biasa diam dan kalem. Tidak pernah tertawa heboh seperti itu.

"Yak! Kau kenapa hyung?!"

"Berhentilah membunuhku Byun Baeby!" gelaknya dan Baekhyun kembali mendengus.

"Jangan panggil aku begitu!"

"Tapi memang kenyataankan?"

"HYUNG!"

"Kau bilang apa? Kau tampan tadi? Hahaha kau pasti bercanda Baek! Dan harus kuakui itu sangat lucu hahaha!" Baekhyun melongo tidak percaya.

"Hyung! Tertawa karena itu?! Aku memang tampan hyung! Eomma!" Baekhyun mulai merengek manja dengan nada tinggi.

"Ada apa sih kalian ribut sekali dibelakang?" tiba-tiba ibu Baekhyun masuk kedalam ruangan Baekhyun berada. Ibunya juga terheran melihat Baekhyun yang cemberut dan pegawai kesayangannya itu tertawa terbahak-bahak.

"Lay? Kenapa kau tertawa heboh begitu?" tanya ibu Baekhyun kepada seorang namja berdimple yang biasa dipanggil, Lay.

"Ah, tidak mam. Hanya saja Baeby.." ujarnya sembari menunjuk Baekhyun sambil memegang perutnya menahan tawa.

"Baekkie kenapa?" ibu Baekhyun langsung menoleh kepada anaknya.

"Dia bilang dia tampan.." ucap Lay lalu dia terkekeh pelan lagi dan membalikkan tubuhnya. Membelakangi Baekhyun yang marahnya sudah diubun-ubun.

"Omo baby! Kamu bilang kamu tampan?" ibu Baekhyun terkejut lalu memegang pipi Baekhyun dengan kedua tangannya. Baehyun sempat terdiam. Lalu mengangguk memajukan bibirnya.

"Baby kau adalah hal termanis yang pernah eomma miliki. Sungguh! Bukannya mengejek. Tapi kau memang manis anakku. Tampan mungkin bukan kata yang tepat. Lebih tepatnya namja cantik Byun Baekhyun" jelas nona Byun.

Tidak dapat pembelaan dari sang ibu Baekhyun langsung keluar dari ruang khusus pegawai dengan raut gondok super kesal. Ibunya memang sama saja dengan Lay hyung! Mereka selalu mengatainya manis dan imut atau bahkan cantik?! Baekhyun tidak percaya dengan ibunya. Apa ibunya telah salah melahirkan Baekhyun dengan kelamin lelaki? Atau seharusnya Baekhyun err... berganti jenis kelamin agar lebih maklum?

Mau tidak mau Baekhyun hanya bisa menelan bulat-bulat amarahnya. Baekhyun.. itu memang kenyataan baby~

Dengan perasaan kesal Baekhyun langsung berdiri didepan meja sambil membersihkan gelas-gelas kecil seukuran kelingking orang dewasa. Lalu menatanya dengan rapih tanpa mempedulikan ibunya yang terus meminta maaf disampingnya. Juga Lay yang menahan tawanya dan terlihat konyol dimata Baekhyun saat ini.

Tanpa ambil pusing lagi Baekhyun menghiraukan mereka semua. Seorang wanita seusia ibunya duduk dimeja depan Baekhyun. Lalu memesan sesuatu dan Baekhyun mengangguk. Dengan cepat Baekhyun memberikan pesanan kepada sang pengunjung. Kemudian melakukan tugasnya dengan baik malam itu. Memberikan pengunjung lainnya apa yang mereka mau dibalik meja bar tempat Baekhyun biasa bekerja.

Meanwhile~

"Kenapa kita mesti kedaerah sini? Tempat itu tidak begitu terkenal!" pemilik suara bariton mulai gusar sendiri ditempat duduknya dekat sang pengemudi mobil.

"Diamlah Tuan Penggerutu! Atau lebih baik kau turun saja disini atau tidak kesana sama sekali hah?" seorang namja yang sedang mengemudi mulai membanting stir mobilnya kekiri tanpa memandang wajah menyebalkan temannya.

Chanyeol, si namja penggerutu mendecih kesal sambil melempar pandangan keluar. "Aku yakin kau akan suka Yeol!" papar Kai yang masih mengendarai mobilnya dibatas aman.

"Hitung-hitung kita coba cari suasana baru ya tidak Kris?" Chen yang duduk dijok belakang menoleh pada Kris disebelahnya. Namja itu terlihat sibuk mengetik pesan pada seseorang. Kris tidak menjawab. Dia hanya melirik Chanyeol yang terlihat dari spion kanan mobil Kai sambil sesekali menyinggungkan senyum mengejek.

"Terserah. Aku tidak peduli" ucapnya datar.

"Sayang Baby Lulu tidak bisa ikut"

"Benar!" sahut Chen lalu memamjukan badannya ke tempat duduk Kai dan Chanyeol.

"Tapi kalau dia ikut kalian semua pasti tidak akan bisa kesana kan?" Kris mulai mengingatkan dan tubuh semua yang ada dimobil serentak menegang.

"Emh... Ya... Itu lebih baik" kata Kai akhirnya.

"Mungkin Luhan memang tidak seharusnya ikut. Dia bisa marah besar jika kita kesini. Apalagi membawa Chanyeol" tambah pemuda berkulit seksi itu lalu mengarahkan pandangannya pada Chanyeol. Chen mengangguk diikuti Kris yang masih sibuk mengetik. Sedangkan Chanyeol masih mengumpat-umpat kecil. Kenapa mereka tidak pergi ketempat biasa mereka bersenang-senang? Justru mencari suasana baru benar-benar bukan style-nya seorang Park Chanyeol.

.

.

.

"Yeayyy! Akhirnya kita disini jugaa!" sahut Chen tanpa bisa terdengar jelas karena dentuman musik yang mengalun cukup keras hingga menggema hebat diseluruh ruangan besar tersebut.

"Chen ayo kita kesana" tunjuk Kai yang langsung menarik lengan Chen menuruni anak tangga menuju kebawah lantai dansa.

Chen menurut saja. Lagipula dirinya sudah gatal ingin berdansa liar bersama para gadis-gadis cantik yang menari dengan gerakan cukup erotis. Tanpa terlihat oleh kedua temannya lagi mereka sudah berbaur dengan kedua yeoja yang menggoda mereka sejak mereka menapaki lantai itu. Kai mulai berdansa dengan yeoja malam yang membelakangi tubuhnya sambil terus menari seksi. Sedangkan Kim Jongdae alias, Chen sudah mencumbu leher yeoja lainnya. Tubuhnya meliuk-liuk seiring dengan nada lagu beat yang terdengar semakin keras.

"Yeol. Aku keluar sebentar" ucap Kris datar hendak berbalik sebelum akhirnya Chanyeol menahannya.

"Kemana? Siapa yang sedang kau telpon? Kau mengadukan kita pada Luhan?" Chanyeol menatap Kris tajam. Kris hanya menggeleng dengan wajah dingin super cool-nya.

"Bukan. Ini Tao, bodoh. Sudah sana bersenang-senanglah!" papar Kris yang langsung melepaskan lengannya yang sejak tadi dicengkram Chanyeol.

Pemuda jangkung itu hanya bercedih memalingkan wajah. Dirinya terlihat bosan dengan suasana tempat baru yang tengah teman-temannya nikmati saat ini. Park Chanyeol memang suka pergi ke klub malam. Bahkan itu rutinitasnya setiap malam. Jika seorang Xi Luhan, namja manis yang merupakan teman mereka tidak melarang dengan tegas perbuatan kurang terpuji teman se-kelompok-nya.

Lagipula hey! Mereka masih duduk dikursi sekolah menengah. Meskipun mereka namja yang memiliki uang banyak bukan begini kan caranya mereka bertingkah? Tapi apa daya? Park Chanyeol memang tidak suka diatur dan mengikuti peraturan. Berandalan kelas kakap SM high school tidak ada yang berani mengomentari perilaku dan sikapnya.

Chanyeol mulai duduk dikursi tinggi dekat bar. Memesan satu minuman yang bisa menghilangkan rasa penat dikepalanya sejak masuk kesini. Salah siapa terlalu kesal untuk mencoba menikmati suasana baru? Dasar Park Chanyeol penggerutu.

Tidak berapa lama bartender itu mulai meracik berbagai cairan berwarna aneh kedalam minuman Chanyeol dengan lihai. Lalu tersenyum memberikan pesanan kepadanya. Chanyeol tidak balas tersenyum. Hanya mengangkat gelasnya sebagai tanda terima kasihnya pada sang bartender.

"Kau orang baru? Aku tidak pernah melihatmu disini" tanya sang bartender membuka percakapan.

Chanyeol tersenyum miring. "Tentu"

"Bisa kulihat sepertinya kau masih sekolah. Benarkah begitu?" pemuda yang memiliki tindik ditelinga kirinya bertanya lagi.

Chanyeol tersentak mendengarnya. Padahal penampilannya sudah sangat keren bak orang dewasa dengan jaket kulit dan kaus hitam yang terlihat casual. Baru kali ini ada yang mengenalinya sebagai murid dari sekolah menengah. Apa orang didepannya ini paranormal?

"Kau mengira aku begitu?" tanya Chanyeol mengangkat sebelah alisnya.

Bartender itu mengangguk. "Ya. Tentu saja. Kau tidak beda jauh dengan dongsaengku. Hanya saja wajahnya lebih manis seperti yeoja hehe" kekehnya pelan. Chanyeol hanya balas tersenyum miring. Jarang-jarang ada yang mengajaknya bicara seperti ini karena sikap Chanyeol yang terkesan dingin dan memiliki aura menyeramkan.

"Baeby! Bawakan botol yang lain!" teriak bartender itu kearah pintu pegawai.

"Tunggu sebentar hyung... Aku tidak ku...at!" keluhnya dengan satu kotak kayu besar dihadapannya. Tubuh kecilnya terhalang namun wajah kesusahannya masih terlihat jelas oleh bartender yang mulai mendekatinya. Dia tidak kuat membawa kotak kayu berisi botol-botol bir tersebut. Akhirnya dirinya berhenti tepat didepan pintu pegawai itu.

"Kenapa tidak bisa bilang hyung kalau kau tidak bisa membawanya?! Kau kan punya mulut bawelmu itu untuk minta tolong. Dasar tubuh mungil!" sang bartender bername tag Lay menggoda namja itu dan gantian membawa kotak kayu didepannya.

"Yak hyung aku tidak mungil!"

"Sssssstt jangan berteriak!" ucapnya memperingatkan padahal hanya sekedar menghentikan sahutan keras seorang Byun Baekhyun disana.

Chanyeol yang sedari tadi mendengar percakapan mereka mulai merasa risih. Dipikirannya kenapa suara namja itu cempreng sekali? Belum lagi suaranya yang cukup keras bahkan hampir mengalahkan suara musik disini.

PRANG!

Suara pecahan benda kaca mulai menarik perhatian Park Chanyeol untuk menoleh kearah sumber suara. Bartender itu memperhatikannya dengan raut penuh tanya dan tidak percaya. Lalu kepalanya menoleh lagi kepada dongsaengnya. Namja bertubuh mungil itu sedang bersembunyi dengan berjongkok membelakangi Chanyeol yang hanya bisa melihat badannya saja.

'Sial itu benar dia! Mau apa dia diklub sekecil ini? Bukannya dia selalu berada diklub besar yang mahal dan mewah? Tapi kenapa dia disini aishhhh... Tempat ini kan jarang dia kunjungi siaaaal!' umpat Baekhyun dalam hati sambil menyembunyikan kepalanya dengan tangan meski mustahil.

"Ada apa?" suara bariton itu membuat sekujur tubuh Baekhyun merinding. Pasalnya saat ini yang ada dimeja bar hanya pemuda jangkung itu seorang dan ekspresi Lay masih terlihat sangat mencurigakan. Sehingga Chanyeol merasa dirinya memang sedang menjadi bahan tatapan aneh Lay.

"Kau kenapa menatapku begitu?" tanya Chanyeol penasaran. Kepalanya sedikit dijulurkan kedepan. Entah ada niat apa dia ingin sekali melihat wajah namja yang sedang duduk meringkuk dibawah sana.

"Ah... Itu..." Lay berpaling pada Baekhyun yang memberikan tatapan super cemas.

"Kenapa? Apa ada masalah denganku?" Oh Park Chanyeol kenapa kau malah bertanya begitu? Bukankah kau memang selalu membuat masalah?

"Ah... Tidak apa-ap—"

"Kenapa dia?" potongnya cepat. Lay hanya diam.

Baekhyun masih menggeleng pada Lay dibawah sana. Kepalanya memang tidak terlihat jadi Chanyeol tidak bisa mengenalinya. Tapi mungkin saja jika rasa penasaran Chanyeol tidak bisa dibendung namja itu bisa dengan mudah menyeretnya keluar. Akhirnya Chanyeol hanya diam ditempat duduknya. Dirinya merasa mengenali wujud berbadan kecil itu. Namun dengan cepat namja mungil itu yang tadinya duduk langsung berdiri dan berbalik.

"Baby! Omo apa ada yang terjatuh?" sahut Ibu Baekhyun yang datang menghampiri dari dalam ruang pegawai tadi.

Matilah aku, batin Baekhyun.

"Ini mam. Baeby menjatuhkan satu botol wine" Lay mulai menjelaskan. Sedangkan Chanyeol masih diam ditempat.

"Bisa aku minta tambah?" tanya Chanyeol yang mulai mengangkat gelasnya.

DEG!

"Omo! Baby! Kau ini sudah eomma bilang kalau kau tidak kuat jangan bawa-bawa itu! Lay cepat bersihkan pecahan botol ini dan Baby kau gantikan Lay dulu untuk sementara! Sudah sana cepat layani pemuda itu" omel sang pemiliki bar lalu pergi meninggalkan kekacauan yang anaknya sendiri perbuat.

Baekhyun merasa gemetaran. Mau tidak mau dia harus berbalik dan memenuhi permintaan Chanyeol. Dirinya sudah merasa skak mat. Baekhyun akan mati hari ini. Kaki mungilnya mulai melangkah keluar sebelum akhirnya dia menarik suatu benda untuk menutupi wajahnya. Namun...

"Kau..."

.

.

.

.

Sejak keluarga Byun hancur akibat orang tuanya bercerai. Baekhyun pindah bersama ibunya ke Seoul. Sedangkan ayahnya berada entah dimana bersama dengan wanita jalang yang menghancurkan rumah tangga mereka.

Baekhyun yang saat itu sudah masuk sekolah menengah kelas satu pun harus ikut pindah sekolah. Keluarga Baekhyun awalnya memang orang punya. Tuan Byun, appa Baek memiliki perusahaan yang cukup besar. Bahkan dulu namja manis itu hidup terkesan serba mewah.

Namun sekarang tidak. Mereka lebih memilih meninggalkan rumah mereka dan pergi jauh dari appa Baekhyun. Hidup Baekhyun dan ibunya pada masa awal sangat sulit. Tentu saja mereka masih belum punya tempat tujuan dan uang mereka tidak banyak. Beruntung kerabat ibu Baekhyun mau meminjamkan klub malamnya untuk dikelola oleh ibu Baek. Karena itulah klub malam ini dijadikan sumber penghasilan untuk kehidupannya dan putranya tercinta. Memang terdengar agak kurang bermoral membiayai hidup dari sebuah tempat hina. Tapi mereka bisa apalagi? Inilah yang mereka punya sekarang.

Baekhyun tidak pernah bersedih dengan kondisinya. Justru dia membantu perekonomian ibunya dengan mendapatkan beasiswa disekolah yang terkenal elit. SM SHS. Pemuda berwajah manis itu juga tidak segan membantu ibunya diklub malam. Meski tidak jarang banyak pemabuk berat yang suka menggodanya.

Tapi setelah hampir tiga tahun Baekhyun menjadi terbiasa dengan semua ini. Kehidupannya memang sulit. Namun Baekhyun bukan orang yang pantang menyerah. Dan sekarang disinilah namja mungil ini. Berdiri kaku meratapi nasib sialnya..

==B==

Tubuhku sama sekali tidak mau bergerak mendengar suara bassnya. Beberapa menit yang lalu setelah melihat ternyata si penguasa sekolah tukang bikin ribut sekaligus pembunuh berdarah dingin itu ada diklub malam ibuku! Oh Byun Baek kau memang berlebihan mengatainya. Tapi hey! Klub malam ibuku ini memang tidak begitu terkenal meski selalu ramai. Namun kenapa seorang Park Chanyeol yang suka bermain ditempat mewah mau bermain kesini? Apa dia sudah kekurangan uang?

Berkali-kali aku menggelengkan kepala pada Lay Hyung agar dia tutup mulut. Tidak memberitahu siapa aku dan apa yang terjadi dengan botol pecah itu meski Chanyeol bertanya terus padanya. Beruntung Lay hyung tahu tentang Chanyeol. Kenapa Lay hyung tahu? Tentu saja karena aku selalu curhat padanya. Jadi Lay hyung tahu kalau namja berandal itu yang selalu kumaksud dan harus kuhindari.

Tidak berapa lama ibuku datang melihat kekacauan yang kubuat. Salah sendiri kenapa menyuruhku membawa botol-botol itu sendirian? Tapi itu juga bukan salah ibuku! Melainkan salah si tiang listrik pembantai yang suka bikin onar yang duduk disana. Huh! Benar saja kan hari ini aku pasti kena incarannya. Incaran yang selalu dimaksud Chanyeol itu semacam mainan sehari-nya penguasa sekolah. Biasanya keempat orang itu (karena Luhan tidak suka ikut mereka jika sedang membully orang) selalu membuat masalah dengan membully siswa misalnya.

"Bisa aku minta tambah?" tiba-tiba suara bass itu mulai terdengar lagi.

DEG!

"Omo! Baby! Kau ini sudah eomma bilang kalau kau tidak kuat jangan bawa-bawa itu! Lay cepat bersihkan pecahan botol ini dan Baby kau gantikan Lay dulu untuk sementara! Sudah sana cepat layani pemuda itu"

Mati aku... Eomma... Apa kau tidak paham kalau aku sedang menghindar darinya?

Kepalaku terus berputar memikirkan bagaimana cara menutupi penampilanku sekarang. Chanyeol pasti tahu kalau aku anak sekolahnya dan saat ini hanya ini satu-satunya jalan. Aku melihat wig berwarna coklat terang yang tergeletak dimeja yang tidak jauh dari tempatku berdiri.

Apaboleh buat. Sudahlah sekalian saja malunya. Ini juga demi kebaikanku juga.

"Kau..."

Chanyeol memanggilku lagi ketika aku berbalik. Kakiku melangkah dengan cepat dengan gerakan seperti tentara sigap menuju meja berisi botol-botol yang tersusun rapih dirak belakangku. Kepalaku terus menunduk tanpa mau menatap wajahnya. Bahkan menjawab pertanyaannya saja tidak akan!

"Hey, Kau!" panggilnya lagi.

Duh, bagaimana ini? Dia memanggilku lagi. Apasih yang tiang listrik ini mau? Perlahan dengan degupan jantung yang berdentum lebih keras dari musik disini kepalaku menoleh tanpa berani melihat matanya. Aku takut Park Chanyeol langsung mengenaliku saat ini juga.

"Kenapa kupanggil sejak tadi tidak menoleh?" tanyanya kesal.

Tubuhku membungkuk pelan. "Ma...af" suaraku terdengar begitu gugup dan gemetar. Apa dia mengenaliku dan hendak mengejekku sekarang juga? Kulihat tidak banyak orang yang bisa di-bully disini selain aku. Ahhh... Aku selalu benci dengan kenyataan bahwa aku sangat takut berhadapan dengannya. Aku hanya tidak ingin kesialan setahun yang lalu terulang lagi! Beruntunglah aku selalu selamat dari keseharian membully si tiang listrik..

"Aku cuma mau minta tambah satu gelas lagi" ucapnya datar sambil menyodorkan gelas berukuran mini itu. Mataku membulat. Apa? Dia tadi bilang apa? Tapi... Dia tidak mengenaliku? Oh! Tentu saja penyamaranku berhasil! Yeayyyy!

"Ah... Maaf" dengan cepat aku langsung mengambil gelas mini itu dan berbalik. Lebih baik meracik minuman ini dengan membelakanginya dari pada berhadapan dengannya. Hahh...

"Kau terlihat familiar. Apa aku salah melihatmu?"

DEG!

Oh Tuhan apakah sekarang dia mengenaliku? Padahal kurasa penyamaranku seperti ini sudah berbalik dan memberikan gelas itu kepadanya. Tapi dengan gerakan cepat Park Chanyeol langsung menahan tanganku dan mata kami bertemu! Ohh tidak!

"Benar. Kau begitu familiar. Aku memang baru pertama kali kesini. Tapi begitu melihatmu aku merasa mengenalimu" ucapnya masih datar dengan tatapan tajam.

Aku berusaha menelan ludah menatap sorot matanya yang terkesan dingin. Namun memang harus kuakui. Dari jarak sedekat ini memang tidak wajar jika Chanyeol mengetahui bahwa aku pria sama dengannya. Baru kali ini aku memandang wajahnya. Ternyata Park Chanyeol yang terkesan dingin dan menakutkan mempunyai wajah yang tampan..

Eh! Apa yang baru saja kau katakan Byun Baek?! Kurasa otakmu sudah menggila karena memikirkan bagaimana cara keluar dari situasi ini. Oh ya! Aku malah melupakan niatku untuk menghindar darinya.

"Maaf Tuan... Bisa kau lepaskan tanganku? Aku tidak mengenalmu. Sungguh" lirihku memalingkan muka. Entah kenapa pipiku terasa panas saat menatap matanya.

"Ah, maaf"

Maaf? Apa telingaku salah dengar? Chanyeol meminta maaf pada seseorang? Meskipun suaranya memang terkesan dingin tapi dia meminta maaf?!

"Emh... Terima kasih" ucapnya lagi lalu mengangkat gelasnya dengan kikuk. Yak! Apa-apaan dia? Kenapa tingkahnya jadi aneh begini? Ekspresinya yang sedikit gugup saat meneguk gelasnya juga aneh! Ingatkan aku untuk memberi tahu seluruh dunia bahwa Park Chanyeol sudah gila..

"Sama-sama" balasku pelan dan langsung berbalik pergi.

"TUNGGU!" suara berderit kursi digeser membuatku berdiri kaku.

"Ya?"

"Bisakah aku tahu siapa namamu?" tanyanya lagi dengan nada sopan yang masih datar. Ini sangat langka dan rasional. Tunggu! Aku ini kan sedang menyamar menjadi yeoja! Pantas saja dia berekspresi begitu tadi. Cih, dasar genit! Dia mau menggodaku ya? Tapi tidak akan mempan! Aku ini namja tahu! Tenyata si tiang listrik itu memang sudah punya niat jelek padaku yang berpenampilan yeoja.

"Maaf tapi..."

"Baeby! Namanya Baeby" sahut satu suara yang langsung merangkul pundakku.

Kepalaku semakin menunduk dalam sambil terus mengumpat kata-kata kotor dalam hati. Sial! Zhang Yixing alias Lay hyung! Lehermu akan kucekik sekarang jugaa!

"Baeby?"

"Iya! Ada apa? Kau menyukai yeo-dongsaengku? Dia yang kumaksud tadi" senyum Lay hyung menekan kata yeo seakan-akan mengejekku (memang begitu bukan?) dan dia mendorongku mendekat pada meja bar tempat Chanyeol berada.

"Hyu— eh.. maksudku. Oppa!" pekikku kaget dan Lay hyung tersenyum penuh kemenangan. Siaaaal dia berhasil menjebakku dalam candaanya! Apa boleh buat dari pada Chanyeol tahu siapa aku. Kutahan saja nafsuku untuk menghabisinya nanti!

"Baeby" panggil Chanyeol dan entah kenapa dengan bodohnya aku malah menoleh. Ini kebiasaan karena Lay hyung selalu memanggilku begitu. Bodohnya aku.. *hiks

"Emh... Maaf aku harus pergi.."

"Tunggu. Boleh aku minta nomer ponselmu?"

What the...?

"Kurasa aku memang benar-benar mengenalmu. Apa kita boleh kenal lebih dekat?" ucap Chanyeol sopan dengan suara beratnya. Ini sangat berbeda dengan dia yang disekolah.. Ada apa dengannya?

"Maaf tapi aku tidak punya ponsel" bohongku.

"Kalau begitu ayo kita keluar. Kau tidak sibukkan? Kita bisa ngobrol"

Apa? Hey apa benar kau ini Park Chanyeol? Ups! Pikiranku melantur lagi. aku ini sedang berpenampilan yeoja! Wajar jika dia tertarik denganku. Malangnya aku...:(

"Tapi..."

"Sudahlah Baeby. Lebih baik kau ikut saja dengannya biar aku yang jaga disini" cengir Lay hyung yang langsung mendapatkan death glare dariku.

"Tidak. Aku masih banyak urusan tuan. Sebaiknya kau cari wanita lain!" sahutku terdengar cukup kasar setelah tahu niatnya. Mata Chanyeol yang membulat mulai menyipit menatapku. Apa-apaan dia? Seperti menyelidikiku. Jangan-jangan..

"Sudah puas mainnya?" suara lain dibelakang Chanyeol membuatku menganga lebar. Dia...

"LUHAN!" pekik Chanyeol cukup keras. Keliatannya dia sangat kaget.

"Aku baru saja meninggalkanmu 15 menit dirumah dan kau malah duduk disini sambil minum dan menggoda pelayan bar?! Dasar anak bodoh!" amuknya cukup keras dan membuatku tersentak. Ini benar Xi Luhan yang manis dan berkelas?

"Bukan.. ini—" Chanyeol berusaha berdalih tapi kalimat pembelaannya berhenti melihat Chen dan Kai yang diseret Luhan didepannya dengan cukup kasar. Ternyata Luhan punya wajah imut tapi galak juga. Kulihat Kai meringis memegangi kepalanya sepertinya dia habis dipukuli Luhan.

"Maafkan sepupuku yang bodoh ini tadi telah menggodamu. Dia tidak bermaksud begitu kok" ucap Luhan sambil membungkuk maaf dihadapanku. Aku hanya mengangguk memaklumi.

Tunggu! Tadi Luhan bilang apa?

Sepupu? Jadi Luhan dan Chanyeol bersaudara?! Pantas saja Chanyeol bisa bersikap seenak jidat Kim Jongdae alias Chen yang semakin lebar disekolah! Chanyeol ternyata cucu pemilik SM SHS?! Ohh... Dunia sungguh tidak adil...

"Nah ayo cepat pulang! Haraboji menunggumu bodoh!" titah Luhan menarik jaket kulit Chanyeol yang tidak terkancing. Chanyeol pasrah saja dengan Chen dan Kai yang mengikutinya dari belakang. Tapi aku tidak melihat Kris? Dimana dia?

"Baeby" suara bass itu membuatku menoleh kembali.

"Kita akan bertemu lagi" ucap Park Chanyeol dengan senyuman nakal yang menurutku cukup menakutkan.

.

.

.

"Kau tau peraturannya kan?" terdengar suara bariton yang membuat siapapun bergidik ngeri dengan tatapan tajamnya.

Sang incaran Park Chanyeol pagi ini mengangguk dengan lemas. Sesekali menghela nafas dengan susah payah. Sangat sial dipagi buta ini dia bertemu dengan Chanyeol. Entah angin apa yang membuat Chanyeol datang pagi bersama dengan Kai dan Chen. Asal namja incaran itu tahu saja. Semalam mereka,Chanyeol, Kai dan Chen bahkan tidak pulang kerumah masing-masing. Malah menginap dirumah Kris tanpa mengindahkan omelan Luhan.

"Kalau begitu lakukan sesuai dengan perintah!" ucap Chanyeol lalu mendorong dengan keras bahu sang namja malang keloker sampai bunyinya menggema dilorong yang masih sepi.

"Ayo Kai! Chen!" dan Chanyeol pun berlalu meninggalkan incarannya pagi ini dengan senyum kemenangan.

"Pagi Hun!" Baekhyun seperti biasa masuk kedalam kelas dan menyapa teman sebangkunya dengan ceria. Meski tadi malam bagaikan menonton film horror dia bertemu dengan para penguasa sekolah diklub malam ibunya. Tapi Baekhyun orang yang cepat berganti mood. Dirinya berusaha bersikap biasa hari ini.

Sehun yang sedang mencorat-coret buku mengangkat kepalanya lalu tersenyum. "Pagi Baek"

"Ada tugas apa? Kok kau baru mengerjakannya disekolah?" tanya Baekhyun sambil sesekali mendelik kearah Sehun.

"Aniya. Bukan apa-apa. Aku hanya lupa membuat laporan biologi kemarin" papar Sehun sambil menyembunyikan catatannya. Baekhyun mengangguk-angguk ayam memaklumi. Tetapi kemudian dia menggoda Sehun yang notabane-nya siswa terpandai disekolah.

"Haha ternyata kau siswa terpandai disekolah bisa lupa juga mengerjakan tugas. Biasanya kau yang paling rajin Sehun"

Sehun hanya tersenyum kecil menanggapi ucapan Baekhyun. Membetulkan letak kacamata tebalnya yang sedikit miring. "Kurasa.. Aku pikir pagi ini aku sedikit lalai.." lirih Sehun pelan. Namun Baekhyun masih bisa mendengar jelas perkataan Sehun. Raut muka sahabatnya ini berubah datar dan kosong. Sehun masih mencorat-coret buku didepannya tanpa ada aura semangat hidup. Baekhyun hanya mengangkat bahunya. Mungkin temannya saat ini sedang kelelahan akibat belajar.

"KYAAAAAAAAAA!" satu teriakan membuat Baekhyun terlonjak kaget.

"Sial! Pasti mereka lagi" dengan cepat Baekhyun berdiri dan menjulurkan kepalanya keluar. Padahal Sehun yang duduk disampingnya terlihat kesusahan ketika Baekhyun memajukan semua badannya kejendela disamping tempat duduk Sehun. Sehingga dia berhenti menulis.

"Baek! Singkirkan tubuhmu aku tidak bisa mencatat!"

"Ohhh! Sehun! Sehun! Lihat itu Kris!" sahut Baekhyun antusias. Sehun menghela nafas berat.

"Bukannya tadi kau mengumpat kelompok itu?"

"Aishhh.. Lupakan! Dia sangat tampan pagi ini~" Byun Baek... Dimana sikap ketidak pedulianmu pada mereka pagi ini? -_-

Sehun mendesah lemas lagi. Pandangannya dialihkan keluar. Disana para yeoja berkumpul seperti biasa. Berfoto ria dan memberikan kado-kado kecil kepada para penguasa sekolah. Tidak berapa lama sesosok manusia yang merupakan tempat berlabuh arah pandangan Sehun, berada disana.

Dia tersenyum. Gumam Sehun dalam hati. Sudut bibirnya sedikit tertarik. Sehun masih memandang seseorang bertubuh mungil yang sedang tertawa bersama teman-temannya. Baekhyun mengalihkan pandangan menatap Sehun. Lalu keluar jendela lagi. Terus berkali-kali sampai dia menemukan jawabannya.

"Hun. Apa yang kau lihat?" tanya Baekhyun penasaran. Seketika Sehun gugup dan langsung menjauhkan tubuhnya dari jendela.

"Bukan apa-apa" dustanya

Baekhyun menyipitkan kedua matanya. Menatap sinis Sehun dengan penuh selidik. Kepalanya kembali menoleh keluar jendela. Dibawah sana Kris bersandar dimobilnya sambil memainkan ponsel. Pipi Baekhyun merona ketika sekilas Kris menatap keatas. Pandangan mereka bertemu sekilas. Jantung Baekhyun serasa berhenti saat itu.

Namun pandangannya beralih ketika Luhan mendekati Kris dengan gaya yang menurut Baekhyun sangat manja. Padahal semalam Luhan terlihat sangat galak pada Chanyeol CS minus Kris. Tidak berapa lama Kris tersenyum seadanya. Senyum yang tidak pernah Baekhyun lihat. Kris tersenyum kepada Luhan dengan sangat lembut. Apalagi tangannya! Tangan Kris mengelus kepala Luhan dengan mesra! Ohh! Apa-apaan kau Kris?! Baekhyun seketika memanas melihat adegan yang menurutnya cukup mesra untuk sekedar teman kelompok.

Tiba-tiba dirinya terlihat gusar. Tanpa Baekhyun sadar sedari tadi ada yang memandangnya dari bawah dengan tatapan tajam. Mata Baekhyun teralihkan ketika menatap sosok nista itu dibawah sana. Debaran mematikan lebih besar dia rasakan. Bahkan aura membunuh juga terasa disekitarnya. Memorinya kembali berputar mengingat kejadian kemarin malam.

Park Chanyeol menatapnya.

Mati aku. Rutuk Baekhyun menyesali pandangannya untuk kesekian kalinya. Chanyeol masih memandangi Baekhyun dengan mata dinginnya. Disampingnya ada Kai dan Chen yang asik bermain game diponsel. Kenapa mereka bahkan tidak masuk kelas? Apa mereka memang sengaja disana untuk menjadi pusat perhatian?

Ketika Chanyeol memperhatikan seseorang. Saat itulah dia akan menjadi incaran mainannya hari itu. Sekujur tubuh Baekhyun terasa lemas. Namja mungil ini berusaha bergerak untuk menghindar dari jendela. Tapi sangat sulit. Menelan ludahnya masuk kekerongkongan saja susah apalagi bergerak? Pikirannya memang selalu pesimis.

"Baek? Kau kenapa?" tanya Sehun melihat perubahan wajah Baekhyun menjadi memucat.

"Sehun mati aku..." ringisnya sambil memejamkan mata.

"Maksudmu?"

"Itu" Baekhyun menunjuk kebawah dengan tangan didepan perutnya tanpa terlihat Chanyeol. Sehun mengikuti arah pandang Baekhyun. Namun belum sempat dia melihat keluar jendela lantai tiga bahunya sudah ditarik mundur.

"Jangan!" jerit Baekhyun.

"Aku sudah melihatnya. Mati aku! Hari ini aku pasti akan habis!" pekiknya histeris. Baekhyun benar-benar namja pesimis yang lebai. Beberapa murid yang baru datang langsung memperhatikan mereka. Sehun hanya menghela nafas. Mencoba menenangkan Baekhyun yang menutup muka dengan kedua tangan sambil menggeleng-geleng gelisah.

"Baek. Tenang.. Itu tidak akan terjadi. Berpikirlah hal yang positif!" saran Sehun lalu mengelus lengan Baekhyun lembut. Baekhyun membuka tangannya. Wajahnya terlihat pucat. Sehun tersenyum meyakinkan. Lalu mengangguk dan mengarahkan dagunya ketempat duduk Baekhyun. Mengisyaratkan namja mungil ini untuk duduk. Baekhyun mengangguk. Lalu duduk ditempatnya.

Dibawah sana Chanyeol melihat Baekhyun dan Sehun bertatapan mesra seperti halnya Kris dan Luhan tadi dipikiran Baekhyun. Amarahnya sudah diubun-ubun. Pagi-pagi sudah ada yang merusak moodnya. Membuat Chanyeol geram saja. Chanyeol langsung menendang plang bertuliskan tanda 'parkir' disebelahnya dan seketika papan kayu itu roboh. Chen dan Kai yang baru sadar langsung melongo.

"Apa yang kau—"

"CEPAT MASUK!" teriak Chanyeol dan mereka berdua langsung mengikuti Chanyeol. Begitupun Kris yang menghela nafas berat lalu menggeleng-geleng pelan. Diikuti Luhan yang menatap Chanyeol dengan tatapan lelah.

==B==

Sudah hampir seminggu kehidupan sekolahku sangat nyaman! Ini adalah hal langka karena ini tidak seperti biasanya. Jujur saja kalian pasti kaget jika jadi aku. Ya.. Tentu saja! Aku anak yang selalu bisa menjadi sasaran empuk disekolah ini dan hal tersebut diluar incaran para namja penguasa sekolah. Tidak sedikit ada namja-namja usil yang mengerjaiku setiap harinya. Teman sekelasku misalnya. Meski tidak rutin juga sih.

Mereka hanya suka menjegal kakiku saat aku susah berjalan membawa buku-buku kekelas. Menyuruhku menggantikan tugas mereka jika disuruh seonsangnim. Membelikan mereka minuman kalau mereka malas kekantin. Menggantikan tugas piket mereka atau..

Oh sial!

Bahkan kehidupan sekolahku sudah sangatlah BURUK! Dan entah kenapa aku menjadi anak yang sangat penurut dengan segala permintaan menyusahkan mereka. Bodoh kau Byun Baekhyun... Sebenarnya kau ini namja terpintar disekolah dengan beasiswa disekolah atau tidak sih?

Jika dipikir-pikir jadi namja underdog memang tidak enak. Anak dari kalangan kecil sepertiku disekolah sering disebut dengan istilah itu, seperti pengecut disekolah. Atau mungkin pembantu disekolah?

Tapi bukan hanya aku saja kok. Masih banyak yang LEBIH bernasib sial lebih daripadaku. Sehun memang geek. Tapi dia tidak pernah terkena incaran Park Chanyeol si brengsek penguasa sekolah itu. Aku masih sangat bersyukur sampai saat ini Sehun belum terkena imbas dari kekesalan Chanyeol. Mungkin tiang listrik berjalan itu terlalu sibuk menghabisi siswa yang lain. Lagipula bukan hanya Sehun geek disekolah ini.

Kurasa orang-orang seperti itu membully kami juga karena iri. Mereka tidak pintar atau selalu memenangkan olimpiade seperti kami. Makanya mereka melampiaskannya pada yang berhasil berbuat begitu dan itu termasuk aku!

"Baek. Aku ada urusan. Kau kekantin duluan saja" kata Sehun sambil menarik kursinya hendak berdiri.

"Tunggu! Kau mau kemana?" cegahku menahan lengannya. Sehun tersenyum. Sebuah buku yang cukup tebal dihimpit didepan dadanya.

"Tadi sudah kukatakan bukan? Aku ada urusan Baekki" ucapnya lembut seperti biasa. Suara Sehun memang berat dan sedikit serak. Namja ini sangatlah sopan, pendiam, dan juga kalem. Siapapun yang mendapatkan Sehun nantinya pasti akan sangat beruntung. Sehun namja yang sangat baik.

Aku melepas tanganku yang menahannya. Wajahku menyinggungkan ekspresi cemberut. Namun ada hal yang aneh pada namja tampan ini. Raut muka Sehun sejenak berubah. Ada apa dengannya? Apa dia masih sakit? Sudah seminggu ini Sehun selalu pergi sendiri seperti kemarin-kemarin. Jika kuajak dia kekantin dia selalu menolak dengan alasan ada urusan seperti ini. Sebenarnya urusan apa sih?

"Boleh aku menemanimu?" Sehun melebarkan mata mendengar tawaranku. Kepalanya menggeleng cepat seperti anak kecil menolak makan sayuran hijau. Oh, dia terlihat polos dan manis. Aku jadi ingin selalu melindunginya..

"Kenapa?" kesalku. Tingkah Sehun mulai aneh.

"Ini urusanku Baek. Kau tidak perlu ikut campur" ucapnya dan langsung mengambil langkah seribu. Sehun berlari keluar kelas dengan cepat dan aku lengah! Sial! Si kacamata tebal kalau lari ternyata cepat juga.

"Aishh... Anak aneh itu menyebalkan sekali akhir-akhir ini!"

Tidak ada pilihan lain selain kekantin sendiri. Ah! Mungkin aku bisa bertemu dengan Kyungie temanku yang bermata besar itu disana. Yasudah lebih baik aku cepat-cepat makan daripada perutku kelaparan minta diisi sejak tadi.

"Byun Baekk~" panggilan manja itu membuatku berhenti dan menoleh. Aku mendesis saat melihat sekelompok anak kelas yang biasa menyuruhku mendekat. Hah... mereka pasti akan melakukannya lagi. Sial!

"Apa?" ketusku berusaha sangat dingin didepan mereka.

"Aih sikap seperti itu tidak cocok untukmu manis~" Daehyun mulai maju dan menyentuh daguku. Namun dengan cepat kutepis.

"Hentikan! Aku tidak suka! Aku tahu maksud kalian kan? Kau mau apa? Cola dingin? Ya ya ya aku sudah tau semua pesanan kalian berempat seperti biasa. Sudah yah aku pergi dulu!" kataku sambil teriak-teriak dan mereka tertawa heboh.

"Baekhyunnieee memang tahu kami mau apa. Thanks yah baby~" sahut Daehyun lagi. Aku tidak suka berlama-lama dengan mereka lebih baik segera keluar kelas daripada kena yang macam-macam. Sudah menjadi kebiasaan jika Daehyun akan mendatangiku seperti ini. Menyuruhku bak babu tentunya. Cih dasar namja-namja brengsek!

Ternyata benar Kyungsoo sedang makan disana. Langsung saja aku menghampirinya, memesan makanan, dan menceritakan hariku. Tidak berapa lama aku sudah keluar dari kantin bersamanya. Kyungsoo juga salah satu sahabat terbaikku setelah Sehun. Tubuhnya kecil. Matanya bulat besar dan bibirnya sangat lucu. Sikapnya yang polos dan pendiam membuat siapa saja senang berteman dengannya. Dan untungnya Kyungsoo bukan namja underdog sepertiku disekolah. Dia hanya siswa biasa tanpa beban.

"Kyungie apa yang harus kulakukan terhadap Sehun? Dia menghindariku terus dari kemarin. Apa aku berbuat salah?" ucapku kesusahan dengan empat kaleng soda dingin didepan dadaku. Tanganku tidak cukup untuk membawa semuanya.

"Memang kau berbuat apa sampai Sehun begitu?"

Aku menggeleng. "Tidak tahu. Sepertinya Sehun sedang kesulitan dengan pelajarannya akhir-akhir ini. Dia juga tidak mau bercerita meski aku memaksanya. Aishh... apa yang harus kulakukan Kyungie?"

Kyungsoo terlihat berpikir. Matanya kemudian membulat lebih lebar seperti ingin mengeluarkan seluruh bola matanya dengan jari telunjuknya diacungkan keatas. Menyeramkan!

"Apa?" tanyaku heran.

"Seminggu yang lalu aku melihat dia berbicara dengan seseorang dilorong!" sahut Kyungsoo seperti mendapat berita pencerahan dan sangat antusias memberitahukannya kepadaku.

"Siapa?" sekarang gantian Kyungsoo yang menggeleng dengan wajah polos.

"Aku tidak tahu"

"Ya! Kalau tidak tahu kenapa kau bercerita?"

"Itu karena aku memang melihat Sehun berdiri lemas didepan loker. Lalu beberapa namja yang habis berbicara dengannya pergi meninggalkan Sehun. Mereka berjalan menjauh membelakangiku. Jadi aku tidak bisa menebak siapa mereka Baek" jelas Kyungsoo dan aku mulai terlihat berpikir keras bak detektif conan.

"Hmm... Kau tau Kyungie?"

"Apa?" kami berdua mulai berhenti berjalan. Aku masih terlihat berpikir. Tanpa kusadari Kyungsoo jadi iba melihatku berjalan kesusahan seperti itu dengan empat cola yang masih bertengger masih didepan dadaku. Apa Baekhyun tidak kedinginan? Gumam Kyungsoo.

"Baek colanya—"

"—SEHUN!" potongku seraya berteriak keras memanggil namja berkacamata tebal yang berjalan keluar area taman sekolah.

"Eh! Dia mau kemana? Bukannya hampir bel?" tanya Kyungsoo yang penasaran.

Aku mulai menyipitkan kedua mata. Berusaha memperjelas pengelihatan dari mataku yang memang lumayan sipit ini. Sehun tidak sendiri. Ada beberapa orang disana tapi mereka membelakangiku dan Kyungsoo. Lagipula jarak mereka cukup jauh sehingga tidak terlihat jelas. Tak terkecuali denganku yang memang peka akan penampilan culun Sehun. Area disekitarnya terlihat sepi karena beberapa murid sudah hampir masuk kekelasnya masing-masing.

Mataku melebar ketika melihat Sehun mulai ditarik paksa oleh beberapa dari mereka. Tubuhku sontak bergerak penuh kecemasan dan langsung melempar beberapa cola dingin ini kearah Kyungsoo.

"Baek! Cola dinginmu—"

"Kyungie! Titip yah cola ini. Aku ada sedikit urusan!" dengan cepat tanpa aba-aba lagi aku langsung berlari ketempat Sehun yang diseret. Meninggalkan Kyungsoo yang keheranan dengan sikapku yang selalu overaktif ini.

Aku sangat bersyukur dengan tubuh kecil yang selalu menjadi bahan ejekan Sehun yang lebih tinggi dariku. Nyatanya? Tubuh kecil ini bisa mengendap-endap tanpa ketahuan namja-namja kasar yang masih membelakangiku.

Jika emosiku tidak bisa mereda dengan cepat dua namja itu sudah kuhabisi sejak tadi! Hanya saja aku tahu diri. Tubuh mereka lebih besar dariku. Bisa-bisa daripada menolong Sehun malah aku yang babak belur nantinya. Lebih baik aku mengikuti mereka saja dulu mau menyeret Sehun kemana. Jujur saja aku tidak pernah mengenal mereka. Pasti mereka siswa kelas lain. Dilihat dari perawakan mereka kedua namja yang menyeret Sehun seperti berandalan layaknya Park Chanyeol. Eh, kenapa aku malah memikirkan dia? Heiishh.. pikiranku jadi ngaco. Lagipula mau apa mereka dengan Sehun si kutu buku ini? Apa Sehun berbuat kesalahan? Ah.. tidak-tidak! Aku tidak boleh berpikiran buruk! Ayo selamatkan Sehun terlebih dahulu Byun Baekhyun!

Akhirnya setelah berjalan lumayan jauh dari areal taman sekolah. Sehun ditarik kedalam sebuah ruangan. Aku tahu tempat ini. Ini adalah gudang sekolah yang jarang dipakai. Tempatnya memang jauh dari gedung sekolah. Letaknya dibelakang pula. Ada yang bilang tempat ini cukup menyeramkan untuk menguji nyali para siswa siswi disini. Tapi aku tidak percaya adanya hal seperti itu.

Ah! Mereka malah menutup pintu gudang itu! bagaimana ini? Sehun sudah dibawa masuk dan aku tidak bisa apa-apa selain mengintip dari jendela yang sedikit berlubang ini. Apa boleh buat.. Bertahanlah Oh Sehun..

"Sunbae ini orangnya sudah kami seret kesini" ucap salah seorang dari namja itu. Ternyata mereka hobae! Sialan sekali mereka itu. Padahal mereka adik kelas tapi berani bersikap sekasar itu dengan Sehun yang notabane-nya lebih tua dari mereka? Sial!

"Bagus sana kau boleh pergi!" usir seorang namja yang duduk diatas meja. Aku tidak bisa melihat wajahnya karena terhalang oleh kedua namja itu. Tidak berapa lama terdengar suara pintu terbuka. Aku mulai bersembunyi dibalik tumpukan kardus-kardus entah apa ini. Setelah dikiranya mereka menjauh baru aku kembali mengintip kedalam gudang.

Mataku melebar melihat tubuh Sehun yang sudah terbaring lemah dilantai sambil memegangi perutnya. Namja yang tadi duduk berdiri tepat didepan Sehun yang merintih kesakitan. Belum sempat aku berteriak mataku kembali dikejutkan dengan pemandangan seseorang yang menganiyaya Sehun tadi.

Dia...

.

.

.

"Park Chanyeol..." lirihku pelan nyaris tidak terdengar saking shocknya. Namja berandal pemimpin para penguasa sekolah itu ternyata.. Ada disini. Dan ini nyatanya markas mereka. Pantas saja banyak yang menghindari gudang sekolah ini.

"Akhh!" Sehun kembali merintih ketika sekali lagi Chanyeol menendang perutnya.

SEHUN!

"Kau itu pintar atau bodoh sih? Jadi beasiswa yang diberikan sekolahku ini padamu itu untuk apa hah?! Sekolah gratis begitu maksudmu?!" geram Chanyeol sambil mengacungkan kertas-kertas yang sudah lecek. Sepertinya itu kertas yang dikerjakan Sehun beberapa hari yang lalu. Kertas apa itu?

"Aku sudah menyuruhmu untuk memperbaiki nilai ulanganku yang jelek! Bukan malah memperburuknya bodoh! Kau ini benar-benar tidak berguna! Sekolah sia-sia mengeluarkan uang banyak hanya untuk membiayai namja culun idiot sepertimu Kacamata!" Park Chanyeol semakin terlihat geram dan melempar kasar kertas itu kepada Sehun yang masih tersungkur lemas dibawahnya.

Apa? Chanyeol menyuruh Sehun memperbaiki nilai ulangannya? Bukannya selama ini Chanyeol sudah punya geek-nya sendiri untuk memperbaiki nilai ulangan? Dan Sehun tidak pernah masuk hitungan Chanyeol selama tiga tahun kami bersekolah. Ada apa dengan si tiang listrik ini?

Bisa kulihat Sehun kesakitan dan teman-teman Chanyeol hanya diam. Kai hanya memandang miris Sehun sambil melipat tangannya didepan dada. Chen asyik bermain PSP tanpa harus menatap simpati Sehun. Sedangkan Kris? Namja yang kusukai beberapa bulan yang lalu pun tidak membantu. Kris hanya diam dalam ekspresi dinginnya. Menatap datar Sehun yang berusaha berdiri didepan Chanyeol. Tapi aku tidak melihat Luhan disana. Kemana dia? Namja itu memang tidak pernah mengikuti teman-temannya yang suka membolos. Tapi Luhan selalu diterima oleh mereka. Intinya dia juga salah karena berteman dengan namja-namja seperti mereka.

Menyedihkan... Mereka sangat jahat sebagai seorang manusia sempurna yang selalu dipuja-puji para guru dan siswi disekolah ini. Dunia sungguh tidak adil..

"Sepertinya kau memang harus diberi pelajaran lebih dari ini kacamata" timpal Chanyeol dengan tatapan tajam. Chanyeol menarik kerah Sehun. Menyuruhnya untuk berdiri kala perutnya masih merasakan sakit.

BUK!

Si penguasa sekolah yang terkenal paling sadis diantara yang lain memukul Sehun tepat dipipinya. Mulut Sehun sedikit sobek sepertinya. Darah berwarna merah pekat itu mengalir disudut bibirnya dan pipinya membiru akibat tonjokan Chanyeol.

Tubuhku sudah tidak bisa lagi menahan luapan amarah ini. Tanpa sadar badanku refleks ingin maju dan menojok si tiang listrik itu sekarang juga. Namun satu tangan menarik kerah seragamku dengan cepat. Tatapan lebih tajam menghujam retina mataku.

"Tuan Byun! Sedang apa kau disini hah?! Bukannya masuk kelas! Pelajaran telah dimulai!" teriak Choi seonsangnim menarikku menjauh dari gudang.

"Choi seonsangnim! Sehun dipukuli! Sehun dipukuli!" aduku panik kepadanya. Tapi dia malah mengerutkan kedua alisnya terlihat bingung.

"Bicara apa kau?"

"Sehun dipukuli para penguasa sekolah itu! Eh... salah, maksudku Park Chanyeol dan kawan-kawannya! Cepatlah tolong dia!" teriakku histeris.

Choi seonsangnim terdiam. Kemudian mendorongku menjauh sambil mengibas-ibaskan tangannya. Memberi isyarat agar aku pergi. "Seon—"

"Pergilah. Cepat masuk kelas!" ucapnya tegas tapi ekspresinya datar.

"Tapi Seonsangnim! Sehun—"

"MASUK KELAS TUAN BYUN!" gertaknya padaku.

Aku terdiam. Wajahnya sangat menakutkan. Belum lagi badannya memang besar dan tegap. Guru kedisplinan itu memang terkesan sangar. Aku langsung menunduk. Melangkahkan kakiku menjauh dari tempatnya berdiri. Tubuhku serasa lemas dan airmataku mulai menggenang disekitar pelupuk.

Kenapa tidak ada yang mau menolong Sehun? Guru selalu saja mengabaikan segala tindak kekerasan Park Chanyeol. Selalu datang belakangan dan memarahi amukan Chanyeol ketika sudah reda. Itupun jika ada Luhan. Apa mereka begitu takut akan Park Chanyeol yang merupakan salah satu cucu dari pemilik sekolah ini? Apa mereka takut dipecat karena berani menghukum Chanyeol? Tapi tiang listrik itu selalu berlaku semena-mena. Dia harus dihukum!

Sehun... Maafkan aku. Aku tidak bisa membantumu. Tanpa sadar airmataku mulai mengalir deras sambil terus berjalan menuju kelas. Aku harap Sehun baik-baik saja...

.

.

.

Jam sudah menunjukkan pukul 4 sore. Suasana SM SHS saat bel tanda akhir berbunyi menjadi semakin riuh. Para siswa siswi yang mendambakan hal ini segera keluar kelas dan melakukan aktivitasnya masing-masing. Lain lagi halnya bagi seorang namja mungil yang sedang duduk dengan muka lesu namun gumpalan amarah memuncak diatas kepalanya.

Ditengah pelajaran terakhir tadi Yunho, butlernya Sehun tiba-tiba masuk kedalam kelas sambil meminta izin Tuan mudanya untuk pulang terlebih dulu dari pelajaran yang seharusnya. Yunho berjalan kekursi Sehun yang berada disebelah Baekhyun. Hendak mengambil tas majikannya. Dia tersenyum ramah ketika melihat teman sebangku Sehun lalu membungkuk pada hormat Baekhyun yang langsung membalas salamnya.

"Yunho-ssi... Sehun kenapa? Apa dia baik-baik saja?" bisik Baekhyun dengan raut menyesal.

Yunho mengangguk menyinggungkan senyuman hangat. "Ya. Tenang saja Tuan muda baik-baik saja Tuan Baekhyun. Kalau begitu saya permisi dulu"

"Yunho-ssi" bisik Baekhyun lagi sedikit lebih kencang. Yunho menoleh. Dikelas memang tidak banyak yang memperhatikan mereka. Semua murid lebih fokus untuk mengerjakan ujian mendadak mereka masing-masing.

"Maafkan aku..." lirih Baekhyun dengan tatapan sendu sambil mengigit bibir. Sang butler itu kembali tersenyum lalu menggelengkan kepalanya.

"Tidak. Ini bukan salah Tuan Baekhyun. Saya tahu selama ini Tuan Baekhyun berusaha menjaga Tuan Sehun. Terima kasih.. Sampai jumpa lagi Tuan Baekhyun" dan Yunho pergi meninggalkan kelas juga Baekhyun yang masih terdiam.

Kembali kewaktu yang sekarang.

Baekhyun sedang menerawang keluar jendela dengan Kyungsoo yang berdiri dibelakangnya memegang gagang sapu berdiri menemaninya. Hari ini Baekhyun kena masalah lagi oleh Daehyun. Memang itu bukan salah Kyungsoo. Malah sebaliknya, Kyungsoo sudah memberikan cola itu pada Daehyun mengingat tadi Baekhyun bercerita panjang lebar tentang Daehyun yang menyuruhnya seperti biasa.

Namun Baekhyun sedang sial. Cola dinginnya tidak lagi dingin seperti permintaan namja brengsek itu dan Daehyun yang kesal memberi hukuman pada Baekhyun. Menggantikan tugas piket Daehyun dan teman-temannya. Namja itu memang selalu berbuat usil pada Baekhyun. Poor Byun Baek...

"Kupikir Sehun selama ini baik-baik saja. Nyatanya... Dia menyembunyikan kenyataan ini dariku dan tidak mau cerita kalau dia berurusan dengan si tiang listrik itu.. Aku sama sekali tidak berguna! Aku tidak bisa melindungi Sehun yang lemah! Hiks.." isak Baekhyun yang membuat Kyungsoo terdiam turut prihatin.

"Baek.. Jangan menyalahkan dirimu. Sehun juga berbuat begini agar kau mungkin juga tidak kena. Percayalah. Sehun pasti akan sembuh" nasihat Kyungsoo sambil mengelus pundak Baekhyun menenangkannya. Jika ada Sehun. Pasti Sehun yang berada diposisi Kyungsoo saat ini. Namun sayangnya Sehun segera dilarikan kerumah sakit beberapa jam setelah dia dihabisi oleh Park Chanyeol.

Tidak berapa lama sekolah mulai terlihat sedikit sepi. Tapi diluar bawah gedung lumayan ramai dengan beberapa yeoja yang masih sibuk memperhatikan para penguasa sekolah itu dari jauh. Mereka baru saja melangkahkan kakinya keluar gedung sekolah. Persis dibawah kelas Baekhyun.

"Yeol. Kau kenapa diam saja?" tanya Luhan yang memperhatikan raut wajah Chanyeol berubah.

"Tidak apa-apa" jawabnya datar seperti biasa.

"Tunggu!" tiba-tiba tubuh Luhan mendekat dan menempelkan punggung tangannya pada dahi pemuda jangkung itu. Mata Luhan melotot pada Chanyeol yang langsung membuang muka. Luhan mendengus.

"Sudah kukatakan berkali-kali kemarin kenapa kau tidak paham?! Kau sudah jarang makan akhir-akhir ini Park Chanyeol! Berhentilah bersikap egois pada tubuhmu!"' omel Luhan seperti emak-emak namun tetap mempesona~

Chanyeol hanya melempar pandangan acuh. Sedangkan Kai dan Chen yang baru datang bersama Kris tetap setia mendengarkan perdebatan dua saudara ini.

"Ini semua salahmu kkamjong! Kau benar-benar idiot! Seharusnya kau menjaga sepupuku bukan menghancurkan moralnya!"

"Yak Lu! Jangan salahkan aku! Chanyeol tidak menolak saat kuajak keluar. Kecuali waktu sampai mobil dia mendengar kita ganti tempat hang out"

"Tapi tetap saja! Kau ini benar-benar bodoh!" Luhan mulai cemberut dan hal itu membuatnya semakin menggemaskan. Para siswa yang lewat serasa mendapatkan bonus sore bisa melihat Xi Luhan mempout-kan bibir mungilnya.

"Aishh.. Lu. Mianhae" sesal Kai memelas diikuti anggukan kepala Chen. Luhan hanya diam. Toh, jika dia memaafkan teman-temannya mereka akan berbuat hal yang sama berkali-kali. Jadi terserah mereka saja. Luhan juga sudah cukup repot menengahi sikap Chanyeol sebagai saudaranya.

"Lu, ayo cepat. Kau bilang setelah ini mau keperpustakaan kota kan? Aku masih bisa mengantarmu kau mau ikut?" tanya Kris yang tiba-tiba membuka percakapan. Luhan mengangguk lalu mengikuti Kris kearah parkiran. Tubuhnya kembali berbalik menatap Chanyeol.

"Aku tidak apa-apa. Sungguh, Lu. Berhentilah memasang wajah seperti itu! Kau menjengkelkan!" ketus Chanyeol dan Luhan hanya melempar senyuman manis.

"Hati-hati pulangnya Yeol. Jangan keluyuran lagi oke? Hari ini pulanglah kerumah. Aku akan pulang saat makan malam. Annyeong Yeol, Kai, Chen!" ucap Luhan lalu melambai pada teman-temannya sebelum masuk kedalam mobil Kris dan kedua namja itu balas melambai terkecuali Chanyeol.

Diatas sana namja mungil yang melihat Luhan pulang bersama Kris emosinya semakin tersulut. Matanya geram memandang Chanyeol yang sibuk memainkan ponsel dibawah sana. Sedangkan Kai dan Chen sudah berjalan mendahuluinya.

Entah darimana pikiran kalut seorang Byun Baekhyun.. Sampai akhirnya namja berperawakan kecil itu mengangkat ember berisi air yang niatnya tadi untuk mengepel. Tapi sepertinya dia lebih suka menggunakan air yang cukup banyak itu untuk hal lain.

Dan...

BYUUURR!

Satu guyuran tanpa ampun dengan emosi berkalut-kalut yang tadinya menimbun dikepala Baekhyun akhirnya menghilang. Dia merasa telah membalaskan dendam Sehun pada tiang listrik yang sedang basah kuyup dibawah sana. Rasakan!

Eh... Tunggu? Byun Baek? Apa yang kau lakukan?

"KYAA! BAEKHYUN! KAU GILA?! KAU MENYIRAM PARK CHANYEOL?!" jerit Kyungsoo histeris disebelahnya. Baekhyun mengejapkan mata berkali-kali. Sepertinya dia baru sadar setelah melihat tangannya masih terangkat keatas sambil memegang ember yang sudah kosong. Dan matanya spontan langsung menengok kebawah.

Benar...

Park Chanyeol basah kuyup. Semua murid yang masih disana menatapnya dengan sangat cengo. Kai dan Chen juga terdiam dengan mulut menganga lebar. Arah pandang mereka menuju pelaku penyiraman Chanyeol dan nyatanya mereka sangat terkejut! Beberapa dari mereka menunjukkan ekspresi berbeda-beda. Ada yang meringis menatap namja itu, bahagia, senang, gembira, bahkan ketakutan sama seperti seseorang yang baru saja menumpahkan air itu kepadanya.

"KAU!" teriak Chanyeol dari bawah.

"LARI BAEK! CEPAT SELAMATKAN DIRIMU!" pekik Kyungsoo lagi histeris. Dan tidak butuh waktu lama Baekhyun berlari menyelamatkan dirinya tanpa menunggu aba-aba atas tindakan bodohnya. Chanyeol yang melihat gerakan Baekhyun langsung kembali masuk kedalam gedung sekolah. Mengejar si tersangka yang berani-beraninya menyiram Chanyeol yang masiih basah kuyup tanpa sadar diri.. Bahwa nyatanya dia sudah menggali lubang kuburnya sendiri.

.

.

.

.

"KYAAAA SESEORANG TOLONG AKUUU!" jerit Baekhyun seperti orang kesetanan dilorong yang masih terdapat beberapa murid yang menghindar akibat tubuhnya yang berlari tanpa arah.

Mereka semua terheran-heran menatap Baekhyun yang berlari histeris seperti dikejar penagih hutang. Baekhyun memang aneh. Dan dirinya saat ini terlihat jauh lebih aneh lagi. Mungkin dia sudah gila saat ini. Namun semua praduga itu menghilang dari pikiran murid-murid yang masih berkeliaran dilorong. Lebih baik penagih hutang yang mengerjarnya daripada seorang Park Chanyeol yang terlihat kebanjiran yang mengejarnya.

Semua orang menahan nafas melihat Chanyeol yang seluruh tubuhnya basah terkena air melintas dengan wajah sangat geram penuh amarah berlari mengikuti langkah Baekhyun didepanya. Sial sekali anak itu... gumam para pemilik mata dilorong yang mulai sepi karena mereka tidak mau ambil bagian kekesalan pemuda jangkung itu.

15 menit kemudian..

"Hosh...hosh... aku harus bersembunyi dimana?" Baekhyun mulai berhenti berlari akibat kehabisan nafas. Tubuhnya sangat lelah sejak tadi dia berlari mengelilingi hampir satu sekolah yang sangat luas ini. SM SHS memang sekolah elit yang punya banyak ruangan dimana-mana. Tapi belum sempat Baekhyun bersembunyi. Chanyeol selalu dapat menemukannya. Hal itu membuat Baekhyun merinding. Dirinya merasa menjadi pemeran utama difilm thrill yang hendak dimutilasi oleh psikopat jangkung bernama Park Chanyeol. Karena.. Well, pengejaran tanpa akhir ini tidak akan berhenti sampai Chanyeol menghabisi Baekhyun.

"Ah! Disini saja deh hosh...hoshh..." Baekhyun mulai kehilangan akal dan lebih memilih pasrah untuk bersembunyi diperpustakaan sekolah.

Setidaknya Chanyeol masih belum terlihat. Tubuh kecilnya menyelinap diantara rak-rak yang menjulang tinggi. Tidak memakan waktu lama. Chanyeol yang punya firasat tajam langsung masuk kedalam perpus.

Semua murid yang berada didalam perpus sontak seketika teridam kaku. Pandangan Chanyeol sangat dingin. Belum lagi peluhnya bercampur dengan rambutnya yang basah. Meski dia ganas. Namun tetap terlihat seksi!

"SEMUANYA KELUARR!" teriak pemilik suara bariton itu. Tanpa menunggu komando lagi para murid yang masih disana segera melangkahkan kakinya keluar ruangan. Baekhyun yang sedang berjongkok dirak pojok perpus semakin merinding. Mulutnya tidak berhenti mengumpat-umpat kecil atas perilaku bodohnya. Balas dendam sih memang terlaksana. Tapi sayangi nyawamu sendiri Byun Baekyun.

KLEK

Dengan suara sangat pelan Chanyeol menutup pintu perpus dibelakang tubuhnya. Kaki jenjangnya melangkah perlahan-lahan dengan gaya angkuh sambil sesekali berjalan dari rak ke rak. Dia sangat yakin bahwa pemuda mungil itu bersembunyi disini.

"Aku tau kau disini pendek!" sahut Chanyeol datar. Suaranya sedikit menggema karena ruangan ini kosong.

"Dan kalau kuhitung sampai tiga kau keluar dari persembunyianmu dan meminta maaf. Aku akan langsung melepaskanmu. Simple saja. Tubuhku terlalu capek main kejar-kejaran tidak jelas denganmu tadi" Chanyeol masih berjalan mengitari ruangan besar ini dengan seringaian khasnya. Wajahnya terlihat menyeramkan. Sementara yang dicari sudah keringat dingin sambil menggumamkan doa-doa.

"Tidak mau keluar yah? Baiklah. Akan kuhitung sampai tiga" ujarnya lagi lalu berhenti melangkah.

"Satu..."

Baekhyun membuka matanya. 'Tuhan... tolong aku' batinnya.

"Dua..." suara bass itu masih terdengar. Baekhyun terlihat gusar sendiri. Dirinya memang telah menimbulkan kesalahan fatal tadi. Tapi Chanyeol bilang dia akan memaafkan jika Baekhyun keluar dan meminta maaf. Apa dia harus melakukannya?

"Dua setengah..." Chanyeol dilihat sedikit berbaik hati menghitung.

"Dua seperempat" Ayolah Byun Baek! Lebih baik kau keluar. Meminta maaf dan masalah selesai! Bertingkahlah seperti namja pemberani! Kau ingin melindungi Sehun dan menghapus title underdog itu kan?

"Tiga!"

.

.

Hening...

"Ohh jadi begitu yah keinginanmu.. Baiklah kalau begitu aku—"

"—Tunggu!" sahutan cempreng itu membuat Park Chanyeol menyeringai penuh kemenangan. Apalagi saat melihat Baekhyun keluar dari balik rak buku dipojok sana sambil menunduk.

"Akhirnya kau keluar juga"

"Aku... Aku minta maaf..." lirih Baekhyun menundukkan kepalanya lalu membungkuk dalam. Chanyeol tetap diam dengan senyum liciknya.

"Begitukah?"

"Ya... Aku tidak sengaja Park Chanyeol... Aku sudah minta maaf kan? Kalau begitu aku pergi dulu. Aku masih banyak urusan. Permisi..." celoteh Baekhyun dengan tampang datar. Padahal dia berusaha menyembunyikan kegugupannya.

Baekhyun melangkahkan kakinya menuju pintu besar keluar perpus. Matanya berusaha menghindari arah pandang Chanyeol yang terus menatapnya tajam. Gagang pintu itu sudah dipegangnya. Hatinya merasa lega Chanyeol tidak menghabisinya. Namun...

KLEK!

Satu kali

KLEK! KLEK !

Dua kali

KLEK! KLEK! KLEK!

Tiga kali. "Ada apa ini? Kenapa pintunya tidak bisa dibu—"

Chanyeol... tubuh Baekhyun merinding saat mengetahui pemuda itu sudah berdiri dibelakangnya. Pintu ini terkunci.. Dikunci oleh seorang pemimpin penguasa sekolah yang terkenal paling ganas dan suka menghabisi yang menghalanginya tanpa ampun.

Sayonara kehidupan... Baekhyun mulai mencelos tidak jelas.

"HAHAHAHA! BODOH! KAU BENAR-BENAR BODOH!" gelak tawa bass Chanyeol membuat Baekhyun terdiam. Nyawanya serasa hilang entah kemana. Mendengar tawanya saja cukup menyeramkan. Apalagi wajahnya yang sangat senang saat ini?

"Kau pikir aku semudah itu meloloskanmu? Tidak akan huh!"

BRAK!

"Arggghhh..." rintihan keluar dari mulut namja mungil itu. Punggungnya perih sekali saat membentur pintu kayu dibelakangnya.

"Hey. Kau ini punya nyawa berapa sih?" tanya Chanyeol sambil berbisik ditelinga Baekhyun. Baekhyun berusaha menelan ludahnya mengurangi rasa gugup. Dia harus berani! Hanya itu modalnya saat ini untuk menghadapi ketua penguasa sekolah.

Tidak mendapat jawaban Chanyeol yang kesal menggengam tangan kiri dan kanan Baekhyun lalu mendorongnya keras disisi kepalanya. Sekarang tubuh Baekhyun terkunci oleh Chanyeol. Oh tidak.. Doa Baekhyun sudah tidak berguna lagi disaat seperti ini.

"Kutanya kau ini punya nyawa berapa kenapa tidak menjawab hah?!" gertak Chanyeol. Namun Baekhyun tidak bergeming. Matanya tetap menatap kebawah. Meski pergelangan tangannya terasa perih.

"TATAP ORANG JIKA KAU SEDANG BERBICARA PENDEK!" bentakkan Chanyeol sukses membuat Baekhyun mengangkat wajahnya. Tatapan tajam Baekhyun serasa menusuk kedalam sorot mata Chanyeol. Dirinya mulai tersulut emosi mengingat Sehun juga diperlakukan sama seperti dirinya. Dicaci maki lalu dihajar habis-habisan.

"AKU SUDAH BILANG KAN TADI KALAU AKU MINTA MAAF!? AKU TIDAK SENGAJA! DAN BISAKAH KAU LEPAS KAN TANGANMU?! INI SANGAT SAKIT BODOH!"entah keberanian dari mana Baekhyun tiba-tiba balas membentak pemuda dihadapannya.

Chanyeol yang tidak menduga reaksi Baekhyun tersentak. "HAH! Berani sekali kau membentakku. KAU TIDAK TAHU SIAPA AKU?!"

"YA! AKU TAU SIAPA DIRIMU! KAU PARK CHANYEOL NAMJA BRENGSEK YANG TELAH MEMBUAT OH SEHUN TERLUKA!"

Chanyeol tertawa licik mendengar pernyataan Baekhyun. "Sehun? Si kacamata idiot itu? Dia pantas mendapatkannya! Dia tidak mengikuti perintahku. Maka kuhabisi saja dia hahaha"

Baekhyun menatap Chanyeol dengan pandangan nanar. Apakah benar dia manusia? "Kau... DASAR NAMJA BRENGSEK! BAJINGAN! TUKANG MEMBULLY SISWA TIDAK BERSALAH! KAU SAMA SEKALI TIDAK PANTAS MENJADI CUCU PEMILIK SEKOLAH INI CHANYEOL!" pekiknya histeris. Tanpa terasa tubuh Baekhyun semakin gemetar. Terserah dia mau dihabisi seperti apa oleh Chanyeol. Saat ini dia hanya ingin membela diri dan semua korban Chanyeol..

"Darimana kau tahu kalau aku cucu pemilik sekolah?" tiba-tiba perkataan Chanyeol membuat namja mungil ini terdiam.

Benar juga ya? Yang tahu hal itu kan Baeby bukan Baekhyun. Dasar bodoh kau Byun Baek! "A...Aku...tahu saja.. kau kan selalu bersama Luhan jadi..."

"DARIMANA KAU TAHU HAL ITU?!" wajah Chanyeol semakin menampakkan aura membunuh. Cengkraman ditangan Baekhyun semakin mengeras. Baekhyun mengerang kesakitan sambil meronta-ronta. Airmatanya nyaris tumpah jika saja dirinya tidak berusaha menahan semua ini.

"Sakitt..."

"Ini hukuman untukmu karena kau sudah ikut campuri urusanku dan berani-beraninya menyiramku dengan air Byun Baekhyun!" suara bariton itu melebarkan mata Baekhyun yang terpejam. Chanyeol.. tahu namanya?

"Akhh!" seketika lamunannya tersadar. Baekhyun berteriak ketika Chanyeol tiba-tiba menyesap kasar leher mulusnya dengan kencang.

"Hentikan! Apa yang kau lakukan?! Yak! Park Chan...eughhh..." Chanyeol merasa tuli dengan semua umpatan-umpatan Baekhyun. Bibirnya terus meninggalkan jejak berwarna kemerahan kontras menjadi ungu saat itu juga. Perlakuannya sungguh kasar.

"SAKIT CHANYEOL! HENTIKANNN...!" Baekhyun semakin menjerit-jerit ketika Chanyeol dengan gencar mulai menandai pundak Baekhyun semakin banyak.

"AKHH! CHANYEOL LEPAS!" Chanyeol mulai menjilat, menghisap dengan kuat, dan sesekali mengigit leher mulus itu tanpa mengindahkan semua jeritan keputusasaan Baekhyun.

"Hiks... Kumohon lepaskan aku... hiks" pertahanan pemuda mungil itu akhirnya runtuh juga. Baekhyun mulai terisak.

Selama ini Chanyeol memang suka membully seseorang. Menjatuhkan harga diri orang lain bahkan tidak segan-segan menghajarnya. Tapi saat ini berbeda! Chanyeol tidak pernah terlihat bermain-main dengan tubuh seseorang. Perbuatan brengseknya hanya sebatas melukai. Bukan menyentuh seseorang dengan tangan kotornya.

Baekhyun merasa dilecehkan saat ini. Namun Baekhyun tidak mengerti arti sesungguhnya yang Chanyeol lakukan padanya saat ini. Daripada dibilang memberi 'hukuman' Chanyeol lebih suka menyebutnya sebagai pelampiasan hasrat yang selama ini pemuda jangkung itu pendam. Jadi Baekhyun hanya bisa pasrah. Toh, saat ini tidak ada yang bisa menolongnya..

Namja mungil bermarga Byun ini masih terisak. Tetapi perlahan pergerakan Chanyeol melambat dan cengkramannya mulai melonggar. Baekhyun masih belum menyadari hal itu. Sampai akhirnya nafasnya terkecat saat kepala Chanyeol tumbang dipundaknya.

"Eh? Chan... Chanyeol?" pemuda yang memiliki tubuh jangkung tidak menjawab. Tangan Chanyeol merosot memegangi pundak Baekhyun. Mencengkramnya dengan lemah. Ini sangat aneh kenapa Chanyeol tiba-tiba berhenti menjamah Baekhyun? Apa dia lelah?

"Omo! Chanyeol! Tubuhmu panas sekali!" pekik Baekhyun saat menyadari suhu tubuh Chanyeol yang menunduk memeluknya.

"Ennghhh..." hanya suara lenguhan yang keluar dari bibir Tuan Park. Sepertinya dia terlalu pusing. Apalagi suara Baekhyun yang cukup nyaring membuat otaknya tambah sakit.

Baekhyun merasakan ada kesempatan. Maka dia mendorong pemuda itu sampai dia terjungkal kebelakang. Merogoh celananya. Mencari kunci disaku Chanyeol tapi hasilnya nihil! Dimana kunci itu disembunyikan si tiang listrik ini? Baekhyun kembali mengumpat.

Merasa kesal Baekhyun bangkit lalu berjalan mengitari perpustakaan yang mulai terlihat gelap. Wajar saja! Ternyata ini hampir malam! Dia harus pulang dan menjaga meja bar di klub ibunya. Tapi bagaimana caranya dia keluar?

Tanpa mengabaikan Tuan Park yang masih setengah sadar dengan penyakitnya Baekhyun menemukan jendela yang tidak tertutup. Tubuh mungilnya memang muat untuk masuk kesana. Tapi setelah dipikir-pikir melompat dari lantai dua perpustakaan ide yang cukup buruk. Baekhyun menyayangi nyawa dan mamahnya. Jika Baekhyun mati mamahnya akan sendiri. Maka dari itu dia mengurungkan niatnya dan duduk didepan rak buku.

Bola matanya memandang sosok jangkung yang terkulai lemas dilantai. Leher Baekhyun terasa begitu pegal dan perih. Dia sedikit mengusap lehernya guna menghilangkan rasa sakit. Tapi otak polosnya tidak paham bahwa Chanyeol baru saja memberikan sebuah tanda khusus untuknya.

"Aishh... Dasar brengsek! Leherku jadi sakit! Apa yang dilakukan dia tadi?! Memangnya dia vampir?"

Baekhyun kembali duduk terdiam. Matanya memandang seluruh ruang perustakaan yang mulai menggelap. Sekolah akan ditutup jam 6 tepat. Dan tidak mungkin saat ini akan ada office boy di sekolahnya yang masih berkeliaran untuk sekedar mengecek apakah masih ada murid disana? Jadi mau tidak mau Baekhyun terpaksa harus menginap disini. Tentunya bersama dengan Chanyeol.

Apa? Chanyeol?

"Chanyeol-ah..." ucap Baekhyun yang mulai merangkak mendekati pemuda itu. Pikirannya mulai cemas menatap Chanyeol. Baekhyun bangkit dan berjalan mendekati pintu. Setidaknya dia harus mencoba tindakan yang satu ini.

"Halloooo apa ada orang diluar sana? Tolong kami! Kami terkunciii!" sahutnya histeris setelah melihat kondisi Chanyeol. Namja bertubuh mungil ini mulai menggedor-gedor pintu kayu perpustakaan dengan keras.

"Aduh... Bagaimana ini? Yak! Kenapa kau menyusahkan sekali sih?"umpatnya menatap Chanyeol lagi. Baekhyun tidak menyerah. Dirinya kembali menggedor pintu berteriak minta dikeluarkan. Tapi hasilnya nihil. Berteriak sampai suara habis juga percuma. Dirinya benar-benar terkunci bersama si pembawa masalah disini.

Kepalanya menoleh kembali menatap Chanyeol yang mulai susah nafas. Dada namja itu naik turun tidak beraturan berusaha mengambil pasokan oksigen dikala otaknya merasa sangat pusing. Sebenarnya Baekhyun tidak ingin menyentuh Chanyeol. Terlalu beresiko jika seorang incaran Chanyeol berani menghampirinya langsung. Tapi melihat kondisi namja jangkung ini semakin parah dia tidak ingin ambil pusing.

Tubuh mungilnya mulai merangkak mendekati Chanyeol yang berpeluh banyak. Mulut Chanyeol terbuka dan dia terus mendesahkan rasa pening dikepalanya. Sial. Seorang berandal sekolah ini benar-benar sakit!

"Ya Tuhan.. Badanmu panas sekali" ujar Baekhyun menempelkan punggung tangannya pada tubuh lemas dihadapannya.

Kaki mungilnya mulai melangkah pada kamar kecil dipojok perpustakaan. Diambilnya sapu tangan berwarna biru langit miliknya lalu dibasahi seluruh permukaan sapu tangan itu dengan air keran. Baekhyun memeras sapu tangan yang basah itu sedikit lalu mengibaskannya lagi dan berjalan menuju Chanyeol.

Entah dapat pikiran konyol dari mana. Tanpa sadar diri dan terlalu panik dengan kondisi Chanyeol. Baekhyun memapah kepala Chanyeol untuk berbaring dipangkuannya. Dia melepaskan blazernya dan menyelimuti tubuh Chanyeol. Deru nafas Chanyeol mulai terputus-putus membuat Baekhyun meringis pelan saat menempelkan sapu tangan basah itu pada kening Chanyeol.

"Maaf aku tidak bisa berbuat banyak.. Hanya ini saja.. Aku harap kau baik-baik saja Chanyeol. Maafkan aku tadi telah menyirammu. Aku benar-benar minta maaf.." lirih Baekhyun mulai merasa bersalah.

Namun sejenak Ekspresi Byun Baek tiba-tiba berubah. "Tapi kau tau? Kau pantas mendapatkannya! Kau telah memukul Sehun! Pria sepertimu pantas merasakan sakit seperti mereka semua yang menjadi korbanmu!" bibir namja mungil itu mulai berceloteh meski Chanyeol tidak mendengarnya.

Pemuda ganas itu tidak merespon perkataan Baekhyun. Matanya terpejam rapat sambil terus mendesahkan nafas beratnya. Baekhyun mencibir sedikit. Biasanya Chanyeol selalu sehat dan menghajar orang habis-habisan. Sekarang dirinya malah berbaring tidak berdaya.

Ini menarik juga bagi Baekhyun untuk menghabisinya. Tapi Baekhyun masih waras. Jika Chanyeol sudah sembuh nanti pasti namja ini tidak akan segan-segan menghabisi Baekhyun balik.

"Entah ada yang salah dengan kehidupanmu atau apa sampai kau selalu saja membuat kerusuhan disekolah ini. Aku tahu kau cucu pemilik sekolah! Kau berhak berkuasa dan... Hah... Sudahlah. Apa yang kubicarakan padamu yang sedang tidak sadar saat ini? Jika aku tidak punya rasa simpati pada tiang listrik sepertimu. Aku bisa saja meninggalkanmu mengigil dan mati sekalian disini. Apalagi tadi kau menghisap leherku seperti vampir! Tapi... "

"Ughh..." Chanyeol mulai merintih.

Gawat Baek, Chanyeol mulai sadar akibat celotehanmu. Tapi Baekhyun tidak peduli. Dia lebih mementingkan kondisi Chanyeol sekarang. Hatimu memang sangat lembut Byun Baekhyun~

"Hey.. Apakah sakit?" tanya Baekhyun kembali.

Chanyeol hanya mengangguk lemah. Sejenak dirinya merasa sadar akibat kompresan didahi yang membuat dia merasa tenang dan nyaman.

"Suhu tubuhmu pasti turun. Aduh.. Aku lupa kalau sekarang udara sangat dingin. Itu... Tadi... Aku tidak sengaja menyirammu.. Itu bukan maksudku Chan—"

"—Baek.." panggil Chanyeol dan tubuh Baekhyun menengang.

"Y...Ya?"

"Bisakah kau diam?" ucapnya dingin.

Baekhyun mencibir.

"Sudah sakit saja kau masih bisa memerintah. Dasar!"

"Ughh... Kau... berisik!" desah Chanyeol terputus-putus.

"Yak! Aku kan tadi ingin minta maaf tapi kau malah.."

"Kalau begitu diam! Kepalaku pusing!" gertak Chanyeol sedikit serak. Baekhyun terdiam. Tubuh Chanyeol yang semakin panas membuatnya kembali merasa bersalah.

"Baiklah kalau menurutmu aku begitu menganggu! Kalau begitu aku pergi saja. Aku akan duduk disudut sana jika kau butuh bantuanku tiang listrik" ucap Baekhyun dan mulai bergerak hendak memindahkan kepala Chanyeol.

Tapi dengan gerakan cepat tubuhnya terhenti ketika Chanyeol menggenggam lembut tangannya. Meski Chanyeol masih lemah tapi satu tarikan cukup membuat badan Baekhyun condong kedepan. Dan alhasil wajah mereka bertatapan.

Mata Baekhyun melebar memandang wajah Chanyeol yang begitu dekat dengannya. Mata Chanyeol begitu sayu namun bola matanya menyiratkan ketegasan. Pipinya sempat merona hebat dengan debaran jantung yang tiba-tiba tidak beraturan sesuai ritme.

Ada apa dengannya?

Apa arti dari debaran tidak jelas ini?

Well, wajah Chanyeol yang sudah dua kali dia lihat dari dekat memang mempesona. Apalagi saat sedang berpeluh. Oh dia sebetulnya sangat seksi. Namun Baekhyun terlalu takut untuk berpikiran macam-macam. Diotaknya hanya ada pikiran Chanyeol yang akan menghabisinya.

Baekhyun menelan ludah. Takut Chanyeol mulai mengumpatnya lagi. Memarahinya atau bahkan mengigit layaknya vampir.

"Chan—"

"Tetap disini.. Aku membutuhkanmu pendek" ujar Chanyeol yang sukses membuat mata Baekhyun melebar ketika sebuah bibir menyentuh permukaan bibir tipisnya.

Oh Tuhan...

Chanyeol telah menciumnya...

4.16 p.m KST

"JANGAN LARI KAU PENDEK!"

Tuhan memang sedang sangat tidak adil. Tubuh mungilnya dipaksa berlari kencang guna menyelamatkan diri. Meskipun itu memang karena ulahnya sendiri -_-

"KYAAAAAAA TOLONG AKUUUUU!"

.

.

.

BRAK!

"CHANYEOL?!"

Seorang namja bermata bulat menoleh cepat dengan horror menatap kedua namja yang baru saja masuk kedalam kelas. Tangannya memegang erat gagang sapu. Tubuhnya mengambil ancang-ancang seperti berniat ingin memukul kedua makhluk itu jikalau mereka mau macam-macam dengannya.

"Tidak ada" ucapnya datar meski jantungnya berdebar.

"Dimana dia?"

Kyungsoo mengangkat kedua bahunya. "Mana kutahu"

Namja yang berpipi tirus, Chen menepuk pundak Kai sambil terkekeh sesekali. "Sudah kuduga dia tidak akan kesini. Lagipula kalau aku jadi dia. Aku juga pasti sudah lari daripada mati disini" jelasnya di ikuti kerutan alis si namja bermata bulat.

"Dia tidak kemari?" tanya Kai kepada Kyungsoo yang menggeleng dengan wajah kesal.

"Kenapa namja itu tidak dihajar disini saja sih? Aishh.. Kita jadi susah kan mencarinya. Pasti Luhan akan ngomel lagi kalau Chanyeol tidak pulang. Aku tidak mau disalahkan lagi!"

"YAKK!"

Kai dan Chen langsung terkaget dengan seruan Kyungsoo. "Kenapa? Kau tahu kemana si-penyiram itu pergi?" tanya Kai lagi memandangi Kyungsoo dari atas sampai bawah.

Wajah Kyungsoo memberengut kesal. Manusia dihadapannya ini benar-benar brengsek! Sudah tidak mau ambil pusing dengan nasib namja mungil itu. Mereka juga masih saja menghina temannya pula. Enak saja!

"Tentu saja dia sudah melarikan diri! Kau pikir dia sudi berdiam diri menunggu mencabut nyawanya sendiri disini? Tentu tidak bodoh!" kali ini mata Kai dan Chen yang membulat lebar.

"Hah... Sudahlah percuma berdebat dengannya. Lebih baik kita pulang saja Kai" ajak Chen yang sudah berbalik.

"Lagipula sepertinya Chanyeol akan bermain-main sedikit dengannya. Hahaha!" tawa dan senyum licik Kim Jongdae terulas dibibirnya. Kai hanya mengangguk paham. Matanya terus berpandangan dengan Kyungsoo sebelum benar-benar pergi dari tempat itu.

.

.

.

6.10 p.m KST

Oh Tuhan...

Chanyeol menciumnya?

Tubuh Chanyeol sedikit bergerak lemah. Kepala pemuda itu terangkat olehnya sendiri. Hanya sekedar usaha kecilnya dikala nyeri kepala untuk menggapai bibir manis itu entah sejak kapan. Sementara yang tercium masih bisa membulatkan mata tidak percaya. Namja berandalan ini telah menciumnya...

Apa maksud Chanyeol melakukan semua ini?

Chanyeol melumat perlahan bibir Baekhyun. Sedangkan namja mungil ini masih menundukan kepala. Bibirnya hanya diam. Tidak berniat untuk merespon balik sebuah ciuman yang bagi Baekhyun sendiri cukup manis untuk diterima dari seorang Park Chanyeol.

Merasakan kening mereka yang berdekatan dan hidung Chanyeol yang menggesek pipi chubby-nya. Pikiran Baekhyun menjadi berubah seketika. Suhu tubuh Chanyeol yang panas membuatnya terangsang. Apalagi saat tangan Chanyeol menggenggam lemah tangan mulus Baekhyun.

Baekhyun serasa mendapat sengatan listrik sejenak. Tanpa dirinya sadari bibirnya bergerak kecil membalas lumatan Chanyeol yang sangat pelan. Menimbulkan sensasi debaran jantung yang semakin berpacu riang baginya.

Ini aneh. Sangat aneh.

Masalahnya Baekhyun tidak pernah berpikir akan berciuman dengan seorang penguasa sekolah apalagi pemimpinnya! Meski ini bukan merupakan ciuman pertama seorang Byun Baek. Dia juga sudah pernah melakukannya dengan namja lain. Tentunya namja itu adalah namja yang memikat hatinya saat ini.

Tapi sungguh!

Ini benar-benar diluar dugaannya. Namun sepintas dihatinya ada sedikit perasaan hangat ketika bibirnya mulai ikut menyesap pelan bibir panas Chanyeol. Mata indahnya sampai terpejam merasakan kenyamanan saat ini.

Mungkin reaksi ini akibat suhu tubuh si tiang listrik yang sedang demam. Bahkan Baekhyun dapat merasakan deru nafas Chanyeol yang panas. Membuat kulit wajahnya ikut merona dan merasakan hawa panas dari pemuda itu.

Tidak memakan waktu lebih lama kedua makhluk itu memutuskan tautan mereka. Bibir Baekhyun terbuka sedikit dengan saliva milik Park Chanyeol. Karena sebelum memutuskan kedua belah bibir manis itu Chanyeol menyapu perlahan bibir bawah Baekhyun dengan lidahnya.

Baekhyun perlahan membuka matanya.

Hening...

Tuan Park kembali tertidur. Entah dia melakukan itu dengan sadar atau tidak. Yang jelas sekarang juga Chanyeol terkapar sebelum dia sempat sedikit terengah lalu memejamkan matanya.

Tuhan... Apa yang kulakukan?

Baekhyun akhirnya tersadar seketika.

Gumaman dalam hatinya menggema berulang kali mengucapkan kalimat bodoh itu. Sudah terlanjur.. Semuanya sudah terlanjut Baekki.. Kau telah berciuman dengan Chanyeol. Dan apa yang akan kau lakukan jika bertemu dengannya nanti?

Atau mungkin..

Saat Chanyeol telah bangun nanti dari ketidaksadarannya saat ini?

.

.

.

06.30 a.m KST

Seberkas cahaya yang cukup terang mulai menembus masuk melalui kaca jendela perpustakaan yang terpasang di seluruh ruangan. Sinar mentari pagi membuat mata Baekhyun sulit untuk merespon beberapa pancaran yang terdispersi. Pemuda bertubuh mungil itu merenggangkan tubuhnya. Mulai menyesuaikan diri setelah tersadar dari alam mimpi.

KLEK!

Bunyi kunci yang terputar cukup nyaring terdengar diruangan kosong itu. Baekhyun tertidur dengan bersandar disalah satu pintu kayu. Kini punggung rapuhnya berusaha duduk tegap. Paha Baekhyun sedikit terasa pegal setelah memangku kepala Chanyeol semalaman. Pantatnya juga terasa flat seperti meja akibat lantai marmer yang dingin dan datar.

"Loh? Kenapa kalian bisa disini?" suara serak paruh baya itu mengejutkan Baekhyun yang sedang mengucek matanya.

"Baekhyun?"

Namja mungil itu mengejapkan matanya imut sambil menoleh kesamping melihat sebuah kepala menyembul masuk kedalam.

"Jung Ajjushi?" panggil Baekhyun dengan wajah berbinar pada office boy sekolah yang memang kenal dengannya.

"Kenapa kau bisa disini? Ajjushi baru saja menemukan kunci didepan pintu perpustakaan. Apa kalian terkunci?" Baekhyun mengangguk dengan raut lelah. Sedangkan Jung Ajjushi terlihat kebingungan.

"Loh! Baekhyun! Tunggu dulu.. Bukankah itu Tuan Park?" tunjuk Jung Ajjushi yang terkaget melihat Chanyeol dipangkuan Baekhyun.

"Iya Ajusshi.. Chanyeol dan aku terkurung semalaman disini..."

"Jadi ada yang mengurung kalian? Siapa orangnya? Biar Ajusshi laporkan!" ucap Jung Ajjushi dengan nada kesal sementara Baekhyun terlihat berpikir sejenak.

Dia tidak ingin memberitahu Jung Ajjushi bahwa kemungkinan besar yang menguncinya disini adalah Chanyeol sendiri. Dan jika Jung Ajjushi melaporkan hal ini pada pihak sekolah lalu Chanyeol mengamuk. Jung Ajusshi bisa dengan mudah meninggalkan pekerjaanya kapan saja (dipecat maksudnya). Namun Baekhyun tidak ingin hal itu terjadi. Maka dia hanya bungkam.

"Aku juga tidak tahu Ajjushi. Sudahlah biarkan saja penting sekarang pintu ini sudah terbuka. Terima kasih Ajjushi.." senyum Baekhyun sambil membenarkan cara duduknya. Jung Ajjushi mengangguk.

"Lalu ada apa dengan Tuan Park? Dia kelihatan tidak baik"

"Ah.. Ini... Chanyeol sakit" lirih Baekhyun menatap wajah Chanyeol.

"Sakit?"

"Iya. Jung Ajjushi bisakah kau menolongku mengantarkan Chanyeol ke-UKS? Lebih baik dia tidur di sana saja. Kurasa dia masih demam dan udara di sini terlalu dingin. Tidak baik untuk suhu tubuhnya.." ucap Baekhyun sambil menempelkan punggung tangannya pada kening pemuda itu.

Benar. Chanyeol masih demam.

"Baiklah kalau begitu" ujar Jung Ajjushi.

.

.

.

Setelah usaha keras dari Baekhyun yang berbadan kecil dan juga Jung Ajjushi yang sudah berumur lima puluh tahun lebih. Chanyeol akhirnya berbaring di tempat tidur UKS. Mereka menggendong tubuh Tuan Park ketempatnya layak untuk beristirahat.

"Terima kasih Jung Ajjushi. Aku tidak tahu bagaimana harus keluar dari sana jika kau tidak membukakan pintu" kata Baekhyun lalu membungkuk singkat setelah menutup pintu UKS.

"Tidak apa-apa Baek. Lagipula itu memang sudah tugasku. Emh.. Sebetulnya ada yang ingin Ajjushi tanyakan.." tanya Jung Ajjushi dengan raut penuh keraguan.

"Apa itu Ajjushi?"

"Entah mungkin kau di gigit nyamuk atau apa. Tapi lehermu Baek.." ujar Jung Ajjushi tanpa melepaskan pandangannya pada topik yang dibicarakan.

"Leherku kenapa?" Baekhyun mulai memegang lehernya sendiri dengan wajah panik.

Kemarin Chanyeol memang berbuat sesuatu dengan lehernya. Dipikiran pemuda mungil ini mungkin saja Chanyeol sudah melubangi lehernya. Mengingat Baekhyun masih ber-presepsi bahwa Chanyeol adalah vampir gila. Oh, ayolah Baek.. Kau mulai tidak waras sekarang -_-

Baekhyun tidak sadar kalau lehernya suah berwarna ungu. Baekhyun juga terus mengira bahwa Chanyeol menghukum dirinya dengan cara mengigit itu seperti bentuk pelecehan semata baginya. Lagipula, hey! Dia bukan bistik yang empuk untuk menjadi santapan ketua penguasa sekolah. Maafkanlah kepolosan Byun Baekhyun kita yang sedang memasang wajah manis sambil mengejap-jepapkan matanya~

"Lehermu seperti mendapat kissmark Baekhyun.." akhirnya mau tidak mau Jung Ajjushi mengatakan itu. Karena raut wajah Baekhyun mulai berubah, terlihat sangat panik dan kebingungan meski tetap dengan wajah imut~

"Kissmark?"Baekhyun masih tidak paham.

"Iya. Apakah... Tuan Park yang melakukannya?" Jung Ajjushi memberanikan diri bertanya kembali.

"Aku tidak tahu apa itu kissmark... ?"

.

.

.

7.30 a.m KST

"Uhh.. Dimana aku?" Chanyeol mulai bangkit dari alam bawah sadarnya .

Tubuh jangkungnya direnggangkan sambil sesekali menguap lebar bak singa liar. Kepalanya masih merasakan pening yang luar biasa. Tanpa sadar sebuah sapu tangan berwarna biru langit jatuh dari kepalanya ketika dia hendak duduk.

"Punya siapa ini?" gumamnya bicara sendiri.

Dirinya menatap sekeliling dengan pandangan buram. Bau obat khas rumah sakit menyeruak penciumannya. Tirai putih yang tidak tertutup itu menjelaskan semuanya. Ini bukan rumah sakit. Melainkan UKS. Siapa yang membawanya kesini? Atau kenapa dia bisa di sini lebih tepatnya? Tuan Park mengerutkan alisnya. Mencoba mengingat-ingat kejadian kemarin.

BRAK!

"Yeol!" seruan seorang namja membuatnya menoleh ke samping.

"Luhan"

"Ya Tuhan! Semalam kau tidak pulang lagi! Kemana saja kau? Apa yang terjadi padamu?!" teriak Luhan dengan wajah khawatir sangat frustasi mendekati Park Chanyeol.

Chanyeol hanya menghela nafas berat melihat tingkah ribut saudaranya ini.

"Kau tidak memberi kabar padaku semalam! Aku pikir kau kabur lagi dari rumah. Nyatanya kau disini.." Luhan menghela nafas lega.

Setelah itu dia duduk di tepi ranjang Chanyeol. Tangannya terangkat untuk mengukur suhu Chanyeol. Dan pikirannya benar. Luhan melotot memandang Chanyeol yang mendengus kembali.

"Yak! Apa yang terjadi padamu kemarin?! Badanmu panas sekali Yeol! Benarkan apa kataku kau sakit! Kau ini sudah jarang makan! Selalu keklub! Juga—"

"Tersiram oleh seseorang dari lantai 3" timpal si namja kulit seksi, Kai yang masuk kedalam UKS bersama Chen dan Kris.

Mata Luhan melotot lalu bergantian menatap Chanyeol. "APA?! TERSIRAM?!"

"Kau disiram? Oleh siapa?" tanya Luhan lagi, speechless.

Masalahnya Luhan juga tahu bagaimana posisi kelompoknya dan Chanyeol sendiri disekolah ini. Siswa biasa yang tidak mempunyai kuasa disini tidak berhak melarang, menceramahi, atau bahkan MENYIRAM seorang Park Chanyeol. Bisa-bisa siswa atau siswi yang melakukan itu akan langsung patah tulang jika berani melakukannya.

Luhan tidak mendapat jawaban atas pertanyaannya. Yang terdengar hanya gelak tawa Chen yang heboh dan Kai. Sementara yang menjadi objek gurauan menatap tajam kedua makhluk laknat didepannya.

Tanpa pikir panjang lagi. Luhan segera melangkahkan kakinya kekotak obat dan mengambil beberapa kompres instan. Tentu saja Luhan mengenal betul UKS ini. Karena Luhan adalah salah satu asisten dokter sekolah. Tidak heran UKS ini terkadang selalu penuh oleh modus para siswa hanya demi melihat Luhan. Mendapatkan simpatinya atau perawatan lembut seorang Xi Luhan.

"Bagaimana rasanya ada yang menyirammu Yeol? Asyik-kah?" Kai mulai menggoda seperti biasa. Chanyeol tetap diam dan berbaring dengan tangan menyilang dibelakang kepalanya.

"Chanyeol disiram oleh siapa?" Kris yang sedari tadi terdiam mulai tertarik dengan percakapan Kai.

"Kurasa namja underdog sekolah. Si-bocah pendek ber-beasiswa" papar Kai lalu melempar pandangan pada Luhan yang masih sibuk mendengarkan.

"Kenapa dia menyirammu? Kau pasti berbuat buruk lagi yah pada seseorang. Jawab aku Yeol" Luhan juga ikut menimpali sambil terus bertanya.

"Kalian berisik" cukup dua kata datar yang keluar dari bibir Chanyeol seketika ruangan itu hening sejenak.

Namun tidak untuk Kim Jongdae yang masih tertawa. "Tapi hebat sekali bocah pendek itu haha! Dia bernyali besar Yeol Buktinya dalam sejarah sekolah ini. Baru dia saja yang berani melakukan itu padamu. Kau pasti memberikannya pelajaran yang setimpal kan kemarin?" senyum licik Jongdae terpampang dibibir manisnya.

Chanyeol tetap diam. Pandangannya lurus begitu menusuk siapa saja yang ditatapnya. Kepalanya masih pening. Bahkan untuk mengingat kejadian semalam pun sangat sulit.

Apakah dia sudah memberikan pelajaran pada si-bocah pendek Byun Baekhyun? Atau dia belum melakukannya sama sekali? Yang jelas saat ini Chanyeol tidak ingat. Dia hanya sebatas mengingat kalau dirinya sudah terasa pusing saat berhitung ngaco di perpustakaan. Dan untuk seterusnya... Chanyeol tidak mengingat perlakuannya sama sekali pada Baekhyun.

"Kau tau Yeol? Dari dulu kau itu tidak tahan demam. Sekali merasa pusing atau kedingingan dan bahkan lelah kau pasti langsung tumbang. Padahal wajahmu sangar. Tapi nyatanya kau juga punya sisi lemah seperti manusia biasa. Karena itu sayangi-lah tubuhmu sendiri Yeol." nasihat Luhan penuh kelembutan sambil menempelkan kompres instan itu pada dahi Chanyeol.

Chanyeol hanya menjawab dengan gumaman. Selebihnya otaknya terus berputar berusaha mengingat kejadian-kejadian yang dia lakukan pada Baekhyun. Namun sayang.. Dirinya terlalu pusing untuk mengulang kembali memori kemarin.

Seingat Chanyeol, kemarin dia mengunci pintu perpustakaan agar si pendek itu tidak kabur. Lalu kenapa sekarang dia malah terbaring disini? Apa Baekhyun yang membawanya kemari? Tidak berapa lama matanya terpejam merasakan hawa dingin kompresan instan itu. Kompres ini tidak senyaman dengan kompresan sebelumnya yang dia rasakan. Kenyamanan entah dari mana sekilas juga dia alami kemarin.

Ini sangat aneh...

Chanyeol merasa janggal. Bibirnya merasakan kelembutan yang asing baginya. Aneh.. Entah apa ini efek dari demamnya atau bukan. Yang jelas, perasaannya turut hangat mengingat wajah Baekhyun tiba-tiba.

Apa yang terjadi kemarin, sebenarnya?

'Baekhyun...' gumam Chanyeol dalam hati.

.

.

.

10.00 a.m KST

"Tuan muda. Anda mendapat kunjungan" ucap salah seorang suster pribadi di salah satu ruangan rumah sakit.

"Suruh dia masuk" Oh Sehun. Si Tuan muda yang di maksud tadi mulai mengambil posisi duduk sebelum akhirnya suara pekikan maut itu menghentikan pergerakannya.

"OH SEHUN! JANGAN BERGERAK DULU KAU BELUM SEMBUHH!"

Seorang namja mungil dengan jaket cukup tebal dan kantung belanja penuh buah masuk berteriak histeris di depan pintu kamar rawat. Matanya menangkap suatu pemandangan yang menakutkan baginya. Melihat Sehun yang terbaring ingin duduk , Sebetulnya hal ini biasa saja. Sehun juga biasa. Tapi bukan Byun Baekhyun namanya kalau tidak bereaksi lebai~

"Baek..." lirih Sehun menutup kupingnya.

"Tuan Baekhyun harap tenang. Ini rumah sakit" ucap sang suster mengingatkan. Baekhyun menutup mulutnya malu sambil mengangguk-angguk ayam.

"Mianhae.." kekehnya berjalan mendekati Sehun diranjang rawatnya. Sehun akhirnya juga ikut terkekeh sampai memperlihatkan eyes smile-nya.

"Pagi Baekhyun" sapaan hangat Sehun membuat namja mungil ini tersenyum.

"Pagi Sehunnie.. Bagaimana kabarmu? Kau merasa baikan?" Sehun mengangguk.

"Lebih dari itu. Aku baik-baik saja. Kau tidak perlu cemas Baek"

"Tapi..."

"Sudahlah. Aku cuma mendapat luka lebam diperut dan tulang tanganku sedikit bergeser. Tapi tenang saja. Dokter sudah menyembuhkanku kok" papar Sehun.

Raut wajah Baekhyun tersenyum mulai berubah. Meski Baekhyun berusaha ceria tapi wajahnya menyiratkan arti lain. Baekhyun sangat sedih mendengar kondisi Sehun saat ini. Apalagi melihat temannya sakit sampai di rawat dengan lengan ber-gips. Hati Baekhyun terasa nyeri mengingat kembali kejadian dimana Sehun di pukuli.

"Maafkan aku Sehun..." lirihnya sambil menunduk. Entah kenapa Baekhyun merasa sangat melankolis saat ini. Sebutir airmata mulai jatuh kepipinya. Tapi Sehun langsung tersenyum dan mengelus kepala Baekhyun dengan lembut.

"Hey, kenapa kau malah meminta maaf? Sudahlah Baekki jangan menangis.."

"Tapi... Kau terluka.."

"Aku tidak apa-apa. Sungguh Baekhyun berhentilah menangis"

"Aku tau Sehun siapa yang memukulimu! Park Chanyeol bukan?"

DEG!

Seruan Baekhyun tadi membuat tubuh Sehun menegang. Padahal Sehun sudah mengatakan pada Yunho untuk tutup mulut pada Baekhyun bahwa dia dipukuli. Sehun pura-pura mengaku kalau dia terserempet mobil namun hal itu tidak masuk akal. Mana mungkin terserempet mobil saat istirahat sekolah sedangkan siswa SM SHS tidak boleh meninggalkan sekolah seusai pelajaran? Sehun memang tidak pandai berbohong..

"Kenapa kau lakukan itu Hun?" suara Baekhyun terdengar bergetar.

"Baekhyun.. Aku.."

"Kau bilang kita teman! Kita sahabat! Kenapa kau malah melakukan ini semua sendirian? Kau bisa bilang padaku kalau kau di incar oleh si tiang listrik brengsek itu! Tapi kenapa kau malah menghadapinya sendiri? Apa kau tidak memikirkan perasaanku saat melihat langsung kau dipukuli Chanyeol?-"

"Bukan begi— Tunggu! Kau melihat aku dan Chan—"

"Ya! Aku melihatnya! Dan aku merasa sangat tidak berguna saat itu karena aku tidak bisa melindungimu... Maafkan aku Sehun.." Baekhyun mulai menunduk lemas dan semakin terisak.

Sehun terkejut. Ternyata Baekhyun mengetahui semuanya lebih yang dia tahu. Semuanya telah terbongkar. Tidak ada gunanya lagi berdalih Oh Sehun..

"Aku sama sekali tidak ingin melibatkanmu.. Karena aku menyayangimu Baek.. Aku ingin melindungimu juga" papar Sehun dengan senyuman lembut.

Tangan pemuda itu terangkat menghapus bulir-bulir airmata Baekhyun. Kepala Baekhyun terangkat. Pipinya sempat merona melihat wajah Sehun yang tampan tanpa kacamatanya saat ini. Sehun sungguh teman yang baik. Baekhyun merasa beruntung dapat memiliki teman sebaik Sehun.

"Aku juga menyayangimu Hun.. Tapi lain kali izinkan aku juga ikut terlibat dalam masalahmu oke? Kita akan menghadapinya berdua! Kalau berdua kita pasti kuat dan bisa mengalahkan tiang listrik itu! Kumohon jangan berpikiran egois lagi!" Sehun terkekeh mendengar penuturan Baekhyun.

"Arraseo. Lain kali aku pasti akan bercerita padamu. Sudah jangan menangis lagi! Kau jelek sekali tahu kalau mena— OH ASTAGA BAEK!" Sehun menggantungkan kalimatnya dan berteriak raut histeris. Namja bertubuh mungil ini terlonjak kaget dan malah mencodongkan sikunya pada tepi ranjang Sehun.

"Ada apa Hun? ADA KECOA?!" pekik Baekhyun lebih histeris. Sementara Sehun hanya berekspresi -_-

"Bukaaan!"

"Lalu apa? Kau membuatku kaget sekali bodoh!"

"YAK! Siapa yang memberimu tanda ini?!" sahut Sehun cukup keras dengan bentakan.

Baekhyun membulatkan mata ketika Sehun memegang lehernya dan menatapnya tajam. Sehun memalingkan rahang Baekhyun berkali-kali. Melihat beberapa mahakarya Chanyeol disitu yang membuatnya speechless. Lalu tercipta-lah satu pikiran dibenaknya. Leher temannya ini sudah tidak perawan..

"Emmh.. Kau juga tahu soal warna ungu ini?" ucap Baekhyun sambil menggaruk tengkuknya gusar.

"Tentu saja! Ibu tiriku sering mendapat tanda ini dipagi hari! Dan aku yakin itu pasti perbuatan ayahku" jelas Sehun dan seketika Baekhyun melongo kaget.

"Kau mengintip kegiatan mereka?! Ya ampun! Kau mesum sekali Sehun!"

"Tidak Baek! Tentu saja ibuku mengatakannya padaku. Bukan aku yang mengintip langsung mereka. Tapi sungguh! Warnanya persis sekali. Omo.. Kau habis melakukannya dengan siapa?" tanya Sehun mulai membenarkan posisi duduknya.

Baekhyun mengigit bibir. Entah dia harus mengatakan ini atau tidak pada Sehun. Masalahnya Sehun pasti akan terus bertanya sampai dia mendapat jawabannya. Sehun orangnya keras kepala sekali.

Baekhyun juga sulit untuk menutupi tanda keunguan ini. Karena itu dia meliburkan diri setelah terkunci kemarin malam. Belum lagi penuturan secara jelas oleh Lay saat dia sampai dirumah pagi ini tentang kissmark Chanyeol membuat Baekhyun semakin bergidik ngeri tidak percaya.

Baekhyun masih bertanya-tanya. Kenapa si vampir gila tidak berotak itu melakukan ini padanya? Meninggalkan bekas ini? Ternyata benar Baekhyun di lecehkan Baekhyun berpikir lebih baik dia tidak masuk sekolah dulu hari ini. Daripada dirinya terbunuh oleh Park Chanyeol setelah dia sadar.

Park Chanyeol?

Bagaimana keadaan pemuda itu? Baekhyun sedikit khawatir setelah meninggalkan Chanyeol sendirian di UKS. Tapi mau bagaimana lagi? Kalau Baekhyun menunggu sampai Chanyeol sadar. Mungkin pemuda itu akan membunuhnya saat itu juga lalu menciumnya lagi. Oh, astaga! Menciumnya?!

Yap.. Baekhyun tidak akan melupakan fakta kejadian semalam bahwa dirinya memang berciuman dengan Chanyeol. Parahnya lagi dia terbuai! Sekali lagi! Baekhyun terbuai mencium Chanyeol balik!

Dirinya merasa sangat bodoh dan tidak berotak. Ingin rasanya Baekhyun terjun kedalam sungai terdalam agar melupakan tindakan refleksnya. Bukannya membalaskan dendam Sehun. Semalam Baekhyun malah merawat Chanyeol, memangkunya, bahkan menciumnya! Bodoh benar kau Byun Baek..

Sehun masih menatap Baekhyun meminta penjelasan setelah keheningan yang cukup lama. Pandangan Sehun entah kenapa saat ini terasa begitu menusuk. Baekhyun tahu Sehun pasti menghawatirkannya.

"Kalau kukatakan apakah kau mau membantu ku menghilangkannya?" Sehun mengangguk.

"Tentu saja" Baekhyun menghela nafas berat. Tidak ada gunanya menimang-nimang sebuah alasan lagi. Akhirnya mau tidak mau square lips itu terbuka. Lalu satu nama keluar mulus dari bibirnya. Menghasilkan pemandangan mata Sehun yang melebar tidak percaya.

.

.

.

Sudah hampir tiga hari atau lebih Baekhyun tidak masuk sekolah. Hal ini memang tidak berpengaruh banyak bagi para siswa. Tapi beberapa dari mereka yang sadar akan kondisi Baekhyun tiga hari yang lalu saat menyiram Chanyeol juga prihatin. Pikiran sementara mereka yang tidak tahu keadaan sebenarnya mengatakan bahwa Baekhyun telah tewas .

Yang benar saja! Siapa yang bisa lolos dari incaran seorang Park Chanyeol? Apalagi namja lemah berbadan pendek itu terlalu bernyali besar menumpahkan air pada Chanyeol dari lantai tiga. Dan hal itu cukup membuat satu sekolah ribut. Beberapa fans Chanyeol sebenarnya ingin memberikan pelajaran pada namja malang itu. Namun sayang. Baekhyun tidak juga menampakkan batang hidungnya.

Sekali lagi. Baekhyun menghilang sementara sama sekali tidak berpengaruh banyak sebetulnya bagi murid-murid SM SHS. Para siswa dan siswi tetap menjalankan aktivitas seperti biasanya. Tidak ada yang jauh berbeda. Para penguasa sekolah? Mereka tetap saja populer dan menerima banyak kado setiap paginya.

Lihat? Tidak berpengaruh bukan?

Oh, sepertinya salah besar bagi ketua penguasa sekolah Tuan Park Chanyeol. Dirinya jadi lebih pendiam. Lebih tenang. Namun tatapan tajamnya tidak berubah. Bersyukurlah para murid SM SHS yang selalu menjadi incarannya. Karena Park Chanyeol sedang tidak ingin membully seseorang. Tentu saja! Absennya Baekhyun beberapa hari ini berpengaruh sangat BESAR baginya!

Haha, rasakan itu Yeol!

"Chanyeol! Sepertinya bocah pendek itu melarikan diri darimu lagi ya?" tanya Chen sambil mengemut lollipop pemberian fansnya.

Chanyeol tetap diam. Tidak memberikan reaksi lebih lanjut. Dia hanya memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana dan bersandar angkuh pada pinggir mobil.

"Yeol. Apa yang kau lakukan pada anak itu? Apa kau menghajarnya habis-habisan?" akhirnya Luhan mulai bertanya mengingat pertanyaan Jongdae tadi terkesan berbahaya.

Chanyeol menghembuskan nafas kasar. "Sudah kubilang aku tidak melakukan apa-apa!"

Luhan tersentak. Kai dan Chen terdiam. Sedangkan Kris hanya menolehkan kepalanya dengan ponsel ditangannya.

"Akhir-akhir ini kau begitu sensi. Apa karena belum bisa membalaskan amarahmu pada anak itu?" ucap Kris membuat Chanyeol berdiri tegak.

Chanyeol berjalan kearah mobil Kris dan langsung mencengkram kerahnya kasar. Para siswi yang ada disana cukup terkejut dengan tindakan Chanyeol sebagai teman sekelompoknya.

"Bukan urusanmu brengsek!" bentak pemuda jangkung itu lalu menghempaskan tubuh Kris ke mobilnya dengan kasar.

"CHANYEOL!" Luhan yang melihat itu menatap Chanyeol penuh amarah sedangkan Kai dan Chen segera memisahkan mereka.

"DIAM KAU, LU!" Chanyeol balas membentak Luhan.

Namun Luhan tidak getir pada wajah beringas Chanyeol. Sementara suasana di antara para penguasa sekolah itu cukup menegangkan. Kris mengatakan pada Luhan bahwa dia baik-baik saja dan meminta kedua saudara itu untuk tidak berdebat heboh di sini. Tapi mereka sama-sama terlalu keras kepala.

"Sepertinya kau harus benar-benar bertemu haraboji hari ini Yeol.." desis Luhan menatap nanar pemuda jangkung itu.

Chanyeol menghela nafas meremehkan. Tatapannya sangat tajam pada Luhan yang memandangnya tidak kalah tajam.

"DENGAR LUHAN! Kau bukan pengatur segala urusan kehidupanku! Aku bebas mau melakukan apa saja sesukaku! Dan kau tidak bisa menghalangiku jika aku tidak pulang kerumah atau pergi keklub!" ketusnya lalu masuk kedalam mobil dan mulai menyalakan mesin.

Chanyeol tidak mengindahkan teriakkan Luhan yang berkali-kali memanggil namanya dengan cukup keras. Chanyeol tahu. Sangat tahu kalau Luhan peduli padanya lebih dari siapapun. Sebenarnya Chanyeol hanya punya Luhan yang selalu di sisinya dan menjaganya.

Namun Chanyeol tidak ingin Luhan mengatur kehidupannya. Dia ingin bebas. Chanyeol masih mencoba mencari-cari apa yang kurang dari hidupnya sehingga terkadang dia begitu emosional dan marah secara tiba-tiba.

"ARRRRGGHHHH!" geraman kasar keluar dari mulutnya.

Stir mobil tidak bersalah terus ia pukul sampai puas. Kepalanya terasa sangat penuh dengan seseorang saat ini. Chanyeol ingin bertemu dengannya. Tidak bisa selama tiga hari ini Chanyeol tidak menatap wajahnya. Hal itu justru membuatnya sangat frustasi melebihi amarahnya pada sikap si-pendek yang menyiramnya beberapa hari yang lalu.

Dengan kecepatan diatas rata-rata dan gaya berkendara yang bisa di bilang tidak cukup aman bagi seorang siswa sekolah menengah. Chanyeol melajukan mobilnya entah kemana.

Jauh..

Dia hanya butuh tempat jauh untuk melampiaskan penat dikepala dan hatinya. Pemuda ini juga mulai paham akan perasaannya sendiri. Chanyeol merindukan seseorang...

.

.

.

.

"Oh Ayolah Baeby! Sekalii sajaa. Ya ya yahh.."

"Tidak"

"Tidak akan menolak maksudmu bukan?"

"Bukan begitu hyung!"

"Kalau begitu apa? Kau mau kan?"

"Sudah kubilang tidak!"

"Lay! Baby! Kenapa ribut sekali?" ibu Baekhyun tiba-tiba keluar dari ruang staff mendengar suara Baekhyun dan Lay yang memperdebatkan hal kecil dimeja bar.

"Mam.. kumohon bujuk Baeby. Aku akan mengiringinya..." pinta Lay penuh harap dengan mata berbinar.

Sang ibu tersenyum. Sedangkan Baekhyun mulai memberengut kesal. Dalam hatinya Baekhyun menggumamkan doa-doa agar ibunya masih terlalu waras untuk tidak menyuruhnya memakai sesuatu ditangan Lay dan naik kepanggung kecil didepan.

"Baby... Mau yah?" kali ini ibu Baekhyun yang memohon dengan lembut.

"Tapi eomma.."

"Hiburlah pengunjung disini. Dari pada mereka bosan. Ayolah! Penampilanmu akan menghidupan klub meski sepi disiang ini!" tidak ada jawaban dari Baekhyun yang masih diam memelas.

"Kalau begitu biar eomma tambahkan uang jajan Baekki jika kamu mau melakukannya sayang" ibu Baekhyun mencoba alternatif lain. Yaitu dengan iming-iming uang. Sedangkan yang di beri penawaran malah menghela nafas lelah.

"Simpan saja uang eomma. Aku akan tampil" ucapan final Baekhyun membuat wajah Ibu Baekhyun dan Lay ceria.

Lay langsung meluncur(?) kebawah lantai dan melangkahkan kakinya kepanggung tempat biasa DJ memainkan musiknya. Tangannya mulai menyalakan mic yang bertengger nganggur di depan sana. Telunjuknya mengetuk-etuk pelan benda bulat berbahan besi itu. Para pengunjung yang sedang duduk dibeberapa meja kayu mulai menoleh.

"Mohon perhatiannya sebentar. Yap! Sebentar lagi kita akan ada penampilan spesial pada siang hari ini!" kata Lay sambil menyesuaikan senar gitarnya dan terlihat sibuk meski harus menjadi MC sesekali.

Sementara Baekhyun di belakang panggung mulai merapihkan bajunya. Baju pelayan ala bartender biasa dia pakai jika bekerja di klub. Entah kenapa tiga hari Baekhyun tidak sekolah ibunya malah membuka klub mulai dari jam dua belas sampai pagi kembali. Dan daripada dibilang klub. Pada siang sebelum menjelang malam klub ini nyaris terlihat seperti caffe.

Sebenarnya tidak jauh berbeda dengan malam hari. Mungkin karena pengunjungnya sedikit dan suasana jauh lebih tenang dengan alunan musik jazz yang terputar dengan merdu di tempat ini. Belum lagi penampilan special oleh namja mungil ini selama dia absen.

Baekhyun mulai memakai wig pirang yang waktu itu dipakai menyamar. Karena ini lah ibu Baekhyun mendapat ide. Menyuruh Baekhyun untuk tampil ala bartender yeoja dan bernyanyi di iringi acoustic dari Lay sebagai pengiring. Setiap hari usahanya menolak juga sia-sia. Melihat ibunya begitu antusias padanya membuat Baekhyun tidak tega. Toh, sebenarnya Baekhyun tidak rugi. Dirinya memang pandai menyanyi. Itu juga merupakan salah satu hobinya. Jadi dia terima saja. Kendalanya hanya.. dia harus memakai wig sebagai kostum.

"Sambutlah Baeby!" teriak Lay penuh semangat. Baekhyun sempat mengumpat kecil akibat ucapan Lay yang terkesan mengejeknya. Namun setelah lampu sorot menyinarinya Baekhyun langsung tersenyum lembut. Uh.. Byun Baek sangat manis dan profesional~

"Selamat siang bagi para pengunjung" terdengar siulan iseng menggoda dari meja depan tempat pria tambun dan kedua temannya duduk. Baekhyun berusaha menahan hasratnya untuk menonjok orang itu. Dia kembali berdehem untuk menetralkan suasana hatinya.

"Seperti biasa. Aku akan membawakan sebuah lagu untuk kalian yang sudah bersedia menghabiskan siang kalian disini. Aku harap kalian menikmatinya"

Gemuruh tepuk tangan yang cukup banyak dan siulan penyemangat membuatnya senang. Lay mulai memetik gitarnya. Alunan nada sempurna nan indah mulai terdengar perlahan. Sementara Baekhyun mulai mendekatkan micnya sambil duduk di kursi bulat yang sudah di sediakan di samping Lay.

Pemuda mungil itu mulai bernyanyi dan suaranya memang terdengar sangat merdu. Baekhyun menyanyikan Love Song by Bumkey. Para pengunjung terbuai dengan suara lembut Baekhyun. Beberapa dari mereka ada yang memejamkan mata dan sesekali bertepuk tangan saat Baekhyun mencapai nada tinggi.

Demi Tuhan.. Suara Baekhyun begitu memabukkan. Lembut mengalun ketika dia mengeluarkan nada falseto yang sangat hampir sempura .

Pertunjukan Baekhyun dan Lay selesai. Tidak henti-hentinya tepuk tangan para manusia itu terdengar. Mereka terlihat sangat menyukai penampilan Baekhyun. Pemuda mungil ini berdiri dan membungkuk dalam-dalam. Tidak lupa seulas senyuman manis mengembang. Membuatnya semakin cantik bak seorang yeoja sesungguhnya. Baekhyun kemudian melambai sambil berjalan dan sorot lampu itu membuat panggung kembali menjadi gelap.

PLAK!

"Auhh! Sakit Baeby.."

"Itu akibat karena sudah menjahiliku hyung!" umpat Baekhyun membuang muka.

"Aiihh.. Haha baiklah. Kau sangat manis jika marah my dongsaeng. Kerja bagus!" puji Lay lalu mengecup singkat pipi Baekhyun yang membuat empunya kaget dan berteriak.

"HYUNG!"

"Baeby"

Baekhyun menoleh mendengar seseorag memanggilnya. Mata Baekhyun membulat sangat terkejut dengan seseorang di belakangnya saat ini. Pemuda jangkung itu menyinggungkan senyum. Sedangkan mulut Baekhyun tetap terbuka lebar seiring dengan langkah tegap pemuda itu menuju padanya.

"Kau..."

"Lama tidak bertemu" ucap namja itu lagi di depan Baekhyun.

Tidak butuh berapa lama. Kaki mungil itu berlari cepat meninggalkan namja yang baru saja menyapanya. Namja itu terheran-heran namun dia juga tidak ingin berpikir lama dan langsung mengejar Baekhyun.

Baru saja namja itu menghampirinya setelah melihat Baekhyun bernyanyi dengan merdu dari kursi bar. Hatinya benar-benar rindu akan sesosok manis Baeby. Maka dia melangkahkan kakinya menuju belakang panggung untuk menemui yeoja yang sebenarnya adalah Baekhyun. Tapi reaksi yeoja pirang itu malah berkebalikan. Dia melarikan diri menuju ruang staf. Dan pemuda itu tidak ingin kehilangan yeoja itu lagi.

"Jangan ikuti aku!"

"Lantas kenapa kau lari?" tanya pemuda jangkung itu pada akhirnya setelah berhasil menggapai tangan Baekhyun di depan meja bar.

"A... aku..."

"Aku hanya ingin bertemu denganmu. Itu saja. Kumohon jangan lari" Baekhyun tersentak mendengar penuturan namja ini. Kepalanya terangkat dan pipinya langsung merona melihat wajah pemuda ini yang terengah-engah sambil tersenyum tampan.

"Ma.. Maaf.." lirihnya.

"Tidak apa-apa. Aku hanya meminta kau jangan lari lagi"

"Tapi aku harus bekerja Tuan.."

"Kalau begitu bekerjalah. Kita bisa sambil ngobrol disini. Lagipula kau tidak begitu sibuk kan? Melihat jumlah pengunjung yang lumayan sepi seperti ini" papar Chanyeol akhirnya lalu melihat sekeliling.

Baekhyun terdiam. Sekali lagi pipinya merona membayangkan kejadian beberapa hari yang lalu. Kepalanya mengangguk singkat lalu melangkahkan kakinya kedalam meja bar.

"Beri aku satu vodka" pintanya tersenyum. Baekhyun menggeleng dihadapannya.

"Kami tidak menyediakan vodka siang hari" bohong Baekhyun.

Padahal sebenarnya dia hanya tidak ingin Chanyeol meminum alkohol perusak tubuh itu diusianya yang terbilang masih muda. Apalagi mengingat kondisi Chanyeol yang sakit tiga hari yang lalu. Tunggu! Kenapa Baekhyun harus peduli pada kesehatan Chanyeol? Ada apa denganmu Baek?!

Chanyeol terlihat gusar. Masalahnya dia sangat ingin meminum vodka untuk melepas stress-nya.

"Kau bisa memesan cappucino atau yang lainnya. Aku akan membuatkannya" saran Baekhyun setelah melihat perubahan wajah Chanyeol. Pemuda itu akhirnya mengangguk. Lalu Baekhyun berbalik dan membuatkan minuman Chanyeol

"Shift-mu setiap hari apa saja Baeby?" tanya Chanyeol.

Baekhyun atau Baeby hanya diam.

"Kau masih sinis padaku setelah pertemuan kedua kita hem?" tanya Chanyeol lagi.

"Ini pesananmu Tuan"

GREB!

"Aku tahu kau berniat kabur lagi kan? Padahal kau tadi mengangguk meng-iyakan ajakanku. Ayolah.. aku hanya ingin mengenalmu. Apa salah?"

'Sangat salah Park Chanyeol' gumam Baekhyun dalam hati.

Pemuda mungil ini terdiam menatap Chanyeol. Jantungnya mulai berdebar memandang kembali wajah Chanyeol dari dekat.

"Kenapa kau ingin sekali mengenalku lebih jauh?" tanya Baekhyun akhirnya.

"Kenapa memangnya tidak boleh?" Baekhyun mengangguk sementara Chanyeol terkekeh.

"Tentu tidak"

"Kenapa?"

Baekhyun terdiam. Dia kehabisan ide untuk terus-terusan menolak ajakan Chanyeol. Sebenarnya dia lelah dan tidak ingin beragumen dengan pemuda ini. Namun Chanyeol terus memegang tangannya.

"Bisakah kau lepaskan tanganku, Tuan? Ini terasa sakit" Chanyeol yang tersadar mulai melepaskan tangan Baekhyun.

"Maaf"

"Tidak apa-apa" balas Baekhyun. Chanyeol mulai menggaruk tengkuknya canggung.

Tidak berapa lama keheningan panjang terlihat diantara mereka berdua. Baekhyun berusaha sibuk dengan gelas-gelas itu dan Chanyeol menyesap cappucino panasnya berkali-kali. Entah kenapa debaran jantung mereka mulai tidak beraturan seperti drum besar yang di pukul asal. Baekhyun menimang-nimang apakah Chanyeol ingat bahwa mereka sudah berciuman beberapa hari yang lalu? Apakah Chanyeol masih ingin membunuhnya karena dia sudah menyiram Chanyeol dengan air?

"Baeby..." panggilan Chanyeol membuat Baekhyun menoleh. Alis Baekhyun berkerut melihat ekspresi Chanyeol yang terbilang horror menatapnya.

"Kau... Itu? Kiss.. mark?"

DEG!

Jantung Baekhyun terasa berhenti berdetak ketika Chanyeol mengucapkan kalimat itu. Nafasnya tercekat di tenggorokan dan tubuhnya mulai menegang. Pikirannya gelagapan mencoba mencari alasan. Namun otaknya tidak mau di ajak berkerja sama. Sementara tangannya mulai keringat dingin.

Apa Chanyeol mengingatnya? Tapi dia kan sedang menyamar menjadi Baeby. Lantas kenapa Chanyeol terlihat sangat geram dan penasaran? Tenang saja Baekhyun. Beraktinglah sebagai Baeby. Ingat kau sedang menyamar dan Chanyeol tidak mengenalimu!

"Ah? I..ini yah.." Baekhyun berucap gugup seperti pertama kali mereka bertemu. Entah kenapa dia malah tersenyum bodoh dan memegang bekas kissmark-nya. Terkesan menutup-nutupi sesuatu yang sia-sia.

"Siapa yang melakukannya denganmu?" kata pemuda bermata bulat itu dengan tatapan tajam.

"Sebenarnya..."

"Kutanya siapa yang memberikan tanda itu padamu?" tanya Chanyeol tidak sabaran dengan tatapan menusuk. Baekhyun mulai takut. Dia berusaha menelan ludahnya dengan susah payah. Tatapannya menjadi sayu memandang Chanyeol mengingat dia sudah di lecehkan dengan hasil dari tanda ini.

'Ini perbuatanmu bodoh... Kenapa kau masih bertanya?' gumaman terkesan konyol itu terlontar sedikit pilu di dalam hatinya.

"Emm... Ini? Ah.. I..ini.. kissmark ini buatan pa.. pacarku..." jawab Baekhyun akhirnya.

Chanyeol membulatkan matanya. Jantungnya serasa mendapat hentakan keras mengetahui bahwa Baeby telah memiliki seseorang yang telah mengisi hatinya. Alisnya berkerut menatap cangkir cappucinonya tajam. Dia berusaha merendam emosinya. Tapi nihil. Entah kenapa hatinya terasa perih saat ini.

"Kau.. Mempunyai kekasih?" lirihnya tersenyum miris sambil menatap meja bar.

Baekhyun juga tidak memandang Chanyeol. Dia hanya menjawab dengan gumaman sambil menatap gelas yang masih sok sibuk dia bersihkan. Padahal nyatanya gelas itu tidak kotor sama sekali.

"Siapa?" Chanyeol mengangkat wajahnya.

Baekhyun cukup terkejut melihat wajah Chanyeol yang sangat frustasi. Tapi dia hanya bisa mengerutkan alisnya tanpa mau ambil peduli. Toh, Chanyeol kan tidak mengenal Baekhyun yang menyamar meskipun dirinya berbohong kali ini pada ketua penguasa sekolah yang masih ingin mengincarnya. Satu atau dua kebohongan tidak akan berefek buruk kan?

Ya.. Itulah yang bisa Baekhyun pikirkan saat ini tanpa memperhitungkan kedepannya akan seperti apa.

"Oh Sehun.."

.

.

.

.

"Hun, besok kau sudah mulai masuk sekolah kan?"

"Tentu. Kau juga? Apa tandanya sudah hilang?"

"Sudah. Berkat bantuanmu tanda ini sedikit pudar"

"Baguslah kalau begitu. Sampai jumpa besok, Baek"

"Ah! Sehun!" Baekhyun dengan cepat memotong percakapan mereka sebelum Sehun memutuskan sambungan telepon-nya.

"Iya?"

"Perlu bantuanku besok?"

Sehun terkekeh di sebrang sana tanpa di ketahui Baekhyun yang memandang langit kamarnya menunggu jawaban seorang Oh Sehun. "Tidak perlu. Aku bisa pergi sendiri. Lagipula Yunho mengantarku"

Baekhyun mengangguk meski tidak terlihat oleh Sehun. "Sampai jumpa besok, Sehun"

.

.

.

.

"Baek! Kau dimana?!" suara histeris Kyungsoo mulai terdengar dari sebrang telepon.

Baekhyun menengok kearah jam tangannya. Masih jam tujuh kurang lima. Kenapa Kyungsoo panik sekali seakan Baekhyun telat? Padahal bel baru akan berbunyi jam setengah delapan. Aneh sekali..

"Aku masih dibus. Ah.. sekarang sudah turun di halte depan sekolah. Ada apa suaramu ketakutan begitu Kyung? Tenang saja aku tidak akan telat!" oceh Baekhyun mulai menoleh ke kiri dan kanan sebelum menyebrang.

"SEHUN DAN CHANYEOL! CEPAT KEMARI BAEK!"

.

.

.

.

.

Saking tidak bisa berpikir dengan jernih otak dan kaki Baekhyun juga tidak mau diam. Pemuda mungil itu menghiraukan segala umpatan semua murid-murid yang di tabraknya saat berjalan masuk kedalam lingkungan sekolah.

Dari halte bus menuju gedung sekolah memang lumayan jauh. Tapi Baekhyun sungguh tidak mau peduli. Kakinya juga merasakan hal yang sama. Saraf tubuh Baekhyun terasa bergerak dengan se-refleks mungkin mendengar nama Sehun termasuk Chanyeol yang di sahutkan Kyungsoo tadi.

'Ada apa lagi dengan mereka?!' gumam Baekhyun sambil terus berlari.

Gedung dalam sekolah belum begitu ramai. Tapi sepertinya memang ada yang tidak beres ketika Baekhyun melihat di kiri dan kanannya siswa-siswi lain melangkah sama cepatnya dengan dia menuju lantai tiga. Tentu saja lantainya anak kelas dua belas. Angkatan Baekhyun.

"Sehun..." sedari tadi bibirnya kelu menyebut nama itu.

Apalagi ketika sampai di tangga paling atas. Lorong depan kelas 12-2 terlihat begitu berisik. Jantung Baekhyun semakin berdebar kencang melihat murid-murid berkerumun seperti menyaksikan sesuatu.

"Baek!"

"Kyungsoo! Ada apa ini ribut-ribut didepan kelasku? Mana Sehun?" cemasnya seraya mengguncang badan Kyungsoo cukup keras.

Kyungsoo menunduk lesu. "Maaf Baek.. Aku juga tidak bisa berbuat apa-apa.."

DEG!

Tubuh Baekhyun menegang kaku mendengar pernyataan Kyungsoo. Tanpa banyak berpikir lagi Baekhyun mencoba menerobos masuk kedalam kerumunan depan kelas. Badannya yang kecil memang memungkinkan dia untuk menyelinap meski harus bersusah payah.

Ketika dia berhasil menerobos sampai depan para siswa dan siswi tadi. Mata Baekhyun seketika membulat melihat pemandangan di hadapannya. Kyungsoo yang mengikuti Baekhyun di belakang juga berteriak memanggil nama si namja berkacamata tebal dengan histeris.

'Sehun...' lirih Baekhyun dengan tubuh kaku.

"Chanyeol... Cukup. Kurasa dia sudah jera" cegah Kai menahan si pemilik tubuh jangkung yang menatap tajam incaran paginya.

"Kelihatannya dia masih minta tambah, Kai" suara bariton itu seketika membuat bulu kuduk para murid yang berkumpul menonton ikut merinding.

"Yeol... Aku.. Sudah minta maaf... Apa hal itu.. belum cukup..?" ringis Sehun berusaha bangkit dari tempatnya.

Tubuhnya terasa sakit. Pipinya membengkak lagi dan darah kering mulai keluar dari sudut bibirnya. Belum lagi tangan yang di-gips sempat menahan badannya saat ingin jatuh. Menimbulkan rasa nyeri luar biasa untuk seseorang yang baru saja selamat dari tulang yang bergeser.

"IDIOT! KAU PIKIR KAU SUDAH KUMAAFKAN?! JANGAN PIKIR KAU SUDAH LEPAS DARI HADAPANKU!" Chanyeol menarik kerah seragam Sehun tinggi dan tangannya sudah siap hendak memukul Sehun.

"YAKK! TIANG LISTRIK BAJINGAN!" satu umpatan membuatnya berhenti melakukan aksinya.

Chanyeol menoleh. Mata tajamnya menangkap sosok Baekhyun yang sudah berkaca-kaca. Berdiri gemetaran sambil maju mendekat. Alisnya berkerut dengan ekspresi marah bercampur takut. Berbagai pasang mata di sana menatapnya dengan serius. Lalu yang lain seperti biasa. Memberikan reaksi yang cukup heboh ketika Baekhyun berani mengumpat Ketua penguasa sekolah.

"Lepaskan Sehun!" ancam Baekhyun tidak sayang nyawa.

Chanyeol tersenyum meremehkan. "Kau, datang juga akhirnya"

"LEPASKAN DIA!"

"Apa jika anak ini kusiksa baru kau datang hem?" goda Chanyeol licik sambil menyeringai.

"KEPARAT KAU! KUBILANG LEPASKAN DIA! KALAU MAU BALAS DENDAM PUKUL SAJA AKU! JANGAN LIBATKAN SEHUN!"

"Hah? Kau berani memberikan nyawamu padanya?" Chen yang sedari tadi diam memperhatikan sambil mengemut lollipopnya akhirnya angkat bicara.

"Chen!" sahut Kai.

"Apa? Aku hanya bertanya. Ternyata nyali anak ini besar juga. Apalagi dia sudah berani menyirammu Yeol, haha"

Ucapan Chen menyadarkan semua murid yang menjadi penonton di belakang Baekhyun. Benar. Ini dia si Byun Baekhyun yang telah menyiram Park Chanyeol dengan air hanya karena niat terdalamnya untuk membalaskan dendam seorang geeks. Akhirnya dia muncul juga..

Baekhyun terdiam menunduk. Tangannya terkepal keras sampai buku-buku jarinya terlihat. Kepalanya tidak berani melihat wajah Sehun. Lagi-lagi nyalinya menciut. Sejujurnya Baekhyun takut Chanyeol akan melecehkannya kembali di depan semua teman-temannya bahkan SM SHS. Tubuhnya juga gemetaran dengan debaran jantung yang tidak stabil.

"Brengsek kalian semua.. Lepaskan Sehun! Kau tidak tahu dia sedang sakit?" lirih Baekhyun memohon lebih sopan meskipun mengumpat. Dia pikir cara kasar juga tidak akan meluluhkan hati para penguasa sekolah ini.

"Apa hubunganmu dengan dia?"

DEG!

Baekhyun mengangkat wajahnya. Ucapan Chanyeol barusan mengingatkan Baekhyun dengan sebuah kejadian di Bar. Tapi tidak mungkin. Saat itu Baekhyun sedang menyamar sebagai Baeby dan Chanyeol tidak mengetahuinya. Kenapa Chanyeol sekarang malah mempermasalahkan hubungannya dengan Sehun? Apa si tiang listrik ini tahu siapa Baeby sebenarnya?

"Tidak mau menjawab ya.. Hmm.. Baiklah"

BUK!

Satu pukulan telak kembali mengenai pipi Sehun. Tubuh pemuda kurus itu terjatuh kelantai sebelum akhirnya sempat menimpa beberapa kursi. Kekejaman Chanyeol tidak sampai disitu. Namja jangkung itu menginjak kacamata tebal Sehun sampai salah satu framenya retak.

Baekhyun masih melongo tidak percaya menatap segala tindakan Chanyeol yang dianggapnya sangat tidak berkeprimanusiaan. Hatinya merasa nyeri. Apakah Chanyeol memang sekeji ini?

"Kau.. Benar-benar... brengs—"

"CHANYEOL!" jeritan Baekhyun terendam oleh teriakan Luhan yang tiba-tiba muncul diantara kerumunan itu.

Chanyeol mendesah malas melihat Luhan datang. Kesenangan paginya selalu tertunda karena sepupunya yang satu ini. Kai mulai mendorong pundak Chanyeol menjauh, begitu juga Kris yang baru datang. Menyuruhnya berhenti melakukan tindakkan kekerasan meskipun nantinya akan sia-sia. Paling tidak sekarang Chanyeol sudah mereda amarahnya.

"Sehun... Kau tidak apa-apa?" Baekhyun mulai berlutut di depan Sehun. Tangannya menangkupkan pipi Sehun yang lebam. Sehun sedikit meringis dan Baekhyun ikut memberikan reaksi yang sama. Tapi masih saja namja albino itu menyinggungkan senyum pada Baekhyun.

"Maaf...Aku tidak datang tepat waktu lagi.." bisik Baekhyun dan sebuah isakkan kecil lolos dari bibirnya.

Sehun menggeleng pelan. "Aku tidak apa-apa Baek.. Bukan salahmu"

Tuan Park yang melihat hal itu kembali tersulut emosinya. Namun dia hanya bisa bungkam dengan penuh tanda tanya kepada dua manusia itu. Pikirannya lebih dominan dari pada isi hatinya saat ini.

'Sial! Sebenarnya apa hubungan mereka?!' geraman dalam hati Chanyeol menggema.

"Ya Tuhan.. Kau baik-baik saja? Wajahmu lebam.. Tanganmu.. Sebaiknya kau segera di bawa ke UKS. Lukamu lumayan parah" ucap Luhan khawatir yang tiba-tiba mendekati Sehun dan Baekhyun.

Baekhyun mengangguk lalu membopong Sehun dengan bantuan Luhan. Para murid yang masih setia memperhatikan drama itu mulai membuka jalan untuk Sehun, Baekhyun, dan Luhan. Tidak lupa sebelum melewati Chanyeol, Baekhyun menatap sinis penuh dendam kepada pemuda jangkung itu.

Tidak berapa lama setelah mereka keluar. Chanyeol kembali mengamuk dengan menendang salah satu meja siswa dengan kasar. Lalu meninggalkan kelas bersama teman-temannya yang lain.

.

.

.

"Aku sungguh-sungguh minta maaf..."

Ini adalah kesekian kalinya Luhan mengucapkan itu pada Baekhyun dan Sehun di UKS. Sedari tadi karena dokter kesehatan sekolah belum datang Luhanlah yang merawat Sehun. Kepalanya terus menunduk dengan obat merah yang di genggam erat di tangannya. Luhan kelihatan sangat bersalah. Padahal yang memukul Sehun adalah Chanyeol bukan Luhan!

"Sudahlah Luhan-ssi. Tidak usah meminta maaf.. Kesalahan Chanyeol bukan kesalahanmu juga" ucap Baekhyun dan Luhan mengangkat kepalanya.

"Mungkin kau benar Baekhyun-ah. Tapi Chanyeol sepupuku. Dia adalah tanggung jawabku.." lirih Luhan lesu.

Baekhyun mengangguk. Mengerti bagaimana posisi Luhan sebagai saudara Chanyeol. Mungkin berat sekali memiliki saudara yang tidak punya moral seperti Chanyeol. Lalu sebagai gantinya Luhan yang berhati baiklah imbasnya. Pemuda cantik itu menjadi korban Chanyeol juga secara tidak langsung.

BIIIPPP! BIIPPPP!

"Ah! Bel masuk! Sehun-ah. Apa kau mau pulang saja? Mau kutelponkan Yunho-ssi?" tanya Baekhyun yang duduk ditepi ranjang Sehun.

Sehun menggeleng. "Tidak perlu Baek. Sudah kubilang aku baik-baik saja"

"Aishh! Kau selalu mengatakan hal itu! Nyatanya? Coba lihat dirimu! Penuh lebam dan luka!"

"Makanya sudah kubilang aku tidak apa-apa. Lihat? Aku masih bisa bicara buktinya"

"Memang. Tapi lebammu itu membuat mukamu membengkak! Dan kau terlihat jelek sekali tahu!" ejek Baekhyun di iringi gelak tawanya. Luhan yang melihat kedua makhluk ini bertengkar juga ikut tersenyum kecil memandang keakraban mereka berdua.

"Yak! Kenapa kau malah mengejekku?! Sudah sana cepat masuk kelas!"

"Kau tidak apa-apa di sini sendirian? Kalau Chanyeol datang lagi menghabisimu bagaimana?" cemas Baekhyun takut-takut. Sehun tetap menggeleng meskipun dia sendiri tidak yakin. Tangannya perlahan mendorong tubuh Baekhyun menjauh.

"Aku akan di sini menjaga Sehun-ssi" ucap Luhan yang serentak membuat keempat bola mata teman masa kecil ini membulat.

"Apa?" seru Sehun dan Baekhyun serempak saking terkejutnya.

"Kalau aku yang di sini Chanyeol tidak akan berani menggangu Sehun-ssi lagi. Iyakan?"

Baekhyun terlihat berpikir dengan ucapan Luhan. Sementara kepala Sehun sudah menunduk dalam. Jantungnya mulai berdebar kencang. Tidak berani memandang wajah manis seorang Xi Luhan yang tersenyum lembut padanya.

Baekhyun memandang kedua orang itu bergantian. Terus sampai dia mendapatkan jawabannya. Lalu terciptalah sebuah kesimpulan yang membuat pemuda mungil ini tersenyum senang. Sehun sepertinya mempunyai perasaan khusus pada Luhan.

"Begitu ya? Hmm.. Baiklah Luhan-ssi. Aku titip Sehun yah! Kalau begitu aku kembali ke kelas duluan Hun! Annyeong~" sahut Baekhyun girang dengan wajah menggoda.

"Baek! Aiishh... Anak itu kenapa malah kabur? Ck!" gerutu Sehun sambil mengacak rambutnya dan mulai mengumpat sendiri dengan tidak jelas.

Sehun sadar kalau Luhan masih duduk di kursi sebelah ranjangnya. Kepala pemuda albino itu menengok kaku pada Luhan. Namja mungil itu tersenyum menatap wajah Sehun yang masih membiru penuh benjolan. Sedangkan Sehun malah nyengir konyol. Membuat Xi Luhan tergelak seketika.

"Kenapa kau tertawa Luhan-ssi?" heran Sehun menggaruk kepalanya. Sudah kesekian kalinya Sehun menggaruk kepala di depan Luhan. Bisa sajakan, Luhan mengira Sehun ketombean kalau dia bertingkah begitu terus?

"Ah, maaf. Bukannya bermaksud mengejek. Tapi kau terlihat lucu"

'Lucu? Aku lucu?' gumam Sehun dalam hati dengan mata membulat. Jantungnya kembali berdetak cepat. Sehun hanya menunduk dengan wajah merona sambil membetulkan letak kacamatanya yang retak.

"Kau yang suka membaca di perpustakaan kan? Aku sering melihatmu di sana. Ah, iya. Mungkin kau belum mengenalku. Salam kenal. Namaku Xi Luhan" ucap Luhan sambil menyodorkan tangannya.

'Apa? Dia sering melihat ku? Aihh.. Bagaimana aku tidak tahu namamu Luhan-ssi. Kau begitu terkenal disekolah ini..' gumam Sehun lagi lalu tersenyum kecil membalas jabatan tangan Luhan.

"Aku Oh Sehun, kelas 12-2" kata Sehun dan kembali memalingkan muka menahan rasa gugupnya.

"Sehun-ssi" panggil Luhan. Sehun menoleh.

Baginya suara Luhan begitu lembut ketika berbicara. Jantungnya tidak lelah bergemuruh ketika bibir mungil itu menyebutkan namanya. Apalagi mata Luhan yang menyiratkan sinar gemerlap. Luhan sangatlah indah. Mimpi apa Sehun semalam bisa berduaan begini dengan salah satu penguasa sekolah termanis Xi Luhan di UKS? Tolong bangunkan Sehun sekarang~

"Y... Ya?"

"Kuberi tahu satu hal. Tidak baik memakai kacamata retak Sehun-ssi. Itu bisa merusak pandangan matamu"

"Be..begitukah?" kikuk Sehun.

Luhan tersenyum mengangguk. Tiba-tiba tangannya terulur menyentuh gagang kacamata Sehun perlahan. Hendak mengambil kacamata itu. Jemari Luhan yang menyentuh kulit kepala Sehun menimbulkan efek yang cukup besar bagi Sehun sendiri. Oh Tuhan.. Sehun serasa ingin mati.

"Nah begini lebih baik" senyum Luhan menatap wajah Sehun.

"Ahh..Te.. Terima kasih... Luhan-ssi" gugup Sehun berusaha tersenyum.

"Sama-sama" balas Luhan tanpa mau memalingkan matanya dari wajah Sehun.

"Lu...Luhan-ssi?"

"Hem?"

"Maaf.. Tapi, kenapa kau menatapku terus? Apa aku masih terlihat lucu di hadapanmu?" kata Sehun pelan sambil memilin selimut yang di pakainya.

Luhan terkekeh. Senyuman-nya begitu memabukkan bagi Sehun. Tidak heran dia begitu di puja puji seluruh murid di sekolah ini. Selain Luhan berwajah manis, dia juga baik dan cerdas. Bahkan Luhan adalah salah satu cucu dari pemilik sekolah ini. Begitu sempurna kehidupan seorang Xi Luhan.

"Karena aku baru melihat wajahmu secara langsung tanpa kacamata yang selalu menyembunyikan matamu Sehun-ssi.." ucap Luhan pelan.

"Dan matamu ternyata sangat indah" tambahnya lagi. Mata Sehun langsung membulat. Jantungnya... Oh sudah tidak di deskripsikan lagi. Bawalah Sehun ke langit sekarang juga hey para malaikat. Detakannya hampir berhenti ketika Luhan mengatakan hal itu.

'Kau salah Luhan. Matamu-lah yang paling indah. Ah, anii.. Kaulah sebenarnya yang terindah..' Sehun ingin mengatakan ungkapan hatinya. Namun sayang. Keberaniannya hanya di batas benaknya.

Kepala pemuda culun itu hanya bisa menunduk dengan wajah merona. Sementara Luhan menghembuskan nafas menyesal ketika matanya kembali memandang lengan Sehun yang di-gips. Saudaranya itu benar-benar harus dia habisi nanti!

"Aku minta maaf Chanyeol telah memukulmu. Sepertinya dia hanya berniat memancing emosi Baekhyun dengan cara menjadikanmu sebagai umpannya. Chanyeol itu sebenarnya baik. Hanya saja.. Dia mulai berubah semenjak.." jelas Luhan tapi namja manis ini menggantungkan kalimatnya.

Sehun mengangkat sebelah alisnya mulai penasaran. "Semenjak?"

"Semenjak dia kehilangan seseorang yang dicintainya" papar Luhan di tengah keheningan ruangan itu.

.

.

.

Bel tanda istirahat telah berbunyi. Kaki pendek pemuda manis ini melangkah keluar kelas. Matanya melirik kekanan kiri mencari Chanyeol. Bukannya Baekhyun ingin menemui namja brengsek itu. Dirinya hanya terlalu waspada ingin menghindarinya sementara. Bisa saja tiba-tiba makhluk buas itu keluar dari kelas 12-1 dan menghabisinya sekarang.

Tapi Baekhyun berusaha tidak takut. Niatnya memang sudah bulat untuk membalas Chanyeol nanti. Namun sebelumnya dia ingin kekantin dulu membelikan Sehun makan siang.

"Baekhyun! Kau mau kemana?" sahut Kyungsoo yang baru keluar dari kelas 12-3 sebelah kelas Baekhyun.

"Ah, Kyung! Kajja! Ikut aku beli roti untuk Sehun ke kantin" ajak Baekhyun menarik lengan Kyungsoo. Pemuda bermata bulat itu mengangguk semangat. Mereka berdua berjalan beriringan menuju tempat makan siang.

Kantin SM SHS memang luas. Tentunya saat siang tempat ini selalu menjadi tempat berlabuhnya para siswa-siswi yang perutnya kelaparan minta di isi seperti Baekhyun dan Kyungsoo. Jadi kata 'ramai' sudah sangat tidak asing lagi.

Belum sempat mereka sampai di tempat memesan makanan. Tangan Baekhyun tiba-tiba di jegal oleh seseorang dari belakang. Baekhyun menoleh. Alisnya berkerut tanda tidak suka ketika menatap siapa lawan bicaranya.

"Baekhyunieee~" panggilan manja itu membuat Baekhyun serasa ingin muntah di wajahnya.

"Apa?" sinis Baekhyun.

"Haha, kau sangat manis kalau sedang marah. Kau tahu? Semua orang sedang membicarakan sikapmu loh pada si Ketua Park" goda Jeong Daehyun sambil melirik ke beberapa murid yang memperhatikan Baekhyun dengan tatapan berbeda-beda. Baik siswa maupun siswi mulai bergosip ria dan saling berbisik-bisik memandang Baekhyun.

"Aku tidak peduli apa kata mereka. Memang dia brengsek. Kenapa? Kau ada masalah? Mau menyuruhku lagi?" Baekhyun langsung to the point pada Daehyun. Memang sudah keseharian Daehyun menjahili atau bahkan menyuruh Baekhyun layaknya babu pribadinya. Pemuda ber-eyeliner itu menyeringai.

"Kau memang selalu tahu keinginanku Baekhyunnie. Kajja!" tanpa mendapat jawaban iya atau tidaknya dari Baekhyun. Daehyun menarik tangan Baekhyun berjalan mendekati meja teman-temannya. Sementara Kyungsoo tangannya juga di tarik oleh Young Jae, teman Daehyun.

"Ya! Kau mau apa?!"

"Simple saja. Tidak macam-macam kok. Mukamu sebenarnya manis, Baek. Jadi aku ingin kau memakai ini dan berfoto seolah-olah kau memang pacarku" ujar Daehyun sambil menyerahkan wig berwarna coklat terang pada Baek.

'What the...? Ya! Itu namanya permintaan macam-macam Jeong Daehyun bodoh!' umpat Baekhyun dalam hati.

"Ah, Kalau untuk Kyungsoo cocoknya yang warna hitam. Lihat dia maniskan?" tambah Young Jae yang ternyata sudah memakaikan wig itu pada Kyungsoo.

Mata Baekhyun membulat melihat teman baiknya sudah terkena ke isengan kelompok laknat itu terlebih dahulu. Kyungsoo sempat meronta tapi teman-teman Daehyun yang lain memaksanya duduk dan memegangi tangannya. Murid-murid lain juga tidak ambil pusing. Toh, mereka juga sudah biasa melihat pem-bullyan semacam ini di sekolahnya. Asal bukan mereka saja yang kena.

"Bagaimana? Ayolah. Satu foto saja" pinta Daehyun. Namun Baekhyun tetap menolak. Menatap horror wig itu.

Tiba-tiba tubuh Daehyun condong kedepan. Baekhyun terdiam sedikit gugup ketika tangan Daehyun memegang pundaknya dan berbisik ditelinganya.

"Kau tahu kan kalau kau menolak Kyungsoo juga akan ikut kena, Baek? Kau mau melihat Kyungsoo yang kupermalukan di sini?" ucapan licik Daehyun sukses membuat Baekhyun tunduk. Dengan kesal Baekhyun akhirnya duduk manis di bangku panjang meja teman-teman Daehyun.

"Bagus. Anak pintar" puji Daehyun sambil mengelus pelan pucuk kepala Baekhyun.

Daehyun mengeluarkan ponselnya. Tidak berapa lama matanya membulat menatap Baekhyun yang telah memakai wig. Demi Tuhan.. Baekhyun tampak sangat cantik melebihi seorang yeoja.

Pemuda mulai ber-eyeliner itu menyeringai. Tidak salah memang dia memilih Baekhyun sebagai yeojachingu palsunya. Padahal niatnya hanya ingin mengerjai Baekhyun. Namun sekarang pemuda brengsek itu malah termakan pesona manis pemuda mungil ini.

Daeyun ikut duduk di samping Baekhyun. Tangan kanannya menarik posesif pinggang mungil Baekhyun agar mendekat padanya. Lalu dia mulai mengangkat ponselnya tinggi. Berusaha mengambil foto selca. Tubuh Baekhyun sempat meronta beberapa kali. Tapi Daehyun tidak mengindahkan penolakan Baekhyun. Dirinya berusaha mengambil selca yang menurutnya mirip adegan sepasang kekasih.

"Baekhyuniee ayo tersenyum!" pintanya karena Baekhyun tidak kunjung mengeluarkan ekspresi senang.

Tentu saja! Siapa yang senang jika dipaksa seperti ini? Apalagi jantungnya berdebar mengingat wig ini sangat mirip dengan wig yang sering di pakainya saat ingin menyamar dari Chanyeol.

"Daehyun. Kau kurang mesra sepertinya. Buat pose yang lebih meyakinkan!" titah Young Jae iseng sambil merangkul Kyungsoo yang mulai kesal.

Daehyun tersenyum licik memandang Baekhyun. Karena Baekhyun tidak kunjung tersenyum. Daehyun semakin mengeratkan rengkuhannya pada pinggang Baekhyun. Hal itu membuat tubuh Baekhyun langsung menghadap wajah Daehyun. Pemuda mungil itu menatap namja di depannya dengan tatapan tidak suka. Tapi sepersekian detik kemudian. Bibir Daehyun mendarat tepat di atas bibirnya.

Baekhyun terbelalak kaget. Tangannya berusaha mendorong keras Daehyun. Sementara teman-teman Daehyun bersorak kaget sekaligus riang karena Daehyun berhasil menjahili Baekhyun semakin jauh. Kyungsoo juga berusaha melepaskan tangannya dari rengkungan Young Jae namun nihil. Jeong Daehyun itu enggan melepaskan bibir mereka sampai akhirnya..

BUK!

Satu pukulan keras mengenai pipi namja ber-eyeliner itu sampai dia terjatuh dari tempatnya. Baekhyun menutup mulutnya. Mengusap bibirnya berkali-kali. Airmata menggengang di pelupuk mata sipitnya. Dirinya sangat kesal dan penuh amarah.

Namun bukan Baekhyun yang memukul Daehyun melainkan..

.

.

.

"Park Chanyeol..."

BUK!

Kali ini suara pukulan keras berasal dari belakang Kyungsoo. Young Jae terjatuh.

"Ups maaf tanganku juga licin. Aku tidak sengaja menghajarmu. Maaf yah hehe" ucap Kai yang langsung mengangkat kedua tangan. Berpura-pura memasang wajah tidak bersalah setelah memukul wajah Young Jae.

"Kai" panggil Kyungsoo dengan tubuh gemetar.

"Kau di apakan oleh mereka? Wah... Kau mirip sekali dengan yeoja. Kukira kau siapa. Aku hampir tidak mengenalimu" ujar Kai yang memandangi Kyungsoo dari atas sampai bawah. Sejenak dirinya sempat terpesona ketika melihat Kyungsoo sangat manis saat ini. Seperti perempuan lemah yang terkurung di tempat gelap.

Kuberi tahu satu hal. Kai dan Kyungsoo juga sebenarnya sudah saling mengenal cukup lama. Jadi jangan heran kalau Kyungsoo terlihat sangat malu di pandangi Kai seperti itu.

"Ck! Kenapa orang-orang seperti kalian tidak pernah tahu aturan sih? Di sini tidak ada yang boleh membully siapapun kecuali Chanyeol!" sahut Chen cukup keras dan kejadian tersebut sukses menarik perhatian semua murid yang sedang makan.

Chanyeol masih terdiam dengan raut yang sulit di artikan. Aura pembunuhnya mulai keluar. Tatapannya datar dan berkali-kali dia menghembuskan nafas kasar. Mungkin dia masih menahan amarahnya untuk langsung menghabisi si brengsek ini. Sementara Daehyun di hadapannya terbaring sesekali meringis memegangi bibirnya yang sobek. Atau mungkin malah gigi Daehyun yang retak sehingga dia sempat memuntahkan darah dari mulutnya?

Sebelum adegan kissing itu terjadi. Chanyeol sudah melihat Baekhyun dan Kyungsoo yang masuk kedalam kantin dari sudut kantin tempat para penguasa sekolah biasa duduk. Namun tidak berapa lama perasaan tidak enak ketika Baekhyun mulai memakai wig dan ternyata Daehyun dengan cepat menciumnya. Lalu inilah hasil dari perbuatan bodoh Daehyun.

Chanyeol mengangkat tubuh Daehyun dan mendorongnya kasar dengan asal sampai mengenai beberapa murid yang menjadi penonton. Semuanya menghindar saat Chanyeol berjalan mendekat. Pemuda jangkung itu menarik seragam Daehyun untuk berdiri dan menghujaminya dengan beberapa pukulan.

"Chanyeol sudahlah!" teriak Kai yang tidak berani mendekati Chanyeol saat dia sedang mengamuk layak singa liar saat ini.

Kris mencoba menghentikannya tetapi tubuh namja cool itu malah terhempas dan punggungnya terbentur sudut dinding. Chen mendekat menolong Kris. Sementara kepalanya berputar mencari-cari keberadaan Luhan. Namun Luhan tidak ada. Luhan sedang menjaga Sehun di UKS. Lantas sekarang siapa yang bisa menghentikan Chanyeol yang memukul dan menendang Daehyun dengan membabi buta?!

Ketika Chanyeol hendak memukul Daehyun lagi gerakannya seketika terhenti dengan kedua tangan mungil yang telah melingkar sempurna di perutnya. Tubuhnya terdiam bagaikan adegan yang di pause dengan tangan terangkat. Kemeja belakangnya terasa basah. Mata Chanyeol membulat seakan sadar dari ke-kalapannya.

"Hentikan brengsek... Jangan memukul orang lagi. Kumohon.. hiks.." isak Baekhyun menenggelamkan wajahnya di punggung Chanyeol meski sekarang perbedaan tinggi mereka kentara sekali.

Semua murid baik siswa maupun siswi, para penguasa sekolah, dan juga Kyungsoo melongo tidak percaya. Chanyeol berhenti mengamuk? Dan Baekhyunlah yang berhasil menghentikannya?! Tidak berapa lama Luhan datang dan sama terkejutnya ketika melihat Baekhyun yang gemetaran memeluk Chanyeol dari belakang.

Chanyeol mendecih pelan. Lalu menghempaskan tubuh Daehyun yang sudah babak belur dengan kasar. Baekhyun yang menyadari Chanyeol berhenti memukuli namja itu mulai melonggarkan pelukkanya. Namun dirinya kembali tertarik kedalam pelukkan tubuh jangkung pemuda itu. Matanya melebar tidak percaya.

"Dengar! Kalian semua yang berani macam-macam dengannya akan mendapatkan balasan yang sama seperti makhluk bodoh ini! INGAT ITU!" sahut si pemilik suara bariton itu pada orang-orang yang berdiri di sekelilingnya. Mereka terdiam kaku mendengar ancaman yang sama sekali bukan main-main bagi Chanyeol dan lainnya.

Chanyeol menarik tangan Baekhyun berjalan cepat menjauhi kerumunan itu. Sedangkan Kai dan Kyungsoo yang berdiri tidak jauh berpandangan heran. Mata Kyungsoo memandang punggung kedua orang yang mulai menjauh dengan tatapan kepiluan.

'Ternyata memang benar Baekhyun..' batinnya

"Kris.. Kau tidak apa-apa?" Luhan mulai berjalan mendekati Kris saat Kim Jongdae menyuruh mereka semua untuk bubar dari tempat mereka berdiri.

"Aku tidak apa-apa. Tapi bagaimana dengan namja itu?" tanya Kris sambil berusaha duduk.

"Chanyeol tidak akan menghajarnya. Buktinya dia sudah mengatakan hal seperti itu. Namja pendek itu memang tidak sayang nyawa. Berani sekali tadi dia menghentikan Chanyeol" papar Chen sambil melipat tangannya di depan dada.

Luhan mengangguk. Matanya menangkap kedua sosok yang sekarang sudah tidak terlihat. "Kurasa Chanyeol menyukainya" ucapnya lalu tersenyum.

.

Tangan mungil itu terus di seret layaknya karung beras oleh si pemuda jangkung. Baekhyun hanya bisa menatap punggung lebar Chanyeol dari belakang. Kepalanya menunduk mengingat kejadian tadi. Entah apa dia waras atau tidak. Tapi Baekhyun tidak suka melihat Chanyeol memukul orang seperti tadi. Hal itu mengingatkannya pada Sehun.

Sebenarnya Baekhyun cukup gugup saat Chanyeol menariknya. Dia tidak tahu mau di bawa kemana. Apa jangan-jangan Chanyeol akan menghabisinya? Tapi mengapa Chanyeol tadi memberikan ultimatum itu kalau dia ingin menghabisi Baekhyun?

Tidak berapa lama kaki mereka telah menapak pada lantai paling atas yaitu atap sekolah. Chanyeol membuka pintu lalu menutupnya dan mendorong tubuh mungil itu dengan kasar kearah pintu.

"Auhh sakit.." rintih Baekhyun mengusap punggungnya pelan.

Nafas mereka mulai tidak beraturan karena sempat berlari. Baekhyun tidak berani menatap Chanyeol karena tindakan bodohnya tadi. Jadi, kepalanya hanya menunduk tanpa tahu bahwa Chanyeol sedang menatapnya dalam.

Suasana sangat hening. Hanya suara angin berhembus yang terdengar. Tiba-tiba tangan besar itu terulur mengelus pipi chubby Baekhyun. Baekhyun sedikit tersentak dengan perlakuan Chanyeol. Entah kenapa sentuhan ini sangat lembut dan membuatnya nyaman.

Perlahan jantungnya mulai berdegup kencang. Ada apa dengan jantungnya? Apa jantungnya sudah mulai tidak mau berfungsi sesuai dengan otak Baekhyun? Tapi sekarang yang ada di pikiran Baekhyun memang tidak ada siapapun selain Chanyeol.

Ketua penguasa sekolah itu masih belum berbicara. Wajahnya perlahan mulai mendekat pada kuping Baekhyun. Chanyeol menghembuskan nafas beratnya di sana. Menempelkan hidungnya pada kepala Baekhyun. Menghirup aroma khas Baekhyun yang wangi strawberry manis seperti seorang yeoja.

Baekhyun mulai merasa risih akibat perlakuan Chanyeol. Bukannya tidak suka. Tapi dia hanya bingung harus berbuat apa ketika tubuh pemuda itu mulai mendekat sampai menghimpit badan kecilnya. Sedangkan tangan nganggur Baekhyun menahan dada Chanyeol yang semakin merapat. Hidung mancung Chanyeol tidak beranjak dari kepala Baekhyun. Sedangkan tangan kirinya menangkup pipi Baekhyun dan sikut kanannya sudah menempel pada pintu.

"Chan...Yeol..." lirih Baekhyun akhirnya. Dia tidak tahu harus bagaimana pada situasi yang cukup aneh baginya karena tingkah Chanyeol. Hey! Apa dia ingin mempermainkan kau lagi Baek?

Mengingat hal itu tangan kecilnya berusaha mendorong pelan dada Chanyeol. Baekhyun meronta gelisah. Tapi Chanyeol tidak punya niat sedikit pun menyingkir dari tubuhnya. Malah, saat ada celah terbuka akibat usaha mendorong pemuda mungil itu Chanyeol semakin merapatkan punggung Baekhyun pada dinding dan memeluknya erat.

"Chanyeol... Ada apa sebenarnya denganmu?!" sahut Baekhyun panik dengan raut cemas.

Chanyeol tetap diam. Kepalanya mulai menjauh dan beralih pada kuping Baekhyun tanpa mau melepaskan pelukkannya.

"Baeby..." bisiknya dengan nada berat.

Mata Baekhyun membulat tidak percaya. Gerakan penolakannya berhenti. Otaknya berusaha mencerna perkataan pemuda ini. Apa kata Chanyeol tadi? Apa Baekhyun salah dengar? Baeby?! Chanyeol memanggil nama Baeby tadi?

Tiba-tiba hati Baekhyun terasa nyeri ketika Chanyeol menyebutkan nama lain. Alis Baekhyun berkerut. Dalam dadanya terasa sesak. Padahal pelukan ini terasa possessif dan hangat. Baekhyun sebenarnya merasa nyaman. Namun kenapa Chanyeol malah memanggil Baekhyun dengan nama itu?

Hey Chanyeol! Ingatlah kau sedang bersama siapa saat ini!

Tunggu...!

Apa Chanyeol telah mengetahui siapa Baeby sebenarnya?!

"A... Apa maksudmu?" gugup Baekhyun dan Chanyeol melepaskan pelukkan mereka.

Mata mereka bertemu dengan kerutan alis Baekhyun yang menatap Chanyeol was was. Tangan Chanyeol kembali terarah pada leher Baekhyun. Menyentuh tanda kemerahan di sana yang mulai memudar. Tuan Park tersenyum. Entah apa arti sebenarnya dari senyuman itu. Baekhyun tidak melihatnya karena memalingkan muka menahan gugup.

"I knew it. All the time. It was you" ucap Chanyeol lalu terkekeh pelan.

"Apa?" tanya Baekhyun seolah dia tuli.

"Aku bilang. Aku sudah tahu bahwa itu kau pendek" kata Chanyeol sambil mengusap kembali leher mulus itu. Baekhyun mengikuti arah pandang Chanyeol. Tenggorokannya tercekat saat dia berusaha meneguk ludahnya dengan paksa. Tatapan Chanyeol berubah menjadi teduh dan saat ini Chanyeol tersenyum sangat tampan! Tapi kenapa wajahnya kembali menyeringai dengan senyum pahit?

"Tidak ada salahnya aku menghajarnya tadi, hah. Ternyata memang benar dia kekasihmu" mendengar penuturan Chanyeol yang terkekeh memilukan, Baekhyun sadar dan langsung mendorong kuat tubuh Chanyeol sampai pelukan mereka terlepas.

"Apa maksudmu?! Aku tidak mengerti! Lepaskan aku!" sahut Baekhyun bergerak cepat membalikkan badannya. Tangan mungil itu berusaha meraih gagang pintu yang hampir terputar sebelum akhirnya tangan besar Chanyeol menghadang sang pintu untuk terbuka lebar.

"Lihat? Bahkan caramu kabur mirip sekali dengannya" ucap Chanyeol di telinga Baekhyun.

"A... Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan! Sudahlah lepaskan aku Chanyeol!" gugup Baekhyun dengan nada panik seperti habis kepergok korupsi (?)

"Kau pura-pura lupa?"

"Aku harus pergi!"

"Kenapa kau menyembunyikannya dariku?"

"Lepaskan tanganmu dari pintu ini!"

"Jadi benar kau kekasih Oh Sehun?"

"YAK PARK CHANYEOL!"

DEG!

Sahutan Baekhyun terhenti ketika Chanyeol merengkuh tubuhnya lagi membalikkan tubuh Baekhyun. Namja ini meronta lagi seperti tadi. Tapi Chanyeol menatapnya dengan sangat tajam membuatnya berhenti dan menatap kesal Chanyeol.

"Jangan bicara yang tidak-tidak Park Chanyeol! Apa maumu hah? Kau masih ingin menghabisiku karena sudah menyirammu dengan air?! Kau masih tidak terima?" Baekhyun berteriak dengan airmata yang nyaris membasahi pipinya.

Sepertinya tidak ada gunanya berdalih ataupun mencari alasan. Chanyeol telah mengetahui siapa itu Baeby. Dan Baekhyun malah semakin ingin menangis karena penyebab masalah Chanyeol memukul Sehun adalah karena ucapan bodohnya.

Yah, Baekhyun sebenarnya tidak bodoh juga. Buktinya dia bisa menyimpulkan semuanya dengan cepat. Sebenarnya saat di Bar, Baekhyun terlalu gugup. Pikirannya mengatakan kalau Chanyeol pasti tidak akan mengetahui penyamarannya. Lalu dia mengingat Sehun. Maka dari itulah bibirnya tanpa sengaja mengucapkan nama Sehun. Tapi sayang sekali Baek. Pikiran sempitmu itu menjadi penyebab semua luka-luka di tubuh Sehun.

"Baekhyun..." panggil Chanyeol dengan tatapan yang berbeda lagi. Kembali teduh seperti memandang seseorang yang rapuh. Oh, apakah Chanyeol akan mengungkapkan semua yang selama ini dia pendam?

"Apa benar Oh Sehun kekasihmu? Jadi benar tanda ini darinya?" lirih Chanyeol tanpa melepaskan pandangan dari Baekhyun.

Baekhyun tidak menjawab. Sebutir airmata telah jatuh kepipinya. Dia merasa sangat bodoh. Kepalanya hanya bisa menunduk atau memandang kearah lain. Wig yang sedari tadi di pakainya sudah di singkap oleh Chanyeol. Kemudian Chanyeol menangkupkan pipi Baekhyun dan mengusap airmatanya dengan lembut.

"Aku tidak akan menghabisimu tenang saja. Lupakan hal itu pernah terjadi. Sekarang aku tidak ingin melihatmu menangis. Aku hanya membutuhkan jawaban bukan isakkanmu" jelas Chanyeol dengan ekspresi datar.

Baekhyun terdiam. Dia bingung harus mengatakan apa. Dirinya merasa dungu jika harus mengatakan kebohongan lagi bahkan ketika Chanyeol telah mengetahui semuanya. Hatinya lelah karena Chanyeol. Dan dia hanya ingin terbebas dari makhluk berandalan ini.

"Aku..."

.

.

.

Desember 20XX 22.45 KST

Malam di bulan akhir tahun memang kian menusuk persendian tubuh. Angin musiman yang berhembus semilir terasa begitu kejam. Bagaikan menggoda kulit manusia yang berlapisi jaket-jaket tebal. Udara dingin menyeruak masuk secara paksa. Tubuh ini serasa menerima rangsangan langsung sehingga badan mengigil kedinginan.

Langit hari ini terlihat mendung tanpa bintang yang menghiasinya. Yang ada hanyalah gemerlap lampion-lampion kecil di jalan yang memutih akibat salju. Butiran-butiran benda kapas itu melayang perlahan turun dari langit sampai benar-benar menumpuk.

Meskipun dingin seperti es. Namun begitu indah untuk di lewatkan seseorang. Tentu saja! Siapa yang mau melewatkan salju pertama pada bulan Desember?

Bagi seseorang, turunnya salju sekarang berada di malam yang tidak tepat. Malam ini adalah malam kelam untuk dirinya. Menikmati salju tanpa seseorang yang sebut saja telah pergi meninggalkannya. Seseorang yang di kasihinya. Seseorang yang di sayanginya. Bahkan dirinya akan 'selalu' mencintai sosok itu.

Lantas kenapa salju menjadi salah satu permasalahannya? Oh, sebenarnya pemuda bersurai coklat itu hanya mengingat satu momen manis mengenai salju pertama dengan orang tersebut. Meski sekarang segalanya hanya kenangan.

Tubuhnya sangat sakit setelah mati-matian melawan semua berandal yang anggap saja musuh bebuyutannya. Luka ini tidak seberapa dengan luka membekas selamanya kepada orang itu. Ditinggalkan seseorang yang dicintai memang tidak mudah.

Apakah malam ini Tuhan sedang menghukumnya? Atau Tuhan sedang memberitahukan padanya sesuatu yang akan menyadarkannya sebentar lagi.

'Apakah jika aku tidak bertemu denganmu aku tidak akan menyadari hal itu?'

.

.

.

Seorang namja berlari kecil di tengah hujan salju yang masih ringan. Uap panas yang keluar dari mulutnya terlihat kentara sekali di cuaca seperti ini. Tubuhnya mengigil. Dia memang tidak tahan dengan hawa dingin. Ingin rasanya dia segera masuk kedalam rumah dan memakai selimut hangatnya sambil meminum secangkir susu strawberry hangat.

"Uhh, kenapa mesti bersalju hhh…" gemetarnya mengeratkan jaket biru berhoodie yang menutupi seluruh kepala dan wajahnya.

Langkahnya mulai di percepat ketika memotong jalan melewati sebuah taman sekitar yang cukup sepi. Tentu saja. Siapa yang mau bermain malam-malam di musim ekstrim ini? Lebih baik tidur dirumah bergumul dengan selimut tebal.

Kecepatan lari namja itu semakin bertambah. Namun dia lengah dan badan mungil itu tergelincir oleh jalanan yang mulai membeku. Dengan posisi dada yang menyentuh tanah terlebih dahulu.

"Auhh.. Appoo…" ringisnya seperti anak bayi baru pertama kali jatuh. Matanya memandangi telapak tangan yang tadi menopang tubuhnya sebelum menyentuh tanah dingin itu. Darah mulai keluar dari sela-sela kulit tangannya. Mungkin dia sempat tergores batu kecil saat terjatuh.

"Ahh… Dingiinn…" ucapnya gemetaran kembali.

Dia lebih mengabaikan perih yang menjalar ke tangannya dan segera bangkit untuk pulang kerumah. Tapi sayang, darah itu tidak mau berhenti membeku sepeti bibirnya yang sudah kelu.

"Argghh…." terdengar suara rintihan lain.

Namja itu menegakkan tubuhnya mendengar suara aneh ditelinganya. Kepalanya menoleh kesana sini. Mencari sumber suara. Namun hening. Sejauh mata memandang hanya ada taman yang hampir seluruhnya tertutup hujan salju ringan. Suasana sangat sepi. Seperti kuburan nyentrik lebih tepatnya.

Kakinya kembali melangkah takut-takut. Taman ini cukup luas meski dengan penerangan lampu seadanya. Jangan-jangan suara desahan berat tadi berasal dari orang gila? Atau… Hantu?

Kepalanya menggeleng cepat. Mana mungkin ada hantu? Selama lima belas tahun hidupnya namja itu belum pernah melihat namanya hantu makanya dia tidak percaya.

Tidak berapa lama matanya menangkap sosok manusia yang sedang duduk di bawah pancuran. Langkahnya berhenti. Dirinya takut melihat penampilan orang itu. Dia ragu apakah dia harus mendekat untuk bertanya.

'Kenapa orang itu duduk di sana dengan cuaca tidak bersahabat seperti ini? Apakah dia tidak kedinginan?' batinnya. Hati namja mungil itu sungguh baik layaknya malaikat kecil.

"Emhh.. Permisi. Kenapa kau duduk di sini?" tanyanya sambil menundukkan tubuhnya.

Pemuda bersurai dark brown tidak menjawab. Kepalanya menunduk dengan satu kaki menekuk dan satunya lagi lurus di depan namja mungil itu.

"Hey, apa kau baik-baik saja?" tanyanya lagi.

Tetap tidak ada jawaban.

"Kau bisa mati kedinginan. Lebih baik kau pulang jangan duduk di sini"

"Berisik! Sebaiknya kau pergi! Jangan ganggu aku!" gertak si pemilik suara berat dan wajahnya terangkat.

"Ya ampun! Wajahmu!" tanpa bisa di jaga mulutnya pemuda mungil itu berteriak cukup keras. Memberikan reaksi heboh ketika melihat banyak lebam dan darah mengalir di pelipis namja itu.

"Sudahlah lebih baik kau pergi!"

"Kau habis berkelahi?" tanyanya lagi menghiraukan usiran orang di depannya. Pemuda itu mendengus kasar tidak peduli. Lalu menepis tangan pemuda mungil yang sudah menyentuh wajahnya.

"Ya! Kau mau apa?! Ini bukan urusanmu bocah! Sudah kubilang pergi kenapa tidak mengerti juga! Pergi kau!" umpatnya kasar berusaha berdiri namun dia tidak sanggup.

"Tunggu! Lebih baik kau jangan berdiri dulu sepertinya lukamu sangat parah. Omo… darahnya terus mengalir. Aihh.. Bagaimana ini?" cemasnya terlihat panik.

Hey! Ini adalah kali pertama kau bertemu dia, pemuda manis. Tapi kenapa kau malah sangat ketakutan seakan dia adalah kerabatmu yang terluka parah? Oh, mari kita ingat sekali lagi. Dirinya adalah malaikat mungil..

"Kira-kira apa yang bisa menutup lukamu itu yah? Kalau tidak segera di tutup nanti kau terkena infeksi" gelisahnya celingak-celinguk melihat apakah ada toko yang masih buka di jam segini?

Nihil. Lagipula hari sudah hampir larut. Kondisi namja bersurai coklat gelap ini juga cukup memprihatinkan. Luka-luka basah di wajah dan pelipisnya harus segera di obati.

"Ah! Iya aku lupa!" sahutnya tidak tahu diri lagi bahwa pemuda yang merasa nyaris sekarat itu pengang mendengar jeritan cemprengnya.

"Ini! Pakai ini saja tidak apa-apa kan?" tanyanya. Pemuda itu melirik keatas.

Matanya menangkap sebuah band aid kecil berwarna pink dengan gambar strawberry yang terkesan sangat girlish. Oh, god… Siapapun pria bodoh yang mau memakai band aid itu pasti sudah gila.

"Ck…" hanya desahan yang keluar dari bibir si surai coklat gelap. Namja ini mungil ini mengigit bibir menahan malu.

'Benar juga.. Dia pasti tidak mau memakai band aid konyol ini. Aiishh… Kenapa hanya motif ini yang aku punya. Aku benar-benar bodoh hhh!' rutuknya dalam hati.

Akhirnya si pemuda mungil berhoodie menemukan alternatif lain. "Ah.. rumahku tidak jauh dari sini! Apa kau mau kesana?" tawarnya.

Namja itu hanya meringis dan terdiam. Tubuhnya mungkin terlalu sakit untuk berjalan.

"Kalau begitu aku akan bawakan obat dari rumahku. Kau tunggu di sini yah. Ini. Coba di pakai dulu meski motifnya tidak sesuai yang kau harapkan. Paling tidak darahmu bisa berhenti mengalir. Tunggu sebentar ya!" ucapnya sambil menyodorkan band air bermotif strawberry pada si pria bersurai coklat.

Kaki kecilnya melangkah dengan cepat. Sedangkan pemuda yang masih terduduk tadi memandang punggung si kecil yang mulai berlari menjauh. Hatinya terasa nyeri. Bahkan nyeri di tubuhnya akibat pukulan berandalan lain tidak begitu sakit dari ini.

Dia ingin menangis kembali. Entah karena apa. Tapi seluruh nafasnya terasa terkecat dan sulit untuk menghirup udara bebas disekitarnya.

Kenapa namja pendek itu peduli padanya? Kenapa dia mau membantu namja menyedihkan seperti dirinya? Apa Tuhan memang sedang memberikan pengecualian padanya? Memberitahukan bahwa sebenarnya masih banyak yang peduli padanya meski sikapnya sangat brengsek dan tidak bermoral.

Apa Tuhan mengirimnya dengan sengaja untuk menyembuhkan hatinya malam ini? Atau mungkin… tidak?

Tangannya terangkat sambil memegang band aid pink di hadapannya. Matanya kembali menoleh pada lahan kosong tempat namja tadi pergi kerumahnya untuk mengambil obat.

"Sial… Kenapa masih ada manusia seperti itu? Benar-benar bodoh.." lirihnya menahan pilu.

.

.

.

"Maaf aku lama. Tadi eomma tidak mengizinka….."

Kalimat si namja mungil terhenti ketika menatap lahan kosong di sekitar kolam air mancur taman. Kepalanya mencari-cari si namja bersurai coklat tadi yang seingatnya masih duduk lemah disini. Tapi kemana namja itu sekarang?

"Ah.. Kemana dia pergi? Apa dia baik-baik saja? Omo… Tubuhnya kan terluka.. Apa dia bisa.. berjalan?" ucapnya pelan.

Si pemuda mungil itu menatap lagi lahan kosong tempat pria tadi terduduk. Beberapa tetesan darah masih ada di sana. Hatinya terasa nyeri mengingat kondisi pria itu.

Tangannya menarik hodiee menutupi seluruh kepala. Sementara tangan yang lain menggenggam erat sebuah payung yang sengaja di bawanya karena salju turun semakin lebat.

Tanpa sadar sebutir airmata jatuh ke pipi mulunya. Tiba-tiba dia sedih membayangkan pria bersurai coklat tadi. Dia lengah kembali dan tidak sempat menolongnya. Bodoh benar kau Byun Baekhyun..

"Hiks… Aku harap dia baik-baik saja…." Isakknya lalu menaruh plastik berisi obat merah dan beberapa perban di tepi kolam tersebut. Tidak lupa plastik itu dipayungi agar tidak terkena salju.

Kemudian kakinya berjalan pelan meninggalkan taman. Tanpa dia sadari. Bahwa namja bersurai coklat gelap tadi ternyata masih berada di sana. Bersembunyi di balik pohon melihat semua perilaku Baekhyun yang telah merubah pandangan hatinya.

'Ternyata masih ada seseorang yang begitu memperhatikanku…'

.

.

.

.

.

Januari, 20XX

"Annyeonghaseyo. Byun Baekhyun imnida. Bangapseumnida" ucap si namja mungil sambil membungkukkan badan penuh semangat.

"Nah, Tuan Byun. Sekarang duduklah di sebelah Oh Sehun" titah seonsangnim dan Baekhyun mengangguk.

"Psst! Dia pasti si anak baru berbeasiswa itu kan? Kelihatannya dia menarik. Cepat kerjai dia, Hyun!" bisik Young Jae yang duduk di belakang Daehyun.

Daehyun tersenyum miring lalu mengeluarkan sedikit kakinya saat Baekhyun hendak berjalan menuju tempat duduknya. Baekhyun yang tidak melihat tersandung hingga terjatuh. Tubuh mungilnya langsung menyentuh tanah dengan tidak elit. Membuat gelak tawa heboh yang cukup keras oleh seluruh murid kelas.

"Aigoo.. Kau tidak apa-apa anak baru?" tanya Daehyun pura-pura bersimpati menahan tawa.

Baekhyun berdiri membereskan seragamnya yang sedikit lecek lalu tersenyum pada Daehyun. "Tidak apa-apa. Aku baik-baik saja kok"

"Ya! Sudah jangan tertawa lagi! Sekarang buka buku kalian halaman 56!" sahut Kim Seonsangnim dan semua murid mulai diam.

"Hai Baek" sapa si namja berkacamata tebal.

Baekhyun hanya diam lalu duduk dengan ekspresi sok cuek. Tanpa membalas sapaan hangat teman barunya. Tangannya mulai sibuk mengeluarkan buku catatan dan tempat pensilnya tanpa mengindahkan ucapan si kacamata tebal disebelahnya.

"Byun Baekhyun kau sudah lupa padaku?" bisik Sehun dengan tatapan tidak percaya melihat sikap dingin temannya.

Baekhyun menoleh menahan tawa. "Puhahahaha!" gelakkan kecilnya terendam seruan Kim Seonsangnim yang membelakangi mereka dan memang selalu bersuara keras ketika mengajar matematika.

"Ya! Baekhyuniee!" kesal Sehun sambil berbisik.

"Hahaha mian Sehunnie. Ekspresimu lucu sekali!"

"Begitukah caramu menyapaku ketika sudah lima tahun kita tidak bertemu?"

"Mian.. mian, Hun. Aihhh kau ini! Kemari kau!" senyum Baekhyun lalu menarik punggung Sehun dan memeluknya erat.

"Sial! Aku sangat merindukanmu, Hun!" ucap Baekhyun di telinga Sehun.

Pemuda berkacamata itu tersenyum. "Aku juga, Baek. Selamat datang kembali di Seoul"

.

.

Kehidupan sekolah Byun Baekhyun pada minggu awal tidak semulus semua murid yang mengharapkan masa sekolah menengah yang menarik. Baekhyun terbilang murid baru di semester kedua sudah menjadi buah bibir.

Hal itu pun terdengar sampai ketelinga para penguasa sekolah. Seperti biasa. Mereka yang notabane-nya juga murid baru kelas satu SM SHS juga sudah mencolok. Lain halnya soal perbedaan mencolok di sekolah jika dbandingkan dengan Baekhyun.

Sebelum menjadi incaran penguasa sekolah. Sudah banyak kakak kelas yang lebih dulu iseng pada Baekhyun. Murid-murid yang penasaran juga tertarik untuk mengerjainya. Secara! Siswa berprestasi di sekolah memang selalu di elu-elukan. Namun sayang, Baekhyun jatuh pada kategori namja underdog (pengecut) sekolah.

"Kapan akan dimulai Yeol? Aku sudah gatal ingin melakukan sesuatu pada si anak baru" rengek Chen pada teman-temannya di gudang belakang sekolah.

Park Chanyeol, ketua penguasa sekolah terdiam. Dirinya tidak begitu tertarik. Asal kalian tahu saja. Chanyeol sudah masuk sekolah ini sejak JHS dan melanjutkan ke SHS yang sekolah ini memang hak paten miliknya.

Tapi tidak banyak siswa yang tahu kalau Chanyeol adalah salah satu cucu pemilik sekolah. Karena tidak ada Luhan. Namja itu masih sering bolak bailk ke Amerika pada semester awal SHS. Untuk hak waris Luhan mempunyai kuasa lebih besar dari Chanyeol. Apalagi dia salah satu anak berprestasi juga disekolah miliknya sendiri.

"Aku tidak suka repot. Suruh saja dimulai besok. Aku hanya akan menikmati bagian akhirnya" acuh Chanyeol terkesan dingin.

Chen mengangguk antusias sementara Kai tersenyum miring sambil melipat tangannya didepan dada. Kris? Dirinya hanya ikut melaksanakan 'tradisi SM SHS' yang sebenarnya sudah mendarah daging di sekolah laknat itu. Dengan para penguasa sekolah baru. Kekuasaan mereka semakin berlipat ganda.

Hari pertama minggu kedua Baekhyun sekolah. Dia mendapatkan kertas coklat bergambar rilakkuma manis yang menggantung di dalam lokernya.

'Selamat datang di SM SHS anak baru. Silahkan menikmati sambutan special dari kami ^_^

PS : Ketua Park'

"Apa ini?" tanyanya dengan tampang polos.

"Wah.. Kau.. Mendapat kartu dari Ketua Park?!" pekik namja yang berdiri di loker sebelah Baekhyun. Baekhyun hanya memiringkan kepala bingung. Dia hendak bertanya. Tapi seluruh murid-murid memandangnya ketakutan bahkan berbisik-bisik.

"Ada apa sih sebenarnya?"

Dan di mulailah sambutan selamat datang ala para penguasa sekolah.

Pelajaran kedua hari ini adalah olahraga. Ketika Baek hendak mengambil baju olahraganya di loker sekolah nyatanya baju olahraga baru itu sudah basah dan bau amis.

"Yakk! Kenapa bau ikan?!" pekiknya menutup hidung. Akhirnya mau tidak mau Baekhyun memakai baju basah itu. Berolahraga tanpa teman yang mau mendekatinya karena dia bau ikan amis. Terkecuali untuk Sehun yang selalu setia disampingnya.

Pelajaran olahraga selesai. Baekhyun berganti baju dan mandi sebentar untuk menghilangkan bau amisnya dengan Sehun yang berjaga di depan pintu kamar mandi. Namun pemuda itu lengah.

Ketika Baekhyun sudah selesai mandi ternyata sepatunya yang hilang. Padahal Baekhyun sudah yakin dia menaruh sepatu birunya di dalam loker. Mau tidak mau, pemuda mungil itu masuk kelas tanpa sepatu dan mendapat omelan dari Choi Seonsangnim yang terkenal galak.

Hari kedua Baekhyun juga kena sial. Pagi ketika masuk kelas meja Baekhyun tertimbun plastik bekas snack juga kaleng minuman dan sebagainya. Baekhyun melongo melihat mejanya yang kotor akibat sampah-sampah itu. Matanya memandang sekitar dan nyatanya teman sekelasnya hanya cekikikan tanpa ada yang mau membantu. Lagi-lagi Baekhyun harus bersabar.

Tradisi SM SHS itu terus berlanjut sampai hari kelima. Baekhyun di suruh membersihkan daun-daun maple yang berjatuhan dipekarangan sekolah. Hal ini terjadi karena kelas pagi-pagi terlihat sangat kotor. Dan Baekhyunlah yang tiba-tiba di jadikan kambing hitam.

Maka inilah hukuman dari Baekhyun. Setiap harinya dia selalu mendapat kesialan dan pekerjaan bertubi-tubi dari para murid laknat SM SHS. Padahal mereka hanya disuruh dan terlebihnya saat hari pertama adalah kerjaannya Chen dan Kai yang sengaja menjahili Baekhyun.

"Hahh…. Baru dua minggu bersekolah di sini kenapa terasa sangat berat?" keluh Baekhyun wajahnya ditekuk bersandar pada tangannya yang memegang ujung sapu.

"Eomma.. hiks" tanpa sadar Baekhyun menangis.

Bulir airmatanya berlomba-lomba keluar. Hatinya pilu menghadapi kesehariannya yang begitu menyedihkan. Sebenarnya Baekhyun tidak ingin menangis. Tapi dia sudah tidak tahan.

"Apa aku harus mati saja?" ucapnya asal. Namun namja mungil itu menggeleng cepat. Menepis ide konyolnya. Maklum Baekhyun memang terbilang anak polos.

"Apa yang kukatakan?! Kalau aku mati eomma akan sedih dan sendirian.. Ani! Aku harus kuat! Segini saja tidak ada apa-apanya. Paling besok mereka sudah bosan, huh!" tangan pemuda manis itu terkepal di depan dadanya.

Dirinya berkomitmen tidak akan menyerah. Di kerjai seperti ini bukan berarti Baekhyun harus pupus harapan sekolah. Dia sudah bersusah payah masuk kedalam sekolah ini.

Tanpa sadar seorang namja dari lantai atas memandangnya dengan tatapan tajam. Sejak sejam yang lalu Baekhyun membersihkan pekarangan itu matanya tidak bisa berhenti menatap sosok malaikat kecil di bawah sana. Bibirnya menyinggungkan senyum ketika Baekhyun bersorak-sorak heboh menyemangati dirinya sendiri.

"Bertahanlah. Besok adalah hari terakhir pendek" ucapnya pelan.

Yap!

Hari ini adalah hari jumat. Seharian ini tidak ada yang mengganggu Baekhyun dan entah kenapa pemuda itu merasa cemas. Ya ampun Baek.. Seharusnya kau senang bukan cemas. Apa yang kau harapkan?

"Hun, kok hari ini aku tidak kena incaran anak-anak yah?" tanya Baekhyun pada Sehun yang berjalan hendak keluar gedung sekolah.

"Entahlah Baek. Sepertinya mereka sudah bosan terhadapmu. Bersyukurlah hari ini kau baik-baik saja!" ucap Sehun membetulkan letak kacamatanya. Baekhyun tersenyum bodoh. Benar juga. Mungkin mereka telah bosan menjahilinya terus selama hampir seminggu.

Tidak berapa lama pikiran bahagianya sirna ketika seseorang berteriak.

"AWAS!"

Dan…

.

.

.

.

BYUUURRRR!

Tubuh pemuda kecil itu basah kuyup dengan mata terpejam. Baekhyun menyibak air yang mengalir di tangan dan wajahnya. Dia mengucek perlahan matanya. Menyesuaikan pandangan ketika kelopak tersebut ingin terbuka.

Gelak tawa para murid yang baru keluar area gedung menjadi pecah seketika. Baekhyun menoleh ke kiri dan kanan. Sehun juga terkena cipratan air meski tidak begitu basah seperti kucing habis tercebur kedalam got layaknya Baekhyun.

Dirinya berpikir cepat. Guyuran air itu berasal dari atas. Kepalanya mendongak pada lantai tiga. Dan terlihat jelas siapa pelakunya. Sedang melipat tangannya di depan dada sambil bersandar pada jendela kelas.

"Itu hadiah special untuk hari ini. Namaku Park Chanyeol. Dan selamat datang di SM SHS, pendek" ucap Chanyeol tersenyum miring menatap Baekhyun dengan Chen, Kai, dan Kris dikiri dan kanannya memandang puas mainan mereka dalam seminggu ini.

"Park Chanyeol…." Lirih Baekhyun pelan. Menggeram dalam hati penuh amarah. Mata mereka bertemu dengan sejurus pandangan mematikan. Tatapan tajam seorang penguasa sekolah, Park Chanyeol dan juga sirat penuh kekesalan terpendam pada Byun Baekhyun.

'Lihat saja Park Chanyeol! Kau akan merasakannya suatu saat nanti!'

.

.

.

.

.

Memasuki bulan Maret, Baekhyun mulai terbiasa dengan kehidupan sekolah SM SHS. Terkadang dia juga butuh menghindar barang sehari. Namun kadang dia juga bisa sebulan penuh merasa tenang.

Hal itu terjadi karena jika dilihat dari sisi Chanyeol. Tradisi itu sudah di hilangkan. Beberapa hari setelah ketahuan bahwa Chanyeol terkenal membully para siswa siswi baru. Luhan yang datang kembali dari Amerika mendengar dan menentang keras tradisi bodoh itu.

Setelah Chanyeol di beri peringatan mengancam oleh kakeknya di rumah mengenai anak baru ber-beasiswa yang dia bully. Chanyeol dan teman-temannya tidak di perbolehkan melaksanakan tradisi konyol itu lagi. Dan para murid yang ber-beasiswa dilarang di bully karena merekalah yang membawa nama baik sekolah. Tapi tatapan tajam Chanyeol tidak pernah berubah pada anak itu— Byun Baekhyun.

"Baekhyuniiee~"

Baekhyun menoleh. Salah satu teman sekelasnya Jeong Daehyun terkenal cukup berandal dikelas. Baekhyun awalnya sempat takut dengan pemuda ber-eyeliner itu. Tapi dia mulai terbiasa.

"Apa?"

"Bisa tolong aku tidak kali ini?" mohon Daehyun sambil menyatukan kedua tangannya dengan wajah memelas.

Disinilah Baekhyun. Berjongkok. Sudah lebih dari dua puluh menit waktu istirahat. Hanya untuk mencari cincin Daehyun yang hilang di pinggir kolam renang— Katanya Daehyun.

Baekhyun masih sabar menatap lantai basah itu dengan teliti. Tiba-tiba tubuh mungilnya terhuyung. Kepalanya serasa mendapat hentakan keras. "Duh, kenapa kepalaku pusing yah? Apa aku demam?" ucapnya memegangi kepala.

Tiba-tiba saat Baekhyun berdiri merenggangkan tubuhnya dia melihat seberkas benda perak yang terkena cahaya matahari di dasar kolam. Jangan-jangan itu cincin Daehyun! Baekhyun hampir bersorak kegirangan. Kalau saja dia tadi mendengar bel masuk sudah berbunyi.

"Aku harus cepat mengambilnya! Ahh… bagaimana caranya?" panik Baekhyun mondar mandir mencari alat untuk mengambil cincin perak itu.

Tanpa sadar tubuh Baekhyun limbung kembali. Sepertinya dia memang sakit. Kepalanya sangat pusing. Kaki Baekhyun berjalan mundur menuju kolam dan keseimbangannya kurang sampai akhirnya dia tergelincir. Alhasil, Baekhyun tercebur kedalam kolam renang.

"Akkhhh… Tolooonghhh…Umbbhhh" sahut Baekhyun berusaha berenang. Jika kalian tahu. Pemuda mungil itu sama sekali tidak bisa berenang. Baekhyun takut dengan kolam renang entah itu dangkal atau dalam.

"Tolooongg... Akuumbbbh…" jeritnya tidak kenal lelah.

Kakinya bergerak-gerak menendang air kolam itu dengan gerakan tidak teratur. Tangannya juga menggapai-gapai pinggir kolam. Tapi sial. Badan Baekhyun tidak bergerak maju untuk menggapai tiang. Malah semakin mengambang jauh dari pinggir kolam.

Nafasnya sudah diambang batas kemampuannya. Saking paniknya tubuh Baekhyun melemas. Kepala yang sedari tadi berusaha naik untuk bernafas akhirnya tenggelam perlahan. Tangannya masih terulur entah harus menggapai apa lagi.

Oh tidak! Seseorang tolonglah Baekhyun!

.

.

.

Jeritan memekakkan telinga terdengar cukup keras untuk membangunkan pemuda jangkung yang sedang tertidur. Membolos pelajaran sambil terlentang menikmati waktu santainya di papan loncat area kolam renang.

Sebut saja Park Chanyeol, yang tadi hampir tertidur. Terusik karena teriakan minta tolong dari seseorang. Apalagi ruangan ini memang menggema saat orang berteriak sekencang itu.

Chanyeol tidak mau ambil pusing. Dia masa bodoh dengan orang yang masih memohon-mohon minta di tolong keluar dari air kolam di bawahnya. Merasa terganggu kepalanya menjulur melihat siapa si pemilik suara cempreng yang sudah menggangu acara mari-membolos-di siang-hari-nya.

Mata bulatnya melebar menatap sosok mungil yang berusaha menggapai tiang yang sudah menjauh. Tidak berapa lama tubuhnya kelelahan dan akhirnya tertelan oleh air kolam yang berhenti beriak akibat usaha si kecil.

Tanpa berpikir dua kali lagi Chanyeol segera melepas sepatunya dan meloncat dari papan indah setinggi lima meter. Dirinya begitu lihai berenang menuju Baekhyun yang badannya sudah hampir menyentuh dasar kolam.

Chanyeol menyelam melihat Baekhyun yang matanya terpejam dengan bibir terbuka. Sial! Anak itu malah menyedot semua air kolam masuk kedalam paru-parunya?! Apa anak itu bodoh?

Chanyeol segera menggapai tubuh mungil Baekhyun. Tidak berpikir dua atau tiga kali lagi. Bibirnya langsung mendarat pada Baekhyun. Menyalurkan oksigen yang sudah terputus-putus bagi Baekhyun sendiri. Kakinya menendang permukaan air dibawahnya dan membawa mereka naik keatas.

"PUAHHH… hahh.. hahh…" desahnya kalap mengambil oksigen.

Setelah mereka berhasil keluar dari kolam Chanyeol membaringkan Baekhyun di tepi kolam. Hening. Tidak ada pergerakan dari Baekhyun yang terpejam seperti orang mati.

"Ya! Bangun!" titah Chanyeol menepuk pelan pipi chubby Baekhyun.

"Ya! Baangun pendek! Aishh… Buka matamu! Yaa!" sahutnya lagi seperti orang bodoh. Tetesan air yang membasahi rambutnya jatuh mengenai wajah Baekhyun. Namun pemuda itu tidak kunjung sadar.

Persetan dengan harga diri dan gengsi terhadap incarannya dua bulan yang lalu. Chanyeol kembali mendaratkan lagi bibirnya di atas bibir Baekhyun dengan panik. Membuka mulutnya dengan ibu jari dan telunjuk yang menutup rongga hidung Baekhyun. Mencoba memberi bantuan pernapasan sekali lagi.

Lalu memompa dada Baekhyun dengan kalap. Sambil terus memohon dalam hati agar si kecil ini berusaha untuk bangun dan bernafas normal. Chanyeol sendiri bingung entah kenapa dia terlihat begitu panik pada kondisi keadaan Baekhyun.

"Hey! Ayo bangun!" gertaknya dengan satu nafas buatan lagi dalam sebuah pagutan memburu. Chanyeol tetap tidak menyerah. Mengeluarkan semua pasokan udara yang dia punya pada Baekhyun. Sambil melumat sedikit bibir manis itu.

Tidak berapa lama Baekhyun tersedak. Dirinya terbatuk-batuk heboh dengan air yang berlomba-lomba keluar dari mulutnya. Wajah Chanyeol langsung berubah lega ketika Baekhyun kembali bernafas.

"Ya! Pendek!"

BRAK!

"Chanyeol! Sedang apa kau disini? Apa yang kau lakukan dengan anak itu?!" pekik Luhan histeris ketika mendapati Chanyeol dan Baekhyun yang masih terbaring lemas dengan mata terpejam.

"Luhan! Cepat bawa dia ke UKS!"

"Ya! Kau sudah kubilang jangan membully orang lagi! Kenapa kau tidak jera juga Yeol?"

"Apa?! Tunggu! Ini tidak seperti yang kau ki—"

"Kris! Cepat bawa anak itu ke ruang kesehatan! Palli dia susah bernafas Kris!" sahut Luhan yang panik ketika mendekat melihat kondisi Baekhyun.

Kris mengangguk dan mengangkat tubuh mungil itu. Baekhyun masih terbatuk tidak sadarkan diri. Tangannya terkulai lemas dengan tubuh yang benar-benar basah.

Chanyeol hanya bisa memandang kaku pada Baekhyun yang di gotong Kris ala bridal style. Seharusnya Chanyeol yang melakukannya bukan Kris! Umpatnya dalam hati sebelum akhirnya satu jeweran di kuping mengalihkan dunianya.

"Kau harus di omeli haraboji lagi Yeol!"

"YAK LUHAN APPO! AKU TIDAK BERSALAH DENGARKAN AKU DULU!" belanya tanpa Luhan mau mendengarkan penjelasan Chanyeol lebih lanjut. Sepertinya kuping Chanyeol akan semakin lebar setelah ini.

.

.

.

"Ugh…. Dimana aku?" erang Baekhyun lemas.

"Kau di ruang kesehatan. Apa kau merasa lebih baik sekarang?" ucap suara berat itu.

Baekhyun menoleh menyesuaikan pandangannya yang memburam. Kepalanya terputar kesumber suara dan matanya membulat mendapati sesosok tampan yang sedang duduk disamping ranjang rawat.

"Kau… Yifan-ssi…."

"Kris. Panggil saja aku Kris" ucapnya tersenyum lembut.

"Ah… ne.." Baekhyun mengangguk semburat rona wajahnya keluar tiba-tiba.

"Kris-ssi.. Apa yang terjadi padaku?" tanya Baekhyun ragu.

"Kau sepertinya terjatuh ke kolam renang" mata Baekhyun membulat kepalanya berusaha mengingat kejadian yang baru saja dia alami. Baekhyun cukup terkejut ketika menyadarinya.

"Dan sepertinya kau tidak sadar kalau kau sedang demam" tambah Kris lagi.

"Demam?"

"Ya. Demammu cukup tinggi. Tapi dokter sudah memberikan mu obat saat kau tertidur" Baekhyun mengangguk patuh mendengar penuturan Kris.

Pemuda tinggi itu begitu mempesona. Wajar jika banyak yang menyukainya meskipun Kris terkadang terkesan dingin dan cuek. Tiba-tiba bibir Baekhyun terasa panas ketika memandang wajah tampan Kris.

'Jadi.. Saat aku terjatuh dia menolongku? Berarti dia…. Oh! Benarkah?' gumam Baekhyun dalam hati. Jantungnya berdetak cepat mengingat kemungkinan yang terjadi bahwa dia telah di beri nafas buatan oleh Kris.

"Baiklah sepertinya kau sudah membaik. Aku harus kekelas dulu. Kuharap kau cepat sembuh. Bye"

"Ah! Kris-ssi!" pekik Baekhyun panik.

Kris menoleh. Ya Tuhan… Dia tampan sekali. Pipi Baekhyun semakin merona membayangkan kejadian yang baru saja dialaminya. Meski pria di hadapannya ini adalah salah satu dari para penguasa sekolah tapi entah kenapa Baekhyun tidak membencinya. Malah memujanya dan terbius akan pesona Wu Yifan.

"Ya?"

"Te.. Terima kasih sudah menolongku…" gugup Baekhyun yang memerah seperti apel segar.

Kris tersenyum miring. "Sama-sama. Cepatlah sembuh. Aku pergi dulu. Bye" dan kalimat Kris sontak membuat Baekhyun tersadar akan cinta yang baru tumbuh dari lubuk hatinya.

#Flashback end

.

.

.

.

.

"Aku…"

Bibir Baekhyun terasa sangat kelu. Tangisnya mereda akibat sentuhan jemari Chanyeol yang terus mengusap pipinya. Menghilangkan jejak airmata bagaikan sungai yang mengalir deras tadi.

Chanyeol terdiam. Menunggu jawaban yang keluar dari square lips itu tanpa lelah. Hitung-hitung dia juga menikmati pemandangan wajah Baekhyun yang manis dengan rona merah dipipi chubby-nya.

Baekhyun kembali memandang mata Chanyeol. Kenapa pemuda itu menatapnya berkesan penuh cinta? Apa otak Chanyeol masih waras?

"Aku.. tidak tahu" ucap Baekhyun dengan satu hembusan nafas.

Chanyeol menaikkan sebelah alisnya. Memberikan reaksi kurang puas terhadap jawaban Baekhyun. Bukan itu jawaban yang diinginkan Park Chanyeol, Baekhyun…

Tapi Baekhyun merasa lebih baik Chanyeol mengingatnya sendiri. Lagipula itu kan perlakuannya. Apa Chanyeol pura-pura bodoh?

"Apa maksudmu tidak tahu? Apa kau tidak sadar telah melakukan itu' dengan siapa?" tanya Chanyeol lagi sedikit membentak. Sepertinya kesabaran Chanyeol telah habis.

Baekhyun menatap tidak percaya pada pria di hadapannya. Tangannya mendorong keras dada bidang Chanyeol sampai pelukkan mereka terlepas. Raut kesal tampak di seluruh sudut wajahnya.

"Yak! Kau yang babo sama sekali tidak sadar atau bahkan mengingatnya! Babo! Kau benar-benar babo Park Chanyeol!" jerit Baekhyun menunjuk-nunjuk Chanyeol seakan dialah tersangka utama pelecehan terhadapnya. Memang benar sih..

Chanyeol hanya terdiam kaku. Berusaha mencerna perkataan Baekhyun namun pemuda mungil itu telah lari meninggalkannya tanpa sempat Chanyeol kejar.

"Argghhh!" gerammnya menendang udara kosong dengan wajah frustasi. Kenapa dia begitu bodoh untuk melupakan kejadian di perpustakaan waktu itu?

.

.

.

.

Dua hari kemudian Chanyeol tetap uring-uringan. Semua kembali seperti biasa. Hanya saja yang terlihat berbeda sekali lagi adalah Tuan Park sendiri.

Dirinya berusaha menemui Baekhyun meski gengsinya tinggi. Tapi dia tidak mau ambil peduli lagi. Yang terpenting adalah Baekhyun. Sudah bagus Chanyeol bisa menyimpulkan dengan cepat bahwa Baekhyun itu Baeby. Kali ini dia tidak ingin melewatkan hal apapun dari Baekhyun.

"Baekhyun. Kau dipanggil Park Chanyeol di lab biologi" ucap salah seorang siswa kelas Baekhyun dengan takut-takut pagi tadi.

Baekhyun mendengus lelah dan berterima kasih pada namja itu. Tapi tidak sedikit pun niatnya untuk bertemu dengan Chanyeol.

Kepalanya menoleh keluar jendela. Pelajaran hampir usai. Tiba-tiba matanya menangkap sosok jangkung yang sedang bermain basket di lapangan outdoor yang jaraknya lumayan dari gedung sekolah. Tapi terlihat jelas.

Baekhyun terus memandang gerak gerik Chanyeol. Sampai akhirnya pemuda itu merasa di perhatikan saat selesai men-shoot tree point. Mata mereka bertemu meski dengan jarak yang lumayan jauh.

Chanyeol mungkin terlalu peka akan pemuda mungil itu. Dia mengangkat tangannya. Berusaha terlihat keren meski hanya memberikan salam tanpa sepatah katapun. Tapi reaksi yang di berikan oleh Baekhyun hanya sebatas mengangkat kedua alisnya. Tanda bertanya heran atas sikap Chanyeol dan kembali melihat papan tulis didepannya.

Sungguh malang uri Chanyeol…

.

.

.

.

Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh tepat. Itu artinya klub malam ibu Baekhyun sudah mulai ramai dan kali ini shift Baekhyun sedikit lebih lama. Dia pikir berdiam diri memikirkan sikap Chanyeol akhir-akhir ini padanya juga bukan hal baik. Maka dari itu dia berusaha menyibukkan perkerjaannya.

"Baeby. Kau terihat rajin sekali sekarang" kata Lay sambil berkacak pinggang melihat Baekhyun mengepel lantai meja Bar.

"Kenapa hyung? Memang biasanya aku tidak rajin?" sindir Baekhyun dan Lay tergelak.

"Anii! Kau adalah anak baik. Madam beruntung punya anak manis sepertimu Baek"

"Hyung aku tidak manis!" dan terjadi perdebatan kecil seperti biasa.

Jarum jam terus berputar seiring dengan pelanggan yang semakin berdatangan. Wajar saja. Sekarang malam minggu dan suasana Bar semakin meriah dengan DJ yang tidak henti-hentinya memutar musik ber-beat membuat riuh lautan manusia di lantai dansa.

"Silahkan. Mau pesan apa, Tuan?" ucap Baekhyun ramah pada pria berusia sekitar empat puluh tahun lebih di hadapannya.

"Hey. Kau manis sekali. Apa kau gay?" tanya si pria tua tidak tahu malu.

Baekhyun mengangkat sebelah alisnya. "Maaf Tuan?"

"Ku tanya apa kau gay? Kau mau menghabiskan one night stand bersamaku? Kau terlihat manis untuk ukuran pria muda"

'What the….?'

Baekhyun sebenarnya sudah terbiasa dengan pelanggan yang suka berbicara ngaco ketika sudah mabuk, depresi berat, atau bahkan semesum pria di depannya. Tapi Baekhyun berusaha bersikap sopan jika masih di batas aman. Selama dia berdiri di balik meja Bar ini dia masih terlindungi. Begitulah prinsipnya selama bekerja di klub ibunya.

"Maaf Tuan. Aku tidak menjual diriku" sinis Baekhyun. Tapi pria tua itu tidak menyerah.

"Yang benar saja! Ayolah… Kau manis sekali! Akan kuberikan bayaran mahal!" sahutnya karena suara musik semakin kencang. Baekhyun bergidik ketika pria itu berdiri mencoba menggapai Baekhyun lewat meja Bar.

"Hentikan! Atau kupanggil polisi!"

"Untuk apa? Karena berusaha menggodamu? Hah, yang benar saja! Kalau tahu begitu kenapa kau malah bekerja disini!?"

"Tapi aku bukan pelacur murahan seperti yang kau kira Tuan!"

"Dasar banyak omong! Sudah ikutlah denganku!" bentaknya. Sepertinya pria ini benar-benar mabuk. Tangannya menggapai-gapai tubuh Baekhyun yang semakin menghimpit kebotol-botol di belakangnya.

GREB!

"Maaf. Ada perlu apa dengan dia?"ketus pemuda dengan jaket kulit berwarna hitam sambil memegang kerah belakang pria tua itu. Pria itu hanya mendecih dengan muka memerah. Lalu ambruk ketika Chanyeol menonjok pipinya.

"Dasar bodoh"

"Sedang apa kau disini?" ucapan ketus kali ini keluar dari bibir Baekhyun.

Chanyeol berjalan memutar kearah Baekhyun. Sedangkan Baekhyun memberikan gerakan waspada dengan cara mundur berkali-kali. Tidak lama kemudian Lay keluar dari toilet.

"Loh, Baeby kenapa di situ?" tanya Lay pada Baekhyun yang sudah berdiri di sudut meja Bar. Lalu Chanyeol datang dan hal itu menjelaskan semuanya.

"Hyung. Aku pinjam 'Baeby' dulu sebentar" ujar Chanyeol dengan senyum dan penekanan pada kata Baeby.

"YAK! MANIAK TINJU LEPASKAN TANGANKU!" jerit Baekhyun tapi di hiraukan oleh Chanyeol yang terus menyeretnya keluar meja Bar.

"Ckckck.. Ada-ada saja anak jaman sekarang" ujar Lay heran.

.

.

.

BRAK!

"Lepassss!"

"Tidak!"

"Lepaskan aku! Atau aku akan berteriak!"

"Silahkan saja kalau menurutmu mereka akan menoleh pada kita" desis Chanyeol di depan wajah Baekhyun yang sudah memerah menahan amarah dan (ehem) tentu saja detakan jantungnya. Karena Park Chanyeol telah menyudutkan tubuhnya di lorong klub.

"Chanyeol hentikan… kenapa kau selalu begini? Lepaskan aku Yeol…" lirih Baekhyun dengan wajah memerah. Hasrat Chanyeol malah semakin naik untuk segera memangsa Baekhyun. Tapi dia sadar kalau namja mungil ini pasti akan langsung mengamuk dan Chanyeol bukan siapa-siapa Baekhyun.

"Aku hanya ingin bertanya"

"Tapi tidak dengan kondisi menghimpit seperti ini"

"Kau hanya beralasan agar bisa kabur dariku lagi bukankah begitu hem?"

Baekhyun skak mat. Akhirnya dia menghela nafas dan pasrah. Kepalanya menunduk lalu terangkat dengan wajah malas. Berkebalikan dengan suara gemuruh jantungnya.

"Apa yang ingin kau tanyakan?"

"Tidak ada yang berubah. Hanya itu" ucap Chanyeol dan mengarahkan pandangannya pada leher Baekhyun.

Namja itu hanya terkekeh miris. Chanyeol benar-benar melupakan perbuatan bejatnya. Apa dia begitu bodoh tidak ingat kalau itu hasil karyanya sendiri?

"Jawab aku Baek.." pinta Chanyeol sedikit lembut.

Baekhyun terdiam. Memandang Chanyeol tidak yakin. Hatinya terasa nyeri. Memang apa yang akan dilakukan Chanyeol jika dia tahu kebenarannya? Menghabisinya lagi? Atau bahkan melecehkannya lagi? Sekarang Baekhyun hanya bisa berpikir buruk pada Chanyeol meski dadanya sendiri merasa sesak entah karena apa.

"Baek. Jangan menangis" pinta Chanyeol ketika melihat Baekhyun menangis kembali.

"Aku lelah.. Sudahlah Yeol. Terserah kau mau menghabisi aku atau apa.. Aku tidak peduli lagi. Kumohon lepaskan aku. Aku minta maaf waktu itu menyirammu sungguh.. Sekarang lepaskan aku.." penuturan Baekhyun membuat Chanyeol heran.

"Kenapa kau malah mengatakan hal itu? Aku hanya ingin tahu kissmark itu dari siapa? Apa benar Oh Sehun yang melakukannya?"

Baekhyun menggeleng lemah. "Kau tidak ingat?" alis Chanyeol berkerut mendengar ucapan pemuda yang lebih pendek darinya.

"Ingat apa?"

"Sudahlah.. lepas!" pekik Baekhyun lagi.

"Jawab pertanyaanku dulu Baek!"

"Tidak!"

"Byun Baekhyun!"

"Yak! Park Chanyeol kenapa kau begitu bodoh?! Ini semua perbuatanmu saat kau demam! Apa kau puas sekarang?!" jerit Baekhyun kalap dengan air mata berurai.

Mata Chanyeol membulat. Sedangkan Baekhyun sudah menutup kedua matanya. Bersiap menerima pukulan atau bahkan tamparan Chanyeol karena telah mengatakan hal yang tidak-tidak dengan menuduh Chanyeol atau semacamnya. Tapi demi Tuhan! Chanyeol kau lah pelakunya.

"Jadi.. Kau berbohong soal Sehun sebagai pacarmu?" tanya Chanyeol lagi.

Baekhyun hanya diam dalam isakkannya. Sudah jelas jawabannya adalah iya. Apa lagi yang kau harapkan Park Chanyeol?

Chanyeol menarik paksa tangan Baekhyun yang menutupi wajahnya. Dengan gerakan cepat ketika wajah basah Baekhyun terlihat pemuda jangkung itu memiringkan kepalanya dan mencium bibir Baekhyun untuk kesekian kalinya.

Baekhyun yang kaget mulai memberontak. Tapi usahanya nihil. Entah kenapa Chanyeol sangat kuat saat ini. Bibir Chanyeol terus melumat bibir Baekhyun tanpa ampun. Menimbulkan efek yang cukup menyakitkan ketika kepala Baekhyun membentur dinding dibelakangnya.

"Yeol… emmhh" belum sempat Baekhyun berucap lagi bibir Chanyeol sudah kembali melumat bibir Baekhyun dalam pagutan yang cukup panas.

Chanyeol terus memiringkan kepalanya kekanan dan kekiri mencari posisi nyaman karena rasa dari bibir mungil Baekhyun begitu manis dan memabukkan. Belum lagi hatinya terasa sangat lepas ketika dia tahu bahwa kissmark itu adalah hasilnya. Berarti Baekhyun sudah menjadi miliknya secara tidak langsung.

Baekhyun terbuai dalam ciuman Chanyeol. Tangannya perlahan melingkar di leher Chanyeol. Menekan kepala belakang pemuda itu sambil sesekali menyisir surai coklat gelap itu dengan gerakan lambat. Entah kenapa Baekhyun rasa ini salah. Tapi dia tidak bisa berhenti seperti halnya Chanyeol. Mereka sudah masuk terlalu jauh dalam dunia mereka sendiri.

Kepala Baekhyun terasa penuh dengan Chanyeol ketika pemuda menghisap lembut bibir bawahnya. Mereka saling menghisap perpotongan mulut masing-masing dan menimbulkan efek getaran hati yang cukup besar. Suasana menjadi sangat panas dan Baekhyun mulai kehabisan oksigen. Maka dia mendorong pelan dada Chanyeol dengan satu tangannya.

"Hahh… hahh.. Apa yang kauhh.. laku…khan… Park Babo…hh" desah Baekhyun ketika ciuman mereka terlepas dan kening mereka bertemu.

Chanyeol membuka sedikit matanya sementara mata Baekhyun tetap terpejam. Merasakan sensasi yang baru pertama kali dia alami ketika berciuman seperti ini. Apalagi dengan orang yang sudah merusak otak dan hatinya sehingga tidak bisa berfikir dengan jernih.

Chanyeol tersenyum tampan tanpa melepaskan kening mereka. Hidung Chanyeol kembali bergesekan dengan hidung bangir Baekhyun sehingga nafas mereka bisa terasa begitu dekat dan hangat.

"Kurasa aku menyukai panggilan baruku darimu, Baek" bisik Chanyeol didepan bibir Baekhyun. Sekali lagi, belum sempat Baekhyun bertanya apa maksud dari perkataan Chanyeol. Bibir Baekhyun kembali di lumat dengan gerakan cepat.

"Emhh…" erang Baekhyun nikmat. Perasaannya melambung jauh hanya dengan ciuman Chanyeol yang terkesan lambat dan menggairahkan.

Chanyeol berusaha memasukkan lidahnya. Namun Baekhyun tidak kunjung membuka mulutnya. Akhirnya bibir manis itu dia gigit perlahan.

"Ahh….." tanpa perlu pikir dua kali lidah Chanyeol masuk kedalam gua hangat Baekhyun. Mereka saling memagut lidah. Berperang merasakan hangatnya daging tidak bertulang. Hal yang sangat asing bagi Baekhyun sebab dirinya pertama kali berciuman sampai seperti ini.

Tangan nakal Chanyeol perlahan turun ke bawah. Tubuh Baekhyun gemetar merasakan sentuhan sensual Chanyeol. Jemari itu berhenti tepat di junior Baekhyun. Chanyeol mengelus milik Baekhyun membuat Baekhyun melepas ciumannya dan berteriak kaget.

"Yak! Yeol… Ahhh…. Eughh…. Stophh it…" erang Baekhyun yang malah menarik kepala Chanyeol mendekat pada lehernya. Pemuda mungil itu terkejut dengan perlakuan Chanyeol yang tiba-tiba. Baekhyun belum pernah merasakan juniornya di sentuh oleh siapapun dan ini adalah hal baru lagi untuknya.

Chanyeol menghisap leher mulus Baekhyun. Sementara pemiliknya mengerang nikmat mendorong kepala Chanyeol lebih dalam pada setiap sentuhan di tubuh mungil itu.

Satu tanda tercetak dengan bunyi decakan bibir ketika Chanyeol melepaskan kulumannya di leher Baekhyun. Tidak lupa namja jangkung itu menjilat lembut bercak merah itu.

Chanyeol mengangkat wajahnya. Matanya bertemu mata sayu Baekhyun yang sudah sangat menaikkan libidonya. Baekhyun menutup mata. Menggelengkan kepala dengan nafas terengah.

"Yeol…." Desisnya.

Tuhan.. Wajah kesusahan Baekhyun sangatlah menggoda pria jangkung di hadapannya.

'Kau sangat cantik…seperti malaikat'

"Aku… menyukaimu Baek…" ucap si pemilik suara berat sambil menatap dalam satu sama lain. Baekhyun sedikit melebarkan matanya tidak percaya dengan ucapan Chanyeol.

Tapi tidak butuh waktu lama sampai akhirnya mata itu kembali terpejam ketika Chanyeol mulai mendekatkan wajahnya lagi. Dan bibir mereka kembali bertemu dalam lumatan sederhana. Pelan dan lembut. Tidak terburu-buru seperti tadi.

"Chanyeol?" satu suara familiar membuat kedua namja itu menoleh pada seseorang yang memanggil Ketua penguasa sekolah.

"Baek..hyun?" namja manis di depannya melongo tidak percaya oleh pria yang di rengkuh Chanyeol.

"Kalian—?!"

"KAI/LUHAN!" pekik Chanyeol dan Baekhyun memanggil dua orang yang berbeda dalam satu sahutan yang sama .

"Aku tidak menyangka ternyata akan seperti ini" ujar Kai menggelengkan kepalanya sambil duduk bersedekap.

"Kai, ini bukan hal buruk. Iya kan Kris?" tanya Luhan memiringkan kepalanya imut menatap pemuda cool yang berdiri di sampingnya.

"Aku tidak msalah. Hanya saja dia pasti sangat kesal karena terganggu" Kris tersenyum miring bersandar di sofa yang di duduki Luhan dengan gaya sama seperti Kai.

"ARRGGGHHH! KENAPA HAL INI TERJADI LAGI?! APA KALIAN SUDAH TIDAK NORMAL?!" tiba-tiba seruan nyalak Kim Jongdae membuat seluruh pria di rumah utama keluarga Park menoleh.

"Cih, itu hanya karena kau iri saja kan Chen?" cibir Kai. Jongdae atau Chen melotot horror pada Kai. Lalu menghembuskan nafas dengan tawa di buat-buat.

"Yang benar saja! Aku tidak gay!"

"Lalu masalahmu apa?" sinis Kai.

"Hah! Sudah kuduga kau juga ternyata sejenis seperti mereka Kai. Kalau begitu, selama ini kenapa kau malah bermain-main dengan gadis malam seperti yang kulakukan?"

"Ya! Itu hak-ku! Kau pikir kehidupan ini kau yang mengatur?! Memang kau Tuhan ha?!"

"Cih, tentu saja mengelak adalah hal terbaik Kim Jongin. Akui saja kau mulai tertarik dengan mantannya Chanyeol! Iya kan?" ejek Chen ikut bersedekap dengan tatapan sengit.

Kai hanya terdiam menatap Chen tajam. Emosinya tersulut dengan cepat. Padahal Kai bukan tipe temperamental meski dia juga suka berantem layaknya berandalan labil seperti Chanyeol.

"Kau.. Tutup mulutmu Kim Jongdae!"

"Ya! Kenapa kalian malah bertengkar?" sahut Luhan yang membuat perang dingin itu terendam.

"Chen, jangan berkata seperti itu. Lagipula yang punya perasaan bukan kau melainkan Kai" papar Luhan dan di jawab dengan dengusan dari si pemuda berpipi tirus. Sedangkan Kai melotot tidak percaya pada ucapan Luhan.

"Yak Lu! Aku tidak menyukai mantan Chan—"

"Jadi? Apa kau sudah bercinta dengannya Yeol?" potong Chen tidak tahu malu. Entah kenapa pria ini sangat mudah berubah mood dan topik.

Chanyeol terduduk di salah satu sofa besar bagaikan raja yang memiliki singgasana. Dia hanya memejamkan mata dengan kepala bersandar lelah. Sebenarnya Chanyeol ingin mengumpat habis-habisan Luhan dan Kai yang datang merusak acaranya ehem-nya dengan Baekhyun. Padahal suasana sudah sangat mendukung untuk ketahap selanjutnya meski terkesan terburu-buru.

Mereka tidak tahu saja kalau amarah Tuan Park sedang di ubun-ubun saat ini. Tentu saja!

Ketika Luhan di beritahu Kai bahwa Chanyeol pergi ke klub lagi. Mau tidak mau Kai di paksa oleh Luhan untuk ikut menjemput Chanyeol karena akan ada pertemuan keluarga. Tapi setelah sampai di sana mereka berdua malah menemukan Chanyeol sedang berciuman panas dengan pemuda mungil yang Luhan baru tahu kalau itu adalah Baekhyun!

Sungguh kabar ini sangat mengejutkan untuk para penguasa sekolah yang sedang berkumpul menggantikan acara pertemuan keluarga besar Park. Namun senyuman manis tidak pernah hilang dari wajah imut Luhan. Sebenarnya Luhan senang Chanyeol sudah mau membuka hatinya pada orang lain. Pantas saja akhir-akhir ini Chanyeol berubah sedikit demi sedikit.

"Maaf kami mengganggumu tadi.." sesal Luhan dengan senyuman termanis di sofa depan Chanyeol.
Sementara tidak ada jawaban dari Tuan Park yang terus memijat pelipisnya. Frustasi karena tadi libidonya sudah hampir diambang batas dan diberhentikan dengan tidak memuaskan menurutnya.

Give love, give me some love

Give love, there's not enough love

I give the love that grows every day to him

But he doesn't accept

.

.

.

.

.

Cuaca pagi ini terlihat lebih cerah dari biasanya. Pemuda bersurai krem baru saja melangkahkan kakinya turun dari bus. Tidak berapa lama tangannya di rangkul manis oleh seseorang di sampingnya.

"Pagiii Baekhyuniiee!" Baekhyun tersenyum mengeratkan rangkulan namja di sebelahnya.

"Pagii Kyungiiee!" sapanya ceria.

"Seperti biasa kau selalu datang pagi"!

"Kau juga, Baek!"

"Tunggu! Kenapa kau malah di turunkan disini? Bukan di depan sekolah saja?"

"Ah, tadi kusuruh supirku menurunkanku segera. Aku ingin berjalan sebentar bersamamu, Baek" ucap Kyungsoo sambil tersenyum.

Baekhyun terkekeh. Lalu mengangguk. Baekhyun memang setiap harinya harus naik angkutan umum tidak seperti Kyungsoo yang selalu diantar supir pribadinya.

Ingat Baekhyun hanya anak sederhana yang bersekolah di tempat sangat elit dengan modal beasiswanya.

"KYAAAA OPPAAAA!" alaram pagi SM SHS mulai terdengar di halaman sekolah.

Para yeoja itu berjerit-jerit kesetanan ketika para penguasa sekolah telah sampai tempat parkir. Satu persatu dari mereka keluar dari kedua mobil sport. Yang tidak lain adalah satu milik Chanyeol bersama Luhan. Lalu satu lagi milik Kris dengan penumpang dadakan Kai dan Chen.

Mata tajam Chanyeol menangkap sosok si surai krem berbadan pendek di kerumunan para kaum hawa. Jantungnya berdebar ketika menatap Baekhyun. Sekilas pandangan mata mereka bertemu.

Tapi karena belum terlalu ramai Baekhyun menghiraukan pandangan cinta Chanyeol dan terus berjalan cuek. Masuk kedalam gedung utama bersama Kyungsoo di sebelahnya.

Chanyeol sempat menggeram heran. Kenapa Baekhyun terkesan dingin sekali padanya? Padahal tadi malam... Tadi malam mereka sudah saling memagut bibir satu sama lain dengan perasaan lepas dan penuh nafsu.
Oh! Bahkan Tuan Park yang terkenal paling ganas di SM SHS telah menyatakan perasaannya pada Byun Baekhyun si namja underdog sekolah! Apakah sekarang malah sebaliknya Baekhyun yang tidak sadar dengan ungkapan cinta Chanyeol?

Chanyeol hendak berjalan menghampiri Baekhyun yang sudah masuk dari tadi saat dia melamun. Tapi lengannya tertahan dengan oleh namja di belakangnya. Matanya menatap kesal si namja yang sudah dua kali merusak kesempatan mesranya bersama Baekhyun.

"Kenapa? Ada apa lagi?" sungutnya.

"Demi Tuhan, Yeol! Aku tahu kau ingin menemui si kecil itu. Tapi kali ini kalau kau kabur lagi aku benar-benar akan membunuhmu. Sebaiknya kita segera ke kelas dan mengerjakan laporan kelompok kita. Aku tidak mau menerima tambahan tugas sampah oleh si Choi Seonsangnim lagi!" umpat Kai panjang lebar.

Chanyeol mendengus. Sepertinya kegiatan untuk melepas rindunya. Menemui Baekhyun harus di tunda dulu untuk sementara.

Ya ampun Yeol Tingkahmu seperti Baekhyun sudah menerimamu saja menjadi namjachingu-nya. Baekhyun belum mengatakan apa-apa kan?

.

.

.

Sejak pagi entah kenapa para penguasa sekolah yang lain di kejutkan oleh sikap kurang waras Park Chanyeol. Hanya dengan di iming-imingi alasan bertemu Baekhyun setelah menyelesaikan laporan laknat itu Chanyeol nyatanya benar-benar serius mengerjakan tugasnya!

Ini sangat langka bagi Park Chanyeol yang tidak pernah mau mengerjakan tugas apapun. Atau bahkan sekedar duduk serius untuk suatu mata pelajaran. Tapi demi bertemu Baekhyun-nya rasa malas itu menguap entah kemana.

Pria jangkung ini bukan orang yang sabar menunggu. Waktu serasa habis terbunuh mengikuti pelajaran matematika Kim Seonsangnim. Chanyeol berdecak gusar. Matematika membuat otaknya sakit. Belum lagi dia sangat rindu ingin bertemu Baekhyun.

Jarum jam menunjuk kearah sembilan lewat sepuluh. Baru satu jam lebih dia masuk kelas dan ini pun pelajaran pertama. Chanyeol sudah kembali uring-uringan. Ingat! Chanyeol bukan orang yang suka di mengikuti peraturan.

Akhirnya badan pemuda itu berdiri dari kursinya. Kepalanya menunduk dengan aura menyeramkan yang menyeruak keluar di setiap sisi tubuhnya. Membuat semua siswa terdiam kaku menatap Ketua penguasa sekolah. Luhan yang duduk di meja samping Chanyeol saja bingung dengan sikap sepupunya.

"Ada apa Tuan Park?" tanya Kim Seonsangnim heran.

Chanyeol menggelengkan kepalanya.

"Seonsangnim. Kepalaku pusing. Aku ingin ke-UKS sekarang" dustanya acuh sambil berjalan santai melewati Kim Seonsangnim yang terdiam tanpa bisa berbuat apapun untuk menghalau Chanyeol.

Luhan hendak berdiri mencegah Chanyeol membolos. Tapi Kris di sebelahnya menahan Luhan.

"Biarkan dia bertemu Baekhyun. Sudah bagus tadi dia mau belajar meski hanya sejam. Itu salah satu perubahan besar untuk Chanyeol" papar Kris menatap pintu yang tertutup oleh Chanyeol.

Luhan mengangguk. Dalam hatinya dia sangat bersyukur Baekhyun sudah masuk kedalam kehidupan Chanyeol. Bahkan hatinya..

.

.

.

BRAK!

Suasana kelas hening mencekam. Sosok tinggi itu berdiri angkuh dengan ekspresi datar menatap semua murid satu persatu. Sang guru lanjut usia yang sedang menjelaskan pun terdiam tidak berani memarahinya. Guru tua itu hanya bertanya apa yang si pria lakukan disini saat jam pelajaran?

Badannya membungkuk tidak niat. Lalu kaki jenjangnya berjalan menghampiri seseorang yang masih sibuk dengan soal yang baru saja di bahas. Sehun yang duduk disebelahnya hanya terdiam kaku tidak mau buka mulut karena terlalu kaget. Tanpa sadar tangan si mungil tertarik dan kepalanya mendongak.

"Eh, apa yang—Hyaa! Park Chanyeol mau apa kau?!" sahut Baekhyun kaget tiba-tiba di paksa berdiri oleh pria jangkung di hadapannya.

"Yakk! Chanyeol! Lepaskan aku! Kau tidak lihat kami sedang belajar?" bisik Baekhyun cukup keras. Namun Chanyeol tidak mengindahkan perkataannya dan terus menarik Baekhyun keluar dengan ekspresi datar tanpa meminta izin pada guru yang mengajar.

"Lee Seonsangnim! Kumohon tolong akuuu! KYAAAA!" jerit Baekhyun sampai akhirnya kedua makhluk itu tidak terlihat lagi ketika pintu di tutup. Menyisakan lengkingan memekik Byun Baekhyun yang masih memohon minta tolong menggema di lorong kelas.

"Baiklah sekarang kita lanjutkan. Tadi sampai mana kita?" tanya Lee Seonsangnim membetulkan letak kacatama tuanya. Bertingkah seperti tidak terjadi apa-apa ketika muridnya hilang satu di ambil oleh si Ketua penguasa sekolah.

.

.

.

.

"Chanyeol-ah! Kau benar-benar keterlaluan! Kita mau kemana? Hey ini masih jam pelajaran! Turunkan aku!" suara nyaring terus terdengar di dalam mobil sport Chanyeol.

Pemuda itu tetap diam. Pandangannya terfokus pada jalanan di depannya. Dia tetap membiarkan si mulut cerewet mengoceh tidak jelas di selingi umpatan-umpatan yang sudah biasa akhinya bagi Chanyeol sendiri.

"Hahhhhhh…." desahan panjang itu menandakan Baekhyun menyerah.

Chanyeol tersenyum miring. Wajahnya sangat tampan dengan gaya rambut tanpa poni yang mengekspos dahi seksinya. Jemari panjangnya mengetuk-ngetuk stir mobil sambil menimang-nimang tempat apa yang seharusnya mereka datangi.

"Sudah selesai?" godanya pada Baekhyun yang jengkel setengah mati.

"Ternyata kau cepat sekali menyerah" cibirnya merasa menang. Baekhyun menghembuskan nafas kasar. Melipat tangannya di depan dada. Tidak ada gunanya berteriak lagi sampai pita suaranya putus. Park Chanyeol tidak akan melepaskannya dengan mudah.

"Kita akan ke Lotte Park" ucapnya. Sukses membuat mata Baekhyun membulat dengan mulut terbuka.

Hampir sejam mereka terus berdebat. Chanyeol yang pusing akhinya mengalah. Dia memberhentikan mesin mobil di pinggir jalanan yang cukup ramai. Baekhyun segera mencabut seatbelt-nya. Membuka pintu dan berjalan cepat menjauhi mobil Chanyeol.

"Baekhyun-ah" tangan si kecil ini tertangkap kembali oleh Chanyeol.

Pundaknya di balik dengan sedikit paksaan. Menampakkan raut malas seorang Byun Baekhyun pada pria di hadapannya.

"Oke kita tidak ke Lotte Park. Sekarang terserah kau mau pergi kemana aku yang akan mengemudi" ujar Chanyeol dan Baekhyun terdiam.

"Sekolah" sudah pasti jawaban itu yang akan keluar dari si murid ber-beasiswa.

Chanyeol menggeleng. "Big NO! Dengar. Aku sudah bosan dengan pelajaran konyol tidak bermutu. Sekarang aku ingin mengajakmu pergi. Jadi sebutkan tempatnya dan aku yang akan mengemudi"

"Ayolah Yeol…. Kita harus sekolah" pinta Baekhyun dengan nada memelas. Tapi Chanyeol tetap menggeleng kuat.

"Aku tidak ingin sekolah"

"Tapi kita sudah kelas tiga Yeol! Seriuslah! Aku juga tidak bisa seenaknya membolos dengan beasiswa yang kudapatkan"

"Bukan masalah Baek. Ingat sekolah itu milikku. Terserah aku ingin melakukan apapun. Aku punya kuasa di sana dan beasiswamu tidak akan dicabut dengan semudah itu hanya kerena membolos sekali" papar Chanyeol berusaha meyakinkan Baekhyun.

Benar juga. Sekarang Baekhyun berstatus di sukai salah satu penguasa sekolah (ehem). Dan dia tidak perlu takut akan segala perasaan cemas yang mengusiknya. Namun bukan berarti Baekhyun bisa seenak jidatnya seperti Chanyeol. Baekhyun juga masih punya otak.

"Hari ini saja. Ayolah Baek.." pinta Chanyeol memegang tangan Baekhyun.

Namja mungil itu hanya bisa memberenggut kesal memajukkan bibirnya. Sebenarnya jantungnya sudah berdegup tidak karuan. Apalagi mengingat kejadian tolol kemarin. Kenapa dia bisa begitu terbuai dengan sentuhan tangan Chanyeol. Termasuk pada area Arrghh! Baekhyun bisa gila mengingatnya.

Jujur Chanyeol tidak kuat ingin segera mencium bibir merah muda itu dengan rakus melihat Baekhyun masih mem-poutkan bibirnya. Jika saja dia ingat bahwa ini di pinggir jalan dan suasana cukup ramai.

"Aku lapar" cicit Baekhyun merona dan mata Chanyeol melebar.

Demi Tuhan, Chanyeol ingin mencubit pipi Baekhyun sekarang! Tingkahnya sangat menggemaskan hanya menyebutkan kata lapar! Baekhyun seperti anak polos minta di belikan permen. Kenapa makhluk ini begitu manis?

"Lapar?" ulang Chanyeol menahan tawa.

Baekhyun mengangguk. Wajar saja pemuda ini mengatakan dia lapar. Sejak masuk mobil dia berkoar-koar tidak jelas dan pasti energi perutnya terkuras habis.

"Kajja. Kita makan di tempat yang ku kenal. Kau pasti suka" kekeh Chanyeol tanpa di ketahui Baekhyun. Mengandeng tangannya menuju mobilnya kembali.

.

.

.

.

"Chanyeol! Tempat ini mahal sekali babo! Kau salah pilih tempat. Ini bukan kantongnya anak sekolah menengah seperti kita" bisik Baekhyun di belakang Chanyeol ketika mereka memasuki sebuah restoran di daerah Cheondamdong. Dilihat dari tempatnya. Restoran ini sangat mewah dan berkelas. Pasti makanannya juga sangat mahal.

"Kau diam saja. Jangan berisik" ucap Chanyeol datar. Baekhyun balas mencibir tanpa suara menggerak-gerakkan mulutnya aneh. Tidak berapa lama pelayan sudah mengantarkan mereka pada kursi kosong.

Chanyeol terdiam. Sepertinya dia tidak suka dengan tempat yang di sediakan oleh di pelayan. Sedangkan Baekhyun terus mengekori gerak-gerik Chanyeol.

"Aku mau yang dekat dengan perapian. Bukankah menurutmu bagus?" ucapnya pada sang pelayan lalu bertanya pada Baekhyun.

"Kenapa disana?"

"Aku tahu cuaca sedang menipis dan aku tidak mau kau kedinginan" katanya tetap datar tapi sukses memberi efek semburat merah di pipi Baekhyun.

"Maaf Tuan. Tapi meja di sana sudah di pesan oleh seorang kolega yang hendak mengadakan rapat" jelas sang pelayan.

"Aku maunya disana. Apa tidak bisa di pindahkan kemeja ini?" Chanyeol menunjuk meja yang tadi disuguhkan. Pelayan itu terlihat ragu lalu menggeleng.

Salah besar. Tidak ada kata tidak untuk setiap permintaan Chanyeol. Namja keras kepala seperti dia tidak ada yang boleh menentangnya. Bahkan pelayan rendahan sekalipun. Semoga saja Chanyeol tidak mematahkan lehernya.

"Hahh.. Masa begitu saja tidak bisa?!"

"Tapi Tuan.. Kalau di pakai sekarang kami tidak akan bisa membuat kontrak kerja sama dengan kolega kami"

"Yeol.. Sudahlah. Kita pergi saja yuk. Lagipula kita bisa makan ditempat lain" lirih Baekhyun menarik lengan seragam Chanyeol yang sudah emosi dengan menambahkan kata 'tempat yang lebih murah tentunya' dalam hati.

"Aku tidak peduli"

"Sebaiknya anda pakai yang ini saja, Tuan. Kami akan memberikan pelayanan terbaik.." saran si pelayan takut-takut.

"Ya! Kau berani menentangku?!" bentak Chanyeol dengan tatapan tajam.

"Aku mau meja di dekat perapian sana! Apa sangat susah memenuhi perintah atasanmu sendiri? Kau mau dipecat hah?!" gertakan Chanyeol mengalihkan pengunjung di sana yang menoleh pada sumber keributan.

Baekhyun terkejut. Atasan? Jadi ini restoran Chanyeol? Baekhyun sempat terpesona menatap sekeliling interior restoran. Sungguh! Keluarga Chanyeol hebat sekali punya tempat semahal ini.

"Kau dipecat. Kerjaanmu tidak becus! Mana yang lebih penting? Kolega ayahku atau pekerjaanmu?" sinis Chanyeol. Pelayan itu hanya menunduk dalam tidak bisa menjawab dan Baekhyun merasa iba.

Baekhyun memutar otak. Lalu.. "Yak! Park Chanyeol! Tidak bisakah kau tidak menindas orang barang sehari saja? Aku tidak suka di dekat perapian. Lebih baik di dekat jendela ini bisa lihat pemandangan. Lihat! Jalanannya masih ramai Yeol!" sahut Baekhyun girang layak bocah sekolah dasar.

Chanyeol mendesah. Dia tahu Baekhyun sedang mengalihkan perhatiannya. Melihat namja mungil itu pura-pura antusias dengan meja yang di sugukan mau tidak mau Chanyeol terpaksa memilih meja ini untuk Baekhyun.

"Pergilah! Bawakan menu untuk kami!" titahnya angkuh. Pelayan itu mengangguk patuh.

"Tunggu!" cegah Baekhyun dan pelayan itu berhenti berjalan.

"Yeol. Tarik ucapanmu kembali dan minta maaf padanya!" tegas Baekhyun. Sekarang malah gantian Chanyeol yang di perintah. Mata Chanyeol melotot kesal.

Tidak ada yang berani memerintah Chanyeol. Dan Tuan Park tentu tidak akan mau memenuhi ucapan Baekhyun. Memang siapa dirinya berhak menyuruh Park Chanyeol?

Namun Baekhyun terus menunggu. Menunjuk pria bersurai coklat gelap sambil mengangkat kedua alisnya. Memaksa si pria jangkung untuk minta maaf meski dia tidak suka. Sebut saja Chanyeol bodoh. Tapi pesona Baekhyun meluluhkan semua syaraf kaku dirinya.

"Hahhh... Sial. Kau tidak akan kupecat!" acuh Chanyeol kesal.

"Lalu?" Baekhyun masih menunggu satu kalimat dari Chanyeol untuk pelayan yang telah dia maki-maki tadi.

"Aku... Ah, sial Baek apa aku harus mengatakannya?! Kau pasti bercanda!" bentak Chanyeol frustasi.

Baekhyun mengangguk sambil tersenyum manis. Chanyeol sungguh tidak kuasa dengan senyuman Baekhyun. Sekali lagi otaknya melemah. Benar-benar bodoh kau Yeol..

"Baiklah aku minta maaf! Puas?" ketusnya menahan amarah. Baekhyun tersenyum lalu membungkuk pada si pelayan yang balas membungkuk lebih dalam.

"Lega kan? Tidak ada salahnya meminta maaf pada seseorang Yeol. Berhentilah bersikap egois" papar Baekhyun lalu duduk manis di kursi yang telah di geser oleh Chanyeol.

'Aku egois demi dirimu babo!' rutuk Chanyeol dengan jantung yang berpacu cepat hampir ovedosis melihat senyuman manis Baekhyun.
.

.

.

.

Chanyeol membenamkan wajahnya dalam, pada meja kayu. Kepalanya berputar mengingat kesalahannya hari ini.. Oh, apa perlu di ingatkan semua kesalahanmu Yeol? Sudah pasti tidak akan terhitung mengingat kau memang si pembuat onar.

"Jangan tidur" perkataan tegas itu tidak menggubrisnya.

Kepalanya sama sekali tidak ingin terangkat. Dia lelah merendam marah. Chanyeol bukan tipe orang yang benar-benar suka di atur. Tapi demi si pendek ini. Sekali lagi! Demi si pendek ini, syaraf otaknya selalu melemah menuruti kemauan Baekhyun.

Satu kata untukmu, Yeol. Bodoh!

Niat Chanyeol ingin pergi ke Lotte Park tadi sudah sirna karena rengekan bising Baekhyun. Lalu si kecil ini minta makan tanpa ada acara romantis layaknya sepasang kekasih. Hey, memang kalian sudah resmi terikat? Baekhyun masih belum berkata apa-apa bukan?

Kemudian sekarang? Tebaklah Chanyeol berada dimana bersama namja mungil ini. Salah satu tempat paling tidak romantis dalam list kencannya seumur hidup.

Perpustakaan kota.

"Rrrgghhh" geraman tertahan itu menolehkan kepala Baekhyun. Tapi dia lebih tertarik pada buku penuh rumus matematika. Sedangkan buku di depan Chanyeol terbuka terabaikan.

"Yeol. Ini bukan tempat untuk tidur. Ayo belajar!" titah Baekhyun pelan. Karena ini perpustakaan. Tentu saja dilarang berteriak nyaring seperti kebiasaannya.

Chanyeol mengangkat wajahnya. "Demi Tuhan, Baek! Kenapa kita mesti kesini?! Kau tidak tahu aku sedang mengajakmu kencan? Apa kau pura-pura bodoh?!" bisik Chanyeol cukup keras.

Baekhyun terdiam mengatupkan bibirnya rapat memandang kearah lain. Sebenarnya Baekhyun tahu. Mengingat Chanyeol pasti akan menemuinya meminta jawaban atas ungkapan perasaannya semalam. Dan bersyukurlah Tuan Park masih belum membahas hal itu. Baginya bersama Baekhyun dan melakukan hal romantis lebih baik daripada terburu-buru mengetahui perasaan Baekhyun yang sudah jelas dirinya pasti juga menyukai Chanyeol. Menurut prinsip kepedean seorang Chanyeol.

"Atau memang ini caramu untuk menghindar?" tebak Chanyeol dan lagi-lagi Baekhyun skak mat.

Chanyeol tersenyum tampan dengan satu tangan menopang wajahnya. Memandang kesamping kanan pada Baekhyun yang sok fokus pada rumus laknat di hadapannya.

"Aku tahu kau tidak secepat itu melupakan kejadian semalam" suara berat itu mulai terdengar rendah. Uhh, Chanyeol sungguh hebat dalam memainkan debaran jantung Baekhyun yang meletup bak kembang api. Semburat merah sudah mendominasi wajah manisnya.

"Diam Yeol. Tidak boleh berisik disini" cuek Baekhyun pelan.

Chanyeol terkekeh kecil. Menggeser kursinya mendekat pada Baekhyun. Sedangkan Baekhyun memasang wajah 'mau apa kau mendekat padaku?' dengan waspada.

"Ternyata kau hebat juga dalam berciuman Baek" ucap Chanyeol tidak tahu malu. Dan..

BLUSHH!

Wajah Baekhyun memerah total. Chanyeol tertarik melihat reaksi Baekhyun semakin gencar untuk menjahilinya.
Mata tajamnya tidak berhenti menatap sosok yang terlampau manis melebihi yeoja sekalipun. Dia tidak peduli Chen mengatainya gay. Sebelumnya Chanyeol memang sudah pernah terikat dengan namja lain. Chanyeol ingin melupakan masa lalunya. Memulai kembali dengan si kecil bersurai krem ini.

Pria itu merubah posisinya. Mengambil buku matematika tadi lalu mengangkatnya menutupi wajah mereka. Baekhyun tidak sadar dengan pergerakan pemuda itu. Dia terlalu terlarut kedalam degupan jantungnya. Sebenarnya dia sudah tidak fokus sejak Chanyeol memandangnya penuh siratan cinta. Tapi Baekhyun berusaha menahan diri untuk tidak meneriaki Chanyeol. Supaya dia menjauh mengingat jarak mereka sekarang terbilang sangat tidak normal.

Baekhyun bergidik geli ketika merasakan hembusan nafas Chanyeol di telinganya. Bibirnya digigit sekeras mungkin agar tidak menjerit kaget. Entah sejak kapan tangan Chanyeol telah melingkar di pinggang kecilnya.

Mata Baekhyun menatap sekitar. Untung saja pengunjung perpustakaan ini tidak begitu memperhatikan tingkah bodoh Chanyeol. Setidaknya Baekhyun masih bisa bernafas lega. Hmm, kurasa itu salah besar..

Chanyeol benar-benar tidak tahu tempat untuk bermesraan! Mulutnya mulai menggoda kuping Baekhyun. Mengulumnya pelan, menjilatnya, bahkan menghembuskan nafas berat di sana. Baekhyun tidak tahan untuk semakin menutup rapat mata dan mulutnya. Jika saja buku matematika Chanyeol tidak menghalau mereka wajah apel busuk Baekhyun pasti sudah terlihat.

"Yeol…" panggil Baekhyun kepayahan. Si pemilik nama hanya bergumam merespon.

"Hentikan" bisik Baekhyun memohon frustasi.

"Hmm? Tidak" balas Chanyeol yang semakin merapatkan rengkunghannya pada pinggang Baekhyun.

Tanpa sadar tangan Baekhyun niatnya ingin menghentikan Chanyeol. Tapi pria kecil itu salah fokus dan tidak sengaja malah memegang paha Chanyeol. Hal itu membuat si pemuda jangkung menggeram tertahan.

Sial, libido Chanyeol bisa-bisa naik lagi di tempat publik seperti ini. Kalau di klub kemarin wajar saja. Banyak yang bercumbu jadi tidak masalah. Tapi sekarang?

"Baekhyun. Kau mencoba menggodaku?" bisik Chanyeol.

"Apa? Tentu saja tidak! Aishh.. hentikan tindakanmu sekarang juga Park Babo!" Baekhyun marah. Namun lebih terdengar seperti rengekkan bayi bagi pria itu. Chanyeol menarik sudut bibirnya atau lebih tepatnya menyeringai licik.

"Apa? Kenapa kau malah tersenyum? Kau menyeramkan!"

Chanyeol lagi-lagi tidak membiarkan Baekhyun tahu bahwa bibirnya merindukan bibir manis Baekhyun. Tangannya menarik tengkuk Baekhyun mendekat. Sehingga kedua belah bibir mereka kembali bertemu. Hanya menempel singkat sampai akhirnya Chanyeol melepaskan ciuman mereka dengan kening yang menempel.

"Sudah kubilang aku sangat menyukai panggilan baruku darimu pendek.. hhh" desahnya memandang Baekhyun lekat.

Pipi Baekhyun kembali merona. Jantungnya berdegup cepat menatap wajah Chanyeol yang tersenyum manis untuk pertama kalinya. Sungguh! Chanyeol sangat tampan jika tersenyum. Lebih baik begitu dari pada menatap tajam orang-orang dengan mata bulatnya.

"Baek" panggil Chanyeol.

"Hem?" Baekhyun tidak bisa bicara saking gugupnya.

"Jadilah kekasihku"

Permintaan tulus tersebut menggemuruhkan hati Baekhyun sampai melambung jauh. Mata pemuda mungil itu membulat. Hatinya sangat lepas entah kenapa. Bagaikan beribu kupu-kupu keluar dari sangkarnya. Bagian perut Baekhyun juga terasa dikocok asal. Merasakan sensasi aneh ketika Chanyeol mengucapkan kata yang bahkan tidak pernah Baekhyun pikirkan dibenaknya.

Baekhyun terdiam. Chanyeol mengangkat wajahnya sehingga kening mereka terlepas. Menatap keraguan di wajah Baekhyun. Ada apa? Bukankah Baekhyun pasti akan menjawab 'Ya' tanpa embel-embel konyol? Apa yang Baekhyun pikirkan?

"Aku—"

BIIIPPP!

Bunyi ponsel bergetar mengalihkan perhatian Baekhyun. Dia merogoh saku celananya sementara Chanyeol memutar bola matanya malas dengan erangan kesal. Kenapa orang senang sekali merusak suasana romantisnya sih?

"Yeoboseo. Oh, Sehunnie" ucap Baekhyun membuat Chanyeol melotot.

"Yak—" sahutan Chanyeol terhenti ketika tangan Baekhyun terangkat menyuruhnya diam

"Apa? Benarkah? Terima kasih, Hun. Iya aku akan segera pulang. Annyeong~" dan sambungan pun terputus.

"Ada apa dengan bocah kacamata itu?" ketus Chanyeol. Baekhyun mendengus mendengar ejekan Chanyeol pada sahabatnya.

"Sehun bilang dia baru saja menghantarkan tasku kerumah. Hahh.. Ini semua salahmu bodoh. Eommaku pasti akan marah besar begitu tahu aku membolos. Ck!" umpat Baekhyun.

Chanyeol melirik jam tangannya. Sudah pukul empat sore. Sepertinya mereka menghabiskan waktu begitu banyak di perpustakaan. Atau tadi saat makan siang dan sempat berputar-putar ingin ke Lotte Park? Ah, yang jelas Chanyeol gagal lagi mendengar jawaban perasaan Baekhyun. Dan Sehun sudah masuk kedaftar list orang-orang yang akan Chanyeol habisi setelah Luhan dan Kai.

.

.

.

"Baekkie-ya! Siapa suruh kau tasmu pulang diantar Sehun? Memangnya kau tidak belajar di sekolah? Apa yang kau lakukan seharian ini? Kemana saja kau Baby? Kau membolos?"

Pertanyaan beruntun Ibu Baekhyun membuat namja itu semakin merasa bersalah. Baekhyun tidak pernah membolos seumur hidupnya. Dia menyesal. Ini semua gara-gara Park Chanyeol! Omeli dia Baek!

"Maaf Nyonya Byun. Ini semua salahku. Aku yang mengajak Baekhyun keluar tanpa memberitahu Nyonya" ucap Chanyeol terkesan begitu sopan sambi membungkuk dalam.

Baekhyun melongo melihat perlakuan santun Tuan Park pada ibunya. Tunggu sebentar! Apa benar ini Park Chanyeol si tiang listrik penguasa sekolah pembantai manusia yang tidak punya etika dalam kehidupan sosialnya?

"Aku tidak pernah melihatmu. Kau teman Baekhyun?" tanya sang ibu melembut. Wajah tampan Chanyeol telah meluluhkan hati Ibu Baekhyun. Dimana anaknya mendapatkan namja tinggi setampan ini?

"Perkenalkan namaku Park Chanyeol. Emm.. Sebenarnya aku kekasih Baekhyun, Nyonya Byun" ujar Chanyeol tersenyum manis lalu menggenggam tangan Baekhyun di sampingnya.

'What the…..?'

"Omo Baby-yaa! Pria tampan ini pacarmu? Kenapa kau tidak bilang eomma sayang?" pekik Ibu Baekhyun histeris. Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Sifat ekspresif Ibu Baekhyun mirip seperti anaknya.

"Eomma! Dia bukan paca—"

"Ayo masuk kedalam Chanyeol-ah. Kebetulan ibu baru memasak sup ayam kesukaan Baekhyun. Kau pasti lapar kan?" ajak sang ibu ceria, menarik lengan Chanyeol sementara anaknya teridam melongo tidak percaya. Baekhyun ditinggalkan diluar. Satu kesimpulan. Ibunya telah berkhianat padanya.

"Jadi Chanyeol-ah kau cucu pemilik sekolah SM SHS?" tanya sang ibu setelah mendengar penjelasan Chanyeol mengenai dirinya.

Chanyeol hanya tersenyum sambil mengunyah masakan Nyonya Byun. Matanya sekilas melirik Baekhyun yang menatapnya sengit. Kasih sayang ibunya sempat teralihkan pada Chanyeol. Ohh.. Baekhyun seperti anak kecil yang manja..

"Baekki. Kau belum menghabiskan sup-mu. Mau tambah?" merasa diperhatikan kembali Baekhyun mengangguk cepat sambil tersenyum dengan pipi menggembung.

"Ini. Makan yang banyak yah sayang biar kau bisa tinggi seperti Chanyeol"

'What?!'

"Ya! Eomma! Kenapa malah berkata begi—"

"Chanyeol-ah. Kau sangat tampan. Orang tuamu pasti sangat bangga punya anak sepertimu. Sangat manly. Tidak seperti Baekhyun ini. Padahal dia namja. Tapi wajahnya sangat manis seperti yeoja. Apa eomma salah melahirkannya?" tutur Ibu Baekhyun memuji Chanyeol habis-habisan dan langsung dibalas dengan ambekan Baekhyun.

Chanyeol tersenyum kecil menatap Baekhyun yang sangat harmonis dengan ibunya. Pikirannya tiba-tiba melambung jauh. Kembali ke masa lalu yang tidak ingin dia ingat. Memori menyakitkan itu menyentak kepala dan turun kehatinya.

Sakit.

Rasa sakit ini kembali lagi.

Hatinya nyeri. Nafasnya sesak. Persendiannya terasa ngilu mengingat satu momen yang sangat dia rindukan. Sekujur tubuhnya bergetar kecil. Menyedihkan.. Hanya karena hal itu Chanyeol langsung lemah sepeti ini.
Ketahuilah bahwa hal ini bukan sesuatu yang main-main untuknya. Kehidupan Chanyeol tidak sesempurna yang Ibu Baekhyun katakan tadi. Dia sudah pernah mengalami masa sulit. Terutama ketika ditinggalkan seseorang yang dicintainya sampai rasanya ingin mati.

"Sudahlah eomma. Sepertinya sudah malam dan Chanyeol harus pulang" papar Baekhyun tidak lupa menambahkan dalam hati 'sebelum ibuku semakin membulatkan niatnya untuk menukar Chanyeol menjadi anaknya. Huh dasar! Aku juga bisa manly lihat saja nanti!'

Baiklah. Tetap bermimpi dalam gumaman-mu Baek -_-

Chanyeol dan Baekhyun melangkahkan kakinya keluar pagar rumah sederhana keluarga Byun. Sementara ibu Baekhyun belum terlihat. Sepertinya tadi dia kedalam untuk mengambil sesuatu.

"Jangan iri Baek" kekeh Chanyeol mengusak kepala Baekhyun gemas.

"Aku tidak iri! Jangan ambil perhatian ibuku tiang listrik"

"Ibumu saja bisa mengatakan bahwa aku lebih manly darimu. Kenapa kau tidak menyadarinya?"

"Ya! Park Chanyeol kenapa kau sangat menyebalkan? "

"Chanyeol-ah" satu panggilan membuat kedua remaja itu menoleh. Ibu Baekhyun berlari kecil kearah Chanyeol dengan sesuatu di tangannya.

"Ini. Pakailah. Udara semakin dingin tiap hari" ucap Ibu Baekhyun yang mengalungkan syal hangat pada Chanyeol. Mata Chanyeol membulat.

"Buatan Baby asal kau tahu hehe. Dia suka merajut dan tidak ada salahnya memberikan padamu karena kau sekarang resmi jadi anakku juga" celoteh Nyonya Byun yang semakin melantur.

Apa katanya tadi? Anaknya? Berarti Ibu Baekhyun merestui lebih dulu hubungan mereka bahkan sebelum Baekhyun mengatakan 'Ya' atas penyataan Chanyeol.

Chanyeol menoleh pada Baekhyun yang tersenyum tipis.

"Karena itu. Panggilah aku dengan sebutan eomma mulai sekarang. Jangan sungkan"

DEG!

Tubuh Chanyeol terdiam kaku. Hatinya mencelos akibat perbuatan terlampau lembut dari aura keibuan Nyonya Byun. Chanyeol merasa otaknya sakit. Jujur, dia tidak pernah mendengar kata itu lagi keluar dari bibir seseorang setelah sekian lama. Dan dia mengakui kalau dia merindukan hal itu sampai rasanya sangat sakit.

Pria jangkung itu tersenyum. Dadanya terasa hangat. Apalagi ketika Baekhyun menggenggam tangannya menyuruhnya untuk berjalan pulang. Chanyeol tersadar. Ternyata di dunia ini memang masih ada yang begitu memperhatikannya.

"Terima kasih, eomma. Aku pulang dulu" ucapnya pelan meninggalkan kediaman rumah Byun.

Mobil Chanyeol sengaja tidak terparkir di depan rumah Baekhyun. Ada portal besar yang tertutup menghalau sang mobil untuk masuk kedalam perumahan. Jadi mau tidak mau mereka harus berjalan sebentar menuju tempat mobil diparkirkan.

Hitung-hitung menghabiskan waktu bersama dengan Baekhyun. Tidak buruk juga mengingat tangan mereka bertautan sambil terus berjalan. Tapi suasana terlalu hening dan jarak menuju mobil masih lumayan jauh.

"Chanyeol-ah" panggil Baekhyun.

Chanyeol menoleh.

"Hem?"

"Kau kenapa?"

"Apanya?"

"Bukan 'apanya' kutanya kau kenapa?"

Chanyeol mengerutkan alisnya. Bingung. "Maksudmu?"

"Wajahmu tadi berubah" kata Baekhyun mendongak menatap mata Chanyeol.

"Tidak apa-apa"

"Bohong. Kau tidak pandai berbohong babo!" dan Chanyeol pun terkekeh.

"Kita baru dekat beberapa hari. Tapi kau berkata seolah sudah mengenalku lama? Jadi kau memang benar menyukaiku selama ini?"

"A—Aku tidak bicara begitu!"

"Lalu?"

"Aku hanya mengira… Jangan-jangan kau suka ibuku"

Loading...

.

.

.

"Bwahahahahaha!" gelak heboh itu terdengar menyeramkan. Tentu saja! Suara bariton itu tertawa seperti kesetanan tidak waras. Baekhyun bergidik ngeri dan melepaskan tautan tangan mereka ketika mobil Chanyeol sudah terlihat.

"Kenapa kau malah tertawa bodoh?!" sebetulnya ini langka. Karena baru kali ini Baekhyun melihat Chanyeol tertawa lepas dengan wajah bahagia.

"Aigoo. Kau lucu sekali—Ya! Kau mau kemana?" tubuh Chanyeol berputar ketika Baekhyun sudah berjalan berlawanan dengannya.

"Pulang tentu saja! Jangan keluyuran lagi babo! Sudah sana" usir Baekhyun dan hendak melangkah sebelum akhirnya Chanyeol mendekap erat tubuh mungil itu dari belakang.

"Chanyeol-ah! Cepatlah pulang. Udaranya dingin. Nanti kau sakit" titah Baekhyun namun Chanyeol hanya tersenyum mendengar Baekhyun secara tidak sadar mengkhawatirkannya.

"Baekhyun-ah" panggilnya. Baekhyun hanya bergumam.

"Gomawo"

Jantungnya berpacu cepat lagi. Chanyeol mengusap pelan surai Baekhyun yang lebih pendek darinya. Membalikkan tubuhnya lalu memeluk hangat tubuh si kecil.

"Untuk?" degupan jantung Chanyeol bisa dia dengar dengan jelas ketika telinganya mendekat pada dada bidang Chanyeol.

"Karena kau sudah membawa hatiku untuk menggantikannya. Kuharap kau tidak pernah pergi dariku" ucapnya. Baekhyun terdiam. Apa maksud dari perkataan pemuda itu? Baekhyun telah menggantikan siapa?

"Saranghae" dan satu kecupan manis mengiringi ungkapan cinta Park Chanyeol.

Chanyeol menangkupkan wajah chubby itu dan melumat sedikit bibirnya. Entah kenapa Baekhyun tidak menolak lagi. Tangannya menggenggam erat jaket pria itu. Nafas mereka memburu di udara yang dingin. Sehingga menimbulkan uap-uap hangat yang keluar dari mulut.

Baekhyun melepaskan ciuman mereka. Menatap sayu pada Chanyeol.

"Kurasa aku butuh penjelasan atas ucapanmu tadi" desahnya berusaha mengatur nafas.

.

.

.

.

Hening

.

.

.

Chanyeol hanya diam membisu. Memandang lekat kedalam bola mata Baekhyun. Cahaya lampu jalanan yang sepi menyinari wajahnya.

Manis.

Entah kenapa pria keci ini selalu dapat mengalihkan segala pikirannya.

Tapi, Chanyeol terlalu ragu untuk menjelaskan maksud dari perkataannya. Chanyeol sendiri juga bukan orang yang mudah terbuka. Selama ini yang mengetahui segala seluk beluk kehidupannya adalah keluarga Park. Tentu saja Luhan juga ikut ambil bagian.

"Chanyeol berhenti memandangku seperti itu" semburat merah menghiasi wajah si pendek. Kepalanya tertunduk tidak tahu kalau Chanyeol sedang tersenyum kecil padanya.

Sungguh menggemaskan.

"Baekhyun-ah. Kau merasa butuh penjelasan?" tanya si pemilik suara berat.

Baekhyun mendongak. Lalu mengangguk pelan. Sepertinya dia juga terlihat ragu.

"Kenapa?" tanya Chanyeol lagi

"Aku hanya ingin tahu saja? Tidak boleh?"

Chanyeol menggeleng pelan dengan wajah datar.

"Ya! Waeyo?" kesal Baekhyun dan memukul dada pria itu. Chanyeol terkekeh. Memeluk tubuh Baekhyun kembali padahal si pendek sudah meronta minta dilepaskan karena marah pertanyaannya tidak dijawab.

Akhirnya Baekhyun terdiam gugup ketika hembusan nafas hangat itu menyentuh kulit kepalanya. Udara semakin dingin. Namun Baekhyun merasa hangat dalam dekapan si tiang listrik. Hey, apa kau sudah mulai menyukai pria ini, Baek?

"Kalau begitu dengan satu syarat" ucap Chanyeol dan Baekhyun mendongak menatap polos padanya.

"Syarat apa itu?"

Chanyeol tersenyum jahil.

"Cium aku"

Hening (lagi)~

.

.

.

BUK!

"Akhh! Appo…. Yaa! Baekki-ah! Ini sakit sekali uhh…" ringis Chanyeol memegangi lututnya yang di tendang Baekhyun.

Baekhyun segera melepaskan diri dari dekapannya. Melangkah lebih cepat, menjauh dari si binatang buas yang sedang mengaduh kesakitan.

"Rasakan! Seenaknya saja kau minta cium! Hari ini kau sudah menciumku banyak tanpa minta izin dan itu sangaaat dilarang!" sahut Baekhyun penuh penekanan.

Chanyeol berdiri tegak sesekali meringis. Tangannya menggapai udara kosong menyuruh Baekhyun mendekat. "Ya! Kemari kau dasar pendek!"

"Shireo! Kau pasti akan memelukku lagi. Lebih baik aku pulang saja! Annyeong,Yeol! Hati-hati di jalan babo! Jangan keluyuran lagi eoh!" ucapnya sambil menjulurkan lidah dengan cemberut lalu melambai imut.

Chanyeol hanya balas tersenyum menggelengkan kepala lalu melambai pada Baekhyun yang sudah berlari kecil menuju arah rumah. Tidak berapa lama dia terdiam lagi. Memasukkan tangannya pada saku jaket. Sementara tangan kanannya memegang syal buatan Baekhyun namun pemberian Nyonya Byun.

"Hangat" ucapnya pelan.

.

.

.

.

Mobil sport berwarna merah melintas paling akhir di halaman sekolah. Semua tentu mengenal betul siapa si biang telat hari ini. Namun, ada satu hal yang membuat murid-murid terkejut. Termasuk para fans penguasa sekolah yaitu karena Chanyeol tidak sendirian.

Pria itu berlari membukakan pintu sebelah pengemudi. Nampaklah seorang namja bersurai krem dengan ransel manis menggantung di pundaknya. Kelihatannya yang manis bukan ranselnya. Melainkan perlakuan Chanyeol pada namja itu hingga membuat para fans berjerit iri.

"Kyaa! Chanyeol-ssi bersama seseorang!"

"Siapa dia?! Kenapa namja itu berani naik mobil Chanyeol? Hyaa! Tangannya di pegang oleh Chanyeol!"

"Ahhh… Aku iri sekaliii…!"

"Tunggu bukankah dia si namja pembuat masalah yang menyiram Chanyeol waktu itu?"

"APA?!"

Begitulah ocehan histeris para yeoja yang mengiringi senin pagi. Chanyeol masuk kedalam gedung sekolah tanpa memberikan salam sapa pada teman-teman sekelompoknya terlebih dahulu. Dia hanya melintas bersama Baekhyun yang di ekorinya bak induk ayam.

Luhan terkekeh manis. Kai melongo heran dengan Kris sedangkan Chen terlihat frustasi. Kemana harga diri Chanyeol sebagai 'pemimpin' penguasa sekolah yang terkenal paling sadis dan ganas? Perlakuan lembutnya pada Baekhyun bahkan dianggap tidak rasional pada setiap manusia yang melihat peristiwa itu.

Satu penjelasan.

Chanyeol berubah (dan itu hanya demi Baekhyun).

Ketika sampai di depan kelas 12-2 Baekhyun sempat berhenti. Dia merasa ada tiang listrik berjalan di belakangnya. Padahal Baekhyun sejak pagi sudah menolak mentah-mentah saat Chanyeol menjemput kerumahnya. Sebelum masuk gedung dia juga sempat mengeluh kalau pria jangkung itu dan dirinya terlalu menarik perhatian para murid SM SHS.

"Berhentilah mengikutiku!" sahut Baekhyun merenggut.

Chanyeol berhenti berjalan dengan kedua tangan di saku celananya. Ekspresinya datar seperti biasa. Kemudian berjalan kembali mengekori Baekhyun. Semua murid kelas Baekhyun terdiam kaku bahkan sampai menahan nafas ketika Chanyeol masuk.

"Pagi! Ba….ek…." Sehun yang niatnya menyapa Baekhyun dengan semangat (mengingat dia sudah sembuh) mengecilkan volume suaranya begitu melihat pria itu.

"Pagi, Hun!" tapi reaksi Baekhyun berbeda dengan Sehun. Seperti biasa penuh semangat membara. Namja berkacamata tebal meneguk ludah ketika melihat death glare Chanyeol di samping Baekhyun.

"Pagi Chanyeol-ssi" sapa Sehun dengan suara bergetar. Baekhyun menoleh. Ternyata Chanyeol masih mengikutinya dan kehadirannya membuat Sehun takut. Ini akan merepotkan nantinya.

"Balas sapaan-nya Yeol. Salam pagi seseorang itu harus disapa balik agar pagimu menyenangkan" nasihat Baekhyun ketika Chanyeol menarik kursi dan duduk disebelahnya.

Chanyeol tetap menatap tajam Sehun.

Yah.. kalian tahu lah mereka kan pernah berdebat sampai Sehun babak belur. Pemuda culun itu hanya menunduk tanpa mau melihat pria ganas di samping Baekhyun. Lagipula kenapa Baekhyun bisa membawa Chanyeol kekelasnya? Sepertinya Sehun belum tahu.

"Pagi" jawabnya singkat dan suara bariton itu menghasilkan senyuman di bibir Baekhyun. Lain halnya dengan Sehun yang melongo tidak percaya dengan sikap Chanyeol. Meski dia tetap dingin dan terkesan cuek tapi Chanyeol memang benar-benar telah berubah.

"Istirahat nanti tunggu aku. Oke?"

"Untuk apa?" Baekhyun merenggut menaikkan sebelah alisnya.

"Kenapa masih bertanya? Tentu saja makan siang, Baek" Chanyeol mulai duduk santai menyilangkan kakinya dengan tangan di belakang kepala. Sikapnya masa bodoh dengan tatapan heran murid kelas Baekhyun. Sementara si kecil sendiri sudah gusar melihat pandangan sinis menusuk dari beberapa fans nekat Chanyeol.

"Bagaimana?" tanya pria itu lagi lalu duduk tegap mengarah pada Baekhyun yang menunduk malu.

"Emm.. Akan kupikirkan" balas Baekhyun tanpa niat.

Tidak berapa lama bel berbunyi dan semua segera duduk di tempatnya masing-masing. Chanyeol menatap malas pada seorang murid di belakangnya yang menunggu si Ketua Park untuk bangkit dari kursinya. Pemuda ganas itu mendesah lalu berdiri tanpa perlu di beritahu lagi. Kim Seonsangnim pun sudah berada di ambang pintu menunggu Chanyeol keluar.

"Aku akan menjemputmu istirahat nanti. Belajarlah yang baik"kata Chanyeol sok benar layaknya anak baik-baik.

Baekhyun tetap berusaha terlihat cuek. "Hem"

Chanyeol tersenyum miring lalu mendekatkan wajahnya pada kepala Baekhyun. Menangkup kepala mungil itu dengan satu tangan. Menariknya mendekat dan menciumnya singkat.

"Bye bye" ujarnya. Meninggalkan Baekhyun dengan semburat merah juga tatapan terkejut teman-teman sekelasnya.

"Baekki" Sehun memanggil dan Baekhyun menoleh malu.

"Sepertinya kau berhutang satu penjelasan mengenai semua ini" kata Sehun serius sambil membetulkan letak kacamatanya.

.

.

Baekhyun sudah di kantin. Perutnya memang lapar dan minta di isi sejak tadi. Tapi rasa malunya lebih di prioritaskan kali ini.

Baginya ini adalah hal yang tidak pernah ia pikirkan sama sekali dalam kehidupan sekolah menengahnya. Duduk manis di sudut kantin bersama dengan para penguasa sekolah. Makan siang bersama anak-anak yang selalu menjadi pusat perhatian para yeoja maupun namja.

"Kau mau pesan apa Baekki?" tanya Chanyeol yang tangan panjangnya terulur manis di belakang tubuh Baekhyun.

"Emm... Aku tidak lapar" dustanya menunduk dalam.

"Hmm, kau sama sekali tidak pandai berbohong"

"Sungguh, Yeol. Aku bisa makan nanti" tolak Baekhyun dengan menambahkan 'setelah aku terbebas dari tatapan membunuh para yeoja itu' dalam hati.

Chanyeol menatap Baekhyun dengan tatapan datar namun begitu lekat seakan pandangannya hanyalah Baekhyun seorang. Menurutnya Baekhyun yang malu-malu begini sangat manis. Sementara para penguasa sekolah lainnya menatap pasangan baru (yang belum resmi) itu dengan ekspresi berbeda-beda. Tentu saja yang paling antusias adalah Luhan.

"Ya sudah aku pesankan saja. Kau bisa memilih nanti. Hey! Kau kemari!" teriak Chanyeol pada seorang siswa.

"Pesankan dua ramyun, cola, dan susu strawberry. Cepat!" titahnya angkuh.

Lelaki malang itu menurut patuh dan segera berlari meninggalkan meja para penguasa sekolah. Baekhyun menyikut perut Chanyeol cukup keras. Membuat empunya mengaduh kesakitan.

"Tidak bisakah kau jalan sendiri jika mau memesan makanan? Kau kan punya kaki!" amuk Baekhyun.

"Aku tidak mengenal 'apa-arti-memesan-sendiri' jadi jangan heran Baekki-ya" balas Chanyeol lalu mencubit gemas pipi Baekhyun dengan jemarinya.

"Yeah. Welcome to our world sweety" ucap Chen merentangkan tangan layaknya raja yang menyambut tamu baru.

Baekhyun hanya mendengus menanggapi ucapan mereka semua.

"Nantinya kau juga akan terbiasa. Kami memang seperti ini. Kau sendiri sebentar lagi pasti akan menikmatinya Baekhyun-ah" papar Kris dan Baekhyun hanya melongo.

Ohh, sungguh. Anak-anak orang kaya ini memang benar-benar suka berbuat seenak jidatnya. Mereka santai saja dari tadi menyuruh murid lain memesan makanan bak babu pribadi mereka. Dasar iblis!

"Baekhyun-ah. Kemana Oh Sehun? Dia tidak bersamamu?" tanya Luhan membuka suara.

"Ah, sepertinya dia sedang di perpustakaan"

"Hmm begitu" Luhan menganggukkan kepalanya dengan satu tangan menopang pipinya.

Kepalanya berputar. Sebenarnya sedari tadi dia ingin menanyakan keberadaan Sehun pada sahabatnya ini. Tapi dia takut Baekhyun merespon aneh-aneh makanya Luhan hanya diam saja menunggu waktu yang tepat. Ternyata Baekhyun tidak bertanya macam-macam. Malah dia terlihat sibuk dengan Chanyeol yang berusaha menyuapinya layak baby siter pada majikan kecilnya.

"Kenapa kau bertanya tentang si kacamata?" tanya Kai membuyarkan lamunan Luhan. Pria manis itu menggeleng dengan senyuman.

"Tidak apa-apa. Memangnya aku tidak boleh bertanya?"

"Bukan. Hanya saja.."

"Apa?"

"Bukan apa-apa. Lupakan saja" papar Kai.

"Yap! Kalau begitu aku ingin keperpustakaan sekarang!" seru Luhan dan mulai berdiri dari kursinya.

"Kau mau menemui dia, Lu?" sinis Kai menyelidik.

"Kenapa sekarang kau jadi mengurusi Luhan? Dia sudah besar. Terserah dia mau pergi kemana pun dia suka. Kau bukan ibunya Kim Jongin" penuturan Jongdae membuat Luhan dan Kris tertawa.

Kai hanya membuang muka menahan malu. Tanpa menjawab pertanyaan namja berkulit tan itu, Luhan segera berjalan menjauh sebelum akhirnya pamit pada BaekYeol yang masih berdebat kecil.

Tidak berapa lama Baekhyun menyerah dan memakan ramyun-nya. Tapi dengan syarat dia harus makan sendiri tanpa campur tangan si tiang listrik ini. Chanyeol pun tersenyum puas.

Selagi makan, mata Baekhyun menangkap sosok Kyungsoo yang berjalan masuk kedalam kantin sendirian. Baekhyun menyahutkan nama sahabatnya. Menyuruh Kyungsoo ikut bergabung tanpa rasa sungkan pada para penguasa sekolah. Kyungsoo yang menoleh sedikit terbelalak.

Kenapa sahabatnya bisa bersama para penguasa sekolah?

Kyungsoo terlihat ragu. Tapi akhirnya dia mendekat juga. Matanya terus memandang namja yang duduk di sebelah Chen. Kakinya melangkah pelan pada meja mereka.

Tiba-tiba Chen terkikik geli melihat reaksi kaku pada wajah Kai. "Tuhan! Ini akan menarik sekali!"

"Hai, Baekki" sapa Kyungsoo ramah.

"Hai! Kau sudah makan Kyung?" tanya Baekhyun dan Kyungsoo menggeleng.

"Belum. Aku baru mau memesan sesuatu" ucapnya tanpa mengalihkan pandangan pada orang yang sedari tadi memalingkan wajah ketika dia datang.

"Kalau begitu berdua saja makan denganku. Aku rasa aku tidak akan menghabiskan dua ramyun ini sekaligus. Palli bantu aku Kyungie!" rengek Baekhyun di ikuti tawa pria bermata bulat itu.

Baekhyun menarik lengan Kyungsoo untuk duduk di sebelahnya. Dia nyaris saja mendaratkan bokongnya pada kursi itu jika tangan seseorang dengan cepat menariknya kembali berdiri.

"Lebih baik ikut aku keluar. Cepat!" titah namja itu. Kyungsoo sempat heran namun akhirnya dia pun menurut. Baekhyun berteriak-teriak memanggil nama Kyungsoo dan namja yang baru saja merebut sahabatnya untuk membantu Baekhyun makan.

"Hahhhhh..." satu hembusan nafas panjang di keluarkan Kris. Sedangkan Chen terus saja tertawa seperti orang gila. Dia merasa sangat terhibur dengan kecangunggan yang telah terjadi meski si kecil yang baru bergabung ini tidak paham apa maksud tawa senang Kim Jongdae.

"Cepat habiskan ramyunmu" ucap Chanyeol membuka mulut yang sedari tadi tertutup rapat.

.

.

.

"Sakit... Kau mau membawaku kemana?"

Rintihan Kyungsoo membuat namja itu berhenti. Dia melepaskan cengkramannya pada tangan Kyungsoo. Lalu berbalik mengusap wajahnya kasar. Kelihatan namja itu terlihat sangat frustasi sekaligus menahan amarah.

"Kau itu bodoh?" sontak sebuah pertanyaan sinis terlontar dari bibir eksotis Kim Jongin.

Kyungsoo hanya diam dengan raut sendu.

"Hahh... Kalau kau tahu akan seperti ini nantinya lebih baik tadi kau menghindar saja. Kau tahu kan Chen akan semakin senang? Apalagi melihat reaksi wajahmu! Babo!" marah Kai panjang lebar. Tapi tidak sampai meninggikan suara. Pria ini sudah mengenal betul Kyungsoo sensitif akan bentakan.

"Aku tidak apa-apa kok" lirihnya pelan.

Kai menghela nafas berjalan sedikit di tempatnya. Kemudian menatap lekat Kyungsoo yang sedang menunduk. Entah kenapa dia sangat tidak suka melihat wajah muram pria bermata bulat ini.

"Sudahlah lupakan saja"

"Kai-ah..." panggil Kyungsoo ketika Kai hendak berjalan pergi. Kai berhenti tanpa menoleh kebelakang.

"Gomawo..." ucap Kyungsoo pelan.

Tubuh Kai berbalik. Mata mereka bertemu. Tatapan dingin Kai begitu menusuk pandangan Kyungsoo. Dia tahu bahwa Kai sangat mengkhawatirkannya. Namun Kyungsoo belum sadar. Bentuk perhatian Kai adalah karena dia menyimpan suatu perasaan khusus. Ingat waktu Kyungsoo di suruh memakai wig dan di permainkan? Saat itu Kai juga emosi dan tanpa sengaja tinju manisnya melayang pada wajah Young Jae.

"Sial" umpatnya kemudian berjalan cepat kearah Kyungsoo dan memeluknya erat.

Sepi.

Lorong taman belakang sekolah begitu sepi. Tapi sekarang tidak dengan isakkan kecil yang keluar dari bibir Kyungsoo. Memecah keheningan membuat hati Kim Jongin terasa sesak.

.

.

.

"Chanyeol tidak punya ibu! Hahahaha" suara bising itu terdengar beberapa kali di telinga Chanyeol kecil.

Kupingnya terasa pengang dengan beberapa anak berusia empat tahun yang berkerumun mengelilinginya. Berbagai pertanyaan, umpatan, bahkan ejekan sudah sering dia dengar di usia yang terbilang masih sangat muda. Tapi Chanyeol tidak pernah membalasnya. Karena semua yang mereka katakan memang benar.

"DIAM!" bentak Chanyeol menutup telinganya rapat. Kaki kecilnya melangkah menjauh dari kerumunan yang masih mentertawakannya.

Selalu seperti ini setiap harinya di taman kanak-kanak. Chanyeol di bully. Dikucilkan dan selalu di ganggu waktu bermainnya dengan anak-anak yang terbilang lebih rendah status sosial di bandingkan dirinya.

"Kami saja yang tidak punya rumah mewah punya keluarga bahagia. Makanya jangan jadi pangeran menyebalkan yang tinggal di kerajaan Chanyeol! Hahaha" ejek salah satu temannya yang bertubuh gendut.

Chanyeol tetap diam. Berjalan lebih jauh lagi sampai akhirnya duduk sendiri di bangku ayunan. Memandangi teman-temannya yang sedang asyik bermain bola berkumpul bersama-sama penuh kegembiraan.

Chanyeol bukan anak yang tidak supel. Dia hanya tidak di sukai karena fakta yang di katakan para temannya. Bagi mereka, keluarga utuh adalah hal terbaik. Lain halnya untuk Chanyeol yang selalu diantar pulang oleh supir dan butlernya.

"Tuan muda. Mari kita pulang" ajak Leeteuk, butler pribadi keluarga Park.

Chanyeol kecil menurut lalu meraih tangan Leeteuk. Berjalan bergandengan menuju mobil yang sudah terbuka pintunya oleh sang supir. Tidak berapa lama mobil berjalan. Bulir-bulir airmata jatuh di pipi chubby-nya.

Chanyeol kecil kembali menangis diam-diam. Dadanya terasa sesak. Tidak ada yang memeluknya dan mengatakan bahwa ejekan temannya itu hanya candaan biasa. Tidak ada. Hanya Leeteuk yang terus memandang Tuan Mudanya dengan tatapan pilu saat mengetahui kalau Chanyeol selalu menangis.

'Dimana ibuku?'

'Aku merindukan ibuku...'

'Kapan ibu akan memelukku lagi?'

Mata Chanyeol kecil terpejam. Lantunan pertanyaan itu tidak berhenti membayangi pikirannya. Umurnya baru empat tahun. Dan Chanyeol tidak pantas kesepian tanpa kasih sayang seorang ibu.

'Chanyeol-ah... Ibu menyayangimu. Jaga dirimu baik-baik, sayang'

"EOMMA!"

Chanyeol terbangun.

Keningnya berpeluh dengan beberapa cairan bening yang tidak sengaja keluar membasahi pipinya. Pria itu menghela nafas berat ketika mengambil posisi duduk. Mengusap keningnya perlahan sambil memejamkan mata. Jantungnya berdebar cepat akibat mimpinya di siang bolong.

"Sial... kenapa aku.. kembali mengingat hal bodoh itu lagi?" umpatnya dengan suara serak.

"Ughhh... sedikit lagiiii..." suara tertahan yang familiar membuyarkan lamunannya. Kepalanya menoleh heran pada sumber suara cempreng di belakangnya.

"Hahhh.. Coba tanganku lebih panjang! Aihhh…. Kenapa susah sekali!?" rengeknya sambil terus menjulurkan tangannya pada salah satu batang.

"Baekhyun?" panggil Chanyeol dan Baekhyun pun menoleh.

Dari atas pohon tentunya.

"Sedang apa kau disitu?"

"Justru aku yang ingin bertanya. Sedang apa kau disitu? Membolos siang hari seperti ini tidak baik tahu!" sungut Baekhyun cemberut.

"Ya! Tidak bisa lihat kondisimu sendiri? Kau bisa jatuh. Cepatlah turun!"

"Shireo! Ini lebih penting daripada nanti kena omel Choi Seonsangnim lagi"

Chanyeol mengikuti arah pandang Baekhyun. Tali sepatu berwarna putih itu menggantung manis pada batang pohon. Sedangkan sepatu kets Baekhyun bergelantungan dengan nyaman. Pemandangan itu sukses membuat mata Chanyeol melebar.

"Siapa yang melakukan hal ini padamu? Mereka mengerjaimu lagi?" tanya Chanyeol dan mulai bangkit dari tempatnya menghampiri Baekhyun.

"Molla…. Tahu-tahu aku dapat kertas di kolong meja kalau sepatuku ada disini. Padahal tadi aku cuma pergi keruang kesehatan sebentar untuk pemeriksaan. Tapi— akhinya malah begini" keluh Baekhyun memajukan bibirnya.

"Yasudah kau lebih baik turun. Biar aku yang ambilkan"

Baekhyun menggeleng. "Ini sudah setengah jalan Yeol. Tinggal sedikit lagi"

"Setengah jalan apanya? Buktinya tanganmu dari tadi tidak bisa menggapai tali itu. Kau ketakutan Baekki. Akui saja"

"Aku tidak bilang aku takut! Berhentilah mengangguku!"

"Ya! Kenapa kau keras kepala sekali?"

"Sudah jangan berisik Yeol. Aku pasti bisa mengambilnya!" tegas Baekhyun dengan suara tertahan memajukan lagi tubuhnya pada dahan batang yang lebih tipis.

Chanyeol menghela nafas berat. Kenapa Baekhyun benar-benar keras kepala? Bahkan dia sendiri tidak terlihat yakin melihat usaha getol pria mungil itu. Oh, lalu jangan lupa ingatkan Ketua Park pada seseorang yang menjahili namja-nya (yang belum resmi) saat ini. Ketika bertemu orang itu tulangnya akan remuk total.

"Tapi kau bisa jatuh! Kalau dahannya patah bagaimana?!"

"Jadi kau pikir aku gendut begitu?!" sungut Baekhyun yang emosi ketika perkataan Chanyeol mengarah pada beratnya.

Pria itu bersedekap sambil menyeringai tampan.

"Sebelumnya pernah kurasakan saat di lorong bar. Kau tau? Aku sedikit mengangkatmu saat kita melakukan sesi ciuman panas itu dan kau mendesah sangat seksi—"

"—HYAAA! LUPAKAN UCAPAN BODOHMU ITU! HENTIKAAAN!" histeris si mungil menutup matanya dan telinganya sambil bergerak-gerak heboh.

Chanyeol akhirnya tertawa puas bisa menggoda Baekhyun.

Karena pria kecil ini tidak bisa diam. Terdengar suara 'KREK' dari sang dahan yang menandakan kalau suara Baekhyun terlalu nyaring(?) Uhh, sepertinya bukan suara. Melainkan ucapan Chanyeol seperti ada benarnya mengenai berat badan si pria manis.

Dahan itu sedikit retak dan semakin retak sebelum Baekhyun sadar.

"BAEK! AWAS!"

BRUKK!

Alhasil tidak perlu di pertanyakan lagi. Tubuhnya jatuh kebawah tanpa rasa sakit. Loh? Tanpa rasa sakit? Bukankah seharusnya Baekhyun merasa tulangnya patah akibat menyentuh tanah berumput itu dengan keras?

Hmm pantas saja. Yang meringis adalah seseorang yang sedang di tindihnya dengan nyaman.

"Arrgggghhhh..." rintihan pilu terdengar dari bibir Tuan Park.

"Ya Tuhan! Yeol! Kenapa kau bisa dibawah sana?! Kau tidak apa-apa?" tanya Baekhyun panik yang duduk di atas pinggangnya.

Tidak berapa lama sepatu kets Baekhyun jatuh mengenai kepala pria jangkung itu. Baekhyun bersorak kegirangan bagai yeoja yang bertemu idolanya. Sepatunya telah selamat dan berhasil dia dapatkan kembali.

Hey Baek! Chanyeol masih dibawahmu!

"Ahhhh! Mian! Aku akan menyingkir!" jerit Baekhyun kembali panik.

Chanyeol perlahan membalikkan badannya. Sementara Baekhyun mengusap-usap pinggang belakang pria itu penuh kelembutan. "Astaga. Kurasa tulangku patah..."

"Ya! Jangan bicara seperti itu! Kau membuatku takut! Mianhae, Yeol. Aku tidak sengaja.. Lagipula kenapa kau malah disitu? Huhh.." celoteh Baekhyun lalu ikut meringis ketika Chanyeol berusaha duduk dengan kedua sikut yang menopang tubuhnya.

"Aku hanya berusaha menolongmu. Kenapa kau malah memarahiku?" ringis Chanyeol dengan wajah penuh kesengsaraan (?) dan Baekhyun mempoutkan bibirnya.

Sebenarnya dia hanya berakting kesakitan. Tubuh Baekhyun tidak seberat yang dia pikirkan. Mana mungkin berandal kelas kakap paling ganas dan sadis di SM SHS tidak kuat hanya tertimpa si mulut berisik Byun Baekhyun? Intinya pria brengsek itu sedang iseng pada si mungil ini.

"Maaf.."

"Tidak apa-apa. Kurasa aku baik-baik saja dan akan cepat sembuh kalau—"

"Kalau?" Baekhyun terlihat serius dan memajukkan badannya.

"Kalau kau menciumku sekarang juga... AUHHH! SAKIT BAEK! KENAPA KAU CUBIT BAGIAN ITU?!" pekik Chanyeol ketika Baekhyun mencubit pinggangnya.

"Kau memang benar-benar mesum! Park Babo! Aku benci padamu!" amuk Baekhyun sambil memukuli Chanyeol berkali-kali.

Tapi itu tidak bertahan lama karena tangan Chanyeol segera menarik pergelangan tangan Baekhyun sehingga tubuhnya condong kedepan. Dan dengan kecepatan kilat bibir Chanyeol langsung mencium singkat bibir mungil Baekki.

"Hukuman karena sudah menyakiti pinggangku dan bersikap manis" ucap Chanyeol di depan wajah Baekhyun. Pria mungil itu merona hebat tanpa perlu di deskripsikan lagi wajahnya. Dia mengigit bibir menahan rasa malu.

Demi Tuhan! Chanyeol menciumnya disekolah! Bagaimana jika ada yang melihat? Ini masih jam pelajaran!

"Kau memang licik! Menyebalkan!"

"Hem? Benarkah? Sepertinya kau baru tahu itu" goda Chanyeol dan Baekhyun menunduk menyembunyikan wajahnya pura-pura sok sibuk memakai sepatu yang baru saja selamat. Sementara pemuda jangkung itu hanya tertawa sambil memakaikan sepatu pada kaki Baekhyun.

"Ah! Yeol. Aku ingin bertanya"

Chanyeol menoleh menaikkan satu alisnya. "Apa?"

"Tadi saat kau tidur kau bergumam 'eomma' 'eomma' seperti anak bayi!" ejek Baekhyun menahan tawa.

Ekspresi Chanyeol berubah seketika. Sial, Baekhyun mengingatkannya lagi pada hal yang sedari tadi ingin ia lupakan. Membayangkan sekilas saja memori kelam itu sungguh menyakitkan. Bahkan sekarang wajah Chanyeol mulai murung dan terlihat kosong pandangannya.

"Yeol? Kau baik-baik saja?" tanya Baekhyun hati-hati.

Chanyeol tetap diam. Untuk apa dia masih memimpikan ibunya? Wanita itu tidak akan pernah kembali. Dan satu fakta lagi. Baekhyun telah mendengarnya mengigaukan nama itu sungguh memalukan..

"Inikah alasan kenapa kemarin kau seperti ini?" tanya Baekhyun mengambil posisi duduk disebelah Chanyeol.

Chanyeol tidak menjawab. Dia menghirup nafas sampai matanya terpejam lalu membuangnya dengan helaan panjang. Baekhyun mengigit bibir. Sepertinya Chanyeol akan sedih lagi. Dirinya merasa bodoh sudah menyakiti Chanyeol secara batin (dan fisik) tadi.

"Bukan apa-apa" papar Chanyeol terlihat kosong.

"Chanyeol.." Baekhyun berbalik. Sekarang mereka berhadapan. Pemuda manis ini menangkupkan tangannya pada pipi pria itu.

"Kau bisa cerita padaku. Aku akan mendengarkan semua masalahmu" ucapnya lembut dengan tatapan serius.

Chanyeol terdiam memandangi wajah cantik seseorang dihadapannya. Sudut bibirnya terangkat. Tuhan memang sangat baik telah menurunkan malaikat mungil berhati selembut kapas seperti Baekhyun. Belum pernah ada yang berani mengatakan itu pada Chanyeol meski wajahnya sekarang sudah sangat menyeramkan dan tidak bermoral sikapnya.

Tapi siapa sangka? Hatinya sekeras batu akibat menyimpan masa lalunya yang pahit. Begitu banyak orang yang takut padanya. Berniat menyapa saja tidak. Namun Baekhyun tiba-tiba datang pada malam itu. Malam yang tidak pernah pria ini lupakan atas segala kebaikan dan kepolosan Baekhyun.

Chanyeol sangat bersyukur. Bagaimana pun hatinya menghangat karena malaikat kiriman Tuhan di hadapannya. Byun Baekhyun.

"Aku akan bercerita.." kata Chanyeol.

Namun dia menggantungkan kalimatnya.

"Tapi sebelumnya...cium aku dulu"

.

.

.

PLAK!

Dan satu pukulan manis kembali mendarat di kepalanya.

"Bodoh benar aku sudah mengkhawatirkanmu tadi, ck! Sia-sia saja rasa simpati ini kalau bersama tiang listrik idiot seperti dirimu Park Babo! Ternyata memang otakmu penuh hal-hal mesum. Konyol! Aku pergi" umpat Baekhyun bak emak-emak kosan (?) dengan sadis.

Chanyeol tertawa keras lalu ikut berdiri mengejar Baekhyun dan memeluknya erat dari belakang. Baekhyun yang terkaget memukul lengan kekar Chanyeol sesekali. Namun sayang itu tidak cukup kuat untuk melepas rengkuhan manis si jangkung. Sehingga mau tidak mau dia menutup kedua matanya. Takut ada murid lain yang memergoki kemesraan pasangan dadakan ini.

"Haha, kau memang benar-benar menggemaskan jika sedang marah. Cium aku sedikit, Baek. Ayolahh!" pinta Chanyeol iseng dan Baekhyun tetap berteriak tidak mau sambil menggeleng.

Tanpa mereka sadari sejak tadi mata seseorang tampak sangat menusuk memandang adegan sepasang kekasih (yang belum resmi) dari lantai atas. Tangannya terkepal erat di jendela. Tatapan dinginnya begitu benci melihat kedekatan mereka berdua.

'Lihat saja Byun Baekhyun. Aku akan berusaha menarik perhatian Chanyeol lagi. Tidak akan kubiarkan kalian bersama! Tidak akan pernah!' geramnya dalam hati.

.

.

.

.

Kaki mungil itu melangkah menjelajahi rak-rak buku yang menjulang tinggi. Gerakannya begitu manis untuk seorang namja. Sebenarnya dia sedang mengendap-endap kecil agar tidak ketahuan seseorang yang sedari tadi dicarinya.

Tadi siang dia memang berniat mencari namja itu. Sebelum akhirnya tiba-tiba UKS menjadi begitu ramai akibat anggota klub sepak bola yang cedera semua secara serentak. Benar-benar bodoh untuk mencari alasan dekat dengan asisten dokter juga salah satu penguasa sekolah manis seperti dirinya.

Sosok yang di carinya terlihat. Namja jangkung berkulit susu itu sedang sibuk dengan satu buku di tangannya. Membelakangi si manis yang sedang berjalan hati-hati di belakangnya.

Tangannya terulur menutupi mata yang berkacamata. Meski harus ekstra berjinjit sedikit agar bisa sampai pada kepala si namja. Namun dia tidak menyerah. Lagipula namja cupu itu tidak menolak.

"Hmm... Aku tahu ini siapa?" ucapnya sementara si manis tersenyum mengigit bibir menahan senyum.

"Baekhyunie!" sahutnya dan langsung membalikkan badan. Memegang tangan si pelaku-penutupan-mata-Oh-Sehun.

Namja manis itu sempat terkejut dengan jawaban Sehun. Tapi sebuah senyuman ceria terulas di bibir pinknya. "Salah besar! Payah kau Oh Sehun!" ejek Luhan sambil menunjuk Sehun.

Sehun tergagap. Dia terlihat lebih terkejut dari pada Luhan dan langsung melepaskan genggamannya.

"Ah—Ma—maaf Luhan-ssi" gugupnya lalu membalikkan badan kembali.

Luhan terkikik geli melihat reaksi Sehun. "Kau masih membaca disini? Kan sudah hampir jam pulangnya murid-murid Sehun-ah"

"Emm, aku hanya sedang mengecek buku-buku ini apa sudah tersusun rapih atau belum. Sebentar lagi akan selesai kok" tutur Sehun lalu berjalan cepat dengan Luhan yang mengekorinya.

"Hmm... kurasa sudah tersusun rapih" komentar Luhan lalu mengambil satu buku yang tidak jauh darinya.

Sehun menatap Luhan yang sedang membaca buku. Jantungnya kembali berdegup cepat. Sehun tidak akan mengira seorang Luhan akan menemuinya dengan keadaan seperti itu. Menutup matanya dan bermain-main seolah mereka sudah kenal dekat lebih dari puluhan tahun.

Oke ini memang terdengar berlebihan. Tapi Sehun benar-benar tidak sadar ketika aroma wangi tubuh Luhan menyeruak indra penciumannya. Penciumannya? Sehun tersadar dan bangun dari lamunannya akibat bau harum itu. Luhan sudah berada tepat di depannya dengan satu buku di tangan.

"Aku mau pinjam yang ini" ucapnya dengan senyuman manis.

Sehun membetulkan letak kacamatanya kikuk lalu mengangguk cepat. Diambilnya buku itu dan berjalan ke meja pengawas perpustakaan yang telah kosong. Sementara Luhan masih setia mengikuti Sehun layaknya Chanyeol tadi pada Baekhyun. Saudara memang terkadang selalu sama sifatnya.

"Ini" ujar Sehun menyerahkan buku yang telah di beri cap tanggal pengembalian ke perpus.

"Gomawo Sehun-ah" senyum Luhan terlampau manis melebihi seorang yeoja. Sehun hanya balas bergumam memandang kearah lain.

"Sehun-ah" yang punya nama menoleh.

"Ya?"

"Kau tidak lupa janji kita hari ini kan?" tanya Luhan pelan. Entah kenapa jantungnya juga berdebar-debar menatap Sehun.

Mata Sehun membulat. Jantungnya bergemuruh tidak karuan. Pipinya memanas sampai kebelakang kupingnya. Perpustakaan ini sangat hening hanya menyisakan mereka berdua. Sehun berdehem untuk mencairkan suasana. Lalu mengangguk pelan.

Luhan tersenyum untuk kesekian kalinya. Sehun lama-lama bisa diabetes nanti. Surai coklat terang itu terlihat sangat menawan. Belum lagi aroma khas Luhan yang menyeruak kedalam hidungnya. Luhan benar-benar sosok yang sempurna. Tapi kenapa dirinya mau dekat dengan namja culun seperti Oh Sehun? Itulah yang sampai saat ini masih Sehun pertanyakan.

Tubuh Luhan mendekat pada Sehun. Sedangkan Sehun malah berjalan mundur secara refleks. Luhan kembali terkekeh melihat reaksi Sehun . Baginya Sehun benar-benar menggemaskan. Entah ada perasaan apa Luhan selalu tertarik menemui Sehun. Mengajaknya keluar dengan alasan sama-sama bookholic (penggemar buku). Padahal itu hanya akal-akalan Luhan saja karena merasa nyaman dekat dengan Sehun.

"Sehun-ah" panggil Luhan dan Sehun hanya bergumam. Terlalu sulit memilah kata untuk menjawab panggilan yang mengalun lembut di telinganya.

"Hap!" dengan gerakan cepat Luhan mengambil kacamata tebal Sehun.

"Lu—Luhan-ssi. Tolong kembalikan. Aku tidak bisa melihat" ucap Sehun terbata-bata. Tapi Luhan malah menjauhkan kacamata itu ketika Sehun hendak menggapainya.

"Ambil sendiri" godanya.

Luhan mulai berlari kearah rak-rak. Sedangkan Sehun juga tidak mau tinggal diam. Kacamata itu sangat penting. Baginya dia tidak bisa melihat dengan jelas jika tidak ada kacamata.

"Luhan-ssi!" sahut Sehun sedikit serak.

"Ayo ambil Sehun-ah!" Luhan malah keasyikan berlari-lari di perpustakaan yang sepi.

Tidak berapa lama Luhan sengaja bersembunyi. Kepalanya menoleh kebelakang mencari keberadaan Sehun. Namun dia langsung menjerit ketika mendapati Sehun yang telah berdiri di hadapannya.

Dengan gerakan cepat Sehun segera mengukung Luhan dengan kedua lengannya. "Tertangkap" ucapnya sambil tersenyum puas.

Luhan tertawa mendengar Sehun terlihat sedikit menikmati permainannya. Tiba-tiba atmosfir di sekitar mereka berdua berubah sangat hangat dan penuh keceriaan.

Tapi pria jangkung itu cepat sadar. Sehun terdiam dan semua kembali menjadi canggung. Tidak bagi Luhan yang tetap tersenyum manis. Sehun sudah mau bercanda dengannya. Tidak diam seperti orang bisu lagi. Dan itu hal bagus.

"Kembalikan kacamataku Luhan-ssi" pinta Sehun dengan suara berat.

Luhan menggeleng sok polos. Entah kenapa pipinya sekarang memanas menatap mata Sehun yang tanpa kacamata memandang lekat dirinya. Otaknya serasa kosong. Ternyata mata Sehun sangat tegas dan indah. Pria itu juga secara tidak sadar mempunyai pesona yang mampu membuat siapapun terlena akan tatapannya. Tidak salah tadi Luhan mengambil kacamata ini.

"Kembalikan Luhan-ssi. Kumohon"

"Tidak"

"Kenapa?"

"Karena—" Luhan menggantungkan kalimatnya.

"Apa?"

"Karena kurasa kau tidak membutuhkannya" papar Luhan dan Sehun mengerutkan alis.

"Buktinya tadi kau bisa mengejarku dengan baik. Sepertinya kau memang tidak membutuhkan kacamata ini"

Penuturan Luhan membuat Sehun terkejut. Belum lagi jantungnya berdetak cepat bisa sedekat ini dengan namja yang di sukainya. Sehun yang cerdas tidak berkutik. Namun bukan berarti otaknya kosong seperti Luhan.

Maka dengan gerakan refleks tanpa cela Sehun mengecup singkat pipi kanan Luhan dan langsung mengambil kacamatanya. Mata Luhan membulat tidak percaya. Bibirnya tertutup rapat dan jantungnya serasa mendapat hentakan. Barusan Sehun melakukan apa? Mencium pipinya?

"Sekarang tidak lagi ada padamu Luhan-ssi. Dan aku memang membutuhkanny—"

"Sehun!" sekarang gantian Sehun yang terbelalak.

Luhan tengah memeluknya erat dari belakang. Entah kenapa tubuhnya bergerak sendiri. Ketika mendapat kejutan manis pria jangkung ini. Semburat merah mendominasi wajah Luhan yang terbenam punggung lebar Oh Sehun.

Sehun sendiri gugup harus melakukan apa. Sungguh otaknya sekarang serasa membeku total. Bahkan dia sendiri bingung saat tangan besar itu dengan sendirinya berjalan hendak menyentuh jemari Luhan yang berada di dadanya.

"Lu—Luhan-ssi..."

"AH! SEHUN-AH!" sahut Baekhyun yang datang tiba-tiba merusak acara peluk-memeluk-sehun-dan-luhan.

"Ternyata kau disini. Hampir saja Jung Ajusshi menutup pintunya. Kajja kita pulang! Loh! Luhan-ssi sedang apa kau di sudut sana?" tanya Baekhyun polos melihat Luhan berdiri membenamkan wajahnya pada salah satu rak. Padahal Baekhyun baru saja berhasil menjadi pengganggu berat.

Benar-benar... namja cerewet ini sangat menyebalkan!

Chanyeol terkekeh dibelakang Baekhyun. Sementara Baekhyun menengok tidak suka. Kenapa tiang listrik ini datang-datang malah tertawa aneh? Hey, kalian berdua sama saja menyebalkan bukankah begitu?

"Rasakan itu, Lu. Sekarang gantian kau yang di rusak acaranya oleh si manis ini. Haha, Tuhan memang sungguh adil" ejek Chanyeol pada Luhan yang sudah memerah menahan malu memberenggut.

Baekhyun terlihat bingung. Dia memutar kepalanya pada Chanyeol yang tersenyum menang, Luhan yang memerah padam, juga Sehun yang menundukkan kepala. Ah, Sehun yang seperti itu sih sudah biasa.

Meskipun mereka bukan makhluk pedalaman di hutan belantara (?) Ternyata hukum alam memang berlaku didunia ini.

.

.

.

.

"Berhentilah tersenyum kau seperti orang bodoh, Yeol" ejek Baekhyun dengan wajah datar.

Chanyeol seakan tuli. Dia tetap tersenyum sesekali terkekeh sambil terus melajukan mobilnya pelan. Sementara Baekhyun yang duduk anteng di sebelah hanya memandang lurus pada jalanan depan mobil.

Mata bulat nan tajam itu melirik kaca atas mobil. Tampak wajah Luhan yang memerah padam dengan Sehun di sebelah yang ikut menjadi penumpang dadakan mobil Chanyeol. Meski tadi pria berandal itu sudah berkali-kali menolak pulang bersama si kacamata. Tapi siapa yang bisa mengelak puppies eyes Baekhyun?

Tidak ada tentu saja. Bahkan seorang Ketua penguasa sekolah, Park Chanyeol sekalipun.

"Baby, sebenarnya aku berniat mengajakmu jalan-jalan sebentar tadi. Tapi dua orang pengganggu ini malah kau suruh ikut. Mereka mau kuturunkan dimana?" tanya Chanyeol tidak tahu diri pada Baekhyun.

Baekhyun memutar kepala dengan tatapan sengit. Apa Chanyeol benar-benar tiang listrik idiot yang tidak punya sopan santun? Kenapa dia bisa berkata seenak jidatnya seperti itu tanpa sungkan pada Luhan dan Sehun?

"Emm.. Chanyeol-ssi. Sebaiknya sampai di sini saja. Aku bisa naik taksi nanti—"

"Jangan Sehun-ah! Sudah biarkan saja apa kata si bodoh ini" cegah Luhan menggenggam erat lengan Sehun seakan pria itu hendak meninggalkannya di dunia ini sendirian. Padahal Sehun hanya sekedar menyarankan. Belum berniat untuk beranjak dari tempatnya sedikit pun. Alhasil mereka kembali canggung, malu-malu kucing kembali.

"Kalau begitu turunkan aku! Siapa juga yang mau pergi jalan-jalan bersamamu?" sungut Baekhyun sambil membuka paksa pintu mobil.

Chanyeol panik karena Baekhyun memberi getsure seakan-akan dia akan melompat dari mobil. Maka dia memberhentikan mesin mobil dengan cepat dan men-auto lock semua pintu.

"Oke oke aku tidak akan menurunkan mereka Baby" pasrah Chanyeol mengangkat kedua tangannya.

"Ya! Jangan panggil 'Baby'!"

"Lalu apa? Baeby kah?" godanya menaikkan sebelah alis.

Baekhyun tetap cemberut membuat Chanyeol semakin gemas. Dia mengusak rambut pria di hadapannya dan menarik kepala belakang Baekhyun dengan cepat sampai kedua belah bibir itu bertemu.

Sontak mata penumpang di kursi belakang membelalak kaget. Luhan sampai nyaris memekik jika dia tidak ingat ada Sehun di sampingnya. Pasalnya baru kali ini dia melihat orang ciuman live secara terang-terangan.

"KYAAA! SIAPA SURUH KAU MENCIUMKU BODOH?!" pekik Baekhyun menutup mulutnya menahan malu, sesekali menoleh pada HunHan di belakang. Chanyeol hanya balas tertawa keras.

"Hukuman-mu karena belum menjawab perasaanku" tutur pria itu dan sukses memberhentikan lolongan Baekhyun.

Seketika suasana hening.

Sehun dan Luhan tetap diam. Tentu saja masih tercengang dengan kejadian yang baru mereka lihat barusan. Sedangkan Chanyeol menatap Baekhyun dengan senyuman maklum. Tenang saja. Tidak perlu terburu-buru. Dia pasti akan mendapatkan pria ini dengan sendirinya. Itulah yang ada di pikiran Chanyeol sekarang.

"Uhh— Sebaiknya kita pulang saja. Aku harus kerja hari ini" lirih Baekhyun sangat pelan lalu memainkan jarinya.

Chanyeol kembali menyalakan mesin mobil.

"Baiklah, Baekki-ah"

Waktu menunjukkan pukul sepuluh malam. Pria jangkung itu enggan beranjak dari kursinya sejak menemani si kecil bekerja empat jam yang lalu. Chanyeol terus memandang gerak gerik calon kekasihnya dengan tekun. Matanya begitu setia berlabuh pada Baekhyun yang mondar-mandir melakukan pekerjaannya.

Akhirnya suasana mulai sepi. Para pelanggan maniak dunia malam itu lebih tertarik pada atraksi DJ di bawah sana. Sehingga pekerjaan Baekhyun sedikit melonggar.

"Kemarilah" ucap Chanyeol melihat dia sudah senggang dan Baekhyun pun mendekati kursinya.

"Minum ini" Chanyeol menyerahkan segelas cappuccino yang di buatkan Baekhyun tadi.

"Tidak perlu. Aku tidak haus"

"Ayolah. Aku tahu kau kelelahan Baby"

"Sudah kubilang jangan panggil aku seperti itu Chanyeol" keluh Baekhyun.

Chanyeol menumpu pipinya dengan sebelah tangan. "Wae? Kenapa tidak boleh?"

"Aku tidak suka"

"Tapi aku suka"

"Ya! Sudah kubilang aku tidak suka. Jangan seenaknya mengganti nama orang"

"Tapi itu panggilan special-ku Baekki. Jarang ada orang yang kupanggil dengan panggilan spesial loh. Hanya kau saja" tutur Chanyeol sambil tersenyum tampan.

Baekhyun mendengus. "Kita belum resmi berpacaran. Jadi jangan bertindak seolah-olah memang begitu"

"Kalau begitu cepat jawab pernyataanku sekarang!" desak Chanyeol dengan wajah berbinar.

Baekhyun menggeleng malas. "No way Mr. Park" tukasnya dan kembali meninggalkan pria itu sendirian.

Chanyeol terkekeh kecil lalu kembali membuka mulut. "Istirahatlah sebentar Baekki. Yang kerja di sini bukan cuma kau saja"

"Tapi shift-ku belum selesai sebelum jam setengah sebelas" jelas Baekhyun dan wajah Chanyeol berubah. Pria mungil ini menghela nafas berat. Sebenarnya dia sudah menyuruh Chanyeol pulang sejak mereka sampai di bar. Tapi sayang orang ini sangat keras kepala sama seperti dirinya.

Chanyeol bilang dia ingin menjaga Baekhyun. Takut ada pria mesum yang menggodanya lagi dan Chanyeol tidak rela jika itu terjadi. Maka dengan sabar dia menunggu Baekhyun selesai bekerja setelah itu berniat menghantarnya pulang.

"Baiklah. Tapi hanya lima menit saja ya" ucap Baekhyun mengalah.

Pria itu tersenyum manis, mengangguk gembira. Baekhyun sampai terkekeh menanggapinya. Kenapa Ketua penguasa sekolah ini tiba-tiba terlihat seperti anjing kecil yang manis? Kemana perginya si wajah sangar super galak?

"Kau benar-benar telah bekerja keras" puji Chanyeol sambil menyodorkan gelasnya pada Baekhyun. Pria mungil itu tersipu. Mau tidak mau akhirnya dia meminum cappuccino Chanyeol karena dia sedang tidak ingin berdebat lagi.

"Tentu saja. Aku tidak ingin mengecewakan ibuku" papar si kecil mulai menyerup minuman Chanyeol dengan sikut bertumpu pada meja Bar.

Chanyeol tersenyum sambil mengusap lembut surai krem itu. "Kau tidak pernah mengecewakan ibumu. Karena kau sangat hebat Baek. Ibumu pasti sangat menyayangimu dan beruntung punya anak baik sepertimu"

Pipi Baekhyun merona malu mendengar penuturan Chanyeol. Namun dia berusaha mengatur ekspresinya agar tidak terlihat. "Hem, begitulah. Ibumu juga pasti akan menyayangimu jika kau berlaku baik Yeol"

Sontak ucapan Baekhyun membuat Chanyeol terdiam dengan mata sedikit melebar. Bingo! Baekhyun tepat sasaran. Dia sengaja mengatakan hal itu untuk memancing ekspresi Chanyeol dan dia mendapatkannya.

"Sebenarnya aku selalu ingin bertanya 'kenapa?'. Meski aku tahu itu privasi bagimu dan mungkin tidak seharusnya kau bercerita jika kau tidak suka. Tapi melihat wajahmu yang memendam sesuatu kalau boleh jujur… Aku—tidak suka Yeol" jelas Baekhyun menatap serius padanya.

Chanyeol hanya menghela nafas berat. Dia memalingkan muka. Sebenarnya dia ingin sekali mengatakannya. Hanya saja dia tidak cukup berani untuk mengulas kembali masa lalunya yang terlampau pahit.

"Jika kau ingin tahu alasan kenapa aku belum menerima perasaanmu. Itu karena hal ini"

Chanyeol mengangkat wajahnya. Dia menatap Baekhyun yang berwajah sendu kebingungan. Terlalu banyak misteri mengenai si pria bermarga Park sehingga Baekhyun merasa harus berpikir dua kali untuk menerima perasaan Chanyeol.

'Sebenarnya sejak dulu aku bertanya-tanya... Kenapa tiba-tiba kau bersikap baik padaku? Kenapa kau membelaku? Kenapa kau menyatakan perasaanmu padaku? Kenapa kau malah menyukaiku dan selalu melindungiku? Padahal dulu kita orang asing. Dan kau hanya anak berandal sekolah yang tidak tahu aturan. Kenapa sekarang kau mulai mengganggu hidupku dan mengacaukan isi hatiku?'

Gumaman itu nyaris keluar di bibir Baekhyun. Tapi keberaniannya hanya sebatas menggema di hati dan pikiran. Sebenarnya pria mungil ini tahu siapa yang dia suka. Dan dia rasa itu bukan Chanyeol. Dia terus berpendirian bahwa orang yang telah merebut ciuman pertamanya-lah yang seharusnya dia cintai.

Namun Baekhyun selalu ragu akibat perlakuan manis Chanyeol. Pria itu benar-benar berusaha keras memasuki pintu hatinya meski harus mengetuknya dengan kasar.

"Maaf" lirih Chanyeol mengambil tangan Baekhyun yang terkepal pada meja.

Menariknya mendekat. Menggenggam erat penuh perasaan. Darah Baekhyun berdesir. Tangan Chanyeol terasa sangat hangat sampai kehatinya. Genggamannya sungguh lembut. Ini seperti bukan Chanyeol yang selalu bersikap kasar pada seseorang.

"Kenapa kau minta maaf?" tanya Baekhyun dengan suara sedikit bergetar.

"Karena aku belum menjelaskan semuanya"

"Jadi kau tidak akan menarik syarat 'aku harus menciumu' jika aku benar-benar ingin mengetahui segala tentangmu? Kenapa kau sangat mesum babo?" ucap Baekhyun memajukkan bibirnya.

Chanyeol terkekeh.

"Tergantung. Jika kau bersedia. Aku akan dengan senang hati mengabulkannya"

"Ya! Kau menyebalkan! Bagaimana aku bisa membalas perasaanmu kalau aku saja tidak boleh mengerti dirimu Yeol? Kau tau? Semua hal ini begitu tiba-tiba.. Kau pasti punya alasan kenapa berlaku aneh padaku—Maksudku mengenai perasaan dan sikapmu"

Dengan gerakan cepat tangan Baekhyun tertarik hingga tubuhnya condong kedepan. Chanyeol mencium jemari lentik itu sampai memejamkan matanya. Deru nafas berat menyapu jari-jari Baekhyun yang telah merona bak apel busuk.

Sungguh! Tindakan Chanyeol selalu tidak terduga namun mampu menggemuruhkan hati si mungil.

"Maafkan aku—Aku tahu, kau pasti masih bingung dengan semua tindakanku yang sangat spontan. Tapi ketahuilah..."

Mata mereka kembali bertemu. Bola mata coklat itu seakan mengunci seluruh sudut pandangan Baekhyun. Oh, tidak. Pria ini begitu tegas menyiratkan pandangan kasih sayangnya.

"Setiap ungkapan perasaan tidak membutuhkan suatu alasan Baekhyun" tutur Chanyeol lembut.

Baekhyun menarik tangannya cepat mendengar ucapan pria itu. Lalu segera berbalik memunggunginya. Chanyeol hanya tersenyum miris. Kecewa dengan pergerakan si mungil. Tapi dia merasa maklum karena ini memang kesalahannya. Seharusnya dia mengatakan sejujurnya pada Baekhyun mengenai dirinya. Bukan terus menutupinya.

Sebenarnya pergerakan Baekhyun bukan menolak jawaban Chanyeol yang tidak berhubungan dengan pertanyaannya. Melainkan karena pipinya merona hebat sampai kedua tangannya harus mengangkupkan pipi chubby itu sekarang. Kepalanya menunduk sambil mengigit bibir. Jantungnya seakan-akan mengejek Baekhyun dengan ritme berantakan yang berdegup kencang.

'Ya Tuhan. Perasaan apa ini? Apa aku benar-benar menyukai Chanyeol?' batinnya gugup dalam hati.

.

.

.

Meanwhile at night~

Suara getaran ponsel menggema di kamar sepi yang terkesan gelap. Sudah berkali-kali bunyi bising itu mengganggu manusia yang sedang tertidur lelap akibat aktivitasnya semalam. Wanita itu merasa terganggu kemudian tangannya mengguncang bahu pemuda di sebelah. Mengingat nada dering suara bukan berasal dari handphonenya melainkan milik pria itu.

"Uhh, please angkat! Bunyinya berisik sekali!" titahnya.

Sambil menggeram tertahan pria itu bangkit dengan malas lalu mendudukan tubuh topless-nya. Mata sipitnya mencari-cari si perusak acara tidur. Padahal baru sejam dia bisa tertidur nyenyak. Tangannya merampas kasar benda kotak berkedip-kedip itu dan menggeser ke dial berwarna hijau.

"Ya! Kalau mau mengganggu orang tidur tidak harus sekarang kan brengsek?! Kau tidak tahu ini jam berapa hah?!—"

"Ah! Akhirnyaaaa kau mengangkat teleponnya!" jerit suara seorang yeoja di sebrang saja.

Pria ini mengeryit heran. "Siapa kau?!"

"Aishh... Yang benar saja! Kau melupakanku?" sungut yeoja itu lalu terkekeh.

"Ck! Kalau kau yeoja kemarin yang minta jatah tertunda maaf saja. Aku sedang tidak mood berganti-ganti"

Terdengar gelakkan tawa nyaring darinya. Namja ini mulai tersulut emosi. Bedebah macam apa yang mengganggu acara tidurnya? Sialan sekali dia.

"Aigoo... Sifat playboy-mu belum berubah yah. Apa sekarang kau sedang tidur bersama yeoja malam lagi?"

"Sudah jangan banyak omong! Siapa kau? Berani sekali menganggu tidurku. Tidak lihat kalau sekarang jam tiga pagi?"

"Ah! Maaf aku tidak tahu kalau di Seoul ternyata jam tiga pagi. Di New York sekarang sudah malam meski belum larut sih dan jalanan di sini begitu ramai seperti ada parade—"

"Infomu sama sekali tidak berguna. Lebih baik kututup saja"

"Eiiiittss! Tunggu dulu! Aku ingin memberitahumu sesuatu!" tahan sang yeoja dan pria itu hanya berdecak malas.

"Kim Jongdae~ Kau tidak melupakan siapa aku kan?" rengeknya dengan suara manja. Chen sontak membulatkan mata mendengar suara menyebalkan ditelinganya.

"Kau..."

"Hihi. Sudah kuduga hanya kau teman baikku. Maaf mengganggu tidurmu Jongdae-ah . Tapi aku hanya ingin mengatakan kalau aku akan kembali ke Seoul dalam waktu dekat. Maukah kau menjemputku nanti? Aku ingin memberikan kejutan pada Pangeranku dan aku membutuhkan bantuanmu Jongdae-ah~" tutur yeoja itu sementara Jongdae hanya terdiam menghela nafas berat.

"Nanti kupikirkan. Aku masih ngantuk dan jangan telepon lagi. Oke?" ucapnya memutuskan sambungan sepihak tanpa mengindahkan sahutan yeoja di sebrang sana.

"Oppa. Siapa yang menelpon?" tanya wanita yang tidur di sebelah Chen yang mulai merapatkan tubuhnya. Memeluk pinggang Chen possessif.

"Bukan siapa-siapa" paparnya.

Padahal dalam hati dirinya sangat terkejut mendengar penuturan yeoja tadi. Kehidupan seseorang akan mendapat masalah yang lebih besar sebentar lagi. Dan Chen sudah terlibat kedalamnya. Pria itu merasa harus memesan peti mati sekarang juga. Dia tidak yakin akan bisa bertahan lama lagi hidup di dunia ini.

'Sial... Dia kembali lagi' batinnya lelah.

-BaekYeol Area-

.

.

.

.

Rumor mengenai penguasa sekolah yang menyukai murid kelas menengah bawah tersebar luas dengan cepat. Desas desus itu cukup terdengar sampai ketelinga makhluk yang tidak lain sedang di gosipkan.

Siapa lagi kalau bukan Park Chanyeol?

Tapi pria yang menyandang gelar Ketua penguasa sekolah tidak menggubrisnya. Atau bahkan mencari si mulut ember yang menyebarluaskan berita palsu. Sudah sangat jelas itu bukan sekedar berita palsu.

Ingat waktu itu Chanyeol sudah berteriak mengancam akan mematahkan leher siapapun bagi yang berani menyentuh (yang hampir) miliknya saat dikantin? Meskipun begitu tetap saja masih saja ada saja murid yang nekat menjahili Baekhyun-nya. Ketua Park juga belum menyadari, kalau beberapa murid tidak menyukai hubungan yang sedang mereka jalin. Tentunya kalian tahu siapa yang sehyun maksud kan? /ups

"Baekhyun-ah. Kemarin kau membolos?"

"Huh?"

Baekhyun menoleh. Sebenarnya dia tidak fokus pada ucapan seseorang di sebelahnya tadi.

"Ani… tidak apa-apa. Kupikir bagus juga sesekali kau menghabiskan waktu bersama—namjamu, hehe"

"Kau melihatnya Kyung?" tanya Baekhyun terkejut dengan semburat malu di wajahnya.

Kyungsoo mengangguk.

"Ya. Dari kelasku terlihat jelas" paparnya tersenyum tipis.

Baekhyun menepuk jidatnya sendiri lalu menunduk gusar. "Aigoo… Si Park Babo itu. Ah! Chanyeol bukan namjaku. Aku belum menerima perasaannya Kyungie"

"Kenapa?" heran Kyungsoo raut wajahnya sulit diartikan.

Baekhyun terlihat berpikir.

"Tidak apa-apa. Hanya saja aku—"

"Yap! Olahraga hari ini cukup sampai disini. Bagi yang bertugas piket harap bawa bola-bola ini kegudang!" titah Choi Seonsangnim dan semua murid pun bubar. Begitupun Kyungsoo yang pamit duluan.

Pelajaran kedua kelas 12-2 dan 12-3 adalah olahraga. Mereka sengaja bermain basket indoor karena cuaca semakin menipis. Tentu para murid borjuis itu tidak ingin mati kedinginan akibat udara keseharian yang kian berubah.

Menurut mereka karena telah membayar mahal pada sekolah ini. Mereka berhak meminta keadilan. Semua yang berhubungan dengan SM SHS adalah uang. Maka tidak heran para penguasa sekolah yang notabane-nya penyumbang dana terbesar selalu berhak untuk berbuat seenaknya.

Lain lagi dengan si kecil yang terlampau hidup dengan kesederhanaan. Sekarang dia kebagian tugas piket. Sebetulnya Baekhyun punya teman sepiket tapi sayang. Anak-anak orang kaya itu tidak mau mengotori tangan hanya sekedar menaruh bola-bola basket digudang.

"Baekhyun-ah. Aku minta bantuanmu lagi yah. Maaf tanganku tadi terkilir. Annyeong!" sahut Yura dan Minah yang segera berlari meninggalkan Baekhyun di gym sendirian.

"Hahh… Baiklah. Apa boleh buat. Sehun juga pergi dipanggil guru. Aku sendirian deh"

Baekhyun mulai bergerak memunguti bola-bola yang berceceran satu persatu. Meski harus bersusah payah karena tidak sanggup membawa lima bola sekaligus. Tidak berapa lama Baekhyun selesai dan menaruh bola-bola itu di keranjang. Saking rajinnya dia mengambil kain lap dan mengelap beberapa bola yang sedikit berdebu.

"Yap! Sudah bersih. Saatnya kembali kekelas"

KLEK!

Baekhyun menoleh. Sepertinya tadi terdengar sesuatu. Kakinya berjalan menuju pintu.

"Omo!"

KLEK! KLEK! KLEK!

"Omo! Pintunya! Kenapa bisa terkunci?" herannya kemudian menarik turunkan kembali sang gagang pintu.

"Ya! Kenapa tidak terbuka? Apa tertutup otomatis ya? Tapi kuncinya kan masih menggantung di lubang kun—" Baekhyun terdiam ketika mendengar beberapa suara yang asing.

"Sudah biarkan saja. Dia tidak tahu ini" bisik suara seseorang.

"Yaaa! Hallo apa ada orang diluar?! Tolong keluarkan aku! Aku terkunci!"

Dan satuhan Baekhyun membuat lampu gudang gym padam. Mulut lebarnya diam. Tubuhnya kaku ketika lampu itu mati. Tamatlah sudah. Baekhyun bukan manusia yang tahan dengan ruang sempit dengan tempat gelap. Apalagi tertutup.

.

.

.

Bel istirahat kedua berbunyi. Sudah jam dua belas tepat dan Chanyeol tidak sabar untuk menemui Baekhyun lagi. Kaki jenjangnya melangkah kekelas sebelah. Tatapan pria itu memang ganas. Namun hatinya sedang berbunga-bunga seperti orang bodoh yang terlampau jatuh cinta pada seorang malaikat cantik.

Seketika kelas berubah hening saat Chanyeol menampakkan wajahnya di depan pintu. Mata nyalangnya mengedarkan pandangan dan berhenti pada Sehun yang sedang menulis. Tanpa pikir panjang lebih baik bertanya pada lelaki itu. Tidak ada salahnya bertanya pada si kacamata dari pada repot mencari si kecil. Lagipula beberapa hari yang lalu mereka sudah berbaikkan di depan banyak murid yang menjadi saksinya. Dan tentu saja dengan paksaan Luhan juga tatapan tajam Baekhyun.

"Oh Sehun" ucap Chanyeol dengan suara berat.

Sehun menoleh pelan. Kepalanya langsung menunduk takut. Mau apa Chanyeol menemuinya?

"Iya?"

"Kau melihat Baekhyun? Kemana dia?" tanya Chanyeol menurunkan volume suara agar pemuda ini tidak begitu takut padanya.

"A— aku tidak tahu Chanyeol-ssi. Tadi Baekhyun tidak kembali ke kelas sejak pelajaran olahraga berakhir"

Mata Chanyeol membulat.

"Apa maksudmu? Kau ini kan temannya! Kenapa kau malah tidak tahu dan kau meninggalkannya sendirian?!" tukas Chanyeol mulai emosian. Sehun tergagap berusaha menjelaskan.

"T—tadi aku sedang di panggil Seonsangnim, Chanyeol-ssi. Jadi aku tidak tahu" papar Sehun dan Chanyeol berkacak pinggang mendesah kesal.

"Kau sudah mencarinya?" Sehun menggeleng.

"Selesai olahraga semua langsung masuk kelas karena ada pengumuman dari Kim Seonsangnim" penuturan Sehun kembali membuat Chanyeol menghela nafas.

Pria itu langsung melangkahkan kakinya keluar. Dilihatnya Chen, Kai, dan Luhan yang berjalan menuju kearahnya setelah mereka keluar kelas.

"Oh, kau sudah menemukan Baekhyun?" tanya Luhan.

Chanyeol hanya diam dengan raut kesal. Luhan merasa paham akan raut jelek saudaranya. Kepalanya berputar mencari keberadaaan Baekhyun. Namun ketika sosok tinggi itu muncul dari kelas 12-2 matanya berhenti memandang sekitar. Satu senyuman terlampau manis merekah di bibirnya.

"Sehun-ah!" sahut Luhan dan Sehun terkejut.

Luhan berlari kecil mendekati si kacamata. Sedangkan yang di panggil tadi bereaksi super gugup entah kenapa malah merapat pada pinggiran pintu kelas. Kepala Sehun menunduk setelah para penguasa sekolah yang lain perlahan mendekatinya.

"Mana Baekhyun?" tanya si manis dengan senyum ramah. Sehun menggeleng tidak tahu sambil memegangi kacamatanya.

"Sepertinya dia hilang" celoteh Chen asal.

Semua yang disana terdiam dan saling berpandangan. Siapa tahu ucapan santai Kim Jongdae ada benarnya. Maka dari itu tanpa aba-aba lagi. Chanyeol berlari mencari Baekhyun.

.

.

.

Sosok jangkung itu mulai berpeluh. Berkali-kali dia men-shoot tree point dengan sempurna. Tingginya sangat pantas menjadi atlet basket meski dia sudah berhenti akibat cedera ringan.

Kris, salah satu penguasa sekolah yang paling dingin selesai dengan rutinitasnya. Yaitu bermain basket seorang diri. Kadang dia melakukan hal ini jika sedang stress. Dan kali ini dirinya butuh pelampiasan akibat rasa rindunya pada sang kekasih, Tao.

Pria itu men-dribble bola sesekali dan mulai berlari. Melakukan shoot lay up tanpa ada kesalahan sedikitpun. Lagi-lagi bola basket itu meringsuk masuk kedalam ring. Kris milik jam tangannya. Sudah hampir bel. Berapa lama dia menghabiskan waktu istirahat di sini?

Kakinya melangkah keruang penyimpanan peralatan olahraga atau sebut saja gudang gym. Sebenarnya tadi Kris kemari bukan untuk bermain basket. Namun ada satu bola nganggur yang luput dari mata Baekhyun untuk di taruh ketempatnya. Maka dia tidak menyia-yiakan bola basket itu.

Ketika hendak membuka pintu. Sang kunci berwarna perak terpasang manis di lubangnya. Kris mengerutkan alisnya mendengar sayup-sayup isakkan pilu yang terendam. Dia memutar sang kunci tanpa ada rasa curiga sedikit pun.

Hal pertama yang dia lihat adalah ruangan ini lembab dan gelap. Lalu matanya menangkap sosok mungil yang meringkuk dengan kepala terendam diantara lututnya. Orang yang menangis tersedu-sedu itu mengangkat kepalanya merasakan seberkas cahaya dari luar. Mata Kris membulat meilhat ternyata yang terkurung sambil menangis disini adalah Baekhyun.

"Kau.. Hey, kau kenapa bisa disi—" belum sempat Kris melanjutkan kata-katanya Baekhyun sudah memeluk Kris erat.

Tubuhnya gemetar di pelukan pria itu. Kris yang kebingungan harus merespon apa hanya mengelus pelan si surai krem. Menenangkan Baekhyun sambil sesekali bertanya kenapa dia bisa ada di dalam gudang yang gelap sendirian.

"Terima kasih Kris-ssi.. Sepertinya tadi ada yang sengaja mengunciku. Aku phobia ruang tertutup... hiks" isak Baekhyun.

Kris mengangguk. Lalu membawa Baekhyun keluar gudang dengan hati-hati. Karena tubuh Baekhyun mulai mendingin dan gemetaran dengan wajah basah akibat air mata.

Mereka sudah berada di taman sekolah yang sepi. Sepertinya para murid lebih suka masuk kelas daripada kena omel. Tapi Kris dan Baekhyun malah duduk di bangku taman sambil menyeruput sekaleng kopi dan susu strawberry. Meski keheningan panjang menyelimuti suasana canggung mereka berdua.

"Kris-ssi.. Maaf merepotkanmu lagi" ucap Baekhyun membuka percakapan.

"Bukan masalah. Lagipula kenapa kau tidak berteriak minta tolong tadi?"

Baekhyun mengigit bibir.

"Itu— Aku sebenarnya berusaha tadi. Tapi.."

"Tapi?"

"Tapi aku terlanjur takut dan aku lapar.." lirih Baekhyun menahan malu. Kris terkekeh kecil menanggapi ucapan polos pria kecil ini. Baekhyun memang menarik. Pantas saja Chanyeol menyukainya, batin Kris.

"Dasar. Sebaiknya kau habiskan susu itu segera jika kau lapar" ucap Kris dan Baekhyun mengangguk patuh menyinggungkan senyum.

Mereka berbincang kembali setelah sekian lama semenjak kejadian Kris menolong Baekhyun. Pria mungil itu tidak sempat mengucapkan kata terima kasih lebih lanjut. Atau bahkan, mengungkapkan isi hatinya (mungkin jika dia memiliki keberanian penuh).

Tidak dapat Baekhyun pungkiri. Dia masih menyukai sosok tampan di sampingnya. Kris begitu baik dan berbeda dengan yang lain meskipun dia berwajah dingin. Jantung Baekhyun berdebar lagi mengingat kejadian dua tahun yang lalu. Dan rasa sukanya baru dia sadari lebih jauh beberapa bulan terakhir kelas tiga.

"Emm… Kris-ssi. Terima kasih telah menolongku dua kali. Waktu itu… Kau… Emm.. Memberikan nafas buatan itu. Aku merasa sangat tertolong" ucap Baekhyun malu-malu. Pipinya terasa panas sekarang.

Kris mengerutkan dahinya. "Nafas buatan?"

"I—iya. Kau waktu aku terjatuh ke kolam. Kau, memberikan nafas buatan itu—"

"—Sepertinya kau salah paham Baekhyun-ah"

Baekhyun mengangkat kedua alisnya.

"Maksudmu?"

"Aku tidak memberikan.." Kris berdehem sejenak. Pembahasan ini benar-benarkan canggung. Terkecuali Baekhyun yang meminta penjelasan dengan cara mengejapkan mata polosnya.

"Sepertinya kau salah paham. Bukan aku yang menolongmu memberikan nafas buatan waktu itu Baekhyun" papar Kris yang sukses membuat Baekhyun melongo hebat.

"Aku hanya mengantarkan kau yang tidak sadar ke UKS karena Luhan saat itu menyuruhku"

Baekhyun sangat shock bagai tersambar petir. Padahal selama ini dia berpikir bahwa Kris-lah penolongnya. Inilah salah satu alasan mengapa dia menyukai Kris. Karena ciuman pertama Baekhyun telah di ambil oleh pria ini. Namun penjelasan Kris semakin membingungkan Baekhyun.

'Kalau bukan Kris. Lantas siapa yang merenggut ciuman pertamaku?' batin Baekhyun mencelos.

Ternyata selama ini dugaan Baekhyun salah telak. Dia bahkan tenggelam dalam kesalah pahaman cinta maupun presepsinya sendiri. Benar-benar bodoh. Raut wajah Baekhyun begitu kacau saat ini. Seperti orang yang di vonis mengidap penyakit kanker hati. Menyedihkan..

Kris akhirnya membuka mulut melihat respon Baekhyun bagai manusia tidak bernyawa. Meskipun ini hanya dugaannya. Tapi siapa lagi orang yang disana waktu itu bersama Baekhyun selain pria itu?

.

.

.

.

Sekali lagi Chanyeol tidak menyerah. Sifat keras kepalanya tidak bisa di jinakkan layaknya kuda liar dengan mudah. Setelah tahu bahwa Baekhyun kemarin pulang duluan meninggalkannya. Chanyeol segera menghampiri kerumah Baekhyun. Namun pria mungil itu tidak langsung pulang dan malah pergi bersama seseorang.

Tentu saja. Siapa lagi kalau bukan Kris?

Chanyeol sangat frustasi seharian. Berkali-kali Tuan Park mencoba menelponnya, mengiriminya pesan tapi Baekhyun tidak kunjung merespon sikap manisnya. Sampai akhirnya malam tiba Baekhyun baru pulang tanpa memberi kabar pada Chanyeol.

Hal itu semakin menyulut emosi Tuan Park ketika hari berikutnya Baekhyun bertingkah acuh seakan Chanyeol adalah tiang listrik di pinggir jalan. Terabaikan.

Mereka memang belum resmi terikat menjadi sepasang kekasih. Tapi usaha Chanyeol begitu gencar mendekati Baekhyun. Menelponnya. Menjemputnya kerumah. Bahkan mengajaknya makan siang. Namun tidak ada repon balik dari si mungil.

Sampai saat ini terhitung sudah sejak pernyataan cintanya di bar malam itu. Hampir seminggu. Perasaan Chanyeol di gantungkan bagai jemuran yang tidak kunjung kering oleh Baekhyun.

"Oh Sehun. Kau lihat Baekhyun?" Sehun menggeleng ketika tidak sengaja bertemu di lorong kelas.

"Aishh… Kemana lagi dia?"

"Aku tidak tahu" Sehun mulai membalas ucapan Chanyeol tanpa ada rasa takut lagi berbicara dengannya meski dia masih sungkan.

"Kenapa dia selalu menghilang? Sejak dia pulang malam hari itu Baekhyun menjadi aneh. Apa kau tahu dia pergi bersama siapa? Tunggu—Apa orang itu kau?"

Sehun menggeleng. Sebenarnya dia tahu. Tapi dia terlihat ragu memberitahukan curhatan Baekhyun malam itu pada pria sangar ini. Pasalnya Chanyeol pasti tidak akan menyukai cerita Sehun dan langsung menghabisi si namja yang telah menghabiskan waktu bersama pria manisnya.

"Waktu itu dia pulang lebih awal—Katanya bersama Kris"

"Kris?" ulang Chanyeol tidak percaya.

"Iya. Mereka pulang bersama" tutur Sehun polos.

Tidak tahu kalau Chanyeol bertanya-tanya dalam hati sambil sesekali menggeram kesal. Mau apa Kris dengan Baekhyun-nya?

"Chanyeol-ssi sebaiknya kau harus mengetahui sesuatu sebelum berhubungan dengan Baekhyun" ucap Sehun mengingatkan.

Entah kenapa dia merasa Chanyeol harus tahu hal ini. Demi kebaikan perasaan Baekhyun dan juga Chanyeol.

Chanyeol menaikkan sebelah alisnya. "Apa?"

"Baekhyun masih menyukai Kris"

.

.

.

.

Pintu ruang utama terbuka. Nampaklah seorang pemuda jangkung masuk kedalam tanpa aura hidup. Luhan mengerutkan alis dari balik sofa ketika melihat wajah sepupunya. Ada apa dengannya? Kenapa dia terlihat seperti mayat hidup?

Tapi Luhan senang akhir-akhir ini Chanyeol mau pulang kerumah utama. Selama ini dia selalu berkeliaran tidak jelas kemana pun sesuka hatinya. Meski Luhan terkadang tahu kalau pria itu suka menginap di rumah Kai atau Jongdae. Tapi tetap saja Luhan khawatir.

Kris yang kebetulan ada di rumah keluarga Park juga menampilkan ekspresi sama. Sejenak mata bulat Tuan Park bertemu dengan mata Kris. Pria blasteran kanada itu hendak bertanya tapi tidak jadi ketika Chanyeol terdiam lesu dan mulai menaiki tangga menuju lantai atas.

"Ada apa dengannya? Kenapa wajahnya seperti itu?" tanya Luhan pada Kris yang menggeleng tidak tahu.

Tiba-tiba ponsel Luhan berbunyi. Hatinya berbunga-bunga ketika melihat nama seseorang yang menelponnya—Oh Sehun.

"Sehun-ah!" sahut Luhan tidak bisa memungkiri bahwa dia begitu senang karena Sehun menghubunginya. Hal ini jarang sekali Sehun lakukan. Apakah mungkin, ini pertanda baik dalam hubungan mereka?

"Mwo?!" Luhan sontak memekik dengan mata bulat. Kris membenarkan letak duduknya. Sepertinya dari tadi memang ada yang tidak beres semenjak Chanyeol masuk kedalam rumah.

"Iya dia sudah pulang kerumah. Tapi apa kau tidak berbohong?" tanya Luhan yang menatap Kris tidak percaya.

Kris mengangkat alisnya. Dia mulai merasa dirinya sedang di perbincangkan oleh Luhan dan Sehun.

"Ada apa?" kali ini Kris yang bertanya.

"Gawat Sehun-ah! Chanyeol buka tipe orang yang mudah menerima suatu kabar seperti itu! Apalagi—ini menyangkut masalah hatinya" cemas Luhan yang membuat Kris semakin terheran-heran.

"Ada masalah apa sih Lu—"

BRUUUMM!

"YAK! BARU KUBILANG KAN!?" pekik Luhan histeris ketika mendengar suara mobil menderu di gas dengan kecepatan penuh.

Luhan segera berlari cepat keluar rumah di ikuti Kris di belakangnya. Dirinya berteriak berkali-kali pada satpam yang berusaha menghalau jalan majikannya. Namun para satpam itu malah kewalahan ketika mobil sport Chanyeol sudah keluar pagar hitam kediaman Park.

"Baru saja dia pulang… Sekarang malah begini…" lirih Luhan menghentakkan kakinya ketanah—frustasi.

"Sebenarnya apa apa Lu? Siapa yang menelponmu tadi?" Kris kembali bertanya. Luhan berbalik cepat. Menampakkan raut kesal pada pria ini sambil memajukkan bibirnya.

"Kau tau Kris? Ternyata selama ini Baekhyun menyukaimu dan Chanyeol sudah tahu! Sehun merasa dia harus memberitahukan ini padanya supaya Chanyeol mengerti kenapa Baekhyun belum menerimanya. Ini semua karenamu! Chukkae Mr. Wu! Tingkahmu akan kuadukan pada Tao-ah" tukas Luhan dan Kris melongo hebat.

"Ya! Kenapa semua ini salahku? Tunggu—Jadi… selama ini Baekhyun menyukaiku?" ulang Kris tidak percaya sambil menutup mulutnya.

Luhan mengerutkan alis melihat perubahan wajah—calon sepupu baru—nya ini. "Kenapa ekspresimu seperti itu? Kau senang?! Kalau begitu aku akan benar-benar menelpon Tao sekarang juga!"

"Tidak, Lu! Hentikan!"

.

.

.

Untuk yang kesekian kalinya Baekhyun menatap punggung tegap itu berlalu. Pria mungil itu mendekap erat buku yang sedang di bawanya. Sedangkan namja jangkung tersebut enggan menoleh kebelakang ketika sudah berjalan cukup jauh darinya. Padahal tadi dia melihat jelas Baekhyun saat berpapasan . Namun seakan Chanyeol peduli, dia tetap berjalan mengabaikan pria mungil itu.

"Chanyeol-ah…" bisik Baekhyun lalu kembali berjalan.

Tidak berapa lama Chanyeol berhenti lalu berbalik dengan ragu. Matanya menangkap sesosok punggung sempit yang berjalan membungkuk menjauhinya. Hatinya terhimpit. Chanyeol merasa terluka entah mengapa.

"Jadi selama ini kau menyukai Kris, Baek?" gumamnya pelan.

Kali ini Baekhyun berjalan menuju perpustakaan. Dia pergi sendiri karena Sehun sedang ada urusan dengan Luhan. Akhir-akhir ini dia iri dengan Luhan yang selalu bersama sahabatnya. Tapi apa boleh buat? Baekhyun merasa Sehun dan Luhan sedang kasmaran. Jadi lebih baik dia membiarkan mereka berdua saja sendirian.

"Akh!" rintih Baekhyun ketika satu buku mengenai kepalanya.

Sebelumnya Baekhyun berjinjit dengan susah payah untuk mengambil rak buku teratas. Melihat tinggi badannya tidak bisa di harapkan. Akhirnya Baekhyun kembali melompat-lompat kecil. Namun beberapa buku ikut bergerak kebawah dan melihat itu Baekhyun memekik kaget.

BRUKKK!

Baekhyun menutup mata. Tapi tubuhnya sama sekali tidak merasa sakit melainkan sesak karena di peluk seseorang dengan sangat erat. Baekhyun mendongak ketika orang itu melepaskan pelukkannya.

"Gwencana?" tanya si pemilik suara berat.

Nafas Baekhyun tercekat ketika menatap seseorang di hadapannya. Dia menggeleng lemah berkali-kali. Jantungnya semakin berpacu cepat entah karena ketakutan akan buku-buku itu atau—Chanyeol? Lagi-lagi Baekhyun di tolong olehnya.

"Tidak apa-apa Chanyeol-ah. Gomawo…" lirihnya dan Chanyeol mengangguk hendak pergi meski tidak rela.

"Tunggu!"

Tubuh Chanyeol menengang. Baekhyun menahan tangannya dan hati Chanyeol terasa semakin sesak. Menahan suatu emosi benar-benar bukan keahlian Park Chanyeol. Ingin rasanya dia berbalik sekarang juga dan memeluk si mungil.

"Kenapa… Kau menghindariku Yeol?" tanya Baekhyun dan Chanyeol berbalik, tersenyum miris.

"Menghindar? Bukankah selama ini kau yang menghindar?"

Baekhyun skak mat. Mulutnya terkatup rapat dan matanya memandang kebawah. Tapi hatinya nyeri mengingat dia juga bersalah pada situasi ini. "Aku punya alasan kenapa aku begini—"

"Begitu juga aku Baek"

Dan pernyataan Chanyeol sukses membuat Baekhyun semakin bungkam. Tapi Baekhyun tidak menyerah.

"Katakan kenapa? Kau marah padaku karena aku belum menjawab pernyataanmu Yeol?"

Chanyeol tidak menjawab. Tiba-tiba kakinya melangkah mendekat pada si mungil yang berjalan mundur hingga membentur rak buku di belakangnya.

"Aku tidak marah. Tanyakan saja pada perasaanmu sendiri sebenarnya kau lebih memilih siapa" papar Chanyeol dan Baekhyun heran.

"Maksudmu?"

"Aku sudah tahu Baek. Kurasa selama ini aku salah menghajar orang. Aku benar-benar bodoh. Tapi tenang saja. Untukmu, aku akan berhenti melakukannya. Lebih baik kau tata ulang dulu perasaanmu baru kembali bertanya padaku"

Ucapan terakhir Chanyeol sebelum dia melangkah keluar perpus memberikan sebuah pertanyaan besar bagi Baekhyun. Sebenarnya apa maksud Chanyeol? Menata ulang kembali perasaan? Baekhyun tidak mengerti.

Padahal setelah mengetahui kebenaran tentang ciuman pertamanya dari Kris. Baekhyun mulai mengetahui kemana arah hatinya. Meski selama ini dia selalu mengelak. Namun orang itu selalu ada untuknya. Orang yang menolongnya tanpa tahu siapa dia yang sebenarnya. Dan nyatanya Baekhyun sudah jatuh pada dunia Chanyeol. Tapi Baekhyun malu mengungkapkannya. Maka dari itu dia menjauh sementara. Namun pria itu malah menolak si mungil sekarang.

Kepala Baekhyun tertunduk. Dia menangisi kebodohannya. Kenapa dia tidak bisa berterus terang dan menghilangkan keegoisannya? Chanyeol mungkin belum siap terbuka padanya saat ini. Tapi perlahan jika Baekhyun mau mengerti akan tiba waktunya dia bercerita.

"Aku tidak paham Yeol… Sebenarnya kau kenapa?"

.

.

Hari berikutnya Ketua Park masih sama. Dia kelihatan tidak bernyawa duduk di kantin. Saat bel istirahat selesai bahkan dia tidak mau beranjak. Sampai akhirnya Luhan harus turun tangan dalam masalahnya.

"Bicaralah" titah Luhan pada Kris.

Kris berdehem pelan sebelum dia membuka percakapan. "Chanyeol-ah"

Chanyeol tidak menjawab. Dia hanya terdiam lesu lalu beranjak pergi. Tidak ingin melihat wajah—calon sepupunya kelak. Sebenarnya Chanyeol tidak ingin berdebat dengan Kris maka lebih baik dia menghindar. Hal yang langka sekali bukan? Padahal Ketua Park bukan orang yang gampang memaafkan atau menahan segala amarahnya. Tapi demi janjinya pada Baekhyun dia melakukannya.

"Chanyeol aku minta maaf. Kau salah paham" tahan Kris saat Chanyeol berjalan di lorong.

Habis sudah kesabaran Ketua Park. Dia menarik kerah Kris dan mendorongnya pada lorong jendela. Seketika siswa siswi yang berkeliaran disana terkejut.

"Chanyeol!" teriak Luhan di belakang mereka.

"Kenapa kau mengambil hatinya Kris? Kenapa?!" bentak Chanyeol, kalap.

"Yeol. Kau dengarkan aku dulu"

"Ya! Ada apa ini ribut-ribut?" sahut Jongdae dan Kai yang datang melerai.

"Apa yang harus kudengarkan?! Kau merebutnya dariku! Tidakkah kau tahu bahwa aku mencintainya?!" gertak Chanyeol marah sambil memukul jendela lorong yang nyaris retak.

"Chanyeol hentikan… Kau salah paham. Baekhyun tidak pernah menyukaiku"

"Lalu apa yang Oh Sehun katakan adalah kebohongan, begitu? Dia menjelaskan semuanya Kris!"

"Ya tentu saja sebelum akhirnya Baekhyun sadar bahwa sebenarnya dia mencintaimu lebih dulu. Sadarlah kau yang menolongnya saat dia jatuh di kolam renang. Sejak saat itu dia terus mengira akulah orangnya. Sampai saatnya dia mengerti bahwa perasaannya padaku hanya sebatas kebohongan. Dia mencintaimu Yeol" jelas Kris dan semua yang ada di sana terdiam.

Chanyeol membuang arah pandangan sambil menghela nafas. Entah dia harus melakukan apa lagi. Tiba-tiba hatinya terasa sangat lepas saat mengetahui kalau ternyata Baekhyun lebih memilihnya dari pada Kris. Tanpa banyak berpikir lagi kakinya segera melangkah pada kelas Baekhyun.

Meanwhile~

"Apa yang ingin kalian bicarakan?" tanya Baekhyun.

Tanpa ada penjelasan lebih lanjut Baekhyun mendapatkan tamparan manis dari Yura.

Pemuda mungil ini memegangi pipinya. Menatap sengit pada kedua yeoja itu dan teman-temannya di belakang mereka. Minah menangis entah kenapa. Wajahnya di sembunyikan di balik telapak tangannya. Sementara Yura terlihat sangat marah. Ada apa dengan dua yeoja gila ini?

"Ya! Kenapa kau malah memukulku?" sahut Baekhyun tidak terima.

"Kenapa masih bertanya Byun Baekhyun? Kau tidak sadar kau itu penggangu! Aku saja heran kenapa Ketua Park mau denganmu? Apakah kau tidak bercermin? Kau itu hanya siswa pengecut disini! Sudah bagus kau bisa sekolah dengan beasiswa. Dasar anak miskin! Jangan berani mengambil simpati Park Chanyeol!" sahut Yura panjang lebar sesekali mengusap pundak Minah.

"Aku tidak paham. Sebenarnya ada apa dengan kalian?"

"Kau itu jangan pura-pura bodoh! Minah sudah menyukai Chanyeol sejak JHS! Dia selalu berusaha menarik perhatian Ketua dan sekarang kau malah mengacaukan segalanya. Sudah berani menyiramnya tidak tahu diri pula berusaha mendekati Ketua!" cibir Yura dan Baekhyun melongo.

"Itu bukan salahku! Aku bahkan tidak mendekati Chanyeol! Dia sendiri yang mengikutiku terus!" sahut Baekhyun ikut berteriak layak yeoja yang tersulut emosi.

"Lantas kenapa kau malah menanggapinya? Kau juga menyukainya kan? Katakan saja!"

DEG!

Baekhyun terdiam.

Dia bingung harus menjawab apa. Dia tidak ingin berdebat dengan para yeoja ini. Namun entah kenapa bibirnya malah kaku untuk mengucapkan kata di pikirannya. Chanyeol benar-benar telah mengubah kinerja otaknya jadi melambat.

"Aku—"

Minah mengangkat wajahnya. Nyali Baekhyun sekejap menciut. Dia merasa kasihan dengan Minah—teman sekelasnya. Baekhyun mengerti bagaimana rasanya mencintai seseorang begitu dalam seperti dirinya.

Minah berjalan mendekat pada Baekhyun. Baekhyun sontak menoleh kebelakang dan matanya membelalak. Oh, jangan sampai Minah berniat melakukannya. Apa Minah tahu kalau Baekhyun tidak bisa berenang?

Tentu saja Baek. Kau pernah tercebur saat acara jalan-jalan sekolah disekitar danau akibat Daehyun. Dan semua melihat kau yang tidak bisa berenang saat itu.

"Maaf Baekhyun-ah. Aku harus melakukan ini. Aku tidak terima Chanyeol dekat denganmu" ucapan sinis itu membuat Baekhyun merinding. Kakinya sudah di ambang batas. Semuanya terlambat bagi Baekhyun.

"Tidak tunggu dulu!"

Tangan yeoja itu mendorong tubuh Baekhyun sampai akhirnya—

BYUUURR!

Sekali lagi Baekhyun jatuh pada area kolam yang dalamnya setinggi tiga meter. Minah hanya memperhatikan dengan tatapan dingin tanpa mau menolong Baekhyun. Sementara Yura menyuruh teman-teman yang lain untuk berlari meninggalkan Baekhyun.

Sekarang siapa yang akan menolong Baekhyun? Tidak ada Chanyeol yang sedang tidur di papan loncat seperti waktu itu kan? Jadi sahutan minta tolongnya bagaikan angin berhembus. Terabaikan.

Dia hanya sanggup melantunkan kata tolong berkali-kali sambil terus berusaha berenang. Tapi sayang tubuhnya tidak mau mengikuti perintahnya. Kenapa isi kepalanya hanya ada dia. Hanya satu nama yang ada di benaknya saat ini.

"Chanyeol!"

Satu panggilan tidak masuk akal keluar dari bibirnya. Kenapa dia harus memanggil Chanyeol? Kenapa bukan Sehun? Atau Kris? Baekhyun sendiri tidak tahu.

"Chanyeool!" pekiknya lagi.

"Chanyeooool... Ummbbhhh…" dan sekali lagi.

Maka dengan nafas terakhir dia berseru kencang sebelum akhirnya kepala Baekhyun masuk kedalam air.

'Tolong aku Yeol….'

.

.
'Baekhyun?'

Seperti mendapat pendengaran entah dari mana. Kepala Chanyeol menoleh. Dia merasa mendengar suara Baekhyun. Tapi dia tidak ada disini. Lantas kenapa suara itu bergaung di pikirannya?

Sehun yang sedari tadi di sebelahnya menunggu Baekhyun kembali ke kelas mengerutkan alis ketika Minah dan Yura hendak masuk kedalam kelas sampai menabrak pundaknya kasar. Padahal biasanya yeoja ini pemalu tapi kenapa sekarang wajahnya sangat menyeramkan?

"Biarkan saja dia mendapat pelajaran atas perbuatannya Minah. Aku tahu kau selalu memperhatikan Park Chanyeol bahkan sampai bersusah payah membuat kue coklat yang dia tolak waktu itu. Setidaknya si Byun Baekhyun harus mendapatkan ganjarannya karena merebut orang yang kau sukai" papar Yura sambil berbisik.

"Iya.. Dia pantas tenggelam atau bahkan mati saja sekalian!" ketus Minah dengan mata basah.

Sehun yang mendengar percakapan kedua yeoja itu melebarkan mata. Sedangkan Chanyeol tidak sadar dengan apa yang Minah dan Yura bicarakan. Maka Sehun mengguncangkan bahu Chanyeol tanpa ada rasa takut sedikitpun. Baginya Baekhyun yang sedang dalam bahaya lebih mengkhawatirkan.

"Chanyeol-ssi! Kurasa Baekhyun ada di kolam renang" otak cerdas Sehun memang tidak salah menebak.

Chanyeol yang sadar terkejut dan berlari lebih dulu. Bahkan saat semua murid sudah masuk kelas dia tetap mengabaikannya. Meninggalkan Sehun yang sudah di omeli Choi seonsangnim akibat ingin kabur dari pelajarannya. Mau tidak mau sekarang bergantung pada Chanyeol.

'Ya Tuhan semoga Baekhyun baik-baik saja' batin Sehun dalam hati.

.

.
Baekhyun mengatupkan mulutnya. Sebelum benar-benar tenggelam dia masih sadar untuk menahan nafasnya. Lututnya lemas menendang air kolam. Dia berpikir menahan nafas mungkin akan memperpanjang umurnya. Setidaknya saat ini otaknya berputar lebih baik.

'Kenapa selalu aku yang kena? Apa aku memang terlahir sial?' batinnya pilu.
Sebutir air mata mengalir bercampur dengan air kaporit yang berhenti beriak karena tubuh Baekhyun terdiam. Dia membiarkan dirinya tenggelam kedasar. Baekhyun lelah. Jujur dia sangat lelah. Berkali-kali Baekhyun berpikir untuk mati. Bahkan sebelum dia bertemu Chanyeol.

Kehidupannya mungkin tidak seberuntung anak-anak lain yang bahagia dengan keluarga lengkap. Sekolah yang menyenangkan. Teman-teman yang baik tanpa terus menjahilinya. Dan dia menginginkan hal itu. Tapi semua tidak bisa dirubah segampang membalikkan telapak tangan. Title underdog pun masih melekat padanya. Mau sampai kapan Baekhyun seperti ini?

Hatinya juga sakit karena Chanyeol menghindarinya sekarang. Namun apa daya? Ini semua bagaikan hukuman bagi Baekhyun yang terlalu mengulur-ulur perasaan tulus pria jangkung itu. Nyatanya Kris bukanlah penolong sebenarnya. Melainkan si pria ganas. Jika saat itu Chanyeol tidak melompat dan memberikan oksigen pada Baekhyun pasti dulu dia sudah mati. Dan Baekhyun bersyukur hal itu tidak terjadi. Meski dia sudah letih akan hidupnya. Tapi karena cintanya terhadap seseorang. Baekhyun merasa dia berhak untuk tetap melanjutkan takdirnya. Takdirnya setelah bertemu Chanyeol dan pada akhirnya jatuh cinta.

'Chanyeol' batinnya.

Kesadaran Baekhyun semakin melemah. Dia tidak kuat menahan nafas lagi. Maka mulutnya terbuka dengan air yang berlomba-lomba masuk kedalam paru-parunya.
Tubuhnya berat. Sesak dan sakit…

Pria itu tidak akan datang bahkan ketika Baekhyun memanggilnya berkali-kali. Mungkin Chanyeol sudah membencinya saat ini dan Chanyeol lelah akan sikap Baekhyun. Akhirnya sebelum mata itu benar-benar tertutup dan hilang kesadaran. Baekhyun tetap berusaha membuka mulutnya sekali lagi. Memanggil sosok yang sang hati seharusnya tertuju pada pria itu sejak pertama kali dia di selamatkan.

"Chanyeol…" ucapnya dalam air yang menghasilkan gelembung ketika nada serak itu keluar dari bibir mungilnya.

Baekhyun pingsan.

BRUSHH!

"Hahhh… Hahh…. Baekhyun! Ya! Baekhyun-ah! Sadar Baek!" sahut Chanyeol panik sambil merengkuh pemuda di hadapannya—berenang membawanya ke tepi kolam.

Chanyeol menepuk-nepuk punggung Baekhyun. Lalu dia rundukkan kebawah agar Baekhyun bisa memuntahkan air kaporit itu keluar dari mulutnya. Baekhyun tersedak ketika merasakan dia mendapatkan pasokan oksigen kembali. Dirinya terbatuk-batuk kalap dengan Chanyeol yang masih memegangi punggungnya.

"Uhuk! Uhuk!"

"Baek! Kau sadar? Gwencana?!" cemas Chanyeol menangkupkan pipi si kecil yang masih memejamkan matanya. Perasaannya lega ketika Baekhyun sadar.

Kali ini Baekhyun menatap seorang penolongnya meski dengan mata sayu. Ternyata penjelasan Kris kemarin tidak salah. Dua kali. Bayangkan dua kali Chanyeol selalu ada bahkan menolongnya di tempat yang sama. Apa Chanyeol paranormal yang mengetahui segala keberadannya? Baekhyun jadi sulit untuk menghindar lagi dari pemuda ini. Sangat sulit…

"Chanyeol-ah…." Lirih Baekhyun seperti orang mabuk. Mungkin kepalanya pusing karena kehabisan udara tadi.

"Hahh… Syukurlah kau baik-baik saja. Untung aku masih sempat menolongmu sebelum kau benar-benar pingsan kehabisan oksigen" ujar Chanyeol mengusap pelan surai krem Baekhyun yang basah kuyup.

"Chanyeol-ah…." Baekhyun menangis ketika menyebutkan nama pria itu. Alis Chanyeol terangkat—heran pada sikap Baekhyun yang terisak tiba-tiba.

"Hey… tenanglah. Kenapa kau menangis? Apa kau mau duduk di tepi kolam saja?"

Baekhyun menggeleng pelan.

Tangannya meremas kemeja basah pemuda itu. Dirinya dan Chanyeol masih di dalam kolam. Tetesan air mata Baekhyun bercampur dengan air di sekitar mereka yang sedikit beriak akibat perubahan gerak tangan Chanyeol yang memeluk Baekhyun.

"Uljima Baekhyunnie.."

Baekhyun menuduk dalam pada dada bidang Chanyeol.

"Aku minta maaf…" lirihnya pilu.

"Untuk apa? Kau tidak salah Baby"

"Aku—Aku tidak tahu kalau itu kau…." isak Baekhyun lagi.

"Selama ini aku.. aku tidak menyangka kalau itu kamu, Yeol. Bahkan kau sudah dua kali menolongku seperti ini... hiks. Tapi aku malah menyangka orang lain. Dan aku malah membencimu dulu. Lalu ketika sadar akan hal itu aku—menghindarimu... Maafkan aku, Yeol"

Alis Chanyeol berkerut lagi. "Tunggu kau bilang tadi, kau membenciku? Jadi benar kau lebih menyukai Kris?" tanya si jangkung sedikit tersungut.

"Huh? Kris?" Baekhyun mengangkat wajahnya dengan pandangan polos.

"Sehun bilang kau menyukai Kris. Jadi… itu memang benar?"

Baekhyun menggeleng. "Kurasa tidak sekarang"

"Lalu?"

"Apanya?"

"Kenapa kau membenciku?" gemas Chanyeol memperbaiki posisi mereka di dalam kolam.

kepala Baekhyun menunduk malu lalu mengigit bibirnya dengan mata menatap keatas. Katakanlah Baekhyun sangat manis saat ini. Matanya yang sendu. Pipinya yang merona. Kulit wajahnya yang basah berkilat akibat air membuat Chanyeol melemah. Otak pria jangkung itu berhenti berpikir seketika. Uhh, Baekhyun terlihat seperti seekor lost puppies! Dia begitu menggemaskan!

"Karena kau selalu menatapku dengan tajam dulu. Aku pikir aku punya salah padamu. Aku jadi takut padamu. Apalagi setelah pembully-an di hari pertama aku bersekolah. Dan Sehun yang kau pukuli karena nyatanya kau cemburu! Aku—benar-benar takut. Memangnya kenapa sih kau dulu selalu menatapku se-menakutkan itu? Itu salahmu sendiri Yeol!" jelas Baekhyun dengan ekspresi berubah-ubah membuat Chanyeol tergelak.

"Ya! Kenapa kau malah tertawa?"

"Habis kau lucu" wajah Baekhyun merona.

"Ke—kenapa malah lucu?! Su—sudah jawab saja pertanyaanku!"

"Baiklah-baiklah. Kau ingin tahu kenapa aku menatapmu setajam itu?" tanya Chanyeol dengan senyum tampan.

Baekhyun cemberut namun mengangguk pelan.

"Karena ini"

Tanpa aba-aba seperti biasa Chanyeol langsung mencium bibir Baekhyun. Melumat pelan bibir si kecil yang terbuka sedikit. Sungguh pria ini sudah tidak kuat menahannya. Baekhyun memang penggoda Chanyeol sejati. Pria berbadan lebih pendek mendesah ketika Chanyeol terus mendekatkan wajahnya semakin rakus. Seakan ingin memakan seutuhnya bibir Baekhyun yang manis baginya.

Chanyeol merasa bodoh sekarang. Dulu dia menghabisi orang yang salah. Menghabisi Sehun yang dia pikir selama ini adalah kekasih Baekhyun. Lantas kenapa dia tidak bertanya langsung pada pria kecil ini?

Tentu saja tidak.

Gengsinya sebagai seorang pemimpin penguasa sekolah dulu di pertaruhkan. Tapi setiap orang pasti punya batasan. Dan batas Chanyeol adalah sampai hari dimana Baekhyun menyiramnya. Seandainya Baekhyun tidak menyiramnya. Chanyeol pasti tidak akan bisa mendekatinya dengan alasan 'menghabisinya' akibat tindakan berani pria kecil itu.

Mereka mulai larut dalam pagutan panas. Saling terus melumat dalam-dalam meski Chanyeol lebih ahli. Sedangkan di pihak lain mulai kelelahan. Merasa sesak Baekhyun mendorong pelan dada Chanyeol. Sehingga kedua bibir itu terlepas dengan saliva panjang menggantung ketika Baekhyun menjauhkan wajahnya.

"Hahh… hahh.. Itu bukan jawaban Park Babo! Kau mau aku mati? Aku baru saja selamat dari maut kau malah ingin mencabutnya kembali! Sebenarnya kau niat menolongku tidak sih?!" sungut Baekhyun dengan wajah memerah.

Chanyeol tertawa membuang pandangan. Kemudian menatap Baekhyun kembali. Mengelus kepala belakangnya dan mengecup bibir Baekhyun sekilas. Membuat empunya memberengut memukul dada Chanyeol.

"Baek.."

Baekhyun menoleh—dengan malu.

"Aku mungkin tidak sempurna. Seorang Bad Boy sekolah yang tidak bermoral. Sadis dan pantas untuk di benci oleh semua murid SM SHS. Sifat keras kepalaku juga tidak berubah. Namun kurasa malaikat di hadapanku ini telah merubahnya. Aku tidak peduli sekarang hatimu milik siapa. Katakanlah aku egois. Menginginkanmu menjadi milikku. Meski kau menolakku berkali-kali. Tapi aku akan terus merebut hatimu sampai kau berakhir padaku. Aku menyukaimu—bahkan mungkin lebih. Maka dari itu Baek—" Chanyeol menggantungkan kalimatnya memandang Baekhyun lekat.

"Jadilah kekasihku Byun Baekhyun. Aku mencintaimu" dua kalimat tanpa keraguan tersirat jelas. Chanyeol tulus menyatakan perasaannya. Ini memang bukan style Park Chanyeol. Mengucapkan kata-kata manis pada seseorang. Tapi apa mau dikata? Dia sedang di mabuk cinta.

Ucapan Chanyeol sukses menggetarkan hati Baekhyun. Pipinya memerah seperti kepiting rebus. Jantungnya berdebar dan hatinya menghangat. Kenapa dia baru merasakannya sekarang? Meski Chanyeol mungkin seorang berandal kelas kakap yang idiot atau vampire penghisap leher manusia. Baekhyun sudah menyadari bahwa dia nyaman dengan segala perlakuan bodoh pria ini.

Baekhyun terdiam lama. Tertawalah sekarang karena saat ini Chanyeol berdebar-bedar seperti yeoja yang mengharapkan balasan dari pujaan hatinya. Menunggu jawaban Baekhyun dengan gugup. Meski dia sangat takut dengan penolakkan lagi tapi kali ini Chanyeol siap apapun hasilnya nanti.

Pria mungil ini menatapnya biasa. Mengelus lembut leher Chanyeol membuat pria itu bergidik. Tapi saat square lips itu terbuka bukan kata-kata manis yang keluar. Sebaliknya malah kalimat mengumpat dari si kecil dengan wajah datar. Chanyeol terheran-heran. Emosinya kembali tersulut ketika wajah manis itu yang mengatainya 'bodoh' 'idiot tidak berotak' 'tiang listrik keras kepala' 'vampire gila' dan sebagainya. Dia hampir memukul pria itu jika saja Baekhyun tidak menjelek-jelekannya dengan senyuman manis diakhir.

"Park Babo!" sahutnya mengeratkan pelukannya pada leher pria di hadapannya.

"Yak! Baekhyun ini sangat keterlaluan! Aku sudah menolongmu dan menyatakan cinta padamu. Tapi kau malah mengataiku! Apa kau sudah bosan hidup?!" marah Chanyeol.

Namun Baekhyun mendecih.

"Tatap orang yang sedang berbicara denganmu Baekhyun!" gertaknya.

Karena Baekhyun tidak kunjung mengangkat kepalanya. Pria itu memegang dagu Baekhyun dan mengangkatnya. Sontak matanya membulat ketika melihat ekspresi memerah si mungil meski alisnya berkerut kesal.

Baru saja Chanyeol berniat membuka mulut Baekhyun segera mengangkupkan pipi pria itu. Mendekatkan wajahnya pada pipi Chanyeol. Menciumnya dengan penuh kelembutan sampai matanya terpejam.

Ekspresi Tuan Park? Tentu saja terkejut.

Baekhyun menatap wajah Chanyel lekat. Dia bersumpah hal inilah yang paling memalukan dalam hidupnya—mencium seseorang terlebih dulu. Mata Chanyeol masih membulat menyeramkan karena tampak seolah-olah mata itu ingin keluar dari tempatnya.

Kepala si mungil mengangguk pelan. Tanpa suara hal tersebut menjelaskan semua. Hati Chanyeol seakan terbebas dari sangkar yang mengekangnya. Chanyeol tersenyum tampan diikuti Baekhyun. Mereka saling mendekatkan wajah mereka sampai akhirnya kedua belah bibir itu kembali memagut cukup terburu-buru.

Dengan berani, si mungil melumat pelan bibir atas Chanyeol sambil memperat rengkuhannya di leher pria di hadapannya. Chanyeol tahu bahwa jawaban Baekhyun tidak perlu di pertanyakan lagi. Ciuman manis tadi telah menyatakan semua perasaan Baekhyun padanya.

Chanyeol sempat terkekeh kecil karena Baekhyun bisa di bilang minim ketika mencium. Kecupan di bibirnya seperti lumatan anak kecil mengemut lollipop. Mungkin Baekhyun belum paham benar seperti apa gaya ciuman yang menggairahkan birahi Chanyeol. Tapi pemuda ini bersyukur Baekhyun yang pemalu sudah berani bertindak sedikit agresif. Dan tentunya—membalas perasaannya.

Tanpa perlu pelajaran mengenai cara-berciuman-yang-benar. Chanyeol sudah mendominasi pagutan mereka. Bibirnya bergerak rakus melumat bibir atas dan bawah Baekhyun. Tangan kanannya yang bebas mengangkat paha si kecil. Juga menariknya mendekat agar Chanyeol bisa menggendongnya dengan mudah. Sementara yang mulai melemas mendesah merasakan getaran aneh di bawah perutnya.

Pipi Baekhyun memanas. Jantungnya berdebar. Bahkan keningnya terasa pening. Ini bukan tanda-tanda demam. Melainkan rasa gugup dan gairah yang berlipat-lipat ketika tangan Chanyeol mulai bergerak nakal menjelajahi punggungnya. Pria itu melepaskan ciuman mereka sepihak lalu menyerbu leher mulus Baekhyun tanpa aba-aba.

'Kenapa leher ini terus yang jadi sasarannya?' gumam Baekhyun terheran dalam hati.

"AHHH!" Baekhyun memekik ketika Chanyeol menyesap kencang lehernya.

"Yeol… Ahhh…" desahnya mencengkram erat belakang seragam Chanyeol.

"Ahhh…. Engghhh..."

Sebenarnya dia sendiri tidak mengerti kenapa akhirnya sang mulut mengeluarkan suara aneh sama seperti malam itu. Namun ini semua sangat nikmat. Baekhyun baru kali ini merasakan perasaan geli tertahan yang naik sampai ke ubun-ubunnya.

"Y—Ya! Chan—Apa yang kau sentuh?! Yaaa!" panik Baekhyun berteriak gelisah merasakan tangan Chanyeol menyentuh area privasinya.

"Hemhh?" hanya helaan nafas berat penuh gairah yang menjawab.

"Uhhh—Yeol! Jangan sentuh, kumohon…" rintih Baekhyun memelas.

Mata mereka bertemu. Wajahnya memandang Baekhyun yang memerah padam dan sangat berkilat akibat air kolam membasahi kepalanya. Libido Chanyeol jangan di ragukan lagi. Sudah naik hampir menyentuh ambang batas kesabarannya.

Seakan peduli pada jerit keputus asaan Baekhyun. Pria ini tetap melanjutkan. Dia berguman berkali-kali dalam hatinya meminta maaf karena dia sendiri sudah tidak tahan. Apalagi Baekhyun berteriak semakin keras merespon kecupan di lehernya dan remasan di bagian bawah.

Ouh, Chanyeol sungguh hebat membuat Baekhyun terangsang meminta lebih. Tangan Baekhyun kalap. Ikut mengusap-usap punggung Chanyeol dan menyisir pelan surai coklat gelap itu. Matanya terpejam frustasi akibat remasan Chanyeol yang sangat teratur. Perlahan-lahan sampai akhirnya dia merasakan zipper celananya hendak di tarik Chanyeol.

"Hyaaaa! Hentikan Park Babo!" saking gugupnya Baekhyun bertingkah heboh seperti seorang gadis yang nyaris di perkosa. Dia mendorong tubuh Chanyeol dengan sekali hentakan dan alhasil dirinya tercebur lagi ketika pegangannya terlepas dari pria itu.

Chanyeol mengangkat tubuh Baekhyun keatas sampai pria itu duduk di tepi kolam dengan tawa yang tidak lepas dari bibirnya. Air matanya sampai keluar melihat reaksi menggemaskan Byun Baekhyun. Kenapa pemuda mungil ini bisa sebodoh itu memberikan kesan heboh seperti gadis perawan? Apa hal-hal semacam ini belum pernah dia rasakan atau bahkan dia lakukan sebelumnya? Tentu saja Baekhyun itu masih polos Yeol. Dia tidak seperti dirimu!

"Chanyeol kau jahat! Jahat sekali! Aku hampir tenggelam lagi babo! Hiks.." marah si kecil sesegukkan. Ternyata dia sangat ketakutan sampai menangis. Chanyeol mengusap lembut kepala Baekhyun dari dalam kolam.

"Mian, Baekki-ya. Aigoo…. Lagipula kenapa kau malah mendorongku?"

"Ya! Kau mulai melakukan hal yang tidak-tidak! Sudah kubilang jangan menyentuhku!"

"Kau kaget dengan apa yang aku lakukan? Memang tadi aku menyentuh bagian tubuhmu yang mana?" ucap Chanyeol sok polos.

BLUSHHH!

Wajah Baekhyun memerah kembali. Dia memalingkan muka kearah lain. Tidak mau menatap wajah tebal Chanyeol. Menjengkelkan menurutnya. Mentang-mentang sudah resmi. Sekarang Chanyeol bisa menjamah Baekhyun seenaknya? Tentu tidak Yeollie~

"Baekhyun-ah" pria itu menoleh. Suara berat itu sangat penuh gairah. Membuat bulu kuduk Baekhyun merinding seketika.

"Aku—"

"Hatchiii!"

Mata Chanyeol membulat. "Kau… Flu?"

Baekhyun menggosok-gosok hidungnya dengan jari telunjuk. Kepalanya menggeleng lemah meski berlawanan dengan kondisinya saat ini. Chanyeol menghela nafas berat. Sial... Kali ini dia harus menahan hasratnya kembali. Tidak mungkin dia menerkam Baekhyun yang sedang sakit. Itu sangat tidak gentle!

Oh, Tuan Park. Sekarang kau tahu sikap sopan santun? Baguslah kalau begitu.

"Sebaiknya kau segera berganti baju. Kau pasti kedinginan. Ayo kuantar ke ruang kesehatan" tutur Chanyeol dan si kecil menggangguk.

.

.

.

Tiga bulan telah berlalu.

Setelah mencari tahu pelaku penindasan Baekhyun—Minah dan Yura sebelumnya. Chanyeol tentu tidak akan tinggal diam menghukum siapapun yang berani pada pria mungilnya. Meski Baekhyun sudah berkata bahwa dia telah memaafkan Minah tetap saja Ketua Park tidak mudah mengampuni yeoja itu.

Akhirnya keputusan final adalah Minah dan Yura di paksa bersimpuh di depan seluruh murid SM SHS sambil meminta maaf pada Baekhyun. Tidak hanya itu. Chanyeol bahkan menyuruh Minah untuk tidur dengan si playboy high class— Kim Jongdae. Yeoja itu memang tidak menolak namun sakit rasanya di paksa bercinta oleh orang yang kita sukai. Well, begitulah jadinya jika berurusan dengan Bad Boy kita. No mercy for all mistakes.

Chanyeol menyesakkan wajahnya pada sisi surai krem Baekhyun. Menghirup aroma shampoo si mungil dalam-dalam seakan tidak ada hari esok. Sementara Baekhyun tetap fokus dengan buku pelajarannya duduk di lantai pojok perpustakaan.

"Baby, kita sedang berdua disini. Jangan belajar" desah Chanyeol tanpa mau beranjak dari kepala si mungil.

"Hem" hanya gumaman singkat yang keluar dari mulutnya.

Baekhyun memang cuek jika sudah mengenal buku. Maklum dia murid berbeasiswa. Mau tidak mau dia harus belajar dengan giat meski kekasihnya sendiri adalah seorang cucu pemilik sekolah.

Oww, kabar menggembirakan! Hubungan Chanyeol dan Baekhyun sekarang telah resmi!

"Bagaimana kalau kita pergi makan setelah ini?" tanya Chanyeol di sebelah Baekhyun dengan senyum manis.

Pria itu menoleh terlihat berpikir. "Kajja! Kita ajak Sehun dan Luhan juga!" usulnya dan Chanyeol mendesah lalu mengangguk. Sekali lagi. Ajakan kencannya berakhir dengan double date. Kapan Chanyeol mendapat kesempatan bisa berduaan dengan si mungil ini?

Baekhyun melangkahkan kakinya keluar perpustakaan. Sudah lebih dari tiga jam dia disana dan Chanyeol telah pergi meninggalkannya ke toilet. Sebaiknya Baekhyun segera balik kekelas mengambil tasnya. Tidak lupa menjemput Sehun yang sekarang mulai menjadi penghuni dadakan ruang kesehatan.

Pria kecil ini membawa dua tas miliknya dan juga punya Sehun. Begitu sampai di depan UKS dia terdiam dengan wajah terkejut. Punggungnya segera merapat pada pintu UKS yang terbuka sedikit. Matanya terpejam meletakkan kedua tas itu di lantai. Kemudian mendekatkan telinganya pada pintu yang berkaca cukup buram.

Sial. Dia telah mendengar suara-suara aneh dari dalam sana. Baekhyun semakin penasaran apa yang Sehun dan Luhan lakukan.

"Ahhhhh" suara pekikkan terdengar.

Baekhyun meneguk ludahnya kasar. Tidak berapa lama tubuhnya terlonjak kaget ketika satu tangan menutupi matanya. Kepalanya menoleh cepat dan memukul tangan kekar itu. Chanyeol yang baru datang terlihat bingung dengan gerak gerik si mungil yang kembali merapatkan telinga pada pintu UKS. Tidak mendapat penjelasan. Pria jangkung itu penasaran lalu melakukan hal yang sama seperti kekasihnya lakukan.

"Maaf… Apakah sakit Luhan-ssi?" terdengar suara serak Sehun di dalam.

"Tidak. Aku tidak apa-apa kok. Teruskanlah" ucap Luhan yang diketahui juga ada di dalam UKS. Kemudian dia meringis pelan.

"Maafkan aku. Ini pertama kali aku melakukannya. Jadi aku tidak tahu apa benar di sini atau tidak. Apakah harus kuhentikan?"

"Tidak! Jangan. Kumohon jangan berhenti di tengah jalan" sahutan Luhan mengagetkan Baekhyun dan Chanyeol yang masih setia menguping.

"Tapi kau kesakitan Luhan-ssi"

Terdengar suara Luhan yang menghembuskan nafasnya lalu terkekeh pelan. "Tenang saja. Aku akan berusaha menahan rasa sakitnya"

Sehun mengangguk tanpa BaekYeol lihat dari luar. Jantung pasangan kekasih itu berdetak lebih cepat. Sedangkan Chanyeol meneguk ludahnya kasar. Dia sudah keringat dingin setelah tahu arah pembicaraan mereka dengan Baekhyun di bawahnya yang menunduk.

"Baiklah. Aku teruskan yah. Tahanlah sedikit Luhan-ssi"

Tidak berapa lama Luhan memekik kembali. Sehun mendesis bagai ular. "Apakah disini Luhan-ssi?"

DEG!

Jantung Chanyeol serasa mendapat hentakan. Matanya membulat hebat. Dirinya tercengang dengan kegiatan si kacamata dan saudaranya di dalam sana.

'What?! Mereka sedang melakukan seks?!' jeritnya dalam hati. Sementara Baekhyun mengkerutkan alisnya dalam.

"Emmhh… Ya. Kurasa disana" ucap Luhan terputus-putus.

Chanyeol sweatdrop. Badannya berbalik memunggungi tembok dengan cepat sedangkan Baekhyun menoleh heran padanya. Pemuda itu menutup mata dengan nafas tidak beraturan memegangi dadanya.

'Kenapa dengannya? Apa dia asma?' terka Baekhyun dalam hati.

"Kau kenapa?" bisik Baekhyun heran.

Chanyeol menggeleng lemah. Kemudian menolehkan kepala perlahan. Tatapan tajamnya menusuk bola mata Baekhyun. Membuat namja manis ini tersipu. Padahal sebelumnya dia ketakutan dengan tatapan Chanyeol. Dasar Byun Baek...

"Ahhh… Sakit Sehun-ahhh" desah Luhan sedikit keras.

"Aigoo sebetulnya apa yang mereka lakukan?" heran Baekhyun berbalik dan mendekatkan wajahnya didepan pintu.

BRAK!

Tubuh si kecil terkukung oleh tangan kekar di belakangnya. Kepalanya menoleh perlahan. Dia menemukan Chanyeol sedang menatapnya lebih sengit. Alisnya berkerut bingung.

"Ada apasih denganmu Yeol? Kenapa kau berkeringat?" sungut Baekhyun polos.

"Emhh.. Luhan-ssiii.. sepertinya susah masuk. Uhhh.." kali ini suara Sehun yang terdengar tertahan.

Sial! Si kacamata dan saudaranya benar-benar gila!

Apa benar mereka melakukan seks disekolah? Di UKS pula! Bahkan Chanyeol dan Baekhyun selalu gagal jika ingin melakukan hal itu. Terlebih karena otak Baekhyun yang sangat polos dan pria jangkung ini tidak tega merenggut keperjakaan Baekhyun. Padahal dirinya sendiri sudah sangat tidak tahan setiap melihat bibir merah Baekhyun yang berkilat. Sial sekali!

Chanyeol merasa harus memberi selamat pada Sehun setelah ini. Pasalnya Sehun telah berhasil mengagahi Luhan dan itu terbilang hebat untuk geeks seperti dirinya. Seorang Xi Luhan yang manis dan sempurna telah dimiliki si kutu buku—Oh Sehun. Benar-benar beruntung.

"Lebih dalam Sehun!"

"Aigooo.. darah keluar. Bagaimana ini Luhan-ssi?"

"Sudah teruskan saja"

"Tapi—"

"Selesaikan saja. Aku tidak apa-apa"

'Brengsek para bedebah polos di dalam! Mereka mendahuluiku!' geram ketua Park.

"Chanyeol" tiba-tiba si mungil membuka suara.

Chanyeol hanya mengangkat kedua alisnya dengan raut frustasi.

"Apa yang mereka lakukan sebenarnya? Kenapa berisik sekali?" tanya Baekhyun sambil mengigit bibirnya. Sebenarnya Baekhyun tahu. Hanya saja dia ragu dengan presepsinya.

Pria itu mendesah berat. Sebenarnya Chanyeol tidak ingin mengotori pikiran dia. Mau tidak mau dia harus mengatakan pada kekasihnya ini. Coba lihatlah mata sipit itu. Uhh, sangat menggemaskan!

"Mereka melakukan seks Baby" papar Chanyeol sambil menelan ludah dan Baekhyun melongo hebat.

"MWOYAAA?! SEKS?!"

Tanpa banyak bicara lagi Baekhyun menekan gagang pintu UKS dan Chanyeol panik di buatnya. Si kecil ini pasti akan mengganggu kegiatan mereka meskipun Chanyeol juga sudah sangat penasaran ingin melihat seberapa hebat Sehun menguasai tubuh Luhan. Ohh, kau benar-benar mesum Park Chanyeol!

"SEHUN! BERANI SEKALI KAU MELAKUKAN SEKS DENGAN LUHAN DISEKOLAH!" pekik Baekhyun histeris masuk tiba-tiba membuat Sehun dan Luhan terlonjak kaget.

"BAEKHYUN! CHANYEOL!" jerit Luhan dan Sehun serempak.

"KYAAAAHHH!"

.

"KYAAA!"

Baekhyun menjerit ketakutan setelah mendobrak pintu UKS yang terlihat menyedihkan.

Sehun menatap Baekhyun kaget. Sama halnya dengan Luhan, namun wajah namja itu terlihat menahan sakit. Sementara Chanyeol meneguk ludahnya kasar.

"Ahh.. Sehun-ah" ringis Luhan kemudian Sehun menoleh. Melakukan kembali pekerjaannya. Sementara Baekhyun menampakkan raut cemas sambil sesekali meringis saat melihat Luhan mengeluarkan banyak darah. Ini juga salah satu alasan mengapa dia berteriak heboh.

Tangan Sehun gemetaran ketika mencabut sebuah jarum dari dalam perpotongan antara lengan atas dan lengan bawah Luhan. Pemuda manis itu sempat menatap Sehun beberapa kali dengan senyuman terpana meski dia merasa kesakitan tapi dia kagum pada kemampuan pria ini.

Luhan kembali meringis pelan. Sehun meniup-niup bekas suntikkannya. Lalu menempelkan satu kapas bersih pada lengan Luhan dan memplesternya dengan hati-hati.

Kemudian pandangannya beralih pada Baekhyun dan Chanyeol yang berwajah lebih kacau dari mereka. Keringat di sekitar pelipis juga debaran jantung tidak karuan. Kondisi mereka begitu buruk akibat pikiran laknat Park Chanyeol yang membuat panik mereka berempat. Padahal Sehun dan Luhan hanya melakukan simulasi pengambilan sample darah. Tidak lebih.

"Ya ampun Baekki kau membuatku kaget! Hampir saja Luhan-ssi kehabisan darah. Maafkan aku Luhan-ssi. Aku benar-benar pemula" ujar Sehun sesekali mengelus dadanya lalu tersenyum kikuk pada Luhan.

Pria manis itu menggeleng senang. "Aniyo Sehun. Kau hebat! Mungkin kau pantas jadi dokter hehe" senyum Luhan lalu menatap Baekhyun dan Chanyeol dengan ekspresi berbeda.

"Dan apa yang kudengar tadi? Seks? Yang benar saja! Kami tidak melakukan apapun Baekhyun-ah!" sahut Luhan dengan semburat merona begitu pun Sehun.

"Ahh… Maaf. Habis tadi dari luar suara kalian benar-benar ambigu" tuturnya tersenyum canggung sambil menggaruk rambutnya tak gatal.

"Aku tahu semua ini pasti karena Chanyeol kan? Jika bukan dia kau pasti tidak akan histeris seperti ini. Lagipula Sehun hanya menyuktik-ku kok. Bukan hal macam-macam" ucap Luhan menatap tajam Chanyeol yang membuang muka.

"Hahhh… sudahlah aku lapar! Sebaikanya kita segera pergi!" jawabnya asal kemudian berbalik dan menutup mulut.

Sial! Ternyata bukan seks. Sebenarnya dia sudah menduga akan hal itu. Mana mungkin para bedebah polos seperti Sehun dan Luhan sudah mendahuluinya melakukan tahap kedewasaan? Mereka harus melewati seribu tahun terlebih dahulu baru mengenal apa itu arti bercinta. Well, terkadang pikiran Park Chanyeol memang terlalu jauh sampai-sampai menyusahkan banyak manusia.

Tapi suara desahan Luhan yang dia bayangkan menjadi Baekhyun membuat tubuhnya menegang. Ini bukan hal baik. Hasrat Tuan Park sudah teransang sedikit. Apalagi melihat ekspresi malu-malu Baekhyun saat berjalan keluar UKS.

Uhh, tahanlah Park Chanyeol!

Keempat namja itu telah sampai di sebuah restoran mewah—milik Chanyeol dulu saat pertama kali mengajak Baehkyun kencan. Tanpa malu lagi Baekhyun menggandeng tangan Chanyeol yang berjalan mendahuluinya. Luhan dan Sehun di belakang mereka sempat tersenyum kecil menanggapi gerakan-refleks-tak-sadar-Byun-Baekhyun.

"Silahkan"

Tidak berapa lama pesanan datang dan mereka mulai makan sambil sesekali melempar gurauan cerita. Namun beda halnya dengan Ketua Park yang tetap diam. Sebenarnya bukan apa-apa. Hal ini—double date, sudah terjadi beberapa kali! Hanya saja pria jangkung ini terdiam karena sedang menahan sesuatu.

"Ah aku lupa! Chanyeol kau bawa mobil kan? Habis ini aku harus pergi ke suatu tempat dengan Sehun. Bisakah kau mampir ke apartemen Kai dan menghantarkan kunci loker juga black card ini? Dia menitipkannya padaku kemarin" jelas Luhan. Chanyeol meraih kunci dan kartu itu dengan malas. Sedangkan Baekhyun menatap tercengang. Mereka memang benar-benar anak orang kaya.

"Kau mau kemana Luhan-ssi?" tanya Baekhyun sambil tersenyum pada Luhan dan Sehun yang saling berpandangan.

"Emm… Hanya ke perpustakaan kota saja kok. Kalian mau ikut?"

"Ah! Tidak! Aku sudah pernah kesana sekali dan jangan mengajakku lagi bersama kalian! Tempat itu bukan tempat hiburan yang menyenangkan!" tolak Chanyeol cepat.

Luhan mendecih. "Tentu saja bodoh! Perpustakaan bukan klub malam. Dasar mesum! Byun Baekhyun sebaiknya kau jangan mau jadi kekasihnya. Dia sangat menyebalkan"

"Ya Lu! Apa yang kau katakan barusan? Kau tidak lihat kelakuanmu dengan Oh Sehun saat di UKS?"

Sehun dan Luhan terdiam menunduk malu. Namun Baekhyun segera mencairkan suasana. "Sebenarnya bukan mauku juga Luhan-ssi. Tapi Chanyeol—" Baekhyun menghentikan ucapannya lalu melirik kekasihnya sekilas. Chanyeol menoleh padanya dengan tatapan tidak percaya.

"Baby! Kenapa kau bicara begitu?!" pekik Chanyeol histeris sedangkan Baekhyun dan Luhan tergelak. Sehun? Dia hanya tersenyum menanggapi sikap kekanakan si pria ganas.

"Kris lebih baik" tutur Luhan dan Sehun mengangguk.

"Benar" timpal Baekhyun.

Chanyeol menggeram tertahan. "Sudah lebih baik kita cepat pergi dari sini Baek. Dua bedebah polos ini baru saja mengotori otakmu tadi dengan desahan menjijikan mereka. Sampai kau jadi berkata aneh-aneh Baby hhh.." ejek Chanyeol menarik tangan Baekhyun pergi. Tidak lupa dia memperlihatkan senyum penuh kemenangan karena telah membuat canggung kembali suasana kedua namja itu.

Wajah Luhan dan Sehun memerah padam. Mereka memang duduk bersebelahan tapi atmosfir di sekeliling mulai berubah—akward. Jujur, Luhan sendiri bingung kenapa suaranya malah terdengar seperti desahan di telinga Baekhyun dan Chanyeol? Padahal dia hanya merintih biasa. Mungkin itu efek dari sentuhan lembut seorang Oh Sehun?

Luhan membuat pergerakan bergerak terlebih dahulu. Namun, tiba-tiba tangan mereka bersentuhan tanpa sengaja. Sontak kedua namja itu mengangkat wajahnya. Menghasilkan semburat merah pekat dari Sehun maupun Luhan.

"Aishhh… Semua karena Chanyeol! Kenapa dia bisa mengira kalau kita habis melakukan—eumh… Ahh, sudahlah lupakan itu Sehun-ah" lirih Luhan frustasi menatap Sehun malu-malu. Sehun mengangguk paham.

"Emh, Luhan-ssi memang kau tidak pernah melakukan hal itu sebelumnya?" pertanyaan Sehun membuat matanya membulat.

"Tentu saja tidak Sehun! Aku masih perjaka" jawabnya cepat.

"Begitukah?"

"Tentu! Tunggu. Apa kau—sudah pernah?" raut wajah Luhan berubah sendu. Sehun menggeleng cepat beberapa kali. Luhan bergumam.

"Aku belum pernah melakukan hal seperti itu. Mungkin jika ciuman—pernah" tambah si pria cantik dengan wajah merona. Sehun tersenyum tipis. Ternyata Luhan sudah pernah berciuman sebelumnya.

"Kalau kau? Apakah sudah pernah berciuman sebelumnya Sehun?" tanya Luhan sambil mengigit bibir.

"Dibibir?" tunjuk pria itu pada bibirnya sendiri.

Luhan mengangguk ragu. Sehun tersenyum lembut dan menggeleng lagi.

"Aku belum pernah melakukannya" tukas Sehun.

Dan suasana kembali hening. Namun Luhan mulai membuka mulut dengan kepala menunduk.

"Sehun-ah"

"Ya?"

"Apa—ehem. Apa jika ada yang menawarkan untuk mengajarimu cara berciuman. Apakah kau mau melakukannya?" tanya Luhan hati-hati.

Pria berkacamata itu sedikit terkejut mengangkat kedua alisnya. Sebenarnya dia tidak mau jika melakukan hal itu bukan dengan orang yang di cintainya. Tapi ekspresi penasaran Luhan membuatnya gemas. Setidaknya bercanda dengan Luhan bukan hal buruk. Sehun sudah nyaman dengan pria cantik ini.

"Mungkin" jawabnya singkat lalu meneguk gelasnya.

"Kalau begitu—" Luhan mulai mendekatkan tubuhnya pada Sehun. Mengambil kacamatanya. Melepaskannya dengan debaran jatung hebat. Lalu mendekatkan wajahnya pada pemuda itu.

CUP

Satu kecupan mendarat pada pipi putih Sehun. Pria itu melebarkan matanya—terkejut. Lalu memegangi pipi yang baru saja di cium si manis ini. Jantungnya berdegup kencang. Sikap Luhan membuatnya tercengang.

"Kalau kau tidak keberatan. Aku mau mengajarimu" tutur Luhan dengan semburat merah.

.

.

.

Chanyeol dan Baekhyun sudah sampai di apartemen Kai ketika matahari sudah terbenam sepenuhnya. Mobil Chanyeol terparkir di basement. Namun mereka harus berjalan cukup jauh menuju lift.

"Kenapa Kai tinggal di apartemen sendiri Yeol? Aku tahu kalian anak orang kaya. Tapi apa tidak sebaiknya dia tinggal di rumah keluarganya saja? Bersama keluarga itu lebih baik" tutur Baekhyun ketika memasukki lift dan Chanyeol tersenyum lembut.

"Kai sudah tidak punya orang tua Baekki"

Baekhyun terdiam sedikit kaget.

"Be—begitukah? Maaf.." lirihnya.

"Tidak apa-apa. Lagi pula dia di asuh oleh pamannya yang tinggal di Jepang dulu. Kami semua juga mengalami hal berat masing-masing" tutur Chanyeol dan Baekhyun menggenggam erat tangan kekasihnya.

"Kai sudah tidak punya orang tua. Chen lahir dari keluarga broken home. Sementara Kris. Ayahnya sudah lama tiada dan dia hanya tinggal bersama ibunya"

Baekhyun mengangguk mendengar penjelasan Chanyeol. Lift masih bergerak membawa mereka menuju lantai dua belas. Saat bunyi berdenting mereka melangkahkan kaki mereka keluar dan Baekhyun kembali bertanya.

"Bagaimana dengan Luhan?"

"Keluarga Luhan baik-baik saja. Hanya saja ayahnya yang berkewarganegaraan Cina harus tinggal disana dengan ibunya. Sejak kecil mereka sudah jauh"

"Lalu kau?" tanya Baekhyun berharap mendapat penjelasan.

Chanyeol berhenti berjalan. Menatap kekasihnya dalam. Padahal Baekhyun sampai menahan nafas untuk mengetahui kebenaran akan kehidupan Chanyeol. Sudah tiga bulan Chanyeol masih tertutup dengannya. Namun, Baekhyun tetap sabar sampai kekasihnya mau mengatakannya sendiri.

"Aku?"

Baekhyun mengangguk polos.

"Kalau aku. Aku memilikimu Baby" ucap Chanyeol dengan senyuman manis dan mengecup gemas kening Baekhyun singkat.

"Eiishhh… Bukan itu jawabannya Yeol!" sungut si kecil merona.

Chanyeol terkekeh dan berhenti di sebuah pintu bernomer 121 dia menekan kode password pintu apartemen Kai begitu mudah. Karena pria jangkung itu sering menginap di rumah sahabatnya ini jadi dia sudah hapal betul. Tapi tetap saja hal itu tidak baik karena dia sendiri belum di persilahkan masuk saat pintu terbuka dengan sendirinya. Baekhyun membungkuk ketika menapakkan kaki mungilnya kedalam. Dia melepaskan sepatunya seperti Chanyeol lalu perlahan-lahan berjalan di sekitar ruang tamu Kai.

Apartemen Kim Jongin sungguh mewah dan luas.

"Hoii Kai! Aku datang bersama Baekhyun nih. Ada kue dan kopi untukmu. Dimana kau?"

Hening.

Tidak ada jawaban dari si pemilik rumah.

"Mungkin dia sedang tidur?" terka Baekhyun.

Pemuda itu mengangguk dan melangkahkan kakinya menuju kamar Kai. Baekhyun yang penasaran mengikuti Chanyeol bak anak ayam. Gagang pintu kamar terputar dan pintu kayu berwarna coklat itu menampakkan kamar Kai yang berhawa sedikit pengap.

Chanyeol memantung di tempatnya berdiri sementara Baekhyun masih di samping pintu kamar—bersandar pada tembok. Merasa aneh dengan tatapan kekasihnya. Si kecil mulai menolehkan kepala. Matanya membulat melihat Kai sedang berciuman panas tanpa busana. Hanya tertutup selimut dengan seorang namja yang Baekhyun kenal betul siapa dia.

Namja di bawah Kai membuka mata selebar mungkin ketika melihat dua namja lain berdiri kaku di depan pintu. Tangannya yang sedari tadi melingkar di leher Kai beralih pada dada Kai dan mendorongnya panik sambil menarik selimut dengan cepat.

"Ada apa?" heran Kai lalu mengikuti tatapan mata bulat namja ini.

"Chanyeol? Baekhyun?" ucap Kai nyaris tidak bersuara.

"Baekhyun…"

"Kyungsoo apa yang kau lakukan disini?" pertanyaan bodoh terlontar dari bibir Baekhyun yang masih-sangat-terkejut.

Wajar! Siapa yang tidak terkejut melihat sahabatmu yang polos berakhir di ranjang sedang berciuman panas tanpa pakaian bersama namja yang dulunya Kyungsoo bilang dia sangat membenci para penguasa sekolah— termasuk Kai.

"A—aku…" gugup Kyungsoo.

Kali ini matanya memandang pada Chanyeol. Pria itu hanya membuang muka dan berbalik menjauh. Dada Kyungsoo terasa terhimpit saat itu juga. Kai menatap kepergian Chanyeol lalu Kyungsoo bergantian. Pemuda bermata bulat sudah menunduk dalam pada lipatan kakinya sambil mengerang menyesal.

"Chanyeol! Kau mau kemana?" sahut Baekhyun yang segera berlari menghampiri kekasihnya. Tiba-tiba Kai keluar dari kamarnya tanpa atasan tapi dia sudah mengenakan jeans.

"Yeol. Aku bisa jelaskan"

"Jelaskan apa?"

"Ini semua tidak seperti yang kau pikirkan"

"Kenapa kau jadi panik begitu? Berhentilah memasang wajah seakan kiamat besok. Aku baru tahu kau telah menjadi kekasihnya selama ini. Baguslah kalau begitu"

"Bukan! Dengarkan aku dulu Yeol!"

"Tidak apa-apa. Lagipula kalian serasi. Dan aku sudah tidak peduli lagi apa pun yang berhubungan dengannya. Oh ya, ini kunci loker dan card-mu yang Luhan titipkan padaku. Kami harus pulang. Kajja Baby" paparnya menarik kembali tangan Baekhyun tanpa melihat Kai dan Kyungsoo yang berdiri di depan pintu.

Kai menoleh kebelakang. Dia mendapati Kyungsoo di balut dengan selimut miliknya. Matanya berair dan tubuhnya seketika terduduk lemas. Kai segera menghampiri Kyungsoo dan memeluknya lembut.

"Sudah tidak apa-apa Soo. Aku ada disini" ucapnya menenangkan.

Kyungsoo mengangguk.

"Gomawo Kai…"

.

.

Baekhyun sejak tadi terdiam di mobil. Kepalanya berputar mencerna percakapan Kai dan Chanyeol barusan. Namun tidak sempat dia menjabarkan semua teka teki ini dengan baik. Mobil Chanyeol sudah berhenti tepat di depan rumahnya.

Si mungil ini segera turun. Matanya terus memandang sang kekasih yang berdiri di sebelah mobil. Chanyeol mengangkat tangannya. Mengusap pelan surai krem itu dan mengecup puncak kepala Baekhyun lembut.

"Sampai besok Baby" ucapnya lalu tersenyum. Kembali masuk pada mobil sport berwarna merah.

Baekhyun terpaku. Bahkan tidak membalas lambaian tangan Chanyeol ketika mobilnya menjauh dari kediaman keluarga Byun. Si mungil ini terheran-teran dengan sikap Chanyeol. Biasanya pemuda itu lebih suka menghabiskan waktu berlama-lama sampai malam bersama Baekhyun. Lantas kenapa sekarang Chanyeol bertindak aneh dan mengabaikan Baekhyun meski dia sendiri tidak sadar?

Jarum jam menunjukkan pukul sepuluh malam. Baekhyun masih bergelut dalam pikirannya. Dia merasa hari ini sangat aneh. Luhan dan Sehun yang terlihat seperti err—bercinta? Namun justru sebaliknya malah Kai dan Kyungsoo yang jelas-jelas tertangkap basah habis bersetubuh. Semua ini membingungkan dan terasa sangat aneh. Apalagi sikap Chanyeol yang berbeda tadi. Pasti ada sesuatu yang di sembunyikannya.

Lay merasa bosan karena pengunjung Bar tidak ramai seperti biasa. Tapi pandangannya teralihkan pada dongsaeng-nya yang sedang melamun.

"Ada apa Baeby?" tanya Lay menepuk pundak Baekhyun.

Baekhyun menghela nafas pelan.

"Ohh, bertengkar dengan Chanyeol" kekehnya. kepala Baekhyun menggeleng.

"Lalu?"

"Chanyeol benar-benar misterius" ungkap Baekhyun—masih melamun. Lay mengangguk membenarkan.

"Hyung. Apa yang harus kulakukan jika ingin dia terbuka padaku?" tanya Baekhyun sedikit sedih. Entah kenapa dia merasa gagal menjadi kekasih Chanyeol.

"Memang hubunganmu sudah sampai mana?"

Si mungil terlihat berpikir. "Sudah hampir memasuki bulan keempat"

"Heishhh, bukan itu! Sudah sejauh mana hubungan kalian—maksudku. Apakah kalian sudah berciuman?" tanya Lay dan Baekhyun mengangguk dengan polosnya.

"Hebat juga untuk anak seusiamu! Tidak kusangka bibirmu sudah tidak perjaka Baeby" salut Lay sambil mengusap gemas bibir Baekhyun yang terus menghindar risih.

"Nah, kalau kalian sudah pernah berciuman itu artinya kalian sudah paham perasaan satu sama lain bukankah begitu?" terka pria berdimple ini.

Baekhyun hanya menunduk. Dia sendiri tidak tahu apa dia sudah paham betul mengenai perasaannya. Yang jelas saat ini Baekhyun menyayangi Chanyeol. Meski terkadang pria itu terlihat menyebalkan dan masih saja bersikap kasar. Tapi itulah salah satu poin plus Chanyeol di mata Baekhyun.

"Mungkin karena kau masih pasif Baeby" tutur Lay saat menangkap perubahan ekspresi dongsaeng-nya.

Alis Baekhyun berkerut. Pasif? Apa maksudnya? Kenapa malah membahas masalah pasif atau tidaknya dalam berhubungan?

"Lalu aku harus apa?"

"Kutanya. Apa teman-temanmu sudah pernah bercinta?"

DEG!

Pertanyaan Lay membuat mata Baekhyun membulat dan pipinya merona. "Su—sudah sepertinya"

"Lalu kau?"

"Ya Hyung! Tentu saja belum!"

"Ck! Berarti ini salahmu Baek" timpal Lay. Baekhyun terlihat berpikir.

Benar juga. Selama ini dia hanya berdiam dan menerima semua perlakuan manis dari Chanyeol. Jika begitu bagaimana dia bisa meyakinkan kalau dia juga mencintai pria itu? Pantas saja Chanyeol masih belum mau terbuka padanya.

"Setidaknya kau juga harus memikirkan perasaan pasanganmu Baeby. Mungkin saja alasan lain mengapa Chanyeol masih misterius—menurutmu, karena kau tidak berusaha keras untuk mencoba mengenalnya lebih dalam" papar Lay.

Baekhyun tertohok. Selama ini dia memang biasa-biasa saja bersama Chanyeol. Perkataan Lay memang 'agak' benar. Pria mungil ini selalu saja malu-malu jika bersama Chanyeol. Bahkan terkadang cuek. Itu sudah benar-benar membuktikan bahwa Baekhyun tidak bersikap seolah mereka pasangan. Hati Baekhyun terasa nyeri tiba-tiba.

"Hyung! A—ajari aku bagaimana menunjukkan perasaanku pada Chanyeol! Aku ingin menjadi seseorang yang dapat dia andalkan meski aku tahu mungkin sulit. Tapi kurasa setelah dia mengerti. Dia pasti akan terbuka padaku. Karena itu…" Baekhyun berhenti berucap. Kepalanya menunduk dalam menahan rona malu.

Lay tersenyum manis sesekali mengusap pelan surai krem Baekhyun.

"Ya ampun! Dongsaeng-ku ini benar-benar sedang jatuh cinta! Baiklah! Aku akan memberitahumu cara untuk menyampaikan perasaan juga tindakanmu bahwa kau memang serius mencintainya"

Baekhyun mengangguk dan mendekat pada Lay dengan wajah serius.

.

.

Empat belas tahun yang lalu.

Deru mesin mobil terdengar di jalanan sepi. Kediaman megah bak istana sungguh bagaikan penjara baginya. Wanita itu menangis. Terus menangisi segala masalah yang tidak kunjung selesai. Hidupnya benar-benar melelahkan. Dia ingin kabur sekarang juga.

"Hara. Kumohon bertahanlah" pinta pria yang sedari tadi terus mengejarnya dari belakang. Pria itu tidak sendirian. Dia menggendong anak kecil berusia empat tahun yang sedang tertidur.

"Maaf…. Seunghyun. Tapi aku sudah tidak bisa. Maafkan aku" isakknya pilu.

"Kumohon…. Demi anak kita" pinta Seunghyun, suaminya sekali lagi.

Hara, si wanita yang hendak kabur menatap sendu wajah mungil yang tertidur pulas. Hatinya terasa sesak berniat meninggalkan pria kecil yang telah memberikannya julukan ibu. Dia ingin lebih lama lagi bersama permata kecilnya. Namun sayang. Takdir berkata lain. Kehadirannya tidak pernah diinginkan meski pria di hadapannya bersikukuh mempertahankan hubungan mereka.

"Tuan Seunghyun! Sedang apa anda disana?" seruan seorang bodyguard berbadan tegap dari dalam rumah membuat panik suasana di depan pagar.

"Maaf Seunghyun. Tidak ada waktu lagi. Aku berjanji akan menemuimu kembali" gugup Hara sambil menarik kopernya.

"Kumohon jangan tinggalkan aku. Apa kau tidak menyadari bahwa dia akan merasa sangat kehilangan ibunya?" Seunghyun ikut terisak pelan.

Hara diam menatap sedih buah hatinya. Tangannya terulur mengusap surai coklat gelap anaknya. Sungguh, demi apappun yang ada di dunia ini. Meninggalkan anak dan suami bukanlah pilihannya. Tapi dia tidak akan punya kesempatan lain untuk kabur dari penjara mematikan ini. Sang ibu mertua terlalu kejam padanya. Mau tidak mau dia harus pergi.

"Kau harus jadi anak baik yah. Ibu akan menemuimu lagi. Ibu berjanji. Suatu saat nanti kita pasti akan bertemu lagi..." ucap Hara dengan senyuman hangat. Dia mendekatkan wajahnya pada putra kecilnya meski berlinang airmata. Mencium keningnya penuh kelembutan.

"Ibu menyayangimu Chanyeol-ah. Jaga dirimu baik-baik"

Sebelum akhirnya menyisakan kenangan terakhir ciuman singkat sepasang suami istri. Gerbang besar berwarna hitam tertutup. Mata bulat si anak bersurai coklat gelap terbuka. Pandangannya buram. Keningnya merasakan hangat. Tapi sepintas dia juga merasa kehilangan.

"Ibu…."panggilnya tanpa mendapat jawaban lagi.

#Flashback end

Chanyeol membuka matanya. Deru nafas terputus-putus, peluh membasahi seluruh wajahnya, debaran jantung bergemuruh, juga bunyi bel apartemennya yang berdenting terus menerus hingga membangunkan dirinya dari alam bawah sadar.

Pemuda itu bangkit seraya mendudukkan tubuhnya. Kepalanya terasa sakit. Dia berusaha mengatur nafasnya kembali normal. Sial. Mimpi laknat itu datang kembali.

Pandangannya diarahkan keluar jendela besar yang terpajang di sebelah nakas. Hujan deras menguyur kota Seoul.

Tidak berapa lama beberapa dentuman keras di pintu depan membuat jantungnya serasa mendapat hentakkan. Chanyeol terkaget mendengar suara yang familiar di rongga telinganya. Dia segera bangkit dan melangkah sedikit cepat pada pintu utama. Dentingan bel tidak berhenti berbunyi. Sampai akhirnya pintu terbuka lebar dan menampakkan sosok anak anjing manis habis tercebur ke dalam selokan—Oh, bukan. Itu Byun Baekhyun ._.

"Baby?" ucap Chanyeol membelalakan mata.

"Hiks… Kupikir kau mati" perkataan spontan Baekhyun menghasilkan kerutan di kening si pria jangkung.

Namun tidak dapat di pungkiri dia masih tercengang. Ada dua alasan kenapa Tuan Park begitu kaget. Pertama, dari mana Baekhyun tahu lokasi tempat-bersembunyi-Chanyeol? Apartemen ini hanya para soulmate Chanyeol (minus sepupunya dan Kris) yang tahu dan pasti ini ulah Kim Jongin atau Kim Jongdae. Kedua, kenapa kekasihnya seperti habis di guyur air? Belum lagi penampilannya cukup menyedihkan. Basah dari atas rambut sampai kesepatunya. Tubuhnya sedikit meringkuk sambil memegangi kantong kertas besar yang sudah tidak berbentuk. Diluar memang hujan deras. Tapi apa dia tidak memakai mantel atau payung saat pergi kemari?

Chanyeol bukan pria tolol yang harus bertanya 'kenapa kau bisa disini?' di tengah ke-ter-cengangan-nya. Dia lebih suka mendorong tubuh Baekhyun masuk kedalam dan memberikannya baju ganti. Tidak lupa membuat susu strawberry hangat favorit Baekhyun.

"Terlalu besar" keluh Baekhyun setelah selesai mandi dan keluar dari kamar Chanyeol dengan piyama putih bergaris biru di setiap sisi baju.

Chanyeol terkekeh melihat si mungil memakai bajunya. Celana pendek yang Baekhyun pakai bahkan tidak terlihat. Yang tampak malah paha mulus seputih susu. Si jangkung menggelangkan kepala menepis pikiran kotornya. Dia memberikan senyum dengan satu tangan menepuk tempat kosong di sofa besar depan televisi. Sedangkan Baekhyun menuruti perintah Chanyeol dengan patuh.

"Minum ini dan mulailah bercerita" ucap Chanyeol menyodorkan susu strawberry hangat pada si mungil. Dia menyeruputnya sedikit sambil memandang Chanyeol dengan mata keatas. Baby Tuan Park yang satu ini sungguh menggemaskan!

"Tuhan berhentilah menggoda imanku" bisik si jangkung pelan sambil membuang pandangan dan memijit pelipisnya. Namun Baekhyun tidak mendengar permohonan konyol Chanyeol. Dia lebih tertarik menghabiskan susu manis itu.

"Aku habis kerja tadi"

Chanyeol menoleh. "Kerja? Ya! Kenapa kau malah—"

"Berhenti memotong jika aku sedang bicara" tegas Baekhyun sementara Chanyeol menahan ledakkan emosinya.

Dia tidak suka Baekhyun bekerja tanpa pengawasannya. Apalagi dia juga hujan-hujanan di tengah malam begini. Oh, ingatkan si mungil sekarang sudah tengah malam!

"Sesudahnya aku minta Lay hyung menggantikan shift-ku karena aku ada urusan. Tiba-tiba Luhan telepon dan bertanya apakah kau ada bersamaku atau tidak. Dia takut kau keluyuran lagi karena kau belum juga pulang kerumah utama. Setelah itu Kai menelponku dengan panik karena ponselmu tidak bisa di hubungi. Aku juga cemas! Park Babo ada apa dengan ponsel-mu ha? Kenapa tidak aktif?"

Chanyeol menggaruk kepalanya dengan cengiran khasnya. "Aku ketiduran Baby dan ponselku ada di dapur sepertinya"

Baekhyun menghela nafas dan memainkan jarinya pada pinggir gelas yang dia pegang.

"Kai bilang dia takut terjadi sesuatu padamu makanya dia memintaku untuk menemuimu dan minta maaf. Tapi aku kelewat panik dan tahu-tahu hujan sudah turun deras. Maka dari itu aku berlari secepat mungkin kealamat yang baru saja Kai kirim. Butuh waktu sejam untuk kemari berjalan kaki dan kukira… Kau benar-benar mati karena frustasi. Ahhh, ini semua salahmu Yeol! Aku benci jika kau seperti ini!" papar Baekhyun dan memandang Chanyeol lekat.

Chanyeol terdiam menunggu penjelasan Baekhyun sampai selesai. Dia tahu ada yang ingin Baekhyun bicarakan sampai dirinya rela kehujanan hanya untuk berlari menuju apartemen rahasia yang bahkan Luhan tidak tahu dimana itu. Jemarinya bergerak pada pipi chubby Baekhyun. Mengelusnya lembut dengan tatapan sayang.

"Jelaskan padaku kenapa kau dan Kai tadi berdebat? Apa yang kau sembunyikan dariku Yeol?" tanya si mungil, berwajah sendu.

Chanyeol meneguk ludahnya kasar. Dia lupa kalau tadi Baekhyun ada di sebelahnya dan mendengar percakapan bodoh itu. Padahal Chanyeol sudah bersikap biasa saja. Tapi sayang otak cerdas Baekhyun memang dapat diandalkan dalam mencerna kalimat tersembunyi.

"Apa… Kau pernah berhubungan dengan Kai sebelumnya?" lirih Baekhyun lalu menaruh gelasnya sambil menekuk wajah.

Chanyeol tertawa membuat Baekhyun memukul lengannya pelan. "Ya! Aku serius!"

"Kenapa kau bisa berpikir begitu?"

"Habis ucapan kalian tadi sangat aneh! Aku merasa kalian memang pernah menjalin hubungan. Lantas kalau bukan, Kai lalu—?" ucapan Baekhyun berhenti. Dia merasa paham sekilas pada sesuatu yang ganjil disini.

Tapi belum sempat Baekhyun kembali berucap Chanyeol mendekap tubuhnya erat. Deru nafas memburu terasa di leher Baekhyun. Chanyeol memejamkan matanya berharap Baekhyun tidak berbicara lebih lanjut hal yang selama ini selalu dia tutup-tutupi.

"Sudahlah. Lupakan apa yang kau lihat atau dengar hari ini" gumam Chanyeol lemah.

Baekhyun terdiam mendengar nada suara Chanyeol. Hatinya melemah. Tangan mungil itu terulur pada punggung si jangkung dan mengusapnya lembut. Kepala Baekhyun mengangguk sekali dengan mata terpejam.

"Baiklah" katanya pelan.

Chanyeol melepaskan pelukan mereka. Memandang lekat wajah Baekhyun tanpa cela sedikitpun. Seakan ingin mengklaim seluruh bola matanya. Si mungil hanya tersenyum lembut sambil mengusap pipi sang kekasih.

"Kalau kau belum siap aku akan menunggu sampai kapan pun" tuturnya membuat hati Chanyeol terasa nyeri.

Chanyeol menggenggam tangan mulus Baekhyun yang masih setia menerpa kulit wajahnya. Dia mencium telapak tangan itu dengan mata terpejam. Menyesapi aroma si mungil sambil menetralkan hatinya. Mata mereka kembali bertemu dengan pandangan yang lebih serius.

"Apakah aku bisa mempercayaimu?" tanya Chanyeol.

Entah kenapa sekarang hati Baekhyun merasa lega. Ternyata benar Chanyeol memang sedikit ragu padanya. Inilah alasan kenapa Baekhyun tadi harus pergi meninggalkan shiftnya. Dia sangat ingin bertemu dengan Chanyeol. Dan kesempatan Baekhyun untuk mengetahui semuanya adalah saat ini. Dia juga ingin membuktikan seluruh keseriusan perasaannya pada si Ketua penguasa sekolah yang terkenal garang.

Si mungil membetulkan posisi duduknya. Menghadap Chanyeol lalu menanangkupkan pipi pemuda itu. Wajahnya mendekat perlahan sampai akhirnya dia memiringkan wajah dan mencium bibir Chanyeol lembut.

Chanyeol tercengang! Baru kali ini Baekhyun menciumnya dan itu di bibir! Matanya membulat saat Baekhyun melepaskan ciuman mereka lalu menatap wajah merona kekasihnya.

"Percayalah padaku. Aku tidak akan memberitahu siapapun dan kau bisa mengandalkanku. Lalu… penuhi janjimu untuk menceritakan dirimu. A—aku sudah menciummu lebih dulu Yeol! Penuhi janjimu!" tagih si kecil sambil menggigit bibir.

Semburat rona mendominasi seluruh wajahnya. Tangannya juga menggenggam erat kaos Chanyeol saking gugupnya. Sementara Chanyeol malah tersenyum gemas sambil meraih dagu Baekhyun. Lalu mendekatkan bibirnya pada si mungil—membalas ciumannya.

"Kupikir kau tidak akan pernah melakukannya" goda si jangkung menempelkan kening mereka.

Baekhyun merenggut memukul dada Chanyeol. "Aishhh… Sudahlah aku malu! Cepat cerita!" titahnya galak.

Chanyeol tertawa.

"Baiklah, aku akan bercerita"

.

.

.

.

#Flashback

Park Seunghyun sedang sibuk berbicara dengan salah satu koleganya di telpon. Tidak berapa lama langkah seorang anak kecil menghampiri dirinya. Chanyeol kecil menunduk dan berjalan kecil menuju meja besar yang merupakan meja kerja ayahnya.

"Appa dimana eomma? Kapan eomma pulang?" Chanyeol bertanya dengan boneka rilakkuma dipelukannya.

Seunghyun menoleh, menjauhkan teleponnya sejenak. Menatap Chanyeol dengan senyuman palsu. Berusaha terlihat baik-baik saja menghadapi pertanyaan yang memang setiap hari tidak henti-hentinya sang anak lontarkan.

"Eomma pasti akan kembali Chanyeol-ah"

Hanya kalimat tersebut yang selalu Chanyeol dapatkan. Chanyeol tidak mengetahui kebenaran di balik kepergian ibunya. Semenjak neneknya meninggal dua bulan yang lalu. Sang ibu masih belum menampakkan wajahnya di hadapannya. Padahal alasan utama Hara kabur dari rumah keluarga Park adalah perbuatan sang ibu mertua yang terlampau kejam padanya.

Chanyeol kecil kerap merasa kesepian. Dia selalu berharap dapat kembali pada dekapan ibunya. Dia merindukan kehadiran malaikat penjaganya. Dirinya mulai gelisah disetiap malam dia menutup mata. Bahkan sekarang ayahnya jarang menemaninya sekedar membacakan dongeng penghantar tidur layak sang ibu. Seunghyun terlalu sibuk mengurusi perusahaan keluarga karena dia merupakan putra sulung keluarga Park.

Setelah lima bulan berlalu Chanyeol memasuki taman kanak-kanak. Disitulah Chanyeol yang berusia usia empat tahun, mengerti peran besar seorang ibu ketika menghantar anaknya belajar di sebuah sekolah. Setiap hari teman-temannya selalu mengejek dia dengan kata-kata kasar. Chanyeol bukan anak bodoh. Dia tahu bahwa keluarga lengkap adalah idaman para anak-anak seusianya. Dan anak seusia Chanyeol tidak pantas mengetahui masalah keluarga yang membebani pikiran polosnya maupun hatinya.

Sedikit demi sedikit hati anak berumur empat tahun ini berubah mendingin. Tidak jarang Chanyeol mulai berani berulah beberapa kali sampai Leeteuk juga kerepotan menangani tingkah aneh majikannya. Sampai pada suatu hari Chanyeol merasa jenuh karena sang ayah selalu memberinya harapan palsu ketika Chanyeol bertanya mengenai keberadaan ibunya. Dia ingin mendapatkan jawaban pasti dari sang ayah. Maka ketika dia menginjak usia tujuh tahun dan mulai memasuki sekolah dasar. Chanyeol kembali bertanya.

"Appa. Kapan eomma pulang? Sudah hampir tiga tahun appa. Kau bilang eomma akan pulang. Tapi kenapa dia belum pulang juga? Kemana sebenarnya eomma pergi?" bertubi-tubi pertanyaan yang sama memilukan hati Seunghyun.

Seunghyun tidak menjawab. Dia tetap terfokus pada berkas-berkas kantor di meja kerjanya. Memang akhir-akhir ini Seunghyun lebih dingin pada putranya sendiri. Karena kesibukkan dalam mencari uang dan memimpin perusahaan. Seunghyun melupakan pesan Hara—sang istri untuk menjaga Chanyeol.

Chanyeol kecil kembali memasang wajah sedih. Tangannya terkepal erat. Dia ingin tahu sesuatu. Semua anggota keluarga, baik maid maupun butlernya jika ditanya selalu menjawab hal yang sama—Tidak tahu. Dan Chanyeol tidak bisa lagi menahan semua emosi yang selama ini dia pendam. Dia ingin kejujuran dari ayahnya.

"APPA! DIMANA EOMMAKU? KENAPA EOMMA TIDAK PERNAH PULANG?! SEBENARNYA DIMANA DIA?!" teriak Chanyeol, marah.

Seunghyun menatap putranya sengit. Dia sangat terkejut! Baru kali ini Chanyeol bicara keras-keras padanya. Padahal Seunghyun selalu mengajarkan sikap sopan santun pada orang yang lebih tua. Emosi Seunghyun juga ikut tersulut.

"Kenapa nada bicaramu seperti itu pada appamu Park Chanyeol?"

"JAWAB SAJA DIMANA EOMMAKU?! AKU TIDAK INGIN MENDENGAR KEBOHONGAN LAGI! AKU INGIN EOMMAKU SEKARANG!" amuk Chanyeol lalu melempar kasar semua dokumen-dokumen Seunghyun.

Maid-maid kediaman keluarga Park segera berdatangan mendengar suara gaduh dari ruangan majikannya. Leeteuk hendak masuk ketika Chanyeol mengacaukan meja kerja Seunghyun dengan membuang barang-barang. Namun sebuah tamparan telak mengenai pipi Chanyeol kecil. Mata Seunghyun berkilat marah. Sedangkan Chanyeol jatuh terduduk dilantai berkarpet ruang kerja sang ayah. Meringis memegangi pipinya yang terasa perih. Para maid juga Leeteuk terkejut melihat Tuan Besarnya yang terkenal penyabar dan ramah menjadi sangat kasar dan dingin beberapa tahun terakhir ini.

"PERGI DARI RUANGANKU SEKARANG JUGA!" gertak Seunghyun penuh amarah.

Chanyeol menangis kencang. Leeteuk segera menggendong Chanyeol kecil sambil membungkuk cepat lalu berlari keluar. Air mata kesedihan dan rasa sakit di pipinya begitu menyayat hatinya. Dia hanya ingin mengetahui kebenaran. Kenapa tidak boleh?

Sementara Seunghyun duduk di kursinya dengan frustasi. Dia menghela nafas berat sambil sesekali memijit pelipisnya. Tak terasa airmata juga jatuh membasahi wajahnya. Dia sudah tahu setelah ini sang anak pasti akan sangat membencinya. Dirinya merasa gagal menjadi seorang ayah. Tanpa kehadiran sang istri. Seunghyun bukanlah siapa-siapa. Dia juga amat sangat sedih tidak bisa menemukan keberadaan Hara setelah wanita itu menghilang tiga tahun yang lalu. Yang bisa dia lakukan hanyalah menjaga Chanyeol. Tapi sayang tidak sesuai harapan.

"Maafkan aku Hara…"

.

.

Seiring dengan berjalannya waktu Chanyeol—anak tunggal keluarga Park mulai tumbuh besar. Saat masih di taman kanak-kanak memang tidak sedikit teman yang membully Chanyeol dan dia juga sudah terbiasa akan hal itu. Terkadang mereka mengejeknya atau bahkan mengganggunya bermain. Chanyeol hanya bisa menerimanya. Toh semua yang mereka katakan memang benar.

BRAK!

Pintu yang di dobrak keras menghasilkan getaran pada jendela besar kediaman Park. Dua orang dewasa dan satu anak kecil yang sedang duduk di ruang tamu menoleh. Mereka mendapati anak berusia sepuluh tahun yang berpenampilan kotor penuh luka.

"Aigoo! Chanyeol-ah! Gwencana? Apa yang terjadi padamu?" pekik Luhan kecil—terkejut.

Luhan berlari menghampiri Chanyeol. Wajahnya penuh luka berdarah juga lutut, tangan serta sikutnya penuh memar. Anak kecil berwajah manis itu menangkupkan tangannya pada pipi Chanyeol namun dengan cepat ditepis oleh Chanyeol ketika dia meringis pelan.

"Kau berkelahi lagi?"

Luhan tidak mendapat jawaban. Tiba-tiba Leeteuk masuk terburu-buru kedalam rumah. Butler itu membungkuk sopan pada dua orang dewasa yang sedang duduk—menatap heran padanya.

"Tuan Besar maaf mengganggu. Tuan Chanyeol baru saja mengirim temannya kerumah sakit. Sekarang orang tuanya meminta pertanggung jawaban atas walinya. Apakah Tuan Besar bersedia menemui keluarga teman Tuan Chanyeol?" jelas Leeteuk berusaha tenang namun tetap saja raut wajahnya panik.

"Rumah sakit? Memangnya kenapa dengan anak itu?" tanya seorang wanita cantik yang diketahui sebagai ibu Luhan—Park Hana.

"Umh, Tuan Chanyeol menghajar wajah temannya dengan batu sampai pelipisnya sobek. Sepertinya harus dijahit dan kondisinya juga terlampau cukup parah Nona Hana" jelas Leeteuk takut-takut.

Park Haraboji—Kakek Chanyeol, menghela nafas berat lalu berdiri mengikuti Leeteuk yang langsung berlari keluar menyiapkan mobil. Sebelum sampai pada pintu utama dia sempat berpesan pada Luhan untuk mengurusi Chanyeol. Dan Luhan kecil mengangguk patuh.

"Chanyeol-ah. Kenapa kau berbuat onar lagi? Memang apa yang dia lakukan padamu sampai kau berbuat jahat padanya?" cemas Park Hana.

Chanyeol tidak menjawab. Wajahnya berpaling acuh. Tatapan tajam seakan menusuk dan penuh dendam. Chanyeol sedikit puas setelah memukul temannya yang mengejek dia seperti biasa. Sehingga tanpa bisa direndam lagi emosinya. Chanyeol langsung menghabisi wajah anak itu. Menendangnya dan melakukan kekerasan fisik sampai temannya terkapar. Chanyeol memang sempat kalah saat teman-teman si pengejek mulai membantu memukulinya. Sampai para guru datang. Acara pukul memukul itu pun berakhir.

"Aku hanya memberinya sedikit pelajaran" ucapnya dengan seringai sadis.

.

.

"DIMANA EOMMA?!" sebuah jeritan kembali menggema pada ruang pribadi Park Seunghyun—ayah Chanyeol.

Mata pria dewasa itu membulat ketika Chanyeol kembali menanyakan keberadaan ibunya. Padahal sudah tiga tahun putranya berhenti bertanya. Ternyata luka kehilangan itu belum sembuh dari hatinya. Wajar jika Chanyeol kembali menanyakan hal ini. Sekarang adalah hari ulang tahunnya yang ke-sebelas. Dan dia berhak mendapatkan kado manis. Yaitu—keberadaan ibunya yang selama ini dia pikir sang ayah selalu sembunyikan.

"Bicara apa kau Chanyeol?" ucap Seunghyun berusaha tenang.

"Aku sudah bilang kan tadi? DIMANA EOMMAKU?! KENAPA KALIAN SELALU MENJAUHKANNYA DARIKU?! SEKARANG AKU INGIN TAHU KEBERADAAN EOMMAKU DAN AKU YAKIN KAU PASTI MENYEMBUNYIKANNYA KAN?!" pekik Chanyeol dengan kasar.

Seunghyun mengerutkan alisnya. Memandang lekat putra tunggalnya yang sedang marah berkilat-kilat. Sudah hampir tujuh tahun istrinya pergi meninggalkan dirinya dan Chanyeol. Sebenarnya dia juga merindukan istrinya sama seperti sang anak.

Namun—

"Maaf. Ayah tidak tahu Chanyeol-ah" papar Seunghyun membalikkan badannya.

Mata kecil itu membulat lebar. Jantungnya terasa sesak. Selama ini dia selalu mendapat jawaban eomma pasti akan kembali namun kenapa kali ini tidak? Ternyata memang benar ibunya tidak akan pernah kembali. Sang ibu telah meninggalkannya. Padahal Chanyeol sudah berusaha sabar dengan semua ejekan dan umpatan mengenai fakta bahwa dia tidak punya ibu. Atau bahkan yang lebih menyakitkan adalah dia adalah anak haram? Tapi ayah Chanyeol pernah mengatakan berkali-kali kalau dia bukan anak haram. Ibunya hanya pergi entah kemana meninggalkannya akibat rasa benci sang ibu mertua—nenek Chanyeol yang selalu merendahkannya.

Chanyeol menangis kembali. Dia kesal pada sikap egois ayahnya. Sikap tidak peduli ayahnya. Apa ayahnya selama ini selalu memberikan perhatian padanya?

Tidak.

Park Seunghyun terlalu sibuk dengan urusan bisnisnya. Setiap Chanyeol berulang tahun dia hanya mendapat kado-kado dari pilihan sekertaris ayahnya. Hidup tanpa kasih sayang bagi Chanyeol memang sudah biasa. Bahkan dia selalu merasa dia tidak punya ayah. Namun dia menginginkan ibunya. Setidaknya dia ingin merasakan kasih sayang dari ibu kandungnya sendiri. Bukankah itu merupakan hak para anak didunia?

"Baiklah kalau kau tidak mau memberitahukan dimana eomma berada. Aku akan mencarinya sendiri. Lagipula aku tidak membutuhkan orang tua sepertimu" ketus Chanyeol dan ucapannya memang tidak main-main.

.

.

"Kenapa kau duduk disini?" tanya sosok mungil dengan payung berwarna ungu senada dengan sepatu bootnya.

Chanyeol tidak menjawab. Tubuhnya meringkuk mengigil kedinginan akibat salju yang turun semakin deras. Sudah lebih dari lima jam setelah dia kabur dari rumah dan jujur dia tidak tahu arah dan tujuannya. Dirinya masih terlalu kecil untuk kesedar menghafal jalan pulang. Mengingat selalu ada supir yang mengantarnya pulang.

"Kau tidak kedinginan?" tanya anak kecil yang sepertinya sebaya dengannya.

Tanpa banyak bertanya si anak laki-laki berambut hitam lebat menempelkan tangannya pada tangan Chanyeol. Mata polosnya membulat merasakan tangan Chanyeol yang membeku. Dia segera menarik tangan itu dan menghembuskan nafas hangatnya—spontan.

"Tenang. Aku tahu kau mengigil kedinginan" ucapnya pelan tidak berhenti menggosokkan dan menghembuskan uap itu ke tangan Chanyeol.

Chanyeol mengangkat wajahnya. Bibirnya bergetar. Wajahnya basah dengan airmata. Chanyeol nyaris mati saking kedinginan di taman ini. Dia menatap lekat namja kecil yang berusaha menolongnya.

"Aigoo. Kenapa kau menangis? Uljima…" katanya lalu mengusap bulir airmata Chanyeol.

Chanyeol tersentuh. Usapan jemari mungil ini entah kenapa terasa sangat hangat. Dia malah semakin menangis terisak-isak tanpa mengabaikan ingus yang mulai keluar dari hidungnya. Pria kecil berambut hitam ini terkekeh. Lalu mengeluarkan sapu tangannya dan menghapus jejak ingus itu. Kemudian dia menarik kepala Chanyeol mendekat. Memeluknya sesekali mengusap pelan kepala Chanyeol penuh kelembutan.

"Eomma… eommaku pergi…" isak Chanyeol membenamkan wajahnya pada dada pria kecil ini.

"Eomma-mu?" Chanyeol menangguk.

"Teman-temanku selalu mengejekku karena aku tidak punya ibu.. hiks"

"Aigoo. Mereka jahat sekali! Siapa yang berani mengatakan itu biar kupukul!" ancam si kecil tidak kenal takut. Chanyeol mengangkat kepala lalu menyeka pelan airmatanya. Ucapan manis yang keluar dari bibir lucu anak ini membuatnya terkekeh.

"Memangnya kau bisa berkelahi?" tanya Chanyeol dengan nada setengah mengejek.

Anak itu menggeleng polos. "Sebenarnya kata eomma kita tidak boleh berkelahi"

"Lalu kenapa kau mau memukulnya?"

"Supaya kau tidak sedih lagi"

Chanyeol tercengang. Hatinya merasa hangat ketika ada yang memperhatikannya. Anak ini begitu baik.

"Kau sendirian disini karena mencari ibumu? Memangnya ibumu kemana?" tanyanya dan Chanyeol memalingkan wajah.

"Dia meninggalkanku sejak aku kecil" jawabnya lesu. Anak kecil itu mengangguk imut.

"Begitu ya. Ngomong-ngomong siapa nama ibumu?"

"Lee Hara. Namanya Lee Hara" papar Chanyeol. Mata anak itu membulat.

"Ah! Benarkah? Namanya mirip dengan tante penjaga café milik ibuku. Bibi Hara" ucap anak ini dan mata Chanyeol membulat. Hatinya serasa lepas dan jantungnya bergemuruh tidak karuan.

"Be—benarkah?! Bisa aku bertemu dengan bibi penjaga café itu?" pinta Chanyeol menggebu-gebu.

Anak bersurai hitam itu mengangguk sambil tersenyum lembut. Lalu menggandeng tangan Chanyeol berjalan. Tidak berapa lama sebuah mobil sudah ada didepan area pintu taman. Pria kecil itu masuk bersama Chanyeol. Dan barulah Chanyeol tahu. Dia kembali berteman dengan Pangeran Muda seperti dirinya.

.

.

Kehidupan Chanyeol berubah dua tahun sesudahnya. Ternyata Tuhan memang adil padanya meski dia sudah terlanjur sangat kejam pada Tuhan masih menyayanginya dan memberikan kompensasi. Alasan seminggu Chanyeol menghilang adalah karena dia tinggal bersama ibunya. Meski akhirnya pihak keluarga Park menemukan Chanyeol namun dia enggan pulang kerumah. Maka tanpa sepengetahuan keluarga besar—minus Luhan, Chanyeol sering bolak-balik keapartemen seorang wanita yang tidak lain tempat ibunya tinggal.

Sungguh, jika di hari pertama dia tidak kabur saat ulang tahunnya. Dia tidak akan bertemu dengan anak yang telah membawanya pada sang ibu. Chanyeol sangat berterima kasih pada anak laki-laki itu. Perlahan-lahan hatinya berkata lain. Dari pada berterima kasih. Chanyeol ternyata mulai mempunyai perasaan khusus padanya.

Ini memang aneh. Namun dia tidak bisa memungkiri rasa berdebar setiap kali memandang wajah si mata bulat. Maka dia menyatakan cintanya pada si pria mungil saat malam pertama bulan Desember di dekat sungai Han.

"Aku tidak tahu bagaimana caranya bersikap romantis. Kau tahu sendiri aku cuma anak egois dan tidak beretika. Tapi sungguh. Ini bukan ungkapan terima kasih. Aku…. Kurasa aku menyayangimu. Kau—Mau jadi pacarku?"

Mungkin terdengar konyol untuk anak berusia dua belas tahun menjalin sebuah hubungan. Tapi tidak bisa dipungkiri. Mereka menyukai satu sama lain meskipun hubungan mereka salah. Kepala namja mungil itu mengangguk pelan dengan wajah merona.

Chanyeol begitu bahagia. Badannya bergerak spontan mendekat kearah wajah si manis dan menempelkan bibirnya pada bibir namja itu. Lalu memeluknya erat. Chanyeol merasa dia tidak membutuhkan apa-apa lagi saat ini.

Hidupnya sudah nyaris sempurna seperti seorang pangeran sesungguhnya. Dan saat itu Chanyeol tidak bisa lebih bahagia lagi. Mendapatkan seseorang yang di cintainya dan juga menemukan ibunya.

Tapi Tuhan selalu punya rencana lain.

.

.

4 Desember 20XX

Salju mulai turun dimalam awal bulan ini. Sudah seminggu sejak ulang tahunnya. Chanyeol tidak bertemu dengan kekasihnya akibat sibuk dengan urusan rumah sakit.

Ya. Sudah lebih dari dua tahun terakhir ini ternyata sang ibu menderita penyakit kanker hati. Karena itu Chanyeol selalu setia menjaga ibunya tanpa sepengetahuan sang ayah. Sementara Luhan yang merupakan keluarga Park juga ikut ambil bagian. Hanya Luhan yang bisa Chanyeol percaya di keluarganya. Maka dari itu Chanyeol tidak jarang kerap bergantung pada Luhan.

Malam ini seperti biasa. Kekasihnya meminta Chanyeol untuk datang kesungai Han tempat Chanyeol pertama kali mengungkapkan perasaannya. Hari ini juga merupakan hari spesial—Hari anniversary setahun hubungannya dengan namja manis itu.

Sejak masuk JHS Chanyeol sedikit demi sedikit berubah. Dia mulai mempunyai kelompok tersendiri. Tidak heran dia dijuluki penguasa sekolah bersama yang lain karena mereka begitu mempesona murid-murid sekolah SM JHS.

"Maaf menunggu lama. Tadi sedikit macet di depan sana" ucap Chanyeol dengan nafas terengah-engah.

Pemuda mungil itu berbalik. Tiba-tiba di hadapannya sudah ada beberapa ikat bunga mawar merah dengan senyuman manis Park Chanyeol yang menyapa pengelihatannya.

"Happy Anniversary satu tahun, sayang" serunya girang.

Tapi pemuda mungil itu hanya diam. Wajahnya terlihat muram membuat Chanyeol bingung. Chanyeol menurunkan bunganya sambil bertanya 'ada apa' pada raut sedih wajah kekasihnya. Tapi pemuda manis itu hanya menggeleng pelan tidak mau menatap Chanyeol.

"Maaf Chanyeol-ah…. Kurasa aku sudah tidak bisa bersamamu lagi" lirihnya pelan.

Mata Chanyeol membulat. Jantungnya langsung mendapat hentakan menyakitkan. Otaknya tidak bisa mencerna dengan baik setiap kata yang baru saja kekasihnya katakan.

"Sebaiknya kau pergi. Aku hanya mau mengatakan itu. Semoga kau bisa mendapatkan orang yang lebih baik. Annyeong Chanyeol-ah" paparnya cepat lalu berbalik.

Chanyeol menarik tangan pria kecil itu. Wajahnya memerah menahan luapan emosinya. Ada apa dengan kekasihnya tiba-tiba bicara tidak masuk akal seperti itu padanya?

"Apa yang kau bicarakan?! Kenapa kau meminta hubungan kita berakhir?"

"Aku sudah bilang tadi, Yeol! Aku tidak bisa bersamamu lagi! Maafkan aku. Carilah orang lain. Atau lebih baik kau bersama yeoja agar orang bisa menganggapmu normal. Kumohon lepaskan tanganku..."

"Tidak! Apa maksudmu mengatakan hal itu? Kebahagiaanku bukan orang lain yang menentukan! Aku tidak peduli mereka berkata apa. Aku mencintaimu!" teriak Chanyeol keras dan pemuda mungil itu menangis.

"Maaf…."

"Kumohon jangan begini. Kau… Jika tidak ada kau. Aku tidak akan bisa hidup dijalan yang benar lagi. Kau yang menyelamatkan kehidupanku. Kumohon jangan pergi" pinta Chanyeol memeluk pelan kekasihnya yang terisak hebat.

Tapi sayang. Tangan mungil itu mendorong pelan dada Chanyeol sampai pemuda itu menatap pedih setiap gerakan kekasihnya. Kepalanya menggeleng dengan airmata bercucuran. "Maaf. Hubungan kita sampai disini. Terima kasih Yeol" lirihnya pelan lalu berbalik dan berlari meninggalkan Chanyeol sendirian disana.

Tanpa sadar Chanyeol menitikkan airmata. Dadanya sesak. Hatinya seperti tertusuk ribuan jarum. Pandangannya buram dan dia tidak bisa berpikir jernih. Tidak berapa lama suara ponselnya bergetar. Chanyeol merogoh saku jaketnya dan mengangkat telepon dari Luhan.

"Chanyeol-ah! Cepat kerumah sakit ibumu sekarat!" sahutnya histeris.

Dan pada ulang tahun Chanyeol yang ke-empat belas. Untuk pertama kalinya Chanyeol begitu terluka. Begitu sakit. Begitu lemah. Begitu menyedihkan sampai membuat hati setiap orang yang melihatnya pilu.

Chanyeol kehilangan dua orang sekaligus yang teramat dia cintai. Cinta pertamanya. Juga ibunya yang sekarang telah benar-benar pergi meninggalkannya.

#Flashback end

.

.

.

Chanyeol menundukkan kepalanya. Suasana hening dengan isakkan juga rintikkan hujan menemani bulir bening yang lolos dari matanya. Sebenarnya dia tidak ingin menangis. Tapi apa daya? Dia juga manusia. Lemah akan sesuatu yang selalu menjadi mimpi buruknya.

Pria jangkung itu mengangkat kepala yang akhirnya harus bersandar lemah pada pinggir sofa. Dia memijit pelipis guna menghilangkan deyut perih yang melanda otaknya. Kala dia berusaha menahan tangis.

"Mianhae. Hah… Kenapa aku jadi cengeng begini. Benar-benar bukan Park Chanyeol" ocehnya dengan tawa lalu mengusap bulir airmata.

Chanyeol menoleh menyunggingkan senyum. Tapi matanya membulat melihat Baekhyun yang berurai air mata lebih sedih dari pada dirinya. Ternyata yang menangis memang bukan Chanyeol. Tapi itu adalah isakkan Byun Baekhyun—kekasihnya.

"Chanyeol-ah.." lirih Baekhyun yang tiba-tiba beranjak dari tempat duduknya dan langsung memeluk leher Chanyeol erat dari depan.

"Baby. Kenapa malah kau yang menangis?"

Baekhyun menggeleng tidak tahu. Entah kenapa mendengar kisah Chanyeol dia sangat sedih. Dia merasakan segala perasaan Chanyeol. Ternyata hal buruk terkadang selalu menimpa manusia dan untuk bangkit kembali memang tidak mudah. Baekhyun juga pernah merasakannya ketika sang ayah tertangkap basah berselingkuh di belakang ibunya.

"Aku paham sekarang. Kenapa kau jadi brengsek seperti ini" ucap Baekhyun mempererat rengkuhan pada leher pria itu. Chanyeol terkekeh kecil lalu mengusap surai krem Baekhyun.

"Mianhae. Aku akan berusaha lebih baik untuk memperbaikinya"

Kepala Baekhyun menggeleng berkali-kali di pundak Chanyeol.

"Jangan. Jadilah Chanyeol apa adanya. Jadinya Chanyeol keparat yang kusuka. Mungkin itu memang sikapmu untuk menyalurkan emosi. Tapi selama sifat kasarmu baik untuk menolong seseorang aku tidak akan akan melarangnya. Lagipula—" Baekhyun memotong kalimatnya. Melepaskan pelukan Chanyeol dan duduk nyaman di pangkuannya.

"Aku lega akhirnya kau mau terbuka padaku" lanjutnya dengan sebuah senyuman manis.

Wajah Chanyeol sontak memerah. Dia memalingkan mukannya namun terlambat. Baekhyun sudah melihatnya dan dia terkekeh gembira. Mendengar tawa si mungil Chanyeol segera menutupnya dengan sebuah ciuman singkat.

"Tidak baik mentertawakan masa lalu orang" lirih Chanyeol ketika kening mereka bertemu.

"Aku tidak mentertawakan hidupmu. Aku mentertawakan wajahmu yang memerah seperti tomat busuk Park Babo!" senyum Baekhyun lalu mengalungkan tangannya di leher Chanyeol.

Pria jangkung itu mendekap pinggang ramping Baekhyun. Dia tersenyum tampan dan mendekatkan wajahnya pada wajah Baekhyun. Hingga kedua belah bibir manis itu kembali bertemu. Chanyeol melumat perlahan bibir tipis Baekhyun. Mata si mungil telah terpejam menikmati tindakan sang kekasih. Dia juga balas melumat pelan. Menyesapi rasa dari bibir seseorang yang sedang memabukkan hatinya.

"Emmh…" Baekhyun melenguh kecil ketika lidah Chanyeol masuk kedalam bibirnya yang terbuka.

Lidah itu terus menyesak masuk lebih dalam seakan ingin mengeksplore semua yang ada di dalamnya. Wajah Baekhyun memerah ketika panas di pipinya menjalar sampai kekuping. Lenguhan-lenguhan kecil masih dia lantunkan dengan indah. Sementara setelah hampir menghabiskan beberapa menit berciuman cukup lama dan panas dengan kekasihnya. Chanyeol berinisiatif lebih dulu menghentikan perbuatannya.

"Yeol? Kau kenapa?" desah Baekhyun mengatur nafas.

Chanyeol menggeleng sambil memejamkan matanya. Dalam hati dia sudah berkomat kamit untuk tidak melakukan perbuatan lebih pada kekasihnya ini.

"Baek… menyingkirlah" ucapnya dengan nada memperingatkan.

Alis Baekhyun berkerut. "Kenapa?"

"Rrggghh" Chanyeol menggeram tertahan ketika badan Baekhyun bergeser sehingga kejantanan mereka ikut bergerak bergesekkan.

Baekhyun bukan sepenuhnya anak polos ketika merasakan sentuhan aneh itu. Dia juga sedikit mendesah biasa namun terasa begitu sensual di telinga Chanyeol. Sampai akhirnya Chanyeol mendorong pelan dada Baekhyun dengan wajah merona.

Tunggu! Kenapa situasinya seperti Chanyeol yang menjadi uke Baekhyun? Dirinya terlihat begitu keras berusaha untuk menolak keinginan tubuhnya.

"Baekkhhh… Cepat menyingkir!"

"Kenapa?" sungut Baekhyun merasa di tolak.

"Hhhhh… Sudah cepatlah menyingkir atau kau tidak akan selamat malam ini!"ucap Chanyeol sedikit meninggi.

Baekhyun mengerti arti dari ungkapan frustasi kekasihnya. Jantungnya berdebar kencang. Dia mengingat segala perkataan Lay padanya saat memberikan kiat-kiat dalam menjalankan sebuah hubungan bagai petuah. Baekhyun tidak ingin menjadi pasif lagi. Chanyeol telah terbuka padanya dan inilah saatnya untuk membalas seluruh perasaan tulus pemuda itu.

Si mungil menolak untuk bangkit dari pangkuan Chanyeol. Dia menurunkan tubuhnya. Kepalanya di miringkan, terkulai di bahu Chanyeol. Tubuhnya semakin erat menempel pada kekasihnya. Membuat Chanyeol terheran-heran.

"Aku sudah mendengar ceritamu. Dan aku merasa bersalah. Aku minta maaf karena belum sepenuhnya meyakinkan diriku untuk menjadi kekasihmu. Tapi setelah mengetahui semuanya aku merasa bodoh. Andai saja aku ada disana saat itu. Berbagi rasa sakit yang kau alami, Yeol. Andai saja aku bisa mengurangi rasa sakitmu. Aku—akan melakukannya" tutur Baekhyun lembut sedikit gugup.

Chanyeol terenyuh mendengar kalimat manis Baekhyun. Dia tersenyum hangat lalu mendekap erat tubuh si kecil. "Kau tidak perlu melakukannya Baekki. Hanya keberadaanmu disini membuatku melupakan masa laluku yang pahit" ujarnya sedikit berbohong.

Baekhyun melepaskan pelukkannya. Menatap dalam pada bola mata Chanyeol. Jantungnya berdegup lebih kencang. Tapi dia sudah siap.

"Kalau begitu maukah kau memilikiku malam ini?"

DEG!

Sontak mendengar kalimat Baekhyun, Chanyeol langsung terduduk kaku. Ada apa dengan Baekhyun-nya? Apa dia salah makan? Atau dia sedang demam akibat kehujanan tadi? Berbagai presepsi berkeliaran di kepala Chanyeol. Masalahnya ini sangat langka! Baekhyun tidak pernah ambil bagian awal untuk memulai kontak fisik mereka. Chanyeol sampai pusing menerka-nerka sikap spotan kekasihnya. Uhh, berhentilah berpikir Park Chanyeol!

Tiba-tiba Baekhyun menggenggam erat tangan Chanyeol. Mengangkatnya di sebelah wajahnya dan menciuminya perlahan.

"Kumohon jangan menolakku. Aku bisa merasakan perasaan sakit itu. Jika aku belum menjadi yang terbaik bagimu. Bagilah rasa sakitmu denganku. Aku sudah siap" ucap Baekhyun dengan tulus membuat jantung Chanyeol berdesir hangat.

Dia tidak bisa memungkiri bahwa dia begitu bahagia bisa memiliki kekasih yang sangat mencintainya seperti Baekhyun. Ternyata memang Baekhyunlah yang dia butuhkan selama ini. Pria manis ini mau berbagi suka duka bersamanya.

"Apa kau bersungguh-sungguh?" goda Chanyeol namun Baekhyun menganggapnya sangat serius dan mengganggukkan kepalanya dengan semangat 45 meski dengan rona diwajah. Sekali lagi— Chanyeol merasa speechless! -_-

"A—aku serius. Malam ini jadikan aku. Mi—milikmu sepenuhnya. Aku siap!" sahut Baekhyun bak seorang tentara yang siap berperang. Chanyeol ingin tertawa tapi tidak jadi. Baekhyun yang gugup terlihat sangat menggemaskan membuatnya semakin mencintai sosok mungil ini.

Chanyeol tersenyum tampan dan mulai mendekatkan wajahnya pada Baekhyun. Tapi tertahan ketika si mungil bergerak mundur dan memegangi dadanya.

"Tu—tunggu jantungku berdebar tidak karuan!" paniknya polos. Park Chanyeol akhirnya tergelak.

"Sudah jangan memaksakan diri Baby"

"Ti—tidak. Aku benar-benar si—siap! Hanya saja—"

"Hmm?"

"Tuntunlah aku. I—ini yang pertama. Aku tidak mengerti apa yang harus kulakukan.." lirihnya sambil mengigit bibir.

Chanyeol tersenyum lalu mengecup lama kening Baekhyun.

"Okay. I will be gentle"

.

.

.

PERDANA PART NC XD!

WARN! YAOI!

BAGI YANG BELUM SIAP BACA/MASIH DIBAWAH UMUR DISARANKAN UNTUK TIDAK BACA

BAEKYEOL AREA HERE!

Mata Baekhyun terbuka saat dia di rebahkan pada kasur Chanyeol. Namun kembali tertutup rapat ketika tubuh Chanyeol merangkak mendekat perlahan padanya. Baekhyun bersumpah jantungnya berdetak sangat kencang saat ini. Dan pikiran akan telanjang di depan Chanyeol benar-benar membuatnya serasa ingin mati. Mereka memang sama-sama namja jadi tidak perlu malu. Tapi siapa yang tidak takut jika tahu mulai hari ini dan kedepannya dia tidak akan perjaka lagi?

"Berhentilah gugup dan lakukan segala hal yang dapat membuatmu rileks Baby" saran Chanyeol lalu mengecup lembut pipi Baekhyun.

Kepala Baekhyun mengangguk. Kulitnya serasa mendapat sengatan ketika Chanyeol menyesakkan wajahnya pada sang leher. Kemudian perlahan membuka kancing piyamanya satu persatu. Baekhyun hanya pasrah dan memejamkan matanya erat sambil terus mendekap erat Chanyeol.

Bibir Chanyeol beralih pada bahu Baekhyun yang terekspos. Lalu beralih lagi mengecup lembut kulit leher Baekhyun. Memberikan beberapa tanda di sana sampai Baekhyun melenguh merasakan geli di sekitar perutnya. Pemuda mungil itu hanya mampu menahan nafas juga desahan yang hendak keluar. Chanyeol mengusap perlahan nipple kiri Baekhyun. Bibirnya turun mengulumnya tanpa cela membuat wajah Baekhyun semakin memanas.

"Ahhh…." Desahan pertama keluar dari bibir Baekhyun.

"Babyhhh…" panggil Chanyeol ketika tangan Baekhyun ikut aktif menyusup masuk kedalam kaos Chanyeol. Meraba-raba perut yang sedikit mempunyai lekukan. Baekhyun mengelinjang kegelian saat nipplenya di hisap keras oleh Chanyeol.

"Yeoll… hhhhhh. Hentikan…"

Chanyeol tidak mengindahkan perkataan kekasihnya. Dia tahu Baekhyun sedang merancau aneh karena ini pengalaman pertamanya. Tangan kanan Chanyeol bergerak menurunkan celana pendek Baekhyun. Menyisakan underwear-nya dan meremas kuat junior Baekhyun. Pemuda mungil itu memekik cukup keras. Sentuhan kekasihnya benar-benar terasa sensual.

"Panas!" keluh Chanyeol dan segera berlutut diatas Baekhyun melepas kaos yang dipakainya.

Baekhyun terpana melihat tubuh berkilat Chanyeol. Wajahnya memanas melihat tubuh kekasihnya membuatnya sangat teransang. Begitu sempurna dan seksi. Maka entah setan dari mana bibirnya menggapai bibir Chanyeol rakus. Melumat, menghisap, bahkan menjilatnya tidak karuan. Chanyeol merasa juniornya menegak. Ibu jarinya menarik celana dalam Baekhyun dengan perlahan membuat Baekhyun mendesah frustasi di sela-sela pagutan mereka.

"Yeollie apa yang kau lakukan?" cegah si mungil ketika kepala Chanyeol bergerak kebawah hendak mengulum kejantanannya.

Sekali lagi Chanyeol tidak mendengarkan ucapan Baekhyun. Bibirnya turun mengecupi setiap inci tubuh Baekhyun. Memberikan satu kissmark yang sangat kentara pada paha dalam Baekhyun.

"Yeol…" Baekhyun frustasi membekap mulutnya sendiri entah mengapa.

"Ahhhhh….engghhh"

Baekhyun terkejut ketika kejantanannya dikulum oleh Chanyeol. Dia serasa berada di awang-awang menikmati tindakan kekasihnya. Dadanya bergemuruh cepat. Ini sangat nikmat! Mulut Chanyeol benar-benar hangat terasa pada batangnya. Dia melakukannya dengan teratur sampai Baekhyun akhirnya mencapai klimaks pertamanya. Pekikkan manis itu melantun indah bagai melodi surga di telinga Tuan Park.

"A—apa yang baru saja terjadi? Kenapa aku mengeluarkan sesuatu? Yeol kenapa aku tadi seperti habis pipis? Kau baik-baik saja?" heran Baekhyun dengan pipi memerah. Chanyeol terkekeh lalu bangkit menyalurkan sperma Baekhyun lewat bibirnya. Entah kenapa Baekhyun merasa sangat semangat melumat bibir tebal itu.

"Kau habis orgasme Baby hhhh.." jelas Chanyeol tersenyum saat kening mereka bertemu

"Apa?! Benarkah?"

Chanyeol mengangguk.

Baekhyun terkejut bukan main. Dia bukan anak bodoh yang baru tahu apa itu orgasme. Pelajaran seks sebelumnya sudah pernah dia dapatkan saat menginjak kelas dua. Hanya saja belum dia praktekkan. Dan Baekhyun sangat tercengang. Dia baru saja mendapatkan kenikmatan pertamanya.

Sontak Baekhyun malu-malu menutupi seluruh wajahnya. Sang pipi memerah padam dengan bibir yang tergigit. Chanyeol tersenyum lalu mengusap lembut pipi Baekhyun melihat ekspresi menggemaskan kekasihnya.

"A—aku sangat malu Yeol. Apa yang harus kulakukan sekarang?" aku Baekhyun terkesan bodoh di hadapan Chanyeol.

Chanyeol tertawa. Dia mengecup rahang bawah Baekhyun sambil melepas penutup terakhir. Baekhyun tidak berani memandang kejantanan Chanyeol. Dia hanya bisa meneguk ludah setelah melirik sedikit dan alhasil jantungnya berdebar kesetanan.

"Tahanlah sejenak Baby"

"Ah! Tu—tunggu!" pekiknya menahan dada bidang Chanyeol.

"Wae?"

"A—apakah akan terasa sangat… Sakit?" gugupnya meneguk ludah kasar.

Chanyeol mengecup kening Baekhyun lembut. Padahal libidonya sudah di ambang batas. Entah kenapa dia masih saja berusaha sabar menahan nafsunya. Apalagi Baekhyun dari tadi benar-benar memperlihatkan kesan seorang gadis perawan yang akan di renggut keperawanannya oleh sang kekasih.

"Aku akan melakukannya selembut mungkin" Baekhyun mengangguk cepat. Namun tidak bisa di pungkiri wajahnya terlihat ketakutan.

"Kalau begitu coba kau rasakan jariku terlebih dahulu Baekki" ucap Chanyeol berat lalu melesakkan jari tengahnya pada hole Baekhyun.

Baekhyun memekik kaget. Jari panjang Chanyeol seakan menusuk-nusuk tubuh bagian bawahnya. Lalu tanpa mengindahkan rintihan Baekhyun, Chanyeol memasukkan jari kedua dan ketiga. Menggerakkannya menggunting dan memutar guna melonggarkan hole Baekhyun.

"Ahh!"

Prostat si mungil kena telak. Chanyeol segera mengeluarkan jarinya dan memandang Baekhyun yang berpeluh sangat seksi di hadapannya. Wajahnya yang memerah. Bibir bengkak juga mata sayu itu. Mengalihkan seluruh saraf Chanyeol. Kejantanannya semakin mengeras. Bibir Chanyeol bergerak menciumi leher Baekhyun yang penuh dengan kissmark. Naik keatas rahang, pipi, dan sampai pada telinga Baekhyun.

"Chanyeol-ah.."

"Seandainya dunia tahu saat ini bahwa kau begitu indah dan cantik Baekhyun" puji Chanyeol dengan nada berat. Chanyeol menatap lekat pada bola mata Baekhyun.

"Mereka pasti akan sangat iri padamu saat ini" tuturnya dengan senyuman lembut.

Baekhyun merona dibuatnya. Chanyeol mengalihkan wajahnya, mengecup singkat bibir Baekhyun. Menatapnya dalam sambil menyiratkan arti penuh cinta sedangkan Baekhyun balas tersenyum manis. Menyatakan bahwa dia akan baik-baik saja. Tangannya terulur mengusap pelan kening Chanyeol sehingga dahinya terekspos. Ouh, Park Chanyeol sungguh seksi saat ini.

"Saranghae"

Ucap Baekhyun menghasilkan seulas senyuman bahagia di wajah si pemuda ganas. Ini adalah kali pertama Baekhyun mengucapkan kata cinta pada Park Chanyeol. Dan wajah malu-malunya tidak diragukan lagi. Sangat manis dan menggemaskan!

"Nado Saranghae Baekhyun-ah. Lakukan apapun yang membuatmu menghilangkan rasa sakit ini. Tahanlah sebentar aku akan berusaha selembut mungkin" jelas Chanyeol dan Baekhyun mengangguk patuh.

Chanyeol memposisikan juniornya di hole Baekhyun. Mendorongnya sedikit demi sedikit dengan Baekhyun yang mendekap erat lehernya bersiap menahan sakit.

"Akhhhh! Chan—Chanyeol… A—appo… Ahhh!"

Rintih Baekhyun merasakan kepala junior Chanyeol menerobos masuk kedalam lubangnya. Baru awal saja sudah terasa sangat perih. Chanyeol bergerak lagi perlahan. Memasukkan setengah juniornya. Sedangkan Baekhyun menjerit terendam pada pundak pria di atasnya. Chanyeol merasa punggungnya basah akibat airmata pria di bawahnya dan dia susah bernafas karena gugup juga dekapan erat Baekhyun yang mencekiknya. Namun dia berusaha selembut mungkin pada proses penyatuan ini. Dia tahu Baekhyun merasakan rasa sakit yang luar biasa sekarang.

Chanyeol berhenti sejenak membiarkan Baekhyun mengambil nafas. Setelah dirasa waktunya pas. Dengan satu hentakkan lagi Chanyeol melesakkan juniornya sampai masuk seutuhnya kedalam hole Baekhyun. Membuat Baekhyun berteriak. Merasakan holenya terbelah dua juga penuh dengan keberadaan kekasihnya didalam.

Mereka terdiam lagi menetralkan nafas yang memburu. Chanyeol merasakan lengket di sekitar batangnya. Matanya menoleh kebawah dan membulat melihat warna pekat itu. Baekhyun meringis perlahan.

"Baby… Ya Tuhan.. Maafkan aku" ujar Chanyeol dengan wajah panik.

Tiba-tiba saja Baekhyun menggeleng, Menandakan kalau dia baik-baik saja sambil tertawa kecil. Mengartikan bahwa tubuhnya dan tubuh Chanyeol telah bersatu.

"Chanyeol ada didalamku" kekehnya berurai airmata.

Chanyeol begitu terenyuh mendengar penuturan kekasihnya. Dia mengelus pipi Baekhyun dengan punggung tangannya. Mengusap bulir bening kekasihnya lalu mencium bibir Baekhyun dengan penuh perasaan. Rasa bahagia menguap dihatinya. Akhirnya mereka bisa memiliki satu sama lain.

"Sial Baekhyun! Aku sangat mencintaimu!"

"Aku tau" kekeh si mungil diikuti Chanyeol.

"Benar kau baik-baik saja?"

"It hurts a lot. But, its okay Chanyeollie. You just have to hold me tight tonight"

Kepala Chanyeol mengangguk mendengar perkataan Baekhyun. Dia menciumi wajah kekasihnya sampai Baekhyun meronta kegelian.

"Aku sangat mencintaimu Byun Baekhyun"

Baekhyun mengangguk lalu tersenyum manis. Berapa kali dia mendengar Park Chanyeol menyatakan cinta? Sepertinya pria itu tidak pernah bosan melantunkan mantra tersebut. Tapi dia tidak memikirkannya saat ini. Dia bahagia begitu di cintai si jangkung ini.

"Aku juga. Aku mencintaimu dengan sangat Park Chanyeol"

Chanyeol mulai bergerak perlahan memaju mundurkan batangnya dengan teratur berusaha tidak menyakiti kekasihnya. Baekhyun mengangkat kepalanya. Leher jenjangnya menjadi santapan Chanyeol yang mengecupnya lembut.

"Ahh….. Ahhh…. Chanyeol…"

Batang Chanyeol bergerak maju mundur dengan teratur. Nafas mereka terengah-engah saat mencari kenikmatan dunia. Chanyeol belum puas. Maka dia mencoba mengubah tempo tumbukannya.

"Appo…. Yeollie… Ughhh" rintihnya.

"Ouh, I'm so sorry Baekhyun… Damn, why you so tight?"

Gerakan Chanyeol semakin cepat. Niatnya untuk berlaku lembut sirna sudah ketika dia menemukan kelenjar kecil itu. Juniornya menumbuk prostat Baekhyun berkali-kali. Baekhyun merasakan surga. Dia meminta Chanyeol lebih menusuk holenya dalam-dalam. Otak polosnya berubah seketika. Kenapa dia baru merasakan kalau bercinta nyatanya sangat sakit sekaligus nikmat? Perasannya mulai bercampur aduk.

"Ahh!"Baekhyun memekik saat Chanyeol lebih brutal menghujam lubang miliknya. Urat-urat kejantanan Chanyeol seakan menggesek-gesek kasar hole sempit itu.

"Chanyeol.. Aku mau…"

"Tahan sebentar lagi Babyhh… Bersama-sama oke?"

Baekhyun mengangguk frustasi menahan orgasmenya. Pinggulnya sudah sangat pegal namun Chanyeol masih sangat kuat menusukkan juniornya. Lubang Baekhyun semakin licin seiring batangnya bergerak. Air mata kembali mengalir merasakan sakit di bagian bawahnya. Kepalanya terkulai lemas memeluk bahu Chanyeol. Kakinya juga telah melingkar begitu erat dengan pinggang Chanyeol.

"Ahhhh…. Yeoool! Eungghh…"

"Baekhyunnn…"

"Uhhh… sakittt.." ringisnya.

"Sebentar lagi Babyy hhhhh. Fuck! Kau terlalu nikmat. Lubangmu sangat sempit Baekhyun" pipi Baekhyun memanas mendengar ungkapan kotor Chanyeol.

Tidak berapa lama tubuh Baekhyun tersentak dengan keras pada ranjang dan Chanyeol sampai. Mereka sama-sama menjerit penuh kelegaan. Sperma Chanyeol membasahi lubang Baekhyun sampai mengalir keluar bercampur dengan darah perjaka Baekhyun.

"Oh my… I never felt so hurt and so good at the same time" keluh Baekhyun terengah-engah sambil tertawa. Chanyeol mengikutinya. Miring membaringkan tubuhnya di sebelah Baekhyun sambil perlahan melepaskan kontak mereka.

"Gomawo Baby. Saranghae" ucap Chanyeol mengecup lembut bibir kekasihnya.

"Nado saranghae Park Babo!"

Kekeh Baekhyun sebelum akhirnya mata mereka tertutup akibat terlalu lelah. Chanyeol mengangkat punggungnya sedikit. Bibirnya mengecup kening Baekhyun yang terlelap menuju alam mimpi. Dia begitu bahagia bisa memiliki Baekhyun seutuhnya. Tuan Park memejamkan mata tertidur sambil memeluk kekasih tercinta. Tidak menyadari dering ponselnya yang bergetar berkali-kali di dapur.

.

.

.

01.10 A.M

"Tidak diangkat" keluh seorang yeoja cantik dengan mata kucing.

"Mungkin dia sudah tidur. Sudahlah aku juga ngantuk! Hari ini sangat melelahkan lebih baik aku pulang!"

"Oppa tunggu! Biarkan aku bermalam di rumahmu" rengek yeoja itu sambil merengkuh lengan namja di sebelahnya.

"Apa? Yang benar saja! Tidak! Hari ini aku ingin tidur nyenyak dan jangan ganggu aku!"

"Oppaaa" erang yeoja itu semakin manja. Wajahnya berubah cemberut dan Chen menghela nafas kasar.

Sial! Dirinya benar-benar sial terpancing kebohongan ketika yeoja itu menelponnya panik dengan alasan paspornya hilang di bandara. Nyatanya? Itu hanya trik licik semata agar Kim Jongdae menjemput kedatangannya di Bandara Incheon.

"Baiklah! Tapi jangan macam-macam! Oke?"

Yeoja itu tersenyum manis lalu menyatukan ibu jari dan telunjuknya. "Oke! Tapi bukankah kau tidak gay oppa? Kita kan pernah menghabiskan beberapa malam. Kenapa kau bertindak seolah-olah kau jijik pada wanita seperti ku?"

Chen tersenyum remeh. "Karena kau adalah sumber masalah yeoja murahan! Dan aku pasti akan di bunuh si jangkung itu jika dia tahu aku bertemu denganmu disini"

Gadis berambut panjang itu terkekeh. "Perkataanmu sungguh kasar oppa. Tapi aku senang kau tidak melupakan fakta bahwa aku memang si pembawa masalah pada kehidupan seseorang"

Chen hanya menatap dingin yeoja yang memang sejak dulu merupakan teman dekatnya. Kenapa sekarang dia malah kembali? Dirinya hanya akan merusak segala hubungan sempurna yang akan di bina seseorang saat ini. Chen menggeleng lelah dan berjalan menuju mobilnya.

Mereka berdua sudah masuk kedalam mobil. Gadis itu terus menelpon seseorang yang sangat di cintainya. Namun tidak ada balasan. Chen yang jengah menarik ponsel itu lalu membuangnya ke jok belakang.

"Ya! Oppa!"

"Dengar. Aku tidak akan terlibat dalam trik kotormu suatu saat nanti jika kau melihat kejutan pada 'pangeran brengsekmu' itu. Mengerti?" tegas Chen dengan wajah menyeramkan.

Yeoja cantik bermata kucing itu hanya tersenyum lalu menarik wajah Chen mendekat.

"Tidak bisa oppa. Hanya kau yang dapat aku andalkan. Dan mengenai kejutannya. Aku sangat tidak sabar! Tidak ada yang bisa menghalangiku untuk mendapatkan yang aku mau. Kau tahu aku kan?" jelas yeoja itu lalu mencium bibir Chen perlahan.

Chen tetap membuka matanya. Membiarkan gadis itu menggoda dirinya. Dia merasa benar-benar akan mati setelah ini. Karena baru saja menjemput Tuan Putri pembawa masalah kedalam kelompoknya.

.

.

.

Chanyeol membuka mata saat seluruh kamarnya terbiaskan cahaya mentari pagi. Matanya berkedip beberapa kali menyesuaikan pandangan sekitar. Dia belum sadar sepenuhnya. Maka dia mengusap pelan kepala depannya sambil menguap lebar bak singa jantan. Entah kenapa tadi malam dia merasa tertidur dengan sangat nyenyak.

Chanyeol berinisiatif memposisikan tubuhnya untuk duduk. Namun pergerakannya terhenti saat jemari lentik hinggap di dada bidangnya. Chanyeol menoleh. Mata bulatnya menatap biasa pada objek yang tertangkap oleh retina. Pikirannya mulai melayang pada kejadian semalam. Seulas senyum tampan tercetak dibibir seksinya.

Jika dia boleh jujur dan berteriak sekeras mungkin menyerukan pada dunia. Baginya ini adalah pagi terbaik sepanjang delapan belas tahun kehidupan Park Chanyeol. Pagi ini dirinya mendapati seorang malaikat mungil yang meringkuk bak kucing kedinginan disamping tubuhnya.

Chanyeol memindahkan tangan mungil itu dengan sangat hati-hati sambil berusaha terduduk. Takut si pemilik terbangun di kala dia sedang menyesapi dalam-dalam wajah cantik kekasihnya. Chanyeol merendahkan dadanya. Punggung tangan besar itu mengusap perlahan pipi putih sang namja mungil. Hatinya berdesir seketika mengingat kembali kejadian semalam.

Ya.. mereka sudah memiliki seutuhnya satu sama lain.

Dan Chanyeol tidak bisa memungkiri bahwa dia sangat sangat bahagia karena telah sepenuhnya memiliki seorang Byun Baekhyun—namja yang selama ini selalu memenuhi hati dan pikirannya. Bahkan dia pun tahu kalau seorang Baekhyun terbilang pemalu dan enggan melakukan tindakan awal jika mereka ingin melakukan kontak fisik. Namun lain halnya kemarin. Baekhyun serasa menjadi orang yang berbeda dan Chanyeol menyukai perbedaan itu. Sebenarnya pria tampan ini masih menerka-nerka, apa yang ada di otak Baekhyun sehingga si mungil cerewet ini bisa mengambil sikap berani padanya? Apa mungkin Baekhyun cukup teransang oleh kegiatan Kai dan Kyungsoo yang mereka lihat?

Ahh, Kai dan Do Kyungsoo..

Chanyeol sempat terdiam mengingat hal tersebut yang membuatnya nyaris setengah shock. Namun sekarang baginya itu sama sekali bukan perihal besar. Toh, dia sudah melupakan segala masa lalunya dan lebih mementingkan si manis Byun ini.

"Hemmh..." Baekhyun semakin meringkukkan tubuhnya sembari mengigau tidak jelas.

Chanyeol terkekeh kecil ketika melihat ujung bibir Baekhyun bergerak-gerak mengatup berkali-kali seperti bebek. Dia lebih merendahkan tubuhnya lalu mencium bibir mungil tersebut dengan sangat hati-hati.

"Selamat pagi Baby Baek" lirihnya tepat di wajah Baekhyun.

Tidak lama wajahnya beralih. Chanyeol mencium kening Baekhyun lembut. Terlalu lembut seakan Baekhyun adalah benda rapuh yang patut di jaga sebaik mungkin. Chanyeol menjauhkan wajahnya. Menarik selimut untuk menutupi seluruh tubuh polos Baekhyun lalu bangkit mengambil celana jeans yang berceceran di bawah ranjangnya.

Pria jangkung itu sedikit berdecak kagum ketika berdiri berdiam diri melihat kondisi kamar yang sangat berantakan termasuk pada ranjangnya sendiri. Kemudian Chanyeol melirik Baekhyun lagi. Dia tersenyum dengan wajah teramat bahagia. Seakan dunia begitu menginginkannya tersenyum setiap saat memandang malaikat mungil didepannya. Tubuhnya merunduk lagi, mengusak pelan surai kekasihnya.

"Kau pasti masih lelah. Aku akan membuatkan sarapan. Tunggulah sebentar" ucapnya pada Baekhyun yang masih tertidur lelap bagai putri diranjang Chanyeol.

.

.

Baekhyun terbangun saat indra penciumannya tidak sengaja menangkap aroma lezat dari pintu kamar yang sedikit terbuka. Dia mengusap-usap mata layaknya anak anjing kemasukkan debu. Menetralkan seluruh pandangan sejenak dengan posisi tubuh masih terbaring diranjang. Kemudian dia diam.

Memang ini kebiasaan Byun Baekhyun jika bangun pagi. Mata sipitnya selalu melamun menatap langit-langit kamar sampai kesadarannya benar-benar pulih. Isi kepalanya memaksa me-review segala hal yang bisa dia ingat semalam.

"Apa yang terjadi?" gumamnya merasakan kejanggalan.

Namun Baekhyun cukup pintar untuk tahu bahwa kamar bernuansa biru mewah ini bukan kamarnya. Dia hanya lupa dengan apa yang terjadi sampai tubuhnya bisa berakhir tanpa busana di ranjang besar ini. Baekhyun memiringkan posisinya perlahan sambil membenamkan setengah wajahnya. Seolah tidak peduli pada ranjang siapa yang sedang dia tempati saat ini. Matanya kembali tertutup sejenak. Entah mengapa tubuhnya merasa pegal-pegal termasuk pada bagian pinggang kebawah. Tiba-tiba mata sipit itu terbuka saat mendengar suara bising piring maupun benda kaca lain yang di adukan oleh meja marmer.

Baekhyun memberikan sebuah senyuman manis saat otaknya mendapati jawaban siapa si pembuat onar dipagi hari.

"Chanyeol-ah..." bisiknya dengan sebuah senyuman terlampau manis.

Baekhyun berniat bangkit dengan sikutnya terlebih dahulu. Namun ia merasakan rasa sakit ketika bokongnya nyaris terduduk diranjang. Baekhyun meringis spontan sambil mengigit bibir.

"Akhh... Perih..." rintihnya pada bagian belakang sang tubuh.

Mata sipit Baekhyun melebar melihat sesuatu di atas sprei putih. Baekhyun sungguh terkejut setengah mati. Seharusnya dia sudah mengetahui alasan mengapa bokongnya semalam terasa perih bukan main. Hole keperjakaannya telah dibobol telak oleh kekasihnya sendiri. Meski Baekhyun tidak perlu memungkir karena itu merupakan ulahnya yang sangat spontan mengajak Chanyeol bercinta.

Oh, mengingat hal itu pipi Baekhyun kembali memanas. Dia sendiri bahkan tidak mengerti mengapa semalam dia begitu agresif menyerahkan dengan pasrah seluruh tubuh mulusnya untuk Park Chanyeol. Baekhyun merasa malu dan bodoh saat ini.

Tangan mungil itu terulur menyentuh noda kemerahan juga beberapa cairan bening yang mengering— bukti cintanya untuk si berandal sekolah Park Chanyeol. Sekali lagi seulas senyuman manis entah mengapa mengembang di bibir tipisnya.

"Ternyata kau memang benar mencintaiku..." paparnya berbicara sendiri. Hatinya terasa menghangat. Bahkan jantungnya berdegup tidak stabil memikirkan momen indah malam pertama mereka.

"Tapi apa noda darah ini bisa hilang? Ah, aku harus mencucinya nanti" ucap Baekhyun kemudian berusaha berdiri menggunakan lututnya. Meraih kemeja putih Chanyeol yang dia pakai semalam.

Baekhyun bersusah payah berjalan menuju sumber wangi-wangian yang teramat menggoda perutnya. Kakinya berjalan tertatih-tatih sesekali berdesis kesakitan. Tangannya meraba-raba dinding rumah Chanyeol sebagai penyangga sebagian tubuhnya.

Sial...

Nyatanya bercinta memang sangat menyakitkan meskipun nikmat. Baekhyun sedikit merutuki sumber rasa sakit dibagian bokongnya.

Tidak berapa lama Baekhyun sudah tidak menatap tembok lagi. Pemuda manis itu menangkap sosok pria jangkung tanpa busana—pada bagian atasnya. Punggung tegap pria itu langsung menyambut pandangan paginya. Uhh, pipi Baekhyun sontak merona membayangkan kejadian semalam. Baekhyun akui kekasihnya memang memiliki tubuh yang lebih bagus darinya. Dada bidang yang tegap. Beberapa lekukan abs diperutnya. Juga pundak lebar yang dapat merengkuhnya menghantarkan kehangatan. Pikiran Baekhyun jadi melantur kemana-mana. Lantas kenapa Park Chanyeol malah memasak tanpa mengenakan atasan? Apa dia sengaja ingin menggoda Baekhyun agar mengajaknya bercinta lagi?

Si topik yang sedang dibicarakan oleh pikiran Baekhyun pun menoleh menyadari seseorang berdiri membelakanginya. Mata mereka bertemu dalam diam. Namun Chanyeol lebih cepat merespon. Dia tersenyum lembut pada tempatnya berpijak. Sementara tubuh Baekhyun menengang. Otaknya seakan terbius oleh pesona senyuman hangat dari sang kekasih. Maka dia hanya mampu berdiam kaku di tempatnya dengan kemeja kebesaran yang membuat Chanyeol akhirnya terkekeh kecil.

"Selamat pagi Baby" suara berat yang mengalun terlalu lembut menyapa rongga telinga si mungil.

Baekhyun tersadar dari lamunannya—jujur dia sedikit berfantasi aneh setelah melihat dada bidang Chanyeol yang—Ouh, jangan katakan dia tidak teransang karena hal itulah yang membuat jantungnya berdegup kesetanan. Dan nyatanya sekarang wajah Baekhyun memanas layaknya kompor tersulut api.

"Pa—pagi... Chan—yeol" gugup Baekhyun mengedarkan matanya kesana kemari menjauhi tatapan si pria jangkung.

Chanyeol hanya tersenyum sembari melangkah mendekati kekasihnya. Dia menarik tangan Baekhyun dan membawanya pada meja counter. Memperlihatkan apa yang baru saja dia hasilkan. Dan nyatanya mata sipit Baekhyun membulat dengan pipi menggembung ketika sesendok nasi goreng kimchi masuk kedalam mulutnya. Baekhyun speechless saat merasakan masakan buatan Chanyeol. Ternyata sangat enak!

"Aku tidak tahu kau bisa masak!" kagum Baekhyun dan menyendok sekali lagi nasi goreng itu kemulut tanpa duduk dimeja makan.

"Hm? Tentu saja. Namjachingu-mu ini bisa melakukan apa pun!" ungkap Chanyeol sambil melingkarkan lengannya di perut Baekhyun dan menaruh dagunya pada bahu sempit pemuda yang lebih pendek darinya.

Baekhyun mencibir. "Baru sekali di puji kau langsung berlagak sombong"

"Itu kenyataan. Bukankah memang sudah tugasku untuk membuatmu terpana akan keahlianku, Baby?" goda Chanyeol melesakkan hidungnya, menghirup aroma helai rambut krem itu.

Baekhyun menggeleng acuh. Dia lebih tertarik pada makanan di hadapannya. Sedangkan Chanyeol hanya tertawa melihat reaksi Baekhyun. Dia tahu kekasihnya ini sedang malu berat. Catat! Malu berat karena semalam telah meminta dirinya untuk bercinta dengan Chanyeol.

"Baekhyun-ah"

"Hem?"

"Wajahmu kenapa memerah?"

"..."

"Baekhyun?"

"Hem?"

"Kutanya kenapa wajahmu memerah?" Chanyeol semakin mendesak Baekhyun dan memeluknya erat dari belakang. Sedangkan Baekhyun tetap terdiam. Dia malu..

"Ya! Aku bertanya Baby Byun!"

"Aishh.. Yeol. Kenapa kau berisik sekali? Tidak tahukah kalau mukaku memang memerah alami? Babo!"

Dan jawaban Baekhyun membuat Chanyeol tergelak. Chanyeol tahu kalau kekasihnya sedang mencoba mencari-cari alasan konyol. Meski harus diakui bahwa Baekhyun tampak manis dengan wajah merona itu. Chanyeol semakin gemas menjahilinya.

"Baby"

"Hem?"

"Apa bagian belakangmu masih terasa sakit?" tanya Chanyeol sambil memutar tubuh Baekhyun agar berhadapan dengannya. Lalu menaruh piring berisi nasi goreng itu dan memandang Baekhyun dari dekat. Yang di pandangi malah menundukkan kepalanya.

Baekhyun terdiam ragu. Chanyeol kembali bertanya dan akhirnya kepala Baekhyun mengangguk kecil. Bibirnya dikulum rapat. Sebenarnya dia masih merasakan rasa sakit ini tapi lebih baik diabaikan. Toh, ini adalah salah satu bukti bahwa semalam dia dan Chanyeol sudah... Ah, biarkan saja mereka mengingatnya masing-masing.

Tiba-tiba Chanyeol mengangkat tubuh Baekhyun bak boneka. Begitu mudah dan ringan sehingga Baekhyun memekik kaget. Tapi itu tidak bertahan lama karena Chanyeol segera merengkuh tubuhnya erat. Baekhyun terheran-heran. Kenapa Chanyeol tiba-tiba mendudukkannya di meja counter? Tidak tahukah kalau meja berbahan dasar marmer ini begitu dingin saat menyentuh bokong Baekhyun?

"Maafkan aku.." bisik si pemilik suara berat.

Baekhyun hanya diam. Merasa paham, Baekhyun memberikan jarak dari dekapan pemuda dihadapannya sementara Chanyeol enggan melepaskan sang rengkuhan pada pinggang ramping itu.

"Kenapa kau minta maaf?" tanya Baekhyun menangkupkan wajah Chanyeol dengan kedua tangannya. Berusaha mengklaim tatapan mata coklat Chanyeol yang memandangnya teduh.

Chanyeol terdiam. Bibirnya mengecup pipi Baekhyun singkat lalu menatapnya lagi. "Karena kau kesakitan semalam. Apa aku begitu kasar? Maaf, sebenarnya aku sudah mencoba menahan untuk tidak bertindak terlalu terburu-buru sampai membuatmu takut atau berniat menyakitimu. Tapi nyatanya aku—"

"Sssttt... Berhentilah bicara.."

"Tidak. Aku tahu sampai saat ini kau masih kesakitan"

"Tapi itu bukan masalah Yeol. Lagipula ini memang yang pertama bagiku. Jadi, wajar saja jika terasa sakit" papar Baekhyun sedikit ragu mengucapkan hal tersebut namun tangannya tetap mengelus pipi Chanyeol lembut.

Kepala Chanyeol menggeleng. "Tidak Baek. Ayo cepat pukul aku keras-keras agar kita setimpal!"

Kepala Baekhyun mundur kebelakang. Dia mengeryit heran mendengar permintaan konyol kekasihnya.

"Kenapa aku harus?"

"Sudahlah cepat pukul kepalaku" titah Chanyeol lalu menaruh tangan Baekhyun pada kepalanya sendiri.

"Tidak mau!" Baekhyun beringsut mundur dari dekapan Chanyeol tapi Chanyeol yang keras kepala tetap bersikukuh dengan keinginannya.

"Pukul aku Baek!"

"Tidak!"

"Aku belum puas jika kau belum memukulku!"

"Ya! Berhentilah mengatakan hal-hal bodoh Chanyeol! Aku tidak akan memukulmu!"

"Tapi—"

"Chanyeol, dengar! Semalam aku yang meminta. Dan rasa sakit ini tidak seberapa. Aku baik-baik saja. Kumohon jangan salahkan dirimu sendiri sekarang. Kau telah memberikan semua hal terbaik yang bisa kau berikan padaku Park Babo!" sahut Baekhyun tegas namun menyiratkan ketulusan hatinya.

Chanyeol tertegun mendengar jawaban Baekhyun. Mata bulatnya menyusuri setiap inci dari wajah sang kekasih. Mereka saling bertatapan lama sampai akhirnya Chanyeol hendak membuka mulutnya dengan wajah penuh penyesalan. Baekhyun mendekatkan kening mereka berdua. Berbisik lirih pada pria jangkung dihadapanya.

"Kau tidak pernah menyakitiku..."

Baekhyun menutup mata. Dia berharap Chanyeol mengerti bahwa rasa sakit ini merupakan bukti cintanya semata bukan pengalaman pahit yang kekasihnya berikan.

"Gomawo Chanyeol-ah" timpal Baekhyun lalu mencium lembut bibir Chanyeol tanpa keraguan lagi.

Hati Chanyeol berdesir. Matanya mulai terpejam. Terbuai akan rasa dari benda kenyal yang menyapu seluruh permukaan bibirnya. Dia memejamkan mata. Berbalik menyesap bibir manis itu perlahan. Merasakan setiap momen yang bisa dia tangkap ketika bibirnya bertemu dengan bibir Baekhyun. Baekhyun memiringkan kepala. Alisnya berkerut dalam tanda dia sangat serius melumat-lumat bibir tebal Chanyeol kekanan maupun kekiri. Mencoba mencari posisi ternyaman ketika ciuman mereka larut semakin dalam.

Semakin lama ciuman Chanyeol semakin menuntut saat Baekhyun mengusap-usap leher belakang juga punggungnya. Bahkan Baekhyun sendiri tidak tahu entah sejak kapan satu kakinya melingkar manis pada pinggang sang kekasih.

"Emmhhh..." Baekhyun mulai mendesah. Membuat sesuatu yang seharusnya tidak bangun pada pagi hari ini terangsang.

"Ahh..." Chanyeol ikut mendesah saat bibir mereka mendapatkan celah.

Lidahnya segera masuk kedalam rongga mulut Baekhyun. Melesak lebih dalam sambil merasakan setiap detail langit-langit mulut si mungil. Mencium bibir Baekhyun lebih dalam lagi seakan tidak akan ada hari esok. Ciuman ini membangkitkan segala tindakan setan Park Chanyeol. Tangan nakal Chanyeol membuka satu persatu kancing kemeja yang melekat pada tubuh Baekhyun. Sehingga bagian atas tubuh Baekhyun terpampang jelas dimatanya. Dengan tiga kancing bawah yang masih menutupi area privasi si mungil.

"Ahh!" Baekhyun menjerit saat miliknya dan milik Chanyeol tanpa sengaja bergesekan dan terhimpit. Karena tubuh Baekhyun sedari tadi memang tidak bisa diam dan terus meliuk-liuk mengelus atau bahkan menyisir rambut Chanyeol kalap guna melampiaskan hasratnya.

Ciuman keduanya terlepas. Saliva entah milik Chanyeol atau Baekhyun sendiri turun membasahi dagu sampai keleher mulus Baekhyun. Ohh, salah. Leher Baekhyun sudah tidak mulus. Karena Chanyeol kembali memberikan tandanya kepemilikkannya berkali-kali dengan kecupan manis yang tak ada habisnya.

Baekhyun mendorong lemah wajah kekasihnya dari sang leher. Nafas mereka satu satu dengan wajah memanas sampai keubun-ubun. Obsidian mereka bertemu dalam sebuah pandangan penuh sirat akan cinta. Baekhyun tersenyum manis. Memberikan eye smile terbaiknya pada Chanyeol. Dia mengecup singkat pipi Chanyeol dengan mata terpejam. Sekali lagi, hatinya terasa hangat.

"Lakukan saja" ucapnya seolah memerintah seseorang yang berkuasa penuh akan tubuhnya. Dan Chanyeol bukan anak sekolah dasar yang harus mengatakan apa-maksud-dari-perkataan-mu-barusan-Baekhyun?

Tidak.

Sejenak pria itu menyingkap poni Baekhyun dan langsung menghadiahinya dengan satu kecupan lembut. Baekhyun terkekeh kecil ketika merasakan bibir pria jangkung itu terasa sangat hangat menyentuh dahinya. Kemudian dia memeluk Chanyeol erat ketika Chanyeol mulai menurunkan zipper jeans-nya sendiri. Jantung Baekhyun berdegup kencang saat merasakan Chanyeol sudah menurunkan celananya sambil terus mengecupi bahu Baekhyun.

"Ternyata sejak awal kau memang sudah menggodaku Baeby?" bisik Chanyeol dengan suara berat pada telinga Baekhyun.

Baekhyun hanya tertawa singkat lalu mendekatkan bibirnya pada cuping Chanyeol. Mengulumnya perlahan sambil menghembusan nafas yang memang masih terengah-engah akibat perbuatan kekasihnya.

"Aku tidak bermaksud begitu, mesum"

"Mesum? Kau sendiri nyatanya tidak memakai apa-apa di bawah sini"

"Bukan begitu... Aku—"

"Kau tidak pandai mengelak Byun Baekhyun"

"Ahh!"

Baekhyun spontan menjerit ketika tangan Chanyeol meremas kuat miliknya.

"Sekarang siapa yang terlihat sangat mesum dan menginginkan semua ini eoh?" goda Chanyeol terus mendesak Baekhyun. Membuat namja mungil ini mem-pout-kan bibirnya dengan wajah merona.

"Aku tidak mesum! Kau saja yang mudah tergoda. Hasratmu itu harus dijaga Park Babo!"

Chanyeol tertawa sambil memposisikan juniornya pada hole Baekhyun tanpa pria itu ketahui. "Kau benar. Memang hanya kau seorang yang dapat menggodaku untuk memasukimu Baek"

"Ahhh!" Baekhyun menjerit tertahan ketika batang Chanyeol melesak tiba-tiba. Kembali menembus hole-nya. Sekali lagi dia refleks mencekik leher Chanyeol begitu kuat.

Pada akhirnya Chanyeol benar-benar tidak bisa bermain sabar. Dengan cepat dia terus memaju mundurkan batangnya meski terlihat susah. Mengabaikan Byun Baekhyun yang menjerit-jerit entah itu rasa sakit ataupun nikmat disaat yang bersamaan. Chanyeol terus bergerak mencoba mencari letak kelenjar kecil yang dapat memuaskan hasratnya maupun Baekhyun.

"Ahh... Ngghh... Chanyeol... Chanyeol.. Ahh... Ahh..."

Baekhyun merancau penuh nikmat. Punggungnya sudah menyentuh meja counter yang terasa dingin sedangkan Chanyeol menindihnya. Merapatkan tubuh mereka yang lengket berpeluh. Dia semakin brutal melecehkan lubang Baekhyun. Pria itu menggeram tertahan sambil menghujam beberapa kali titik yang sama.

Tangan Baekhyun gelagapan mencari-cari pelampiasan. Maka dia menarik wajah Chanyeol dan memagut bibir tebal itu dengan rakus. Chanyeol tetap mengimbangi ciuman kekasihnya selagi terus menusuk ditempat yang sama.

"Ahh.. Yeollie... Aku..hhh... "

"Hemhh...? Wae...?"

"Hhh.. A—aku... mencintaimu... Ah!" ungkap Baekhyun mengigit bibirnya ketika Chanyeol menghentakkan miliknya sekali lagi.

Chanyeol tersenyum. Dia meraih bibir Baekhyun dan menciumnya lembut.

"Aku juga... Aku sangat mencintaimu Byun Baekhyun...hh"

Ucapnya kemudian berkonsentrasi pada ritme tusukannya. Tubuh Baekhyun bergetar. Sebenarnya dia merasakan kedinginan. Hanya saja kegiatan panas mereka mengalihkan semuanya. Chanyeol terus mendorong miliknya keluar masuk sementara Baekhyun mulai mendesah-desah memancing libido kekasihnya.

"Ahh... Uhh... Lebih kumohon..."

"Nnghh... I'm try baby. Damn! Kenapa masih sangat sempit?"

Baekhyun menggeleng tidak tahu sambil ikut memaju mundurkan tubuhnya. Kakinya menekan erat pinggang Chanyeol. Sebenarnya dia lelah dan perutnya merasakan sensasi menggelitik saat hendak menahan orgasme.

"Euunghhh... Aku tidak bi..sa.. menahannya lagi..Yeol..."

"Sedikit lagi Baekki..hhh"

"Uhh... Baekhyun..."

"Akhh... Chanyeol!"

Dan dengan dua kali hentakkan bersamaan dengan kedua jeritan tersebut Baekhyun maupun Chanyeol akhirnya sampai. Pria tampan itu membasahi hole Baekhyun dengan spremanya. Sedangkan milik Baekhyun sudah berceceran membasahi tubuh mereka berdua. Keduanya berlomba-lomba mengambil pasokan oksigen. Dada mereka naik turun tidak beraturan. Baekhyun menatap wajah Chanyeol yang masih terengah-engah akibat kegiatan mereka barusan. Dia tertawa manis membuat Chanyeol terhipnotis dan refleks tertawa sambil mencium pipinya gemas.

"Kau yang terbaik" lirih Chanyeol menyatukan kening keduanya dengan lengan Baekhyun yang bersandar pada kedua pundaknya.

"Hm. Aku tau"

Dan mereka mendekatkan wajah sampai kedua belah bibir tersebut bertemu kembali.

"Jangan meninggalkanku" bisik Baekhyun sangat pelan tepat didepan bibir Chanyeol namun Chanyeol masih bisa mendengar sejelas mungkin.

Chanyeol mengusap samping kepala Baekhyun. Dia tersenyum lembut dan berkata "Aku tidak akan pernah meninggalkanmu Byun Baekhyun.."

.

.

.

.

Sehun mencoba berkonsentrasi dengan bukunya sejak dia mendudukan kursinya di bangku perpustakaan. Namun apa daya jika seseorang yang ikut duduk disebelahnya memiliki aura gelap? Siapa lagi kalau bukan Park Chanyeol. Si Ketua penguasa sekolah yang sempat ribut dengannya beberapa bulan yang lalu.

Chanyeol memang tidak suka keperpustakaan. Ingat dia sangat benci dengan kertas-kertas tebal yang berbau seperti orang tua. Tapi ada satu hal yang membuat pria jangkung itu betah duduk manis dengan tenang disini sambil mengarahkan tatapan tajamnya pada pria mungil di ujung rak sana. Berdiri berdampingan bersama dengan sepupunya—Xi Luhan.

"Oh Sehun. Apa kau sudah pernah bercinta?" pertanyaan spontan Chanyeol dengan nada dingin langsung membuat Sehun tersedak botol air minum yang baru saja diteguk.

Sehun mengelap bekas hujan lokalnya dengan gelagapan. Dia membetulkan letak kacamatanya lalu meneguk ludahnya susah payah. Kenapa tiba-tiba Chanyeol mengatakan hal seperti itu padanya? Apa mungkin Chanyeol ingin mengajaknya—Ah! Tentu saja tidak!

"A—aku tidak pernah berbuat yang seperti itu Chanyeol-ssi" tutur Sehun dengan wajah merona.

Chanyeol mencibir, tersenyum penuh kemenangan. "Artinya kau kalah!"

"Maaf—maksudmu?"

"Jadi kau belum pernah bercinta?" Chanyeol bertanya sekali lagi. Kali ini merubah posisi duduknya menghadap si Kacamata.

Sehun menggeleng beberapa kali dengan wajah polos. Chanyeol kembali tersenyum layaknya seorang ahjjusi mesum yang hendak mengajari bocah berumur lima tahun mengenai seputar seks. Sehun sempat terdiam. Namun suatu hal terlintas di benaknya. Membuat dia terkejut dan mengeluarkan isi pikirannya.

"Tunggu! Jadi kau dan Baekhyun sudah—" Sehun tidak sempat melanjutkan kalimatnya. Dia hanya terlalu-tercengang-sampai-membuka-mulutnya-lebar-lebar. Bola matanya serasa ingin keluar dari tempat seharusnya.

Chanyeol mulai tersenyum aneh.

"Cobalah lakukan itu dengan Luhan" saran Chanyeol lalu menepuk pundak Sehun sok bersahabat.

Oh, jadi kalian berdua sudah sangat akrab begitu? Padahal niat Chanyeol hanya ingin bersombong ria saja. Dia terlalu malu untuk pamer pada Chen, Kai, dan Kris yang selalu melakukan itu dengan para kekasih mereka.

"Apa?! Tentu saja tidak Chanyeol-ssi!" pekik Sehun histeris.

"Yang benar saja! Kenapa tidak? Kau belum mengetahui kenikmatan didalamnya Kacamata!"

Sehun kembali menggeleng. "Luhan-ssi adalah temanku mana mungkin aku melakukan hal itu padanya"

"Mwo?! Teman?" sahut Chanyeol dan sontak semua murid pengunjung perpustakaan menoleh kearahnya.

Chanyeol berdecak pelan dengan ekspresi kesal. "Teman?! Kau bukan kekasihnya? Lalu kenapa kalian sangat dekat?" ujarnya merendahkan suara seolah berbisik.

"Kami hanya teman"

"Tapi kau menyukainya-kan?"

Sehun tidak menjawab. Entah kenapa pembicaraannya dengan Chanyeol lumayan nyaman. Tapi sekarang dia merasa terpojok secara tidak langsung. Sehun sendiri sebenarnya mempunyai perasaan khusus terhadap Xi Luhan. Dia ingin menyampaikannya. Namun dia selalu ragu.

"Emhh.. Chanyeol-ssi. Apakah sebelumnya Luhan-ssi sudah pernah berciuman?" tanya Sehun dengan sikap kikuk.

"Tidak"

"Apa? Tapi, dia mengatakan sudah.."

"Kalau kau ingin tahu siapa yang sudah pernah berciuman dengan Luhan sejak dulu jawabannya adalah ayahku. Paham?"

Mata Sehun kembali melebar. Jadi Luhan belum benar-benar mendapatkan ciuman manis dari seseorang yang disukainya. Berarti waktu itu hampir saja Sehun mendapatkan ciuman pertama Luhan. Hanya saja tidak jadi karena Kris datang dan membawa Luhan pulang. Sehun sempat menyesal namun sekarang seulas senyum mengembang dibibirnya. Chanyeol menoleh melihat Sehun tersenyum sendiri tidak jelas. Dia menghembuskan nafas setengah tertawa.

"Kurasa kalian benar-benar bodoh! Sama-sama menyukai satu sama lain tapi masih saja bersikap polos. Lebih baik kau cepat-cepat memiliki si cerewet itu sebelum ada yang mendekatinya lagi! Kelihatannya Kacamata sepertimu tidak buruk juga" papar Chanyeol dan beranjak dari tempatnya.

Sehun tertegun mendengar saran Chanyeol. Dia tersenyum sambil menatap Chanyeol yang berjalan mendekati teman masa kecilnya—Baekhyun. Pemuda itu langsung dirangkul mesra oleh Chanyeol dihadapan seluruh murid SM SHS yang ada di perpustakaan. Chanyeol menggeret leher Baekhyun gemas keluar ruangan megah ini sambil membisikkan kata-kata gombal yang membuat Baekhyun mencubit lengannya.

Sementara Luhan tersenyum maklum saat Baekhyun hendak pamit. Tidak berapa lama tatapannya bertemu dengan mata indah milik Oh Sehun. Mereka saling bertatapan lama sebelum akhirnya Luhan menarik sudut bibirnya. Tangan mulus itu melambai kecil tanpa cela pada si Kacamata. Sehun mencoba untuk tidak ragu lagi. Dia harus lebih berani dengan Luhan jika ingin mendapatkan hati namja itu seutuhnya.

.

.

"Byun Baekhyun, Seonsangnim ada perlu denganmu. Bisa ikut saya sebentar?" tanya Choi Seonsangnim pada Baekhyun.

"Ah, baiklah" Baekhyun menurut lalu melepaskan genggaman tangan Chanyeol darinya.

Namun tubuhnya tiba-tiba tertarik kebelakang oleh sebuah tangan. Choi Seonsangnim menatap cukup sangar perbuatan Chanyeol. Sementara Tuan Park hanya memandangnya datar. Tidak berniat mengucapkan apapun lalu menarik pergelangan tangan Baekhyun menjauh.

"Yak! Tuan Park!" sahut Choi Seonsangnim galak.

Chanyeol berhenti berjalan lalu berbalik malas. Choi Seonsangnim berjalan dengan tegap dihadapannya. Chanyeol memang penguasa disini. Tapi sudah beberapa bulan yang lalu Park Haraboji datang kesekolah ini dan mengatakan pada semua guru untuk tidak takut pada setiap ucapan cucu bengalnya.

"Apa?" acuh Chanyeol sementara Baekhyun sudah ketakutan karena Choi Seonsangnim merupakan salah satu guru ter-killer disekolah. Bisa sajakan dia juga ikut kena masalah akibat tindakan kekasih bodohnya ini?

"Kau mau membawa Tuan Byun kemana? Saya sedang ada urusan dengannya!"

"Apa urusanmu?" tanya Chanyeol masih acuh.

"Dia harus membantu saya mengerjakan laporan minggu ini!"

Baekhyun menarik pelan lengan seragam Chanyeol dari belakang punggungnya. "Sudahlah Chanyeol. Lebih baik aku pergi membantu Choi Seonsangnim dulu. Nanti kita bisa bertemu lagi kan?" bisik Baekhyun gelisah.

Chanyeol menggeleng tanpa melepaskan tatapan dinginnya pada Choi Seonsangnim yang sama-sama saling menatap lekat penuh kebencian. Baekhyun merasa situasi ini sangat genting. Ingin rasanya dia melarikan diri dari pada harus melihat si jangkung berdebat dengan guru berbahaya.

Mata Chanyeol menangkap seseorang yang dirasa pantas untuk di jadikan tumbal. Sudut bibirnya tertarik dan dia segera memanggil namja itu tanpa peduli keinginannya—hendak melakukan pembullyan samar didepan gurunya.

"Ah! Yuta kau ternyata disini hobae manis!" sahutan Chanyeol membuat salah satu adik kelas yang namanya di panggil menoleh dengan ketakutan.

"Ya—ya.. Chanyeol sunbae?"

"Kau hobaeku yang paling rajin. Kemarilah!" titah Chanyeol memanggil Yuta penuh keramahan. Yuta mendekat dengan ragu. Baekhyun melotot lalu menarik lengan seragam Chanyeol kesal. Tapi Chanyeol malah mencengkram tangannya erat membuat Baekhyun meringis dalam diam. Dia sudah tahu bagaimana sifat Chanyeol jika seseorang menolak permintaannya. Kali ini pasti Chanyeol ingin memanfaatkan orang lagi. Dan herannya Chanyeol tidak takut melakukan hal itu didepan sang guru killer.

Chanyeol menarik tubuh Yuta dengan kasar. Meremas pundaknya sedikit sambil mendekatkan bibirnya pada telinga Yuta. "Bantu Choi Seonsangnim mengerjakan laporannya menggantikan Baekhyun! Tidak ada penolakan jika kau dan teman se-kelompokmu ingin pulang selamat hari ini! Ingat itu!"

Perintah Chanyeol yang seakan berubah menjadi mantra bagi namja itu. Yuta langsung mengangguk patuh dan berlari kearah Choi Seonsangnim sambil mendorong-dorong tubuh guru itu mengajaknya menjauh. Baekhyun menghela nafas lelah. Chanyeol tersenyum puas memandang wajah kekasihnya yang sudah kesal maksimal.

"Kajja kita keatap!" ajaknya dengan senyuman manis lalu kembali melangkah.

"Chanyeol!"

"Shit! Ada apa lagi?" geram Chanyeol dengan suara kecil.

"Ya! Mau kemana kau?" tanya Kai yang berjalan mendekat bersama Kris dan Chen.

"Bukan urusanmu" ketus si jangkung.

"Kenapa waktu itu kau tidak mengangkat teleponku bodoh?! Untung saja malam itu Baekhyun mengabariku dan langsung ketempatmu!"

"Aku tidak melihat ponselku sejak sabtu kemarin" jelas Chanyeol acuh.

"Tentu saja karena kau selalu berduaan dengan Baekhyun bukan? Kelihatannya kalian mesra sekali akhir-akhir ini" puji Kris sambil bersedekap.

Chanyeol tersenyum sinis kemudian menarik pundak Baekhyun mendekat pada tubuhnya. Baekhyun yang berbadan kurus hanya bisa oleng jatuh kedalam dekapan Chanyeol. sementara Chen memperhatikan kedua namja itu dengan pandangan datar tanpa minat. Sebenarnya dia cukup khawatir akan sesuatu saat ini. Tapi dia mencoba tenang agar tidak ketahuan oleh teman-teman sekelompoknya.

"Pasti mereka sudah melakukan seks. Lebih baik kita cepat tinggalkan dua makhluk bodoh ini. Aku sudah bosan memandang kemesraan mereka layak bocah ingusan" papar Chen dingin.

"Ya! Siapa yang kau katakan bodoh bocah ingusan brengsek?!"

Chen hanya berlalu sambil mengangkat tangannya. Mengibaskannya beberapa kali tanda tidak ingin mendengar omelan Chanyeol lebih lanjut.

"Kalian sudah—"

"Bukan urusanmu hitam. Sudah kami mau pergi!" potong Chanyeol dan langsung menarik lengan Baekhyun berlari menjauh dari Kai dan Kris.

"Ya! Sialan kau Park Chanyeol! Aku belum selesai bicara!"

Chanyeol dan Baekhyun terus berlari tanpa mengabaikan teriakkan Kai yang menggema dilorong. Chanyeol tertawa-tawa sangat puas karena berhasil membuat teman-temannya terkejut. Sedangkan Baekhyun hanya ikut menimpalinya dengan terkekeh kecil. Tidak berapa lama bel pun berbunyi. Baekhyun sempat berhenti saat hendak menapaki kakinya ke tangga keatas. Namun Chanyeol tetap menarik tangannya. Mengartikan bahwa dia sudah tidak sabar.

Baekhyun merenggut. Niatnya ingin merajuk tadi kalah dengan keinginan Chanyeol yang lebih egois. Dia lalu menyodorkan kelima jarinya.

"Lima menit saja"

"Sepuluh" koreksi Chanyeol dan menarik tangan Baekhyun menapaki tangga pertama.

Pintu atap terbuka. Chanyeol menutupnya kasar. Lalu tanpa banyak aba-aba lagi Chanyeol sudah mendorong tubuh Baekhyun pada pintu dan menciumnya rakus. Baekhyun juga tidak menolak. Dia lebih suka mengalungkan lengannya pada leher Chanyeol. Mendekap tubuh Chanyeol erat sambil terus melumat-lumat bibir kekasihnya.

Ciuman mereka terlepas sejenak dengan kening yang bertemu. Nafas memburu menyapa seluruh permukaan wajah mereka masing-masing. Mata Chanyeol turun kebawah menatap Baekhyun yang menaikkan pupil matanya. Mereka tersenyum secara bersamaan tanpa sengaja.

Lalu Chanyeol kembali mencium singkat bibir Baekhyun yang terbuka. Melumatnya sekali dan membisikkan sebuah kalimat dengan penuh ketulusan.

"Aku sangat mencintaimu Baekhyun"

.

.

.

Langit sudah berubah senja. Pelajaran terakhir pun di tutup dengan bunyi bel yang memekik di seluruh sudut ruangan SM SHS. Para murid berhambur-hambur keluar kelas meski ada beberapa yang masih setia bercengkrama di dalam.

"Baekhyun, kekasihmu sudah datang menjemput" ucap Sehun ketika melihat Chanyeol berdiri di depan pintu.

Baekhyun menoleh. Sudut bibirnya menukik keatas melihat Chanyeol yang berdiri menatap tajam semua siswa kelas Baekhyun yang hendak keluar. Beberapa dari mereka bahkan bingung memilih keluar kelas atau tetap didalam kelas karena tubuh tinggi Chanyeol memblokir jalan utama para siswa siswi itu keluar.

Baekhyun terkekeh kecil melihat pemandangan itu. Chanyeol masih saja di takuti ternyata. Sebenarnya dia senang Chanyeol menjemputnya tapi dia hanya berpura-pura cuek. Entah kenapa dia masih saja malu dengan fakta bahwa Park Chanyeol adalah kekasihnya. Meski tidak seharusnya dia bersikap seperti itu karena tadi siang mereka sempat melakukan sesi bercinta kilat di atap.

Baekhyun sendiri heran dengan perasaannya yang mulai berubah akhir-akhir ini. Dia merasa menginginkan lebih seorang Park Chanyeol seutuhnya. Memilikinya. Mengklaimnya. Bahkan jika dia boleh memasang label pada tubuh Chanyeol dia akan melakukakn itu tanpa segan. Namun yang terpenting dari semua itu adalah mencintai Park Chanyeol dengan segala hal yang bisa Baekhyun berikan pada pria itu.

Baekhyun akui dia sudah jatuh cinta terlalu dalam pada pria berandal tersadis disekolah ini.

"Maaf lama menunggu" ucapnya sambil tersenyum manis pada Chanyeol yang seketika membeku di tempat.

"Ada apa? Apa ada yang aneh diwajahku?" heran Baekhyun dan mulai meraba-raba pipinya.

"Ada" jawab Chanyeol singkat.

Mata Baekhyun membulat. Dia mulai bergerak gelisah didepan Chanyeol. Mata pria itu begitu tajam memandang wajah Baekhyun. Membuat Baekhyun merona sambil terus mengusap-usap wajahnya kebingungan.

"Kau tidak bercanda kan? Bagian mana yang aneh?"

Baekhyun panik karena Chanyeol masih menatapnya lekat. Dirinya tidak ingin terlihat jelek didepan kekasihnya. Namun semua pikiran konyol akan sesuatu-yang-Chanyeol-sebutkan-aneh-ada-diwajahnya menghilang begitu saja ketika Chanyeol menangkupkan tangan kanannya pada pipi Baekhyun. Lalu entah bagaimana semua terjadi semudah itu bagi Tuan Park untuk mendaratkan bibirnya pada bibir si mungil. Tepat di pintu depan kelas!

Beberapa yeoja memekik iri dan beberapa ada yang terlihat antusias pada hubungan terlarang yang Chanyeol dan Baekhyun miliki. Mereka langsung mengeluarkan ponselnya hendak mengabadikan adegan kissing tersebut. Namun belum sempat mereka melakukannya Chanyeol sudah mendekap erat tubuh mungil Baekhyun dan membawanya pergi.

Yeoja-yeoja itu merengek kecewa. Sementara Oh Sehun yang sedari tadi berdiri dibelakang Baekhyun. Menyaksikan ciuman live itu hanya bisa berdiri membatu.

"Chanyeol! Kenapa kau berani sekali melakukan hal itu?!" histeris Baekhyun menutup mulutnya dengan rona padam.

Chanyeol hanya tertawa keras. Membuat Baekhyun semakin merenggut dan mulai melepaskan genggamannya dari tangan Chanyeol. Pria jangkung itu terlihat sangat menikmati ekspresi malu-malu kesal Baekhyun yang selalu menjadi bagian ter-favoritnya. Chanyeol mengulurkan tangannya. Merangkul kembali leher Baekhyun gemas lalu mencium kepala samping Baekhyun sambil berjalan menyusuri lorong sekolah.

"Aigo.. Kau manis sekali Byun Baek"

"Hentikan! Kau membuatku malu!"

"Benarkah? Kurasa tidak"

"Tentu saja! Aku tidak suka kau berbuat begitu didepan teman-temanku"

"Tapi aku suka"

"Ya!"

"Oh, aku mengerti. Jadi sebaiknya kita diam-diam saja jika ingin berciuman begitu?"

"Bu— bukan begitu maksudku—"

"Tenyata kau memang sangat mesum Baekki"

"Tidak! Bukan begitu! Kau salah memahami arti dari perkataan yang kumaksud Park Babo!"

"Kenapa aku harus? Yang kutahu kau hanya akan selalu merona jika kucium dimana saja. Benarkan?"

Baekhyun skakmat. Dia tidak menjawab lebih lanjut kalimat yang dilontarkan Chanyeol. Pipinya kembali memanas mengingat kejadian tadi. Kepalanya menunduk dalam menyembunyikan rona wajahnya dari sang kekasih. Chanyeol terkekeh kecil melihat sikap Baekhyun yang suka berubah-ubah mooddengan cepat. Baginya Baekhyun yang seperti ini terlihat sangat manis .

"Maksudku.. kau boleh menciumku. Tapi tidak didepan orang-orang babo. A—aku malu.." ungkap Baekhyun dan Chanyeol mengangguk mengerti.

"Baiklah. Maafkan aku Baby" pinta Chanyeol sambil tersenyum mencium tangan mungil yang digenggamnya. Baekhyun menoleh dan mengangguk malu-malu.

Chanyeol bersumpah dia ingin seperti ini selamanya dengan kekasihnya. Menatap wajah Baekhyun yang berkali-kali membuatnya jatuh cinta pada apapun perubahan sikapnya. Chanyeol tidak ingin kehilangan senyuman manis itu. Dia ingin selamanya melihat senyuman diwajah cantik Byun Baekhyun.

"Ternyata kalian baru keluar kelas" ucap Kai yang datang menghampiri BaekYeol bersama Kris dan Chen.

"Mana Luhan?"

"Aku disini! Ya! Ternyata kau sangat mesum babo! Kelas 12-2 jadi sangat heboh akibat ulahmu!" amuk Luhan yang baru saja datang bersama Sehun dan langsung memukul singkat kepala Chanyeol dari belakang.

"Ya! Tidak ada yang berhak melarangku mencium Baekhyun! Dia kekasihku!" sungut Chanyeol dan mereka pun tertawa entah mengapa.

"Aih... Berhentilah membuatku malu Chanyeol-ah" bisik Baekhyun namun kali ini Chanyeol yang tertawa aneh. Membuat para penguasa sekolah lainnya mengernyit heran akan tingkah bodoh Park Dobi satu ini.

"KYAAA! Akhirnya ketemu juga!" sebuah sahutan melengking mengagetkan para namja tampan yang sedang berdiri tepat di luar gedung sekolah SM SHS.

"Ap—"

"Kai-ah! Aku merindukanmuuuu!" jerit seorang yeoja berambut panjang sambil memeluk tubuh Kai dari belakang.

Kai yang terkejut sontak menoleh dan mendapatkan wajah cantik menyapa pengelihatannya. Matanya melebar ketika mengenali sosok wanita yang telah memeluknya erat. Para penguasa sekolah sontak terdiam kaku mematung seolah waktu memberhentikan rotasi dunia saat melihat rupa yeoja itu. Suasana entah mengapa menjadi hening mencekam bagi para pria tampan yang masih berdiri pada tempatnya.

Beberapa murid-murid yang berkeliaran di halaman sekolah menampilkan wajah yang tidak jauh berbeda dengan para penguasa sekolah. Mereka cukup terkejut dengan kembalinya gadis itu. Tidak heran jika mereka berbisik-bisik sambil memandang sang yeoja yang sepertinya terlalu acuh ketika dirinya telah menjadi pusat perhatian seluruh murid SM SHS.

"Kau.."

"Ternyata aku tidak salah! Ini memang kau Kai! Kenapa kau semakin tampan kkamjong?" tanyanya dengan senyuman manis.

"Ya! Kau—"

"Kulit eksotismu membuatku mengenalimu terlebih dahulu" lanjutnya tanpa mendengarkan omelan yang hendak Kai keluarkan. Kelihatannya seharian ini ucapan Kai selalu cepat diabaikan oleh lawan bicaranya.

Kepala yeoja itu berputar dan matanya menangkap pria tinggi nan tampan dihadapannya.

"Ah! Kris Oppa! Apa kabar?" sahut yeoja itu yang membuat Kris menatapnya tidak percaya bahkan ketika dia telah dipeluk erat olehnya.

"Kau juga semakin tampan. Aku merindukanmu Oppa. Kenapa kau tidak pernah meleponku?"

Kris tidak menjawab dia lebih suka menatap tajam sedingin mungkin yeoja yang masih melingkarkan lengan ditubuhnya. Kepala yeoja itu menoleh ketika mendapati Luhan disebelah Kris dan Chen disampingnya.

"Hai Chennie~" sapanya sementara Chen hanya mendengus pura-pura tidak tertarik atau bahkan peduli dengan yeoja yang baru saja datang dan semalam menghabiskan waktu bersamanya.

"Luhan Oppa! Kau semakin manis saja. Tidak pernah membuatku berhenti iri padamu" ungkapnya lalu merapatkan tubuhnya pada Kris seolah merengek.

"Kau... Kenapa—kau kembali?" tanya Luhan merasakan lidahnya kelu untuk semua kalimat yang hendak dia keluarkan. Luhan membulatkan matanya lebar-lebar dengan alis yang berkerut heran.

"Karena aku merindukan kalian. Makanya aku kembali!" paparnya menunjukkan seulas senyuman menawan.

Gadis itu mengedarkan pandangannya. Mata tajam layaknya seekor kucing menangkap sosok seorang pemuda yang masih saja berdiri kaku tidak begitu jauh darinya. Pemuda itu tetap tidak bergeming dengan ekpresi yang cukup memuakkan. Layaknya orang bodoh yang baru pertama kali melihat seorang dewi turun dari khayangan. Tubuhnya menegang dan nafasnya tercekat ditenggorokannya sendiri. Dirinya seolah menatap pemandangan yang tidak pernah ia lihat seumur hidupnya. Tidak bisa dideskripsikan bagaimana kondisi Park Chanyeol hanya bisa berdiam diri. Dengan mata saling bertatapan dengan gadis dihadapannya saat ini.

"Seulgi..."

Ucap Chanyeol sedikit berbisik. Bahkan tubuhnya bergetar saat menyebutkan nama itu. Sudut bibir gadis cantik itu tertarik keatas.

"Park Chanyeol" sapa gadis bermata kucing itu dengan nada rendah. Seakan nama pemuda tersebut tidak pernah terucap dari bibirnya. Sungguh lembut dan penuh siratan akan kerinduan terpendam.

Sang gadis cantik bernama Seulgi itu berjalan cepat kearah Chanyeol yang masih diam membeku. Dengan gerakan sangat cepat dan tiba-tiba. Lengan kurus itu sudah melingkar sempurna pada leher sang pria jangkung. Sampai pada akhirnya gerakan spontan tersebut mempertemukan 'sesuatu' yang menghasilkan wajah tercengang beberapa manusia disana.

"Hahhh..." Chen menghela nafas berat sambil bersandar bersedekap pada pintu mobil setelah sedari tadi menjauh ketika Seulgi datang. Diantara para murid yang masih tercengang. Kelihatannya hanya dia yang bersikap biasa saja. Pria yang memiliki senyuman joker itu sudah tahu akan seperti ini jadinya jika yeoja bermata kucing itu kembali.

Sedetik kemudian, semua pasang mata yang masih setia menjadi penonton di lingkungan sekolah bersuara riuh. Beberapa yeoja memekik histeris, bahkan ada yang berteriak heboh kesetanan melihat adegan Ketua Park dengan seorang yeoja asing yang tidak di kenal.

"Sial... Dia mulai terlihat sangat menyedihkan" lirih Chen berwajah datar.

Ah, ada satu fakta yang terlupakan—Baekhyun masih berdiri di belakang Chanyeol. Dan tangan mungilnya masih dalam genggaman hangat seorang Park Chanyeol.

Yang nyatanya dihadapannya saat ini kekasihnya sedang berciuman melepas rindu oleh gadis cantik bernama Seulgi.

.

.

.

.

"Astaga! Mereka berciuman!"

"Ahh! Dia kembali!"

"Seulgi! Yeoja itu Kang Seulgi bukan?"

"Tentu saja! Tidak salah lagi dia Kang Seulgi.. Oh, tidak dia mendapatkan bibir Ketua Park lagi..." lirih salah satu yeoja menahan tangis.

"KYAAAA! TIDAKK!"

"Aku tidak kuat melihatnya..."

"Hentikan! Hiks.."

Begitulah jeritan pilu, komentar iri, menyedihkan, memenuhi seluruh halaman SM SHS. Tentunya uraian kata yang dilampirkan lebih dominan pada suara kaum hawa. Siswa yang menjadi penonton setia pun ikut mengomentari pasangan tersebut layaknya juri menilai adegan romantis Ketua Penguasa Sekolah dan si gadis cantik.

"Haha. Mereka bagaikan sebuah lukisan yang keluar dari frame!" puji salah satu murid laki-laki— terpana memandang Park Chanyeol yang berdiri kaku dengan mata terbuka dengan Seulgi yang menciumnya tanpa izin. Sementara lain halnya bagi para siswi yang masih histeris menanggapi.

Benar.

Kedua manusia berlainan jenis itu memang sempurna. Park Chanyeol yang tampan bak pangeran sedangkan Kang Seulgi yang mempunyai aura cantik menawan layaknya Tuan Putri kerajaan. Tidak heran sejak dulu mereka memang menyandang gelar terkenal di SM SHS. Dan kedatangan Seulgi membuat para siswi-siswi menjadi semakin tertekan.

Queen Seulgi telah kembali.

Tidak butuh waktu lama bagi untuk mengenali Seulgi bagi para murid SM SHS yang sudah lama bersekolah disana . Apalagi murid-murid yang sejak SM JHS melanjutkan ke SM SHS. Mereka pasti mengenal betul siapa itu Seulgi.

Bagaikan sebuah film yang memiliki tombol pause. Semua kegiatan disekitar mereka terasa bergerak begitu lambat. Sepasang kaki mungil itu masih berpijak ditanah. Namun pikirannya melayang entah kemana. Kepalanya menunduk menatap lahan kosong yang tidak begitu menarik jika diperhatikan. Tapi apa daya? Haruskah dia mengadahkan wajahnya sekedar melihat kekasihnya sedang dicium oleh gadis lain?

Mata sipit Baekhyun memberanikan diri memandang kearah tangan kanannya. Tatapannya begitu kosong. Jemarinya mati rasa. Bahkan dia mulai merasa udara disekelilingnya menipis dan dadanya tercekat hebat.

Tangan besar yang sedari tadi memegang tangan kecilnya harus menghilang. Sehingga tidak berapa lama Baekhyun seperti disadar sepenuhnya ketika Chanyeol melepaskan tangan Baekhyun sepihak. Baekhyun hanya bisa diam tanpa membantah. Kepalanya menunduk lagi dengan berbagai spekulasi yang berkeliaran kesana kemari diotaknya.

Segalanya entah mengapa terasa begitu rumit.

Baekhyun semakin sulit bernafas menanggapi hal tersebut. Matanya memanas dan dadanya sungguh semakin terasa nyeri. Dia sendiri tidak mengerti mengapa perasaannya begini. Semuanya terjadi begitu cepat dan tidak diduga. Bahkan ketika kehilangan kehangatan tangan kekasihnya dirinya serasa diterhempas ketanah dengan keras.

Sungguh menyedihkan ekspresi Byun Baekhyun saat ini.

Seulgi menyudahi acara 'ciuman sepihak' tersebut. Menyadari pemuda tampan dihadapannya sama sekali tidak merespon ciuman manisnya. Namun gadis itu tetap tersenyum melihat Chanyeol masih memandangnya dengan tatapan yang sama seperti tadi.

"Kau tidak berubah" ucap Seulgi membuyarkan lamunan Chanyeol seketika.

Pria tinggi itu mengejapkan matanya beberapa kali seolah sadar akan sesuatu yang sedari tadi menghipnotis dirinya. Namun sekali lagi. Seulgi bergerak terlalu cepat hingga tubuh kurusnya mendekat untuk mendekap Ketua Park lebih erat. Memeluknya dengan mata terpejam seolah Chanyeol akan pergi dari pandanganya saat itu juga.

"Aku sangat merindukanmu, Chanyeol-ah—"

Baekhyun diam.

"Saranghae"

Dan pernyataan Seulgi sukses memaksa tubuh Baekhyun untuk semakin menjatuhkan dirinya kebawah. Betapa sakitnya hati sang pemuda mungil itu mendengar satu kata cinta yang keluar begitu mudah dari mulut sang yeoja asing. Entah mengapa Baekhyun bahkan tidak menangis. Dia cukup pintar untuk menyadari bahwa dia masih terlalu bingung dengan situasi ini. Sehingga airmatanya lebih baik tidak dikeluarkan sekarang.

Oh, apa karena dia berusaha terlihat lebih kuat dihadapan kedua manusia itu?

Baekhyun tetap tidak mengerti.

Kakinya gemetar pada pijakkannya sendiri. Ingin rasanya dia beranjak pergi dari sana jauh-jauh tanpa harus melihat perkara yang membuat hatinya lebih sakit lagi.

GREB!

"Ikut aku" genggaman tangan seseorang yang berbisik dengan nada memerintah. Mutlak membangunkan Baekhyun dari lamunannya.

Kepalanya menoleh pelan pada sumber suara. Namja itu menemukan mata pemuda mungil itu berkaca-kaca. Jujur namja itu sedikit iba melihat ekspresi Byun Baekhyun yang terlihat sangat menyedihkan. Lalu tanpa meminta persetujuan lebih lanjut dari Baekhyun. Namja itu sudah menggeret paksa tangan si mungil menjauh dari pasangan yang sedang menggemparkan seluruh siswa siswi SM SHS.

"Siapa dia Chanyeol-ah? Anggota barumu? Wajahnya manis" timpal Seulgi sambil merengkuh lengan kekar Chanyeol.

Chanyeol hanya diam. Tatapannya datar menatap lurus. Kesadarannya sudah pulih sepenuhnya ketika mendengar derap langkah Baekhyun menjauh darinya. Pria tampan itu mendesahan berat. Dengan segera Chanyeol melangkahkan kakinya menjauh sehingga rengkuhan Seulgi dilengannya secara otomatis terlepas.

"Chanyeol? Kau mau kemana?" tanya Seulgi.

Chanyeol seolah tuli. Dia tetap berjalan dan entah mengapa tujuannya malah kembali masuk kedalam lorong sekolah. Kepalanya sakit sekarang.

"Chanyeol!" Seulgi tidak menyerah.

Dia cukup heran dengan sikap Chanyeol yang mengacuhkannya seperti ini. Walau sebenarnya Seulgi tahu betul tipe pria macam apa seorang Park Chanyeol. Tapi tindakan Chanyeol yang tidak membalas ciumannya atau bahkan mengucapkan kata 'selamat datang kembali!' membuatnya merasa terabaikan.

Demi Tuhan. Bermimpilah terus Seulgi. Park Chanyeol bukanlah lelaki romantis seperti yang kau harapkan. Dia hanya seorang berandal sekolah yang tidak menyukai berbagai peraturan.

"Chanyeol berhenti! Kau tidak dengar aku memanggilmu?" sahut Seulgi, nada bicaranya naik satu oktaf ketika tangan mulusnya menarik pergelangan tangan Chanyeol.

Chanyeol berhenti berjalan. Mau tidak mau tubuhnya berbalik karena paksaan tindakan Seulgi. Yeoja itu berusaha mengambil alih perhatian Chanyeol sebisa mungkin.

Namun Chanyeol tetap pada pendiriannya. Diam membisu menatap datar Seulgi yang melampirkan senyuman manis. Yeoja itu menaruh tangannya pada pundak Chanyeol. Mengusapnya sensual kebelakang leher Chanyeol dan menariknya mendekat. Tangan kirinya mengelus lembut pipi pria tampan itu. Sedangkan Chanyeol? Dia tetap diam. Bahkan ketika Seulgi merapatkan dadanya pada tubuhnya.

"Kau masih sangat dingin. Tidak berubah sama sekali. Tapi aku baru saja kembali dan aku merindukanmu. Tidakkah kau menyambutku setelah dua tahun kita tidak bertemu? Kau tidak ingin bersamaku seharian ini? Kita bisa menghabiskan waktu di apartemenku Yeol. Bagaimana?"

Tawaran Seulgi membuat sudut bibir pemuda itu naik keatas. Dia mendekatkan wajahnya pada Seulgi sementara yeoja cantik itu tersenyum menunggu tindakan Chanyeol selanjutnya. Bibir Chanyeol beralih pada telinga Seulgi. Dia menghembuskan nafas beratnya lalu membuka mulut hendak mengatakan..

.

.

.

"Maaf. Kita putus!"

Ucap Chanyeol penuh penekanan dengan nada terkesan sangat dingin. Tidak mempedulikan reaksi gadis dihadapannya. Chanyeol melepaskan diri dari pelukan Seulgi. Lalu menyungggingkan senyuman tipis sekali melihat mata kucing itu melebar tidak percaya. Kal ini Seulgi terdiam kaku berusaha mencerna tiga kata yang baru saja dia dengar.

Dan setelah kesadarannya kembali satu tetes airmata jatuh membasahi pipinya. Ekspresi liciknya menghilang. Matanya memerah dan alisnya berkerut dalam. Bibirnya terbuka mengeluarkan satu hembusan nafas mengejek.

Seulgi tidak memungkiri bahwa ia sangat shock.

Pada akhirnya dia menggeram kesal. Seulgi tidak pernah diperlakukan seperti ini sebelumnya dengan seorang namja. Apalagi namja yang sangat dia cintai. Seulgi adalah wanita idaman seluruh pria.

Hell, dia baru saja kembali dari Amerika demi Chanyeol dan Chanyeol dengan mudah mengakhiri hubungan mereka? Tepat saat Seulgi baru saja melepas rasa rindu-nya sepihak pada pria tampan itu. Dia sudah dicampakkan dengan tidak terhormat. Hal seperti ini sangat menjatuhkan harga dirinya sebagai seorang Ratu SM SHS.

"Hah. Jadi ini kejutan yang dia katakan? Menarik sekali" lirih Seulgi tersenyum menakutkan berurai airmata.

Dia sudah tahu dibalik semua ini. Pasti ada sumber yang menyulut api emosinya. Dan bukan Kang Seulgi jika dia tidak bisa menghancurkan siapa saja yang berusaha untuk menghalangi segala keinginannya.

Seulgi mengusap bekas airmatanya kasar dan cepat melangkahkan kakinya pada parkiran yang sudah sepi. Langit berubah menjadi gelap. Mata kucing itu menemukan sosok lelaki yang dia cari.

"Jadi ini maksudmu?" tunding Seulgi tanpa basa basi.

Pemuda itu menoleh. Dirinya yang bersandar pada mobilnya tersenyum sambil bersedekap. Ketika melihat ekspresi kacau Seulgi sudut bibirnya terangkat—tersenyum remeh.

"Ah aku paham!" seperti mendapatkan pencerahan dan sedikit bermain-main. Namja itu kemudia membuka bibirnya dengan tangan mengacung keatas.

"Astaga. Secepat itukah dia menyatakan hal itu padamu?"

"Jangan sok dramatis! Aku tahu kau mengetahui sesuatu disini Oppa"

"Hah, kukira dia butuh waktu setahun mengatakannya. Ternyata tidak"

"Oppa! Dengarkan aku!" bentak Seulgi merasa ucapannya dianggap angin semilir oleh si namja joker.

"Inikah kejutan yang kau katakan?" Seulgi bertanya dengan nada rendah. Suaranya terdengar lebih dominan menahan amarah daripada menahan isakkannya. Sedangkan pemuda itu tetap tersenyum licik.

"Bukankah sudah kukatakan padamu sebelumnya? Menjauhlah dari Park Chanyeol, Seulgi"

"Tidak! Kau pikir aku apa? Aku mencintainya Oppa!" dan pernyataan Seulgi sukses membuat Kim Jongdae tertawa keras.

"Pfff... Kurasa kau mencintai kebohongan yang kau buat sendiri Seulgi. Sudah kubilang kejutan ini hanya akan memaksamu untuk semakin pergi darinya. Lepaskanlah Park Chanyeol dan kembalilah pada tunangan kaya-mu di Amerika. Jangan ganggu kehidupannya lagi disini" jelas Chen menatap tajam kearah Seulgi.

Seulgi merenggut. "Aku tidak mau kembali kesana! Aku lebih memilih Chanyeol! Dia harus bersamaku!"

Jeritan terakhir Seulgi memecah suasana hening disana. Chen diam. Dalam hatinya dia bergumam— 'Tentu tidak akan terjadi Seulgi' tambahnya.

Chen juga tidak ingin ambil andil dalam masalah yang akan disebabkan oleh perempuan ini. Tapi dia sudah terjerat bagai ikan dalam kungkungan jaring.

Yang bisa Chen lakukan hanya memperingatkan Seulgi. Atau... tetap diam jika dia mulai berpihak pada Chanyeol. Dan keputusan Chen adalah—

"Lakukanlah sesukamu. Aku yakin sekali kali ini Chanyeol tidak akan melepaskannya" ucap Chen final lalu berbalik dan membuka pintu mobilnya.

"Sudah kuduga. Kau telah menyembunyikan sesuatu yang tidak aku ketahui. Sekarang kau ada dipihak Chanyeol eoh, Oppa?" Seulgi tersenyum miris mendengar pernyataan Chen. Mata sudah berkilat-kilat penuh amarah.

Chen berusaha tenang. Dia hanya mengabaikan Seulgi dan mulai masukki mobilnya. Hingga suara mesin terdengar menderu. Meninggalkan Seulgi sendirian di tempat parkir SM SHS.

Gadis cantik itu masih berdiri kaku. Hanya Chen yang dia miliki. Satu-satunya orang yang bisa dia andalkan saat ini enggan membantunya. Membantu Seulgi untuk mengubah Chanyeol meski dengan cara yang tidak seharusnya.

Well, Seulgi adalah yeoja keras kepala. Dia tidak berhenti sampai disitu. Maka Seulgi mengambil ponselnya dan menekan satu tombol menuju seseorang yang sekarang diharap bisa membantunya.

"Pergi mata-matai Park Chanyeol sekarang juga. Jika kau sudah dapat info dimana dia berada hubungi aku kembali"

.

.

.

Sebuah mobil berhenti tepat dipinggir jalanan sepi. Hanya suara mesin yang memenuhi keheningan diantara dua namja didalamnya. Salah satu dari mereka terlihat gusar menatap namja mungil disampingnya— Terdiam seperti kehilangan nyawa.

Baekhyun terus menatap kosong segala yang hal yang ditangkap oleh sang retina. Pupilnya menatap kearah dashbor mobil Kim Jongin. Seakan dari dalam dashbor itu akan keluar berbagai jawaban yang menghapuskan kegelisahan diotaknya.

"Hahh..."

Kim Jongin atau sebut saja Kai, menghembuskan nafas selagi mengusak kepalanya dengan kedua tangan. Gusar, kesal, dan cemas—mungkin. Entahlah. Dia sendiri bingung harus mengatakan apa pada Baekhyun.

Tunggu? Kenapa dia harus bertingkah seperti Chanyeol yang harus menjelaskan alasan situasi tersebut terjadi? Dia bukan kekasih Baekhyun. Lantas kenapa dia menjadi seseorang yang paling bersalah disini?

"Aku... mau pulang. Terima kasih atas tumpangannya Kai-ah" lirih Baekhyun membuka pintu mobil namun..

KLEK!

Kai meng-autolock semua pintu mobilnya.

"Kai... Biarkan aku pergi sekarang..."

"Hentikanlah Byun Baekhyun. Aku tahu kau cukup terkejut dengan kejadian tadi" ungkap Kai dengan nada rendah.

Baekhyun kembali diam. Tangannya kaku dan tubuhnya melemas mengingat kembali adegan Chanyeol yang sebenarnya dicium oleh gadis yang tidak dia kenal. Jika Baekhyun boleh jujur dia ingin sekali mengetahui alasan kejadian tersebut. Tapi dia takut dengan apa yang akan dia dengar dari Kai. Maka dia hanya diam tanpa berharap apa-apa.

"Kai... Aku harus pulang" lirihnya dengan suara gemetar. Entah kenapa Baekhyun suka sekali menyebutkan kata 'pulang' saat ini.

Kai merasa pilu melihatnya. Hubungan mereka baru saja memasuki babak manis. Namun kenapa penghalau selalu datang merusak segalanya? Kai tidak tahan untuk memberitahu Baekhyun. Tapi dia tidak ingin melukai seseorang yang amat sahabatnya cintai ini.

"Baekhyun" panggil Kai.

Baekhyun tidak bergeming. Kai memanggilnya lagi kali ini lebih lembut dan lebih sopan. Takut membuat Baekhyun marah padanya. Mengingat ternyata umur Baekhyun lebih tua beberapa bulan.

"Hyung... Tatap aku" pinta Kai.

Baekhyun pun akhirnya menoleh.

Betapa terkejutnya Kai melihat mata Baekhyun memerah dihadapannya saat ini. Kai sangat tahu Baekhyun sedang menahan tangisannya. Tapi apa itu tidak berlebihan sampai mata memerah lalu genangan air memenuhi pelupuk matanya?

"Hyung... Kau—"

Kai tidak sanggup melanjutkan kalimatnya. Dia hanya mampu menelan seluruh ucapannya bulat-bulat. Baekhyun terus memberikan pandangan seolah meminta Kai mengatakan segala hal yang Baekhyun tidak ketahui. Namun pada akhirnya Kai mengalah. Dia menghela nafas berat dan membuka mulutnya..

"Hyung. Apa pun yang terjadi.. Aku harap kau bisa menghindar dari Chanyeol saat ini sampai semuanya membaik" ucap Kai cepat sambil memandang kejalanan.

Apa?

Apa tadi Baekhyun salah dengar?

Baekhyun tidak merasa tuli. Dia mendengar jelas apa yang pria seksi ini katakan. Namun nukan hal itu yang dia inginkan dari Kai. Kenapa Kai malah mengatakan hal yang tampak membuat semuanya menjadi lebih buruk?

Penuturan Kai membuat hati Baekhyun semakin tertusuk. Tubuhnya kembali nyeri disemua sudut sendi-sendinya. Baekhyun mengedipkan mata beberapa kali. Menghalau airmata dipelupuknya jatuh.

Kenapa saat ini dia harus menjauh dari Chanyeol? Jadi pemikiran Baekhyun tentang Seulgi benar? Apa benar selama ini Chanyeol menduakannya?

"Kenapa?" tanya Baekhyun dengan suara parau.

Kai meneguk ludahnya. Dia menyadari satu kebodohan yang baru saja dia ciptakan. Kalimatnya tadi justru akan membuat Baekhyun semakin terluka. Tapi apa boleh buat. Ini demi Baekhyun sendiri dan hubungan mereka kedepannya.

"Aku tidak bisa menjelaskannya. Lebih baik kau dengar langsung dari Chanyeol. Tentunya... setelah yeoja itu kembali pergi" tutur Kai penuh kegusaran sambil menggenggam erat stir mobil.

"Tapi hyung. Selama yeoja itu masih disini. Aku harap kau tetap percaya pada Chanyeol. Dia sangat mencintaimu Baekhyun hyung. Percayalah!" tambah Kai menatap dalam pada mata Baekhyun.

Baekhyun mengalihkan pandangannya kemana-mana. Dia sungguh sangat bingung mengapa sekarang dia harus menjauh namun juga tetap percaya pada kekasihnya. Apa yang selama ini para penguasa sekolah sembunyikan. Dan siapa yeoja itu?

Entah kenapa dia merasa dungu karena tidak paham akan situasi ini. Dia hanya bisa mengikuti segala perintah Kai. Juga berharap penuturan Kai mengenai Park Chanyeol yang sangat mencintainya bukanlah omong kosong belaka.

Lagipula sebelum mereka bercinta Baekhyun memang pernah mengatakan bahwa Chanyeol butuh kepercayaannya bukan? Karena itu ketika mengingatnya Baekhyun berusaha menyanggupinya.

Baekhyun menutup mata. Pandangannya seolah memudar dipenuhi oleh genangan airmata. Baekhyun berusaha bernafas netral sambil membuka mulutnya.

"A—aku mengerti" lirih Baekhyun pelan.

Kai mengangguk tanpa Baekhyun ketahui. Dia kembali menyalakan mesin mobil dan melajukannya menuju rumah Baekhyun.

.

.

.

"Fuck!"

Untuk kesekian kalinya pria tampan itu mengumpat. Dia mendapati layar ponselnya menampilkan warna merah dengan gambar gagang telepon. Pertanda ponsel Baekhyun tidak bisa dihubungi.

Tangannya begitu lihai mengayunkan stir mobilnya kesana kemari. Sementara mata bulatnya menatap kiri dan kanan. Berusaha mencari sosok mungil yang sedari tadi tidak dia temukan. Bahkan ketika mobilnya sudah berhenti tepat didepan rumah sederhana keluarga Byun. Rumah itu kosong dan satu tempat lain yang dia ketahui adalah klub malam tempat Baekhyun biasa bekerja. Dia harus mendatangi tempat itu dan menemui Baekhyun sesegera mungkin.

Ponselnya berdering nyaring. Dengan cepat Chanyeol mengangkatnya tanpa melihat siapa si penelpon. Seketika suara yeoja yang terdengar seakan merusak gendang telinganya. Chanyeol berdecak kesal lalu memutuskan sambungannya dengan Seulgi yang tadi menelpon.

"Yeoja brengsek!" umpatnya lagi.

Disisi lain Seulgi tersenyum.

"Gotcha Prince Park! Aku sudah menemukan keberadaanmu sekarang" ucap Seulgi menyeringai, ketika mendapat satu pesan dari seseorang mengenai keberadaan Chanyeol yang telah disadap ponselnya.

"Ikuti mobil Chanyeol sekarang!" perintahnya pada sang supir.

.

.

.

Chanyeol mendapati seorang namja yang sedang berdiri dibalik meja bar. Namja itu membelakanginya. Tanpa berpikir dua kali kaki jenjangnya melangkah lebar-lebar penuh ketidak sabaran dalam hatinya.

"Hyung" panggilnya pada sang bartender.

"Eoh, Chan—"

"Langsung saja. Apa Baekhyun ada disini?" tanya Chanyeol cepat dengan nafas terengah-engah.

Lay menatap sekitar. Bahkan kebelakang ruang staf sembari mengelap salah satu gelas ditangannya. Pemuda itu memberikan reaksi heran pada wajah Chanyeol sambil mengangkat kedua bahunya. Melihat ekspresi Lay sepertinya dia juga tidak mengetahui dimana keberadaan Baekhyun.

Chanyeol mendesah keras. Dia sempat berputar ditempat mengedarkan pandangannya sama seperti Lay tadi. Chanyeol mengusap wajahnya kasar sambil berkacak pinggang— sedikit frustasi.

"Kemana dia?" tanyanya lagi pada Lay.

"Entah. Aku belum melihatnya hari ini" jelas Lay tanpa memandang Chanyeol.

Chanyeol mengangguk lemah. Sejenak perasaannya menjadi begitu berat. Dia tahu setelah ini Baekhyun pasti akan menjauhinya sebelum dia menjelaskan semuanya. Maka tanpa pamit terlebih dahulu pada Lay. Chanyeol membawa kakinya keluar dari klub malam tersebut. Meninggalkan Lay yang menatapnya sendu.

Lay menghela nafas berat. "Dia sudah pergi. Kau boleh keluar Baeby" ucap pria bertindik itu pada Baekhyun yang sedang berjongkok dibawah meja bar.

Baekhyun memeluk kedua kakinyanya dengan wajah bertumpu ke-lutut. Dia semakin mengengerutkan tubuhnya sambil sesekali mengusap lengannya sendiri. Berusaha mendapatkan kekuatan entah dari mana asalnya.

Dia harus kuat untuk tidak menangis. Baekhyun tetap memegang janjinya pada Kai. Dan Baekhyun tidak ingin kepercayaan dirinya dan Chanyeol runtuh. Meski selalu terdapat kata 'tidak mudah' dalam setiap tindakannya namun Baekhyun berusaha sebisa mungkin. Namun saat ini akan lebih baik jika dia tidak menemui Chanyeol terlebih dahulu. Dia masih belum siap harus menghadapi kekasihnya dengan ekspresi seperti apa nantinya.

Sementara dibalik tembok yang mengarah pada lorong klub. Seulgi bersembunyi memantau Park Chanyeol yang sedari tadi bergerak gusar disekitar bar. Seulgi merasa Chanyeol sedang mencari seseorang. Pria itu terlihat gusar dan cemas. Belum sempat Seulgi menghampirinya pria tinggi yang berada dilantai dansa melangkah keluar menuju pintu bertuliskan exit.

Sayang Chanyeol terlalu cepat berlari meninggalkan tempat itu sebelum Seulgi mendatanginya dan hendak bertanya hal-hal aneh.

Seminggu telah berlalu.

Semenjak kejadian mengejutkan di SM SHS. Sekolah tersebut masih saja dibuat gempar sekali lagi oleh Queen mereka yang kembali bersekolah disana. Para yeoja penggemar penguasa sekolah yang dulu sering berkumpul dan mengagumi mereka sekarang sudah tidak ada. Mereka hanya sering memandang dari tempat yang sangat sangat jauh. Sekedar mengagumi para namja tampan tersebut. Mereka tentu tidak ingin mendapat death glare dan hukuman dari Kang Seulgi—sang Queen SM SHS.

"Kalian benar-benar sudah berubah" ungkap Seulgi sambil mengaduk-aduk jusnya.

Para penguasa sekolah hanya bisa diam menganggapi kecanggungan disalah satu meja kantin.

Yap, hal seperti ini bukan sesuatu yang langka. Seulgi pernah bergaul dengan mereka. Gadis itu juga merupakan salah satu gadis yang bisa dekat dan pergi bersama-sama dengan para penguasa sekolah.

Hanya Seulgi seorang.

Dan benar-benar bukan Seulgi namanya jika tidak bisa bersikap biasa seakan tidak terjadi apapun. Bahkan ucapan mutlak Chanyeol mengenai berakhirnya hubungan mereka seminggu yang lalu hanya terabaikan. Seolah hal tersebut tidak pernah terjadi.

Seulgi terus saja mendekat kepada Chanyeol bahkan lebih lengket dari sebelumnya. Dia bahkan tidak memusingkan sikap dingin Chanyeol padanya. Tanpa stastus baginya bukan masalah. Asal tidak ada yang berani mendekat pada Park Chanyeol—pangeran miliknya.

"Chanyeol. kau tidak makan?" tanya Seulgi dengan senyuman menawan.

Chanyeol tetap diam. Seulgi terus berbicara meski dia tahu Chanyeol tidak akan mendengarkannya. Karena bagi Chanyeol hal itu sangatlah tidak penting. Pandangan keempat temannya beralih pada Chanyeol dan Seulgi bergantian. Beberapa dari mereka mendesah dan terlihat malas. Luhan yang tidak tahan mengambil tindakan pertama untuk menjauh dari meja yang—sungguh membuatnya jenuh.

"Aku mau kekelas" ucap Luhan sedikit mendelik.

Seulgi hanya melambaikan tangan. Lalu kembali memeluk santai lengan kekar Chanyeol yang masih saja menutup mulut disampingnya.

"Chanyeol-ah. Hari ini temani aku pergi ke Myeondong yah. Ada beberapa baju yang ingin kubeli" ujar Seulgi menatap pada rahang bawah Chanyeol dan mengusapnya perlahan.

"Hentikan" suara berat itu keluar diikuti nada terkesan ketus.

Chanyeol menampik tangan Seulgi cukup kasar. Membuat orang-orang yang duduk dimeja yang sama dengan Ketua penguasa sekolah juga Seulgi semakin hening. Mereka berusaha acuh sambil terus fokus memakan makanannya masing-masing.

"Chanyeol-ah. Kau kenapa? Biasanya kau tidak begini. Sekarang kau berubah"

"..."

"Chanyeol. Aku berbicara padamu" lirih Seulgi sedikit memaksa.

Yeoja itu kembali memasang wajah sendunya berharap Park Chanyeol luluh akan tatapan cantik gadis itu.

"Chanyeol"

Pria itu menghela nafas berat.

"Aku mendengarkan"

"Tapi kau tidak menatapku, Chanyeol.."

"Aishh... Kau benar-benar merepotkan!" geram Chanyeol yang akhirnya memalingkan wajahnya membuat Seulgi tersenyum senang.

"Hmm, Chanyeol-ah. Beberapa hari yang lalu aku melihatmu pergi ke klub malam"

Deg!

Tubuh Chanyeol menegang.

Pria itu mengerutkan alisnya sambil memandang kedepan. Apa selama ini Seulgi membuntutinya? Ternyata yeoja ini belum menyerah untuk menyelidiki lebih lanjut mengapa Chanyeol tiba-tiba mengakhiri hubungannya. Pasti ada penyebab dari segala tindakan aneh Chanyeol.

"Apakah malam itu kau sedang mencari seseorang eoh?" tanya Seulgi lagi.

"Bukan urusanmu" ucap Chanyeol cepat.

"Kenapa waktu itu kau ada di klub malam kecil?"

"..."

"Ternyata kau mulai tertarik bermain-main dengan yeoja disana. Jadi inikah alasanmu menyudahi hubungan kita?" ujar Seulgi diselingi tawa miris.

Chanyeol tidak menjawab.

"Kau tau? Sebetulnya, sama sekali bukan gayamu untuk pergi ke klub murahan seperti itu. Kau seharusnya bermain di klub yang lebih besar. Kau terlihat asing disana"

"Berhenti berbicara seenaknya atau bertanya hal-hal aneh! Ini urusanku. Kehidupanku! Kau tidak berhak melarangnya bahkan maturnya!" sahut Ketua penguasa sekolah sambil berdiri dan menggebrak meja membuat siswa siswi lain mengarahkan pandangan pada meja mereka.

"Chanyeol jangan berteriak" ucap Kai pelan.

Chanyeol tidak menghiraukan perkataan Kai. Dia terus menatap tajam pada mata kucing Seulgi yang juga menatapnya sinis. Mata itu seolah menantang Chanyeol untuk mengeluarkan sikap binalnya. Namun Chanyeol tentu saja tidak akan sebodoh itu melanggar janjinya pada Baekhyun.

Gadis itu tersenyum—lebih tepatnya menyeringai pada pemuda itu. Tebakan Seulgi memang benar mengenai respon Chanyeol. Dia hanya butuh bukti lain yang menguatkan hipotesisnya.

"Kau tidak perlu marah. Aku hanya bertanya Chanyeol" senyum Seulgi lalu menyerup jusnya lagi. Tampak acuh.

Seulgi benar-benar memancing emosi Tuan Park. Chanyeol segera melangkahkan kakinya menghindari meja tersebut. Dirinya benar-benar marah dengan segala sikap Seulgi yang sealu berbuat seenaknya. Pikirannya juga jenuh terus menerus membayangkan sosok yang membuat hatinya berkali-kali lipat merindu seperti orang tolol.

Pria itu berjalan tegap dengan wajah frustasi. Beberapa murid yang melintas bersinggungan dengannya enggan mendekat. Mereka sadar akan tindakan Chanyeol yang selalu mem-bully murid lain jika suasana hatinya sedang bosan atau buruk.

Lain halnya ketika Chanyeol berpacaran dengan Baekhyun. Dia terlihat begitu berbeda dan lebih menghargai manusia. Yah, setidaknya pem-bully-an di sekolah itu sedikit berkurang akibat Baekhyun.

Kenyataannya? Baekhyun sekarang sudah tidak disisinya. Entah hal apa yang sudah disepakati oleh teman-teman sekelompoknya. Mereka semua terlihat berusaha begitu keras menghindarkan Chanyeol dan pemuda mungil itu. Luhan sempat berkata untuk menjauhi Baekhyun sementara. Chanyeol hanya menyanggupi dengan sikap keras kepalanya. Dia sungguh sangat enggan diharuskan berlari pergi dari sumber kehidupannya.

Tapi apa boleh buat?

Dipihak lain Baekhyun ternyata melakukan hal yang sama. Meski beberapa kali sempat melihat wajah Chanyeol. Baekhyun akan langsung berlari secepat mungkin sampai Chanyeol sendiri kewalahan mengejarnya. Bukan hal yang tiba-tiba jika Baekhyun menjauhinya. Chanyeol tahu dia sudah kepergok basah sedang berciuman dengan Seulgi. Walau seratus persen itu adalah kesalahan Seulgi yang melakukannya secara sepihak. Tapi Baekhyun belum tahu kebenarannya bukan?

Lelah sudah semua saraf yang berfungsi didalam diri Chanyeol. Sekarang yang ada dibenaknya setiap saat hanya rasa bersalah pada Baekhyun, Baekhyun, dan Baekhyun. Dia ingin mencoba membenahinya. Memperbaiki hubungan mereka. Dia ingin kembali melihat senyuman dan sikap menggemaskan Byun Baekhyun jika ia sedang marah.

Chanyeol bisa gila.

Chanyeol tidak bisa seperti ini terus. Dia tidak ingin melihat ekspresi sendu dari wajah kekasih-nya lagi. Dia yakin Baekhyun menjauhinya pasti karena membenci dirinya. Maka dari itu dia mengambil tindakan nekat. Dia sungguh tidak peduli oleh larangan Luhan dan tanggapan dari pemuda mungil itu jika mereka akhirnya bertemu muka.

Dia sudah sangat merindukan Byun Baekhyun.

.

.

.

Namja mungil itu menatap pemandangan ribut dihadapannya. Lampu-lampu klub yang bersinar terang gemerlap kesana kemari secara acak. Tetap tidak membuatnya terpengaruh. Musik yang berbunyi keras pun tidak menggubris pendengarannya. Beberapa orang dihadapannya sudah mabuk dan pergi bergantian.

Sementara namja itu masih berdiri diam sambil membersihkan sebuah gelas dengan gerakan lambat. Matanya turun kebawah menghasilkan sebuah pandangan kosong. Hatinya sedikit nyeri tapi hal tersebut tidak terpampang diwajahnya. Baekhyun terlalu kaku untuk mengekspresikan segala perasaannya saat ini.

Wajahnya seolah tidak memiliki kesempatan hidup. Mata sayu. Pikiran tidak menentu. Juga bahunya yang semakin turun ketika sesosok bayangan terlintas dipikirannya. Namja itu mulai menundukkan kepala sembari menutup mata.

Kenapa tiba-tiba dia mengingat Chanyeol?

Ini bukan hal yang sulit. Seminggu sudah Baekhyun lalui dengan sangat baik. Apa susahnya untuk bersabar menunggu sampai yeoja itu pergi dan Baekhyun bisa meminta penjelasan langsung tanpa gangguan? Selesai bukan?

Yang perlu Baekhyun pegang saat ini hanyalah kepercayaannya pada sang kekasih.

Baekhyun menggelengkan kepalanya sekali. Lalu menghembuskan nafasnya sampai sang pipi chubby menggembung. Dia berusaha menghilangkan perasaan risau itu dan kembali fokus pada pekerjaannya.

"Selamat malam Tuan. Anda mau pesan apa?" tanya Baekhyun ramah pada salah satu pelanggan setianya.

"Aku sedang tidak mood minum wine Byun. Rasanya terlalu membosankan"

Baekhyun mengangguk tersenyum menampilkan eye smile-nya.

"Tentu saja. Lagipula itu tidak bagus untuk kesehatanmu, Tuan Cho" saran Baekhyun lalu terkekeh bersama pemuda yang lebih tua darinya.

"Bisakah kau berikan aku sesuatu yang dapat menghilangkan rasa bosan ini? Tentunya sebuah minuman baru darimu. Aku ingin mencobanya"

Baekhyun terlihat berpikir sejenak.

"Ah! Aku bisa membuatkanmu cappucino Tuan Cho. Apakah kau mau?"

Tuan Cho mengeryit. Dia pikir Baekhyun akan meracikkan minuman berakohol yang lain. Namun saran Baekhyun tidak begitu buruk. Tuan Cho tersenyum lalu mengacungkan jari telunjuknya.

"Baiklah. Aku mau satu"

Baekhyun mengangguk. Dia berbalik lalu membuatkan satu cappucino hangat tanpa krim seperti yang selalu dia buat untuk Chanyeol.

Chan—Chanyeol?

Tunggu...

Kenapa Baekhyun malah menyarankan untuk membuatkan minuman yang biasanya selalu Chanyeol pesan jika dia datang kemari? Dia merutuki kebodohan yang baru saja dia lakukan. Lagi-lagi pikirannya mengarah pada pemuda itu.

Kenapa Chanyeol tidak bisa menghilang dari otak Baekhyun barang sehari saja? Baekhyun merasa pusing saat ini.

Pemuda mungil itu menutup matanya rapat-rapat. Kepalanya serasa mendapat hentakkan keras. Airmatanya ingin keluar tanpa bisa dihalau lagi. Dan hal inilah yang membuat kepalanya semakin sakit—menahan airmatanya. Setelah cappucino itu selesai dibuatnya Baekhyun segera memberikan cangkir itu pada Tuan Cho dengan sebuah senyum paksaan.

Baekhyun berbalik secepat mungkin sambil mencengkram dadanya yang semakin terasa nyeri. Kakinya hendak melangkah meski gemetaran menuju pintu staff yang terdapat dibelakang. Sampai akhirnya sebuah tangan menggenggamnya sebelum sempat dia pergi meninggalkan tempatnya berkerja.

Baekhyun terdiam ditempat. Deru nafas seseorang terdengar ditelinganya. Baekhyun masih belum mau berbalik karena jantungnya seketika berdebar kencang hanya mendengar suara nafas berat yang sangat dia kenali. Suara desahan bariton yang terengah-engah mengingatkannya pada seorang pemuda yang merengkuhnya hangat seperti malam pertama mereka.

Tubuh Baekhyun berbalik perlahan dengan gerakan sangat kaku. Dia hampir tidak percaya akan presepsinya sendiri. Mulutnya terbuka kelu saat mendapati wajah seseorang yang selama seminggu ini memenuhi pikirannya hingga dia menjadi orang sinting di dunia.

Airmata itu sudah menggenang dimatanya. Pemuda dihadapannya masih terengah-engah sampai akhirnya sebuah senyuman terukir manis dibibirnya. Membuat satu airmata Baekhyun lolos begitu saja.

Baekhyun sungguh sangat merindukan pria bodoh ini.

"Kenapa—"

Belum sempat Baekhyun meneruskan kalimatnya Chanyeol langsung menarik tubuh kurus itu kedalam pelukkannya. Chanyeol membawa tangan kanannya pada leher Baekhyun sementara tangan kirinya mendekap pinggang itu lebih erat. Sedikit meremas pinggang sang pria mungil sampai tubuh mereka benar-benar merapat. Pemuda pendek itu merasakan hal yang sama. Tangannya mencengkram bahu Chanyeol. Tidak berapa lama tangannya begitu gugup ketika bergerak perlahan menuju leher Chanyeol. Wajah manisnya dia sembunyikan dibahu lebar Tuan Park.

Sungguh—tindakkan mereka menggambarkan adegan sepasang kekasih yang tidak bertemu lebih dari seribu tahun. Tapi seakan peduli karena menarik tatapan Tuan Cho dan beberapa pengunjung lainnya. Chanyeol terus memeluk Baekhyun. Tidak lupa mengecupi samping kepala Baekhyun dalam-dalam seolah Baekhyun akan pergi jauh esok.

"Ba—babo.." lirih Baekhyun sangat pelan. Kepalanya menunduk ketika Chanyeol memberi jarak pada tubuh mereka.

Chanyeol terkekeh pelan sambil mengelus berkali-kali surai krem Baekhyun.

"Inikah kalimat pertama yang kau katakan ketika akhirnya aku memutuskan untuk nekat menemuimu?" ucap Chanyeol tersenyum lembut.

Baekhyun menggeleng lemah. Dia mengangkat wajahnya. Menatap Chanyeol sehingga nampaklah lelehan sungai yang tercetak pada pipi mulusnya. Kedua ibu jari Chanyeol bergerak menghapus jejak airmata Baekhyun. Sementara pemuda yang lebih pendek darinya tertawa kecil sambil memegang tangan hangat yang menangkupkan kedua pipinya.

"Aku bahkan melupakan alasanku untuk marah padamu" kata Baekhyun dan Chanyeol menghembuskan satu nafas penuh senyuman khasnya.

"Kau tidak perlu melupakannya"

"Tapi kurasa aku harus.."

"Tidak. Tidak perlu"

"Haruskah aku berlari menjauh darimu lagi?"

Chanyeol menggeleng cepat.

"Jangan berani kau lakukan. Hal itu hanya akan semakin menyiksaku" Baekhyun tertawa.

"Sesekali kau harus merasakannya Yeol"

Chanyeol kembali menggeleng dan mendekatkan wajahnya.

"Jangan. Apapun selain hal itu. Jika kau marah jangan menjauh. Kau boleh memarahiku. Memakiku. Membenciku. Bahkan memukuliku jika itu membuatmu merasa puas"

Kali ini Baekhyun yang menggeleng sambil mengeryit.

"Aku tidak menyukai kekerasan"

"Dan aku lebih tidak menyukai ketika diharuskan memberi jarak diantara kita" tutur Chanyeol menyatukan kening keduanya.

Wajah Baekhyun memanas. Dia tersenyum manis menanggapi ucapan konyol kekasihnya. Hatinya mulai menghangat.

"Dengar. Aku tahu kau masih membenciku. Setelah ini kau boleh menghabisiku"

Baekhyun memasang wajah polos keheranannya saat mendengar kata-kata Chanyeol. Dia terlihat sangat menggemaskan. Chanyeol merindukan wajah itu.

"Sudah kubilang aku tidak menyukai kata kekerasan. Dan apa maksudmu dengan kalimat 'setelah ini?'"

Sudut bibir Chanyeol terangkat. Dia menarik pinggang Baekhyun kembali merapat pada tubuhnya. Ibu jarinya memegang dagu Baekhyun dan mulai menyatukan kedua bibir mereka.

Baekhyun terkejut awalnya. Namun mata sipit itu menutup dengan sangat perlahan ketika bibir Chanyeol bergerak menyesap bibir bawahnya. Pemuda mungil itu sungguh tidak kuasa untuk ikut melumat bibir tebal kekasihnya. Jemari lentik Baekhyun bergerak pada leher Chanyeol. Mengusapnya perlahan sampai naik kekepala Chanyeol.

Baekhyun mendesah dan mulutnya terbuka. Membiarkan Chanyeol lebih dalam mengeksplore langit-langit hangatnya.

Setetes saliva turun membasahi bibir Baekhyun. Mereka larut dalam ciuman yang kian memanas. Sampai akhirnya pemuda mungil itu tiba-tiba tertawa disela-sela ciumannya bersama Chanyeol. Hembusan nafas berat Chanyeol yang menerpa wajahnya seolah menggelitik. Baekhyun bahkan benar-benar lupa alasan mengapa sejak seminggu yang lalu dia menghindari pemuda ini.

Chanyeol kembali mencium bibir Baekhyun. Melumat bibir itu sedikit lebih liar dan tidak beraturan. Baekhyun terengah-engah dan tangannya tidak sengaja menjambak rambut Chanyeol melampiaskan hasratnya. Mereka berciuman sangat pelan, dalam, dan menikmati setiap momen mereka untuk menyesapi bibir pasangan masing-masing. Penuh kelembutan. Kerinduan dan perasaan tulus.

Mereka berhenti melakukan penyatuan bibir tersebut.

Bibir mereka memang berhenti memagut namun masih menempel meski tidak begitu dekat. Mereka hanya saling menetralkan nafas yang saling memburu. Chanyeol terkekeh diikuti Baekhyun. Dia benar-benar melupakan segalanya jika sudah bersama pria mungil ini. Yang Chanyeol sungguh butuhkan hanya Baekhyun. Bahkan sejak seminggu yang lalu dia sama sekali tidak tertawa lalu Baekhyun membuat hal itu sekarang terjadi.

"Bogoshipeo" lirih Baekhyun didepan bibir Chanyeol.

Park Chanyeol tersenyum lalu menjauhkan tubuh mereka. Dia ingin menatap langsung wajah pria yang selama ini dia rindukan setiap menit kehidupannya. Chanyeol mengecup sekilas bibir Baekhyun.

"Nado, bogoshipeo Baby" ucapnya lalu mencium lembut kening Baekhyun dengan gerakan lambat. Sampai membuat seorang yeoja yang berdiri jauh dari mereka sangat iri melihat pemandangan tersebut.

.

.

.

Baekhyun tertidur disofa besar. Mata sipitnya memang terpejam. Namun dirinya tidak benar-benar pergi ke alam mimpi. Dia hanya merebahkan kepalanya pada dada bidang polos yang terasa hangat menyentuh pipinya. Rongga telinganya menangkap detakan jantung stabil Park Chanyeol yang membuatnya semakin terasa nyaman. Setelah menghabiskan waktu berdebat kecil dan melepas rindu dengan cara—ehem—bercinta tadi. Sebuah selimut besar menutupi seluruh tubuhnya sedangkan bagi Chanyeol hanya sebatas dada saja.

Tubuh mungil itu pun direngkuh oleh Chanyeol. Sesekali pria tampan berambut dark brown itu mengusap surai krem Baekhyun sembari menciuminya lembut. Chanyeol diam menikmati pemandangan malam dari teras apartemennya sendiri. Tatapan tajam dia edarkan pada setiap gedung-gedung yang berhiaskan gemerlap lampu kota Seoul.

Perlahan mata Baekhyun terbuka. Baekhyun sedikit mengadahkan kepalanya untuk melihat seseorang yang tengah memeluknya. Dia mendapati wajah keras kekasihnya sedang melamun. Baekhyun terdiam. Enggan menyapa terlebih dahulu.

Pikirannya beralih pada seminggu yang lalu. Tepat dimana dia melihat kekasihnya berciuman dengan gadis lain. Refleks merasakan nyeri didadanya. Baekhyun memeluk tubuh Chanyeol begitu erat sampai pria tampan tersebut menoleh.

"Baek? Kau sudah bangun?" Chanyeol tersadar akan pergerakan kekasihnya. Dia merendahkan wajahnya untuk menatap wajah namja mungil itu.

Pandangan mereka bertemu. Pipi Baekhyun yang memerah membuat Chanyeol benar-benar kehilangan akal. Baekhyun terlihat begitu manis. Maka dari itu Chanyeol mendekatkan wajahnya dan mencium Baekhyun perlahan. Bibir tersebut hanya menempel. Merasakan deru nafas dimalam yang mulai mendingin ini.

"Chanyeol"

"Hem?"

"Kau— Sebenarnya kau berhutang satu penjelasan padaku" ucap Baekhyun memandang Chanyeol yang tengah memeluknya.

Chanyeol terdiam. Mata bulatnya di alihkan menelusuri wajah indah Baekhyun. Pria mungil itu tetap menunggu. Dia tahu tidak kapan akan dapat kesempatan seperti ini lagi jika dia tidak bertanya sekarang juga. Lagipula Kai pernah mengatakan untuk bertanya pada Chanyeol jika waktunya tiba bukankah begitu?

"Siapa yeoja itu?"

Pertanyaan Baekhyun benar-benar langsung tertuju ke topik utama. Chanyeol menghela nafas berat. Apakah hal ini akan menjadi semakin buruk atau semakin baik jika dia memberitahukan pada Baekhyun?

Entahlah.

Tapi Baekhyun memang berhak mengetahui sesuatu untuk menghilangkan segala keraguannya. Dan keheningan panjang dengan mata yang saling bertatapan memberikan efek debaran tidak karuan pada jantungnya.

"Namanya Kang Seulgi" ucap Chanyeol membenarkan posisi duduknya dan mulai menatap datar kedepan.

Baekhyun tetap setia mendengarkan.

"Dia—entahlah aku juga tidak tahu harus mendeskripsikan dia apa. Dia yeoja aneh. Aku—tidak mencintainya. Tidak pernah"

"Aneh?"

"Dia berbahaya Baek" Baekhyun mengerutkan alisnya tanda tidak mengerti.

"Tapi dia adalah kekasihmu bukankah begitu?" terka Baekhyun.

"Tidak"

"Lalu kenapa dia menciummu saat itu?"

Chanyeol diam dan memandang wajah Baekhyun tidak nyaman. "Kau masih marah?"

Baekhyun tidak menjawab. Dia lebih suka diam dengan wajah tersakiti sambil menatap kedepan. Sementara Chanyeol menghela nafas berat. Memang disini dialah yang salah. Tapi sungguh. Chanyeol mempunyai alasan tertentu mengapa dia membiarkan Seulgi menciumnya saat itu. Chanyeol menyadari perubahan wajah kekasihnya dan mulai memeluknya erat. Baekhyun pasti sedih saat melihat dirinya di cium oleh Seulgi.

"Kau tidak perlu memaafkanku. Aku bersalah. Maafkan aku"

"Tidak. Aku—aku tidak peduli"

"Baekki..."

"Sungguh Yeol. Aku tidak suka kau membahasnya. Lagipula Kai mengatakan padaku bahwa aku harus percaya padamu. Bukankah itu yang aku butuhkan sekarang?" pertanyaan Baekhyun menusuk hati Chanyeol.

Chanyeol menghela nafas berat.

"Baiklah. Aku tidak ingin kau salah paham dengan tindakanku seminggu yang lalu. Akan kujelaskan. Aku memang pernah berhubungan dengannya dan kami memang pernah pacaran sejak JHS" ungkap Chanyeol.

Baekhyun bungkam.

Hatinya mencelos mendengar penuturan Chanyeol dan ada rasa takut menyelubunginya. Ternyata Seulgi merupakan orang yang cukup penting bagi Chanyeol. Dan satu fakta yang Baekhyun ketahui.

Dulu ternyata Chanyeol straight.

"Kau—sejak dulu straight?" lirih Baekhyun pelan menundukkan kepalanya dalam. Mencoba memberanikan diri bertanya akan satu hal yang mengganggunya.

Chanyeol tidak menjawab. Baekhyun semakin takut saat ini. Dia hendak menjauhkan tubuhnya dari Chanyeol. Namun pemuda itu menahannya.

"Dengarkan aku terlebih dahulu Baek"

Baekhyun mengangguk sambil menunduk. Sedangkan Chanyeol segera mengangkat dagu Baekhyun. Meminta Baekhyun menatapnya dalam untuk mempercayai setiap ucapan Chanyeol. Tatapan sayu Baekhyun menjatuhkan Chanyeol kebumi. Demi Tuhan! Baekhyun sungguh terlihat cantik dimatanya.

"Dia hanya pelampiasan"

"..."

"Semenjak aku berpisah dengan namja sebelumya dan kehilangan ibuku. Seulgi—tiba-tiba datang padaku. Dialah yang selalu berusaha disisiku dan memperhatikanku. Lalu entah sejak kapan dia menyatakan perasaannya dan aku menerimanya. Hanya karena ingin dia bosan akan tindakkan brengsekku dan mulai menjauh dariku. Nyatanya justru berkebalikan.

Meski berkali-kali dibelakangnya aku pergi ke klub dan menghabiskan waktuku dengan beberapa yeoja malam. Seulgi tidak kunjung marah atau melepaskanku. Dia tetap berkomitmen untuk memberikan segalanya untukku. Jujur aku nyaris tersentuh akan tindakannya dahulu. Namun tetap saja aku tidak peduli dia masih meyakini stastus kami atau tidak. Saat itu aku benar-benar jahat dan seenaknya.

Semakin lama berhubungan tanpa perasaan sedikit pun padanya. Aku tidak menyukai fakta dia memegang teguh pendirian bahwa Seulgi memiliki diriku untuknya seorang. Seulgi memang yeoja keras kepala.

Hari dimana dia mengklaimku terlalu possessif. Aku pernah mendapatinya mem-bully salah seorang yeoja yang memberikan coklat padaku di hari Valentine. Memang aku selalu berbuat seenaknya menjahili anak-anak di sekolah. Tapi tidak dengan yeoja. Dan Seulgi berani melakukan hal itu sampai anak itu trauma dan keluar dari sekolah"

Baekhyun tetap mendengarkan. Bibirnya sudah kelu untuk mengucapkan satu pertanyaannya yang melintas dibenaknya.

"Setelah itu Seulgi mendapat masalah dengan pihak sekolah. Dia menghilang dan kami tidak pernah bertemu lagi. Yeoja keparat itu pergi meninggalkanku tiba-tiba di hari peringatan dua tahun ibuku meninggal. Aku sama sekali tidak terpukul. Tapi aku menyesal dia sudah memasuki kehidupanku cukup dalam. Nyatanya dia semakin menyakinkan diriku bahwa aku memang tidak pantas untuk dikasihi siapapun"

Chanyeol memberi jeda dengan tawa miris.

"Orang-orang yang selalu kupercayai dan kubuka pintu hatiku untuknya selalu meninggalkanku dengan mudah. Aku—sejak saat itu aku sangat membencinya. Belum lagi setelah mengetahui fakta bahwa dia sudah bertunangan dengan orang lain disana. Dia benar-benar pembawa masalah"

Chanyeol mengakhirinya dengan desahan nafas panjang. Baekhyun menundukkan kepalanya. Chanyeol diam sambil menatap kepala Baekhyun. Jemari Chanyeol berallih pada dagu Baekhyun dan mengangkatnya kembali.

"Kenapa Baby? Apa kau sudah mengerti sekarang siapa yeoja keparat itu?" tanya Chanyeol bersuara berat.

Baekhyun mengangguk pelan. Dia mengigit bibirnya hendak mengeluarkan satu hal yang terus mendesak mulutnya untuk mengeluarkan kalimat itu.

"Yeol. A—apa kau. Pernah tidur dengannya?" tanya Baekhyun gugup.

Chanyeol diam. Membuat keheningan lama yang menimbulkan rasa khawatir.

"Yeol... Jawab aku. Aku tidak akan marah"

"..."

"Park Chanyeol"

"Entahlah. Aku tidak tahu"

Baekhyun tersentak. Dia mulai berpikiran negatif kembali. Jadi yang pertama memang bukan Baekhyun. Namja mungil itu sedikit iri pada Seulgi.

"Saat itu aku berumur lima belas dan pertama kali menginjakkan kakiku di klub malam karena terlalu frustasi mengenai peringatan kematian ibuku. Seulgi membawaku kesana dan.. entah mengapa paginya kami berakhir di ranjang"

Kalimat terakhir Chanyeol kembali menusuk-nusuk hati Baekhyun. Kepala namja itu menggangguk entah membenarkan pernyataan apa. Chanyeol yang melihat itu segera memeluknya erat.

"Tapi aku yakin kami tidak melakukan apa-apa. Kami masih terlalu kecil untuk mengetahui apa itu seks dan sebagainya" ungkap Chanyeol mengelus lembut kepala Baekhyun.

"Kau percaya padaku kan Baek?"

"..."

"Baekhyun?" panggil Chanyeol sementara Baekhyun masih menunduk dalam di dadanya.

"A—aku percaya" ucap Baekhyun.

Chanyeol melepaskan pelukkan mereka. Menatap wajah Baekhyun lekat-lekat lalu mulai mencium bibir Baekhyun dalam. Baekhyun melemah. Dia perlahan memejamkan matanya dan membalas ciuman Chanyeol. Perasannya sungguh bercampur aduk saat ini. Alisnya berkerut melampiaskan seluruh kegundahan hatinya pada ciuman ini. Baekhyun semakin mengeratkan rengkuhannya di leher Chanyeol. Sambil memberikan lumatan dalam pada pria jangkung itu.

Chanyeol memiringkan kepalanya untuk mencium Baekhyun lebih. Dia ingin merasakan Baekhyun sepenuhnya. Merasakan perasaan sakit Baekhyun dan dia merasa bodoh telah membuat Baekhyun seperti ini.

Nafas mereka memburu. Pikiran Baekhyun benar-benar blank saat menyangkut pautkan semuanya. Masalah berbelit-belit itu semakin membuat dirinya ingin mengklaim Chanyeol. Dia ingin egois untuk saat ini saja.

Apakah Baekhyun boleh melakukan hal itu?

Ciuman mereka berakhir. Kepala Baekhyun sedikit pusing. Dia masih memejamkan matanya. Merasakan seluruh kehangatan yang Chanyeol berikan. Maka dia membiarkan Chanyeol memberi kecupan-kecupan ringan di seluruh wajahnya. Jemari Baekhyun mengusap tengkuk Chanyeol pelan. Dia mendekatkan bibirnya pada telinga Chanyeol dan berbisik.

"I forgive you"

Chanyeol tersenyum dan menjatuhkan tubuh Baekhyun di sofa. Keduanya enggan melepaskan pandangan masing-masing. Baekhyun tersenyum lembut meski matanya menggenangkan sebuah cairan bening. Dia percaya Chanyeol. Karena dia mencintai Chanyeol. Dan dia tidak ingin kehilangan pemuda ini.

"Aku tidak akan meninggalkanmu meski keadaan sesulit apapun. Karena itu, jangan berani melangkah sejauh yang kau bisa dariku. Aku bersumpah akan mengejarmu kemanapun kau pergi Baekhyun" ucap Chanyeol dengan suara berat dan mulai mendekatkan wajahnya lagi pada Baekhyun.

'—Bahkan jika Seulgi melakukan perbuatan seperti dahulu pada 'dia'. Aku tidak akan perbuatannya terulang padamu Baek' lanjut Chanyeol dalam hati.

.

.

.

07.30 a.m (KST)

Baekhyun berjalan menyusuri lorong kelas. Hari masih terlalu dini untuk memulai pelajaran. Namun dia sudah datang terlebih dahulu seperti kebiasaan murid teladan lainnya.

Tidak sengaja, Baekhyun berpapasan dengan sosok yeoja berambut kuncir kuda yang tersenyum menawan. Gadis cantik itu mendekat pada Baekhyun. Mata kucingnya dihiasi eyeliner membuatnya semakin anggun meski terkesan angkuh. Dia bagaikan Ratu berkelas sesungguhnya.

"Kau—"

"Byun Baekhyun" panggil Seulgi seolah dia telah mengenal Baekhyun sejak lama.

Baekhyun meneguk ludahnya.

"Perkenalkan. Namaku Kang Seulgi" sapanya ramah sambil mengulurkan tangan. Baekhyun balas menjabat tangan Seulgi.

"Kau teman baik Chanyeol kah? Kulihat kau sangat akrab dengannya" tutur Seulgi tersenyum membuat Baekhyun berdiri kaku pada tempatnya.

"..."

"Kenapa diam? Perutmu sakit? Kau sudah sarapan?" Seulgi terus bertanya aneh.

Baekhyun bingung harus menjawab apa. Dia ingin mengatakan pada gadis ini bahwa Chanyeol tidak menyukainya dan Chanyeol adalah kekasihnya. Tapi bibirnya selalu kelu jika berhadapan dengan wanita yang menyukai Chanyeol. Dia teringat akan Minah yang dulu mendorongnya kedalam kolam akibat rasa benci juga cemburu padanya.

"Ah, begitu. Ternyata benar dugaanku"

Baekhyun mengangkat kepalanya. Dia menatap Seulgi yang bersedekap memandanginya dari atas sampai kebawah—menilai dirinya. Yeoja itu berjalan mendekat pada Baekhyun.

"Kenapa ada lagi namja sepertimu yang berani-beraninya mengambil hati dia?" ucap Seulgi lebih terdengar seperti desisan.

"Maksudmu apa?"

Seulgi tertawa.

"Still don't get the point?"

Baekhyun tidak bergeming. Seulgi kembali melampirkan senyumnya.

"Aku tidak peduli dia gay atau bukan. Pada dasarnya aku sangat mencintai Chanyeol apa adanya. But, wellseems really hard to get the main thropy isn't it?"

Baekhyun tidak menjawab. Dia tahu perkataan Seulgi akan mengarah pada hal berbahaya. Seperti memberikan warning atau sejenis itu layak yeoja psikopat lainnya.

"But i think, get rid of you (menyingkirkanmu) doesn't take any time too much. And i would like to see how Prince reaction after this" lanjut Seulgi lalu melangkahkan kakinya mundur.

Lorong kelas seketika riuh dan siswa-siswa yang baru saja berdatangan dan segera berlari pada satu sumber. Seulgi melampirkan senyum licik tanpa malu dihadapan Baekhyun. Sedangkan Baekhyun sudah mengepalkan tangannya—terlalu kesal untuk membahas semuanya bersama Seulgi. Dia tahu ada sesuatu yang tidak beres setelah ini.

"OMO! Kalian sudah lihat beritanya?" jerit salah satu yeoja mendekati kedua temannya yang baru saja datang.

"Apa?"

"Kajja, kita lihat!"yeoja itu menarik kedua temannya histeris.

Jantung Baekhyun berdebar kencang. Ada apa lagi ini?

"This is just the beggining. Aku tahu saat awal masuk Chanyeol pernah memberikan hadian special penyambutan murid baru di SM SHS. Tapi sayang aku tidak ada. Dan sebagai Queen disini aku berbaik hati memberikan penyambutan Specialkhusus untukmu Byun Baekhyun. Just enjoy it! Bye!" tutur Seulgi dan melangkah pergi.

Tidak berapa lama suara interkom terdengar di seluruh penjuru sekolah. Baekhyun menundukkan kepalanya. Dia terlalu lemas untuk berjalan lagi.

"Byun Baekhyun kelas 12-2. Harap segera melapor kepada pihak kepala sekolah sekarang!"

'Tamatlah riwayatmu Baekhyun...'

.

.

.

.

10.10 a. m (KST)

Chanyeol baru saja tiba disekolah. Namja tinggi diatas rata-rata ini terlihat berjalan santai tanpa peduli suara bisik-bisik yang keluar dari beberapa murid yang melintas dikanan kirinya.

Dirinya tetap berjalan angkuh menuju kelas 12-2 yang tentu saja merupakan kelas kekasihnya—Byun Baekhyun. Mengesampingkan gadis psikopat— panggilan baru untuk yeoja bernama Kang Seulgi dari Chanyeol— yang berkeliaran disisinya. Dia sama sekali tidak mau ambil pusing lagi dengan tindakan Seulgi selanjutnya. Jika pada akhirnya yeoja itu tahu bahwa Chanyeol mulai berhubungan dengan salah seorang namja manis lagi. Dia akan melindungi Baekhyun. Dia berjanji.

"Baekhyun?" tanyanya entah pada siapa. Berharap namja berparas imut itu menampakkan batang hidungnya.

Namun suasana hening menyelimuti kelas 12-2. Chanyeol mengeryit heran. Memang hari ini dia terlambat bangun pagi di karenakan ranjang besar kamarnya memanggil-manggil dirinya untuk terlelap seharian penuh.

Well, bukan masalah besar jika Chanyeol telat. Hal itu bahkan sudah puluhan kali dia lakukan semasa JHS maupun SHS.

"Hei kau tidak lihat Byun Baekhyun?" panggil Chanyeol pada salah satu siswa yang hendak masuk kedalam kelas.

"Um... Sebenarnya—"

"Chanyeol!"

Ucapan siswa tadi terhenti ketika suara namja lain menyahutkan nama Ketua Park dari kejauhan.

"Kai"

"Sial! Kau benar-benar bodoh!" umpat Kai tepat ketika dia sampai didepan Chanyeol.

"Yak! Apa-apaan kau ini kenapa malah mengataiku? Baru saja datang berani sekali kau—"

"Berapa kali kukatakan agar kau tidak keras kepala keparat?! Tidakkah kau mengerti waktu itu Luhan sudah memperingatimu?!" Kai mulai mencengkram kerah seragam Chanyeol dan mendorongnya pada jendela lorong kelas.

"Apa maksudmu brengsek?!" geram Chanyeol lalu menepis tangan Kai dan mencengkram balik kerah pemuda berkulit tan itu.

"Demi Tuhan! Apa sekarang waktu yang tepat bagi kalian berdua untuk saling memaki?" lerai Kris mendorong tubuh mereka berdua menjauh berusaha bersikap tenang.

"Lebih baik kau ikut kami Chanyeol. Ada sesuatu yang harus kau lihat. Akibat perbuatan bodohmu itu. Ini cukup mengejutkan" titah Chen dengan tatapan tajam.

Alis Chanyeol berkerut heran menanggapinya. Namun tidak dipungkiri pikirannya langsung mengarah pada Baekhyun. Maka dia segera berjalan cepat terkesan terburu-buru mengikuti gerakan Chen.

Sial. Dia hanya telat beberapa saat -sebenarnya hampir dua jam sesudah bel masuk pada jam 8- tapi sudah disuguhkan dengan kabar tidak menyenangkan.

Sebenarnya ada apa lagi ini?

.

.

Namja bermata bulat berada di kerumunan paling depan sambil membaca salah satu kertas disana. Begitu mendengar bahwa sahabatnya menjadi sumber utama desas desus pagi ini. Kyungsoo segera berlari kearah papan pengumuman.

Dia memberikan reaksi yang sama seperti murid-murid lainnya. Terkejut? Tentu saja. siapa tidak terkejut melihat foto sahabatnya tertempel manis disana dengan berita yang Kyungsoo sendiri baru ketahui hari ini.

Keramaian yang tadinya begitu berisik seketika hening saat seorang namja tinggi berserta namja tampan lainnya berjalan menuju papan sialan yang terpajang di sudut sekolah. Kayu panjang itu selalu menempelkan kertas mengenai isu-isu picisan tidak berguna yang tidak pernah berhasil menarik perhatian Chanyeol. Toh, jika dia menjadi berita utama disaa dia bisa langsung menghabisi seseorang yang berani memajang berita palsu tentangnya.

Namun, kali ini sepertinya berbeda.

Setelah membelah kerumunan yang akhirnya menjadi tenang. Mereka semua terdiam sambil memandang Chanyeol takut-takut. Dia bagaikan iblis yang hendak mengeksekusi semua murid disana. Tatapan tajamnya terturu pada salah satu artikel sampah yang membuat darahnya mendidih.

Sementara Kyungsoo—yang sekarang berdiri tepat disebelahnya menatap sayu wajah sangar Park Chanyeol.

"Chanyeol" panggil Kyungsoo sangat pelan.

Chanyeol tidak menggubrisnya. Pria itu justru berbalik cepat menimbulkan bisik-bisik yang riuh kembali diantara murid-murid SM SHS. Kyungsoo menunduk lalu menatap kearah artikel berisikan sebuah tulisan beserta foto Baekhyun yang sedang bercumbu dengan seseorang. Namun pria itu tidak terlihat jelas karena di pelaku memburamkan wajah pria dihadapan sahabatnya. Sehingga foto tersebut terfokus pada Baekhyun. Tidak lupa dengan note dibawah foto.

'Byun Baekhyun siswa berbeasiswa SM Senior High School kelas 12-2 di duga selama ini menyamar bekerja sebagai bartender di sebuah bar. Kebenaran yang telah diketahui dari saksi dia adalah pelacur disebuah klub malam di pinggir kota. Setiap malam Byun Baekhyun menyuguhkan dirinya pada pria-pria hidung belang untuk mencari kepuasannya tersendiri.

PS : Warning! Untuk semua siswa SM SHS!'

"Yak! Chanyeol kau mau kemana?" sahut Kai yang berdiri di belakang Kyungsoo.

Kyungsoo menoleh kebelakang mendapati wajah Kai yang berpeluh. "Aku baru tahu" lirih pria bermata bulat itu.

Kai mengangguk. "Aku juga. Padahal, aku sudah berusaha keras demi Baekhyun hyung dan Chanyeol. Namun kurasa aku salah"

Kali ini Kyungsoo menggeleng. "Tidak. Kau sudah sangat hebat dalam melindungi Baekhyun. Terima kasih Kai" ucap Kyungsoo berbisik dan Kai tersenyum miris.

Tidak berapa lama kebisingan dari kerumunan tersebut mereda dan suara decitan sepatu yang terdengar. Murid-murid kembali membuka jalan secepat yang mereka bisa untuk namja bergelar Ketua penguasa SM SHS itu. Mereka semua menghindar ketika Chanyeol kembali dengan tongkat baseball yang diseret dan—

BRAK!

Satu pukulan terlampau keras mengenai papan kayu tersebut hingga retak. Tepat pada bagian artikel yang sedang di perdebatkan. Chanyeol kembali mengayunkan stik panjang itu dan memukul bertubi-tubi ditempat yang berbeda. Sampai akhirnya mading sekolah menjadi roboh dengan sendirinya akibat hancur.

Kerumunan itu diam bergidik ngeri memandang korban yang baru saja Chanyeol habisi. Pria itu terengah-engah dengan emosi yang sangat berkalut-kalut. Peluh bercucuran dan tatapannya terlalu tajam menusuk kertas yang sudah tidak berbentuk dibawah kakinya.

"Kris" si pemilik suara bariton itu berbicara dingin. Membuat siapapun yang mendengar suara beratnya gemetar.

Kris maju, mendekat pada Chanyeol. Pria beringas itu melemparkan alat penyiksanya pada Kris yang menerimanya dengan tangkas.

"Kerja bagus" puji Kris dan Chen menghembuskan nafas tertawa.

"SEMUANYA BUBAR DARI SINI SEKARANG JUGA!" gertak Chanyeol kearah semua murid-murid yang masih menyaksikan.

Mereka berlari terburu-buru menghindar dari tempat mengenaskan itu. Sedangkan Kai dan Kyungsoo masih diam di tempat—terlalu tercengang menganggapinya. Pria ini benar-benar menyeramkan seperti iblis.

"Chen dimana dia?" tanya Chanyeol masih memandang tajam kearah kertas tadi.

Chen menatap Chanyeol yang berbalik menatapnya.

"Ruang kepala sekolah"

-Disaat yang bersamaan-

"Anda tidak bisa melakukan hal tersebut jika kebenarannya belum diketahui bukankah begitu?!" sahut seorang namja cantik dengan suara keras. Membuat lawan bicaranya tersentak kaget akan sikapnya yang tidak biasa.

"Tuan Xi. Kenapa anda berani sekali berbicara seperti itu? Apa bergaul dengan siswa seperti dia merubah sikap anda juga?"

Luhan terlihat marah menanggapi penuturan laki-laki dihadapannya -Kim Young Min- sang kepala sekolah SM SHS.

"Tentu saja tidak! Baekhyun anak baik-baik! Dan anda tidak berhak menuduhnya tanpa bukti!"

"Semua sudah terlihat jelas bukankah begitu? Foto dan tulisan yang dikirim melalui email saya pagi ini adalah salah satu bukti nyata Tuan Xi"

"Tidak bisakah anda memikirkan ulang semua keputusan anda?" sahut Luhan lagi sesekali menggebrak meja kerja pria dewasa itu.

Kim Youngmin menggeleng tanpa rasa belas kasih.

"Tidak. Maaf sekali Tuan Xi. Saya tidak bisa membiarkan murid pelajar berbeasiswa layak Tuan Byun untuk mengenyam pendidikan disini lagi"

Luhan tersentak. Dia beringsut mundur dengan wajah tercengang. Mengapa manusia didepannya ini benar-benar keras kepala? Apakah dia tidak bisa melihat bahwa ada sumber yang penyebaran berita palsu tersebut? Luhan mulai naik darah menghadapi pria tua didepannya.

Setelah mendapat kabar keparat dipagi hari. Kim Young Min memutuskan untuk memanggil semua siswa berbeasiswa, Baekhyun, Sehun dan juga Luhan salah satunya. Dikarenakan artikel tersebut membawa-bawa kata—siswa berbeasiswa SM Senior High School. Dan dia tidak mau nama baik sekolah yang dipercayakan padanya tercemar hanya karena murid jenuis pembawa masalah.

Pemuda berdarah Cina sedikit frustasi setelah berargumen tiada henti dengan pria tua berjidat lebar menyebalkan didepannya. Jika saja saat ini Luhan sudah lebih matang dia pasti akan mengambil alih seluruh sekolah ini. Lalu Kim Youngmin akan segera turun jabatan atau pergi saja sekalian. Kakek Park memang salah memilih Kepala Sekolah untuk SM SHS.

Luhan berbalik dan menatap Baekhyun yang tersenyum paksa. Pria manis itu berusaha meyankinkan Luhan bahwa dia tidak apa-apa. Tapi Luhan terlalu cerdas sehingga bisa membaca wajah Baekhyun. Sementara Sehun yang ikut ambil bagian dalam situasi ini hanya bisa menatap sendu kearah sahabatnya dan Luhan bergantian.

"Tuan Byun. Ini dapat merubah keputusan saya jika sekali lagi saya bertanya dan anda menjawab sejujur-jujurnya. Dan mungkin jawaban Tuan Byun akan memperngaruhimu Tuan Xi" jelas Young Min dan alis Luhan berkerut kesal menatapnya.

"Apakah benar kau bekerja di klub malam itu Tuan Byun?"

Baekhyun tersedak ludahnya sendiri. Dia bingung harus mencari-cari alasan apa. Nyatanya hal yang dipaparkan memang kebenaran. Tapi tidak dengan berita bahwa di klub ibunya dia menjadi seorang pelacur. Jelas-jelas foto yang Seulgi buramkan adalah Park Chanyeol.

Seulgi? Oh, yeoja itu sudah bertindak keterlaluan.

Baekhyun menunduk. Dia tidak ingin dikeluarkan dari sekolah ini. Dia ingin lulus dengan prestasi membanggakan dan mencari nafkah yang pantas demi kelangsungan hidup ibunya. Pria mungil itu hendak menangis jika dia tidak berusaha untuk cukup tegar saat ini.

"Tetaplah diam Baek" bisik Sehun kecil.

Ya, Sehun mengetahui hal ini. Tentu saja, karena mereka adalah teman masa kecil Baekhyun dan Sehun tetap tutup mulut bagaimana pun Youngmin ikut mendesaknya memberi tahu kebenaran.

"A—aku"

"Baekhyun!" bisik Sehun lagi.

"Aku memang bekerja di klub malam itu" ungkap Baekhyun.

Luhan membulatkan matanya. Dia tidak menyangka kalimat itu akan keluar dari mulut Baekhyun. Youngmin menghela nafas berat. Dia tetap mengatakan bahwa Baekhyun harus keluar dari sekolah ini.

"Ta—tapi, berita tersebut bohong"

"Semua sudah jelas dengan pernyataanmu bukan, Tuan Byun?"

"Memang. Tapi ketahuilah aku bukan seorang pelacur. Aku bekerja di klub malam demi ibuku. Demi membantu keuangan ibuku" jelas Baekhyun nyaris menumpahkan airmatanya.

Luhan menatap Baekhyun sendu. Dia tahu selama ini kekasih sepupunya adalah anak baik-baik. Tidak mungkin Baekhyun yang sangat mencintai Chanyeol sudi disentuh oleh pria lain demi uang. Luhan pun juga sudah menduga siapa dalang dibalik semua ini. Sekali lagi, dia kalah oleh bukti yang kurang.

"Maaf Tuan Byun. Saya tidak akan merubah keputusan yang telah saya buat. Sekarang kalian boleh meninggalkan ruangan ini" titah Youngmin memutar kursi kerjanya.

Tubuh Baekhyun begitu lemas. Pandangannya buram akan airmata yang menggenang dipelupuk. Dia hampir saja jatuh dari pijakannya jika Sehun tidak langsung merengkuh pundaknya. Apakah ini akhir dari harapannya ingin menjadi seorang pelajar? Kenapa kehidupannya begitu berat?

"Kita akan pikirkan jalan lain. Lebih baik sekarang kita keluar dulu Baek" bisik Sehun dan Baekhyun mengangguk pasrah.

Luhan memandang miris kedua namja yang baru saja meninggalkan ruangan. Hatinya memanas dan Luhan benar-benar ingin memukul kepala Youngmin dengan benda apa saja yang ada disana. Sayang Luhan masih sangat waras untuk berpikir jernih.

"Ajjushi" panggil Luhan.

Youngmin tetap tidak berbalik. "Aku tahu kau mendengar jelas kebenaran dari mulut Tuan Byun, Luhan-ssi. Bukankah itu sudah menjelaskan semuanya?"

"Tapi anda tidak bisa seenaknya membuang harapan orang untuk bersekolah. Apakah anda sendiri tidak dengar bahwa Baekhyun bekerja disana untuk memenuhi kebutuhan hidupnya?"

"Tapi mengapa harus diklub malam? Itu sama saja merusak reputasinya sebagai siswa berprestasi juga mencemarkan nama baik sekolah berkelas ini. Kau ingin nama baik sekolah keluarga-mu hancur Xi Luhan?" tutur Youngmini lalu membalikkan kursinya menatap Luhan.

"Tidakkah ada cara untuk tetap membuat Baekhyun memiliki beasiswanya di sekolah ini?"

Youngmin menyatukan kedua tangan ketika sikutnya bertumpu pada meja kerjanya. Dibalik wajah tenangnya pria tua itu tersenyum. Luhan tidak menyadari akan hal itu.

"Sebenarnya ada satu syarat yang selama ini hanya kau dan aku tahu. Aku masih sangat menginginkan hal itu. Dan kau pasti ingat bukankah begitu Luhan-ssi?"

Luhan terkejut.

Sial, pria tua ini masih saja mengingat tawaran keparat dua tahun yang lalu. Luhan hampir saja menjerit keras-keras hendak mengatakan 'tidak'. Tapi dia tidak bisa. Bawahan kakeknya begitu licik memanfaatkan situasi ini untuk mengambil keuntungan darinya.

Luhan menutup matanya. Dia tidak ingin melihat Baekhyun sedih seperti tadi. Baekhyun adalah orang yang dicintai sepupunya. Luhan telah berjanji pada Chanyeol akan selalu membantunya, menemaninya, menjaganya diberbagai macam kesulitan yang tengah Chanyeol alami.

Luhan tidak ingin melihat wajah murung sepupunya kembali.

Maka dari itu Luhan menarik nafasnya dalam dan berucap dalam hati— 'maafkan aku Sehun...'.

Lalu—

"Aku menerima tawaran anda. Karena itu biarkan Baekhyun bersekolah dengan beasiswanya disini"

.

.

.

10.50 p.m (KST)

Chanyeol mengendarai mobilnya secepat mungkin. Dia menuju satu tempat yang tertera dipesan masuk ditujukan untuknya tiga puluh menit yang lalu.

-Flashback-

Setelah Chanyeol tadi menghampiri ruang kepala sekolah dengan penuh amarah nyatanya dia hanya menemukan Luhan didalam sana. Chanyeol hendak menghancurkan tempat itu. Tapi Luhan dengan cepat menghalaunya ketika melihat stik baseball ditangan sepupunya.

Luhan segera mengajak Chanyeol keluar ruangan laknat tersebut dan membicarakan ini dengan teman-temannya. Chanyeol bersiap protes akan Luhan yang terus menghentikan pergerakannya tapi Luhan tidak gentar. Pria cantik itu malah mencengkram erat pundak Chanyeol sambil berjinjit sedikit. Memandang Chanyeol kesal.

"Kau tahu siapa penyebab hal ini?" sahut Luhan dengan nada tinggi.

"Sudahlah Luhan. Chanyeol sudah membereskannya. Tinggal membuat semua siswa melupakan kejadian ini dan mengembalikkan nama baik Baekhyun" lerai Kris menjauhkan tubuh Luhan dari Chanyeol.

Luhan menarik pundaknya cukup kasar dari tangan Kris. Mendekat kembali pada Chanyeol. Sementara Kai dan Chen sibuk memperhatikan tindakan dua sepupu itu.

"Aku pernah mengatakan hindari Baekhyun sementara sampai yeoja itu pergi bukankah begitu? Kenapa kau bodoh sekali?" lirih Luhan perlahan seperti berbisik.

Chanyeol tetap diam menatap tajam Luhan. Pria cantik ini tidak pernah berekspresi sangat kesal maupun marah akan sesuatu. Luhan biasanya selalu bersikap tenang dalam menghadapi masalah. Namun, sepertinya dia juga jengah akan sifat keras kepala Chanyeol. Chanyeol akui memang dia sangatlah bodoh. Pria itu merasa bersalah dan benar-benar tidak segan untuk langsung menghukum dirinya sekarang.

"Kumohon kali ini berpikirlah lebih dewasa sebelum bertindak" lirih Luhan menatap tajam Chanyeol meski wajahnya sama sekali tidak menakutkan.

Sekilas Chanyeol bisa melihat cairan bening menggenang di pelupuk matanya. Chanyeol sedikit tersentak. Kenapa Luhan berekspresi seperti itu?

"Aku tau" ucap Chanyeol singkat mengalihkan pandangannya.

Luhan melepaskan cengkramannya dan mengangguk.

"Aku akan melindunginya Lu" pernyataan Chanyeol membuat mata Luhan melebar.

"Tapi—"

"Tidak akan kubiarkan dia bernasib sama dengan Kyungsoo. Tidak" tegas Chanyeol memandang tajam kedepan. Tidak berapa lama ponsel Chen berdering. Chen menatap Kai dan Kris bergantian lalu menatap kedua sepupu itu.

"Chanyeol. Aku dapat alamat barunya. Sepertinya dia ingin bicara padamu"

.

.

Seulgi duduk disalah satu sofa besar. Coat berwarna merah yang menutupi seragamnya nampak mempesona melekat pada tubuhnya. Mata kucing itu menatap tajam kearah keluar sambil mengigit ujung kukunya berhiaskan cat merah. Kedua kaki mulus yang disilangkan menarik perhatian beberapa pengunjung di caffe bernuansa barat.

Tidak berapa lama sosok jangkung memasuki caffe tersebut dengan bunyi deting bel yang terdengar khas. Seulgi mengalihkan pandangannya. Dia menurunkan kakinya dan duduk tegap ketika pria itu berjalan mendekat padanya.

"Chan—"

"Langsung saja. waktuku tidak banyak" pemilik suara berat itu berusaha menahan amarah melalui nada bicaranya. Jika saja Seulgi bukan yeoja. Pasti dia sudah habis oleh Chanyeol saat ini setelah berhasil merusak hampir setengah hidup Baekhyun.

Seulgi hanya tersenyum maklum dengan anggun. Dia mempersilahkan Chanyeol duduk terlebih dahulu. Merasa di caffe ini etika dan sopan santu diprioritaskan. Karena caffe ini memang tempat berkumpulnya para pembisnis maupun borjuis kota Seoul.

"Aku ingin kita kembali seperti dulu"

Chanyeol berusaha menahan tawa. Namun satu hembusan nada mengejek keluar begitu saja melalui bibirnya. Seulgi tetap tenang sambil menatap Chanyeol dalam.

"Setelah kau merasa berhasil menyingkirkan Baekhyun?"

"Itu bukan niatku"

"Cih, omong kosong" ketus Chanyeol menghiraukan ucapan gadis itu.

Seulgi menatap kebawah. Jujur Chanyeol memang tidak suka mempermasalahkan hal ini. Tapi berdebat dengan Seulgi si yeoja keras kepala tidak akan ada habisnya. Chanyeol tahu benar bagaimana sifat asli wanita ini.

"Maaf urusanku masih banyak. Aku tidak punya banyak waktu" sinis Chanyeol dan berdiri dari tempat duduknya.

"Kembalilah padaku" ucap Seulgi sedikit berteriak ditempatnya. Nada memerintahnya membuat Chanyeol kembali menahan geraman.

Chanyeol berbalik menatap Seulgi dingin.

"Jika kukatakan tidak?"

"Maka Baekhyun yang harus menyingkir" final Seulgi memandang Chanyeol berharap meski dia sudah mengucapkan kalimat mengancam.

'Sialan' batin Chanyeol.

Chanyeol kembali berjalan acuh. Dia sungguh tidak ingin peduli dengan apa yang akan Seulgi katakan selanjutnya. Seulgi jelas tak akan menyerah. Dan sebentar lagi yeoja itu akan melampiaskan ketidak mampuannya untuk mendapatkan Chanyeol pada Baekhyun. Chanyeol tidak ingin hal itu terjadi.

Pria tampan itu berhenti berjalan saat Seulgi mulai berdiri dari sofanya.

"Silahkan jika kau memaksa. Aku akan melindungi Baekhyun" ucap Chanyeol tanpa memandang Seulgi.

.

.

.

Kejadian berita palsu tersebut menghasilkan desas desus yang cukup parah. Hampir semua murid sekarang memandang Baekhyun sebagai manusia rendah. Wajar saja. Baekhyun si anak sederhana yang bergabung dengan kalangan atas sungguh tidak pantas bersekolah disana. Belum lagi beasiswanya membuat dia dulu menjadi pusat perhatian.

Lalu sekarang?

Akibat artikel picisan yang dihasilkan oleh Seulgi seolah membuat perhatian tersebut kembali terulang. Pria mungil itu mulai berjalan perlahan dilorong kelas bersama Sehun disampingnya. Semalam Baekhyun tidak pulang kerumah. Karena dia terlalu takut pihak sekolah memberitahu ibunya akan beasiswanya yang 'hampir' dicabut paksa tanpa pembelaan.

Sejak keluar dari perpustakaan –bersembunyi- sepanjang siang ini. Baekhyun berjalan menunduk mendengar teman-temannya membicarakan dirinya setajam kuping serigala dimalam hari. Sehun yang ikut mendengarnya semakin berjalan merapatkan tubuhnya pada Baekhyun.

"Baekhyun.. Jangan didengarkan apa kata mereka" lirih Sehun berusaha membuat Baekhyun tersenyum.

Pria mungil itu mengangkat sedikit wajahnya. Sebuah senyuman terlampau dipaksakan mengambang dibibirnya. Baekhyun terlihat manis meski hatinya tergores berulang kali.

"Arrasseo, Hun"

"Baekhyun!" suara bariton terdengar menggema di lorong kelas lantai tiga.

Baekhyun tahu siapa pemilik suara itu. Kaki mungilnya sempat berhenti melangkah dan saat namanya di lantunkan nafasnya sangat tercekat. Baekhyun berusaha sekuat mungkin untuk tidak menoleh.

"Chanyeol" satu pemberitahuan tidak penting dari Sehun diabaikannya.

"Baekhyun!"

Sahutan dari kejauan tersebut kembali menggema cukup kencang.

Hell! Tidak bisakah Chanyeol berhenti berteriak keras layaknya pria idiot? Ini sangatlah memalukkan! Oh, terbukti jelas bahwa Chanyeol memang benar namja idiot karena berhasil menarik perhatian murid-murid yang berada dilorong. Nyatanya murid-murid disekitar sana kembali berbisik-bisik menyebalkan.

Baekhyun kembali melangkah sambil mengepalkan kedua tangan disamping kanan dan kirinya. Dirinya seolah tuli dan enggan menoleh. Kepalanya terasa panas menahan lelehan airmata yang tiba-tiba saja memaksa keluar.

"Baekhyun-ah!"

Terus..

Baekhyun terus berjalan sementara bunyi sepatu yang berdecit cukup kasar mengikutinya secepat mungkin. Berusaha mendekat pada Baekhyun yang menjauh dirinya.

"Byun Baekhyun! Aku memanggilmu apa kau tuli?!" teriakkan mengancam tersebut membuat Baekhyun semakin cepat melangkah.

Pemuda manis itu benar-benar ingin lenyap sekarang juga. Dia sudah malu maksimal dengan tindakan bodoh Chanyeol yang memanggil-manggilnya heboh tidak tahu diri dihadapan seluruh murid disana. Belum lagi berita mengenai dia bercumbu dengan pria hidung belang –katanya- membuat dia semakin terpojok. Ketika merasa Chanyeol tidak mengejarnya Baekhyun hendak berlari. Namun—

"BYUN BAEKHYUN! AKU MENCINTAIMU! TIDAKKAH KAU DENGAR DARI TADI AKU MEMANGGIL NAMAMU BERULANG KALI PENDEK?!"

Baekhyun terlonjak dan berhenti berjalan.

Sebuah sahutan yang keluar dari mulut Chanyeol membulatkan semua pasang mata disana. Luhan yang baru saja menapakki tangga yang berada disamping Baekhyun ikut terkejut mendengarnya. Sehun? Pria culun itu menganga melihat perbuatan konyol Chanyeol yang tidak tahu tempat.

Baekhyun terdiam. Kepalanya menoleh pelan sementara Chanyeol sudah berada tujuh meter didepannya. Pria itu terengah-engah.

Namja bermarga Byun itu membalikkan badannya—menghadap Chanyeol. wajah ketua penguasa sekolah sangatlah tidak bersahabat. Baekhyun tahu betul jika keinginan Chanyeol tidak terlaksana dia akan bertindak sangat keras kepala meski dengan cara tolol sekalipun.

"Siapa suruh kau tidak mendengar ucapanku? Kau mau mati?" desis Chanyeol.

Benar saja. Baekhyun kenal Park Chanyeol yang berwatak berandal iblis seperti ini.

Entah mengapa seulas senyum manis tiba-tiba mengembang dibibir Baekhyun. Cairan bening yang menghiasi mata sipitnya membuat Baekhyun terlihat semakin menawan berkali lipat dari sebelumnya.

"Idiot Park Babo.." lirih Baekhyun menghembuskan satu nafas mengejek.

Chanyeol tersenyum miring dan berjalan cepat kearah pemuda itu lalu menciumnya tepat pada bibir Baekhyun. Murid-murid SM SHS membuka mulut mereka lebar-lebar menanggapi adegan tersebut. Sedangkan Luhan memberikan reaksi yang tida jauh berbeda. Begitu pun Sehun dikejauhan.

"Kajja"

Ucap Chanyeol setelah melepaskan ciuman mereka dengan penuh gerakan bergairah. Pria itu mulai menarik tangan Baekhyun dan mengajaknya pergi. Menyisakan bisik-bisik, jeritan histeris para fans Chanyeol, juga senyuman ringan Luhan.

Tidak berapa lama Luhan memandang Sehun. Dia melampirkan senyum tipis yang memberikan makna tanda tanya pada Sehun. Lalu pria cantik itu melangkah. Tidak membiarkan Sehun mengetahui jawaban dari senyum itu.

.

.

.

.

.

"Ada perlu apa tiba-tiba kau datang kemari?"

Seorang namja melangkahkan kakinya masuk kedalam sebuah ruangan kosong. Seluruh murid-murid sudah tidak ada disekitar lingkungan sekolah. Sedangkan bagi Kim Junmyeon alias Suho yang menjabat sebagai Ketua Dewan Organisasi SM SHS. Maupun murid tangan kanan kepala sekolah SM SHS masih tetap menjalankan tugasnya sampai matahari terbenam.

"Aku hanya ingin mampir. Salahkah?"

Suho menatap datar kepada yeoja yang sedang duduk dimejanya biasa memimpin rapat. Kemudian dia menggelengkan kepala tidak habis pikir. Sebenarnya pria berwajah tampan itu selalu tersenyum manis kepada siapa saja. Dan dia rasa itu tidak perlu ditujukan pada yeoja yang sudah dia kenal betul sejak JHS.

"Apa yang kau inginkan Seulgi?" tanya Suho lalu menaruh berkas yang baru saja dia pegang kearah meja.

"Oppa. Aku ingin mendengar kabar baik darimu. Bolehkah?"

Suho menaikkan satu alisnya. "Kabar apa?"

Seulgi menurunkan kaki yang sejak tadi disilangkan dan berdiri mendekati Suho. Dia tersenyum mengeluarkan seluruh pesona cantiknya. Sayang itu tidak berpengaruh bagi Suho.

"Mengenai Byun Baekhyun"

"Beasiswanya tidak dicabut" seakan mengerti Suho langsung menyembur Seulgi dengan jawaban yang yeoja itu harapkan. Nyatanya justru berkebalikan.

Seulgi membulatkan matanya. Dia berdiri sedikit kaku membiarkan Suho mengambil alih kursinya dan duduk dengan tenang. Sementara Seulgi berusaha menahan gejolak panas didada setelah mengetahui rencananya telah gagal.

"Ke-kenapa bisa?" tanya Seulgi tidak percaya.

Suho menghembuskan nafasnya. "Jadi benar kau yang melakukannya?"

Seulgi menoleh cepat dengan wajah tegang. Dia bungkam dengan mata melotot seolah tatapannya mampu menakutkan Suho. Suho hanya menyipitkan mata memandang serius kearah Seulgi.

"Ke-kenapa?!" teriak Seulgi—nyaris frustasi.

"Luhan yang menggantikkannya" tutur Suho acuh lalu mengambil selembar kertas dari mejanya.

"Luhan?" ulang Seulgi dan Suho menoleh padanya.

"Ya. Dia menerima tawaran ayahku"

Seulgi tersentak. Wajahnya semakin mengeras dan matanya mengeluarkan kilatan menakutkan. Nafasnya satu satu dan tubuhnya terasa memberat. Disisi lain dia tidak percaya kenapa Luhan juga nekat terkena imbas dari rencananya. Sungguh, Luhan bukanlah target Seulgi. Namun sepertinya pria cantik itu ikut turut serta dengan sukarela. Apa boleh buat?

"Kurasa ambisimu pada Park Chanyeol harus kau hilangkan Seugi. Kau tau bukan. Kau pernah keluar dari sekolah ini karena masalah itu" ucap Suho tanpa melihat yeoja itu.

Seulgi hanya diam ditempat. Perlahan dia melangkahkan kakinya. Menghiraukan segala ucapan Suho. Dia yakin setelah ini Byun Baekhyun harus menerima kegagalan yang dia dapat. Lebih dari yang sebelumnya.

.

.

.

"Aku tidak bisa berdandan"

Ungkap Oh Sehun yang terus saja duduk risih didepan kaca kamarnya. Sementara Baekhyun berdiri dibelakang. Menyisir rambutnya sambil menatap pantulan Sehun dicermin.

"Oh! Ayolah! Kau ingin berhasil kan? Ini adalah kesempatanmu Sehun-ah!" Baekhyun mulai menyemangati Sehun.

Pria culun itu menggeleng sambil melakukan perlawanan terhadap tangan Baekhyun yang berusaha mengambil kacamata laknat milik Sehun. Usaha Baekhyun memang tidak sia-sia. Sekarang wajah Oh Sehun sudah terlepas dari kacamata yang menutupinya.

"Lihatlah kau lebih tampan daripada sebelumnya tanpa kacamata ini!" puji Baekhyun lalu mencoba memakai kacamata Sehun asal.

"Kumohon kembalikan... Aku tidak bisa melihat"

"Omong kosong"

"Sungguh, Baek. Kenapa kau bertingkah menyebalkan seperti ini?"

"Aku hanya ingin kau lebih menawan dalam mengungkapkan perasaanmu pada Luhan" tutur Baekhyun dan wajah Sehun pun memerah. Pria albino itu terdiam menunduk kaku.

"A—aku tidak siap"

"Apa maksudmu tidak siap?!" sahutan Baekhyun membuat Sehun menutup telinganya.

"A—aku hanya be—belum siap saja"

Baekhyun berdecak kesal dan mulai mendorong Sehun kembali menghadap kaca.

"Lihatlah! Kau tampak sempurna tanpa kacamata bodohmu itu! Kau tampan Sehun!" Baekhyun berseru berusaha menyadarkan namja pucat yang sedang duduk didepannya.

Sehun menundukkan kepalanya lagi. Dia sendiri tidak yakin apakah Luhan akan menerima dirinya yang bergaya sangat culun. Belum lagi dia berstatus sangat rendah dilingkungan sekolah. Yeah, seorang geeks. Padahal Sehun tidak lebih idiot daripada kekasih sahabatnya ini—si Park Chanyeol.

"Luhan pasti akan menyukaimu! Ayo kau hanya perlu sedikit perbaikkan"

Dan ucapan terakhir Baekhyun siang itu. Mereka habiskan untuk mem-make over Oh Sehun menjadi manusia sesungguhnya.

-Flashback-

"Mereka pasti akan membunuhku setelah ini..." Baekhyun berujar lesu sambil mengikuti langkah Chanyeol.

Pria itu menoleh dengan senyum tampan melihat pucuk surai krem yang terlihat lembut. Tangan besarnya beralih pada kepala Baekhyun dan mengusaknya gemas. Baekhyun sedikit protes pada Chanyeol. Tapi itu tidak bertahan lama karena pipi chubby tersebut mulai memerah menanggapi senyuman lembut kekasihnya.

"Tentu tidak akan terjadi, Baby"

"Kenapa kau selalu bersikap spontan begitu? Kau bisa memanggil namaku dari dekat. Bukan berteriak seperti manusia purba tinggal dihutan dengan sikap idiot masuk keabad modern!"

"Komentarmu berlebihan, Baek"

"Bukan aku. Tapi sikapmu yang berlebihan" Baekhyun merenggut dalam genggaman Chanyeol dan pria itu terkekeh.

"Baiklah. Maafkan aku. Aku hanya ingin seluruh murid yang berani membicarakanmu itu tahu bahwa aku sangat mencintaimu. Dan nyatanya mereka salah menilai Byun Baekhyun-ku! Dia bukanlah namja yang ada di berita keparat itu!" jelas Chanyeol lalu mencium tangan Baekhyun dengan tatapan tajam.

Baekhyun terdiam. Jantungnya kembali berpacu cepat. Setiap tindakan konyol Chanyeol Baekhyun akui memang sangat menyusahkan dirinya. Tapi dia menyukai sifat bodoh namja-nya yang selalu berusaha memperbaiki segala kesalahan yang dia buat. Entah mengapa Baekhyun merasa sangat beruntung memiliki Chanyeol sebagai kekasihnya.

"Byun Baekhyun-ku? Sejak kapan aku jadi milikmu?"lirih Baekhyun masih dengan wajah cemberut.

"Yak! Kau itu milikku pendek! Kau—"

"Aishh berhentilah berteriak-teriak seperti tadi Park Chanyeol ini disekolah bukan hutan belantara!" sahutan seorang namja cantik mengalihkan pandangan kedua pasangan tersebut.

"Luhan-ssi"

"Baek. Panggil aku Luhan tidak usah pakai embel-embel ssi. Aku memaksa"

"Cih, ada apa kau datang menganggu? Sudah sana pergi bercinta dengan si kacamata!" usir Chanyeol sambil merangkul pundak Baekhyun menjauh beberapa senti dari Luhan.

Baekhyun yang mendengar hal itu segera menyikut perut Chanyeol. "Jangan berkata bodoh Yeol!"

"Auhh.. sakit Baby" Chanyeol merintih memegangi perutnya sedikit berlebihan.

"Biarkan saja sibodoh satu ini. Baekhyun aku punya berita bagus untukmu!"

Baekhyun mengangkat wajahnya ragu. Jika dia melihat Luhan dia teringat akan kejadian tidak menyenangkan diruang kepala sekolah. Dimana Luhan telah mengetahui perkerjaan sampingan Baekhyun diklub malam ibunya.

"Luhan. Aku—minta maaf soal pekerjaanku—"

"Tidak perlu. Chanyeol sudah menjelaskan mengenai caramu bekerja disana. Kau tidak melayani para hidung belang itu bukan? Aku tahu kau berkata jujur dan berita itu memang akal-akalan menyusahkan dari Seulgi.

"Tentu saja. Karena aku yang selalu menjaganya saat dia bekerja" ucap Chanyeol bangga dan Luhan berwajah datar menanggapinya.

"Baekhyun-ah beasiswamu tidak jadi dicabut oleh kepala sekolah. Kau masih bisa bersekolah disini. Bagaimana kau mau kan?"

Sontak Baekhyun terperanjat kaget. Dia membulatkan mulutnya sambil menutup mulut dengan satu tangan. Sementara Luhan tersenyum dan Chanyeol menatap Luhan heran.

"Be—benarkah Luhan-ssi ah, maksudku Luhan? Beasiswaku... Aku, masih bisa bersekolah disini?" gugup Baekhyun menatap Luhan nyaris berkaca-kaca.

Beasiswa itu seakan alat penting untuknya bertahan hidup disekolah ini. Memang itulah kenyataannya. Jika dia tidak mendapat itu. Dia tidak akan bisa bersekolah bersama Chanyeol lagi.

Luhan mengangguk dengan senyum termanisnya.

"Tentu. Mulai besok belajarlah seperti biasa. Hanya tinggal satu semester lagi di tingkat tiga ini. Sayang sekali jika kami harus mengeluarkanmu. Kau adalah salah satu murid panutan disini Baekhyun" papar Luhan dan Baekhyun langsung berhambur memeluk Luhan.

"Terima kasih. Aku sungguh-sungguh berterima kasih Luhan" Baekhyun mulai menangis terharu dipelukan Luhan. Pria cantik itu mengangguk dan sedikit mengusap kepala Baekhyun menenangkannya. Sedangkan Chanyeol memandangnya penuh iri.

"Sudahlah jangan menangis. Oh ya kau sudah tahu apa yang akan kau pakai untuk malam ini?" ucap Luhan lalu menatap Chanyeol.

Baekhyun mengusap airmatanya sambil menggeleng heran. Wajah basah itu terlihat imut sekali. Merangsang Chanyeol untuk menjilat bekas lelehan airmata itu. Tapi pasti dia akan kena pukul oleh Luhan karena bermesraan ditempat umum. Park Chanyeol memang idiot.

"Chanyeol kau tidak memberitahunya?" sungut Luhan dan Chanyeol mengalihkan pandanganya acuh.

"Apa itu?" kali ini Baekhyun mendongak untuk menatap wajah Chanyeol.

Mata Chanyeol menoleh kebawah kearah Baekhyun. Ibu jarinya mengusap airmata Baekhyun yang masih sedikit berbekas. Dia sedikit mengangkat sudut bibirnya melihat ekspresi polos namja mungil itu.

"Ayahku akan bertunangan malam ini"

.

.

.

Mobil bugatti veyron terbaru warna abu-abu milik Chanyeol sudah terparkir manis didepan pekarangan rumah sederhana keluarga Byun. Pria tinggi itu terlihat tampan dengan jas setelan berwarna hitam. Tidak lupa rambutnya yang ditata keatas menampilkan dahi seksinya.

Park Chanyeol tampil sangat tampan bak pangeran malam ini.

Namja itu bersandar nyaman pada pinggiran mobilnya sambil memainkan ponsel/ Tangan kirinya dimasukkan kedalam saku. Menunggu seorang putri cantik -sebenarnya Baekhyun- yang sedang bersiap didalam.

Tidak berapa lama seorang pemuda dibalut coat tebal berwarna coklat senada dengan rambutnya. Keluar dari rumah tersebut. Baekhyun melangkahkan kakinya menuruni tangga kecil depan pintu dengan ibunya mengikuti dari belakang.

Tubuh Chanyeol sempat ter-pause beberapa detik melihat penampilan kekasihnya. Dia menegakkan badan jangkungnya dan membungkuk sopan pada ibu Baekhyun ketika mereka sampai dihadapannya. Sementara Baekhyun mengalihkan pandangannya sejak Chanyeol memperhatikan dirinya dari atas sampai bawah. Tataan rambut Baekhyun yang disisir rapih menyamping terlihat menggemaskan. Belum lagi Baekhyun memakai eyeliner dengan softlens berwarna abu-abu yang membuatnya semakin mempesona.

"Apa? Jangan menatapku seperti itu maniak" komentar Baekhyun ketus sedikit menyipitkan matanya.

"Baekhyun kenapa bicaramu seperti itu?" mendengar celetuk anaknya. Ibu Baekhyun segera memukul pelan kepala anaknya.

Baekhyun meringis kesakitan sementara Chanyeol tertawa. "Tidak apa-apa eomma. Baekhyun lebih manis jika dia seperti ini" balas Chanyeol dan pipi Baekhyun bersemu menanggapinya.

"Su-sudahlah nanti kau bisa telat Chanyeol! Kajja!" gugup Baekhyun lalu mendorong-dorong tubuh Chanyeol menjauh dari ibunya . Sebelum dia dipermalukan lebih jauh didepan orang tuanya sendiri oleh Chanyeol.

Chanyeol membungkuk kembali. Tidak lupa Baekhyun melambaikan tangan kepada ibunya saat dia berdiri dipintu sebelah yang sudah dibukakan Chanyeol. Mereka sempat berdebat kecil akibat Chanyeol memperlakukan Baekhyun bak seorang putri malam ini. Membuat ibu Baekhyun yang menatapnya tertawa-tawa melihat kelakuan anak dan calon menantunya kelak-ehem-.

"Dasar anak-anak" ucapnya ketika mobil Chanyeol melaju meninggalkan rumah Baekhyun.

Dua puluh menit telah berlalu. Pagar hitam yang memblokir mansion mewah Chanyeol akhirnya terbuka. Baekhyun memainkan jadinya sambil mengigit bibir disebelah kursi kemudi.

"Demi Tuhan aku gugup"

Chanyeol menatap kekasihnya dan tersenyum sekilas. Lalu mengecup tangan Baekhyun yang baru saja digenggamnya. Berusaha menenangan Baekhyun. Dia mulai memarkirkan mobil dengan handal tepat didepan pintu mewah kediamannya. Baekhyun sampai membuka mulutnya lebar-lebar memandangi rumah Chanyeol. Sungguh megah dan besar.

Pria itu membukakan seat belt Baekhyun dan keluar tiba-tiba. Hal itu membuat pria mungil ini panik. Mau tidak mau Baekhyun harus keluar karena mobil akan diparkirkan oleh bodyguard keluarga Park.

Baekhyun benar-benar berdiri kaku saat Chanyeol sudah melangkahkan kakinya—hendak masuk kedalam rumah. Namun pria tampan itu akhirnya berhenti dan menoleh kebelakang menatap Baekhyun. Tanpa banyak bicara, Chanyeol menuruni dua tangga dan mengulurkan tangannya dengan punggung yang sedikit membungkuk. Membuat pipi Baekhyun merona karena menjadi pusat perhatian dihalaman rumah Chanyeol. Sementara dikanan kirinya terdapat bodyguard yang tidak ambil pusing menatap kejadian tersebut.

Baekhyun menyambut uluran tangan Chanyeol. Jujur dia meneguk ludahnya sendiri sambil menunduk malu. Kenapa Chanyeol sangat blak-blakkan? Mereka baru saja sampai ditempat pesta. Tidak tahukah mereka menjadi pusat perhatian saat ini?

"Tidak perlu gugup. Kau sempurna malam ini" puji Chanyeol berbisik pada telinga Baekhyun lalu membawanya kedalam.

Pria mungil itu tercengang. Ruangan yang sangat luas memaku pengelihatannya. Rumah Chanyeol benar-benar menakjubkan. Hiasan-hiasan berwarna putih menjadi menjadi tema dekorasi pertunangan keluarganya. Beberapa pria dan wanita yang terlihat berkelas menyapa Chanyeol ramah. Sepetinya mereka adalah rekan-rekan bisnis ayah Chanyeol. Sementara untuk menjaga sopan santun kali ini Ketua Park berusaha bersikap baik. Baekhyun sendiri agak sedikit terkekeh melihatnya.

"Chanyeol" sahut seseorang yang melambaikan tangannya disudut ruangan dekat tangga yang sangat besar.

Chanyeol menarik tangan Baekhyun mendekat pada namja yang memanggilnya. Pria itu mengulurkan tangannya memberi ucapan selamat. Dan mata Baekhyun membulat melihat seseorang yang bersama namja itu.

"Kyungsoo?!" sahutnya cukup terkejut.

"Hai Baek" sapa Kyungsoo ramah lalu membungkuk sedikit pada Chanyeol yang diam.

"Kenapa kau... Bersama Kai?"

"Ah, aku lupa kalian bersahabat" ucapan Kai membuat Baekhyun heran.

"Tunggu! Ini kedua kalinya aku melihat kalian bersama! Apa sebenarnya kau dan Kai—"

"Astaga apakah disini acara reunian mantan kekasih?" gelak tawa Chen yang baru datang membuat keempat orang tersebut menoleh.

"Maksudmu?" Baekhyun terus bertanya seperti orang dungu disini.

"Chen diamlah. Jangan berulah dipesta Ibuku" tiba-tiba sosok jangkung berdiri dibelakang Baekhyun. Baekhyun berbalik dan menatap Kris yang tersenyum ramah.

"Hai Baekhyun. Senang kau bisa datang kemari"

"Ah, iya. Terima kasih telah mengundangku, Kris" ucap Baekhyun lalu membungkuk. Mata Baekhyun menangkap seorang namja asing dibelakang Kris. Namja itu lebih tinggi darinya. Dia memiliki mata sangat sipit dengan lingkaran hitam dibawah matanya. Namun terkesan menyeramnya meliha banyak tindikkan kecil telinga sebelah kanan. Juga rambut bercat blonde seperti Kris.

Merasa canggung ketika dua namja itu saling menatap. Kris yang berdiri diantara mereka menyuruh lelaki itu memperkenalkan dirinya. Baekhyun sedikit mengadahkan kepalanya menatap namja itu.

"Annyeonghaseyo. Huang Zi Tao imnida" ucapnya dengan aksen Korea yang aneh.

"Annyeonghaseyo. Byun Baekhyun imnida"

"Baekhyun-ah. Maaf kalau cara bicaranya aneh. Dia berasal dari Cina" jelas Kris dan Baekhyun tersenyum mengangguk.

"Ni hao" sapa Baekhyun dan Tao terkejut.

"Ni hao. Ni keyi shuo Hanyu ma?(Apakah kamu bisa berbicara bahasa Mandarin)" balas Tao, matanya mulai berbinar. Sedangkan namja-namja lain hanya berjengit dan ada yang terpana heran.

"Bu. Wo hui yi dian yi dian (Tidak. Saya hanya bisa sedikit)" ujar Baekhyun dan Kris tersenyum.

"Baby. Sudah jangan berbicara aneh lagi. Aku pusing" ungkap Chanyeol merasa sedari tadi perhatian Baekhyun terambil oleh namja lain.

Baekhyun mempoutkan bibirnya. Tanpa aba-aba lagi tangannya sudah ditarik menjauh dari kerumunan para penguasa sekolah yang tampil mempesona. Dia terus memperhatikan Kyungsoo yang tersenyum padanya. Setelah pesta ini Baekhyun harus mendapatkan penjelasan darinya.

"Chanyeol. Kita mau kemana?" tanya Baekhyun dan Chanyeol berhenti berjalan.

"Ayo aku ingin menunjukan sesuatu padamu" ucapnya santai dan Baekhyun berhenti mendadak.

"Bisa kau jelaskan terlebih dahulu situasi disana tadi? Aku tidak paham kenapa Kyungsoo ada disana dan—"

CHU!

Baekhyun membuka matanya lebar. Chanyeol tiba-tiba mendorong tubuhnya pada salah satu pilar dilorong yang cukup gelap. Dengan gerakan cukup kasar Chanyeol mencium bibir Baekhyun bernafsu. Melumat bibirnya berkali-kali lalu melepaskannya hingga menimbulkan bunyi decakan kentara.

"Chan—"

"Maaf..." lirihnya membuat Baekhyun terheran dengan nafas satu-satu.

"Eh? Kenapa?"

Chanyeol kembali mencium bibir Baekhyun penuh kelembutan. Dia hanya menempelkan bibirnya. Menghantarkan rasa hangat ketika kedua belah bibir itu kembali bertemu. Baekhyun mulai menutup matanya merasakan deru nafas berat Chanyeol.

"Sejak melihatmu keluar dari rumah aku benar-benar sudah tidak bisa menahannya. Kau sungguh cantik. Sungguh sempurna Baek" bisik Chanyeol didepan bibir Baekhyun.

Pipi pria mungil itu bersemu. Dia mengeratkan pelukannya dan tersenyum manis. Jantungnya bergemuruh seolah hendak meledak menghancurkan seluruh sistem tubuhnya.

"Kau juga sungguh tampan dan lebih sempurna dariku Yeol" balas Baekhyun lalu membawa tangannya mengusap rahang kekasihnya.

Chanyeol tersenyum dan mulai memeluk Baekhyun erat.

"Jika kau ingin mengetahui sesuatu. Kris Tao, Kai dan Kyungsoo. Mereka bertunangan" jelas Chanyeol.

"Bertunangan? Sejak kapan? Kenapa Kyungsoo tidak memberitahukannya padaku?"

Chanyeol tidak menjawab. Dia lebih suka menatap tajam wajah si mungil. Juga merapatkan tubuhnya pada Baekhyun. Kepalanya dimiringkan dan perlahan mendekat kembali. Tangan Baekhyun yang sedari tadi menahan dada Chanyeol melemah. Dirinya dibiarkan terlarut dalam obsidian bening kekasihnya. Sang mata hampir terpejam sepenuhnya saat melihat wajah Chanyeol semakin lama semakin mendekat dan...
"Ehem. Maaf mengganggu" seseorang menginterupsi tidak jauh dari lorong tempat mereka bermesraan.
Pria blasteran Kanada itu sedikit canggung begitupun Baekhyun yang langsung mendorong tubuh Chanyeol menjauh. Chanyeol membiarkan tubuhnya dihempaskan menjauh dari si mungil dengan ekspresi malas. Pria itu bahkan mendesah panjang tanda tak senang.
"Yeol, acara utama sudah dimulai. Kau harus ikut serta" papar Kris.
"Sial" desis Chanyeol menahan amarah lalu berbalik dengan malas.
Tangannya menarik telapak tangan Baekhyun dan mengenggamnya erat. Mereka berdua berjalan sedikit terburu-buru melewati Kris yang tersenyum maklum. Chanyeol membisikkan sesuatu pada telinga Baekhyun sambil berjalan diselingi senyuman khas Tuan Park. Mata sipit Baekhyun seketika membulat. Dia mendongakkan kepalanya melihat wajah sang kekasih. Belum sempat dia membuka mulut. Aula megah tersebut berubah menjadi riuh saat Chanyeol menampakkan diri bersama Kris yang sudah disampingnya.
Kepala Baekhyun menunduk dalam. Dia malu sekali dan tangan Chanyeol tidak berniat melepaskan genggamannya.
Tidak berapa lama salah seorang MC kembali berbicara. Pria yang memperkenalkan diri dengan nama Leetuk mengucapkan tanda terimakasih pada seluruh tamu undangan. Setelah itu mempersilahkan pria tua berbalut hanbok berwarna biru gelap maju dan mengucapkan sepatah kata penyambutan.
"Yeol dia.."
"Ya. Pria tua beruban menyebalkan disana. Dia kakekku" bisik Chanyeol begitu dekat pada kuping Baekhyun.
Pria tua itu berbincang-bincang sedikit didepan para tamu undangan. Tidak lupa menambahkan gurauan yang membuat suasana semakin menghangat. Kemudian kakek berumur tujuh puluh tiga tahun itu menoleh kearah Chanyeol dan Kris berdiri. Disela sela pidatonya dia sempat terdiam dan menatap heran.
"Astaga dimana cucuku yang paling manis? Apa dia mencat rabutnya menjadi coklat terang?" tanyanya sambil menyipitkan mata.
Para tamu undangan melirik kearah seseorang yang dimaksud sang kakek. Baekhyun terkejut dan mengibas-ibaskan tangannya dengan panik. Tanda sang kakek salah orang. Chanyeol terkekeh melihat Baekhyun gelagapan sendiri sementara Kris membenarkan pernyataan Park Aboji.
"Bukan aboji. Dia Baekhyun. Bukan Luhan"
Park Aboji mengangguk dan mengalihkan matanya pada Chanyeol "Cih, anak berandal itu akhirnya datang juga. Siapa yang berhasil menyeretnya? Harus kuberi hadiah dia" ketus Park Aboji lalu semua tamu tertawa
"Byun Baekhyun, aboji! Byun Baekhyun yang membuat Chanyeol datang!" sahut Kai tiba-tiba dan Park Aboji mengelus-elus dagunya sesekali mengangguk.

Baekhyun benar-benar berharap saat namanya di elukan Kai menghilang saat itu juga. Sementara kekasihnya malah tersenyum menahan tawa. Baekhyun sungguh menggemaskan.
"Baiklah. Silahkan Leetuk kau yang mengambil alih kembali. Kurasa pinggangku mulai terasa sakit berdiri lama lama" keluh Park Aboji lalu dua maid datang dan memapahnya. Tidak lupa diakhiri dengan tepuk tangan meriah.

Baekhyun ikut bertepuk tangan mengagumi sikap menghibur sang kakek. Dia pikir keluarga Park tidak bisa diajak becanda layaknya Chanyeol. Tapi pendapatnya berubah. Mereka keluarga baik meski dulu mungkin pernah mengalami situasi pahit.

"Dan sekarang mari sambutlah Tuan Park Seunghyun dan Nyonya Michele Wu"

Seketika suasana tampak lebih meriah dari sebelumnya. Ketika pria tampan berusia sekitar empat puluh enam tahun dan wanita yang sebaya dengannya menampakkan diri berjalan beriringan. Wanita yang memakai gaun putih dengan rambut pirang telihat begitu menawan serta anggun. Baekhyun sempat terpesona dengan senyuman hangat yang dia pancarkan.

"Baek, itu ibuku" ucap Kris memberi jawaban akan pertanyaan dikepala Baekhyun sejak wanita itu keluar.

"Apa?! Dia cantik sekali! Masih terlihat sangat muda Kris!"

Kris tertawa mendengar pernyataan Baekhyun. Dia mengangguk dan menatap sang ibu yang sedang berdiri bersama calon suaminya yang memberikan sepatah kata penyambutan.

"Lalu disebelahnya ayahku" papar Chanyeol dengan wajah datar.

Baekhyun membuka mulutnya nyaris tidak percaya. "Berarti kalian akan menjadi kakak beradik? Wah! Selamat Kris! Yeol!" sahut Baekhyun menjabat tangan keduanya bersamaan.

Kedua pria tampan itu balas tersenyum. Kris menyentuh kepala Baekhyun dan mengusapnya. Dia lebih kagum oleh pria manis dihadapannya yang terlihat menggemaskan. Chanyeol yang melihat itu segera menjauhkan tangan Kris.

"Singkirkan tanganmu! Kau mau mati?" desis Chanyeol dan Kris hanya mengangkat bahunya.

Baekhyun kembali menatap kedepan. Senyumnya semakin mengembang ketika Park Seunghyun—ayah Chanyeol sedang menyematkan sebuah cincin berlian putih ditangan ibu Kris. Mereka bagaikan sebuah lukisan indah. Baekhyun sungguh terpana. Dia berharap bisa memiliki pertunangan indah seperti ini suatu saat nanti.

Pikirannya mulai melayang kemana-mana. Tanpa sadar pipinya memerah membayangkan bagaimana Chanyeol akan melamarnya suatu saat nanti. Apa Chanyeol juga akan tersenyum bahagia jika bersama dengannya? Apa Tuhan mengizinkan Chanyeol menjadi pendamping hidupnya?

Baekhyun mengangkat kepalanya dan mendapati kekasihnya sedang menatapnya lekat. Bola mata mereka terkunci satu sama lain. Park Chanyeol tidak bisa melepaskan matanya dari pesona Byun Baekhyun. Dia mengangkat sudut bibirnya sedikit lalu mengenggam tangan Baekhyun yang bersemu merah.

"Setelah acara ini ikut aku" bisiknya dengan nada berat.

Astaga, suara Chanyeol semakin membuat wajah Baekhyun panas. Dipikirannya apakah setelah ini mereka akan melakukan seks? Ouh, pipi Baekhyun sudah dipastikan mendidih layaknya air direbus. Baekhyun mengangguk sekali. Berusaha mengendalikan detak jantungnya dengan memandang kearah lain. Mata sipitnya menangkap sosok tidak asing sedang berdiri disebelah pilar besar dengan segelas wine ditangannya.

"Seulgi" lirihnya pelan.

Kenapa yeoja itu datang? Ah, tentu saja dia juga merupakan orang berkelas disini. Namun sayang Seulgi kenyataannya tidak diundang sama sekali. Seulgi memandang Baekhyun penuh kebencian sambil meneguk wine-nya. Baekhyun diam. Peringatan pertama Seulgi sungguh bukan main-main. Dia bisa saja menghilangkan masa depan Baekhyun dalam waktu beberapa detik. Baekhyun harus waspada.

"Astaga! Kau siapa?!" sahutan Kyungsoo memecah lamunan Baekhyun.

Para penguasa sekolah terlihat mengelilingi pria yang dimaksud Kyungsoo tadi. Baekhyun penasaran akan keributan kecil disebelah dan segera berjalan mendekat. Mengabaikan Chanyeol yang memanggilnya.

"Oh Sehun!" serunya girang lalu berlari kearah pria yang dimaksud.

"Kau si kutu buku? Kenapa kau berubah begini?" tanya Kai heran melihat penampilan Sehun hari ini.

"Ya Tuhan kau benar-benar tampan Sehun! Kalau tahu begini lebih baik kau lepaskan kacamatamu saja sejak dulu" puji Kyungsoo terpesona membuat Kai mengeryit tidak suka.

"Ya! Kacamata! Ada apa dengan penampilanmu malam ini?" Chanyeol yang berjalan mendekat sangat takjub.

Sehun hanya tersenyum. Rambut Sehun dicat putih dengan poni menyamping. Tidak lupa dengan softlens berwarna abu-abu terang yang dipilihkan Baekhyun tadi siang. Jas berwarna hitam yang melekat ditubuh membuatnya mengambil setengah perhatian tamu pesta.

"Sudah kubilang kau tampan Sehun-ah. Percaya dirilah" ucap Baekhyun dan Sehun mengangguk.

"Terima kasih Baek" balasnya.

"Ayahmu tidak datang Oh Sehun?" tanya Kris sambil menjabat tangan Sehun yang agak kikuk menanggapinya.

"Tidak. Beliau sedang ada urusan bisnis di London. Aku yang menggantikannya. Terima kasih telah mengundangku Kris-ssi" ucap Sehun dan tiba-tiba Leeteuk kembali mengambil alih acara..

"Para hadirin tamu undangan yang terhormat. Kami memiliki satu lagi acara penting yang membawa kabar berita baik bagi keluarga Park" senyum Leeteuk menarik perhatian para tamu undangan lagi termasuk para penguasa sekolah Baekhyun, Kyungsoo, maupun Sehun.

Tidak berapa lama seorang pria cantik dengan balutan tuxedo putih keluar dari lantai atas. Semua mata tertuju pada Luhan yang amat menawan. Dia membungkuk beberapa kali sambil berjalan menuruni tangga. Malam ini Xi Luhan sukses mengalahkan seluruh kecantikan wanita diruangan itu.

Mata rusanya menangkap sosok namja tinggi yang berdiri dibawah sana. Pria itu menatap penuh kekaguman atas penampilan Luhan yang baginya selalu tampak sempurna dari sudut manapun. Luhan tersenyum pada Sehun. Begitu pun sebaliknya. Entah mengapa rasa gundah Sehun menghilang saat menatap senyuman Luhan.

Luhan mengalihkan pandangan pada seseorang yang menyambutnya dibawah sana. Pria yang lebih tinggi dari Luhan mengulurkan tangannya dan membimbing Luhan berdiri disebelahnya. Tiba-tiba pria itu mengeluarkan sebuah cincin. Lalu memakaikannya dijari manis Luhan. Luhan tetap tersenyum pada pria dewasa dihadapannya. Dan saat itulah semua orang terkejut.

"Para hadirin sekalian Tuan Muda Xi Luhan dan Presedir Kim Minseok sudah resmi bertunangan hari ini. Berikanlah tepuk tangan meriah pada mereka" ucap Leeteuk. Gemuruh tepuk tangan pun terdengar memenuhi ruangan pesta.

"Lu ge..." lirih Tao tidak percaya.

"Lu-Luhan bertunangan dengan siapa?" tanya Kai sangat terkejut pada Kyungsoo. Pria bermata bulat itu hanya menggeleng tidak yakin.

"Sepertinya aku pernah melihatnya beberapa kali. Kalau tidak salah Presedir Kim Minseok adalah anak pertama dari kepala sekolah Kim Youngmin. Apa Luhan tidak memberitahukan kalian mengenai pertunangan ini?" Kyungsoo bertanya kepada yang lain. Melihat ekspresi dari para penguasa sekolah cukup menyedihkan. Terkejut akan sesuatu yang tidak pernah mereka duga sebelumnya.

"A—aku tidak tahu akan hal ini. Sial! Chanyeol kenapa kau tidak memberi tahu kami!?" seru Chen lalu menggoyangkan bahu Chanyeol yang terdiam kaku. Sama seperti Kris dan Tao.

Chanyeol hanya diam. Dia juga tidak menyangka jika Luhan akan bertunangan malam ini juga seperti ayahnya. Luhan telah menyembunyikan sesuatu darinya. Chanyeol bisa merasakan hal itu. Namun bukan itu saja yang lebih dia cemaskan. Kepalanya menoleh pada seseorang yang menaruh hati pada sepupu cantiknya.

"Se—hun..." cicit Baekhyun. Bibirnya kelu saat menoleh pada sahabatnya dibelakang sana.

Sehun masih menatap lurus kedepan. Memandang Luhan yang tersenyum begitu manis seolah dia benar-benar bahagia. Bahkan ketika pipinya dicium ditengah kerumunan para tamu undangan. Sehun merasa sudah tidak punya celah lagi.

Pria albino itu menghela nafas dengan senyuman. Tubuhnya berbalik saat Baekhyun menatapya dan hendak berlari mengejar. Chanyeol menahan lengan Baekhyun. Menyuruhnya untuk memberi Sehun waktu. Sedangkan Chen dan Kai masih sibuk berargumen mengapa Luhan tidak menjelaskan berita pertunangannya ini pada para sahabatnya?

"Sehun" lirih Luhan dengan suara kecil dikejauhan.

.

.

.

Sinar bulan menerangi seluruh taman kota. Cahaya lampu redup pun dikalahkan oleh bintang-bintang yang memenuhi langit malam. Sungguh menyedihkan. Cuaca begitu cerah sementara hati Sehun berisi awan mendung didalamnya.

Pria kurus itu terduduk disebuah ayunan sambil menundukkan kepalanya. Sudah hampir sejam dia terdiam disana tanpa bergerak sedikitpun. Tangan kirinya memegang kacamata hitam berbentuk kotak. Sedari tadi Sehun terus memutar-mutar kacamata tersebut dengan pandangan kosong. Jujur, Sehun akui. Dia adalah pria bodoh. Sehun merasa terlalu bodoh saat ini.

Seharusnya sudah sejak lama dia mengungkapkan perasaannya pada Luhan. Jika dia bergegas lebih cepat dan tidak ambil pusing akan posisinya disekolah Sehun tidak akan pernah bimbang. Dia sudah menyukai pria cantik itu sejak pertama kali dia melihatnya di upacara penerimaan murid baru. Hanya saja, Luhan saat itu masih bolak balik ke Amerika selama beberapa bulan untuk mengurus surat-surat kepindahannya.

Luhan begitu sempurna. Sedangkan Sehun hanyalah kutu buku menjijikan yang selalu menundukkan wajahnya jika bertemu dengan Luhan.

Menyedihkan.

Tidak terasa setetes airmata jatuh membasahi pipinya. Sehun bukan pria kuat. Dia memang lemah. Tapi siapa sangka pria pujaannya akan bertunangan malam ini. Tepat ketika hatinya telah memantapkan diri untuk mengutarakan perasaannya?

Sehun merasa kalah. Merasa konyol akan sikap dan tindakan manis Luhan maupun waktu yang telah mereka lewati bersama.

Pria itu mengusap bekas lelehan airmatanya hendak beranjak pergi sebelum akhirnya tubuh Sehun menegang kaku.

"Lu—Luhan-ssi..." gugupnya saat memandang sosok Luhan yang berdiri tiba-tiba dihadapannya.

"Kenapa malah kabur?" sebuah pertanyaan mengejutkan keluar dari bibir Luhan.

Sehun tergagap tidak dapat memilah kata yang baik. Jantungnya kembali nyeri. Dia tahu Luhan pasti melihatnya keluar tadi. Mengapa dia begitu banyak bertindak bodoh malam ini?

"Aku—hanya mencari udara segar" bohongnya dengan senyuman palsu.

Luhan memberikan pandangan yang berbeda. Matanya berubah tajam seperti mata Chanyeol. Namun tidak meninggalkan kesan ramah disana.

"Kau mengecat rambutmu"

"Huh?" Sehun mengangkat kedua alisnya.

"Dan melepas kacamatamu juga memakai softlens. Ada apa denganmu hari ini Oh Sehun?" tanya Luhan tetapi ditelinga Sehun itu bagaikan kata sindiran semata.

Sehun menggaruk kepalanya tak gatal. Dia mencoba terus tersenyum meski terasa sakit. "Maaf. Hari ini aku benar-benar aneh Luhan-ssi.."

"Jangan memakai ssi! Aku tidak suka"

"Tapi.."

"Aku bilang jangan!" sahut Luhan yang membuat Sehun terkejut.

"Em.. Baiklah kalau begitu Luhan"

Luhan terdiam. Dia berwajah muram seketika. Matanya menatap kebawah membuat Sehun tidak bisa melepaskan mata pada Luhan meski hatinya hancur lebur.

"Kau jangan per—"

"Selamat atas pertunanganmu Luhan" ucapan Sehun membuat Luhan mengangkat bola matanya.

"Aku tidak tahu kau akan menikah secepat ini. Aku yakin pria itu pasti sangatlah hebat hehe" kekeh Sehun terlihat bodoh dan Luhan tidak menjawab.

Terjadi keheningan berkepanjangan diantara mereka. Luhan maupun Sehun terdiam dengan pikiran masing-masing. Sulit untuk mengungkapkan kata-kata yang tepat. Tapi Sehun merasa ingin lenyap dari hadapan Luhan sekarang juga. Hatinya merasa berkali-kali lipat sakit saat melihat cincin yang berada dijari manis Luhan.

"Sehun, kau..."

"Aku harap kau bahagia Luhan" papar Sehun dengan senyuman manisnya.

Luhan terkejut. Matanya memandang wajah Sehun kembali. Sebuah hentakan keras telak mengenai dadanya. Nafasnya seolah tercekat dan tubuhnya bergetar. Persendiannya ngilu dan tangannya membeku.

"Kembalilah kepesta. Tunanganmu pasti sudah menunggumu disana. Kau bisa kedinginan diluar sini" Sehun berdiri dari tempatnya lalu hendak berjalan pergi.

Luhan buru-buru membalikkan badannya dan mencengkram tangan Sehun. Kepalanya menunduk dalam sambil menggenggam tangan Sehun dan membawanya pada pipi Luhan. Sehun sedikit terkejut ketikak merasakan tangannya basah.

Luhan menangis?

"Jangan pergi" isaknya kecil namun tidak terdengar oleh Sehun.

"Luhan..."

"Kumohon jangan pergi Sehun-ah" Luhan berseru sambil mengangkat wajahnya yang sudah basah oleh airmata. Sehun terkejut dan segera mendekat pada Luhan lalu menyeka bulir bening tersebut.

"Lu..."

"Aku... Aku menyukaimu Sehun-ah. Jadi kumohon jangan pergi meninggalkanku.." lirih Luhan lalu memejamkan matanya.

Sehun masih berdiri pada tempatnya. Dia benar-benar keterlaluan telah membuat pria cantik yang disukainya menangis. Ingin rasanya dia mengutuk dirinya sendiri melihat Luhan yang rapuh.

"Maafkan aku... Aku tidak mengatakan padamu bahwa aku bertunangan malam ini" isak Luhan dan Sehun mengangguk. Mendekatkan wajahnya.

"Tidak apa-apa. Kau berhak bahagia Luhan. Pria itu sangat cocok untukmu"

Kepala Luhan menggeleng cepat. "Aku... terpaksa. Maafkan aku" Luhan akhirnya jujur mengingat dadanya terasa semakin sesak setiap dia membayangkan nasibnya. Namun ini semua demi kebaikan orang-orang yang dia cintai juga. Sampai harus mengorbankan perasaannya berkepanjangan.

"Maksudmu apa?" tanya Sehun sambil mengusap pipi Luhan.

"Aku bertunangan dengan Minseok-ssi untuk melindungi Chanyeol dan Baekhyun. Aku minta maaf..." ungkap Luhan membuat Sehun terkejut.

"Aku... tidak bisa mencintai Minseok. Aku sudah berusaha. Tapi—"

Sehun langsung menarik Luhan kedalam pelukannya. Luhan menangis kembali. Kali ini lebih dari sebelumnya. Dia juga mengeratkan rengkuhannya dileher Sehun dan Sehun pun melakukan hal yang sama.

"Aku juga menyukaimu. Aku menyayangimu. Tidak. Aku pikir aku mencintaimu Luhan. Maafkan aku yang pengecut selama ini Luhan. Maaf aku tidak bisa melindungimu. Maafkan aku.." papar Sehun lalu menatap wajah Luhan.

Luhan tersenyum sendu. Baginya mendengar Sehun mengatakan dia mencintai dirinya merupakan hal terbaik pada malam hari ini dibanding pertunangannya dengan Minseok. Wajahnya berkali lipat lebih cantik dari sebelumnya. Dia menggelengkan kepalanya dan tanpa aba-aba satu pun. Bibir Sehun sudah mendarat dibibirnya.

Luhan tidak terkejut. Dia justru tersenyum disela-sela ciuman pertamanya dengan Sehun. Memang ini yang selama ini dia harapkan. Ciuman manis dari Oh Sehun. Dirinya balas mencium Sehun dan mempererat rengkuhannya.

Bibirnya bergerak seiring degupan jantung yang berdentum cepat. Lelehan airmata Luhan membuat ciuman mereka semakin dalam. Luhan membuka mulutnya membiarkan Sehun menjelajah lebih dalam. Sehun menekan tengkuk Luhan sementara Luhan mengusak rambut Sehun.

"Aku tidak akan meninggalkanmu Luhan" ucap Sehun disela-sela ciuman mereka.

Sehun mencium bibir manis Luhan kembali. Luhan memejamkan matanya sambil memeluk tubuh tegap Sehun erat. Tangan kanan Luhan mengambil benda yang sedari tadi Sehun pegang.

Luhan memakaikannya dimata Sehun sesaat ciuman mereka terlepas. Pria cantik itu mencium bibir Sehun sekilas dan menyatukan kening mereka. Airmata masih mengalir dipipinya. Membuat Sehun menghilangkan jejak tersebut dengan ibu jarinya.

"Sehun-ah"

Sehun bergumam menanggapi panggilan Luhan. Suaranya sungguh lembut dan memabukkan isi kepala Sehun.

"Jadilah yang pertama untukku malam ini. Miliki diriku sepenuhnya Oh Sehun" ucap Luhan mengawali malam mereka yang belum berakhir.

-Meanwhile-

Baekhyun menundukkan kepalanya. Dia merasa sedih hari ini. mungkin seharusnya dia berbahagia. Namun alasan Luhan lebih memilih Minseok sedikit membuatnya kecewa. Berarti selama ini Luhan memang tidak menyukai sahabatnya? Tapi, melihat dari pandangan mereka berdua semua itu terlihat sangat jelas.

"Baek"

Panggilan Chanyeol membuatnya menoleh.

"Apa?"

"Ssstt" Chanyeol mengarahkan jari telunjuknya pada bibir Baekhyun.

Pria mungil itu tidak sadar bahwa dia sudah berada dilorong rumah Chanyeol dan dihimpitkan. Baekhyun hendak protes mengingat kemesuman Chanyeol yang tidak tahu tempat disaat dia murung. Tetapi tubuhnya terdiam seketika saat melihat Seulgi berjalan sambil mengarahkan pandangannya kesana kemari. Sepertinya dia mencari sesuatu.

"Chanyeol... Seulgi mencarimu" bisik Baekhyun ketika gadis itu memanggil nama kekasihnya. Chanyeol menghela nafas malas. Dia meraih tangan Baekhyun cepat lalu berlari menghindari Seulgi yang telah menemukan Chanyeol.

"Chanyeol!" sahutnya.

Seakan tuli mereka berdua terus saja berlari. Chanyeol berbelok dan lorong rumahnya sudah buntu. Baekhyun sedikit panik bagaimana jika mereka tertangkap Seulgi? Baekhyun sedang ingin menjauh dari yeoja ambisius itu.

"Chan!" bersamaan dengan sahutan Baekhyun tubuh mereka berdua menghilang diantara tembok rahasia yang berputar.

Seulgi tidak menemukan mereka disudut lorong. Dia menghentakkan heelsnya kasar kelantai. Baru saja dia ingin mengambil kembali Chanyeol dengan cara nekat. Mereka sudah menghilang.

"Sial! Awas kau Byun Baekhyun!"

Sementara itu Baekhyun membuka matanya. Chanyeol tertawa melihat reaksi panik Baekhyun lalu menuntun tangannya berjalan mendekati pintu rahasia. Seketika pintu yang menghubungan ruang rahasia tersebut terbuka dan menampilkan kamar mewah bernuansa biru elegan.

"Kenapa kau diam saja? Ayo kemari" ajak Chanyeol lalu Baekhyun berjalan cepat mengekorinya.

"Aku hampir saja mati ketakutan karena berpikir kita akan tertangkap Seulgi"

"Itu tidak akan terjadi. Well, dia memang sudah sering kemari dulu. Tapi dia tidak tahu soal tembok rahasia yang langsung terhubung dengan kamarku ini"

"Apa?! Ja-jadi ini kamarmu?" panik Baekhyun bersemu merah.

Chanyeol tersenyum jahil dan mulai mendekat. "Tentu. Kenapa kau jadi gugup begini?"

"A-ani! Aku tidak gugup! Hanya—" Baekhyun terdiam sejenak. Chanyeol mengikuti arah pandang kekasihnya saat Baekhyun berjalan menjauhinya.

"Huwaaaa! Pemandangannya hebat! Astaga aku tidak tahu kamarmu setinggi ini, Yeol! Dari sini kita bisa melihat kota! Sangat indah! Lihat-lihat mungkin saja itu rumahku!" girang Baekhyun memperhatikan pemandangan dari balkon kamar Chanyeol.

Pria jangkung itu terkekeh melihat wajah Baekhyun yang sangat antusias. Pria mungil itu terus berkomentar betapa asyiknya setiap hari jika bisa duduk santai disini menikmati lampu-lampu malam kota Seoul. Dan betapa beruntungnya sang kekasih bisa tinggal didaerah yang pemandangannya menyenangkan.

Chanyeol melangkahkan kakinya kedalam kamar selagi Baekhyun sibuk sendiri. Pria manis itu menutup mata merasakan terpaan angin malam yang sejuk. Baekhyun memang tidak suka udara dingin. Tapi sepertinya ini pengecualian karena tidak berapa lama tangan kekar itu memeluknya erat.

Baekhyun tersenyum masih dengan mata terpejam. Dia tidak menyadari Chanyeol sedang melakukan sesuatu dengan tangan kirinya. Dirinya merasa risih saat Chanyeol mengecupi samping kepalanya.

"Yeol apa yang—" ucapan Baekhyun terhenti seketika tangan kirinya memandang sebuah benda berwarna perak pekat melekat pada jari manisnya.

"Yeol ini!"

"Happy Anniversary 4th month Baeby Byun" ujar Chanyeol dengan suara berat.

"And please marry me Baekhyun" tambah Chanyeol sambil menatap wajah Baekhyun.

Pria mungil itu membulatkan matanya. Dia tercengang. Sebutir airmata lolos begitu saja dari pipinya. Hatinya bergemuruh tidak kenal lelah dan rasa bahagia menguap begitu saja melalui nafasnya.

"Kau... Melamarku?" terka Baekhyun masih tidak percaya.

Chanyeol mencium pipi chubby Baekhyun lembut.

"Tentu saja. apalagi yang bisa aku lakukan?"

"Tapi Sehun dan Luhan—"

Tanpa aba-aba Chanyeol segera memeluk tubuh Baekhyun erat. "Aku tidak ingin seperti mereka. Jujur aku mungkin egois saat ini. tapi sungguh aku tidak ingin kehilangan dirimu. Aku juga tidak akan membiarkan mereka berpisah. Percayalah pasti ada suatu alasan dibalik tindakan Luhan yang tidak aku ketahui" jelas Chanyeol dan Baekhyun mengangguk.

"Aku mau... Aku mencintaimu Yeol" isak Baekhyun lalu memeluk Chanyeol sambil tersenyum.

"Aku lebih mencintaimu Byun Baekhyun" balas Tuan Park lalu mencium Baekhyun sampai akhirnya mereka berakhir diranjang Chanyeol malam itu.

Dari arah luar pintu kamar Ketua Park terilhat sosok gadis cantik berdiri sambil melipat tangan didada. Jantungnya tertusuk ribuan jarum mendengar suara-suara desahan Baekhyun maupun Chanyeol. Tanpa sadar satu tetes airmata jatuh membasahi pipinya. Matanya memanas menatap sendu kebawah dalam diam. Dia sudah tidak segan-segan akan memulai segalanya. Chanyeol harus menjadi miliknya.

"Nikmati malam terakhirmu bersamanya Baekhyun" ucapnya lalu berjalan dengan penuh rasa sakit.

.

.

.

.

Baekhyun membuka matanya. Seberkas cahaya matahari mulai masuk melalui celah mata sipitnya. Tubuh Baekhyun terasa remuk. Pinggangnya terasa pegal-pegal dan tangan kekar yang melingkar di bagian perutnya menambah beban Baekhyun pagi ini. Namun beban itu terlalu membahagiakan hingga membuatnya tersenyum.

Semalam bagaikan sebuah mimpi untuknya. Chanyeol melamarnya meski tanpa acara peresmian semewah keluarganya. Tiba-tiba saja kekasih beringasnya ini telah menetapkan hati untuk meminta Baekhyun menjadi pendamping hidup Chanyeol nanti. Cincin yang mengalung dijari manis Baekhyun adalah simbol dan bukti utama lamaran kemarin malam.

Baekhyun masih tidak mempercayainya. Apalagi setelah Chanyeol melamarnya mereka melakukan seks yang entah mengapa melengkapi semua hal yang Tuan Park harapkan malam itu. Chanyeol memang sengaja melakukannya. Bahkan dia sempat berlatih beberapa kali didepan kaca dan berlaku bodoh hanya demi Baekhyun. Termasuk menahan laju degupan jantungnya agar tidak gugup. Oh, serta mentalnya jika Baekhyun berencana menolaknya.

Saat Chanyeol telah memantapkan hatinya malam itu. Tidak disangka diluar dugaan dirinya. Luhan bertungan dengan namja lain dipesta pertunangan Ayahnya. Sebetulnya Chanyeol hampir—ah tidak. Dia sudah sangat putus asa ketika mengetahui Luhan dilamar oleh Kim Minseok. Karena sudah dapat dipastikan Baekhyun akan meminta penjelasan pada Chanyeol yang sebenarnya juga tidak mengetahui apa-apa dibalik semua rencana Luhan.

Dan Oh Sehun… Pria berkacamata menyedihkan itu juga terkena imbas dari aksi Seulgi yang terbilang kejam.

Baekhyun memaku pengelihatannya pada langit-langit kamar Chanyeol. Senyumnya menghilang. Dadanya terasa sesak memikirkan nasib Sehun dan Luhan. Seharusnya kedua namja itu sudah berbahagia saat ini karena Sehun akan menyatakan perasaannya pada Luhan.

Namun… Mengapa Luhan justru bertunangan dengan pria lain? Baekhyun terus bertanya-tanya sampai kepalanya semakin pusing. Dia ingin Sehun bahagia seperti dirinya sekarang bukan rasa kebalikan yang Baekhyun alami. Tapi… Dimana keberadaan Sehun yang terpuruk saat ini.

Oh, astaga! Apa Sehun kembali pulang dengan selamat?

Baekhyun berusaha menggerakkan badannya menyamping hendak mengambil ponselnya. Tetapi pergerakan Baekhyun terhenti oleh lengan berotot yang menghalau kepalanya.

Ketua Park sudah bangun.

"Chan—"

"Aku tau yang ingin kau lakukan. Jangan!" titah pria bersuara baritone sedikit serak efek dari bangun tidurnya.

"Tapi Yeol… Aku tidak tahukeberadaan Sehun!" sungut Baekhyun dan Chanyeol tetap mengabaikan. Matanya terpejam seolah dia memang masih bermain dialam mimpi.

"Yeol.. lepaskan aku!"

"Diam Baek. Kau sungguh berisik" ucap Chanyeol sambil tersenyum.

"Aniii! Lepaskan aku Yeol! Sehun bisa saja saat ini berkeliaran di kota atau pergi ke klub malam sepertimu ah! Atau yang lebih membahayakan… Sehun pergi kejembatan sungai untuk bunuh diri! Andwae—!"

CHU!

Baekhyun melebarkan matanya. Chanyeol merendam suara jeritan Baekhyun dengan mulutnya. Baekhyun berontak. Dia mencoba mendorong dada bidang Chanyeol kuat-kuat. Namun usahanya tidak membuahkan hasil. Chanyeol menahan kedua tangan Baekhyun disisi kepalanya.

Dia mulai melumat dalam-dalam bibir Baekhyun saat pria itu semakin menolak pergerakannya. Bibir Chanyeol bergerak tidak beraturan membuat Baekhyun melemah dan membiarkan dirinya terlena dengan ciuman kekasihnya.

Nafas Baekhyun menjadi sangat tidak teratur terutama saat Chanyeol semakin lama semakin mengubah posisi menindih tubuh Baekhyun. Pria tinggi itu memeluk tubuh mungil dibawahnya. Merapatkan diri bagaikan kertas yang sudah diberi lem perekat sambil terus menyesap bibir manis Baekhyun. Lidah Chanyeol menerobos masuk dan membiarkan Baekyun mendesah teransang beberapa kali sampai wajahnya memerah padam.

"Mhhh.." Baekhyun melenguh dan memukul dada Chanyeol tiga kali. Memberi suatu kode agar Chanyeol mengerti bahwa dia sudah kehabisan nafas. Namun sekan peduli Chanyeol terus saja melumat, menjilat, menghisap bibir si mungil.

"Hahh… Ahh" desah Chanyeol dengan suara amat berat dominan sexy ketika melepaskan ciuman mereka perlahan.

Benang saliva menggantung diantara keduanya. Bola mata Chanyeol dan Baekhyun terpaku menatap satu sama lain. Tentunya memperlihatkan rona dipipi Baekhyun yang sangat tampak. Membuat Chanyeol tersenyum menggoda dan mendekatkan wajahnya kembali.

"Chanyeol aku harus mencari Sehun" cegah Baekhyun saat kekasihnya hendak menciumnya lagis.

Chanyeol tidak peduli. Pemuda itu malah memainkan bibir Baekhyun dengan cara menjilatnya sensual. Mengigitnya dan menarik bibir mungil itu seolah bibir Baekhyun adalah permen karet yang manis. Baekhyun mengeluh sakit namun tetap mengeluarkan ekspresi berdusta. Dia menikmatinya.

"Sudah kubilang jangan" bisik Chanyeol pelan.

"Apa maksudmu jangan?! Sehun itu temanku! Bisa saja terjadi sesuatu dengannya!" sungut Baekhyun kali ini dan Chanyeol menghentikan kegiatannya.

Chanyeol menatap malas Baekhyun. Tubuh mungil itu masih direngkuhnya dari samping. Sementara tangan Baekhyun menahan dadanya. Tidak berapa lama terdengar suara ketukan dan tanpa mendapat jawaban dari pemilik kamar. Pintu sudah terbuka.

"Tuan Muda. Anda memanggil saya?" ucap Leeteuk sopan sambil membungkuk.

"Ya. Laporkan padaku apa yang kau dapat!" titah Chanyeol angkuh.

Leeteuk menganggukkan kepala tanpa memandang majikannya.

"Tuan Muda Luhan dan Tuan Oh mereka berada disalah satu hotel mewah daerah Cheondamdong. Sekitar pukul sepuluh malam mereka meninggalkan kediaman Park dan menghilang dari acara pesta berdua. Sekarang masih diperkirakan mereka belum meninggalkan hotel sejak kemarin malam"

Jelas Leeteuk lalu mengangkat kepala memandang majikannya diranjang. Sedang memeluk tubuh naked Baekhyun yang membeku disamping dada Chanyeol.

"Lihat Baby. Sudah kukatakan kau tidak perlu khawatir. Luhan dan si kacamata baik-baik saja. Kau hanya perlu tidur dengan nyenyak disini" papar Chanyeol lalu mengecupi samping kepala Baekhyun.

Byun Baekhyun merasa ingin membenamkan wajahnya dibalik tong sampah manapun saat ini. Chanyeol benar-benar manusia idiot dan tidak tahu malu! Kenapa dia bisa sesantai itu memanggil butler-nya kemari dalam keadaan dirinya dan Baekhyun masih telanjang bulat diranjang? Oh, tidakkah hal ini ketelaluan?!

Baekhyun tidak bisa menjawab. Pipinya terlalu panas menahan malunya. Maka dia membenamkan wajah sambil mengigit bibir pada dada bidang Chanyeol. Pria jangkung itu tertawa melihat reaksi menggemaskan Baekhyun dan langsung menghujaninya kecupan-kecupan manis.

Leeteuk tersenyum. Chanyeol tertawa dengan begitu bahagia adalah pemandangan terbaik baginya. Sudah hampir delapan tahun Leeteuk tidak pernah melihat senyum itu lagi. Akhirnya pagi ini dia mendapatkannya. Pria berusia tiga puluh tiga tahun itu tersenyum memandang kemesraan pasangan bodoh itu.

Leeteuk berdehem sedikit menghilangkan canggung. "Apa masih ada hal yang ingin Tuan ketahui?"

"Ah, ya. Bagaimana dengan CEO Muda itu? Siapa namanya—em, Kim Minseok?"

"Tuan Kim Minseok tidak mencegah kepergian Tuan Luhan. Sepertinya beliau sangat sibuk ketika mendapat kabar untuk segera menghadiri rapat pemegang saham lima belas menit setelah acara pertunangan berakhir. Namun Tuan Minseok diketahui juga meminta anak buahnya mencari keberadaan Tuan Luhan." jelas Leeteuk kembali.

Chanyeol mengangguk paham. "Bagus. Terima kasih Leeteuk. Sudah. Kau boleh pergi. Aku masih ingin tidur" ucap Chanyeol lalu matanya beralih pada Baekhyun yang melotot padanya.

"Baiklah Tuan. Selamat bersenang-senang" balas Leeteuk lalu membungkuk cepat dan berjalan menuju pintu kamar Chanyeol sambil tersenyum menggoda.

Leeteuk tidak bohong. Setelah dia mengatakan itu Chanyeol segera menindih tubuh Baekhyun dan mencium bibir Baekhyun bernafsu. Dan tanpa aba-aba Chanyeol hanya mengatakan satu kalimat yang membuat Baekhyun terkejut mengeluarkan semburat merah dominan amarah.

"Baek, aku akan masuk, bersiaplah!"

"Chan— jangan kau berani mencoba—Ah!"

.

.

Luhan menatap kosong jendela putih yang bergerak diterpa angin. Mata rusa itu tidak berhenti memandang keluar dengan pikiran kosong. Bibirnya terkatup rapat. Cahaya dari matanya sedikit redup. Tidak ada seluas senyum yang terpajang disana. Wajahnya juga agak pucat akibat terlalu banyak menangis. Luhan terlihat berbeda dari biasanya.

Hembusan nafas hangat ditelinga kanan Luhan membuatnya bergidik dan menolehkan kepala. Tangan kurus yang melingkar diperutnya. Kulit yang bergesekan dengan si pria albino.

Luhan merasa nyaman.

Akhirnya sebuah senyuman mengembang dibibir Luhan ketika namja itu membalikkan badan mungilnya berhadapan dengan Oh Sehun. Mata pria kurus itu masih terpejam. Deru nafasnya terdengar sangat teratur membuat Luhan semakin tersenyum lembut merasakan hangatnya badan Sehun.

Luhan membawa tangannya untuk mengusap pipi Sehun. Pandangannya berubah menjadi sendu namun senyuman manis itu tidak pernah luntur. Memperhatikan wajah Sehun dengan tatapan cinta. Luhan mengusap pipi Sehun lembut. Kedua tangannya mencoba menghafal seluruh rangka pahatan manusia didepannya. Wajah Sehun saat sedang tertidur benar-benar tentram. Luhan amat menyukainya.

Tangan Luhan masih mengelus lembut pipi Sehun. Pria tu terlihat menikmati sentuhan Luhan dan tetap memejamkan matanya. Tiba-tiba saja Luhan melihat sebuah cincin melingkar dijari manisnya. Cincin berwarna emas itu membuat hatinya sukses mendapat hentakan keras. Bagaikan disadarkan dari alam mimpi. Luhan seketika kesulitan bernafas.

Dia teringat akan pertunangannya dengan Kim Minseok. Senyuman itu lantas menghilang dari bibir Luhan. Pria cantik itu terdiam cukup lama. Memorinya terus mengulang-ulang adegan dimana dia memantapkan diri untuk menyerahkan seluruh masa depan maupun kisah cintanya pada Minseok.

Sebenarnya Minseok pria baik. Bahkan dia sudah sangat mapan dan bertanggung jawab. Hanya saja Kim Youngmin—ayah Minseok terlalu licik memanfaatkan situasi terjepit itu. Alasan dibalik pertunangan Luhan dengan anaknya adalah siasat untuk dapat memiliki aset SM SHS. Karena itu Youngmin mengincar Luhan. Sehingga mau tidak mau saat ada masalah Baekhyun melanda Luhan harus mengorbankan sesuatu yang teramat dia sayangi.

Hal ini demi melihat Chanyeol bahagia. Sudah cukup dia selalu memandang Chanyeol yang berwajah muram. Jika Baekhyun tidak berada didekat Chanyeol siapa yang akan mengembalikkan senyuman sepupunya?

Luhan menundukkan kepalanya.

Dia menangis.

Luhan menarik tangannya dari wajah Sehun dan membalikkan badannya. Pergerakan Luhan sejak dia mengusap pipinya sudah diketahui oleh Sehun. Hanya saja pria albino itu ingin merasakan sentuhan hangat Luhan lebih lama. Sayang sentuhan itu saat ini sudah lenyap.

Sehun memeluk tubuh Luhan yang bergetar dari belakang. Luhan terisak. Dia mengangkat wajah saat tubuh Sehun beringsut keatas dan memeluknya lebih erat. Sehun mengecup kening Luhan lembut berusaha menenangkan pria tercintanya.

"Sehun-ah"

"Lu… Jangan menangis" pinta Sehun lalu mengecupi kepala Luhan sambil memejamkan mata.

Luhan menganggukkan kepala. Tangannya beralih pada leher Sehun dan menyembunyikan wajahnya disana. Sehun mengelus punggung ringkih Luhan. Hatinya sakit mendengar isakkan kecil si rusa. Sehun benci melihat Luhan menangis.

"Aku mencintaimu, Lu. Aku tidak akan meninggalkanmu… Maka dari itu berhentilah menangis. Aku mohon" ucap Sehun lembut ditelinga Luhan.

Sehun benar. Luhan berhenti menangis. Pria itu melepaskan pelukkannya pada Sehun dan langsung mencium bibir Sehun. Sehun memejamkan matanya. Alisnya berkerut dalam dan balas melumat dalam-dalam bibir manis Luhan. Mereka saling memagut satu sama lain. Sampai akhirnya Luhan duduk dipangkuan Sehun dan menarik wajah Sehun untuk berciuman semakin dalam.

Luhan tidak peduli. Dia menginginkan Sehun. Hatinya sesak dan dia ingin Sehun merasakannya juga. Pria bermarga Oh ini tidak sungkan untuk ikut merasakannya. Sehun mengeratkan rengkuhannya pada pinggang mulus Luhan dan merapatkan tubuh mereka tanpa celah. Ciuman mereka berhenti. Luhan menarik nafas dalam-dalam. Sehun dan Luhan bertatapan amat lekat.

Sehun tersenyum—atau lebih tepatnya menghembuskan satu nafas tawa. Sedangkan Luhan terdiam bingung. Sehun menyentuh pipi Luhan yang memerah padam. Dia mengecupnya sekilas membuat Luhan semakin merona.

Sehun ingat kemarin malam merupakan hal yang sangat canggung. Seks pertama mereka tanpa ikatan hubungan. Namun hanya melontarkan kalimat cinta saat Sehun terus menggerakkan miliknya didalam Luhan. Mengingat hal itu pipi Luhan memanas.

"Aku tidak menyangka kau seagresif ini Lu" canda Sehun berusaha membuat Luhan jengkel.

Luhan mempoutkan bibirnya. Dia tidak bohong kalau kepalanya terasa pusing dan mendidih nikmat akibat ciuman Sehun tadi. Luhan menginginkan lebih. Dia tidak berniat menjauh seinci pun dari Sehun saat ini.

Sehun tersenyum lagi lalu membawa kepala Luhan jatuh kedada polosnya. Luhan membenamkan wajah disana. Jantungnya berdegup kencang mendengar detakan jantung Sehun.

"Aku juga mencintaimu Oh Sehun" bisiknya kecil sambil tersenyum penuh kebahagiaan saat merasakan junior Sehun hendak memasuki hole-nya.

.

.

"Nona Seulgi. Kami sudah mendapatkan informasi yang anda butuhkan" ucap salah satu pelayan berjas hitam—anak buah Seulgi.

Yeoja cantik itu duduk manis pada sebuah kursi didekat jendela kaca besar yang mengarahkan matanya pada pemandangan kota Seoul dipagi hari. Suasana sedang berembun dan begitu sejuk. Meski semakin lama semakin menipis akibat memasuki bulan November. Namun Seulgi menyukai musim dingin. Baginya musim ini adalah pendukung dari segala rencananya.

"Bacakan!" titahnya cukup menuntut.

Butler itu mengangguk paham. Dia menjelaskan secara detail informasi yang baru saja dia dapatkan hanya dalam waktu semalaman. Tidak heran pelayan Seulgi dimana-mana begitu ahli dalam mematai targetnya secara cepat bak detektif handal.

Seulgi mengangkat sudut bibirnya mendengar kata 'klub malam' yang dijelaskan oleh butler-nya. Ternyata memang benar Baekhyun bekerja ditempat itu. Tidak salah juga Seulgi mempunyai otak cerdas yang selalu dapat dia andalkan.

Seulgi mengambil ponselnya. Dia men-dial nomer seseorang yang membantunya sejak beberapa minggu lalu. Dirinya benar-benar tidak sabar untuk segera melaksanakan apa yang ada dipikirannya. Semua rencana dadakan dapat dia jabarkan sedemikian cepatnya.

"Halo"

"Langsung saja aku tidak punya banyak waktu saat ini" ucap Seulgi cepat.

"Apa lagi kali ini?"

Seulgi tersenyum licik. "Beritahu aku alamat kediaman lama Byun Baekhyun"

.

.

Siang menjelang sore Baekhyun pulang menuju rumah. Ada dua alasan mengapa dia tidak diantar oleh Chanyeol. Pertama, monster seks itu kelelahan. Kedua Baekhyun telah membuat ibunya cemas semalaman. Dia tahu bahwa ibunya tidak bisa ditinggal sendiri terlalu lama. Meskipun terkadang Lay datang berkunjung sekedar membawa makanan untuk ibunya namun Baekhyun tetaplah anak kandung ibu Baekhyun satu-satunya.

Awalnya Leeteuk ingin mengantar Baekhyun. Tetapi pria mungil ini menolak halus dan berkata ingin pulang kerumah sambil berjalan kaki saja. Meskipun holenya sudah dibobol beronde-ronde kemarin malam sampai pagi oleh Chanyeol. Dia tetap tidak menghiraukannya. Lagipula Baekhyun adalah pembohong besar jika dia berkata tidak menikmati setiap sentuhan Chanyeol.

Sampai didepan pagar ponsel Baekhyun berbunyi. Melihat nomer asing yang tertera pada layar Baekhyun mengangkat panggilan tersebut terlebih dahulu.

"Yeoboseo?"

"Anakku! Apa kabar?"

DEG!

Jantung Baekhyun serasa berhenti berdetak. Dia tahu siapa suara menjijikan yang memenuhi ronga telinganya. Nafasnya tidak beraturan dan amarahnya memuncak. Sial! Pria tua ini mengapa bisa mendapatkan nomer teleponnya?

"Brengsek! Dari mana kau mendapat nomor ponselku?! Aku bukan anakmu lagi! Camkan itu seumur hidupmu!" gertak Baekhyun seketika.

Namun pria tua itu tertawa renyah. Ingin rasanya Baekhyun memukulnya sekarang juga. Kemana perginya si keparat yang telah seenak jidat bermain dibelakang ibunya dan mentelantarkan mereka?

"Jangan menghubungiku lagi pria tua!"

"Hey. Sabarlah Baekhyun. Begini-begini aku ini masih ayah kandungmu"

"Cih. Kau tidak lebih dari sebuah parasit!" ketus Baekhyun dan mengalihkan pandangannya.

"Nak. Ayah hanya ingin mengatakan sesuatu"

Baekhyun terdiam.

"Kau ingin mengatakan bahwa sekarang kau telah menghamili salah satu pelacurmu itu?" ucapan Baekhyun teramat dingin membuat Tuan Byun mengembangkan senyumnya. Anaknya sudah berubah drastis ternyata. Baekhyun menjadi lebih kasar dari sebelumnya jika berhadapan dengan ayahnya.

"Tidak, bukan itu. Ayah hanya ingin mengatakan terima kasih" papar Tuan Byun diselingi tawa.

Baekhyun mengerutkan alisnya.

"Untuk apa?"

.

.

Pria manis ini melangkahkan kakinya cepat kesuatu tempat yang dituju. Jantungnya bergedup lima kali lebih cepat dari biasanya. Dia bahkan tidak peduli saat hampir tertabrak mobil tadi. Baekhyun terus berlari seperti orang kesetanan. Dipikirannya hanya ada satu.

Ibunya.

BRAK!

"Eomma!" sahut Baekhyun yang telah mendobrak pintu klub malam milik ibunya dengan cukup keras.

Mata Baekhyun membulat. Tempat ini sudah nyaris tidak berbentuk. Beberapa sofa terhempas tidak karuan dan meja-meja yang biasanya tertata rapih dilempar kemana-mana. Panggung kecil didepan meja juga sudah pun ruang bartender tempat biasa Baekhyun bekerja. Pecahan botol itu berserakan membuat Baekhyun meringis kecil.

"Ada apa ini?" lirihnya.

"Oh kau sudah datang rupanya" suara seorang namja mengalihkan pandangan Baekhyun.

Mata Baekhyun semakin melebar melihat ibunya diseret oleh beberapa namja berbadan tegap. Tangan ibunya sedikit mengeluarkan darah. Mungkin akibat pecahan botol-botol alcohol itu.

"Eomma!"

"Baby!"

Baekhyun langsung berhambur memeluk ibunya yang menangis. Tangannya berusaha merengkuh pundak sempit ibunya yang bergetar. Dirinya sulit bernafas dan rasa takut menyelubungi hatinya. Baekhyun menatap tajam pada salah satu namja yang dia kenal betul sejak dulu. Mengapa dia tiba-tiba bisa ada disini dan menghancurkan sumber nafkah keluarga kecil Baekhyun?

"Daehyun! Apa yang kau lakukan?!" teriak Baekhyun pada Daehyun yang balas meresponnya dengan tawa.

Sebekas jahitan dipelipisnya terlihat. Itu pasti alasan mengapa dia tidak pernah mau menginjakkan kakinya lagi di SM SHS. Karena waktu itu Chanyeol yang telah menghajarnya habis-habisan. Dan dirinya cukup dipermalukan oleh kejadian tersebut.

"TIdak ada. Hanya menjalankan tugas seseorang dan juga…" Daehyun menghentikkan kalimatnya. Sudut bibirnya terangkat saat melihat mata Baekhyun yang berair.

"Mengambil alih klub malam murahan ini" papar Daekhyun dan Baekhyun terkejut.

"Apa maksudmu?!"

"Kau tidak tahu Byun Baekhyun? Ayahmu berhutang pada perusahaan ayahku dalam urusan berjudi setahun yang lalu. Bunga yang dia timbulkan sudah membengkak dan dia tidak sanggup membayarnya karena perusahannya ikut terancam. Jadi saat aku menelponya. Ternyata dia bilang kau dan ibumu masih mempunyai salah satu aset yang cukup untuk melunasi hutang-hutang ayahmu. Jadi, mau tidak mau Tuan Byun menjual klub ini pada ayahku" jelas Daehyun sambil bersedekap.

Bagaikan disambar petir. Baekhyun terdiam membisu. Baekhyun tidak percaya. Hatinya sungguh sakit. Pria tua brengsek itu mengapa sangat jahat menjual satu-satunya hak milik Baekhyun dan ibunya yang telah diberikan oleh salah satu sepupunya? Oh, ini sungguh tidak adil. Baekhyun sangat marah saat ini.

"Tidak! Kalian tidak boleh menyentuh apapun yang ada disini apalagi memilikinya! Keluar kalian sekarang juga brengsek!" maki Baekhyun sambil berdiri dan hendak memukul Daehyun.

Daehyun menangkis pukulan Baekhyun. Tangannya dicekal kuat oleh Daehyun dan ibu Baekhyun berteriak meminta Baekhyun untuk dilepaskan. Daehyun menatap lekat mata sipit Baekhyun yang tergenang oleh airmata. Dia mendekatkan wajahnya pada Baekhyun dan berbisik.

"Semua yang ada disini sekarang milik perusahaan ayahku. Terutama kau Byun Baekhyun"

Bola mata Baekhyun kembali melebar. Sendinya membeku. Dia tidak salah dengarkan? Apa maksud Daehyun?

"Benar. Ayahmu juga menjual dirimu pada keluargaku sebagai ganti hutang-hutangnya"

Baekhyun langsung duduk tersungkur. Pria mungil ini sangat shock. Tubuhnya benar-benar lemas dan dihempaskan langsung kelantai yang masih terdapat serpihan pecahan kaca botol. Tangannya berdarah karena menahan laju tubuhnya untuk jatuh semakin kebawah. Dia merasa tidak hidup. Merasa mati dan tidak berguna saat ini. Pikirannya kosong. Nafasnya tercekat kuat. Hatinya terasa nyeri hingga meloloskan satu airmata yang sedari tadi dia tahan.

Mengapa ayahnya begitu tega menjual dirinya pada orang lain?

Apa dia benar-benar manusia?

Daehyun tersenyum. Melihat Baekhyun yang sangat menyedihkan membuat dirinya merasakan aksi balas dendamnya telah terlaksana. Dulu dirinya sempat mengalami beberapa patah tulang. karena Chanyeol memukulnya. Sumber hal itu juga tidak lain adalah Baekhyun.

"Tenang saja. Kau akan kuberikan pada kakakku yang selama ini selalu memperhatikanmu. Hitung-hitung kau bekerja untuknya dan mendapatkan uang juga bukankah begitu?"

Baekhyun tidak menjawab. Dugaannya benar. Dia akan dijadikan pelacur oleh Daehyun. Memikirkan hal itu Baekhyun semakin menahan laju tangisnya.

'Chanyeol' batinnya dalam hati.

"Ayo berdiri! Kita tidak punya banyak waktu untuk melihatmu meratapi kehidupanmu yang menyedihkan Baekhyun. Kau mungkin memang ditakdirkan untuk hidup seperti ini haha" cibiran Daehyun membuat Baekhyun marah.

Baekhyun berdiri dan memukul wajah Daehyun tepat pada pipinya hingga Daehyun oleng. Pukulan tangan Baekhyun memang tidak sekeras Chanyeol. Namun berhasil memberikan efek memar pada pipi Daehyun.

"Brengsek! Cepat bawa dia!" perintah Daehyun dan ibu Baekhyun berteriak.

Baekhyun meronta saat ditarik paksa. Kakinya bergerak kesana kemari berusaha menendang namja berbadan tegap yang memegangnya. Tangannya memukul tidak kenal arah. Pria mungil ini berusaha melarikan diri tapi ketika Daehyun mengancam akan menjadikan ibu Baekhyun sebagai ganti dirinya Baekhyun berhenti meronta. Baekhyun berhenti memberontak lalu pada akhirnya tengkuk Baekhyun dipukul amat keras membuat pria manis itu langsung terjatuh kelantai tidak sadarkan diri.

Meanwhile

Chanyeol terbangun ketika jam menunjukkan pukul stengah enam sore. Tidur selama tujuh jam setelah melakukan seks benar-benar memulihkan tenaganya. Pria bermarga Park itu tersenyum dan menoleh kesamping.

Tidak ada Baekhyun disana.

Chanyeol terheran dan melihat kesekeliling kamarnya.

"Baek"

Panggilnya namun tidak ada sahutan balik dari arah kamar mandi. Dia berpikir pasti Baekhyun pulang. Kekasihnya itu benar-benar anak yang sayang orang tuanya. Chanyeol tau dirinya sudah keterlaluan membiarkan Baekhyun bermalam disini tanpa memberi kabar pada ibunya.

Tangan Chanyeol beralih ke nakas dan segera mengecek ponselnya.

Ketua Park merenggut lalu mendudukan tubuh toplessnya. Dia mengusak rambut tidak beraturan dan perasaannya kesal.

Tidak ada pesan masuk dari Baekhyun.

"Sial! Kemana si pendek itu pergi?! Kenapa dia tidak memberi kabar?!" Chanyeol mengumpat sendiri bak orang stress.

Tidak berapa lama sebuah pesan masuk muncul diponselnya. Nomor asing sama sekali tidak menarik perhatiannya. Namun dia tetap membuka notifikasi tersebut. Membacanya perlahan hingga alisnya berkerut dalam.

'Baekhyun bukan pria baik. Dia hanya akan mengecewakanmu Park Chanyeol'

"Cih. Seulgi" tebaknya final.

Bersamaan dengan itu suara dering telpon berbunyi. Chanyeol mengerutkan alisnya lagi. Nomor asing lagi. Tapi kali ni berbeda. Chanyeol mencoba menghiraukan telpon iseng Seulgi. Pikirnya yeoja itu memang sudah gila karena masih terus mengejar dirinya. Chanyeol merebahkan tubuhnya kembali sambil menutup mata.

Dering ponsel kembali terdengar.

Pria jangkung itu menggeram kesal. Dia menyambar ponselnya kasar dan menggeser icon warna hijau.

"Apa?!"

"Chanyeol-ah…" suara pilu seorang wanita menyadarkan dirinya.

"Siapa ini?" tanya Chanyeol lebih lembut.

"Baekhyun…" lirih wanita itu.

"Eomma?" terka Chanyeol dan ibu Baekhyun mengangguk tanpa bisa terlihat oleh Chanyeol.

"Tolong Baekhyun, Chanyeol-ah" isak Ibu Baekhyun.

Chanyeol terkejut. Mata tajamnya melebar. Mengapa ibu Baekhyun menangis? pasti ada sesuatu yang tidak beres disini.

"Ada apa dengan Baekhyun, eomma?" cemas Chanyeol, suaranya sedikit menuntut.

"Baekhyun dibawa pergi secara paksa oleh sekumpulan namja. Selamatkan Baekhyun, Chanyeol-ah!"

.

.

Chanyeol tiba di klub malam ibu Baekhyun. Tempat itu begitu mengenaskan dan membuat amarah Tuan Park semakin memuncak setelah melihatnya. Ibu Baekhyun masih saja menangis sementara Lay terus mengusap pundaknya. Berusaha menengangkan wanita paruh baya itu.

Chanyeol tidak berhenti menatap lantai sambil memikirkan kondisi Baekhyun. Chanyeol hanya mengetahui satu nama dibalik semua tindakan brengsek ini.

Kang Seulgi.

Otak Chanyeol mendidih mendengar isi kepalanya menggumamkan nama tersebut. Dia sangat marah. Chanyeol bahkan tidak habis pikir jika Seulgi—memang dalang yang melakukan hal ini. Hanya beralasan untuk berusaha menyingkirkan Baekhyun.

Keparat! Itu benar-benar keterlaluan.

Beberapa orang suruhan Chanyeol mulai datang cukup terburu-buru bersama para penguasa sekolah. Kai dan Kris terlihat terengah-engah sedangkan Chen melihat ke sekeliling.

"Tempat ini... Bukankah kita pernah bermain kesini?" terka Chen dan Kai mengangguk.

"Aku tidak menyangka tempat ini milik Byun Baekhyun" timpal Kai.

"Chanyeol apa kau sudah menemukan dimana Baekhyun berada?" Kris bertanya sambil menepuk pundak Chanyeol.

Kris tau. Adik barunya itu sedang sangat marah. Chanyeol yang diam dan bersikap tenang adalah Chanyeol yang paling menakutkan. Lihatlah kepalan tangan yang membuat buku-buku jarinya memutih. Ekspresinya memang tidak terelihat kesal. Tapi jika ada yang menyulut gas tersebut sebuah api akan timbul membakar semuanya.

"Chanyeol. Sebaiknya kau tenang. Apa Leeteuk sudah kau suruh mencarinya?" tanya Kris pelan.

Chanyeol mengangguk. Kris menghela nafas lalu menyuruh Kai juga Chen keluar dari Klub tersebut. Namun Chanyeol malah berjalan mengarah pada ibu Baekyun yang sedang terisak ditangga kecil sebelah bar.

Chanyeol berjongkok mensejajarkan tubuhnya dengan ibu Baekhyun. Lay yang melihatnya segera menyingkir. Memberi Chanyeol waktu bersama ibu Baekhyun. Wanita berusia empat puluh dua tahun itu mengangkat wajahnya. Hati Chanyeol berdenyut ngilu melihat wajah cantik Ibu Baekhyun begitu lemah dan terluka.

"Hiks... Baekhyun... Anakku... Tolong selamatkan dia Chanyeol. Hanya Baekhyun yang eomma punya di dunia ini..." lirih Ibu Baekhyun tersedu-sedu.

Tuan Park menyunggingkan senyuman sendu. Chanyeol menggenggam tangan Ibu Baekhyun dan mengecupnya lembut. Hatinya semakin sakit mendengar calon mertuanya sangat sedih mengkhawatirkan anaknya. Chanyeol juga merasa bodoh karena tidak bisa melindungi Baekhyun.

"Tenanglah eomma... Chanyeol akan membawa Baekhyun pulang kembali. Chanyeol berjanji. Tunggu saja!" ucap Chanyeol penuh ketegasan namun suaranya sangat lembut. Dia berusaha keras untuk membuat Ibu Baekhyun berhenti bersedih.

Ibu Baekhyun mengangguk. Lelehan airmata dia usap perlahan. Seulas senyum lemah dia tampilkan untuk Chanyeol. Chanyeol balas tersenyum lalu mengecup tangan wanita itu sekali lagi.

"Berhentilah menangis eomma" pintanya.

"Chanyeol!" sahutan Luhan mengalihkan pandangan Chanyeol.

Luhan datang bersama Sehun. Chanyeol berdiri perlahan dan tiba-tiba Luhan segera memeluknya erat. Tubuh jangkung itu terdiam. Luhan mengerti bagaimana kondisi Chanyeol jika sesuatu yang dicintainya direnggut oleh orang lain. Dan beruntung saat diberi kabar, Luhan belum mendengar Chanyeol mematahkan tulang siapapun.

"Lu. Kau semalam kemana?"

Luhan terkekeh samar dengan mata tertutup. Chanyeol sudah rusak. Dia kenal betul sepupunya ini. Chanyeol tidak perduli pada kegiatan yang orang lain lakukan. Namun bisa-bisanya Chanyeol masih menghawatirkan Luhan disaat genting seperti ini meski suaranya terdengar sangat datar. Padahal dia pun sudah tahu keadaan Luhan yang sebenarnya.

"Mianhae... Semalam aku bersama dengan Sehun"

Tidak ada jawaban dari Chanyeol.

Luhan melepaskan pelukannya. Mata rusa itu menatap Chanyeol serius. Menyalurkan kekuatan untuk sepupunya tercinta. "Aku akan membantumu menemukan Baekhyun" ucap Luhan.

Chanyeol hanya diam.

"Tidak perlu. Lebih cepat mematahkan leher yeoja itu sekarang juga"

.

.

.

Baekhyun mencoba membuka matanya. Kepalanya berdenyut-denyut merasakan sakit seperti terbentur sesuatu. Tubuhnya tertidur menyamping dan pandangannya masih memburam. Sekitarnya tidak terlihat jelas. Namun Baekhyun sadar dia berada didalam sebuah ruangan.

Baekhyun berusaha bangun. Tapi itu tidak bertahan lama karena tubuhnya jatuh kembali. Tangannya terikat dibelakang punggungnya. Dia juga melupakan rasa perih ditelapak tangan akibat pecahan beling di bar.

Bar?

Astaga, bagaimana dengan tampat itu. Dan...

Ibunya.

"Akhhh..." ringis Baekhyun.

Rasa pusing sekejap menjalar dikepalanya. Tubuhnya sangat lemas. Tentu saja, dia belum makan sedari tadi. Tapi itu bukan hal penting. Baekhyun tetap berusaha menormalkan pandangan mata. Lehernya berputar kesana kemari meniti siap sudut ruangan.

Hanya ada tempat tidur, nakas kecil, kursi, meja, kaca, dan juga jendela. Kamar ini sangat kecil dan lembab. Gelap akibat cat bernuansa abu-abu yang mendominasi ruangan. Baekhyun menundukkan kepalanya.

Dimana dia berada saat ini?

Baekhyun tersungkur lemas. Dia teringat akan Chanyeol. Kekasihnya pasti sudah bangun dan sedang mencarinya. Baekhyun tidak suka ketika Chanyeol begitu khawatir pada dirinya. Dia selalu merasa bersalah jika hal itu terjadi.

"Chanyeol..." panggilnya seolah suaranya sampai pada Chanyeol.

Tiba-tiba suara kunci dari arah pintu terdengar. Dua bunyi slop putaran kunci itu memecah keneningan. Tidak berapa lama pintu terbuka. Menampilkan sosok namja tinggi berbalut jas kulit berwarna hitam. Pria tersebut sangat tinggi. Langkahnya tegap dan seulas senyuman tidak berhenti terpampang dibibirnya.

Mata sipit Baekhyun sontak membulat menyadari siapa namja itu. Tubuh Baekhyun beringsut mundur. Dia ketakutan. Seseorang yang selalu dia hindari mengapa bisa muncul disini sekarang juga? Ohh, ini sungguh mimpi buruk bagi Baekhyun.

Namja itu mulai berjalan kedalam, mencoba mendekati Baekhyun. Sementara suara ketukan heels mengikutinya dari belakang. Mata Baekhyun semakin melebar melihat siapa yeoja dibelakang namja brengsek itu. Dia sudah bisa menduga dalang dari semuanya.

"Seulgi!" teriak Baekhyun penuh amarah.

Yeoja itu mengintip Baekhyun dari balik punggung si namja sambil berakting ketakutan. Perlahan Seulgi tertawa membuat Baekhyun semakin naik pitam. Baekhyun hanya bisa berbaring menyamping dengan lemah saat ini.

"Aihhhh Byun Baekhyun nasibmu sungguh sangatt menyedihkan~" goda Seulgi lalu berjalan mendekati Baekhyun.

Seulgi menarik tubuh Baekhyun dan memaksanya duduk. Baekhyun meringis kecil. Tubuhnya seakan remuk total. Mengapa dia merasa sangat lemah juga tak berdaya?

"Kau tahu? Tadi aku menyuruh orang menyuntikkan sesuatu padamu. Hanya sekedar membuatmu berhenti berulah. Tenang saja itu bukan obat buruk"

Paparan Seulgi membuat Baekhyun kembali melebarkan matanya. "Sialan! Lepaskan aku Seulgi!"

Seulgi pura-pura terkejut dia menutup mulutnya sambil menyeringai. Tangannya beralih mengusap pipi mulus Baekhyun dan berhenti pada dagu Baekhyun. Mata kucing itu menatap tajam pada wajah si mungil. Baekhyun segera mengelak memalingkan wajahnya.

"Sudah puas semalam kau bercinta dengan kekasihku?" sinis Seulgi dan Baekhyun tidak terkejut.

"Chanyeol bukan kekasihmu. Dia adalah kekasihku" tegas Baekhyun.

Seulgi marah mendengar ucapan Baekhyun. Tangannya terangkat tinggi. Dia langsung menampar Baekhyun cukup keras. Sudut bibir Baekhyun mengeluarkan darah dan pipinya memar. Baekhyun tetap tidak gentar. Dia kembali memandang Seulgi tidak kalah tajam.

"CHANYEOL ITU MILIKKU DASAR KALIAN SAMPAH TIDAK BERGUNA! MENGAPA KALIAN SEMUA TIDAK MENGERTI?!" jeritnya kalap.

'Kalian?' Baekhyun bergumam.

Tiba-tiba Seulgi menarik kerah Baekhyun kasar. Dia melempar tubuh Baekhyun asal meski dia sendiri tidak begitu kuat melakukannya. Seulgi mulai menendang kaki Baekhyun dan menjambak rambut Baekhyun memaksanya untuk kembali duduk.

Seulgi menjatuhkan tubuhnya menumpukan lututnya dan duduk sejajar dengan Baekhyun. Lelehan airmata mulai jatuh membasahi pipinya. Yeoja cantik ini benar-benar menyeramkan. Sikapnya yang aneh tidak kenal ampun membuatnya semakin meyakinkan bahwa dia seorang psikopat.

"Dulu... Dia berani mengambil Chanyeol. Sekarang KAU!" teriak Seulgi dan Baekhyun mengeryit heran.

"Siapa maksudmu?"

"Hah! Kau benar-benar menyedihkan! Kau bahkan bersahabat dengan mantannya kekasihmu sendiri Baekhyun!"

'Mantan kekasih Chanyeol?' batin Baekhyun berusaha mencerna ucapan Seulgi dikala rasa memar dipipinya.

"Kau tidak tahu siapa mantan Chanyeol yang seluruh harta kekayaannya telah hilang karena dia berani mengambil Chanyeol dariku?" tanya Seulgi sambil tertawa disela tangisnya.

Baekhyun terdiam. Jantungnya bergemuruh cepat. Entah mengapa dia ingin membuang jauh-jauh presepsinya namun dia kehilangan akal. Jawabannya sudah pasti...

"Do Kyungsoo. Ya! Do Kyungsoo salah satu putra pemilik perusahaan terkenal di Korea. Dia adalah kekasih Chanyeol dulu dan dia telah menerima balasannya! Sayang sekali setelah mereka putus dan namja brengsek itu hampir jatuh miskin. Kai dengan rela membantunya bahkan bertunangan dengannya. Dia memang pria bodoh. Mau saja termakan omongan palsu Kyungsoo. Aku yakin pria brengsek itu hanya mencari simpati namja lain seperti halnya dirimu Baekhyun!" ungkap Seulgi.

Baekhyun masih tidak percaya. Selama ini dugaannya benar. Pantas saja jika bertemu dengan Kyungsoo, Chanyeol pasti akan mengelak. Ternyata dulunya mereka adalah kekasih sampai akhirnya Seulgi datang menghancurkan segalanya.

Seulgi benar-benar keterlaluan.

Baekhyun mengangkat wajahnya yang penuh luka. Kepalanya sedikit pusing dan dia semakin geram. Seulgi mulai berdiri dari tempatnya sambil menatap Baekhyun penuh keangkuhan. Hati Baekhyun memanas. Dia sungguh tidak percaya bahwa Seulgi berani melakukan hal itu pada sahabatnya sendiri. Bahkan Chanyeol seseorang yang amat dia cintai.

"Jangan coba-coba kau berani menyakiti Chanyeol lagi Seulgi! Dia pantas mendapatkan kebahagiaannya sendiri! Jika dia tidak mencintaimu berarti kau tidak pantas untuknya! Apa kau tidak bahagia melihat seseorang yang kau cintai bahagia? Kau telah merusak hubungannya dengan Kyungsoo. Mengapa kau bisa sejahat itu—Akh?!"

Seulgi merendahkan punggungnya lalu menjambak surai krem si mungil.

"Dengar Byun Baekhyun! Dia adalah kebahagiaanku! Dan jika aku tidak bisa memilikinya maka orang lain tidak akan bisa! Jangan kau kira aku tidak segan-segan untuk melakukan perbuatan jahat kepadamu! Aku sudah pernah berhasil menyingkirkan si namja sialan itu sekarang saatnya kau yang akan kuhabisi! Akan kubuat kau menyesal telah berhubungan dengan Park Chanyeol!" ancam Seulgi namun Baekhyun tetap tidak bergeming.

Seulgi berdiri tegap. Dia memberikan seulas senyuman licik pada Baekhyun. Baekhyun masih menatap sengit Seulgi. Perasannya begitu campur aduk setelah mengetahui semuanya.

"Dan kebahagiaan Chanyeol sekarang akan ku rusak kembali karna dia masih tidak bisa kumiliki..." lirih Seulgi dengan wajah sedingin es.

Yeoja itu berbalik dan berjalan kearah pintu. Namun langkahnya berhenti. Seulgi kembali terkekeh kecil. Seulgi kembali merubah mood-nya. Dia memang sangat menyeramkan.

"Oppa. Nikmati Byun Baekhyun selagi kau bisa" ucapnya pada namja disebelah pintu.

Namja itu tersenyum kearah Baekhyun yang membeku ditempat. Tatapan sinis Baekhyun lemparkan padanya. Pria itu berjongkok didepan Baekhyun dan mengelus lembut pipi Baekhyun yang baru saja ditampr Seulgi.

Baekhyun membuang muka dengan gerakan kasar.

"Masih mengingatku Byun Baek?" tanyanya sambil tersenyum.

Baekhyun diam. Dia tidak sudi menjawab pertanyaan seseorang yang dulu nyaris merenggut keperjakaannya. Dia tahu betul watak orang ini dan Baekhyun sungguh membencinya.

"Kukira kau sudah mati" desis Baekhyun.

"Hahaha tentu tidak. Jadi sekarang kau berpacaran dengan Chanyeol? Aku tidak menyangka sejak kau meninggalkanku kau menjadi sangat pemberani"

Baekhyun tertawa menyindir. "Ternyata kau bersekongkol dengan Seulgi juga Daehyun?"

"Tidak juga. Daehyun adalah adikku. Kau melupakan hal itu?"

"Untuk apa aku mengingatnya? Aku bahkan tidak ingin bertemu denganmu lagi!" sinis Baekhyun tanpa menatap namja itu.

"Seulgi memberitahukan padaku soal dirimu. Kau tidak berubah. Masih cantik seperti dahulu hanya saja sekarang lebih suka memberontak"

"Diam kau brengsek!" sahut Baekhyun dan namja itu malah mencengkraman dan mencium pipi Baekhyun tiba-tiba. Baekhyun memberontak. Dia tidak menyukai sentuhan menjijikan pria ini.

"Hentikan! Lepaskan aku Bang Yongguk! Dasar kau bajingan!"

Namja bernama Yongguk itu tersenyum.

"Tidak. Seperti yang dikatakan Seulgi, Baekhyun. Aku juga akan mengambil apa yang telah pergi dulu. Kau tahu aku masih mencintaimu apalagi tubuhmu dan kali ini tidak akan ada penolakkan lagi Baek!"

Baekhyun terus memberontak saat Yongguk menggendong tubuh Baekhyun dan menghempaskannya kearah ranjang. Yongguk langsung menindih tubuh Baekhyun. Kedua tangan kurus itu dicekalnya kuat.

"Andwae! Hentikan Yongguk! Lepaskan aku!"

"Berteriaklah sesukamu Baek. Aku tetap tidak akan melepaskanmu" bisik Yongguk.

Baekhyun masih berusaha melawan. Namun tubuhnya terlalu lemas. Dia memalingkan wajah kearah jari manisnya. Memperlihatkan cincin manis pemberian Chanyeol. Baekhyun mulai menangis dan terus menggumamkan nama Chanyeol berkali-kali.

'Chanyeol... Tolong aku!'

Seulgi masih berdiri dibalik pintu. Kedua tangannya terlipat dibelakang punggungnya. Kepalanya menunduk dalam. Dia meneteskan sebuah airmata. Mata kucingnya menatap lurus kearah lorong gelap disana.

"Park Chanyeol... Maafkan aku. Setidaknya rasakan sakitnya perasaanku ketika mengetahui kau telah bercinta dengannya" lirih Seulgi lalu berjalan menjauh.

.

.

.

Chanyeol menggebrak salah satu pintu apartemen mewah dikawasan Cheongdamdong. Pemilik apartemen itu kaget dan segera berdiri dari sofa mewahnya. Sebuah senyuman terulas dibibir gadis itu dan dia segera berhambur kearah Chanyeol yang sedang menahan amarahnya.

"Langsung saja katakan padaku dimana kau menyekap Baekyun?!" gertak Chanyeol membuat Seulgi berhenti dihadapannya.

"Baekhyun? Apa maksudmu?"

"JANGAN PURA PURA BODOH KANG SEULGI! AKU TAHU KAU YANG MENCULIK BAEKHYUN!" amuk Chanyeol dan langsung menghempaskan Seulgi kesofa panjang.

Seugi terkejut. Chanyeol yang membentaknya benar-benar terlihat marah. Dia memasang wajah biasa seolah bukan dia pelaku perbuatan keji itu. Seulgi bersandar disofanya dengan tenang. Gadis cantik itu bersedekap. Mata kucingnya diarahkan pada Chanyeol yang sudah sangat naik pitam.

"Tuan Park. Kau tidak punya bukti. Jangan menuduh sembarangan" ucapnya manis.

Rahang Chanyeol mengeras. Tentu yeoja ini tidak mau mengaku. Namun benar juga perkatannya barusan. Dia tidak punya bukti bahwa Seulgi pelakunya. Oh, ayolah! Semua tahu kalau Seulgi sebegitu ingin menyingirkan Baekhyun. Bukti apa lagi yang perlu dia berikan?

"Fuck! Brengsek!" umpat Chanyeol dan segera berbalik.

Seulgi buru-buru kembali berdiri. Gadis cantik itu menahan tubuh Chanyeol berjalan semakin menjauh. Kabut ambisinya memenuhi seluruh hati maupun otaknya. Seulgi mendorong tubuh Chanyeol hingga pemuda itu terhempas kearah sofa.

Gadis itu mengunci pergerakan Chanyeol dengan cara duduk dipahanya dan segera menyambar bibir Chanyeol penuh nafsu. Chanyeol terkejut. Dia menahan pinggang ramping Seulgi yang terus melumat bibirnya. Wajah Chanyeol terkurung oleh tangan Seulgi yang bersikeras menahannya.

Api didalam tubuh Chanyeol semakin tersulut. Dia membalikkan tubuh Seulgi dan mulai menindihnya. Seulgi tersenyum penuh kemenangan. Dia berpikir Chanyeol akhirnya membalas ciumannya. Namun salah. Chanyeol malah mencekik leher Seulgi cukup kuat hingga gadis itu merintih kesakitan.

"Chan... akhhh.."

"Sampai kapan kau akan berhenti bermain-main?" bisik Chanyeol dengan nada menyeramkan.

"Akkhh..."

"Dengarkan aku Seulgi. Aku akan semakin membencimu sampai aku mati jika kau berani menyentuh Baekhyunku dengan tangan kotormu. Camkan kata-kataku ini!" ancam Chanyeol, suara bariton itu menusuk rongga pendengaran Seulgi.

Seulgi terdiam. Dia sangat shock. Mata kucing itu membulat. Dia tidak ingin Chanyeol membencinya sampai mati. Tidak!

Chanyeol melepaskan Seulgi yang terbatuk-batuk menghirup oksigen.

"Kau beruntung aku tidak membunuhmu saat ini juga" desis Chanyeol yang sudah berjalan kearah pintu.

Seulgi terduduk. Kepalanya menunduk dalam sambil memegang dadanya. Hatinya telah hancur. Matanya memanas. Jantungnya bergemuruh kencang. Sebutir cairan bening lolos begitu saja. Perasaan itu mulai datang lagi. Seulgi memang sangatlah aneh. Entah mengapa dia terlihat sangat ketakutan sampai-sampai tubuhnya gemetaran.

Dia bagaikan yeoja lemah saat ini.

"Chanyeol tidak boleh membenciku..." bisiknya kecil.

Seulgi buru-buru mengambil ponsel yang tidak jauh dari tempatnya duduk. Dia segera mendial nomor seseorang—Bang Yongguk.

"Yongguk Oppa! Bawa Baekyun pergi dari Seoul sekarang juga! Habisi dia!" jeritnya frustasi.

Meanwhile

"Chanyeol. Kita berhasil menyadap ponsel Seulgi. Aku tahu dimana Baekhyun berada" ucap Luhan bersemangat yang telah menemukan lokasi orang yang ditelpon Seulgi tadi.

Seulgi tidak mengetahui bahwa saat Seulgi mencium Chanyeol dia sempat menempelkan penyadap kecil dibalik ponsel Seulgi. Kai, Chen, Kris dan Sehun segera bergegas. Sementara Chanyeol masih berdiri sambi menatap cincinya.

'Tunggu aku Baek. Aku akan menyelamatkanmu'

.

22.00 p.m KST

Chanyeol berlari keluar apartemen Seulgi. Mata Chanyeol masih berkilat marah. Wajahnya sangat tidak menyenangkan. Tapi Chanyeol berusaha menyembunyikannya. Kakinya melangkah lebar-lebar menuju sebuah mobil. Didalam mobil Luhan bersembunyi bersama Sehun.

Luhan keluar dari mobil yang cukup jauh dari apartemen Seulgi. Mereka sengaja memarkirnya di ujung jalan supaya Seulgi tidak memperhatikan. Luhan dan Sehun bagaikan mata-mata dadakan saat ini.

"Kau tidak membunuhnya kan?" tanya Luhan cemas mengetahui Chanyeol mengusap dahinya frustasi.

Chanyeol menggeleng dengan ekspresi dingin sementara Luhan tersenyum lega.

"Tenang saja. Sebentar lagi kita akan memiliki bukti bahwa Seulgi pelakunya"

BIIIIPPPP!

Sebuah kotak hitam dengan bulatan bercahaya merah mulai menyala-nyala. Benda itu bergetar seiring kedipan lampu tersebut. Sehun yang memegangnya segera memberikan alat pelacak itu pada Luhan. Senyuman Luhan merekah seketika.

"Chanyeol. Kita berhasil menyadap ponsel Seulgi. Aku tahu dimana Baekhyun berada!" ucap Luhan bersemangat setelah menemukan lokasi orang yang ditelpon Seulgi.

Chanyeol hanya mengangguk acuh. Dia mengambil ponsel dari saku celananya. Jemarinya segera mendial nomor seseorang yang sedang menunggu kabar darinya.

"Leeteuk-ssi. Aku tahu Seulgi punya banyak bawahan diluar sana. Bantu aku menghabisinya satu persatu. Cegah mereka jangan sampai anak buah keparatnya menghalangi jalanku" pinta Chanyeol dengan nada datar.

"…"

"Aku tidak peduli bagaimana nasib para pengawalnya! Yang jelas mereka semua harus tertangkap! Kalau perlu kau mengurung mereka semua diruang bawah tanah agar tidak menggangu!" sahut Chanyeol keras.

Leeteuk menganggukkan kepala sekali tanpa Chanyeol melihatnya. "Saya akan usahakan yang terbaik Tuan. Tapi sekali lagi. Menghabisi sampai membunuh mereka tidak akan saya laksanakan" jelas Leeteuk lalu sambungan telepon terputus.

Chanyeol mendecih kesal. Matanya beralih melihat Luhan sedang menelpon para sahabatnya. Luhan memberi tahu lokasi dimana Baekhyun berada pada Kris, Kai, dan Tao yang juga ikut menemani. Mereka masih mencari Baekhyun dengan cara mengelilingi kota Seoul menggunakan kendaraan pribadi.

Chanyeol segera merampas ponsel Luhan dan mendekatkan pada telinganya. "Kris, Kai, Tao. Katakan pada Chen untuk tidak memakan waktu. Setelah itu temui aku ditempat yang telah diberitahu Luhan. Aku akan kesana sekarang"

"Tunggu! Kau tidak mungkin bisa kesana sendirian kalau mereka bergerombol kau bisa—"

BIIIPP!

Sambungan terputus.

Kai tidak sempat menyelesaikan kata-katanya. Pria berkulit tan itu memukul stir mobilnya keras. Dia amat kesal dengan sikap keras kepala Chanyeol yang seenaknya. Bagaimana jika sahabatnya mati saat menolong Baekhyun?! Bahkan sebelum Baekhyun sempat diselamatkan.

"Sial berandal bodoh itu!" umpat Kai didalam mobil.

"Apa dia akan kesana seorang diri? Dia tidak akan bisa menghadapi mereka semua!" ujar Tao panik.

"Lebih baik kita cepat pergi ke lokasi yang Chanyeol katakan. Semoga Baekhyun masih disana" ucap Kris berusaha tenang. Tao yang duduk dibelakang ikut membenarkan. Kai mengangguk pasti dan melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh.

.

.

.

22.27 p.m KST

Malam semakin menyelimuti ramainya kota Seoul. Hanya saja tempat yang Chanyeol, Luhan, dan Sehun tuju sedikit jauh dari keramaian kota. Sungguh. Seulgi memang benar-benar berniat menjauhkan Baekhyun dari Chanyeol. Daerah disini nyaris sepi tidak terlihat banyak orang berlalu lalang seperti kota Seoul pada umumnya.

Beberapa bangunan kecil bertingkat dua berjajar disekitar jalanan. Klub malam illegal pun berdiri dijalanan bercahaya remang. Wanita-wanita berpakaian minim juga ikut hilir mudik didepan dua sampai tiga pintu masuk gedung. Tempat ini begitu murahan. Tidak terasa seperti kota. Dimana Seulgi bisa menemukan lahan mengelikan seperti ini?

Kotak hitam tadi mengarahkan mereka menuju sebuah gedung tua bertingkat. Bangunan itu terlihat sangat menyeramkan karena seluruh catnya berubah menjadi abu-abu tua. Seperti apartemen kosong tidak pernah terawat. Pria jangkung itu langsung berlari kearah gedung sebelum akhirnya Luhan menarik jaket Chanyeol.

"Lu, apa yang kau lakukan?!" amuk Chanyeol pada Luhan.

Luhan memasang wajah serius sementara Sehun berdiri disebelahnya.

"Jangan gegabah! Kau mau masuk kedalam dan mati lebih dulu?! Itu sama saja kau tidak akan bisa menyelamatkan Baekhyun bodoh!" balas Luhan tidak kalah galak.

Chanyeol membungkam mulutnya.

Otaknya sulit berpikir. Dia tidak punya banyak waktu. Chanyeol tidak peduli apakah dia akan dihabisi oleh anak buah Seulgi atau nyaris mati sebelum dia bertemu dengan Baekhyun. Namun dia tidak bisa mengelak bahwa dia sangat menghawatirkan Baekhyunnya. Dia lebih takut jika Seulgi merencanakan hal yang lebih berbahaya daripada presepsi bodohnya.

"Kita tidak punya banyak waktu Lu. Aku harus menolongnya biarkan aku masuk" lirih Chanyeol menatap lurus kearah bola si mata rusa.

Luhan tetap memegang jaket Chanyeol. Jujur, dia juga ingin cepat-cepat masuk kedalam dan menyelamatkan Baekhyun. Tapi dia sudah berpikir matang-matang. Jika anak buah Seulgi ada disana mereka akan sangat kalah jumlah. Luhan sendiri tahu dia tentu tidak pandai berkelahi.

Tapi Sehun? Entahlah, Luhan tidak yakin.

"Biar aku yang menemani Chanyeol" ucap Sehun memecah keheningan membuat mata Luhan melebar.

"Anii! Kau tidak boleh kedalam Sehun itu terlalu berbahaya!" cegah Luhan dengan panik.

Sehun memegang tangan Luhan lembut dan tersenyum. "Lu, Baekhyun pasti butuh bantuanku juga disana. Aku bisa menolongnya"

"Aniii! Aku tidak mau kehilanganmu Sehun-ah! Lebih baik kita tunggu Kris, Kai, dan Tao tiba! Aku tidak mau terjadi apa-apa dengan kalian berdua! Kumohon mengertilah!" pekik Luhan seraya langsung memeluk tubuh Sehun erat.

Chanyeol terdiam. Dia juga tidak ingin melihat Luhan merasa sedih saat Sehun babak belur nantinya. Maka Chanyeol memberi semacam tatapan kode pada Sehun. Sehun menatap khawatir kearah Chanyeol. Namun Chanyeol bersikeras sampai akhirnya Sehun menganggukkan kepala.

"Tunggu aku tidak akan lama" ucap Chanyeol pelan.

Tiba-tiba saja Chanyeol berlari dengan sangat cepat masuk kedalam gedung. Luhan yang melihat itu berteriak memanggil nama sepupunya. Seolah tuli, Chanyeol tetap berlari semakin jauh ke gedung tua tersebut.

'Baekhyun. Tunggu aku. Tunggu aku sebentar lagi, Baek. Aku pasti akan membawamu pulang pada ibumu' batin Chanyeol sambil terus melangkahkan kakinya cepat menaiki tangga-tangga kecil naik kelantai dua.

Chanyeol berhenti. Dia berpikir sejenak. Tempat ini memang cukup luas meski pencahayaannya terbilang kurang. Dan sialnya Chanyeol tidak tahu dimana lokasi sebenarnya Baekhyun disekap. Dia melupakan alat pelacak milik Luhan. Kenapa disaat seperti ini dia masih begitu idiot?

Chanyeol menghela nafas berat. Seketika pria jangkung itu merapatkan tubuhnya pada tembok ketika melihat ada orang melintas. Matanya melirik sedikit dari balik tembok. Ternyata hanya dua pria lanjut usia yang sedang berjalan santai sambil mengobrol. Kelihatannya gedung ini masih digunakan oleh beberapa orang. Mungkin semacam rumah susun tua yang sudah reot.

Belum lagi udara disini begitu lembab dan dingin. Chanyeol semakin khawatir mengingat yang Baekhyun sangat tidak bisa terkena udara dingin. Suhu tubuhnya bisa turun dan kulit putihnya akan langsung membiru samar. Baekhyun bagai mayat hidup terserang alergi jika terkena udara dingin yang menusuk. Membayangkan hal itu membuat Chanyeol semakin geram.

Kakinya kembali melangkah hanya saja sekarang lebih pelan. Dia harus lebih waspada. Chanyeol berjalan tenang seolah dia pun salah satu penyewa kamar digedung ini. Ketika sudah melewati dua pria itu Chanyeol segera berjalan cepat mencari-cari sosok Baekhyun.

Hampir memakan waktu dua puluh menit sudah Chanyeol berlari mengendap-endap. Sesekali menerobos beberapa kamar seperti orang kesetanan. Chanyeol tidak peduli dia dianggap pemuda yang tidak tahu tata krama oleh para penghuni kamar. Dia hanya ingin menemukan Baekhyun-nya secepat mungkin.

Keringat mulai bercucuran didahi Ketua Park. Ini sudah tangga lantai ketiga yang dia naiki. Ternyata memang tidak mudah seperti yang dia pikirkan. Chanyeol berhenti sebentar menetralkan nafas juga deru jantungnya.

Mata Chanyeol beralih melihat cincin manis yang melingkar dijarinya. Perasaannya bercampur aduk. Hatinya berdenyut nyeri mengingat Baekhyun. Kekasihnya sedang dalam bahaya dan dia tidak ada disana menolongnya. Apapun dapat terjadi jika itu menyangkut Seulgi. Chanyeol tahu betul bagaimana watak keras kepala yeoja itu.

"Baek… Kau dimana?" ucapnya pelan alisnya berkerut menahan gejolak frustasi.

Chanyeol kembali mencari. Langkahnya berhenti tiba-tiba ketika Chanyeol melihat namja tidak asing yang berjalan disalah satu belokan lorong. Chanyeol kembali merapatkan tubuhnya membelakangi tembok. Kepalanya terulur sedikit dan matanya membulat menyadari siapa namja itu.

"Daehyun" bisik Chanyeol.

Chanyeol terus memperhatikan namja ber-eyeliner itu. Sejak insiden dikantin Chanyeol memukul Daehyun pria itu memang tidak pernah terlihat lagi disekolah. Ternyata Daehyun juga suka bermain ditempat kumuh begini, pikir Chanyeol.

Diujung sana Daehyun sedang tertawa bersama tiga namja lainnya sambil menghisap sebatang rokok. Dia menepuk pundak namja-namja itu lalu menyuruhnya pergi. Ponselnya berdering dan Daehyun merogoh saku—mengambilnya.

"Oh, ada apa kau menelponku, Seulgi?" pertanyaan Daehyun membuat mata Chanyeol melebar.

'Seulgi?!' gumam Chanyeol dalam hati.

"Baekhyun? Ya dia sedang bersama kakakku" papar Daehyun sambil memasukkan tangan kedalam sakunya. Suaranya bergema akibat lorong yang sepi.

"Keparat kau Daehyun! Ternyata kau juga terlibat rencana Seulgi!" umpat Chanyeol dengan suara kecil.

"Apa?" suara Daehyun kembali terdengar.

"…"

"Tenang saja Chanyeol tidak akan bisa menemukannya disini" ucapan Daehyun membuat Chanyeol setengah tertawa.

"Kau sudah tertangkap basah brengsek! Dasar berandal bodoh!" bisik Chanyeol diujung lorong yang masih bersembunyi.

"Baekhyun baru saja dibawa pergi lima menit yang lalu. Chanyeol tidak akan bisa menemukannya" tawa Daehyun dan Chanyeol membulatkan matanya lagi.

"DAEHYUN!" teriak Chanyeol geram. Daehyun menoleh dan pria itu terkejut setengah mati.

"A—APA! Ke—kenapa dia bisa disi—"

Belum sempat Daehyun menutup sambungannya pria itu segera berlari kencang. Menyelamatkan nyawanya. Chanyeol tanpa pikir panjang langsung mengejarnya. Daehyun berlari disekitar lorong dan nasibnya benar-benar sial. Terdapat jalanan buntu menantinya. Dia hendak keluar lewat jendela diujung lorong. Namun sayang Chanyeol sudah berdiri dibelakangnya.

Chanyeol menarik kerah belakang kemeja hitam Daehyun lalu melempar tubuh pria itu menjauhi jendela tersebut. Daehyun terhuyung kebelakang nyaris mengambil ancang-ancang kabur kembali. Namun kaki panjang Chanyeol terangkat lalu menendang tubuh Daehyun tepat pada perutnya. Daehyun tersungkur sambil memegangi perutnya. Pria ber-eyeliner itu mulai terbatuk-batuk.

"Katakan padaku dia membawa Baekhyun kemana?" tanya Chanyeol dengan suara bassnya. Nafas terengah-engah. Pandangan terlalu menusuk.

Daehyun tetap diam menahan sakit. Dia menyunggingkan senyum licik membuat Chanyeol semakin ingin mematahkan kakinya. Chanyeol tidak bohong. Dia menginjak kaki Daehyun dan menekannya ketanah dengan sangat keras. Daehyun mengerang kesakitan.

Tuan Park merendahkan punggungnya dan menginjak kaki Daehyun lagi.

"Kutanya sekali lagi. DIMANA KALIAN MEMBAWA BAEKHYUN?!" teriak Chanyeol memecah lorong lembab tersebut.

Daehyun hanya bisa merintih. Dia memohon dilepaskan berkali-kali dari siksaan Chanyeol. Mata Chanyeol menggelap seolah kabut nafsu membunuh menyelubungi dirinya.

"Dia akan pergi keluar Seoul!" jerit Daehyun.

Chanyeol berwajah datar kemudian mulai berjongkok. "Dimana lokasinya?"

"Aku tidak tahu!" teriak Daehyun dan Chanyeol semakin malas dengan kebohongan yang sudah jelas diketahui olehnya.

Chanyeol mengambil sesuatu dari saku jaketnya. Mata Daehyun membulat melihat benda yang dikeluarkan Chanyeol. Sekarang dia pantas takut pada pria ini. Pisau lipat itu sudah dimainkan Chanyeol didepan matanya. Kelihatanya pisau itu merupakan trik untuk Daehyun berkata sejujur-jujurnya pada Ketua Park.

"Kau tau kemana benda ini akan menancap kan?" tanya Chanyeol dingin sambil memperhatikan kaki Daehyun yang diinjaknya.

"Tidak! Tunggu! Jangan lakukan itu Chanyeol!" Daehyun terlihat ketakutan dan berusaha meronta. Namun Chanyeol lebih kuat dan tanpa mendengar permohonan Daehyun yang kedua. Ketua Park tetap melakukannya.

Dia menggoreskan pisau itu kearah kaki Daehyun. Jeans Daehyun sudah robek hingga darah yang di nanti mengalir keluar. Pria itu berteriak. Kakinya seolah membeku. Nafasnya tidak beraturan merasakan kebas didaerah kakinya. Daehyun berusaha menahan tangan Chanyeol untuk tidak berbuat lebih jauh.

"BAIKLAH! KAKAKKU AKAN MEMBAWA BAEKHYUN KELUAR SEOUL! MEREKA SEDANG BERSIAP PERGI KE BUSAN! TOLONG JANGAN MEMBUNUHKU LAGI CHANYEOL!" pinta Daehyun terlihat begitu menyedihkan.

Chanyeol berdiri. Dia memasukkan pisau lipatnya sambil tersenyum puas. Pandangannya teralihkan ketika deru mobil terdengar dari arah luar. Chanyeol terkejut. Dipekarangan belakang dia melihat seorang namja mungil menggunakan selimut coklat yang menutupi seluruh tubuhnya. Baekhyun dibopong oleh salah satu pria berbadan tegap hendak masuk kedalam mobil.

"BAEKHYUN!" teriak Chanyeol dan pria bermasker hitam itu menoleh.

Chanyeol menatap tajam namja itu dari atas. Yongguk tersenyum licik dari balik maskernya. Dia melihat Chanyeol memecahkan kaca jendela dengan kakinya lalu tanpa pikir panjang langsung melompat turun dari lantai tiga.

Tubuh Chanyeol terjatuh dengan tidak stabil. Kaki Chanyeol terkilir dan dia tiba-tiba sulit berdiri. Tentu saja. Dia baru saja melompat dari lantai tiga apa itu tidak terlalu menyeramkan? Beruntung dibawah Chanyeol terdapat kardus-kardus bekas namun permukaan tanah tetap menyentuh tubuhnya.

"BAEKHYUN-AH!"

Panggil Chanyeol lagi. Mobil mulai berjalan pelan. Chanyeol semakin panik. Tidak! Dia baru saja berhasil menemukan Baekhyun-nya dalam kurun waktu enam jam. Chanyeol tidak ingin kehilangan Baekhyun lagi!

Chanyeol berusaha berdiri dan mengejar mobil tersebut. Melupakan fakta bahwa dia telah berjalan terseok-seok seperti manusia lumpuh. Pria itu meringis sakit. Namun perasaan untuk menolong kekasihnya jauh lebih besar.

Chanyeol tetap berlari seperti orang tolol.

Tangannya menggapai udara kosong. Seolah sampai pada mobil yang telah melaju meninggalkanya. Alisnya berkerut ketika rasa nyeri mulai menjalar dipersendian kakinya.

Persetan dengan kaki yang terluka! Chanyeol sudah menemukan Baekhyun dan dia harus tetap menyelamatkannya!

"BAEKHYUN!"

Ketua Park masih saja berlari sekuat tenaga mengejar mobil berwarna hitam sambil memanggil nama Baekhyun. Nasib malang menyerbu dirinya lagi. Kakinya tersandung sebuah jalanan tidak rata dan Chanyeol kembali terjatuh. Melihat mobil melaju semakin jauh Chanyeol mengerang sambil memukul-mukul tanah dengan keras.

Tidak!

Baekhyun sudah semakin jauh darinya..

"BRENGSEK! BAEKHYUN! BYUN BAEKHYUN!" teriak Chanyeol penuh amarah.

Pria itu berusaha berdiri tapi pergelangan kakinya benar-benar tidak bisa diajak kompromi.

"BAEKHYUN-AAAHHHH!"

Teriakan Chanyeol sangat keras bahkan terdengar sampai kedalam mobil yang sudah berjarak begitu jauh.

Sementara didalam mobil Baekhyun membuka matanya perlahan. Bekas airmata kering membuat matanya terlalu berat untuk berkedip. Hatinya merasa sakit mendengar suara Chanyeol berteriak-teriak sedari tadi memanggil namanya. Baekhyun juga sangat ingin balas menyahut.

Namun dia tidak bisa..

Baekhyun kembali memejamkan mata mengingat-ingat suara baritone kekasihnya. Seluruh tubuhnya lemas dan dia tidak bisa bergerak. Yongguk tersenyum licik sambil memandang kedepan. Dia mengelus surai krem Baekhyun yang tertidur dipahanya.

"Maaf Baek. Seulgi menyuruhku untuk menghabisimu. Tapi aku tidak sanggup. Aku terlalu mencintaimu. Maka aku yang akan menyelamatkanmu. Kita bisa bersama selamanya sekarang" bisik Yongguk lalu mengecup samping kepala Baekhyun.

Tatapan Baekhyun kosong. Sebutir cairan bening lolos dari matanya. Mendengar ucapan Yongguk, Baekhyun merasa sangat sedih. Dia sungguh lemah karena tidak bisa berbuat apapun.

'Chanyeol…' batinnya membalas panggilan kekasihnya yang sudah tak terdengar lagi.

Disisi lain Chanyeol masih berusaha berdiri sambil menopang tubuhnya pada lutut. Nafas Chanyeol terengah-engah sambil sesekali meringis. Kepalanya terasa pusing akibat luapan amarah tidak terbendung didalam dirinya. Tubuh Chanyeol hendak terjatuh kembali namun sebuah tangan dengan sigap menopangnya.

"Sehun" lirih Chanyeol setengah terkejut.

Sehun tersenyum sambil melingkarkan tangan Chanyeol dipundaknya. Luhan datang bersama mobilnya dibelakang. Tidak lama kemudian Kai juga memarkir asal mobilnya disebelah mobil Luhan.

"Sial! Apakah kita terlambat?!" tanya Kai setelah keluar dari mobil bersama Kris dan Tao.

Chanyeol hanya diam. Alisnya berkerut dalam dan matanya semakin menggelap. Dia benar-benar ingin menghabisi pria bermasker yang telah membawa Baekhyun pergi tadi. Jika luka dikakinya tidak terasa dia pasti sudah berlari kencang dan memecahkan kaca mobil hitam itu lalu membunuh si penculik.

"Kau terluka Chanyeol?" Luhan bertanya sambil memeriksa tubuh Chanyeol.

"Kakiku terkilir" jawabnya singkat.

"Apa anak buah Seulgi menghabisimu?" cemas Luhan dan tiba-tiba saja Chanyeol membalikkan badan pada Kai, Tao, dan Kris yang berdiri disebelahnya.

"Si Keparat Daehyun ikut membantu Seulgi menjalankan rencana busuknya" papar Chanyeol dan mata para penguasa sekolah juga Sehun dan Tao melebar.

"Yang benar saja?!" kaget Kai.

"Siapa Daehyun?" tanya Tao.

"Dia salah satu murid disekolah kami. Tapi sudah beberapa bulan dia tidak muncul. Ternyata dia juga salah satu teman Seulgi" papar Kris dan Tao mengangguk.

"Jadi, Seulgi tidak mengerahkan anak buahnya. Melainkan meminta bantuan Daehyun beserta kelompoknya" ungkap Luhan menyimpulkan.

Chanyeol mengangguk.

"Kemungkinan besar begitu. Aku tahu pasti Seulgi tidak bisa melakukan semuanya seorang diri. Sepertinya Chen sudah tidak sudi membantu psikopat itu lagi. Sekarang aku paham mengapa pertama dia mengincar klub malam Baekhyun" jelas Chanyeol.

"Mengapa?" Kai bertanya.

"Kurasa itu hanya alibi. Ingat Chanyeol menyuruh Chen untuk pergi ke perusahaan yang telah membeli klub malam itu juga em.. Baekhyun" Luhan sulit meneruskan penjelasannya melihat mata Chanyeol kembali menajam.

"Yang kutahu dulu Baekhyun adalah orang yang memiliki harta lebih seperti kalian semua. Hanya saja… Ayah Baekhyun berselingkuh dan Baekhyun serta ibunya pergi meninggalkan rumah tanpa berbekal apapun. Maka dari itu Baekhyun tidak mempunyai apa-apa selain klub malam yang sekarang telah dimiliki orang lain" jelas Sehun lalu membantu Chanyeol duduk dikap mobil selagi Luhan memperban kaki sepupunya.

"Pantas Seulgi mengincar klub malam itu. Dia kelihatannya sangat ingin membuat Baekhyun sengsara" komentar Kai sambil bersedekap.

"Mengapa Seulgi bisa sejahat itu pada Baekhyun?" heran Tao dan Kai hanya mengangkat bahunya.

"Entahlah. Mungkin dia iri pada Baekhyun hyung"

"Lalu apa kau mengetahui sekarang Baekhyun pergi kemana?" Kris bertanya sambil mengecek ponselnya.

"Bukankah pelacaknya masih berfungsi? Kita bisa mencari tahu keberadaan Baekhyun lewat orang yang ditelpon Seulgi tadi" Luhan memberitahu dan Sehun menggelengkan kepala.

"Orang itu sepertinya sudah sadar nomernya telah disadap. Sinyalnya tidak terlacak lagi"

Luhan mendesah kecewa mendengarnya.

"Baekhyun dibawa ke Busan" ucap Chanyeol sambil memandang lurus kedepan. Tiba-tiba saja Chanyeol berdiri dan masuk kedalam mobil.

"Chanyeol kakimu!" Luhan memperingati.

"Biar aku yang menyetir" ucap Kris lalu mengambil alih kemudi.

Para penguasa sekolah juga Sehun dan Tao segera masuk kemobil masing-masing. Chanyeol bersama Kris sedangkan Luhan, Kai, Tao dan Sehun berada dalam satu mobil. Kris segera melajukan mobil sementara Chanyeol duduk diam disebelahnya. Kris tahu Chanyeol sangat marah saat ini. Namun ada satu hal yang membuat Kris terkejut.

Chanyeol menangis.

Pria beringas itu mulai terisak layak anak kecil meskipun dia hanya diam.

"Arrghhh!" teriaknya sambil memukul kaca mobil.

Kris membungkam mulutnya. Dia tersenyum. Chanyeol memang seorang bocah bodoh baginya. Kris tahu seberapa besar Baekhyun bagi Chanyeol. Pria garang ini meski terkenal menyeramkan namun dia benar-benar memiliki hati yang tulus. Chanyeol tidak berbohong saat dia berkata bahwa dia mengkhawatirkan Baekhyun.

Chanyeol menundukkan kepala sambil menangis menutup mata pada dashbor mobil. Kris mengusap pundak adiknya perlahan. Mencoba memberikan kekuatan padanya.

"Kita pasti akan menyelamatkan Baekhyun. Chanyeol-ah. Jangan putus asa dahulu. Kalau perlu semalaman ini kita berkeliling Busan untuk mencarinya. Aku akan membantumu" ujar Kris.

Chanyeol berhenti terisak. Dia menganggukkan kepala sekali masih menunduk pada dashbor mobil membuat Kris tertawa kecil.

"Ternyata memang Baekhyun yang hanya bisa membuatmu terlihat se-menyedihkan ini Chanyeol-ah" candanya.

Tidak berapa lama ponsel Chanyeol bergetar. Chanyeol merogoh saku jaketnya sambil mengusap lelehan airmatanya. Kepalanya masih terbentur ke-dashbor. Chanyeol mengangkat telpon dari Chen.

"Bicaralah" titahnya kembali bersuara seolah dia tidak menangis sama sekali.

"Kau tidak akan percaya ini. Apa kau tau perusahaan yang mengambil alih klub malam yang dijual Tuan Byun, Chanyeol-ah?" sahut Chen dari sebrang sana.

"Tidak. Apa kau sudah memberi mereka uang yang kusuruh?!" tanya Chanyeol dengan nada marah.

"Tentu saja. Mereka awalnya menolak dan aku memaksa keras. Ternyata perusahaan yang dihutangkan oleh Tuan Byun adalah perusahaan milik keluarga Bang!" sahut Chen dan Chanyeol mengerutkan alisnya.

"Lalu? Apakah susah menghancurkan perusahaan picisan itu?"

"Tidak! Dengar! Keluarga Bang mempunyai anak dan itu adalah Yongguk. Mantan anak SM SHS yang dikeluarkan karena kau berkelahi dengannya sampai kau nyaris terbunuh! Tidakkah kau ingat? Dia musuh besar kita!" nada suara Chen semakin menjadi-jadi.

Chanyeol terkejut.

"Bang… Yongguk?! Yongguk! Bajingan!" desis Chanyeol dengan mata berkilat.

"Kau sedang dimana? Apa kau sudah menemukan Baekhyun?"

Tidak ada jawaban yang terdengar hanya Chanyeol menggeram kecil, "Busan"

"Apa?! Yongguk pasti membawa Baekhyun kerumahnya. Keluarga mereka memiliki mansion mewah disana"

Mata Chanyeol membulat setelah mendengar ucapan Chen.

"Beritahu alamatnya sekarang juga!"

"Sial! Aku tidak mengetahui alamat jelasnya. Mengapa kau tidak mengatakannya lebih dahulu tadi merepotkan saja!"

"Diam kau keparat beri aku alamatnya sekarang juga!" bentak Chanyeol dan Kris menoleh.

"Ada apa sebenarnya dengan Chen? Kenapa kalian malah bertengkar?" tanya Kris namun Chanyeol acuh.

"Kau pikir semudah itu? Kau lupa?! Perusahaan keluargamu akan bersaing dengan perusahaan Bang jika kita gegabah! Kau harus ingat keluargamu menjalin kerja sama dengan mereka. Dan soal anak buah Seulgi baru saja dibereskan oleh butlermu! Aku bersamanya sekarang. Mau tidak mau aku harus menerobos kembali markas Bang dan bertanya sedikit kasar. Kau harus tahu sekarang mereka benar-benar berlagak seolah mereka mafia berkelas"

"AKU TIDAK PEDULI! PERSETAN DENGAN HAL KERJA SAMA! HANCURKAN SAJA KAKI MEREKA SEMUA, SEKARANG!" titah Chanyeol dan Chen mendesah.

"Baiklah. Beri aku waktu lima menit. Alamatnya akan langsung kukirim padamu" jawab Chen santai.

Sambungan mereka terputus. Chen mengembuskan nafas dengan kepulan uap hangat keluar dari mulutnya. Udara semakin dingin dan malam semakin menantang dirinya.

"Kurasa ini salah satu balasan maafku karena dulu pernah membantu Seulgi menyeretmu untuk menjadi straight sepertiku. Nyatanya upaya bodoh itu tidak berhasil. Lagipula cintamu itu terlalu besar pada Baekhyun. Aku tidak berani menghalangimu lagi, Yeol" ujar Chen bermonolog. Lalu mengajak Leeteuk kembali masuk kedalam gedung perusahaan Bang dan memulai aksinya.

.

.

.

02.10 a.m KST

BRAKKKK!

Pintu mansion mewah didaerah Busan didobrak keras dari luar oleh kelima namja tampan.

Orang-orang yang berada didalam terkejut dan suasana seketika mencekam. Pria jangkung bermarga Park berjalan masuk kelewat santai sementara para sahabatnya mengikuti dari belakang.

"Yak! Mau apa kalian?!" gertak seorang namja didalam yang sedang berkerumun bersama beberapa yeoja malam.

"Ternyata sedang ada pesta kecil-kecilan disini. Kenapa kau tidak mengundang kami?" tawa Kai sambil memainkan tongkat baseball-nya.

"Kalian! Para namja pentolan di SM SHS!?" salah satu namja bertindik menyahut.

"Ah~ Ternyata berandal ingusan macam kalian mengenal kami juga. Kami sangat tersanjung" senyum Kai sementara Chanyeol berjalan mendekat lebih dulu.

"Dimana Byun Baekhyun?" tanya Chanyeol sedingin es namun tatapannya mematikan.

Namja bertindik tadi hanya tertawa mengejek diikuti teman-temannya.

"Ah! Hahahaha sepertinya Park Chanyeol si Ketua Penguasa SM SHS yang terkenal menyeramkan. Sama sekali tidak bisa apa-apa ketika kekasih mungilmu sudah disekap kami. Dia mungkin sudah mati sekarang" ejek Youngjae dan Chanyeol segera melayangkan tinjunya dengan sangat keras.

BRUKK!

Youngjae terjatuh dengan pipi berlebam sementara Chanyeol mendecih kearahnya.

"Jangan asal bicara kau sampah! Kelompok kalian bukanlah apa-apa. Kemari hadapi kami seperti perkelahian dulu" tantang Chanyeol dan pria bernama Himchan maju sambil melayangkan stik yang sudah dipegangnya.

Chanyeol menghindar dan Kai segera memukul Himchan tepat diperutnya.

BUK!

Himchan tersungkur.

Chanyeol berdiri tegap kembali mengamati para pasukan Bang yang tumbang satu persatu.

"Siapa lagi?" suara baritone itu membuat bulu kuduk kelompok Bang berdiri. Tatapan tajam mata Chanyeol mengintimidasi namja-namja disana. Namun beberapa dari mereka tidak bergeming.

Saat seorang namja bertopi hendak maju Kai lebih dulu memblokir pergerakan Chanyeol dan menghajar namja tersebut. Peluh mulai terlihat di dahi Kai. Namja berkulit tan itu tersenyum kearah Chanyeol sampai akhirnya Kris dan Tao mulai ikut maju melawan beberapa dari mereka.

"Chanyeol serahkan saja masalah disini padaku, Kris, Tao, dan Sehun. Kami bisa menahan mereka" ujar Kai sambil menepuk pundak Chanyeol.

Sehun yang tidak Chanyeol sangka bisa berkelahi pun mulai gesit mengelak tendangan salah satu lawannya. Chanyeol terperangah. Dia tidak sendirian. Teman-temannya begitu peduli bersedia untuk membantunya.

Chanyeol balas tersenyum pada Kai sambil mengangguk.

"Jangan sampai mati" pinta Chanyeol serius dan Kai tergelak.

"Tidak akan bodoh!" ucapnya lalu mulai bergabung memukuli namja-namja itu.

Chanyeol segera melangkahkan kakinya berlari menaiki tangga. Dia mempunyai insting kuat bahwa Baekhyun pasti disekap dikamar utama. Maka dia berlari tanpa merasakan kaki yang sejak tadi telah terkilir. Masa bodoh dengan kaki, Chanyeol masih terus mencari sebuah ruangan besar. Belum lama dia berlari seseorang membawa botol bir hendak memukulnya. Chanyeol menghindar kekiri dan berbalik badan lalu menendang punggung namja itu hingga dia terjatuh.

Tiga orang namja menghampirinya. Chanyeol kembali mengelak sesekali melayangkan pukulannya. Tidak lupa menghindar dengan gesit.

Dia sungguh marah sekarang dan begitu banyak orang yang ingin dibunuhnya. Tapi dia ingat itu hanya akan membuang-buang waktunya untuk menyelamatkan Baekhyun. Kedua pria itu tanpa sungkan dia pukuli kemudian dia lempar kearah jendela hingga kepala salah satunya terkena serpihan kaca yang pecah.

Chanyeol mendobrak beberapa kamar mewah. Nihil. Baekhyun tidak ada disana.

"BAEKHYUN-AH!" teriak Chanyeol.

Beberapa namja lain datang hendak menghabisinya. Namun mereka kalah cepat. Chanyeol menendang perut mereka juga melayangkan tinjunya mengenai bagian-bagian yang membuat mereka lumpuh seketika. Salah satu namja memukul Chanyeol tepat pada pipi Chanyeol dan memukulnya menggunakan stik baseball kearah perut Chanyeol.

Pria jangkung itu sempat tersungkur. Tapi Chanyeol langsung berdiri dan menyengkat kaki namja yang memukulnya hingga jatuh. Chanyeol menginjak pergelangan kakinya cukup keras lalu mematahkan tangan seseorang yang memukulnya tadi.

Pria jangkung itu kembali berlari. Mengarahkan kakinya pada pintu besar disana. Entah mengapa pintu itu sudah berhasil menarik perhatiannya. Chanyeol yakin Baekhyun ada disana.

BRAKK!

"BAEKHYUN?!" sahutnya kencang.

Kamar ini begitu luas dan banyak perabotan mewah. Hal pertama yang Chanyeol lihat adalah sesosok namja mungil dengan surai hitam yang tertutup oleh selimut putih besar. Chanyeol sangat yakin itu pasti Baekhyun.

Kakinya terburu-buru melangkah masuk melupakan fakta bahwa dia harus waspada sedari tadi. Sebuah bayangan dari belakang hendak melayangkan sebuah tongkat kayu. Ketua Park tidak sadar. Maka kepalanya terpukul oleh stik tersebut dengan begitu keras.

Chanyeol terjatuh kelantai. Samping kepala Chanyeol terluka hingga darah segar mulai mengalir disana. Tubuhnya gemetar dan dia sulit berdiri. Chanyeol membuka mata berusaha untuk tetap fokus. Namun pandangannya memburam.

"Akhh…" rintihnya memegangi kepalanya.

Chanyeol membalikkan badan dan dia bisa melihat siapa manusia keparat yang telah memukulnya. Pria tegap itu menyunggingkan senyum sambil membersihkan tongkatnya dengan angkuh.

"Apakah kau tidak mempunyai tata krama memasuki kamar orang Park Chanyeol?" tanya Yongguk santai.

"Yong…guk!" seru Chanyeol terbata-bata dikala kepalanya semakin pusing.

"BANGUN KAU MAKHLUK LEMAH!" bentak Yongguk lalu menendang tubuh Chanyeol keras.

BUK!

"Akh!"

Chanyeol meringis. Yongguk kembali memukuli tubuh Chanyeol dengan tongkat panjang yang dipegangnya. Pria bermarga Bang itu berhenti ketika badan Chanyeol sudah memerah dominan biru diseluruh badannya. Tubuh jangkung Chanyeol berguling merasakan nyeri yang mulai menjalar cepat.

"Akkhh….nghhh…" rintih Chanyeol kembali menahan rasa sakit.

"Haha lihat! Kau sungguh menyedihkan Park Chanyeol! Sama seperti setahun yang lalu!" papar Yongguk dengan tawa.

"Bajingan" umpat Chanyeol kecil sudut bibirnya sudah robek.

"Cih, kau masih bisa mengumpat setelah nyaris bertemu ajalmu sekali lagi" Yongguk berdecih dan dia menjatuhkan tongkatnya.

"Sama seperti setahun yang lalu saat kau melawan sepuluh anak buahku sendirian. Kau sangat bodoh maju sendiri tanpa teman-temanmu itu. Kurasa sekarang mereka sedang bersenang-senang dibawah. Berapa yang kau ajak? Empat? Haha mereka semua akan mati"

Chanyeol mengabaikan segala ucapan Yongguk dan berusaha memposisikan dirinya duduk bersandar pada pinggir ranjang. Tubuhnya begitu sakit. Yongguk benar-benar serius memukuli setiap inci tulangnya.

"Kupikir malam bersalju di taman waktu itu kau sudah mati. Ternyata aku salah" Yongguk menggelengkan kepala tidak percaya sambil bersedekap.

Chanyeol memberikan seulas senyuman mengejek.

"Tentu aku tidak mati. Seseorang menyelamatkanku" ucap Chanyeol memandang remeh Yongguk.

"Aku penasaran siapa orang itu. Hebat sekali dia. Padahal anak buahku sudah berhasil menggores pelipismu dengan pisau dan kurasa kau kehabisan darah. Tapi kau masih saja hidup. Sepertinya manusia yang menolongmu itu harus kubunuh agar tidak menghalangi"

"Jangan berani kau menyentuhnya dengan tangan kotormu itu Yongguk!" geram Chanyeol membuat Yongguk tertawa.

"Aku bahkan tidak akan segan menghabisi nyawanya sekarang jika aku tahu siapa dia"

Chanyeol berhenti mengerang. Nafasnya mulai putus-putus. Kesadarannya terasa semakin melemah akibat pukulan tadi. Yongguk benar-benar serius ingin membunuhnya.

Tentu saja.

Chanyeol dan Yongguk yang sama-sama merupakan salah satu pemimpin kelompok berandal sejak dulu memang tidak pernah akur. Yongguk yang pernah bersekolah di SM SHS bahkan dikeluarkan setelah ketahuan mengeroyok Chanyeol saat itu. Sejak saat itu persaingan mereka tidak pernah berakhir. Ini bukan kedua kalinya mereka saling berusaha menghancurkan satu sama lain.

Yongguk begitu puas melihat Chanyeol semakin melemah. Pria itu menarik jaket Chanyeol yang sudah lusuh. Memaksanya berdiri dengan lututnya.

"Lihat. Lihatlah makhluk mungil itu Park Chanyeol. Dia begitu cantik bukan?" bisik Yongguk dengan senyuman.

Chanyeol terdiam. Gejolak panas kembali terasa disekitar dadanya. Dia menatap Baekhyun yang terbaring lemah tidak berdaya. Matanya sungguh sayu. Wajah Baekhyun terlihat sangat tirus dengan bibir memucat.

Baekhyun seperti orang sakit.

"Aku dengar kalian berdua sekarang adalah sepasang kekasih. Benarkah begitu?"

Chanyeol tidak menjawab. Dia lebih suka memandang Baekhyun yang ikut menatapnya. Yongguk kembali membuka mulut.

"Jika kau mau tahu. Dulu aku adalah kekasih Baekhyun" ucapan Yongguk membuat Chanyeol terbelalak.

'Kekasih?'

"Tapi Baekhyun memutuskan hubungan kami secara sepihak dan melarikan diri dariku. Tidak disangka ternyata sekarang dia berpacaran denganmu. Seorang namja brengsek yang sejak dulu ingin kulenyapkan—Park Chanyeol" desis Yongguk namun Chanyeol tidak bergeming.

"Kenapa? Kau iri? Hah! Baekhyun pantas mencampakkanmu. Kau menjijikan. Sama psikopatnya dengan Seulgi" Chanyeol tertawa renyah seolah itu adalah lelucon paling menarik didunia.

Yongguk marah. Dia lagi-lagi memukul perut Chanyeol cukup keras. Pria jangkung itu menunduk merasakan nyeri. Yongguk menjambak rambut Chanyeol dan memaksanya kembali memaku pengelihatan pada Baekhyun.

"Lihatlah Baekhyun. Dalam kurun waktu enam jam tiga dosis narkoba sudah masuk kedalam tubuhnya. Hahaha dia memang hebat masih bisa bertahan. Seulgi memang benar-benar tidak kenal ampun dalam menyiksa seseorang"

Mata Chanyeol membulat mendengarnya.

Narkoba?

Baekhyun disuntikkan narkoba?!

"BRENGSEK!"

"Dan kau tahu bagian terfavoritnya?" Yongguk tersenyum licik dan mendekatkan bibirnya pada telinga Chanyeol.

"Tubuhnya sangat bagus kau harus tahu itu"

DEG!

Amarah Chanyeol yang sedari tadi tertahan meluap begitu mendengar kalimat Yongguk. Seolah lupa pada memar ditubuh serta kepala yang masih berdarah-darah. Chanyeol segera melepaskan paksa cengkraman Yongguk kasar lalu memukul pipi Yongguk dengan amat keras.

BUK!

"APA YANG BARU SAJA KAU KATAKAN BRENGSEK!?"

Yongguk tersenyum puas dengan darah disudut bibirnya.

"Kau tidak tahu apa saja yang telah kulakukan bersamanya sedari tadikan? Sayang sekali kau lengah Park Chanyeol haha" Yongguk tertawa dan..

BUK!

Satu pukulan lagi mengenai hidung Yongguk. Pria itu terhempas dan belum sempat dia bernafas Chanyeol kembali menghujaninya dengan pukulan secara bertubi-tubi disana sini. Rasa sakit Chanyeol menguap begitu saja. Dia tidak peduli. Ucapan Yongguk membuatnya sungguh sangat marah.

"Kau terlambat!" sahut Yongguk begitu bahagia melihat ekspresi musuh bebuyutannya.

Chanyeol semakin geram. Dia menendang tubuh Yongguk dan kembali memukuli wajahnya. Tangan Chanyeol terluka dan membengkak. Chanyeol tidak bisa berhenti sementara Yongguk sudah hampir kehabisan nafas. Darah Yongguk mulai mengotori tangan Ketua Park.

"Chan…" panggil Baekhyun ketika melihat kekasihnya tidak berhenti memukul Yongguk yang nyaris mati.

Darah mengalir dibawah Yongguk yang sudah banyak memar dan sobek dibeberapa bagian wajahnya. Mata Chanyeol menggelap. Jika tidak ada yang menghentikan amarahnya Chanyeol bisa saja benar-benar akan membunuh pria itu.

"Chanyeol… sudah…"

Suara parau itu masih tidak terdengar. Tiba-tiba Chanyeol mengeluarkan pisau lipat yang dia simpan disaku. Baekhyun terkejut melihatnya.

"Chanyeol… hen..tikan…" lirih Baekhyun lemah.

Chanyeol menghiraukan Baekhyun. Pisau itu sudah diangkat tinggi-tinggi dan hendak diarahkan kejantung Yongguk. Sebelum akhirnya sebuah teriakan menghentikan pergerakan tangannya.

"CHANYEOL!" sahut Baekhyun dengan suara serak.

Chanyeol tersadar. Nafasnya memburu dan dengan cepat dia menoleh kearah ranjang. Baekhyun sudah terduduk lemah sambil menitikan airmata. Bola mata mereka bertemu. Chanyeol kembali terpaku pada wajah Baekhyun. Seolah dirinya telah menemukan kembali alasan hidupnya. Matanya berubah normal dan dia melempar pisau itu.

Chanyeol berdiri dengan cukup kesulitan—hendak menghampiri Baekhyun. Pria mungil itu terlihat sangat pucat dengan bekas memar dipipi juga lehernya. Entah itu bekas pukulan atau tanda dari sikeparat Yongguk yang membuat Chanyeol semakin marah. Namun Chanyeol tidak peduli dia sangat ingin memeluk Baekhyunnya.

"Baek…"

"Chan… A—awas!" jerit Baekhyun dengan panik.

Chanyeol menoleh dan Yongguk sudah mengarahkan pisau lipat itu pada Chanyeol. Chanyeol terkejut dan dia tidak siap. Tanpa berpikir dua kali tangannya sudah menghentikan laju pisau itu. Yongguk terkejut saat melihat Chanyeol memegang pisau yang hendak menikam tubuhnya. Darah segar mulai mengalir disela-sela jari Chanyeol.

Pria itu memincingkan mata mengabaikan rasa nyeri. Dia menatap tajam Yongguk. Manusia rendah dihadapan Ketua Park sungguh membuat emosinya semakin berkalut-kalut.

Chanyeol tetap menahan pisau ditangannya membuat Yongguk kesulitan untuk mencabutnya. Dengan gerakan cepat Chanyeol sudah melayangkan sebuah pukulan menggunakan tangan kanan sampai Yongguk kali ini tersungkur tidak berdaya. Nafasnya masih terengah-engah dan pada akhirnya Chanyeol membuang pisau tersebut keluar jendela.

Semua sudah berakhir.

"Baek" panggil Chanyeol lagi ketika dia menoleh penuh kekawatiran.

Chanyeol segera merangkak menaiki tempat tidur dan menghampiri Baekhyun yang terduduk diujung ranjang. Chanyeol bersumpah hatinya sangat lega melihat Baekhyun dihadapannya sekarang. Dia sangat merindukan kekasihnya. Meski baru beberapa jam berpisah namun Chanyeol tidak kuasa menahan semua itu. Apalagi dengan fakta bahwa nyawa Baekhyun terancam oleh Seulgi.

Sekarang semuanya telah berakhir.

Baekhyun dan dia bisa bersama selamanya tanpa ada gangguan lagi dari siapapun. Perasaan Chanyeol semakin membesar. Hatinya meluapkan emosi kebahagiaan. Dia sangat ingin memeluk tubuh Baekhyun meski pergerakannya masih terseok-seok.

Chanyeol mengulaskan sebuah senyuman.

Tangan Chanyeol terulur hendak menyentuh wajah Baekhyun.

Namun..

PLAK!

Chanyeol terkejut. Matanya melebar tidak percaya. Suasana menjadi sangat hening sementara Baekhyun menundukkan wajahnya dalam-dalam.

Apa yang dilakukan Baekhyun barusan?

Dia…

Menampar jemari Chanyeol yang hendak menyentuhnya?

"B—Baekhyun…"

"Jangan!" ucap Baekhyun dengan nada amat dingin.

Chanyeol semakin terkejut.

Jangan?

Mengapa jangan? Dia tidak mengerti..

Ada apa apa dengan Baekhyunnya?

"Jangan menyentuhku Park Chanyeol"

.

.

.

.

"Lu, mereka sudah sampai?" tanya Chen yang menelpon Luhan—suaranya terdengar sedikit terengah-engah.

Luhan mengangguk sembari duduk dengan gelisah menunggu mereka didalam mobil. Sebelumnya dia sudah berteriak-teriak kepada kelima temannya untuk diizinkan masuk kedalam. Namun usahanya sangat sia-sia karena pada akhirnya dia harus tinggal sendirian. Chanyeol menyuruh Luhan tetap disini—didalam mobil. Karena jika mereka tidak keluar dalam waktu satu jam berarti Luhan harus memanggil bala bantuan. Entah apakah itu polisi atau butlernya.

"Kau ada dimana Chen?" tanya Luhan sesekali mengetuk-etuk stir mobil dengan gusar.

"Apartemen Seulgi"

DEG!

Luhan membulatkan matanya. "Chen… Kau tidak berpikir untuk—"

"Tidak Lu. Tentu tidak"

Luhan tidak menjawab. Dia sendiri sebenarnya cukup ragu karena Seulgi dan Chen memang berteman baik sejak JHS.

"Aku tahu perbuatannya salah. Maka dari itu aku tidak akan membantunya lagi" papar Chen sambil berdiri menunggu lift yang membawanya kelantai yang dia tuju.

"Hanya saja sekarang perasaanku sangat tidak enak" tambah Chen setelah denting pintu lift menggema dan membiarkan pintu tersebut terbuka.

Luhan masih diam. Pria bermata rusa itu juga bingung apakah Seulgi memang masih pantas dikasihani seperti yang Chen lakukan? Tapi dia merasa Seulgi hanya tersesat dan dibutakan oleh obsesinya sendiri pada Chanyeol.

Luhan lalu menganggukan kepalanya tanpa terlihat Chen.

"Baiklah. Beritahu aku kabarnya jika kau sudah menemuinya, Chen" ujar Luhan lalu sambungan terputus.

"Aku harap kalian semua baik-baik saja…" cemas Luhan sambil memperhatikan mansion itu dari kejauhan.

-Meanwhile-

Entah apa yang ada diotak Chen sampai dia berpikir bahwa Seulgi sekarang dalam kondisi tidak baik-baik saja. Sebetulnya tujuan dia menemui Seulgi terlebih dahulu adalah memperingati yeoja itu agar dia berubah dan meminta maaf pada Baekhyun nanti. Sebelum Chanyeol—yang kemungkinan akan sangat marah besar pada perbuatan jahatnya lalu berniat menghukum Kang Seulgi lebih jauh. Namun sekarang Chen benar-benar tidak mengerti mengapa perasaannya sangat tidak tenang.

"Seulgi-ah. Ini aku Chen" panggilnya sambil memencet tombol intercom disamping pintu apartemen Seulgi.

Chen terdiam. Sudah tiga kali dia mencoba memberitahu Seulgi lewat speaker kecil itu. Kenapa pintu itu tidak kunjung dibuka? Apa yeoja itu marah padanya?

Oh tentu saja. Memang sudah seharusnya Seulgi marah terhadap Chen. Pria yang bisa yeoja itu andalkan telah berkhianat padanya. Chen pun juga tidak akan heran jika nanti Seulgi berniat mengusirnya sesegera. Chen tahu betul semua sifat Seulgi.

Hanya saja sekarang dia membutuhkan sahutan memilukan dari balik pintu ini. Namun sebaliknya. Chen malah mendapati keheningan.

"Seul—" Chen menghentikan ucapannya ketika dia tidak sengaja berinisiatif mendorong pintu apartemen Seulgi sedikit bertenaga.

"Tidak terkunci?" herannya.

Tanpa ragu, pria tirus itu melangkahkan kakinya semakin jauh kedalam. "Seulgi? Ya! Kau ada dirumah? Mengapa kau tidak mengunci pintu, yeoja bodoh!" umpat Chen melihat kearah ruang tamu dan terdiam kaku.

Astaga.

Apartemen mewah ini telah kacau berantakan.

Beberapa perabotan rusak disana sini. Layar televisi mahal pun sudah retak. Meja kaca hancur seperti habis dihantam benda-benda. Begitu banyak pecahan kaca berceceran. Bulu-bulu angsa dari bantal mendominasi lantai apartemen Seulgi. Yang paling membuat Chen terkejut adalah ceceran darah menuju suatu kamar.

Chen mengerutkan alis dalam-dalam. Jangan-jangan ada seseorang yang mencoba merampoknya. Tapi presepsinya menghilang ketika dia melihat foto Chanyeol semasa JHS dilantai yang sudah terobek menjadi beberapa bagian.

Dia tahu Seulgi telah menggila disini.

Chen mencoba mengikuti jejak tetesan darah itu kearah sebuah kamar gelap. Dia sedikit waspada jikalau yeoja itu mengamuk. Nyatanya dugaannya salah lagi. Chen melihat Seulgi dengan mata basah juga pandangan kosong sedang duduk diatas tempat tidurnya. Sebuah pisau telah siap dia arahkan pada nadi kiri gadis cantik itu.

"SEULGI!" teriak Chen panik.

Seulgi mengangkat bola matanya. Wajahnya sungguh kacau.

"Oppa…" lirihnya. Mata kucing itu begitu sayu dan dahinya terdapat goresan panjang entah mengapa.

"Hentikan! Kau gila?! Singkirkan pisau itu!" titah Chen namun Seulgi acuh.

Seulgi tersenyum dengan ekspresi wajah yang terluka. Dia mengoreskan pisau itu tanpa ragu—seolah kulitnya bukan apa-apa. Chen yang melihat itu segera berlari mendekat. Menyambar pisau itu dan membuangnya menjauh.

Pemuda itu lebih terkejut setelah menyadari ternyata luka Seulgi bukan hanya disatu tempat saja. Tetesan darah dilantai tadi ternyata berasal dari tangan kanan Seulgi yang sudah digores terlebih dahulu.

"Mianhae Chanyeol-ah. Jangan membenciku… hiks.." lirih Seulgi mulai merancau.

Chen bergerak gelagapan. Alisnya berkerut dalam dengan debaran jantung yang berdegup kencang. Tanpa pikir panjang dia membopong tubuh Seulgi keluar apartemennya. Sementara mata Seulgi sudah tertutup lemah karena kehabisan darah.

.

.

.

Malam setelah perkelahian besar antara Para Penguasa Sekolah SM SHS dengan Bang Yongguk CS. Mereka semua pada akhirnya dibekuk oleh polisi. Awalnya kelompok Chanyeol sempat ditahan. Namun mereka tidak memiliki bukti bersalah. Melainkan Yongguk CS yang dimintai keterangan lebih lanjut. Kenyataanya pesta kecil—yang dihancurkan tiba-tiba oleh kedatangan para penguasa sekolah, menyelipkan beberapa rokok kecil yang tidak lain adalah narkoba.

Namun nasib Yongguk begitu baik. Dia tidak ditahan karena keluarganya tidak ingin reputasi Yongguk—yang dipilih sebagai penerus keluarga Bang tercemar. Maka Yongguk hanya diasingkan keluar negeri. Begitulah kabar terakhir yang terdengar.

Empat hari pun telah berlalu.

Seorang namja bertubuh tinggi mulai memasuki lorong SM SHS yang sudah begitu ribut dipenuhi oleh kerumunan yeoja yang berbisik-bisik. Pria jangkung itu berjalan acuh sambil memasukkan kedua tangannya kedalam saku. Tidak lama empat sosok namja tampan lain mengikutinya dari belakang.

Gerombolan yeoja itu berteriak melihat kehadiran para penguasa sekolah yang absen selama empat hari ini. Akhirnya lima pria pujaan yang mereka tunggu kembali menghiasi keramaian sekolah. Tidak lupa para siswi tersebut segera mengeluarkan kamera dan ber-fangirl ria pada penampilan Chanyeol CS yang terlihat sangat berbeda.

Tentu saja.

Siapa yang tidak bertanya-tanya melihat kepala Park Chanyeol dibalut sebuah perban putih? Wajah Ketua Park juga samar-samar membiru dengan beberapa band aid menempel dipipinya. Tidak lupa perban putih ditangan kirinya yang sobek akibat menghalau pisau sialan dari Yongguk.

"Lihatlah Ketua Park semakin seksi!" bisik seorang yeoja setengah memekik.

Chanyeol yang mendengar itu hanya diam. Sementara Kai dan Kris tersenyum. Mereka juga tidak jauh berbeda dari Chanyeol. Tangan Kai diperban sementara satu band aid terpasang dikeningnya. Sedangkan Kris, wajah tampannya sedikit memar dengan bekas luka sobek disudut bibirnya. Namun tidak ada luka yang parah.

Lain halnya dengan Chen dan Luhan yang tidak mendapat luka pukul sedikit pun. Tapi dengan kondisi wajah Chanyeol, Kai, dan Kris yang babak belur tidak menyusutkan nilai popularitas mereka. Malah para penguasa sekolah tetap dipuja puji para siswi maupun beberapa siswa disekolah.

"Omo! Kris benar-benar semakin tampan meskipun banyak luka!"

"Kai juga. Senyuman mautnya tidak pernah berubah! Aku semakin menyukainya!"

"Aishh! Chen yang lebih menawan dalam hal tersenyum!"

"Aniiii! Luhan Oppa yang paling manis jika tersenyum!"

Para siswi itu masih terus berdebat tanpa para penguasa sekolah ambil pusing. Chanyeol justru bersikap acuh. Kris pun menyebarkan aura dingin. Sementara Kai dan Chen masih dengan sifat playboy-nya. Lain halnya dengan Luhan yang tetap diam namun sikap ramah tidak lepas dari dirinya.

"Kau yakin sudah bisa keluar rumah, Yeol? Kau baru saja selamat dari ajalmu setelah mendapat empat jahitan" ucap Chen disamping Chanyeol terdengar sedikit menjengkelkan.

Pria berandal itu hanya menganggukkan kepala tanpa menjawab.

"Biarlah. Kurasa ada yang ingin dia bicarakan dengan seseorang" tambah Kris dan Chen mengangguk.

"Mari temui dia!" sahut Kim Jongdae antusias.

Sementara dari kejauhan para siswa yang sedang berkerumun dilorong juga ikut terkejut. Beberapa dari murid SM SHS memang selalu up to date mengenai berita. Apalagi berita para penguasa sekolah memang sudah terkenal. Jadi wajar jika sebagian dari mereka mengetahui aksi pertengkaran sengit kedua kelompok tersebut.

"Bukankah mereka harusnya diskors karena bertengkar dengan siswa dari SHS lain?" heran salah seorang siswa.

"Ya! Kau lupa?! Dengar-dengar keluarga Park adalah pemilik sekolah ini. Jadi mana mungkin mereka diskors? Lagipula Ketua Park dan Bang Yongguk memang selalu berselisih sejak mereka masuk SM SHS!" komentar para namja yang bersedekap memperhatikan para penguasa sekolah sedang berjalan.

"Aku dengar dari temanku yang menjadi anggota kelompok Bang sebelum akhirnya dia memutuskan keluar. Yongguk—si pemimpin, menculik senior Byun Baekhyun—namja underdog yang sekarang menjadi pacar Ketua Park"

"Hah?! Serius?" namja-namja lain mulai merapat mendengar Yuta berbicara.

Yuta mengangguk. "Katanya mereka disuruh oleh Queen Seulgi untuk menculiknya. Tapi anggota Ketua Park berhasil menghabisi anggota Yongguk terlebih dahulu. Pada akhirnya kemenangan telak didapat oleh pihak Ketua Park"

"Jadi mereka berpenampilan berantakan seperti itu karena mereka habis bertengkar satu sama lain?"

Yuta mengangguk lagi.

"Tunggu! Lalu bagaimana dengan si kutu buku yang juga berwajah memar—"

Namja-namja itu mulai mengalihkan pandangannya pada Sehun yang sedang berdiri menghadap keluar jendela lorong depan kelas. Sehun mendengar semuanya. Termasuk Kyungsoo yang sedari menemaninya.

"Biarkan saja, Hun. Abaikan mereka!" ucap Kyungsoo lalu men-death glare kawanan siswa tersebut hingga mereka menyingkir.

Sehun tersenyum maklum. Pelipisnya mendapat satu band aid dan bagian pipi kirinya masih berwarna biru yang mulai memudar.

Yap.

Seorang Oh Sehun yang terkenal sebagai kutu buku berbeasiswa nyatanya bisa berkelahi dengan lihai. Mereka semua tentu tidak akan menyangka hal itu. Untung saja luka Sehun tidak separah Chanyeol yang mesti mendapat jahitan dikepalanya.

Chanyeol melihat Sehun yang sedang berbincang dari kejauhan. Langkahnya memang sejak tadi ditujukan untuk namja itu. Ketika para penguasa sekolah sampai dihadapan pria albino itu. Sehun tersenyum.

"Selamat pagi, Chanyeol-ssi" sapanya ramah.

"Pagi" jawab si pemilik suara bariton.

"Kau sudah boleh keluar dari rumah?" tanya Sehun sekedar berbasa basi dan Chen berhambur kearah Sehun merangkul lehernya.

"Astaga tidak kusangka si kutu buku berkacamata tebal ini jago berkelahi! Jika saja aku melihatnya langsung aku pasti juga akan menghajarmu Oh Sehun!" canda Chen dan Kai maupun Kyungsoo mengeryit.

"Dia sekarang sudah tidak memakai kacamata bodoh!" timpal Kai membuat Chen menepuk dahinya.

"Benar juga! Sekarang kau sudah bertransformasi menjadi namja keren Oh Sehun!" puji Chen dengan suara keras hingga gerombolan yeoja yang masih mengikuti para penguasa sekolah menjerit ketika menyadari penampilan Sehun.

"Astaga! Aku baru sadar bahwa Oh Sehun bisa menjadi sangat tampan! Lihatlah sekarang warna rambutnya berbeda!" bisik salah satu siswi sambil mengambil foto Sehun.

"Kyaaa! Mulai sekarang dia akan menjadi idolaku!"

"Hah! Kau curang! Aku menyukainya terlebih dahulu!" celoteh para yeoja itu.

Luhan yang sedari tadi berdiri disebelah Chanyeol mulai tersenyum. Matanya naik memandang Sehun yang juga ikut menatapnya. Luhan tidak banyak bicara akhir-akhir ini. Dia terlalu kagum pada kemampuan yang Oh Sehun miliki.

"Dia berkelahi dengan baik" papar Kris membuka kembali percakapan.

"Tentu saja! Dia juga menolongku beberapa kali saat aku lengah. Thanks Sehun!" ucap Kai sambil menepuk pundak Sehun bersahabat.

Sehun menggelengkan kepala dan terus berkata bukan apa-apa. Bola matanya masih betah berlabuh pada Luhan yang mengalihkan mata rusanya kearah lantai dengan senyuman dibibirnya. Tiba-tiba lamunan Sehun buyar saat merasa Chanyeol menatap kearahnya.

"Terima kasih telah ikut membantuku menyelamatkan Byun Baekyun, Kacamata—ah, bukan. Oh Sehun maksudku" ujar Chanyeol dengan senyuman yang jarang pria beringas itu tampakkan.

Sehun balas tersenyum.

"Tidak perlu berterima kasih Chanyeol-ssi. Baekhyun juga sahabatku. Mana mungkin aku membiarkannya tertimpa musibah seperti itu. Lagipula kau yang sebenarnya menyelamatkan dirinya. Bukan aku" papar Sehun.

Chen merangkul pundak Sehun lebih erat. "Bodoh kau Sehun! Kau juga ambil bagian disana menggantikanku! Harusnya aku yang ikut menghajar mereka!"

"Tapi nyatanya kau tidak ada disana Chen" ejek Kai.

Chen mendelik. "Aku harus mengurus yeoja itu terlebih dahulu"

"Yeah, bagaimana dengan kondisinya?" pertanyaan Kai membuat para namja disana menjadi terdiam.

"Entahlah. Aku belum mengetahui kabarnya lagi" lirih Chen, pandangannya berubah.

"Yak! Sehun-ah kenapa kau sangat lambat?! Apa kau tau jika Chanyeol sudah berkata seperti itu berarti sekarang kau ada dilingkungan kami!" tiba-tiba Chen merubah mood-nya lalu menjitak kepala Sehun pelan.

Sehun memasang muka heran. "Maksud kalian?"

Kai dan Chen tertawa. Sementara Kris hanya tersenyum sambil bersedekap.

"Chanyeol memintamu menjadi bagian dari kami Oh Sehun. Mulai sekarang kau adalah teman dekat kami. Chanyeol merasa dia membutuhkanmu kedalam kelompok kami" jelas Kris diiringi senyum Luhan yang masih memaku bola matanya pada lantai.

Sehun terdiam. Matanya melebar meminta penjelasan pada Chanyeol. Namun Ketua Park mengangguk pasti. Membuat para siswa siswi juga Kyungsoo yang sengaja mendengar hal itu terkejut setengah mati.

Sehun sekarang telah menjadi salah satu penguasa sekolah.

"Aku—"

"Welcome Sehun-ah" sahut Chen lalu memeluk Sehun tanpa pria itu sempat meneruskan ucapannya.

Kai segera merangkul Kyungsoo yang masih speechless. "Kau juga bagian dari kami Kyung. Bukan hanya Sehun saja" bisiknya dan Kyungsoo mengangguk memberikan sebuah senyuman pada tunangannya.

"Chanyeol-ah" panggil Kyungsoo.

Chanyeol menoleh kearah pria bermata bulat itu.

"Ya?"

"Bolehkah siang ini aku menjenguk Baekhyun?"

.

.

.

Kyungsoo baru saja keluar dari kamar Chanyeol.

Pria mungil itu langsung mendapati Chanyeol yang sedang berdiri bersandar disamping pintu sambil memasukkan tangannya kedalam saku. Kyungsoo tersenyum pada Chanyeol. Sementara Kai, Kris, Chen, Luhan, maupun Sehun masih didalam kamar Chanyeol—menjenguk Baekhyun.

"Bagaimana?" tanya Chanyeol tanpa memandang Kyungsoo.

"Dia sudah terlihat baik-baik saja. Apa kau tidak ingin masuk?" tanya Kyungsoo namun Chanyeol hanya diam sebagai jawaban.

"Tidak. Keberadaanku hanya akan membuat si pendek semakin sakit. Biarkan saja"

Meskipun Kyungsoo tahu Chanyeol berbohong tapi getaran dari suara Chanyeol yang terdengar memilukan hatinya. Berapa lama Chanyeol menahan diri untuk tidak melihat kondisi kekasihnya? Kyungsoo tahu Chanyeol bukan tipe pria penyabar.

"Chan—/Soo—"

Mata mereka berdua membola. Entah mengapa suasana menjadi canggung ketika keduanya hendak berbicara.

"Kau duluan" senyum Kyungsoo.

Chanyeol menatap Kyungsoo lama kemudian dia membuka mulut.

"Bisa kita bicara sebentar, berdua ditaman?"

.

.

Chanyeol dan Kyungsoo berjalan pelan ditaman belakang kediaman Park. Kyungsoo melangkahkan kakinya sedikit cepat, meninggalkan Chanyeol dibelakangnya. Pria bermata bulat itu terpana memperhatikan beberapa bunga yang sudah mulai mekar. Pikirannya beralih pada saat dia masih sering bermain kesini. Tentunya sebagai kekasih Chanyeol dulu.

"Soo" panggil Chanyeol saat dilihat sepertinya pria mungil itu lebih fokus pada pekarangan mewah keluarga Park.

Kyungsoo berbalik.

"Ya?"

"Aku—"

Chanyeol mengalihkan bola matanya kebawah. Kalimatnya terasa tercekat ditenggorokan. Tapi dia harus mengatakan hal yang sejak dulu ingin dia ucapkan pada pemuda dihadapannya.

"Soo... Aku minta maaf" lirih Chanyeol menatap dalam kearah bola mata Kyungsoo.

Kyungsoo memandang Chanyeol setengah terkejut. Namun seulas senyum mengembang dibibirnya. Kepalanya menggeleng dan dia mulai berjalan mendekati Chanyeol.

"Untuk apa? Kau tidak punya salah sama sekali, Chan" papar Kyungsoo.

Chanyeol menghembuskan nafasnya. Tubuhnya seolah berat menghadapi pria yang pernah mengisi hatinya dulu. Chanyeol hanya ingin meluruskan masa lalunya.

"Karena, aku tidak bisa menolongmu saat Seulgi merusak segalanya" ungkapan Chanyeol menyadarkan Kyungsoo.

Pria bermata bulat itu terdiam. Dia tersenyum tipis dan kembali menggelengkan kepala.

"Tidak apa. Itu bukan salahmu"

"Tapi harusnya aku—"

"Kai telah menolongku, Chanyeol"

Kali ini Chanyeol yang terdiam.

Memang benar. Setelah Seulgi sukses menghancurkan hidup Kyungsoo dengan menjatuhkan perusahaan keluarganya. Kai tiba-tiba datang membantu Kyungsoo. Entah dorongan dari mana Kai bisa berbuat seperti itu namun hal itu telah merubah kehidupan Do Kyungsoo selamanya.

"Kai yang menolongku saat itu. Dan aku tidak bisa merasa tidak lebih bersyukur dari ini. Ternyata selama ini dia menyayangiku. Bahkan sekarang kami sudah bertunangan. Aku bahagia bisa memilikinya, Chan" senyuman Kyungsoo melegakan hati Chanyeol.

Pria jangkung itu ikut mengangkat sudut bibirnya. Dia memang merasa bersalah pada pemuda mungil ini. Akibat Chanyeol, Kyungsoo jadi ikut terkena perbuatan jahat Seulgi.

"Tapi aku juga ingin meminta maaf"

"Untuk?" Chanyeol mengangkat kedua alisnya.

"Untuk meninggalkanmu waktu itu saat kau sedang berada dimasa sulit. Maafkan aku Chan" papar Kyungsoo dan Chanyeol kembali tersenyum.

"Tidak apa. Kurasa sekarang aku telah mendapatkan yang lebih baik setelah kehilangan berkali-kali. Aku juga tidak akan menyerahkan diapada takdir"

"Baekhyun?"

Chanyeol mengangguk. "Dia adalah segalanya bagiku. Aku tidak tahu apa yang akan kulakukan jika dia menjauh seinci pun dariku. Rasanya... Aku tidak bisa hidup tanpanya" ungkap Chanyeol menatap lurus membuat Kyungsoo tersenyum lembut.

"Kalau begitu jangan terus bermurung seperti itu, Chan. Kau tahu, ini sama sekali bukan dirimu. Melihatmu menahan diri dengan kondisi melemah setelah kau berhasil menyelamatkan Baekhyun. Hal itu terkesan menyebalkan. Kurasa kau hanya butuh keberanian. Temuilah dia. Aku yakin Baekhyun juga pasti sangat merindukanmu"

Chanyeol mengangguk. Dia menarik Kyungsoo kedalam pelukan hangat. Mata Kyungsoo membulat namun dia segera menutupnya sambil menepuk punggung Chanyeol. Setidaknya hubungannya dengan Kyungsoo tidak akan canggung lagi mulai dari sekarang. Dia bersyukur Kai adalah pilihan terbaik Kyungsoo.

"Berjuanglah Chanyeol-ah"

Tanpa Chanyeol dan Kyungsoo sadari. Mata sipit itu memperhatikan keduanya sedari tadi. Sebuah cincin manis melingkar dijemarinya. Baekhyun memegang dadanya yang terasa nyeri dengan bibir terkulum rapat. Dari balik jendela kamar Chanyeol dia dapat melihat kearah taman belakang—tempat biasa Chanyeol kabur dari rumah.

Chanyeol dan Kyungsoo sedang berpelukan.

.

.

.

Chanyeol membenci rumah sakit.

Sejak kematian ibunya. Rumah sakit masuk kedalam black list kehidupannya. Gedung berbau obat-obatan itu adalah tempat menyedihkan juga sumber penyesalan dirinya. Maka dari itu saat dia hampir pingsan setelah berhasil menolong Baekhyun. Chanyeol segera dilarikan kerumahnya sendiri dan dioperasi.

Kepala belakang Chanyeol mendapat empat jahitan. Memang tidak cukup dalam dan Park Chanyeol terlalu kuat untuk mengidap penyakit gegar otak. Sementara tangan Chanyeol yang terkena pisau mendapat tiga jahitan yang tidak begitu dalam. Bagi seorang Chanyeol. Itu bukan semua masalah besar.

Hell, dia baru saja selesai dioperasi dan butuh waktu pemulihan lama akibat luka-lukanya. Namun nyatanya hanya butuh dua hari agar Chanyeol sadar setelah masa operasi. Padahal jika orang melihat luka yang didapatnya. Mereka akan mengira Chanyeol membutuhkan waktu paling sedikit seminggu untuk benar-benar pulih. Belum lagi kakinya yang sempat terkilir sehabis melompat bebas.

Persetan dengan rasa sakitnya.

Hal pertama yang dia ingat ketika membuka mata adalah Byun Baekhyun.

Chanyeol bangun dihari kedua seharusnya dia tidur, beristirahat untuk menyembuhkan lukanya. Tiba-tiba saja tubuh jangkungnya berdiri lalu berjalan tertatih kearah kamarnya yang menjadi kamar Baekhyun sementara. Pria berandal itu sengaja menyuruh Leeteuk untuk menempatkan Baekhyun bersebelahan dengan Chanyeol. Dengan alasan yang sama. Tidak ada tempat bernama 'rumah sakit' untuk proses penyembuhan mereka berdua.

Chanyeol berlari membuka pintu kamarnya sedikit tergesa-gesa. Belum lagi Leeteuk sempat mencegahnya untuk bangun karena luka jahitannya masih baru. Chanyeol mengacuhkan seluruh pelayannya yang berusaha mengembalikan dirinya ketempat tidur. Pria itu membuka paksa pintu kamarnya berharap Baekhyun juga khawatir akan keadaannya.

"Baek..." Chanyeol memanggil nama Baekhyun. Dirinya merasa lega saat melihat kekasihnya terbaring dalam kondisi baik-baik saja.

Chanyeol berjalan perlahan kearah ranjang. Langkahnya berhenti ketika melihat Baekhyun beringsut mundur perlahan dari tempatnya. Baekhyun kembali menatapnya dengan tatapan yang paling Chanyeol benci. Ekspresinya begitu menyiksa hati Chanyeol.

Lagi-lagi Baekhyun menolaknya seperti malam itu.

Beberapa dokter menghalau Tuan Park untuk mendekati Baekhyun dengan alasan Baekhyun masih butuh masa penyembuhan untuk obat-obatan asing yang masuk kedalam tubuhnya.

Sebetulnya dosis obat terlarang yang Seulgi berikan tidak begitu parah. Efek sampingnya hanya membuat badan Baekhyun melemah seperti orang sakit keras. Namun Baekhyun tetap saja butuh pemulihan akan benda kimia yang masuk kedalam tubuhnya.

Chanyeol menggeram. Dia kembali memaku pengelihatannya pada kekasihnya. Tetapi Baekhyun malah memalingkan wajah. Hal itu sukses membuat Chanyeol merasa dia baru saja ditusuk oleh tombak tepat dihatinya. Chanyeol terdiam dengan berbagai asumsi. Sekarang hatinya terasa sangat sakit.

Dua hari berlalu.

Chanyeol berusaha tidak menggubris Baekhyun saat dia sedang dalam masa penyembuhan. Ibu Baekhyun juga sempat tinggal dua hari untuk menemani putranya dan Chanyeol mengizinkannya. Berbeda dengan teman-temannya juga baru diperbolehkan menjenguk Baekhyun pada hari keempat.

Akan tetapi...

Demi langit, bumi, beserta isinya. Park Chanyeol-lah orang didunia ini paling ingin menjenguk keadaan Byun Baekhyun. Chanyeol sampai sekarang belum berani menjejakkan kakinya lagi kedalam kamarnya. Saran Kyungsoo juga dia abaikan selama dua hari akibat rasa takutnya.

Chanyeol tahu penyebab Baekhyun seperti itu dan dia tidak bisa berhenti menyalahkan dirinya sendiri. Dalam hatinya dia terus menggumamkan wajah ketakutan Baekhyun setiap saat.

Pandangan Baekhyun...

Pandangan itu...

Akh! Chanyeol bisa gila karena frustasi sendirian. Dia sangat ingin menemui Baekhyun tanpa adanya penolakan lagi dari pria manisnya. Mengapa hal itu sangat sulit?

.

.

.

22.14 p.m KST

Dua jam.

Sudah dua jam lewat seorang pria jangkung dengan banyak perban dikepala maupun tangannya terlihat sedang berjongkok dipinggir sebuah lorong megah dikediaman keluarga Park. Kedua tangan Chanyeol diluruskan sambil bertumpu pada lututnya. Mata tajamnya terus menatap lantai berkarpet merah.

Park Chanyeol menunggu.

Entah sampai kapan dia harus menunggu. Dia tidak tahu. Rasa lelah itu menguar ditubuhnya. Chanyeol menghembusan nafas ketika kepalanya terangkat dan mulai bersandar pada pintu dibelakangnya.

CKLEK!

Pintu disampingnya terbuka.

Seorang namja cantik keluar dari kamar bersama seorang dokter. Namja itu memandang wajah lesu Chanyeol. Sedangkan Chanyeol tetap terdiam seolah tidak punya semangat hidup.

"Semoga Tuan Byun cepat sembuh, Tuan Park" ucap sang dokter dengan sebuah senyuman setelah selesai memeriksa Baekhyun rutin setiap harinya.

Luhan membungkuk berterima kasih lalu kembali memandang Chanyeol sambil memincingkan mata.

"Kau tahu? Kurasa dia benar-benar membencimu"

Mata Chanyeol melebar mendengar pernyataan menyebalkan sepupunya. Chanyeol merasa lelucon si rusa tidak lucu. Tapi Luhan tetap menahan tawa melihat ekspresi menyeramkan Chanyeol.

"Brengsek kau, Luhan" umpat Chanyeol, alisnya berkerut dalam.

Luhan bersedekap angkuh. Dia memperhatikan wajah sepupunya yang tampan sedikit terhalang oleh perban. Chanyeol semakin kurus. Akhir-akhir ini dia tidak bisa menjaga tubuhnya. Belum lagi aura gelap masih nyaman berkeliling disekitar Chanyeol. Memberi kesan bahwa pria itu sedang murung luar biasa.

"Kau tidak akan masuk?" tanya Luhan untuk kesekian kalinya.

Chanyeol masih diam menatap lurus kearah tralis tangga.

"Entahlah"

"Dia sudah tertidur setelah minum obat"

Chanyeol mengubah posisinya. Kepalanya menoleh pada Luhan. Pria cantik itu masih menahan tawa. Astaga... Sepupu beringasnya ini jika sedang galau memang sangat menggemaskan seperti anak anjing tersesat.

"Lebih baik kau menemuinya saat dia tertidur. Aku yakin seminggu saat kejadian itu kau pasti sangat menghawatirkannya. Cepat masuklah. Temui dia Yeol dan berhenti menahan diri! Kau sungguh bodoh!" papar Luhan dan Chanyeol akhirnya berdiri setelah menghela nafas.

"Thanks, Lu" lirihnya.

Luhan menepuk pundak sepupu tercintanya sambil tersenyum. "Anytime, Yeol"

.

.

.

Chanyeol melangkahkan kakinya masuk kedalam kamarnya sendiri. Jujur saat dia menapakkan kakinya. Dia langsung merasa asing memasuki ruangan yang telah ditempatinya seumur hidup.

Chanyeol menutup pintu sambil menyandarkan kepalanya sejenak. Matanya tertutup sambil menghembusan nafas menguatkan tekadnya untuk berjalan lebih jauh. Mendekati malaikat yang terbaring diranjang.

Suasana gelap mendominasi kamar Chanyeol. Hanya cahaya yang berasal dari luar jendela yang tertangkap bola matanya. Untungnya jendela besar itu tertutup diudara sedingin ini. Sepertinya Luhan sudah mulai paham hal-hal yang Baekhyun tidak suka. Atau karena memang Chanyeol orang yang memberitahu Luhan segalanya saat pria cantik itu hendak merawat Baekhyun?

Entahlah.

Baekhyun terlalu banyak menginvasi isi pikiran Chanyeol sekarang.

Pria itu terus melangkah dengan sangat pelan lalu duduk kursi kecil samping ranjang. Matanya tidak beralih pada sosok ciptaan Tuhan yang amat dia cintai. Baekhyun tertidur dengan nafas yang teratur membuat Chanyeol tersenyum tipis.

Chanyeol menumpu sikutnya dilutut lalu menyatukan kedua tangannya. Pandangannya turun kebawah mengulang kejadian lalu yang terus memaksanya berpikir. Mengapa kekasih mungilnya mengeluarkan aura penolakan untuk dirinya.

Apakah, dugaannya benar selama ini?

Apakah Baekhyun telah—

Chanyeol menghembuskan nafasnya setelah terlalu banyak mencari alasan dikepala. Sampai saat ini dia harus merasa bersyukur karena telah berhasil menatap wajah Baekhyun sedemikian dekat.

"Baek" ucapnya pelan.

Baekhyun tidak merespon. Sudut bibir Chanyeol terangkat. Setidaknya Baekhyun tidak akan memperlihatkan wajah itu lagi. Biarkan Chanyeol menyesapi wajah cantik Baekhyun saat ini walaupun mata indah itu terpejam. Bola mata Chanyeol menangkap beberapa noda memar mengganggu dipipi chubby Baekhyun.

"Kau benar-benar menyebalkan" ucap Chanyeol dengan nada sedingin es.

"Apa kau tahu bagaimana perasaanku saat ibumu menelponku dan mengatakan bahwa kau dibawa oleh orang-orang yang merenggut klub malammu? Awalnya kupikir semua itu hanyalah candaan mengingat sebentar lagi hari ulang tahunku tiba. Hah, aku sangatlah bodoh haha…"

Chanyeol mulai bercerita entah pada siapa. Hal konyol yang bersemayam diotaknya membuat pria tampan itu tampak stress. Tapi Chanyeol tetap melanjutkan.

"Lalu entah mengapa melihat ibumu menangis kemarahanku semakin memuncak. Aku memang tidak heran saat mengetahui bahwa Seulgi pelakunya. Yeoja itu sungguh keterlaluan telah menyekapmu digedung tua bau itu. Aku yakin kau pasti juga tidak suka.

Sebelumnya ketika masuk dan berkali-kali berlari untuk mencarimu. Aku sudah nyaris putus asa. Tapi melihat cincin ini" Chanyeol berhenti berbicara dan mengelus cincin pertunangannya dengan Baekhyun secara rahasia. Pria itu menyunggingkan senyum manis.

"Aku tidak jadi menyerah pada takdir" ucapnya.

Chanyeol terus berbicara sendiri seperti orang dungu. Pria jangkung ini ingin mengeluarkan isi hatinya meski Baekhyun sekali lagi, tidak mendengarnya.

"Apa kau tahu pendek? Kakiku nyaris patah saat terjun dari lantai tiga ketika melihatmu! Padahal kakiku terkilir parah dan akhirnya aku tetap berlari sekencang yang aku bisa sampai terlihat idiot. Bahkan aku memanggil namamu sekeras mungkin agar kau menoleh. Nyatanya kau tidak memberikan respon apapun. Mungkin Yongguk sialan itu sudah membiusmu dengan obat perusak itu. Aku tidak tahu… Pikiranku serasa buram saat melihatmu semakin jauh dariku, argghh!"

Ketua Park mengusak rambutnya. Dia menatap wajah damai Baekhyun kembali. Bola matanya turun kebawah.

"Seminggu sejak kau diculik Si Brengsek itu. Aku—sejujurnya sangat ingin bertemu denganmu. Aku tidak bohong. Aku sangat ingin bertemu denganmu, Baek! Tapi… Reaksi yang kau berikan terakhir kali sungguh—" Chanyeol mengeraskan rahangnya.

"Tsk! Kau membuatku sangat gila, Baek!" lirih si pemilik suara bariton sambil menyisir rambutnya dengan kepala tertunduk.

Chanyeol menghela nafas mencoba menghalau kembali perasaan sakit dihatinya. Dia menutup mata dengan tangan kanannya. Perasaannya bergelut. Demi Tuhan… Dia sangat ingin memeluk Baekhyun. Namun Baekhyun masih tidak bergeming dari tempatnya.

Chanyeol takut dia juga akan menyakiti Baekhyun.

"Aku tahu aku terlambat menyelamatkanmu. Aku sadar akan hal itu… Maafkan aku Baek" sebuah isakkan kecil lolos dari bibir Chanyeol.

"Aku sangat tidak berguna. Aku— membuatmu takut dengan tindakkanku. Aku terlambat. Yongguk keparat itu benar,aku menyedihkan. Aku tidak bisa menyelamatkanmu, Baek!"

Terjadi keheningan panjang. Chanyeol masih bernafas terputus-putus juga menunduk menutup matanya. Airmata itu berusaha dia tahan. Tetapi dia tidak sanggup. Hatinya semakin tersiksa mengingat Baekhyun telah disentuh pria lain.

Chanyeol merasa tidak pantas untuk Baekhyun saat ini.

"Padahal… tiga tahun yang lalu. Kau datang menolongku" ujarnya ketika suara Chanyeol kembali stabil.

"Kau ingat? Malam bersalju awal bulan Desember? Saat itu salju pertama telah turun. Dan... seorang pemuda babak belur bersimbah darah dipelipisnya duduk menunggu kematian menjemputnya.

Pria itu sudah tidak peduli pada kehidupan. Dia merasa sangat siap menantikan malaikat maut ikut menariknya menemui sang ibu disurga. Tulangnya serasa remuk dihabisi satu kelompok menjijikan itu. Yang bisa pria itu lakukan hanyalah tetap duduk. Karena memang nyatanya tubuhnya tidak kuat berjalan"

Park Chanyeol tersenyum mengingat masa lalu.

"Kemudian. Tidak lama dia menunggu malaikat maut menjemputnya. Justru sebaliknya. Malaikat pelindunglah yang datang. Malaikat cantik ber-hoodie dengan raut sedih menatap pria mengenaskan itu.

Malaikat itu panik dan sungguh bodoh bahwa pria itu sebenarnya adalah iblis yang nyaris mati. Namun tanpa takut—malaikat itu tetap menyentuh wajah iblis itu. Sentuhan yang lembut. Pria bersikap iblis itu tidak bisa melupakannya sampai sekarang.

Lalu—" Chanyeol mulai terkekeh dalam ceritanya.

"Dia memberikan pria itu band aid berwarna pink dengan motif strawberry dimana-mana. Sungguh malaikat polos yang menggemaskan. Pria itu hanya diam. Awalnya dia bingung mengapa manusia berwujud malaikat ini masih sangat baik terhadapnya? Bahkan malaikat itu berkata dia akan pulang kerumah mengambil obat untuk pria menyeramkan itu. Benar-benar bodoh.

Akhirnya… karena tidak sanggup menahan perasaan itu. Sang iblis tersentuh dengan kebaikan si malaikat mungil. Namun iblis itu merasa tidak pantas dikasihani. Maka dari itu lebih baik dia pergi, bersembunyi sejauh yang dia bisa.

Ternyata, malaikat mungil itu malah menangis dibuatnya. Dia menangisi seorang pria berkedok iblis itu. Melihatnya, sang iblis pun merasakan perasaan berbeda. Hatinya menghangat. Mengapa masih bisa ada seseorang yang ingin menangis untukku meski sikapku sudah sangat brengsek saat itu?" suara Chanyeol berhenti.

Memori saat pertama kali dia bertemu Baekhyun masih tergambar jelas dibenaknya. Dia tersenyum sejenak lalu menghela nafasnya. Kemudian Chanyeol bangkit dari kursi.

"Kau tahu? Yang aku sangat ingin lakukan adalah memelukmu, Baek. Sangat. Kupikir aku yang menolongmu waktu itu hanyalah balas budi untuk pertolonganmu sebelumnya. Namun aku lengah. Aku terlambat. Aku tidak bisa menyelamatkanmu tanpa kau telah disentuh oleh Si Bajingan itu. Maafkan aku Baekhyun—arghh…"

Ketika lelehan airmata jatuh membasahi pipinya, Chanyeol mulai berjalan cepat kearah pintu didepan ranjangnya. Dadanya terasa sangat sakit. Dia memegangnya, berharap rasa nyeri berkepanjangan ini bisa menghilang.

Chanyeol akui dia lemah. Dia tidak cukup kuat menahan hasratnya untuk melepas rindu dengan Baekhyun sampai—

"Chanyeol"

DEG!

Chanyeol berhenti berjalan. Matanya membulat mendengar suara parau yang dia kenal betul. Debaran jantungnya tidak stabil dan kepalanya menoleh kaku.

"Jangan pergi..."

Diranjang. Baekhyun terduduk lemah. Airmatanya mengalir sambil mencengkram erat selimutnya.

Chanyeol menatap Baekhyun nyaris tidak percaya. Akhirnya bola mata mereka bertemu lagi dengan tatapan berbeda. Dan Baekhyun malah menyuruhnya untuk tidak pergi. Bibir Chanyeol kelu hendak mengucapkan sepatah kata.

"Ternyata itu kau… Pria bodoh yang duduk ditaman itu adalah… Kau…" lirih Baekhyun nyaris seperti berbisik.

Perasaan Chanyeol kembali bergejolak. Giginya bergemeletuk dan buku tangannya memutih. Persetan dengan Baekhyun yang menolak sentuhannya sejak kemarin.

Chanyeol tidak peduli.

Kaki jenjangnya dipaksa berjalan cepat kearah Baekhyun. Dia merangkak menaiki ranjang mendekati pria mungil itu. Namun seperti biasa. Respon Baekhyun adalah yang terburuk saat itu.

"Andwae! Jangan dekati aku, Yeol!" Baekhyun berteriak sambil terus bergerak mundur kebelakang.

Chanyeol mengabaikannya. Dia memojokkan Baekhyun pada kepala ranjang dan memegang pangkal tangan Baekhyun yang terlihat sangat kurus. Baekhyun panik. Wajahnya menjadi semakin pucat.

"Chanyeol!"

"Lantas mengapa kau menyuruhku jangan pergi?!" Chanyeol membentak Baekhyun.

Baekhyun terkesiap. Dia bernafas terburu-buru sama seperti Chanyeol seolah mereka habis berlari bermil-mil. Baekhyun menundukkan kepalanya. Tangan Chanyeol beralih menyentuh dagu Baekhyun dan mengangkatnya. Tapi Baekhyun enggan menaikkan kepalanya.

"Jangan berkata, 'jangan pergi' padaku seperti itu pendek! Aku justru semakin menginginkanmu!" desis Chanyeol suaranya nyaris bergetar.

"Tidak, Yeol!"

"Baek..." lirih Chanyeol melembut sambil tetap berusaha membuat Baekhyun menatapnya.

"Hentikkan! Jangan menyentuhku!"

"Baekhyun"

"Aku— Aku yang tidak pantas untukmu, Yeol! Kau sudah sepantasnya menghindariku!"

"Baekhyun. Tatap aku jika kau sedang bicara" Chanyeol masih berusaha bersabar.

Baekhyun menggelengkan kepalanya. Chanyeol berinisiatif mendekatkan wajahnya pada wajah Baekhyun. Sebaliknya, ketika Baekhyun melihat pergerakan Chanyeol dia menghindar. Kepalanya menghadap kesamping. Hati Chanyeol kembali teriris melihat sikap Baekhyun.

"Tidak… Aku tidak bisa menatapmu, Yeol! Mengertilah!"

"Byun Baekhyun"

"HENTIKAN! AKU KOTOR CHANYEOL! AKU TIDAK PANTAS UNTUKMU!" jerit Baekhyun kalap lalu mengangkat wajahnya.

Chanyeol menatap Baekhyun merana. Wajah pria mungilnya berubah. Wajah cantik, manis, dan menggemaskan itu telah berubah. Baekhyun benar-benar tersakiti. Lebam itu masih terpampang dipipi chubbynya. Sudut bibir Baekhyun juga memerah gelap. Kekasih cantiknya begitu tersiksa.

Chanyeol mengeraskan rahangnya.

'Keparat kau Yongguk'

"Kita—kurasa. Lebih baik kita putus sa—" belum sempat Baekhyun menyelesaikan kalimatnya kepalanya tersentak kebelakang.

Chanyeol menabrakkan bibirnya pada bibir Baekhyun. Pemuda mungil itu terdorong kearah kepala ranjang sambil menutup matanya rapat. Pria jangkung ini mencengkram kedua tangan Baekhyun diudara. Kepalanya bergerak miring melumat bibir Baekhyun dalam-dalam tanpa membiarkan Baekhyun melawan balik.

"Nghhh mhhh…Nhhh..."

Baekhyun mendesah frustasi. Tangannya masih bergerak kasar mencoba menolak Chanyeol yang menyesap bibirnya. Sebutir airmata lolos dari mata sipit itu. Jantung Baekhyun berdebar dan pipinya memanas.

'Chan…. Hentikan. Akulah yang tidak pantas untukmu. Aku kotor' ulang Baekhyun berkali-kali dalam hatinya.

Chanyeol melepaskan ciuman itu saat dirasa Baekhyun telah kehabisan nafas. Dia tidak berniat menjauhkan wajah Baekhyun barang seincipun dari hidupnya. Bibirnya masih berada didepan bibir Baekhyun. Mereka berlomba-lomba menghembuskan uap panas itu.

Suara nafas Chanyeol membutakan mata Baekhyun. Hati Baekhyun juga terasa sakit. Dia memejamkan mata sambil terus menangis kecil. Chanyeol yang menyadari hal itu berbisik pelan dan terlalu lembut sampai hati Baekhyun melemah.

"Dimana dia menyentuhmu, Baek?"

Baekhyun tetap memejamkan mata. Memori menyeramkan itu kembali terulang. Memori saat Yongguk menyetubuhinya dengan kasar sampai berulang kali terlintas dibenaknya. Baekhyun sudah meronta dengan berbagai cara tetap tidak berhasil. Yongguk telah menguasai tubuhnya.

Baekhyun tersentak. Dia menarik tangannya kasar dari genggaman Chanyeol. Lalu mendekap kedua tangan didepan dadanya—mengerutkan tubuhnya. Bayangan Yongguk yang memasuki miliknya secara paksa sambil menamparnya membuat Baekhyun semakin membenci dirinya sendiri. Kenangan menyakitkan itu menjatuhkan harga dirinya. Kepala Baekhyun berputar dan dia mulai menjerit frustasi memukul dadanya berulang kali.

Chanyeol yang menatap tindakan kekasihnya dengan penuh amarah terpendam. Hatinya hancur melihat Baekhyun melakukan hal itu. Chanyeol mencoba melepaskan tangan Baekhyun yang menyiksa dirinya sendiri perlahan. Baekhyun masih terisak namun isakkan itu terendam ketika Chanyeol mencium bibirnya lembut.

"Baek, katakan padaku dimana dia menyentuhmu" bisik Chanyeol tanpa mau melepaskan ciuman mereka.

Baekhyun masih memejamkan matanya.

"Baekhyun. Lihat aku. Tatap mataku. Ini aku Chanyeol. Maka dari itu bukalah matamu" pinta Chanyeol lembut sambil memegang samping kepala Baekhyun.

Baekhyun berusaha membuka sedikit demi sedikit kelopak matanya yang mulai sembab. Ya, dia melihat Chanyeol. Kekasih idiotnya yang sedang tersenyum menenangkan membuat hati Baekhyun luluh.

Baekhyun meneguk ludahnya.

"Di—disemua tubuhku. Dia… Dia menyentuhku dengan kasar. Tubuhku kotor Chan" lirih Baekhyun dengan suara bergetar.

Dia takut Chanyeol membencinya. Dia takut Chanyeol meninggalkannya setelah dia ditiduri pria lain. Tapi sesungguhnya dia tidak ingin Chanyeol menjauh darinya.

Chanyeol mengecup sayang samping kepala Baekhyun. Baekhyun kembali menutup matanya. Lalu Chanyeol berbisik pelan.

"Aku akan membersihkan tubuhmu, Baek. Aku yang akan menghapuskan perasaan menjijikan darinya" ucap Chanyeol dengan sebuah senyuman lembut.

Baekhyun melebarkan matanya sedikit. Baekhyun tidak menjawab. Dia sungguh terkejut dengan perkataan Chanyeol. Mengapa kekasihnya ini tidak marah ataupun membencinya? Chanyeol bodoh!

Chanyeol membaringkan tubuh Baekhyun tanpa menindihnya. Dia menjadikan lengannya sebagai penopang berat tubuhnya dan mulai mencium bibir manis Baekhyun kembali. Kedua matanya terpejam. Tangan kanannya merengkuh pinggang Baekhyun untuk merapatkan tubuhnya.

Bibir Chanyeol mulai melumat perlahan bibir bawah Baekhyun yang masih gemetar. Chanyeol memberi lumatan kecil. Perlahan dan begitu lembut. Menyesapi perasaan menyentuh bibir si mungil. Berharap Baekhyun juga dapat merasakannya.

Tangan Baekhyun yang berada disamping kepalanya diarahkan oleh Chanyeol pada leher pria berandal itu. Baekhyun masih mengendurkan pelukannya tapi Chanyeol menuntut. Sambil terus memagut bibir Baekhyun, Chanyeol berhasil mengalungkan tangan Baekhyun pada lehernya.

"Mhhhh…. Nhhh…" Baekhyun mendesah.

Otaknya mulai diperintahkan untuk merespon ciuman kekasihnya. Dia membalas ciuman Chanyeol dengan kaku. Seolah dia baru pertama kali merasakan kehangatan dari bibir yang dipagutnya. Chanyeol yang mengetahui hal itu tersenyum dan kembali memiringkan kepalanya mencium Baekhyun lebih dalam.

Bibir Chanyeol terbuka dan dia mencoba melesakkan lidahnya kedalam perpotongan mulut Baekhyun. Pria mungil itu sudah terlena, mabuk akan ciuman manis kekasihnya. Dia membiarkan lidah Chanyeol masuk. Meneliti sesuatu didalamnya, memagut benda tidak bertulang tersebut, menikmatinya sampai saling melilit lidah masing-masing. Tetesan liur itu menandakan bahwa keduanya sudah terbuai begitu jauh dalam pagutan panas tersebut.

Chanyeol berpikir Baekhyun sudah mengenali dirinya. Maka dia menurunkan ciumannya kerahang Baekhyun. Semakin turun dan berhenti pada pundak Baekhyun. Pria tampan itu mengecupnya sambil memainkan lidahnya disana. Baekhyun menggeliat.

Tangan besar Chanyeol mulai membuka kancing baju Baekhyun satu persatu. Telapaknya mengelus dada Baekhyun yang bernafas naik turun. Membiarkan jemari Chanyeol mencari letak gundukkan kecil yang dapat meningkatkan hasrat pemuda mungilnya.

"Ahhh…" Baekhyun mendesah.

Kekasihnya memilin nipple Baekhyun membuatnya menengang sementara bibir Chanyeol tidak lepas dari leher Baekhyun. Memberikan kissmark yang menutupi seluruh tanda menjijikan yang dihasilkan Yonggok.

"Berani sekali bajingan itu meninggalkan jejak ditubuh indahmu ini, Baek. Aku akan menghilangkannya" bisik Chanyeol dengan nada rendah.

Baekhyun mengangguk pasrah. Tangannya mengelus kepala Chanyeol yang menyesap lehernya bagai vampir haus darah. Sebuah kenangan terlintas dibenaknya.

Diperpustakaan. Chanyeol pertama kali menyentuh lehernya dengan kasar namun tersirat kelembutan didalamnya. Sudut bibir Baekhyun melengkung naik sedikit.

Chanyeol melepaskan ciumannya. Memperhatikan sebentar karya indah yang telah dia ukir ditubuh Baekhyun. Mulutnya beralih pada dada Baekhyun yang terbuka. Dia merunduk mencium nipple Baekhyun. Meraba perut kecil Baekhyun sambil memberikan kecupan ringan sampai kecupan itu semakin turun kebawah.

Kelopak mata Baekhyun berkedip berkali-kali merasakan sensasi menggelitik diperutnya ketika Chanyeol membuka celananya. Pipinya memanas ketika seluruh pakaian yang melekat didirinya menghilang.

Tangan Baekhyun menjambak rambut Chanyeol pelan. Nafasnya tertahan saat Chanyeol telah memegang penisnya. Bibir Tuan Park kembali bekerja menciumi penis mungil Baekhyun. Menyadarkan Baekhyun bahwa dia benar-benar akan menggantikan seluruh sentuhan kotor Yonggok ditubuhnya.

"Chan—Ahhh" kepala Baekhyun terdorong refleks kebelakang.

Pria jangkung dibawahnya mulai mengulum penisnya. Chanyeol meremas batang Baekhyun lembut sambil terus menaik turunkan bibirnya perlahan. Menggoda Baekhyun untuk meminta lebih. Mulut Baekhyun terbuka mendesahkan nama kekasihnya. Kepalanya pusing akan gairah dan tubuhnya mengejang. Dia merasa meledak karena gerakan Chanyeol kian dipercepat mengulum penisnya.

Sensasi aneh Baekhyun rasakan diperutnya. Baekhyun mengigit bibirnya kuat menyadari dirinya akan semakin dekat.

"Chanyeol!" Baekhyun mendapati klimaksnya.

Dia mengeluarkan cairannya dan Chanyeol tidak sungkan meneguk lelehan sperma milik simungil. Dia justru tersenyum puas telah mendengar Baekhyun meneriakkan namanya. Sepertinya Baekhyun telah sadar bahwa yang sedang bercinta dengannya adalah Park Chanyeol bukan orang lain.

Pria itu mengulum jemarinya sendiri dihadapan Baekhyun. Tatapan tajam Chanyeol membuat Baekhyun merona padam. Mata Baekhyun menelusuri wajah Chanyeol yang penuh perban. Kekasihnya ini terlihat seperti serigala seksi yang hendak menyantapnya.

Chanyeol berhenti mengulum dan memasukkan jarinya pada lubang yang sedari tadi menggoda penisnya untuk menegak. Kaki Baekhyun mendadak kaku. Baekhyun meremas sprai disampingnya. Jari-jari Chanyeol mulai bergerak menusuk dinding rektumnya.

Jemari panjang itu serasa menghantarkan listrik ketika menumbuk semakin dalam dan menyentuh prostat Baekhyun. Chanyeol menambahkan dua jarinya lagi. Melakukan gerakan kasar seolah mengoyak lubang sempit itu agar melebar.

"Chanyeol-ahhh…" Baekhyun merancau.

Chanyeol menarik jemarinya melihat Baekhyun sudah siap. Baekhyun juga terlihat tidak menolak sentuhannya lagi. Kali ini Chanyeol bisa melepas rindunya.

Chanyeol menegakkan tubuhnya sambil berlutut dihadapan Baekhyun. Melepas seluruh pakaiannya. Melempar celananya asal dan kembali menjatuhkan tubuhnya diatas Baekhyun membuat ranjang bergoyang.

Mata Baekhyun terbuka lebar. Jantungnya berdegup kencang. Dia kembali teringat akan Yongguk yang menindihnya.

"JANGAN!" Baekhyun berteriak.

Dia mendorong tubuh Chanyeol namun Chanyeol tidak bergeming. Pria itu justru kaget sebelum akhirnya Chanyeol paham. Trauma Baekhyun kembali lagi. Namja mungil itu menutup matanya erat dan tubuhnya gemetaran.

"Andwae Yongguk… Lepaskan aku" Baekhyun merintih tidak jelas.

"Baek. Tenanglah. Ini aku, Chanyeol! Bukan Yongguk! Tatap aku lagi, Baek! Bukalah matamu, Baby" Chanyeol menangkupkan pipi Baekhyun sambil mengguncangnya.

Dia mengelus surai coklat Baekhyun dan Baekhyun membuka mata perlahan. Menatap bola mata bulat Chanyeol. Pria mungil itu memperhatikan seluruh wajah Chanyeol. Chanyeol tersenyum menyadarkan lamunan Baekhyun.

Benar.

Ini Chanyeol. Yang menyentuhnya sekarang adalah Chanyeol. Bukan si keparat itu.

"Aku disini Baekhyun. Aku menjagamu…" ucap Chanyeol menenangkan.

Baekhyun tersentuh. Dia menganggukkan kepalanya perlahan. Chanyeol ikut mengangguk saat dia merasakan Baekhyun sudah menyadari bahwa itu dirinya.

"Maafkan aku Chanyeol"

"Tidak apa. Jangan menutup matamu lagi. Pandang aku saat kita melakukannya Baek. Kau tidak perlu mengingat bayangan menakutkan itu lagi"

Baekhyun menganggukkan kepala kembali. Dia mengusap pipi Chanyeol. Pria jangkung itu mengambil tangan Baekhyun dipipinya dan mencium telapak si mungil dengan mata terpejam.

"Aku mencintaimu, Byun Baekhyun" ucap Chanyeol lalu merendahkan tubuhnya dan menaikkan satu kaki Baekhyun kepundaknya.

Baekhyun tersenyum. Kali ini senyumannya bagai sebuah magnet bagi Chanyeol. Membuat sudut bibir namja itu ikut tertarik keatas. Chanyeol memposisikan miliknya yang sudah tegak didepan lubang Baekhyun.

Baekhyun menarik nafas pelan lalu mengalungkan lengannya dipundak Chanyeol. Mata mereka tidak beralih kemana pun. Hanya terpaku menatap satu sama lain.

"Aku juga mencintaimu, Park Chanyeol" bisik Baekhyun.

Chanyeol mencoba memasukkan kepala penisnya perlahan. Baekhyun menutup matanya sembari meringis merasakan milik Chanyeol mulai terdorong kedalam tubuhnya. Lengannya memeluk punggung tegap Chanyeol erat. Chanyeol memejamkan mata merasakan kenikmatan yang kekasihnya berikan.

Pria tampan itu menarik nafas dan ketika melihat Baekhyun menangguk, Chanyeol segera mengentakkan miliknya sampai telak mengenai prostat Baekhyun. Baekhyun memekik merasakan batang berurat Chanyeol memenuhi dirinya.

Sementara Chanyeol menggeram sambil terus menatap kekasihnya. Lubang itu sangat sempit, hangat menjepit kejantanannya. Memaksa Chanyeol ingin bergerak dengan cepat sebelum dia bisa klimaks dengan sendirinya tanpa berbuat apapun.

Pinggul Chanyeol mulai bergerak perlahan berusaha tidak menyakiti Baekhyun meskipun dia lebih menyukai ketika dirinya bergerak kasar. Namun sekali lagi. Dia ingin menghapuskan segala trauma kekasih mungilnya. Dia menarik penisnya dan menghentakkannya lagi. Menusuk Baekhyun berulang kali ditempat yang sama. Gerakan itu dilakukan berulang-ulang membuat tubuh Baekhyun tersentak terus menerus keranjang.

"Ahhh… Ngghhh, Yeol"

"Mhhhh… Baekk… Hahh" Chanyeol memejamkan mata.

Lubang Baekhyun menyempit semakin dia mendorong miliknya lebih dalam. Chanyeol mulai bergerak cepat dan sedikit kasar. Bibir mereka kembali bersatu dengan nafas memburu. Lidah mereka juga tidak luput merasakan sensasi seks yang mereka alami.

Suasana dikamar Chanyeol semakin memanas. Baekhyun mendesah memancing kekasihnya bergerak menuntut lebih. Gairah menyelimuti aktivitas mereka berdua. Dan Baekhyun sudah mulai terbiasa dengan sentuhan kekasihnya.

Sentuhan Chanyeol yang lembut tapi kasar membuatnya semakin menyukai segala hal yang Chanyeol berikan padanya.

"Chanyeol-ahh… Ngghhh… Lagi, kumohon" pinta Baekhyun memelas.

Chanyeol menyunggingkan senyuman lalu menyentak penisnya kembali.

"Akkhhh! Chan—"

"Kau sangat sempit Baek— Arghh sialan sekali bajingan itu ikut. Ah—merasakannya" Chanyeol mengerang sambil menatap tajam Baekhyun.

"Tapi, uhhh… Aku tidak menyukainya. Aku... Nhhh... hanya menikmatinya—saat melakukannya bersamamu" ucap Baekhyun terengah-engah.

Chanyeol tersenyum seksi. Dia mendekatkan bibirnya pada leher Baekhyun dan menyesapnya kuat sementara pinggulnya tidak berhenti bergerak menembus lubang Baekhyun.

"Kau milikku. Hanya milikku Baek!"

"Ngghhh… Mhhh. Iya"

"Desahanmu. Shhh… Hanyalah untukku seorang yang boleh mendengarnya Baek!"

Baekhyun mengangguk. Dia menarik kepala Chanyeol mengajaknya kembali berciuman. Nafasnya terputus-putus dalam melumat bibir tebal kekasihnya. Gerakan Chanyeol semakin tidak beraturan begitu pun Baekhyun yang ikut bergerak berlawanan. Baekhyun menekan pinggul Chanyeol dengan kakinya. Memperdalam tubuh mereka untuk melekat satu sama lain.

"Chanyeol… Aku, semakin dekat"

Chanyeol membuka matanya.

Dia membalikkan posisi tubuh Baekhyun menjadi menungging tanpa melepaskan kontak mereka. Baekhyun yang sudah kalut akan gairah meluap-luap hanya mampu mengikuti pergerakan Chanyeol. Pria itu menghentakkan penisnya lebih dalam membuat Baekhyun mengangkat kepalanya.

Chanyeol merendahkan dadanya. Merapatkan tubuhnya pada punggung Baekhyun. Menautkan jemari keduanya lalu kembali memaju mundurkan miliknya dengan cepat.

"Uhhh… Nhhh… Chanyeol.. Ahhh..."

Wajah Baekhyun memanas.

Dia merasakan milik Chanyeol didalam sana. Mengoyak-oyak lubangnya hingga Baekhyun ikut bergerak berlawanan. Urat penis Chanyeol sungguh menggoda ereksi Baekhyun. Tangan mungil Baekhyun turun kebawah meremas miliknya pelan.

Chanyeol yang menyadari hal itu menyingkirkan tangan Baekhyun dan menggantikannya. Tidak lupa Chanyeol menyesap pundak Baekhyun. Menambah kenikmatan namja yang sedang mendesah dibawahnya.

Sudah berapa kali Chanyeol menghentikan Baekhyun pada klimaksnya. Pria mungil itu mendesah frustasi. Dia memukul dada bidang Chanyeol yang sekarang sudah membalik kembali tubuhnya untuk terlentang pasrah sambil membuka pahanya lebar-lebar membiarkan Chanyeol menguasai tubuhnya.

Baekhyun lelah. Dia berhenti bergerak namun Chanyeol tidak. Pria ganas itu masih belum letih menggenjot pemuda mungil itu.

Baekhyun melenguh memejamkan mata erat. Penis Chanyeol kian membesar membuat Baekhyun menyempitkan lubangnya. Baekhyun tahu Chanyeol juga mulai dekat pada klimaksnya. Baekhyun menjeritkan nama Chanyeol saat dia akhirnya telah sampai dan menumpahkan spremanya kedada Chanyeol.

Tidak berapa lama Chanyeol ikut mengeluarkan lahar panasnya dilubang Baekhyun. Namun pria itu tidak berhenti menggerakkan pinggulnya sampai seluruh cairan itu keluar dari batangnya. Lelehan sprema Chanyeol meluber tidak terbendung membasahi spreinya.

Nafas mereka saling memburu. Chanyeol mencium bibir Baekhyun lembut. Melumatnya sesekali kemudian menatap wajah cantik kekasih manisnya. Baekhyun tersenyum lemah. Dia mengelus pipi, hidung, dan dahi Chanyeol yang dibanjiri keringat.

"Aku mencintaimu Chanyeol" ucap Baekhyun.

Chanyeol melepaskan kontak mereka. Baekhyun sedikit meringis namun disisi lain dia merasakan kehilangan akan kehangatan Chanyeol. Chanyeol menarik selimut dan memeluk tubuh Baekhyun erat. Pria berandal itu mengecup kening Baekhyun lama. Kemudian turun kemata, hidung, lalu pipi chubby kekasihnya.

"Aku juga sangat mencintaimu Baekhyun" balasnya lalu memejamkan matanya.

Baekhyun tersenyum. Dia tidak segera tertidur. Meskipun tubuhnya sungguh lemas. Baekhyun masih memandang Chanyeol yang memejamkan mata sambil mengelus lembut pipi Chanyeol.

"Terima Kasih karena kau selalu berusaha menolongku, Yeol. Terima kasih karena kau tidak pernah berhenti melindungiku dan menyayangiku. Aku—selalu tertolong olehmu. Hatiku selalu kau penuhi dengan cintamu meskipun kau sungguh bodoh dalam menyampaikan segalanya. Aku sangat mencintaimu, Park Babo" senyum Baekhyun lalu mengecup kening Chanyeol. Sebelum akhirnya dia ikut tertidur bersama kekasihnya.

.

.

.

.

Baekhyun duduk disebuah sofa panjang, teras kamar Chanyeol. Selimut besar menutupi pahanya dengan pandangan lurus kedepan. Memperhatikan taman indah milik keluarga Park.

Tidak berapa lama sebuah tangan melingkar dilehernya. Baekhyun memalingkan wajah dan mendapat sebuah kecupan manis tepat dibibirnya. Baekhyun tersenyum sambil mengelus lembut pipi kekasihnya.

"Chanyeol" panggilnya disela ciuman mereka.

Chanyeol balas tersenyum tanpa menjawab. Bibirnya masih sibuk memberi lumatan kecil pada si mungil. Chanyeol melepaskan ciuman mereka dengan bunyi decakan yang kentara. Baekhyun terkekeh namun itu tidak lama karena Chanyeol segera menyodorkan beberapa pil dan segelas air putih ditangannya.

"Aku sudah sembuh" Baekhyun merenggut melihat Chanyeol menggelengkan kepalanya.

"Tidak. Kau belum. Minum, Baby" jelas Chanyeol singkat sambil menyodorkan tiga obat tersebut.

Baekhyun menghela nafas dan menerimanya. Dia sudah merasa lebih baik bahkan setelah seks mereka berakhir malam itu. Well, sebenarnya itu baru kemarin lusa. Tapi entah mengapa bercinta dengan Chanyeol mengembalikan semua energinya.

Oh, ayolah Byun Baekhyun. Kau terdengar seperti seorang maniak sekarang.

"Tadi Chen menelponku" ucap Chanyeol sambil memperhatikan Baekhyun meminum cepat obat-obatnya.

"Dia baru saja menemui Seulgi" lanjut pria jangkung itu lalu memindahkan gelas yang Baekhyun berikan pada meja kecil disebelah sofa.

"Bagaimana keadaan Seulgi?"

Chanyeol terdiam. Baekhyun mengerutkan alisnya saat tidak mendapat jawaban dari Chanyeol.

"Dia sudah membaik. Sepertinya kejiwaannya sedikit terganggu. Chen bilang dia terus menggumamkan kata 'maaf' dan namaku tentunya. Entah apa yang menganggu anak itu. Sudahlah jangan dipikirkan" acuh Chanyeol sambil memeluk tubuh mungil Baekhyun.

Baekhyun menahan tubuh Chanyeol yang hendak merengkuhnya.

"Mengapa kau bilang jangan dipikirkan? Seulgi sedang sakit, Yeol"

"Ya. Dia memang 'sakit'"

"Chanyeol!"

"Ahh, sudahlah jangan membahasnya Baek. Apa kau tidak kesal mendengar namanya? Dia sudah mencelakaimu!" papar Chanyeol sedikit marah.

Baekhyun menutup mulutnya. Kepalanya menggeleng menandakan pernyataan Chanyeol barusan salah.

"Aku tidak peduli dia sudah berbuat jahat padaku. Tapi aku tidak ingin berlaku buruk padanya Yeol. Kau tau, dia hanya kesepian dan terlalu terobsesi pada ambisinya. Aku rasa Seulgi tidak salah" ungkap Baekhyun membuat Chanyeol tercengang.

Mengapa kekasihnya masih saja mengasihi seseorang yang telah merusak hidupnya? Apa benar Baekhyun seorang manusia?

Chanyeol berdecak gusar lalu menyandarkan kepalanya pada pinggir sofa. Tangan lentik Baekhyun mengelus dada Chanyeol lembut. Matanya terus menatap wajah tampan kekasihnya.

"Kita tidak boleh membencinya. Seulgi hanya tersesat oleh cintanya kepadamu. Pasti ada alasan dibalik tindakannya"

Chanyeol mengangguk. Dia memandangi wajah Baekhyun lekat-lekat. Tangan kirinya terangkat mengelus pipi chubby itu. Baekhyun mengulaskan senyuman manis pada Chanyeol.

"Sial. Kau benar-benar seorang malaikat kesasar Baek"

Baekhyun terkekeh kecil mendengar ucapan kekasihnya.

"Baiklah. Aku tidak akan membencinya jika itu yang kau inginkan, Baby" senyum Chanyeol dan Baekhyun yang kali ini mengangguk sebagai jawaban.

"Kalau begitu mari kita jenguk Seulgi sekarang juga!"

"Mwo?!"

.

.

.

Chanyeol dan Baekhyun sudah sampai disebuah rumah sakit besar dan terbilang paling mahal di Seoul. Chanyeol terus menggenggam tangan Baekhyun erat. Hal itu sukses membuat si kecil merengek akibat sikap possessif Tuan Park.

"Berhentilah memegang tanganku terlalu erat Yeol! Ini sangat sakit"

"Tidak! Aku takut Seulgi akan mengancammu lagi atau hal buruk lainnya. Kita harus waspada!" Baekhyun mengeryit mendengar ucapan konyol Chanyeol.

"Aishh… Yeol lepaskan!"

"Yak! Byun Baekhyun! Kau tidak suka kita bergandengan tangan hah?" sungut Chanyeol menghentikan langkah mereka berdua.

Baekhyun mendesah malas. Kekasihnya ini mengapa harus bersikap menyebalkan disaat seperti ini? Sebenarnya dia sangat malu karena ucapan Chanyeol sedikit keras. Membuat dirinya dan si jangkung sekarang sukses menjadi pusat perhatian.

"Jangan berteriak Park Babo ini rumah sakit" bisik Baekhyun kesal.

Chanyeol nyengir. Dia mendengar Baekhyun memanggilnya dengan panggilan favoritnya. Jika si pendek ini sudah bisa mengatainya berarti dia memang sudah sembuh total.

"Baiklah, Sayang"

Baekhyun mengangguk dengan semburat rona dipipinya. Chanyeol kembali menggenggam tangan Baekhyun namun kali ini lebih lembut. Jadi Baekhyun tetap membiarkannya. Toh jika dia melarang, Chanyeol akan lebih keras kepala darinya.

Baekhyun dan Chanyeol hampir sampai dikamar rawat Seulgi. Sebelum akhirnya seorang suster keluar dari ruangan tersebut dengan sangat tergesa-gesa. Baekhyun yang heran segera berjalan lebih cepat melepaskan tangan Chanyeol.

"Permisi. Saya teman dari Kang Seulgi. Apa dia ada didalam?" tanya Baekhyun.

Suster itu terlihat cemas dan mengarahkan matanya kesegala arah. Dia menjelaskan keadaan pasien yang hendak dia periksa lima menit yang lalu pada Baekhyun. Mata Baekhyun melebar mendengarnya. Sementara Chanyeol masih berjalan santai mendekati Baekhyun dan sang suster.

"Ada apa?" tanya Chanyeol datar.

"Anu… Nona Kang" gugup sang suster.

Chanyeol mengerutkan alisnya. "Ada apa dengan dia?"

"Nona Kang menghilang Tuan… Padahal saya baru saja meninggalkannya sepuluh menit yang lalu. Ini sudah keempat kalinya dia menghilang seperti ini dari kamarnya" jelas suster bernama Yoona.

"Kemana dia pergi?" Chanyeol mulai panik begitupun Baekhyun yang terus berdiam diri sesekali berpikir.

"Chanyeol! Baekhyun!" sebuah sahutan mengejutkan mereka bertiga.

"Chen!"

"Seulgi menghilang lagi?" sambar Chen dengan nafas terengah-engah berlari bersama seorang pria bule disebelahnya.

"Where did she go?" pria bule itu mencengkram pundak Yoona yang hanya menggeleng tidak tahu.

"Saya tidak tahu Tuan. Baru saja saya meninggalkan beliau saat hendak mengambil infus baru. Namun dia sudah tidak ada diranjangnya" panik Yoona.

Chen mengusak rambutnya kasar sementara Chanyeol dan Baekhyun masih diam.

"Siapa dia?" tanya Chanyeol yang penasaran.

Chen melirik lelaki tampan disebelahnya. Dia menghela nafas pelan sambil mengangkat tangan sebelum menjawab.

"Perkenalkan. Dia Jackson. Tunangan Seulgi di Amerika" papar Chen dan Jackson mengulurkan tangannya.

"Nice to meet you. You must be Chanyeol" sapa Jackson dengan ramah namun wajahnya masih setengah panik akibat hilangnya Seulgi.

Chanyeol hanya mengangguk dengan ekspresi datar.

"I'm really sorry about what she did to your boyfriend. Truly I am"

"It's Okay. Just forget about it Jack. He don't mind it either" balas Chanyeol acuh lalu melemparkan pandangan pada Baekhyun yang masih diam.

Jackson tersenyum sambil ikut memandang Baekhyun. Pria mungil itu terlihat gusar sama seperti Yoona sekarang. Tiba-tiba tangan Baekhyun menarik jaket Chanyeol membuat namja jangkung itu terheran menatapnya.

"Kita harus keatap sekarang, Yeol!"

.

.

Hembusan angin yang kuat menerpa wajah pemilik wajah cantik yang sedang berdiri di ujung gedung dengan tatapan kosong. Punggung tangannya terus mengeluarkan darah akibat infus yang dicabutnya dengan sembarang. Seulgi kembali menitikkan airmatanya.

BRAK!

"Seulgi!" teriak Chanyeol panik.

Tidak berapa lama Chen, Jackson, Baekhyun dan Yoona— suster Seulgi, berlari menghampiri dari belakang.

"Cepat turun kemari dasar kau yeoja bodoh! Apa yang mau kau lakukan hah?!" geram Chanyeol memandang tajam gadis cantik yang menolehkan setengah badannya.

"Chanyeol-ah" sebuah senyuman terulas dibibir Seulgi. Namun seketika mata kucing itu menangkap sosok cemas Baekhyun, senyuman itu memudar. Seulgi menundukkan kepalanya. Dia menyatukan kedua tangan dan merapatkannya didada.

"Baekhyun…" lirihnya kecil.

"Seulgi. Kumohon jangan lakukan apa yang kau pikirkan saat ini. Ayo turunlah" pinta Baekhyun lembut sambil berjalan mendekati Seulgi.

"Jangan mendekat!" yeoja itu mulai berteriak.

Suasana berubah mencekam. Tidak ada yang berani mengambil pergerakan terlebih dahulu. Apalagi bertindak gegabah saat ini.

"Jangan mendekat kau Byun Baekhyun! Aku tidak pantas kau kasihani!" jeritnya kalap.

Baekhyun terdiam dengan tangan terulur. Ini memang bukan pertama kalinya dia dibentak gadis itu. Tapi Baekhyun dapat merasakan perasaan Seulgi sekarang.

"Seulgi. Come here please. Lets go home, Baby" kali ini suara Jackson yang membujuk Seulgi.

Yeoja itu menggelengkan kepala.

"I can't. I don't want to…"

"Then what did you want to do? Let me do it for you. But you have to get down from there first, Dear" suara lembut Jackson melemahkan hati Seulgi.

"Benar Seulgi. Turuti permintaan tunanganmu!" titah Chen pada akhirnya.

Seulgi semakin mengeratkan pegangan tangannya. Dia menggeleng lagi sambil tersenyum lemah. Jantung Baekhyun berdegup kencang. Dia takut Seulgi benar-benar akan melompat tanpa berpikir lagi.

"Aku tidak pantas hidup. Yang kulakukan hanyalah merusak hidup orang lain untuk mencari kebahagiaanku sendiri" Seulgi mulai berbicara dan suasana semakin terasa hening.

"Sejak kedua orang tuaku meninggal karena kecelakaan saat umurku sepuluh tahun. Aku kehilangan segalanya. Namun aku tidak pernah kekurangan untuk hal materi. Kehidupanku selalu terpenuhi meski tanpa orang tua. Tapi segala perebutan harta oleh anggota keluarga lain membuatku jijik akan hidup yang kujalani. Semua terasa sangat hampa tanpa ada yang mengerti diriku.

Lalu, ketika bertemu Chanyeol di JHS aku merasa aku telah menemukan sosok diriku yang lain didalam dirinya. Dan mulai saat itu aku jatuh cinta padanya. Entah mengapa aku tidak bisa melupakannya. Aku menginginkan dia menjadi milikku setelah semua yang ku punya telah hilang dan pergi meninggalkanku…

Chanyeol tidak menolakku dan membiarkanku berada disisinya. Aku semakin mencintainya. Meski Jackson adalah orang yang sejak dulu ditakdirkan bertunangan denganku. Maka dari itu dia memang harus selalu ada disampingku dan juga sangat mencintaiku. Tapi… aku masih menginginkan Chanyeol menjadi milikku.

Nyatanya Chanyeol tidak berubah. Dia sekarang lebih mencintai yang lain. Mencintai seseorang yang memang sebenarnya lebih baik dariku yang sangat buruk ini. Menyedihkan bukan?" Seulgi mulai terkekeh kecil disela tangisnya.

Kepala gadis itu terangkat dan memandang Baekhyun.

"Maafkan aku Baekhyun" ucapnya tulus dengan senyuman.

Kemudian matanya beralih pada Chanyeol yang masih cemas-cemas dengan pergerakan Seulgi selanjutnya. Yeoja itu kembali mengulaskan senyuman manis sampai matanya membentuk bulan sabit.

"Maafkan aku, Chanyeol" lirih Seulgi sebelum akhirnya satu kakinya meloloskan diri dari tanah yang dipijaknya.

Seulgi menutup mata ketika tubuhnya terhuyung kebelakang. Dia sudah sangat siap dengan pilihan hidupnya. Seulgi hendak merasakan gravitasi membawa tubuhnya terjun ketanah namun…

GREB!

Mata Seulgi terbuka.

Dia sangat terkejut akan dua hal. Pertama, karena dia tidak jadi bertemu ajalnya. Kedua, seseorang yang tengah menyelamatkannya saat ini.

"Byun Baekhun" ucap Seulgi nyaris tercekat ditenggorokannya.

Tangan Baekhyun terulur kebawah sambil terus memegang erat tangan Seulgi. Baekhyun menghembuskan satu nafas tawa. Dia sendiri bingung mengapa tubuhnya bisa berlari sangat cepat daripada yang lain sebelum Seulgi jatuh.

"Mengapa kau menolongku?" bisik Seulgi yang berurai airmata.

"Karena jika kau mati sainganku akan berkurang" kekeh Baekhyun dengan wajah kesusahan.

Seulgi terdiam. Ucapan Baekhyun memang asal dan terkesan mengejek. Tapi seketika hatinya menghangat. Seulgi sadar bahwa dia sudah sangat jahat pada Baekhyun yang telah berniat menolongnya dan menyadarkannya akan hidup.

"Bodoh" bisik Seulgi diselingi senyuman mengejek.

Baekhyun ikut tersenyum lalu menarik tubuh Seulgi dibantu oleh Chanyeol dan Jackson. Seulgi terduduk lemas ketika menyentuh permukaan tanah lagi. Dia memandang Baekhyun yang segera direngkuh oleh Chanyeol. Sementara disisi lain Jackson juga sedang memeluknya erat.

"Baekhyun-ah" panggil Seulgi.

Baekhyun menoleh.

"Aku mengalah. Aku tidak sanggup mencintai Chanyeol yang keras kepala seperti itu" lirih Seulgi dengan tatapan tajam bagai kucing hitam. Sikap angkuhnya kembali lagi seperti semula.

Baekhyun menganggukkan kepalanya sambil tertawa.

"Terima kasih Seulgi"

"Tidak. Terima kasih telah menolongku, Byun Baekhyun" ucap Seulgi acuh lalu gadis itu balas memeluk Jackson yang sudah menggendong tubuhnya hendak kembali keruang perawatan.

.

.

.

Baekhyun mulai kembali bersekolah. Biasanya suasana ada atau tanpa adanya Baekhyun tidak akan merubah apapun. Namun sekarang berbeda. Semua murid SM SHS sudah mengetahui dengan jelas dan menerima kenyataan. Bahwa Ketua mereka—Park Chanyeol mengencani seorang namja underdog berwajah manis.

Kyungsoo segera berhambur memeluk sahabatnya ketika Baekhyun keluar dari mobil yang Chanyeol kendarai. Baekhyun balas memeluk Kyungsoo melepas rindu. Tidak lama kemudian dia melihat Sehun yang berdiri diantara Chen dan Kai.

"Sehun!" sahut Baekhyun ceria.

Dia segera memeluk Sehun hangat. Sehun sempat terkejut. Namun tangan yang membeku diudara mulai menepuk pundak Baekhyun perlahan, lalu balas memeluknya.

"Selamat datang kembali kesekolah, Baek" senyum Sehun dan Baekhyun mengangguk ikut tersenyum dipelukan Sehun.

Chanyeol memegang kerah belakang baju Sehun kasar. Sementara tangan lainnya memegang tengkuk Baekhyun. Tangan besar itu mendorong berlawanan kedua namja yang sedang asyik dengan dunianya sendiri.

"Menyingkir" desisnya dingin.

Baekhyun tertawa. Dia lupa bahwa Chanyeol masih sedikit sensitif soal hubungannya dengan Sehun. Baekhyun dan Sehun memang terlalu akrab. Membuat Chanyeol maupun Luhan— yang masih bisa bersikap sabar pun, bisa menjadi iri akan kedekatan mereka berdua.

"Mianhae, Chanyeol-ssi" ucap Sehun lalu memandang Luhan yang menekuk wajahnya.

"Jangan dekat-dekat lagi atau kau kuhajar seperti dulu Oh Sehun" ucap Chanyeol mengabaikan Sehun sambil merangkul Baekhyun masuk kedalam gedung.

Sehun hanya menghela nafas maklum. Matanya beralih pada Luhan yang menatapnya. Luhan mengalihkan pandangannya ketika merasakan jantungnya berdetak merespon tatapan Sehun.

Pria albino itu tersenyum lalu meraih tangan Luhan tanpa para penguasa sekolah lain juga Kyungsoo ketahui. Tidak berapa lama Chen merangkul leher Sehun. Membuat namja itu terhuyung mengikuti pergerakan Chen dengan Luhan yang mengekorinya. Masuk kedalam gedung setelah mendengar bel masuk berbunyi nyaring.

Siang hari disaat para siswa siswi SM SHS menghabiskan waktu makan siangnya di kantin. Kedua namja ini malah berpikir sebaliknya. Mereka saling menyudutkan tubuh mereka disalah satu rak perpustakaan yang cukup sepi sambil memagut bibir satu sama lain.

"Mhhh… Nghhh…" desahan manis mengalun dari bibir merah milik Luhan.

Sehun memiringkan kepalanya tanpa berhenti melumat lembut bibir milik si rusa. Kedua mata Sehun maupun Luhan terpejam meresapi sensasi menggelitik maupun hawa panas yang menjalar disekitar aliran darah mereka.

Sehun merapatkan tubuh Luhan yang membentur rak sementara tangannya meremas pinggang ramping Luhan sambil mengubah posisi tangan kanannya disamping kepala Luhan menuju leher mulus Luhan. Kaki Luhan mencoba menggoda paha luar Sehun dengan cara mengaitkannya.

Tidak berapa Luhan maupun Sehun melepaskan ciuman mereka secara bersamaan. Bunyi decakan terdengar diantara perpotongan bibir mereka. Luhan dan Sehun enggan mengalihkan tatapan satu sama lain.

"Luhan" bisik Sehun.

Luhan tersenyum. Bibir merekah itu hendak mengeluarkan sepatah kata sebelum akhirnya dering ponselnya mengalihkan seluruh momen manis tersebut. Luhan segera mengangkat tanpa melihat siapa si penelpon. Dia takut suara ringtone-nya membuat gaduh tempat persembunyian mereka.

"Yeoboseo?"

"Lu. Ini aku. Kebetulan aku ada disekitar Caffe dekat sekolahmu dan berniat mampir. Apa kau tidak keberatan menemuiku disini?"

DEG!

Pertanyaan Minseok membuat Luhan terdiam kaku. Sehun yang menyadari perubahan raut wajah Luhan mulai melepaskan rengkuhannya. Luhan memandang Sehun dengan ekspresi tidak rela.

"Aku sedang ada urusan Minseok-ssi…"

"Ohh… Begitu" nada kecewa sedikit terdengar dari suara Minseok.

Sehun menggelengkan kepalanya. Mencoba memberi tahu Luhan bahwa dia tidak seharusnya berbohong seperti tadi. Namun Luhan acuh dan berjalan menjauh. Sehun mengikutinya sambil membisikkan sesuatu. Perkelahian kecil terjadi diantara mereka selagi ponsel Luhan masih tersambung ke Minseok.

"Lu, apa itu Sehun? Kau… Sedang bersamanya bukan?" terka Minseok membuat tubuh Luhan dan Sehun kaku seketika.

"K—kau bicara apa Minseok-ssi? Aku sedang sendirian di perpustakaan" dusta Luhan gugup.

Minseok tersenyum masam meski Luhan tidak meihatnya. "Kemarilah, Lu. Ada hal yang ingin kubicarakan denganmu" ucap Minseok tanpa meninggalkan kesan lembutnya pada Luhan.

Namja rusa itu meneguk ludah. Perasaannya kacau balau. Dia tidak ingin melepaskan Sehun, namun disisi lain dia tidak tega menghianati Minseok yang begitu baik padanya.

"Baiklah. Tunggu aku sebentar, Minseok-ssi"

Tidak berapa lama Luhan sampai di Caffe yang Minseok katakan.

Namja cantik itu mulai berjalan pelan kearah meja Minseok yang sedang tersenyum manis. Pria dewasa itu menyuruh Luhan untuk duduk dan mulai memesankan Luhan minuman. Luhan menolak dengan halus. Kedua tangannya terkepal dipaha. Kepala Luhan tertunduk bagai anak yang bau dituduh mencuri sekotak permen. Jantungnya juga dipaksa untuk bergemuruh kencang. Luhan bergerak gelisah.

Apa Minseok sudah mengetahui bahwa dia bermain dibelakangnya?

Luhan merasa sangat jahat saat ini.

"Luhan-ah" panggil Minseok melihat Luhan tidak kunjung menatapnya.

Kepala Luhan terangkat pelan dan dia terkejut menemukan sebuah senyuman tulus dibibir Minseok. Airmata seketika terbendung dikelopak matanya. Luhan merasa dia adalah manusia rendah sekarang.

"Minseok-ssi… Maafkan aku…" isak Luhan dengan suara nyaris hilang.

Minseok melipat kedua tangannya diatas meja lalu menaikkan alisnya pertanda tidak mengerti. Senyuman itu masih disana dan tidak kunjung menghilang. Menimbulkan hati Luhan yang teriris berkali-kali.

"Aku… Sebenarnya—"

"Kau tidak perlu meminta maaf Luhan" ucap Minseok.

Pria berusia dua tahun lebih tua dari Luhan itu mengulurkan tangannya. Luhan tidak paham. Tapi setelah Minseok mengatakan 'tanganmu', Luhan segera memberikannya.

Betapa Luhan terkejut ketika Minseok menyentuh lembut tangannya. Cincin pertunangan mereka berdua ditarik pelan dari jemari si rusa.

"Min—"

"Kau bebas sekarang Luhan-ah. Maaf telah membuatmu menuruti permintaan konyol ayahku. Tidak seharusnya kau berbuat begitu. Kau tidak perlu menahan diri lagi" jelas Minseok sambil terkekeh kecil.

Nafas Luhan terkecat ditenggorokan ketika Minseok mengalihkan pandangannya keluar jendela. Disebrang Caffe dia melihat Sehun yang berdiri memperhatikannya sedari tadi. Sebutir airmata meluncur begitu saja dipipi Luhan.

"Kau mencintainya bukan? Kurasa Oh Sehun-lah yang terbaik untukmu, Luhan. Bukan aku. Meski aku memang sungguh-sungguh menyukaimu sedari dulu. Tapi aku sudah tahu bahwa aku sekarang sama sekali tidak mempunyai celah didalam hatimu" papar Minseok lalu menyeruput kopi yang tadi dipesannya.

"Minseok-ssi" lirih Luhan.

"Terima Kasih…" tambahnya lagi.

Minseok kembali mengulaskan senyum lembut. Pria itu mengusak rambut Luhan yang terkekeh sambil menangis. Luhan beranjak pergi dari tempat duduknya. Meninggalkan Minseok yang masih memperhatikan cincin pertunangannya dengan Luhan.

Hembusan nafas berat terdengar dari mulutnya. Sebuah senyuman masam dia lampirkan tanpa bisa dicegah lagi. Cincin bersinar itu seketika tenggelam didalam kopi yang baru saja dia minum. Hatinya memang sakit. Tapi dia lebih menginginkan Luhan bahagia.

Ya. Meski bukan dia yang dapat membahagiakan pria tercintanya.

.

.

.

Sebentar lagi bulan November memasuki tanggal terakhir. Mendekati angka dua puluh tujuh suasana hati Chanyeol semakin berbunga-bunga. Tapi itu tidak bertahan lama ketika kedua orang tuanya mengumumkan bahwa tanggal tersebut menjadi tanggal perayaan pernikahan mereka.

Park Chanyeol merasa tidak senang.

Pasalnya, sejak sehari sebelum pesta dimulai pun Chanyeol sudah dibuat'' sesibuk mungkin selama acara persiapan itu berlangsung. Apalagi ketika hari H telah tiba, Chanyeol tetap tidak bisa meninggalkan pesta itu. Berkali-kali dia mencari Baekhyun tapi tamu lain langsung datang menghampirinya juga Kris. Keinginan Tuan Park untuk berduaan dengan kekasih mungilnya sirna sudah.

"Chanyeol. Jaga sikapmu. Kita harus menyambut para teman pembisnis ayah. Tahanlah sebentar hasratmu untuk menemui Baekhyun!" seakan mengerti, Kris memperingati adiknya dengan tegas. Hal itu sukses menurunkan semangat hidup Chanyeol seketika.

"Baiklah, dasar pemaksa!" umpatnya kecil.

Disisi lain ruangan pesta. Sosok yang dicari sedari tadi oleh Tuan Park sedang berada ditengah – tengah kerumunan kecil keluarga Park.

"Aigo, inikah namja menggemaskan yang membuat cucu berandalku itu berubah?" terka Park Aboji sambil menyipitkan mata.

Baekhyun tersenyum malu sambil berjalan. Dia membantu memapah Park Aboji ikut berjalan pelan bersama dengan Park Hana—ibu Luhan juga Luhan yang berada disampingnya.

"Namaku Byun Baekhyun, Aboji. Maaf, aku baru memperkenalkan diriku"

"Astaga Chanyeol benar-benar pintar dalam memilih. Kau memang sangat manis Baekhyun-ah" goda Hana dan Baekhyun tertawa.

"Eomma. Aku kasihan dengan Baekhyun yang menjadi kekasih Chanyeol. Dia terlalu baik untuk iblis itu" sesal Luhan merangkul lengan Baekhyun.

"Ya! Rusa lemah. Siapa yang kau maksud iblis, hah?" suara bass mengerikan itu terdengar ditelinga para manusia yang sedang berbincang-bincang.

"Chanyeol" panggil Hana yang tidak begitu terkejut atas kehadiran keponakannya.

"Permisi Kakek Tua. Apa yang kau lakukan dengan pemuda manis ini? Dia milikku" tegas Chanyeol tanpa sopan santun membuat Baekhyun melototi kearahnya.

"Chanyeol jaga sikapmu!" sahut Baekhyun.

"Tidak apa Baekhyunie. Cucuku yang brengsek ini memang sudah biasa berbicara seperti itu pada Aboji" jelas Park Aboji sembari menyindir Chanyeol.

Chanyeol menampilkan wajah setengah tidak percaya yang cukup menyeramkan. "Baekhyunie?! Yak! Sejak kapan kau boleh memberikan nama manis pada Baekhyunku, Kakek Tua?!" amuk Chanyeol bertingkah seperti anak kecil.

Chanyeol menjadi geram sendiri, namun itu tidak bertahan lama karena Baekhyun dengan cepat memukul kepalanya keras. "Jaga ucapanmu jika berbicara dengan yang lebih tua dasar Park Babo!"

"Aishh… Sakit, Baby"

"Bagus Baekhyunie! Pukul dia terus!" girang Park Aboji bersama Luhan sambil tertawa.

"Yak! Kalian berdua!" umpat Chanyeol marah. Dia berdecak kesal dan langsung menggenggam tangan Baekhyun— menariknya berjalan menjauhi kakeknya yang terus memanggil-manggil nama Baekhyun.

"Chanyeol! Lepaskan! Kita masih ditengah-tengah pesta. Kau mau pergi kemana?" cemas Baekhyun sambil mengikuti langkah besar Tuan Park.

"Kita akan bercinta dan kau tidak boleh protes!" paparan mutlak Chanyeol berhasil melebarkan bola mata Baekhyun juga pipi yang memerah padam.

"Apa?! Aku tidak mau!"

Chanyeol seketika menghentikan langkahnya. Tubuhnya berbalik lalu menatap tajam Baekhyun yang terlihat ketakutan. Seharusnya dia tidak bicara 'tidak mau' karena Chanyeol tak pernah menerima penolakan. Ingat! Pria tinggi itu dapat menjadi sangat keras kepala.

"Apa tadi yang tadi kau katakan, Sayang?" tanya Chanyeol dengan nada lembut membuat Baekhyun merinding.

"Ma—maksudku bukan aku tidak mau. Tapi…"

"Hem? Tapi apa?" Chanyeol tersenyum sembari mendekatkan tubuhnya perlahan pada Baekhyun.

"Aishhh! Ki—kita masih dipesta dan disini sangat ramai Yeol. Bagaimana jika suaraku terdengar" ungkap Baekhyun malu.

Chanyeol semakin mengembangkan senyumnya. Baekhyun kalah lagi. Pria mungilnya ini jika sedang dilanda rasa gugup memang selalu menggemaskan. Tapi perkataan Baekhyun ada benarnya.

Keluarga Chanyeol sedang menyewa sebuah mansion mewah yang terdapat di Pulau Jeju. Hanya untuk menyelenggarakan pesta pernikahan orang tua Chanyeol. Sehingga tamu yang diundang tidak diragukan lagi. Mereka semua adalah orang-orang berkelas dan berasal dari kalangan atas. Jika Chanyeol dan Baekhyun ingin melakukan perbuatan tidak senonoh itu ditengah berlangsungnya acara. Mereka harus memilih tempat yang tepat.

"Baiklah kita cari tempat kosong yang kupastikan kedap suara"

Chanyeol kembali melangkahkan kakinya sementara Baekhyun hanya bisa pasrah. Mata bulat itu melirik sebuah rungan kecil disamping tangga yang cukup sepi. Kelihatannya tempat itu bagus untuk bercinta. Lagipula kamar di mansion ini sudah penuh oleh keluarga maupun kerabat jauh. Jadi mereka tidak bisa memakainya dengan sembarang.

Entah mengapa pintu ruangan kecil itu sangat susah untuk dibuka. Ketika Chanyeol berhasil membuka pintu ruangan itu matanya dipaksa membulat lebih besar dari ukuran aslinya. Ternyata tempat itu sudah berpenghuni oleh kedua insan yang sedang bergumul panas.

"KYUNGSOO!" pekik Baekhyun histeris.

Kai maupun Kyungsoo terdiam sejenak dari kegiatannya. Namun Kai acuh terhadap jeritan Baekhyun. Dia kembali menghajar Kyungsoo yang sedang menungging dibawahnya.

"Ngghh... Uhhh… Baekhyun-ahh..."

"Yak! Tidak bisakah kau menutup pintunya?! Aku tidak bisa fokus dan kami hampir klimaks! Kenapa kalian selalu saja menggangguku bercinta dengannya?!" geram Kai tidak berhenti memaju mundurkan tubuhnya meski Chanyeol dan Baekhyun—yang sudah memerah padam, masih menatapnya.

"Cih. Brengsek! Mentang – mentang kalian baru saja menikah!" desis Chanyeol yang akhirnya menutup pintu itu dengan cara membantingnya.

Dia kembali menggenggam tangan Baekhyun kemudian berjalan menjauh dari kedua namja yang masih mendesah-desah hendak merusak pendengarannya. Sebenarnya Chanyeol maupun Baekhyun maklum saja dengan tindakan Kai dan Kyungsoo. Karena mereka berdua telah resmi menikah secara dadakan seminggu yang lalu.

Setelah lama berputar-putar tanpa suara. Chanyeol dan Baekhyun kelelahan. Keinginan Tuan Park untuk bercinta juga sudah menguap terbawa suasana riuh pesta.

Mereka berakhir dengan duduk disebuah bukit kecil yang menghadap hamparan laut indah Jeju. Keramaian pesta dibelakang mereka masih terdengar. Namun seakan peduli, Chanyeol lebih mementingkan momennya berduaan bersama Baekhyun.

"Baek, kau melupakan sesuatu?" tanya Chanyeol yang akhirnya memecah keheningan mereka.

"Lupa apa?" Baekhyun menoleh acuh pada Chanyeol.

Pria itu nyaris tidak percaya dengan apa yang namja mungil ini katakan. Mengapa Baekhyun-nya menjadi bersikap cuek dan pelupa seperti ini? Oh, jangan bilang otak Baekhyun mendadak tidak fokus akibat pemandangan menggelikan Kyungsoo dan Kai tadi.

"Hari ini, Baek kau lupa hari ini hari apa?"

"Hari sabtu. Memang kenapa kau bertanya?"

"Aku tidak peduli sekarang hari sabtu!"

"Tapi tadi kau bertanya hari!" sungut Baekhyun ikut sewot seperti Chanyeol.

Chanyeol menghembuskan nafasnya. Dia mencoba sabar. Mungkin Baekhyun memang masih tidak fokus akibat adegan mengejutkan tadi.

"Baiklah. Aku mengganti pertanyaanku. Tanggal Baek. Sekarang tanggal berapa, Sayang?" tanya Chanyeol kembali bersikap manis sambil memandang lekat Baekhyun.

Namja itu mengerutkan alis dengan bibir manyun. Dia terlihat berpikir keras mencoba mengingat sesuatu. Sementara Chanyeol masih menunggu penuh harap. Baekhyun dapat mengingat hari ulang tahunnya.

"Jadi sekarang kau amnesia dan melupakan hari maupun tanggal eoh? Apa kau tidak membaca kalender ponselmu sebelum kau bangun pagi?" tutur Baekhyun polos membuat Chanyeol terbaring lemas seketika dirumput bukit.

"Argghh! Kau yang melupakannyaaaaa!" teriak Tuan Park frustasi sambil menutup mata menggunakan lengannya.

Baekhyun tersenyum sesekali menahan tawa melihat cara Chanyeol merajuk. Tingkahnya semakin lama semakin bodoh. Baekhyun menyukai hal itu dari Chanyeol. Park Babonya sangat lucu jika bereaksi seperti ini.

Chanyeol bangkit terduduk dengan tiba-tiba membuat Baekhyun setengah terkejut. Pria ganas itu menatap sangar Baekhyun. Mata bulat Chanyeol seolah menyedot seluruh isi perhatian Baekhyun dan tidak dapat dipungkiri. Dia jatuh cinta dengan pandangan Chanyeol yang begitu dalam padanya.

"Byun Baekhyun…"

"Ya?" jawab Baekhyun masih bersikap acuh.

"Kau benar-benar lupa hari ini hari apa?" tanya Chanyeol mengandalkan suara baritonnya.

Baekhyun mengangguk menggunakan senyum lembut. Jantung Chanyeol berhenti berdetak. Dia hendak marah ketika dengan santainya Baekhyun bilang bahwa dia lupa. Tapi itu tidak jadi setelah melihat si mungil tersenyum.

"Ahh… Sudah lupakan saja" lirih Tuan Park sedih.

Chanyeol mengerutkan tubuhnya. Menenggelamkan wajah pada lengan kekarnya sambil terduduk lemas. Baekhyun tertawa kecil. Wajah Chanyeol berubah menjadi sangat jelek saat ini.

Maka Baekhyun membawa telapak tangannya menyentuh permukaan wajah kekasih tampannya. Chanyeol menoleh dengan lesu. Sekarang tidak ada jarak diantara mereka berdua. Baekhyun kembali tersenyum lalu berucap didepan bibir Chanyeol.

"Selamat Ulang Tahun, Park Babo kesayanganku. Aku mencintaimu"

Setelahnya, Baekhyun kemudian menyatukan bibirnya dengan bibir Chanyeol. Chanyeol tidak terkejut juga tidak mengelak meski dia kesal tadi. Jantungnya justru berdetak cepat dan dadanya menghangat. Dia memejamkan mata ketika merasakan sapuan halus bibir Baekhyun yang mulai bergerak. Bahkan Chanyeol tersenyum disela-sela dia hendak memagut bibir Baekhyun.

Ditemani suara hamparan ombak yang menderu-deru dibawah sana. Juga angin sejuk yang berhembus menerpa kulit. Chanyeol dan Baekhyun masih berciuman dengan begitu lembut dominan pelan. Seolah waktu akan mengikis detik-detik momen kebersamaan mereka berdua.

Baekhyun melepaskan pagutan mereka perlahan. Dia membuka mata dan melihat Chanyeol masih menutup matanya. Jemarinya perlahan mengusap pipi Chanyeol yang terlihat menikmati sentuhannya.

Chanyeol membuka matanya. Dia melihat garis semu berwarna merah dipipi chubby milik Baekhyun. Baekhyun mulai mengigit bibirnya sambil memainkan jarinya.

"Aku tahu, hari ini kau mendapat berbagai kado mahal dari para teman-temanmu. Dan aku… tidak bisa memberikan kado semahal itu untukmu. Jadi aku tidak tahu harus bagaimana. Apa tidak apa-apa jika aku hanya memberikan ciuman tadi sebagai kado untukmu?" tanya Baekhyun ragu-ragu.

Chanyeol masih menatap Baekhyun dengan mata bulatnya. Demi Tuhan! Park Chanyeol sangat ingin memeluk Baekhyun erat sambil berteriak menyerukan bahwa dia bahagia, ciuman tadi sangatlah menyenangkan hatinya lalu berakhir diranjang bersama Baekhyun. Tapi dia berusaha menahannya hanya untuk melihat wajah manis malu-malu milik Baekhyun-nya sekali lagi.

Baekhyun semakin mengigit bibirnya mengetahui Chanyeol tidak merespon. Pria mungil ini mendesah kecewa. Kadonya terlalu sederhana dan tidak bermakna. Tentu saja Chanyeol tidak suka. Padahal Chanyeol selalu memberikan segala hal yang terbaik untuknya. Tapi Baekhyun tidak bisa membalasnya. Dia merasa bodoh.

Tapi Baekhyun tidak menyerah. Dia masih memiliki alternatif lain yang memang terkesan sangat gila untuk ukuran namja pemalu sepertinya. Namun demi hari besar kekasih tercintanya. Dia harus membuang jauh-jauh semua rasa malunya.

"Ka—kalau kau mau. Aku bisa menjadi milikmu seharian ini" tawaran Baekhyun begitu ambigu.

Tapi Chanyeol—yang dasarnya memang otak mesum, dapat langsung mengerti maksud Baekhyun. Dia terus mencoba menahan tawa dan melihat sejauh mana Baekhyun akan berusaha menarik perhatiannya.

"Jadi kau ingin aku menyetubuhimu sekarang juga begitu?" terka Chanyeol membuat jantung Baekhyun berdebar menjadi-jadi.

Baekhyun mengangguk.

"Dan kau ingin aku melakukan itu padamu seharian? Kau berjanji tidak akan protes dan mengeluh bahkan jika aku berlaku kasar?"

Baekhyun mengangguk pasrah lagi dengan wajah memerah padam. Astaga, Chanyeol benar-benar sudah tidak tahan. Saat itulah Park Chanyeol tertawa sangat keras. Baekhyun membulatkan mata melihat tindakan Chanyeol. Menyadari Chanyeol sedang bercanda, Baekhyun merenggut kesal lalu mulai berdiri— hendak berjalan namun Chanyeol segera memeluknya erat.

"Astaga kau menggemaskan sekali Baek!"

"Yak! Lepaskan aku dasar Park Babo! Aku sudah mempermalukan diriku sepenuhnya demi kau tapi kau malah!" amuk Baekhyun dan Chanyeol tertawa sambil mengecupi wajah Baekhyun.

"Baiklah. Baiklah aku minta maaf. Habis tadi kau berkata kau melupakan hari ulang tahun kekasihmu yang paling penting sedunia. Ini hukuman untukmu!"

"Cih, apa bagusnya hari ulang tahun? Kau hanya akan bertambah tua dan menambah umur menuju kematianmu Yeol" sungut Baekhyun masih marah.

"Yak! Kau sangat jahat Baby!"

"Haha rasakan!"

Baekhyun tertawa jahil melihat ekspresi Chanyeol.

"Kau benar-benar harus dihukum akan perkataanmu Byun Baek!"

Baekhyun gelagapan sendiri mendengar pernyataan Chanyeol. Pria jangkung itu menggenggam tangan Baekhyun berjalan menuju ruangan pesta kembali. Dia menaiki panggung didepan meja pengantin yang sedang menyantap makanan.

"Tes" ucap Chanyeol megecek microfon yang dipegangnya.

Suara bass itu menarik perhatian kedua orang tuanya maupun tamu undangan. Mereka segera merapat untuk mendengar perkataan Chanyeol yang mereka kira Chanyeol hendak memberikan beberapa sambutan atas pernikahan ayahnya. Kris, Tao, Luhan dan Sehun yang duduk disamping mempelai pria ikut memperhatikan dengan seksama. Bahkan Kai dan Kyungsoo juga hadir disana—mungkin urusan mereka sekarang telah selesai.

Tuan Park berdehem sejenak melancarkan tenggorokannya sambil terus menggenggam tangan Baekhyun yang sedang gelisah sendiri.

Apa dia akan menghukum Baekhyun dengan cara bercinta dihadapan para tamu? Oh, tidak mungkin… Baekhyun harap Chanyeol masih dapat berpikir waras.

"Pertama-tama, aku ingin mengucapkan selamat kepada ayahku, Park Seunghyun yang akhirnya bisa menikahi ibu, Michele Wu yang sangatlah cantik. Sialnya, ayahku benar-benar pria beruntung sekarang" papar Chanyeol sambil mengedipkan mata pada ibu barunya yang tertawa.

"Dasar anak nakal!" komentar Seunghyun sesekali terkekeh kecil.

"Baiklah. Jadi, aku berdiri disini karena ingin memberitahu kalian sesuatu yang memang seharusnya aku katakana dengan meriah dan penuh keromantisan dihari pertunangan ayahku malam itu. Tapi sayang sekali, Luhan telah merusaknya. Brengsek kau Luhan!" umpat Chanyeol memandang tajam Luhan yang duduk disebelah Sehun.

Namja rusa itu mengerutkan dahi.

"Ya! Kenapa jadi salahku?"

"Jadi aku akan mengulang reka adegan yang sebetulnya hendak terjadi pada malam itu dihadapan kalian semua" jelas Chanyeol mengabaikan pertanyaan Luhan.

Chanyeol mendekatkan tubuhnya pada Baekhyun dan melepaskan cincin manis yang mengalung dijemari si mungil.

"Yeol. Kau mau apa?"

Pria tampan itu tersenyum. "Mendapatkan kado terbaikku darimu, Baek"

Baekhyun dibuat heran. Namun ketika Chanyeol menjauhkan mic tadi dan mulai berlutut dihadapannya. Tubuh Baekhyun mendadak kaku seketika.

"Byun Baekhyun. Aku melamarmu dihadapan kedua orang tuaku, ibumu, juga para tamu yang menjadi saksi cinta kita" ucap Chanyeol tegas lalu tersenyum sambil menyodorkan cincin bersinar itu.

"Aku tidak sempurna. Sejak dulu aku hanyalah iblis yang tersesat. Namun cahaya dari hati malaikatmu yang menuntunku padamu. Jika kau bertanya apa kado terbaik yang bisa kau berikan padaku dihari ulang tahunku ini. Jawabannya adalah kau. Kau, Baekhyun. Yang jikanya bersedia menjadi pendamping hidupku. Aku tidak ingin memilikimu hanya seharian ini. Aku ingin memilikimu selama waktu bahagia yang bisa aku habiskan bersamamu.

Aku tidak akan takut jika berkali-kali kita dipisahkan oleh orang-orang yang hendak menghancurkan kita. Aku tidak peduli dengan mereka. Karena aku akan terus mengejarmu kemana pun kau pergi. Melindungimu dengan segenap kekuatanku dan terus menemanimu disaat kau bersedih. Aku berjanji. Maka dari itu… Menikahlah denganku Byun Baekhyun"

Penuturan Chanyeol membuat Baekhyun benar-benar tidak dapat bergerak dari tempatnya. Bahkan bernafas saja sulit. Chanyeol mengatakannya dengan tegas dan tanpa keraguan sedikit pun. Bahkan saat dia mengucap kata 'janji'.

Tidak bisa dipungkiri Baekhyun tersentuh. Dia tidak bisa berkata apa-apa. Suara para tamu maupun teman-temannya yang riuh pun menjadi tidak terdengar. Dia hanya bisa mendengar suara Chanyeol yang mengatakan 'Aku juga mencintaimu' diakhir kalimatnya tadi sebelum dia mencium Chanyeol di bukit.

Baekhyun maju selangkah mendekati Chanyeol. Tamu – tamu itu menunggu dengan jantung berdebar seperti yang Chanyeol rasakan. Kaki Tuan Park kebas dan tangannya sedikit gemetar. Meski Chanyeol sudah yakin Baekhyun akan menerima lamarannya tetap saja dia merasa gugup.

Airmata Baekhyun sudah menggenang dipelupuk matanya. Baekhyun menundukkan tubuhnnya lalu memeluk Chanyeol. Tubuh Chanyeol membeku ketika Baekhyun menganggukkan kepalanya.

Suara gemuruh para tamu yang bergembira memecah keheningan tersebut. Bahkan Seulgi yang juga hadir disana turut menyaksikan dengan senyum kebahagiaan. Mereka bertepuk tangan menghargai keberanian Chanyeol mengungkapkan hubungannya. Chanyeol berdiri lalu membawa tangannya pada tangan Baekhyun. Memasangkan cincin bersinar itu dijemari Baekhyun dan mengecupnya lembut. Mereka saling memandang satu sama lain. Sampai akhirnya Chanyeol mengecup manis kening Baekhyun penuh cinta.

.

.

.

.

Lima Tahun kemudian.

Sosok pria berparas manis terlihat sedang membersihkan gelas-gelas dihadapannya. Dia begitu telaten dalam mengerjakan pekerjaanya. Para pengunjung yang baru masuk kedalam pintu berdenting dia sambut dengan senyuman manis. Setelah selesai dengan gelas-gelas itu. Dia mengusap tangannya pada apron hitam yang dia kenakan.

"Baeby tolong bantu eomma. Ambilkan beberapa botol dibelakang" pinta sang Ibu.

Namja itu mengangguk patuh lalu berjalan kedalam ruang staf. Mengambil kotak kayu berisi botol-botol milk cream juga bubuk kopi.

Tidak berapa lama, seorang pemuda tinggi memasuki Caffe tersebut. Aroma kopi diseluruh ruangan langsung menyerbak masuk kedalam indra penciumannya. Musik jazz yang mengalun lembut semakin mendukung suasana tenang untuk bersantai.

Pria itu duduk dimeja bartender Caffe lalu memesan sesuatu. Seorang pegawai bernametag Lay langsung melayaninya. Meracikkan pesanan yang sudah biasa dia minum jika pria itu berkunjung kemari.

"Lama kau datang tidak kesini yah. Kau menjadi sangat sibuk setelah menjadi pemimpin perusahaan. Kau juga sudah tidak terlihat seperti bocah sekolah menengah lagi" tutur Lay dan pria tampan itu tersenyum sembari meniup kopinya.

"Tentu. Sekarang urusanku dikantor bertambah. Tidak punya waktu luang banyak hanya sekedar beristirahat"

"Aku bisa melihat itu" kekeh Lay menanggapi ucapan si Tampan.

Sambil menikmati kopinya tiba-tiba saja pria tampan itu mendengar suara pecahan yang berasal dari belakang meja bartender. Lay segera menghampiri sumber suara itu. Keributan kecil nyaris terjadi disana. Karena penasaran, kepala pria itu terjulur untuk melihat seseorang yang sedang berjongkok sembari membersihkan pecahan botol-botol tersebut.

Entah mengapa dia merasakan euphoria dejavu menghampirinya. Sudut bibir pria berusia dua puluh empat tahun itu terangkat. Dia kembali mengingat pertemuan pertama dengannya. Seolah garis takdir kembali mengingatkannya pada kejadian seperti ini yang membawanya pada cinta sejati.

"Lay, cepat bersihkan pecahan botol ini. Nanti lantainya akan menjadi lengket jika didiamkan dan Baby kau gantikan tugas Lay dulu sementara" omel sang pemilik Caffe lalu berjalan pergi.

Namja itu berdiri sedikit gelisah lalu tubuhnya membeku ketika melihat seseorang yang sedang duduk dengan cangkir yang telah kosong.

"Kau…" lirihnya tidak percaya.

Namja itu tersenyum lembut. Dia menyodorkan cangkirnya yang telah kosong pada pemuda manis dihadapannya.

"Bisa aku minta tambah?" pintanya.

Pemuda manis ini mengangguk lalu membuatkan Cappucino seperti yang selama ini dia lakukan untuk pria yang sedang dibelakanginya. Setelah kopi tersebut selesai dibuat. Namja itu memberikannya lalu menopangkan sikutnya pada meja bartender sambil memperhatikan Park Chanyeol yang tengah menyeruput Cappucino buatannya.

"Enak?" terkanya melampirkan sebuah senyuman.

Chanyeol membalas senyum memabukkan itu.

"Kau tidak perlu bertanya lagi, Baeby" balas Chanyeol lalu memegang pipi Baekhyun dan mencium bibirnya perlahan. Mengabaikan fakta bahwa mereka sedang ditempat umum meski pengunjung tidak begitu banyak disore hari ini.

"Aku merindukanmu, Park Babo" bisik Baekhyun masih bertahan dalam posisinya tanpa mau melepaskan bibir mereka.

Chanyeol tersenyum lagi. "Aku juga. Aku sangat merindukanmu".

Mereka hendak menyatukan bibir mereka lagi.

Namun—

"APPA!"

Suara pekikkan anak kecil mengagetkan kedua namja itu. Chanyeol nyaris terjungkal kebelakang dari kursinya. Ketika seorang gadis mungil berusia empat tahun menarik jaket tebalnya dengan cukup kuat. Tidak berapa lama seorang namja cantik ikut berlari masuk kedalam Caffe sambil menggandeng seorang anak laki-laki.

"Kenapa Appa malah kabur kesini?! Pantas saja aku cari tadi Appa tidak ada! Appa benar-benar menyebalkan!" sunggut gadis itu sambil menghentakkan kakinya.

Chanyeol hendak membuka mulut menenangkan gadis mungilnya. Tapi sepupu terbaiknya sudah terlanjur emosi sampai mulai menyemburnya dengan makian.

"Chanyeol! Kau keterlaluan sekali meninggalkan Sena sendirian di taman! Untung dia pintar bisa mengingat arah Caffe Baekhyun! Sikap kekanakanmu benar-benar bodoh!"umpat Luhan lalu menjitak kepala Chanyeol.

"Yak! Luhan!"

"Park Chanyeol! Jadi kau meninggalkan anak kita sendirian di taman?!" kali ini Baekhyun yang mengamuk setelah tahu kondisi sebenarnya.

"Tapi, Baek aku merindukanmu. Kita sudah tidak bertemu selama seminggu karena aku keluar negeri dan ketika pulang malah Sena yang menjemputku di bandara. Dia bahkan menyuruhku menemaninya bermain ditaman dekat sini sebentar—"

"Eomma!"

Gadis mungil bernama Sena langsung memblok perkataan ayahnya dengan cara mengangkat kedua tangannya dihadapan Baekhyun. Dia meminta digendong oleh Baekhyun yang masih berdiri dibelakang meja Caffe. Baekhyun terenyuh melihat sikap menggemaskan putrinya. Dia mengabaikan rengekan Chanyeol lalu menggendong Sena sambil mengelusnya penuh kasih sayang. Sementara suaminya merenggut kesal sesekali mengaduh kesakitan akibat pukulan Luhan.

"Ini tidak adil, Sena! Sudah seminggu appa di Jerman dan tidak bertemu eommamu kau sekarang malah mengambil jatah appa?" komentar Chanyeol lesu dan Sena tertawa melihat ekspresi jelek ayahnya.

Chanyeol menarik sudut bibirnya melihat tawa manis Sena. Sebesit ide jahil terlintas dibenaknya. Tangan besar Chanyeol menggelitiki perut Sena sampai gadis itu tertawa menangis minta ampun. Baekhyun juga tidak mau kalah. Dia menggoda Sena dengan cara mengecupi wajahnya.

Melihat hal itu Luhan segera menggandeng Jinwoo—anak laki-lakinya dengan Sehun, lalu pergi mencari kursi kosong di Caffe.

"Ada-ada saja keluarga mereka. Untung saja Appamu tidak semanja itu Jinwoo-ya" kekeh Luhan dan Jinwoo mengangguk dengan wajah polosnya.

Chanyeol akhirnya berhenti menggelitiki Sena lalu tersenyum memandang kedua malaikat tercintanya. Entah sejak kapan mimpinya menjadi kenyataan. Dia sudah tidak sendiri lagi dan saat ini tengah diberi kebahagiaan luar biasa. Termasuk dari Baekhyun yang tenyata memiliki anugerah lebih hingga mereka mendapatkan si mungil Park Sena.

"Selamat datang kembali Appa" sambut Baekhyun lalu mengecup pipi Chanyeol.

Chanyeol balas mencium kening Baekhyun lembut. Sementara Sena hanya memandang dengan mata polos kelakuan kedua orang tuanya.

"Sena juga mau dicium!" titah Sena penuh rasa iri membuat Baekhyun dan Chanyeol tertawa. Sifatnya memang sama sekali seperti Chanyeol. Kemudian Chanyeol segera menggendong Sena dan mengecupi pipi chubby Sena yang diturunkan oleh Baekhyun.

Kehangatan menyelimuti keluarga kecil Park yang memulai lembaran petualangan baru untuk Chanyeol maupun Baekhyun setelah Park Sena lahir.

Melewati cerita yang berliku-liku akan manis pahitnya kehidupan. Pada akhirnya cinta mereka dapat tersampaikan dan akan terus berjalan seiringnya waktu yang tidak pernah berhenti berputar.

Seperti jika kita menyimpan rapi sebuah foto penuh memori disetiap lembarannya. Kenangan tersebut tidak akan pernah pudar dan setia menjadi pengingat bagi kisah mereka.

We keep this love in this photograph
We made these memories for ourselves
Where our eyes are never closing
Hearts were never broken and time's forever frozen still
–Ed Sheeran Photograph-

.

.

. "Appa, Mama, aku dan Baekhyun ingin menikah minggu depan"

Pernyataan Chanyeol membuat seluruh orang – orang— khususnya keluarga Park yang sedang berkumpul diruang tengah seketika terdiam. Beberapa dari mereka membulatkan mata. Terkecuali Park Haraboji yang matanya memang sudah sangat sipit. Pria berusia tujuh puluh tiga tahun itu hanya mengelusi jenggot panjangnya seolah sedang berpikir.

Posisi kedua namja yang sedang meminta restu tersebut sangatlah formal. Baekhyun masih dengan setia duduk bersimpuh menemani Chanyeol disebelahnya sembari menggigit bibir. Namja mungil itu menundukkan kepalanya dengan tangan terkepal dikedua lututnya.

Bagaimana bisa Baekhyun tidak menunjukkan ekspresi cemas? Tentu saja. Dua jam setelah mereka melaksanakan upacara kelulusan. Chanyeol segera meminta seluruh keluarganya berkumpul—termasuk teman – teman sekelompoknya, para penguasa sekolah untuk menjadi saksi permintaan konyol mereka berdua.

"Park Chanyeol, kau sudah gila?" Park Seunghyun akhirnya membuka suara setelah keheningan yang terjadi beberapa menit sebelumnya.

Chanyeol mengerutkan alisnya mendengar perkataan sarkastis ayahnya. Mata bulat itu mengarah pada ibu barunya. Bibir Chanyeol memanggil sang ibu— Michele Park, dengan sebutan 'Mama' karena dia bilang dia sudah terlanjur memanggil ibu Baekhyun dengan 'Eomma'. Menurutnya itu hanya sekedar pembeda saja. Lagipula Michele juga tidak merasa masalah dengan hal tersebut.

Chanyeol memperlihatkan muka memohon yang serius. Michele memperhatikan anak lelaki maupun suaminya bergantian. Dia berdehem sejenak saat merasakan kecanggungan diantara kedua namja bermarga Park ini.

"Begini, Sayang. Sebaiknya kau dan Baekhyun duduk dulu dikursi. Baru kita bicarakan hal ini baik – baik ya?" pinta Michele dengan lembut.

Chanyeol menggeleng tegas.

"Tidak, Ma. Aku tidak akan beranjak sampai Appa menjelaskan kenapa permintaanku terdengar gila" desis Chanyeol menatap dingin Seunghyun.

Mereka bertatapan sengit seolah akan terjadi pertumpahan darah dalam beberapa menit lagi.

"Sudahlah Chanyeol. Apa yang kau katakan memang tidak masuk akal!" bisik Baekhyun sambil menyikut kekasihnya.

"Sssstttt. Diam, Baby! Tidakkah kau lihat aku sedang berusaha mendapatkan masa depan kita?!" balas Chanyeol berbisik penuh penekanan hingga Baekhyun mengeryit kesal.

"Berusaha? Apa kau tidak merasa permintaan kita—maksudku, permintaanmu ini memang terlalu cepat?!"

"Aishh! Tidak bisakah kau diam saja dan tunggu mereka berkata 'ya'?! Sebentar lagi mereka akan berkata Ya dan kita akan menikah!"

"Kenapa pikiranmu dangkal sekali?! Tentu saja tidak Chanyeol! Berpikirlah dengan waras!" bisik Baekhyun lebih keras.

"Yak! Tadi disekolah kau tidak protes saat aku mengatakan aku akan menikahimu minggu depan! Kenapa sekarang kau malah—"

"Itu karna kau membungkam mulutku dengan bibir tebalmu itu!"

Chanyeol menghembuskan satu nafas tawa diiringi dengan seringai seksinya.

"Kau tidak bisa menyalahkanku Byun Baekhyun. Bukankah kau sendiri tidak menolak sama sekali dan malah menciumiku lebih ganas? Jika kita menikah lebih cepat kita bisa melakukan hal seperti itu dimana saja bahkan seharian sampai kau puas!" papar Chanyeol terlanjur bersemangat sambil tersenyum mesum setelah mengucapkan kata itu.

Wajah Baekhyun sontak memerah padam. Dia segera mencubit pinggang Chanyeol keras hingga namja itu berjengit kesakitan. Sementara Park Seunghyun hanya menggelengkan kepala melihat pertengkaran kecil kedua namja yang ngebet nikah ini.

"Appa! Aku tidak akan berdiri dari tempat ini sampai kau mengizinkan kami menikah minggu depan!" sahut Chanyeol.

Baekhyun mengadahkan wajahnya hendak menghentikan ucapan Chanyeol lagi. tapi pria itu malah menggenggam tangannya semakin erat membuat Baekhyun meringis kecil. Dia tahu Chanyeol tidak akan mau mengalah untuk hal ini. Meskipun namja mungil itu sedikit terharu dengan ketegasan Chanyeol tapi tetap saja Chanyeol bodoh baginya.

Lulus dari sekolah menengah bukan berarti mereka boleh menikah dengan bebas bukan? Apakah Chanyeol tidak berpikir bahwa nanti perusahaan ayahnya akan diwariskan padanya? Dia harus matang dalam mempersiapkan hal itu dimasa mendatang. Mengapa otak udang Tuan Park ini hanya memikirkan, 'Menikah dengan Baekhyun! Menikah! Menikah! Menikah! Pokoknya harus bisa menikahi Baekhyun sekarang!'

"Aku akan membahagiakannya. Aku berjanji Appa" dua kalimat yang meluncur dari bibir Chanyeol membulatkan mata Baekhyun.

Kali ini jantung Baekhyun berdebar dan dia sungguh terharu pada keseriusan Chanyeol.

"Aku juga akan meneruskan perusahaan Appa dan menjadi pribadi yang lebih baik lagi jika itu yang kau inginkan pria keras kepala" ucap Chanyeol masih memandang lekat ayahnya.

Seunghyun terdiam. Michele mengatakan untuk merestui mereka namun Seunghyun masih belum mau melakukannya. Bukan dia tidak menyukai Baekhyun. Dia sangat senang Baekhyun adalah orang yang Chanyeol pilih. Tapi anak berandalnya ini tidak boleh diberi jalan semulus kulit Byun Baekhyun. Anggap saja Park Seunghyun bukan pria kaku lagi. Dia juga ingin bersenang-senang dengan Chanyeol yang sedang merendahkan diri didepannya hanya demi Baekhyun. Dan bagi Seunghyun ini sangat menarik.

"Baiklah. Aku menyutujui pernikahan kalian" ujarnya.

Chanyeol menatap Baekhyun dengan wajah sumringah. "Tapi pertama – tama kau harus mengikuti syarat yang akan aku ajukan" Seunghyun tersenyum tipis tanpa terlihat Chanyeol.

Pria beringas itu menggertakkan gigi. Mengapa susah sekali meminta restu dari pria keras kepala ini?! Chanyeol membatin.

"Baik, akan kuturuti! Cepat katakan!" titah Chanyeol kembali dalam mode angkuh bak Ketua Penguasa lagi.

"Selama persiapan pernikahan kalian dilaksanakan kau tidak boleh bertemu dengan Baekhyun" senyum Seunghyun membuat yang lain maupun Chanyeol terdiam.

Tuan Park meneguk ludah susah payah. Dia terlihat ragu. Pasalnya tidak melihat wajah Baekhyun dalam waktu sehari saja dia sudah uring-uringan. Apalagi selama itu?! Namun sekali lagi. Demi restu. Apapun akan Chanyeol lakukan.

Demi kehidupan dia dan Baekhyun.

"Aku menerimanya" tegas Chanyeol.

"Baiklah. Dalam waktu dua minggu sebelum pernikahan kalian diselenggarakan kau dilarang mendekati atau bersentuhan dengan Baekhyun barang sedikit pun, Park Chanyeol"

Mata Chanyeol melotot hebat. Dia nyaris berdiri dari posisinya.

"APA?! DUA MINGGU?!"

Ohh, sepertinya Tuan Park lupa menanyakan berapa lama jangka waktu syarat tersebut berlaku.

.

.

.

Tiga hari telah berlalu. Kali ini para penguasa sekolah— terkecuali Luhan, sedang berkumpul di Caffe ibu Baekhyun. Rusa manis itu sibuk menghabiskan waktu bersama Baekhyun, Tao, dan Kyungsoo di dapur Caffe. Berlatih meracik minuman untuk para kekasihnya.

Di meja kayu berbentuk oval tersebut para lelaki tampan itu duduk dalam diam. Suasana sungguh mencekam ketika dihadapkan oleh Ketua mereka— Park Chanyeol yang terlihat seperti orang yang di vonis mengidap penyakit leukimia dan umurnya tidak lebih dari lima menit lagi.

Oke ini berlebihan.

Baru tiga hari berjalan tapi aura gelap Chanyeol sudah menyerbak dimana – mana layak sebuah virus. Membuat situasi di tiap detiknya semakin canggung. Mungkin sekali berucap hal yang menyinggung perasaannya semua leher orang-orang yang ada di meja itu akan patah.

"Ohh ayolah!" sahut Chen setengah menggeram. Pria itu memang tidak suka kondisi hening seperti ini.

Kai dan Kris mengela nafas berat. Sementara Sehun tetap diam sesekali menatap keluar jendela. Chen mengacak rambutnya kasar melihat Chanyeol yang meletakkan seluruh wajahnya dengan tidak elit diatas permukaan meja. Entah dia kesusahan bernafas atau tidak. Chen tidak mau ambil peduli.

"Baru tiga hari! Yak pria bodoh bertahanlah!" sahut Chen memaksa Chanyeol mengadahkan wajahnya.

Chanyeol mengangkat muka lusuhnya. Matanya sedikit sembab dengan kantung mata yang nyaris menyaingi milik Tao. Kris tertawa pada akhirnya diikuti kekehan Sehun. Sedangkan Kai mulai tergelak.

"Hey, adikku yang cengeng! Baekhyun sedang melayani pelanggan disana. Apa kau tidak mau bertemu dengannya?" goda Kris sambil menahan tawa.

Chanyeol menggeleng seperti bocah kecil tersesat di pasar swalayan dan sudah ditinggal ibunya pulang.

"Bahhh. Kau benar – benar menyedihkan. Aku tidak ingat mempunyai Ketua seperti dirimu. Kau sungguh jelek!" ejek Kai dan Chanyeol tetap memasang wajah sakit.

"Semangatlah Chanyeol-ah. Tinggal sebelas hari lagi" ucap Sehun.

Chanyeol mengangguk lemah lalu membenamkan kembali kepalanya pada meja Caffe.

.

.

.

Memasuki hari kelima persyaratan (sialan) pernikahan ChanBaek, Tuan Park diberi cobaan hidup lebih besar dari yang dia kira.

Baekhyun mengecat rambut coklatnya menjadi pirang. Dan Luhan tidak bohong saat mengatakan Baekhyun sungguh sangat manis dan cocok dengan warna rambut barunya. Ternyata perubahan itu disarankan atas dasar keinginan Park Haraboji juga Park Hana— ibu Luhan.

Akhir – akhir ini Baekhyun sering bolak balik kerumah keluarga Park atas saran Park Haraboji. Pria tua itu berkata sebagai menantu yang baik Baekhyun harus berusaha akrab dengan seluruh keluarga Park. Ya, begitulah bagian dari siasat Luhan maupun komplotan tukang mengisengi Park Chanyeol.

Chanyeol yang melihat Baekhyun melintas melewati kamarnya, mengepalkan tangannya keras. Para penguasa sekolah juga sedang berkumpul di rumah Chanyeol, sekedar bermain. Chanyeol segera menjedotkan kepalanya berkali – kali tanpa ampun pada tembok rumah. Setelah melihat betapa manisnya sang kekasih.

"Yak! Yeol! kau memang sudah gila?!" pekik Chen dan Kai panik.

"Hentikan tingkah bodohmu itu Chanyeol! YAKK!" Kris yang biasanya diam mulai panik.

Dia akhirnya bertindak menahan Chanyeol yang masih berusaha membunuh dirinya secara perlahan. Chanyeol terhuyung dan teman – temannya membopong tubuh jangkung itu yang nyaris tidak sadarkan diri kedalam kamarnya (Chanyeol begitu lemah karena masih dalam mode mayat hidupnya).

Baekhyun yang menoleh kebelakang merasa cukup khawatir. Kakinya melangkah dengan sendirinya menuju kamar si pria idiot. Namun Luhan menahan tangan Baekhyun.

"Lu..."

"Jangan Baek!" senyum Luhan.

"Tapi, Chanyeol kelihatan sangat sengsara"

Luhan terkekeh menanggapi ucapan polos sahabatnya. "Memang seharusnya dia seperti itu. Anggap saja ini latihan juga balasan untuk memperbaiki sikap buruknya dulu pada Paman Park dan Haraboji" tutur Luhan.

Baekhyun mengangguk lalu kembali melangkah mengikuti Luhan. Pandangannya tidak mau beralih dari pintu besar milik Tuan Park. Sampai akhirnya tubuhnya berjengit ketika mendengar Chanyeol berteriak.

"ARGGHHH! BYUN BAEKHYUN KENAPA KAU MANIS SEKALI?!" dengan begitu frustasi suara bassnya menggema hebat di seluruh ruangan.

Baekhyun tertawa.

'Sabarlah Park Babo-ku. Kau pasti bisa melewatinya!' gumamnya lalu kembali berjalan.

.

.

.

Seminggu telah berlalu.

Chanyeol sekarang duduk dikursi roda memakai baju tebal serta syal yang menutup tubuhnya. Wajah tampan itu telah sirna hanya dalam kurun waktu seminggu. Chanyeol terlihat seperti kakek tua yang sudah tidak kuat berjalan dan umurnya akan usai ketika dia mengedipkan matanya detik itu juga.

Oke ini sangat berlebihan dan sudah benar – benar keterlaluan.

Park Chanyeol yang selama sembilan belas tahun kehidupannya tidak pernah menuruti perkataan maupun syarat menggelikan yang dibuat ayahnya. Pada akhirnya tunduk patuh demi masa depan dia dan Baekhyun yang telah dinanti – nantikan.

Berpisah saat Seulgi menculik Baekhyun saja sudah menghancurkan setengah pandangan Chanyeol tentang arti kehidupan. Sekarang? Dia dihadapkan dengan 'dilarang mendekati atau bersentuhan dengan Baekhyun barang sedikit pun'.

Dilarang mendekat?

Bersentuhan?

Chanyeol bisa gila (atau memang sudah positif gila saat ini).

Kali ini mereka kembali berkunjung ke Caffe ibu Baekhyun. Kursi roda Chanyeol berhenti didorong oleh Kai yang dengan patuhnya menjadi suruhan Tuan Park hanya karena merasa iba pada makhluk idiot itu.

Saat seorang perempuan berjalan mendekat kearah meja yang biasa Para Penguasa sekolah tempati. Namja – namja tampan itu segera berdiri kemudian memberi salam pada ibu Baekhyun yang balas tersenyum menanggapi.

Ibu Baekhyun melihat kondisi Chanyeol ikut merasakan keprihatinan. Namun dia tidak dapat mengelak untuk ikut tersenyum terhadap sikap kekanakan calon menantunya. Meski diawal Ibu Baekhyun juga kurang setuju mengenai pernikahan. Karena Baekhyun harus kuliah terlebih dahulu. Tapi dengan cara Chanyeol meyakinkannya mereka akhirnya mendapat restu dengan sangat lancar.

Berbeda bagi restu dari keluarga Park.

"Aigo, Channie. Kau sudah makan? Kau nampak sangat kurus sekarang" ujar Ibu Baekhyun sambil mengelus rambut Chanyeol.

"Eomma..." Chanyeol mulai merengek seperti bayi membuat Chen menampilkan ekspresi hendak muntah.

"Astaga Yeol jagalah sikapmu didepan Bibi! Kau benar – benar bukan temanku!" sungut Kai dengan jijik dan Sehun terkekeh.

"Apa kau mau Baekhyun buatkan sesuatu untukmu?" tawar Ibu Baekhyun dan seketika wajah Chanyeol langsung berseri – seri.

"Bolehkah?"

"Tidak. Tentu tidak" tolak Kris dengan tegas.

Chanyeol menggerutu.

"Maaf Bibi. Tapi aku yang ditugasi untuk mengawasi pergerakan Chanyeol dalam masa persyaratannya ini" papar Kris begitu dewasa dan Ibu Baekhyun mengangguk sambil terkekeh.

"Baiklah kalau begitu. Selamat berjuang Channie. Tinggal enam hari lagi sampai tiba hari penikahanmu dengan Baby! Fighting!" Ibu Baekhyun mengepalkan tangannya lalu mengusap lembut pipi Chanyeol yang kembali menampilkan wajah sendunya.

Tidak berapa lama Luhan datang bersama Kyungsoo juga Tao sambil membawa nampan berisi cangkir kopi dan beberapa kue serta sandwich. Suasana menjadi riuh saat mereka sudah bersama dengan pasangan masing – masing, terkecuali untuk Chen. Tapi dia tidak masalah karena dia sedang asyik menyibukan diri bertukar chat dengan seseorang yang baru saja dikenalnya saat pesta pernikahan kedua orang tua Chanyeol.

"Sehun-ah. Aku membuat kopi ini dibantu oleh Baekhyun. Cobalah" senyum Luhan sambil menyodorkan kopi itu pada Sehun dengan hati – hati.

Wajah Luhan berharap – harap cemas melihat Sehun meneguk kopi dengan hiasan cream latte bergambar hati. Sehun balas tersenyum lalu mengangguk menandakan kopi racikan Luhan sangat enak.

Luhan tersenyum lebih lebar. Tanpa sadar dia mengecup singkat bibir Sehun yang duduk disebelah Chanyeol sehingga bibirnya ikut dilapisi busa cream latte. Luhan terkekeh manis sedangkan Sehun membatu sembari menatap Chanyeol was was.

Disisi lain Kyungsoo sedang digoda mati – matian karena Kai minta disuapi kue red velvet spesial buatan Kyungsoo. Sementara Kris dan Tao ngobrol tanpa melepaskan kontak mata mereka. Hal itu menyulut api yang ada didalam tubuh Chanyeol.

'Berani – beraninya mereka bermesraan! Padahal yang akan menikah adalah aku! Tapi aku sama sekali tidak merasakan kehangatan sebelum menikah! Sial! Aku mengutuk kalian semua!' jerit Chanyeol dalam hati dengan mata berkilat.

Chanyeol mengalihkan pandangannya pada counter Caffe. Matanya membulat dan jantungnya dibuat berdebar dengan sosok yang sedang memperhatikannya. Namja manis itu tersenyum sambil menunjuk kearah Chanyeol.

Chanyeol mengikuti arah jari Baekhyun. Dia terkejut mendapati secangkir Cappucino yang biasa dibuatkan oleh Baekhyun. Cream latte diatas kopi itu bertuliskan C + B dengan pola indah. Sudut bibir Chanyeol terangkat. Sudah berapa lama dia tidak tesenyum seperti ini?

Dia menyeruput kopi yang memang sengaja Baekhyun buatkan secara diam – diam. Kepalanya kembali menoleh kebelakang dan mendapati kekasihnya berbicara tanpa suara. Ibu jari dan telunjuk Baekhyun menyatu, menghasilkan hati kecil yang dia lampirkan pada Chanyeol.

Dan tanpa Chanyeol harus menebak. Dia sudah tahu bahwa Baekhyun mengatakan, 'Aku mencintaimu. Berjuanglah!'

.

.

.

Hari kesembilan.

Keluarga Chanyeol dan Baekhyun bersama dengan para penguasa sekolah. Pergi ke negara Thailand untuk mengadakan presepsi pernikahan. Park Haraboji menyarakan cucunya untuk menikah di pulau tropis sekaligus acara berlibur bagi keluarga besar.

Pagi hari jam delapan mereka sudah bersiap dibandara untuk take off. Tidak berapa lama mereka sampai di Thailand siang hari. Didalam pesawat Chanyeol pun tidak mendapat kesempatan mendekati Baekhyun. Kris menjaganya dengan sungguh ketat begitupun Luhan. Kedua sepupunya itu memang sangatlah kurang ajar. Chanyeol akan menghabisi mereka setelah syarat keparat ini selesai.

Baekhyun begitu kagum akan kekayaan yang dimiliki keluarga Park. Demi menyelenggarakan pesta mereka. Keluarga Park menyewa satu resort termewah dan termahal yang ada di Thailand.

Sesampainya dikamar Baekhyun dibuat terkagum lagi dengan hiasan kamar yang menggabarkan keindahan laut. Ranjang dengan tirai kelambu tipis dengan seprei selembut sutra. Hiasan kerang dan bintang laut juga mendominasi dekorasi ruangan tersebut. Lalu ketika dia membuka jendela kaca besar. Pemandangan pantai berpasir putih langsung menyambut mata sipitnya.

Baekhyun memejamkan mata sejenak sampai akhirnya dia merasakan kehadiran seseorang disamping jendela kaca yang ternyata membatasi kamar satu dengan kamar lainnya.

Chanyeol.

Pria jangkung itu berdiri disana memakai kaos biasa juga celana pendek berwarna coklat yang dia kenakan dibandara tadi. Baekhyun memang tidak diperbolehkan melakukan kontak mata dengan Chanyeol. Jadi dia tidak begitu memperhatikan kekasihnya dengan seksama. Ternyata kekasihnya menjadi semakin tampan tanpa dia sadari. Padahal sehari sebelumnya Chanyeol nyaris berjanggut. Namun sepertinya dia sudah membenahi diri. Dan rambut Chanyeol...

Dia juga ikut mengecatnya menjadi warna hitam. Tataan rambutnya yang berantakan membuat Tuan Park sangat seksi dalam pandangan Baekhyun. Pipi chubby itu merona ketika mata bulat kekasihnya tidak mau berhenti menatapnya.

Baekhyun was was. Tapi tidak ada tanda – tanda Luhan atau pun Kris. Bisakah dia menyentuh Chanyeol sekarang meskipun jendela bening ini memisahkan jarak mereka? Chanyeol mungkin saja dapat menerobos masuk kedalam kamar Baekhyun. Namun dia tidak ingin mengambil resiko juga menggagalkan segala usaha kerasnya.

Tinggal lima hari lagi. Kau bisa Chanyeol.

"Baek! Cepat turun kebawah. Kita akan makan siang" sahut Luhan yang kepalanya menyembul dari balik pintu depan.

Baekhyun terkaget lalu menganggukkan kepala. Dia melambaikan tangan pada Chanyeol dan berjalan pergi. Chanyeol masih diam ditempatnya. Dia menghembuskan nafas berat.

'Sebentar lagi. Bertahanlah sebentar lagi, Park' batinnya pada diri sendiri.

.

.

.

Baekhyun sangat senang dapat menghabiskan waktu berliburnya di negeri tropis ini. Pria mungil itu berenang dengan bantuan Luhan (ingat di chapter 6 Baekhyun tidak bisa berenang), membuat istana pasir, berjemur, bahkan bermain voli pantai bersama teman – teman yang lain. Thailand menurutnya tidak buruk meski masakannya lumayan pedas dan kurang cocok dengan selera Baekhiyun. Namun pantai indah ini mengalihkan semua ketidak puasannya.

Sudah dua hari yang lalu dia selesai mem-fitting baju untuk pernikahan yang diselenggarakan pada akhir pekan. Mereka juga berbelanjan beberapa perlengkapan lainnya di salah satu pusat perbelanjaan besar di Thailand.

Chanyeol dan Baekhyun masih dibatasi oleh syarat yang menjadi hambatan mereka untuk bertatap muka. Michele bilang Chanyeol dan Baekhyun baru boleh bertemu dialtar nanti. Beruntung waktu itu ada sedikit celah untuk melihat kekasih tercintanya.

Jujur Baekhyun sangat merindukan Chanyeol. Tanpa si jangkung idiot, kehidupannya terasa hampa. Tidak ada Chanyeol yang biasa menggodanya atau menciumnya jika wajah Baekhyun bersemu padam.

Tidak.

Baekhyun menghela nafas sambil memainkan pasir menggunakan batang pohon yang dia temukan disebelahnya tadi.

Sekarang ini KrisTao, HunHan, Chen, dan Kai mengadakan permainan voli pantai. Chanyeol tidak ikut serta. Dia malah berbaring diam pada salah satu kursi santai. Dia mengenakan kacamata hitam dengan wife beater yang menampilkan otot berlekuknya.

Para yeoja disekelilingnya berusaha menggodanya. Namun Chanyeol acuh. Dia malah pura – pura tertidur. Salah satu dari mereka menggunakan bahasa inggris untuk dapat berkomunikasi dengan Chanyeol. Sampai akhirnya Chanyeol melirik kearah Baekhyun yang duduk manis dipantai sedang mencuri pandang padanya.

Chanyeol mengeluarkan senyum jahil. Salah satu gadis Thailand bersama teman bulenya mulai berbincang – bincang dengan si jangkung. Baekhyun masih memperhatikan mereka. Tidak berapa lama dia melihat lengan kekar kekasihnya dielus oleh gadis – gadis seksi itu.

Chanyeol hanya tertawa menanggapi ucapan mereka. Sesekali mata bulat itu melirik apakah Baekhyun cemburu seperti yang dia harapkan? Nyatanya?

Baekhyun malah berdiri dan memberikan raut kesal. Entah mengapa sebutir airmata lolos begitu saja dari mata sipitnya. Baekhyun kesal. Dia sudah dua minggu tidak menyentuh atau berbicara dengan calon suaminya. Tapi Park Babo itu malah terlihat asyik bersama para gadis cabai yang Baekhyun akui mereka memang punya body bagus.

Baekhyun beranjak pergi, setengah berlari. Chanyeol yang panik— mengingat besok adalah upacara pernikahan mereka, segera berlari mengejar Baekhyun. Tapi dia tidak sadar akan bahaya yang mendekatinya. Maka—

BUK!

"ASTAGA CHANYEOL!" Luhan berteriak kencang membuat Baekhyun berhenti berlari dan menoleh.

Betapa terkejutnya dia melihat Chanyeol yang sedang telungkup diatas pasir. Baekhyun berjalan mendekat dan hendak menyentuhnya. Tapi Kyungsoo dan Tao langsung menahannya.

"Dia kenapa?" cemas Baekhyun.

"Hanya terkena bola. Sepertinya pipinya sedikit bengkak" papar Kris yang mengecek wajah Chanyeol setelah dibalikan tubuhnya.

Perlahan mata Chanyeol terbuka. Kepalanya sedikit pusing. Sial! Hantaman bola voli itu sangat sakit. Pria tampan itu meringis sambil memegang pipinya yang sedikit membengkak.

"YAK! SIAPA YANG MELEMPAR BOLA VOLI TADI?!" geram Tuan Park ketika sadar.

"Aku! Lagi pula kenapa kau malah berjalan kearah area lapangan ini dasar bodoh!" umpat Kai dan Chanyeol mulai memukul kepalanya.

"Brengsek! Besok aku akan menikah! Bagaimana jika wajahku berlebam begini keparat?!"

"Ya sudah lebih baik kau cepat kompres pipimu. Kau juga Kai. Minta maaf pada Chanyeol" titah Kris dan Kai meminta maaf meski Chanyeol acuh.

"Sial... kemana Baekhyun?"

"Tadi Kyungsoo dan Tao menariknya pergi. Kau mau ikut kami bermain Yeol?" ajak Sehun.

Chanyeol hanya mengibaskan tangannya. "Aku mau kembali ke kamar"

"Butuh bantuan?" tawar Luhan.

Chanyeol menggeleng.

"Tidak perlu. Kalian semua membuatku muak" paparnya datar.

Luhan hanya balas mencibir. "Dasar Penggerutu!"

Malam datang semakin cepat. Mereka semua pergi kelantai bawah untuk makan malam. Luhan awalnya mengajak Baekhyun namun Baekhyun berkata untuk duluan saja. Sebenarnya Baekhyun hanya ingin mengecek kondisi Chanyeol meski dia masih sedikit kesal.

Kaki mungil itu berjalan kearah jendela pembatas kamar sebelah. Baekhyun baru saja mandi. Jadi dia hanya mengenakan kemeja kotak – kotak dan celana pendek yang nyaris tidak terlihat akibat tertutup kemejanya.

TOK! TOK!

"Yeol..." panggil Baekhyun dengan suara rendah.

Tidak ada jawaban. Apa Chanyeol juga ikut makan?

Baekhyun mendesah kecewa. Dia hendak berbalik namun suara kaca yang ditabrak mengalihkan pandangannya.

"Ye—"

"Baek!" bisik Chanyeol dengan mata membulat dan tubuh merapat pada jendela kaca itu.

Baekhyun tanpa pikir panjang langsung ikut mendekatkan tubuhnya pada jendela. "Kau tidak apa – apa? Apakah masih sakit? Sudah diobati belum?" cemas Baekhyun namun kepala Chanyeol menggeleng sembari tersenyum.

"Terima kasih sudah mengkhawatirkanku" ucap Chanyeol memandang Baekhyun.

Baekhyun memajukan bibirnya. "Kau tidak pantas dikasihani! Tadi kau berselingkuh!"

"Aku hanya menggodamu. Apa kau cemburu?"

"Apa kau mesti bertanya?" Chanyeol tertawa.

"Positif cemburu!"

"Kau positif gila!"

"Jangan dibahas lagi Baek. Kau membuatku semakin ingin memecahkan kaca sialan ini dan mencumbumu habis – habisan!" geram Chanyeol dengan tatapan tajam membuat pipi Baekhyun bersemu.

"Pecahkan saja. Aku tidak peduli. Aku... merindukanmu" bisik Baekhyun bersuara lirih.

Chanyeol mengerutkan alisnya. Jantungnya berdebar melihat Baekhyun begitu polos dan jujur mengatakannya. Tangannya semakin terkepal kuat menahan niat untuk tidak menjadikan kaca mahal itu sebagai korban kegemasannya pada Baekhyun. Akhirnya Chanyeol hanya bisa menundukkan kepalanya denan kedua tangan di sisi kiri kanan kepalanya.

"Kau tahu? Aku sangat menderita dengan syarat brengesek yang ayahku buat"

Baekhyun mengangguk. "Kau sudah berusaha Yeol dan aku sangat bangga padam—"

"Aku ingin menciummu Baek" ucap Chanyeol serius.

Baekhyun membeku. Tatapan Chanyeol seolah menelanjanginya. Chanyeol begitu seksi ketika dia berkata tanpa keraguan sama sekali. Baekhyun berwajah sendu. Dia juga ingin mencium Chanyeol. Memeluknya dan membisikkan kata cinta sambil berbagi kehangatan.

Namun dia tidak bisa.

"Kalau begitu cium aku" balas Baekhyun.

Chanyeol terdiam ketika melihat Baekhyun memejamkan matanya dibalik kaca. Dia terkekeh kecil dan memegang sisi kaca yang menampilkan wajah Baekhyun. Chanyeol mendekatkan bibirnya pada benda dingin itu, begitupun Baekhyun.

Pada akhirnya mereka menjadikan kaca sebagai media pertemuan mereka. Chanyeol masih menempelkan bibirnya pada kaca seolah – olah mereka memang sedang menikmati bibir satu sama lain.

Saat ciuman mereka terlepas. Pandangan mereka kembali bertemu. Baekhyun tertawa manis menghasilkan magnet bagi Chanyeol. Dia juga tertawa menanggapi betapa bodohnya sikap mereka yang bahkan hendak mengikarkan janji suci esok.

"Tunggu aku di altar" pinta Baekhyun dan Chanyeol mengangguk.

"Pasti, Baeby. Aku akan menunggumu"

.

.

.

Diatas bukit kecil dengan deru ombak dibawah mereka. Baekhyun mulai berjalan perlahan mendekat seorang pria yang sedang berdiri menantinya. Chanyeol mengulaskan senyumanya. Tuxedo putih dengan rambut yang ditata keatas menampilkan sosok Park Chanyeol yang begitu tampan dan dewasa.

Jantung Baekhyun berdegup sungguh kencang. Dia mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri selagi melangkah. Hingga akhirnya tangan mereka dapat merasakan kehangatan satu sama lain. Disaat itulah semua kegugupan dan rasa gelisahnya menghilang. Baekhyun tersenyum bahagia dan mengatakan 'aku bersedia' dengan sangat lancar tanpa keraguan sedikitpun. Meyakinkan Chanyeol bahwa dia juga telah menyerahkan seluruh jiwa dan raganya pada pria tercintanya.

Chanyeol terus menatap Baekhyun lekat. Senyuman tidak pernah lepas dari paras menariknya. Sampai ketika bibir mereka bertemu barulah Chanyeol maupun Baekhyun merasakan kehangatan terdalam yang telah lama mereka impikan. Para tamu bersorak riuh melihat adegan itu. Membuat suasana acara pengucapan janji suci tersebut menjadi lebih meriah dari sebelumnya. Kedua belak pihak keluarga juga turut berbahagia, bahkan ibu Baekhyun tidak berhenti menitikkan airmatanya. Menatap wajah Baekhyun yang penuh suka cita.

"Akhirnya aku bisa menyentuhmu juga Baek" ucap Chanyeol lalu mencium kembali bibir Baekhyun penuh kelembutan.

.

.

.

Pesta pernikahan Chanyeol dan Baekhyun benar – benar terbilang sangat ramai karena begitu banyak tamu undangan yang datang. Setelah pindah tempat kedalam gedung yang menampilkan pemandangan pantai indah Thailand. Kedua mempelai masih tidak bisa bersama untuk waktu yang lama. Chanyeol berada disekitar luar gedung dekat pantai sambil menyalami beberapa kolega ayahnya. Sedangkan Baekhyun berfoto bersama tamu lainnya didalam gedung.

Padahal hari ini adalah hari yang dinantikan oleh Tuan Park untuk terus menempel kemana – mana bersama si mungil yang sudah sah menjadi miliknya. Namun wajah murung seorang Park Chanyeol masih terpajang jelas dimukanya.

Adanya persyaratan atau tidaknya sama sekali tidak merubah apapun.

"Baekhyun! Selamat! Sekarang kau sudah bersuami!" pekik Kyungsoo girang sambil memeluk Baekhyun.

"Terima Kasih Kyung!"

"Mari kita berfoto dulu! Hari ini kan momen besar! Kita harus mengabadikannya!" Luhan segera menarik Baekhyun, Tao, dan Kyungsoo merapat.

"Yah! Tao kau tidak terlihat! Coba sekali lagi!" Luhan semakin bersemangat menjulurkan tangannya untuk berselca.

Tangan besar Ketua Park hendak menyentuh namja mungil yang sudah halal lahir batin menjadi milik suaminya itu. Seakan mereka tenggelam kedalam momen kebahagian. Sepertinya para uke itu tidak berniat berhenti mengambil gambar sampai memori kamera Luhan full.

"Mereka ribut sekali seperti gadis perawan" oceh Kai yang datang dan menepuk pundak Chanyeol sambil memperhatikan para uke itu.

"Hahaha. Biasanya Luhan tidak akan berhenti sampai baterai kameranya habis" tambah Sehun yang juga berdiri berjejer bersama mantan para penguasa sekolah.

"Biarkan saja mereka menikmati waktu mereka. Sebentar lagi juga bosan" papar Kris lalu meneguk wine-nya.

"Apa kalian semua yakin kalau mereka semua masih perawan—ah maksudku perjaka? Bukankah kalian yang telah menjebol telak pertahanan mereka?" celetuk Chen sangat santai yang sontak membuat semua namja – namja tampan itu menoleh padanya.

Kris dan Sehun langsung memalingkan muka. Sementara Kai berdehem seolah – olah dia sedang terkena penyakit batuk keras. Lalu Chanyeol? Fantasi liarnya mulai mengudara tanpa melepaskan pandangannya dari Baekhyun disana.

"Uhuk! Aku kan sudah menikah jadi tidak masalah" balas Kai menatap tajam Chen.

Chen hanya berdecih. Dia melihat Kim Minseok dari kejauhan. Pria itu tersenyum lembut padanya. Chen mengeluarkan smirk handalannya. Dengan cepat dia meneguk wine yang ada di meja saji lalu menghampiri pria itu tanpa pamit pada teman – temannya.

Chanyeol masih dalam mode menghayal. Otak mesumnya sungguh aktif bekerja akibat perkataan bodoh Chen. Dia tidak sabar menantikan nanti malam. Chanyeol berjalan mendekat kearah Baekhyun.

"Baekhyun!" sahut Chanyeol gemas.

Baekhyun tidak mendengar karena Lay turut hadir di pesta dan memberinya selamat. Chanyeol menggeram frustasi. Tidak berapa lama sebuah tangan menariknya membuat tubuh jangkung itu berbalik.

"Selamat atas pernikahanmu Chanyeol" ucap Seulgi yang berdiri anggun bersama Jackson disebelahnya.

Chanyeo tersenyum.

"Sama – sama. Terima kasih sudah mau datang kalian berdua"

Jackson hanya mengangguk dan mereka bersalaman. Lalu Jackson mulai berbincang – bincang dengan tamu lain ketika ada yang menyapanya. Tinggalah Seulgi dan Chanyeol berdua disana.

"Bukan masalah. Lagipula sekalian berlibur. Ngomong – ngomong Baekhyun dimana?" tanya Seulgi sambil mengalihkan pandangannya.

"Seulgi!" sahut Baekhyun.

Seulgi menoleh lalu tersenyum pada pria manis disampingnya. Mereka berpelukan sembari Seulgi mengucapkan selamat. Baekhyun benar – benar senang Seulgi bisa memenuhi janjinya untuk datang kepernikahannya.

"Aku dengar Chanyeol mendapat persyaratan tidak boleh bertemu atau menyentuhmu selama acara pernikahan kalian berlangsung?"

Baekhyun terkikik. "Ya. Begitulah"

"Heol. Dia hebat juga bisa bertahan selama itu tanpamu"

"Sebetulnya dia nyaris menyerah. Tapi syukurlah si idiot itu bisa melaksanakannya dengan baik sampai sukses"

"Ya! Apa itu caramu memanggil suami barumu Baby?" Chanyeol merengut disebelah Baekhyun sambil merangkul pinggangnya erat.

"Jangan bersikap bodoh Yeol!" malu Baekhyun tapi Seulgi malah tertawa kecil menanggapinya.

"Oh ya. Sabtu depan gantian kalian yang harus datang ke New York" ucap Seulgi sambil tersenyum.

"Jangan bilang kau—"

"Ya. Aku akan menikah dengan Jackson. Kuharap pernikahanku tidak mengganggu waktu bulan madu kalian"

"Tentu saja tidak. Hitung – hitung sekalian mencoba hotel di New York" canda Chanyeol sambil melampirkan smrik-nya pada Baekhyun yang bersemu.

"Astaga kau masih saja malu – malu dengan suamimu, Baekhyun. Aku penasaran bagaimana malam pertama kalian" komentar wanita bermata kucing itu sambil bersedekap.

Sontak pipi Baekhyun memerah lagi dan dia tidak berani menatap Chanyeol yang sedang memandangnya penuh aura hendak memangsanya.

"Tenang saja. Kupastikan dia tidak akan bisa berjalan tiga hari kedepan, Seul"

Mendengar pernyataan Chanyeol, Baekhyun semakin mengerutkan pegangannya dipinggang Chanyeol. Oh, tidak… Apakah Chanyeol benar – benar serius dengan ucapannya? Kelihatannya meski Chanyeol idiot dia bukan tipe yang suka bercanda seperti itu jika menyangkut masalah ranjang.

.

.

.

Pukul sembilan malam pesta meriah tersebut telah usai. Para keluarga, saudara, maupun penguasa sekolah sudah kembali kekamar masing – masing.

Chanyeol dan Baekhyun menempati sebuah suite room yang berlokasi diatas bukit. Pemandangan dibawahnyas menampilkan laut malam negeri Thailand. Baekhyun menikmati momen terkagumannya pada kamar yang memang didesain bernuasa romantic itu. Kelopak mawar dimana – mana dengan lilin aroma terapi yang mendukung suasana disana. Sementara Chanyeol dibelakangnya meletakkan koper mereka tidak jauh dari lemari pakaian. Sebelumnya Park Hana sudah berkemas untuk baju mereka karena sebelumnya keluarga Park berkumpul kembali setelah semua tamu undangan pulang.

Flashback

"Chanyeol selamat! Karena kau berhasil melewati syarat dariku dan telah menjadi pria dewasa yang siap bertanggung jawab atas Baekhyun" ucap Seunghyun dengan bijak sambil menepuk anaknya.

"Tentu saja! Tekadku keras seperti baja! Tidak mudah rapuh atau patah semangat biarpun aku tahu kalian semua memang benar – benar brengsek sengaja mencoba menguji nyaliku. Sayangnya kalian tidak bisa mengalahkanku! Menyedihkan! Haha" tawa jahat Chanyeol menggelegar diseluruh ruangan. Sementara Luhan hanya menggelengkan kepala dan yang lain berwajah datar menanggapinya.

"Dasar idiot" lirih Luhan.

"Baiklah! Kalau kau bisa berkata kau memang bertekad baja. Bisakah kau melaksanakan hal ini?" tantang Park Haraboji berwajah serius.

"Apa? Jangan bilang kau ingin menunda honey moon-ku bersama Baekhyun Kakek Tua!?" geram Chanyeo yang langsung merapatkan tubuhnya pada Baekhyun.

"Ternyata otak udangmu cepat juga menangkap maksudku"

"Apa?! Tidak! Ohh, tidak bisa! Aku tidak akan membiarkan kau melarangku lagi untuk menyentuh si mungil ini! Tidak akan!" sahut Chanyeol penuh penekanan.

"Berarti kau kalah! Menyedihkan! Haha" tawa Park Haraboji mengikuti gaya Chanyeol tadi.

Chanyeol menggeram. Dia tidak suka harga dirinya dijatuhkan seperti ini oleh kakeknya. Tapi dia juga tidak ingin melepaskan momen malam pertamanya dengan Baekhyun. Baekhyun hanya menatap Chanyeol. Jujur dia juga tidak setuju dengan tantangan Park Haraboji. Dia juga menginginkan Chanyeol malam ini.

Mereka saling bertatapan dengan tangan Chanyeol yang menggenggam erat tangan si mungil. Tatapan tajam Chanyeol beralih pada Park Haraboji. Semua orang disana seketika hening. Tiba – tiba Chanyeol berjalan mendekat kearah ibu Baekhyun yang duduk disebelah Michele.

"Eomma. Aku mencintai Baekhyun. Karena itu, izinkan aku bercinta dengan anak tersayangmu malam ini eomma" ucap Chanyeol penuh ketegasan didepan ibu Baekhyun sambil membungkuk 90 derajat.

Mata Baekhyun membulat dan pipinya bersemu merah. Orang – orang yang mendengar Chanyeol meminta izin sejelas itu juga ikut terkejut. Chanyeol menegakkan tubuhnya dan tersenyum pada ibu Baekhyun tanpa rasa malu sedikit pun.

"Aku ingin menjadikannya milikku meski aku dan Baekhyun tahu ini bukan malam pertama kami" jujurnya lalu mengaruk tengkuknya tak gatal.

Chen tertawa keras membuat mereka semua tersadar. Astaga, Tuan Park ini memang benar – benar nekat dan keras kepala sampai harus berkata sejujur itu dihadapan orang banyak.

Baekhyun hanya tersenyum dibelakang punggung Chanyeol. Ini adalah Chanyeolnya. Park Babo idiot yang tingkah lakunya memang tidak pernah bisa diprediksi dan selalu bersikap spontan seenak jidatnya.

Baekhyun menyukai Chanyeol yang seperti itu.

Selamanya.

.

.

Maka dari itu. Sekarang Chanyeol dan Baekhyun sudah berdiri didepan ranjang. Disinari cahaya rembulan sambil berhadapan satu sama lain. Chanyeol menatap lekat pria yang selalu membuatnya jatuh cinta berkali – kali. Kemudian tangan itu mengelus lembut pipi Baekhyun yang seketika terpejam merasakan rangsangan yang diberikan suaminya.

Chanyeol tersenyum lalu membawa bibirnya mendekat pada bibir tipis Baekhyun. Baekhyun memiringkan wajahnya dan langsung membuka perpotongan bibirnya hingga Chanyeol refleks melumat si pemilik bibir candu baginya. Mereka saling melumat satu sama lain secara perlahan. Meresapi gairah yang mulai muncul diantara mereka.

"Jadikan aku milikmu selamanya, Park Babo" lirih Baekhyun sambil tersenyum mengawali malam panjang mereka.

.

.

.

.

.

Previously

Maka dari itu. Sekarang Chanyeol dan Baekhyun sudah berdiri didepan ranjang. Disinari cahaya rembulan sambil berhadapan satu sama lain. Chanyeol menatap lekat pria yang selalu membuatnya jatuh cinta berkali – kali. Kemudian tangan itu mengelus lembut pipi Baekhyun yang seketika terpejam merasakan rangsangan yang diberikan suaminya.

Chanyeol tersenyum lalu membawa bibirnya mendekat pada bibir tipis Baekhyun. Baekhyun memiringkan wajahnya dan langsung membuka perpotongan bibirnya hingga Chanyeol refleks melumat si pemilik bibir candu baginya. Mereka saling melumat satu sama lain secara perlahan. Meresapi gairah yang mulai muncul diantara mereka.

"Jadikan aku milikmu selamanya, Park Babo" lirih Baekhyun sambil tersenyum mengawali malam panjang mereka.

.

.

.

"Emhh… ini tidak benar" sebuah erangan lolos dari bibir tipis milik pemuda mungil dibawah kukungan seorang namja tampan.

Chanyeol mengadahkan kepalanya, sedikit mengangkat dada menjauh dari tubuh ringkih Baekhyun.

"Apa yang tidak benar?" tanyanya sangat heran mengapa suaminya ini menghentikan aktivitas yang sedang ditekuni Chanyeol.

Baekhyun menghembuskan nafas. Pipinya bersemu merah padam dan paru – parunya serasa haus akan udara. Bagaimana dia tidak kekurangan pasokan oksigen? Sejak Chanyeol menyentuhnya lalu menidurkan pria mungil itu dia sudah dihajar bertubi – tubi. Park Chanyeol menghujaninya dengan ciuman yang terlampau mesra pada bibir Baekhyun.

Baekhyun tahu ini adalah malam pertama—ehem, ralat! Malam kesekian yang akan mereka habiskan bersama. Chanyeol pun juga sudah menantikannya semenjak dia berhasil melampaui syarat sialan dari ayahnya. Dan pria bertubuh seksi ini tidak akan menyia – yiakan detik berharga mereka.

"Ini tidak benar Yeol" sekali lagi, pernyataan Baekhyun sungguh tidak masuk akal.

"Apa yang tidak benar Baby?" tanya Chanyeol kembali sedikit kesal.

"A—apa kita akan sekarang melakukannya?"

"Malam pertama kita maksudmu?"

Baekhyun mengangguk penuh keraguan.

"Tentu saja Baby. Kita sudah menikah. Sudah sah satu sama lain. Bahkan aku sudah meminta izin ibumu dan pada semua orang dimuka bumi ini untuk menyetubuhimu. Apakah kau masih tidak percaya?"

"Kau berlebihan" komentar Baekhyun sambil memainkan kancing baju Chanyeol.

Pria itu terkekeh. "Tapi kau menyukainya kan?"

"Apa aku harus menjawabnya?"

"Ah, tidak perlu. Aku sudah tahu" Chanyeol menyengir bodoh. Baekhyun kembali mengerutkan tubuhnya pada dada bidang Chanyeol yang mulai menindihnya lagi.

Mereka masih berpakaian lengkap meski peluh sedikit bercucuran didahi seksi nan tampan Park Chanyeol. Baekhyun pun kondisinya tidak jauh beda. Hanya saja ketiga kancingnya sudah terbuka akibat tangan nakal suaminya. Mereka masih belum mau bermain ke inti entah mengapa.

"Jadi? Aku boleh melanjutkannya?" tanya Chanyeol mencoba bersikap lembut.

Baekhyun berpikir sejenak. Dia sendiri lupa apa yang membuat mereka berhenti ditengah – tengah. Sepintas ingatannya kembali setelah diotaknya terlintas seperti bohlam yang menyala.

"Aku ingin mandi" tutur pemuda bermata sipit ini.

Chanyeol membulatkan matanya.

Tunggu apa ini tidak aneh? Mandi? Bukankah jika bercinta Baekhyun juga akan berkeringat? Lalu apa bedanya? Mengapa sekarang pemuda mungil ini mempunyai niat untuk membasuh tubuhnya?!

"Kau bercanda Baek. Lihatlah sekarang sudah jam berapa? Jam setengah sepuluh! Kau itu tidak tahan udara dingin!" jelas Chanyeol memberikan beberapa penekanan pada kalimatnya sendiri.

"Aku tahu! Aku tidak rabun, Park Babo! Tapi tubuhku lengket sekali. Aku tidak suka" cicit Baekhyun mengendus aromanya sendiri.

"Aku suka! Aku menyukainya, Baek demi Tuhan hal itu tidak ada bedanya ketika kita akan bercinta nanti!" Chanyeol masih ngotot. Sebenarnnya ereksinya sendiri sudah berkedut kesakitan. Oh, ayolah Baekhyun jangan menahan libido si pemangsa ini.

Baekhyun merenggut dan mulai memposisikan tubuhnya untuk duduk. Dia memasang wajah yang seratus persen dijamin membuat suaminya mengalah. Kedua tangannya terlipat didepan dada dan mulai merajuk.

"Aku ingin mandi…" lirihnya sambil memajukan bibir.

Chanyeol menahan hasratnya untuk segera melumat bibir mengiurkan tersebut. Dia menghela nafas sekali. Sungguh Tuhan memang sedang mengujinya. Oke, tahanlah sebentar Park Chanyeol. Kau akan mendapatkan bokong seksi milik suamimu. Pasti!

"Baiklah, Nyonya Park" ucap Chanyeol sedikit mendesah.

Baekhyun tersenyum manis dan berlutut. Pria mungil itu mengecup bibir Chanyeol sekilas sambil menangkupkan wajah pemudanya dengan kedua tangannya. Chanyeol merengkuh pinggang ramping Baekhyun. Dia juga balas tersenyum. Menandakan dia sudah tidak semarah tadi.

"Gomawo. Aku mandi dulu ya. Tidak akan lama kok"

Baekhyun beringsut turun kebawah ranjang berjalan menuju kamar mandi.

"Kau yakin suami tertampan sejagat raya milikmu ini tidak ingin bergabung didalamnya? Kujamin waktu mandimu akan terasa yahut Baekhyun" goda si pemilik suara bass sambil menoleh kearah si mungil.

Baekhyun semakin menyipitkan mata dengan bibir mengerucut. Chanyeol tertawa melihat ekspresi menggemaskan Baekhyun.

"Baiklah aku mengerti"

"Setelah aku mandi. Giliran kau. Okay?"

Chanyeol mengangguk sembari merebahkan tubuhnya diatas ranjang empuk itu. "Okay, Baeby"

.

.

.

20 menit kemudian.

Chanyeol keluar dari kamar mandi setelah melakukan ritual mandi malam yang paling tidak disukainya. Jujur saja, sebenarnya pria maskulin idaman seluruh wanita maupun uke itu jarang mandi. Tapi yang mananya ciptaan berkualitas Tuhan. Meskipun dia tidak mandi kadar ketampanannya tetap tidak berkurang sedikitpun.

Namun tubuh atletis itu sudah membersihkan dirinya. Sekarang Chanyeol tampak segar dengan handuk putih melilit di area pribadinya. Huh, menganggu saja benda itu!

Chanyeol mengedarkan pandangannya kesegala arah. Tidak ada tanda – tanda dari suami mungilnya. Kemana Baekhyun pergi? Apa pria itu melarikan diri akibat rasa gugup malam pertama? Ah, tidak mungkin. Mereka sudah berkali – kali bercinta masa Baekhyun masih canggung?

"Baekhyun?" Chanyeol memanggilnya.

Sunyi.

Chanyeol merasa heran. Dia sedikit panik. Apa Baekhyun diculik? Oh, Chanyeol mulai paranoid kembali. Seulgi sudah tobat. Mana mungkin dia kembali ingin merusak hubungan sah mereka?

"Baekhyun kau dimana?!" sahut Chanyeol mulai kesal.

"Disini!" suara itu melegakan perasaan Chanyeol.

Kaki jenjang pria jangkung itu segera melangkah mendekati sumber suara. Baekhyun diluar kamar. Lebih tepatnya diteras yang terdapat kolam renang outdoor disampingnya dengan pemandangan pantai dibawahnya. Sedang duduk sambil memainkan kakinya di air.

"Astaga kupikir kau menghilang. Jangan seperti itu lagi!" ucap Chanyeol sedikit menaikkan nada bicaranya.

Baekhyun memiringkan kepala.

"Ada apa?"

"Kupikir kau menghilang, Baek"

"Kau terlalu berlebihan"

"Aku hanya khawatir" balas Chanyeol lalu berkacak pinggang menanggapi reaksi Baekhyun yang terbilang santai.

"Maaf" cicitnya dan Chanyeol segera menundukkan tubuhnya untuk mencium pucuk surai si mungil.

"Tidak apa – apa. Kenapa kau malah diluar dengan bathrobe itu? Seharusnya kau didalam. Nanti kau kedinginan"

"Udaranya sejuk, Yeol. Lihatlah langitnya begitu bersih. Keren sekali bukan?" ucap Baekhyun memandang keatas.

Chanyeol tersenyum lalu menyeret Baekhyun untuk berdiri. Namun belum sempat dia mengajak suaminya untuk melanjutkan sesi yang tertunda Baekhyun sudah menahan gerakan suaminya.

"Aku ingin berenang"

What?! Berenang?!— batin Chanyeol menjerit kaget .

"Jangan bercanda Baeby. Kau tidak bisa berenang" Chanyeol mengingatkan sebelum si mungil tenggelam seperti jaman mereka sedang –ehem- kasmaran.

Tanpa menghiraukan larangan Chanyeol. Baekhyun langsung berdiri lalu membuka bathrobe—nya dan membiarkan penutup tubuh tersebut mendarat kelantai pinggir kolam. Chanyeol yang melihatnya tidak mengedipkan mata sedikitpun. Jakunnya mulai naik turun meneguk ludah. Seluruh sarafnya serasa kaku memandang tubuh telanjang Baekhyun. Dada Chanyeol bergemuruh berniat menerkamnya.

Dia tahu si mungil ini sedang menggodanya.

Chanyeol ingin tahu sejauh mana Baekhyun berusaha menarik perhatiannya. Atau menarik perhatian penisnya yang mulai ereksi kembali? Entahlah.

Baekhyun turun kearea kolam itu pelan – pelan. Tidak sadar bahwa kolam merupakan pusat phobianya pada air dalam jumlah banyak yang menggenang tenang. Jika air laut beda lagi. Baekhyun hanya takut pada kolam renang, itu saja.

Menyadari hal itu Chanyeol yang dasarnya sudah protektif pada suaminya. Langsung terjun kebawah setelah melepas—ehem—penutupnya dengan cepat.

"Baek!" sahutnya segera merengkuh Baekhyun yang sedikit berjengit kaget setelah memasukkan semua tubuhnya kedalam air.

Chanyeol memegang pinggang Baekhyun dan membawa tubuh mereka naik keatas dengan mudah. Semula air tenang yang menggenang itu mulai bergerak akibat tubuh mereka. Baekhyun tertawa disela – sela wajahnya terbanjiri air dari atas kepala.

"Kau membuatku jantungan!" panik Chanyeol namun melihat si kecil tertawa dia merasa Baekhyun menikmati kejadian tadi.

"Aku kira bagian yang ini dangkal" kekehnya dengan tangan melingkar pada leher Chanyeol.

"Memang dangkal! Buktinya, aku saja masih bisa berdiri. Lihat?!"

Baekhyun mem-poutkan bibirnya. "Tinggi kita berbeda Chanyeol!"

"Kalau begitu pikirkan baik – baik apa yang akan kau lakukan sebelum tahu akibatnya! Jangan membuatku takut lagi, Baek" sungut Chanyeol sedikit frustasi.

Baekhyun diam. Dia menunduk merasa bersalah. "Baiklah aku mengerti. Maafkan aku, Yeol"

Chanyeol mendesah. Punggungnya sudah menyentuh pinggir kolam. Chanyeol menyadarkan kepalanya kebelakang. Sebetulnya dia tidak ingin terlihat seperti membentak si mungil. Dia hanya khawatir malam indah mereka akan menjadi kacau hanya karena kolam renang sialan yang nyaris menenggelamkan Baekhyun. Baekhyun yang melihat Chanyeol masih marah mulai merendahkan tubuhnya dan menaruh kepala didada bidang suaminya.

"Aku— hanya ingin kita melakukannya dikolam"

Satu kalimat berupa bisikan yang meluncur dari bibir tipis itu membuat mata Chanyeol terbuka. Dia tidak salah dengar kan? Jadi ini maksud Baekhyun yang sengaja mencari alasan untuk mandi? Karena ingin bercinta di kolam?

Chanyeol memperhatikan wajah Baekhyun dengan seksama. Dia seolah meminta jawaban ketika tangannya mengangkat dagu Baekhyun untuk menatapnya. Mata Baekhyun sukses membius fungsi kinerja otak Chanyeol.

Tanpa persetujuan lebih lanjut, Chanyeol sudah melumat bibir yang selalu menghipnotis pikirannya agar berbuat sesuatu yang lebih panas. Baekhyun membalas ciuman Chanyeol perlahan. Bibirnya menghisap bibir bawah Chanyeol sementara pria jangkung itu melakukan hal yang berlawanan. Kepala Baekhyun terhentak beberapa kali karena Chanyeol meraupnya dengan rakus.

Dia mengimbangi ciuman suaminya. Mengusak rambut basah Chanyeol dengan sedikit menjambaknya. Maka Chanyeol membuka mulut. Lidah mereka saling mendamba satu sama lain. Memagut dan melilit layaknya manusia yang haus akan definisi bercinta. Chanyeol terus memasukkan lidahnya kedalam mulut Baekhyun. Cairan liur mereka menetes bercampur air kolam.

Nafas keduanya mulai tidak teratur. Hembusan hangat Chanyeol pada permukaan pipi Baekhyun membuatnya semakin memanas. Pria mungil itu merasa pusing akibat ciuman yang dianggapnya luar biasa dari sebelumnya.

Sepertinya Chanyeol serius dengan pernyataan dia akan membuat Baekhyun tidak bisa berjalan di pagi hari.

"Baek, aku menginginkanmu" bisik Chanyeol, bibirnya sudah mengecupi leher jenjang Baekhyun.

Melumatnya, menggigitnya sensual sampai menimbulkan tanda membekas. Pria jangkung itu memberikan warna – warna merah keungunan lebih banyak disekitar pundak maupun dada Baekhyun.

Hingga ciumannya turun kearah nipple namja mungil itu. Chanyeol mulai mengulumnya. Membiarkan Baekhyun membusungkan dada merespon sensasi geli bercampur nikmat.

"Ahhh… Emhhh… Chan—" Baekhyun mendesah.

Mulut ajaib Chanyeol bekerja dengan sangat lihai menggoda nipple Baekhyun untuk mengeras. Pria itu mengigitnya kasar sedangkan dengan tangan lainnya memelintirnya. Tidak hanya sampai disitu. Chanyeol menyentuh penis Baekhyun dan mengurutnya perlahan.

Baekhyun memejamkan mata sembari mendongakkan wajahnya keatas. Maka lehernya kembali menjadi sasaran bibir seksi Chanyeol tanpa tangan yang dibawah berhenti bekerja. Memanjakan seluruh titik sensitif Baekhyun.

"Yeol. Masukkan saja" erang Baekhyun dikala dia sudah mendapatkan klimaksnya.

Chanyeol tersenyum miring lalu mengangkat pinggang Baekhyun untuk merapat padanya. Tubuh Baekhyun jadi semakin ringan akibat tekanan air disana. Membuatnya memudahkan penetrasi mereka.

Chanyeol melebarkan belahan menggoda milik Baekhyun. Lalu memasukkan miliknya perlahan sambil memandangi wajah suaminya yang begitu manis. Dia tersenyum ketika Baekhyun berjengit mengigit bibirnya. Maka dengan sekali hentakkan, batang Chanyeol sudah sepenuhnya menembus lubang sempit Baekhyun.

"Ahhhh!" Baekhyun berteriak.

Ohh, sungguh wajahnya semakin membuat penis Chanyeol mengeras didalam sana.

"Bergeraklah" titah Baekhyun.

Chanyeol mulai menggerakkan miliknya keluar masuk secara perlahan. Tangan besarnya memegang pinggang Baekhyun membantunya turut menaik turunkan tubuhnya secara berlawanan. Mata bulat itu terpejam merasakan pijatan luar biasa yang diberikan Baekhyun terhadap penisnya.

Ini terlalu nikmat.

"Ahhhh… Ngghh.. Baek" erang Chanyeol ketika dia belum menemukan titik yang dapat memuaskan Baekhyun.

Kenapa malam ini sulit sekali?

"Chan… Teruss… Mhhhh… Ahhh" desah Baekhyun yang juga merasa heran mengapa mereka belum merasakan kenikmatan yang lebih.

Baekhyun mengalungkan kakinya pada pinggang Chanyeol. Pria itu tidak berhenti menggerakkan tubuhnya. Mengoyak lubang Baekhyun yang menjadi semakin licin.

"Ahhh!" Baekhyun berjengit.

'Gotcha!' batin Chanyeol sambil menyeringai.

Dia menemukan titik kenikmatan Baekhyun. Maka pria seksi itu mengeratkan pegangannya pada pinggang Baekhyun dan terus menghujam ditempat yang sama. Baekhyun berteriak keenakkan. Dia memeluk tubuh Chanyeol lalu mengajaknya berciuman panas.

"Mhhh… Baek. Kau sungguh nikmat" puji Chanyeol disela ciuman mereka.

Baekhyun memasukkan lidahnya. Memagut miliknya dengan Chanyeol sambil meremas rambut suaminya. Chanyeol menghentak miliknya lebih dalam membuat Baekhyun meraup dengan kasar bibir Chanyeol yang terbuka sampai hidung mereka bertabrakan.

"Auhhh" rintih si mungil.

Chanyeol tertawa. "Haha. Pelan – pelan saja, Sayang. Kau pasti, ahh… mendapatkan—uhh…nya"

Baekhyun terkekeh dan mengangguk. Dia kembali menciumi leher Chanyeol. Melumatnya, mengigitnya, lalu menghisapnya seperti yang selalu Chanyeol lakukan. Chanyeol tersenyum ketika Baekhyun menjilat hasil karyanya.

"Kau—uhh. Dasar penggoda kecil yang.. ngghh.. ahh.. seksiihh" ucap Chanyeol lalu menghujam lubang Baekhyun kembali.

"Ngghhh… hahh… ahh.. Berhenti bicara Park Babo!" geram Baekhyun merasakan milik suaminya membesar disana karena urat penis Chanyeol menggesek kasar dindingnya.

"Chan— aku hampir sampai" Baekhyun memperingati.

Chanyeol menambah kecepatannya. Dia mendorong miliknya lebih dalam, lebih cepat, hingga bergerak acak. Baekhyun hanya mendesah – desah seolah pikirannya melambung jauh. Kepalanya pusing dan pipinya memanas. Ini sungguh nikmat. Chanyeol semakin hari semakin hebat dalam membuatnya terlena akan seksnya. Tubuh Baekhyun begitu mendamba setiap sentuhan suaminya.

Dengan tiga kali hentakkan kuat Chanyeol menyemburkan spermanya kelubang Baekhyun. Si mungil yang merasakan benih hangat Chanyeol memejamkan mata erat. Baekhyun menghela nafas panjang lalu tersenyum pada pria yang sedang asyik memandang wajahnya yang tengah berorgasme bersama.

"Kau cantik sekali, Baek. Pipimu yang memerah saat kita sampai. Membuatku selalu jatuh cinta padamu" papar Chanyeol lalu mengecup bibir Baekhyun.

Wajah Baekhyun bersemu mendengarnya. Namun dia mendesis kecil sambil meremas pundak Chanyeol. Sedangkan pria itu acuh, tetap memberikan kecupan kecil pada Baekhyun.

"Emmh… kenapa punyamu keluar banyak sekali? Aku ahh—" Baekhyun mengangkat pinggangnya saat dirasa Chanyeol masih menggenjotnya dengan pelan setelah mereka orgasme.

"Mungkin belum keluar semua" Chanyeol menyengir bodoh disela tarikan nafasnya.

Baekhyun hanya merenggut.

Tiba – tiba Chanyeol mengangkat tubuh Baekhyun hingga namja itu telungkup diatas kolam renang. Wajah Baekhyun masih memerah dan kepalanya sungguh pening pasca orgasme. Dia tahu kearah mana situasi ini akan berujung saat pinggangnya dipaksa naik keatas.

Chanyeol sudah menindihnya lalu mengaitkan kedua tangan mereka. Tidak lupa memberi satu kecupan panjang dibahu namja mungil dibawahnya. Baekhyun terkekeh menanggapinya. Dia sudah mengerti kadar hasrat seksual suaminya yang tinggi.

Chanyeol kembali menghentak Baekhyun.

"Ahhh Yeoolll!"

"Sshhh….Baekk" tanpa jeda lagi Chanyeol segera menggerakkan pinggangnya dengan cepat.

Tubuh Baekhyun tersentak – sentak kedepan. Tetesan air beserta liur Baekhyun yang menetes jatuh kelantai pinggir kolam. Baekhyun mendesah dominan memekik nikmat. Angin laut malam yang berhembus tidak mengganggu aktifitas panas mereka berdua.

Chanyeol masih begitu kuat untuk menghujam miliknya jauh kedalam Baekhyun. Tangan lainnya beralih kepenis Baekhyun lalu mengocoknya cepat. Tidak tanggung, bibirnya memberi banyak kissmark dipunggung si mungil.

Baekhyun kalah telak. Seluruh titik sensitifnya dikuasai tubuh seksi Chanyeol. Pria tercintanya ini benar – benar menghabisinya. Baekhyun hanya bisa mendesah kencang. Alunan suaranya bagaikan musik ditelinga Chanyeol. Chanyeol menyukai itu.

"Ahhhh… Nghh… Chan—"

"Uhhh… Mhhh…"

"Faster… Ahhh"

Chanyeol tersenyum miring. "As you wish, Baby"

Sampai akhirnya Baekhyun mendekati klimaks. Chanyeol menggantungkannya. Memutar tubuh mereka menjadi Baekhyun terlentang dilantai pinggir kolam dengan kaki terbuka lebar. Chanyeol langsung menyambar bibir Baekhyun. Memagutnya hingga bibir Baekhyun merasa bengkak akibat ciuman ganas Chanyeol.

Baekhyun merasa akan klimaks. Otot dindingnya mengencang meransang penis Chanyeol juga ikut klimaks bersamanya. Lalu hentakkan terakhir, mereka berdua sama – sama mengeluarkan cairan hangat dalam jumlah banyak. Berteriak menyuarakan kepuasan mereka yang telah mencapai puncaknya.

Baekhyun terkekeh lagi membuat Chanyeol yang masih mengatur nafas menjadi heran.

"Kenapa?" tanya Chanyeol sambil mengusap peluh dipipi Baekhyun.

Baekhyun menggeleng. Ikut mengusap dahi Chanyeol yang terlihat mempesona. "Milikmu kenapa keluar sangat banyak Yeol? Tidak seperti biasanya. Jika aku yeoja pasti aku bisa langsung hamil!" tawa Baekhyun dan Chanyeol mengecup pipinya gemas.

"Karena penisku yang selalu memberimu kenikmatan ini pintar bisa merasakan kalau sekarang adalah malam pertama kita" jawaban bodoh Chanyeol membuat Baekhyun memasang wajah datar.

"Park Babo!"

Giliran Chanyeol yang tertawa. "Aku tidak sungkan bahkan jika kau dapat hamil Baek"

Baekhyun terdiam mendengar ucapan pemuda itu. Dia menatap Chanyeol sendu. "Tapi aku—"

"Aku tahu. Jangan diteruskan" Chanyeol memotong ucapan Baekhyun.

Mereka terdiam selama lima detik sampai akhirnya Baekhyun melotot memandang Chanyeol yang sudah tersenyum lebar.

"Astaga! Kau bangun lagi!" pekik Baekhyun menahan pundak Chanyeol untuk turun dan mencium bibirnya.

"Memang, Baek. Dan aku tidak akan membiarkanmu tidur malam ini! Bersiaplah!" ucap Chanyeol kemudian menggempur Baekhyun lagi.

Baekhyun benar – benar tidak akan bisa berjalan selama tiga hari kedepan.

.

.

.

Pemuda mungil itu membuka mata ketika jam diponselnya menujukkan pukul 08.21 A.M. Suara deburan ombak yang menderu menggelitik pendengarannya. Baekhyun memejamkan mata. Membalikkan badannya kearah samping.

Tidak ada Chanyeol.

Baekhyun berinisiatif duduk saat dirasa bokongnya merespon rasa perih yang perlahan menjalar disekitarnya. Pria manis itu kembali tiduran dengan posisi telungkup. Dia menghela nafas. Sebenarnya Baekhyun masih sangat mengantuk karena kegiatan malam pertama mereka baru selesai jam stengah 4 pagi.

Mengingatnya wajah Baekhyun memerah padam.

Pintu kamar mandi terbuka, menampilkan Chanyeol dengan rambut basahnya terlihat begitu segar. Pria tampan itu tersenyum melihat Baekhyun memajukkan bibirnya acuh.

"Selamat pagi kesayangan Park Chanyeol" ucapnya lalu mendekati Baekhyun dan mengecup bibirnya memberi morning kiss.

"Kesayangan apanya… Kalau kau sayang padaku jangan menghajarku seperti tadi malam, Yeol. Bokongku jadi sangat sakit" keluh Baekhyun dengan suara pelan.

"Maaf Baby. Habis kau terlalu menggoda, aku tidak kuasa" Chanyeol kembali nyengir membuat Baekhyun memutar bola matanya malas.

"Baiklah kau mandi dan aku akan membawakan sarapan kekamar" ucapnya setelah selesai memakai pakaian.

Baekhyun menggeleng. "Aku mau turun kebawah"

"Tapi kau masih—"

"Sudahlah. Bantu aku kekamar mandi" potong Baekhyun lalu mengangkat tangannya seperti anak kecil yang meminta digendong.

Chanyeol tersenyum. "Baiklah Tuan Putri"

"Yakkk! Park Chanyeol jangan sebut aku seperti itu!" kesal Baekhyun lalu memukul suami yang sedang menggendongnya ala bridal style menuju kamar mandi.

Setelah acara mandi yang sangat ribut. Mereka berdua akhirnya turun ke ruang makan Resort yang sudah disewa keluarga Park. Baekhyun agak kesulitan berjalan tapi Chanyeol masih setia membantu suaminya dengan cara memegangi pinggangnya.

"Astaga pengantin baru bangunnya sangat siang" komentar ibu Baekhyun sembari tersenyum saat menemukan cara berjalan anaknya yang aneh.

"Maaf eomma. Chanyeol tidak membangunkanku. Kupikir masih pagi"

"Tidak apa. Ayo sarapan dulu, Baby. Chanyeol juga" ucap Ibu Baekhyun lalu hendak berjalan mengambilkan sarapan Baekhyun. Mengingat anaknya susah berjalan. Tetapi Chanyeol mencegahnya. Dia mencium pipi Ibu Baekhyun kemudian mulai mengambilkan sarapan untuk Baekhyun.

Saat duduk Baekhyun disambut oleh teman – temannya. Berbagai pertanyaan terlontar dari Kyungsoo, Luhan, dan Tao. Sementara para seme hanya diam terkecuali Kai yang penasaran.

"Desahanmu keras sekali Baek. Sampai terdengar kekamarku" celoteh Kai membuat Baekhyun membulatkan mata. Dia melirik Chanyeol yang sudah duduk disebelahnya dengan piring berisi makanan.

"A—aku tidak mendesah sekeras itu!"

"Jangan bohong Baby aku tahu kau menikmatinya" goda Chanyeol lalu mengecup pipi Baekhyun. Baekhyun memukul paha Chanyeol keras. Tuan Park mengaduh membuat teman – temannya tertawa.

"Ehem. Boleh aku meminta perhatian kalian sebentar?" tiba – tiba suara Sehun mengalihkan pandangan orang – orang yang ada dimeja itu.

"Ada apa Hun?" tanya Baekhyun.

Sehun tersenyum. Pria albino itu berdiri dari kursinya. Dia mulai berlutut dihadapan Luhan yang sedang duduk disebelahnya— merasa heran. Luhan memutar kursi yang membelakangi meja mereka. Karena Kyungsoo menyarankan, begitu pun Baekhyun yang sudah gemas sendiri.

Sehun mengeluarkan sebuah kotak dari celana pendeknya. Dia membuka penutup kotak itu menampilkan cincin silver yang menimbulkan gemuruh dijantung Luhan. Pria cantik itu mengigit telunjuknya hendak menangis.

"Aku tahu ini terlalu pagi untuk sebuah lamaran dan tanpa persiapan. Tapi aku takut kau dilamar oleh pria lain lagi" ucapan Sehun membuat beberapa orang disana tertawa.

Luhan masih duduk sambil mengulaskan senyuman menunggu kata – kata Sehun. Pria itu memegang tangan Luhan dan menatapnya lekat.

"Maukah kau menikah denganku, Luhan? Maukah kau menyandang marga Oh bersamaku?" ucap Sehun dengan senyuman lembut.

Luhan mengangguk tanpa berpikir lagi. Dia langsung berhambur memeluk Sehun hingga pria itu terjungkal dengan posisi duduk.

"Iya Sehun! Aku mau!" sahutnya dengan air mata yang menggenang.

Semua yang ada diruangan itu bertepuk tangan menanggapi. Baekhyun sempat menitikkan air mata. Akhirnya sahabatnya sudah mempunyai keberanian melamar pria yang selama ini menjadi tujuan hatinya. Sehun dan Luhan tersenyum penuh kebahagiaan.

"Berbahagialah Sehun-ah" senyumnya.

.

.

.

Dua bulan berlalu.

Sejak acara lamaran mendadak Sehun untuk Luhan, dua minggu kemudian mereka menikah. Tidak lama seminggu kemudian Kris dan Tao menyusulnya. Sementara Chen dan Minseok masih berpacaran. Mereka bilang mereka tidak ingin terburu – buru.

Baekhyun dan Chanyeol juga sudah tinggal disalah satu rumah yang menjadi rumah idaman mereka berdua. Semua keadaan berjalan dengan baik layaknya rumah tangga harmonis.

Chanyeol bekerja diperusahaan ayahnya—sesuai dengan janjinya. Baekhyun pun turut membantu ibunya bekerja di Caffe. Sekarang klub malam itu sudah tidak ada. Ibu Baekhyun membeli sebuah Caffe sederhana, tapi cukup luas didaerah perkotaan Seoul. Tidak jauh dari tempat tinggal Chanyeol dan Baekhyun.

Jika jam kerja Chanyeol sudah selesai dia akan menjemput si mungil dan pulang bersama. Lalu mereka akan makan malam dirumah. Setelah itu bercinta sampai pagi.

Benar – benar rumah tangga yang selama ini Baekhyun idamkan.

Sampai akhirnya dipagi buta sebuah suara menganggu tidur Chanyeol. Pria itu berlari kearah toilet ketika mengetahui itu adalah suara Baekhyun. Dia menemukan Baekhyun terduduk lemas dimuka closet dengan kepala tertunduk.

"Ada apa Baek?" tanya Chanyeol setengah terkejut.

Baekhyun menggelengkan kepala. "Tidak tahu…" lirihnya.

Chanyeol berjongkok hendak mengangkat tubuh ringkih itu ketika sudah menyelipkan tangannya pada paha Baekhyun. Namun Baekhyun langsung mendorong tubuh Chanyeol dan kembali mengeluarkan isi perutnya. Chanyeol mendekati Baekhyun dan mengurut lehernya sesekali mengusapnya.

"Baekhyun kau sakit?" cemas Chanyeol. Tidak tega melihat Baekhyun muntah – muntah sedemikian banyaknya.

Setelah selesai, Baekhyun mem-flush closet itu lalu terkulai lemas didada Chanyeol.

"Aku ingin minum, Yeol" lirihnya.

Chanyeol mengangguk. Dia menggendong Baekhyun ketempat tidur. Kemudian pergi kearah dapur dan datang dengan secangkir teh panas juga segelas air putih. Baekhyun meneguk air putih itu perlahan. Kemudian Chanyeol memberikan teh panas tetapi Baekhyun menolak pelan.

"Minumlah Baek. Tubuhmu kehabisan energi. Ini mungkin bisa menghangatkan perutmu" bujuk Chanyeol dan akhirnya Baekhyun meminum teh itu.

Chanyeol memperhatikan wajah Baekhyun. Memang pemuda itu semakin kurus jika dilihat. Makanannya juga mulai pilih – pilih. Chanyeol tidak mengerti kondisi Baekhyun yang terbilang aneh seperti ini. Padahal seminggu yang lalu mereka masih kuat bercinta. Apa ini efek buruk dari terlalu banyak bercinta?

Oh, Chanyeol mulai khawatir.

"Baby. Besok kita kedokter ya?" tawar Chanyeol sambil mengelus lembut surai Baekhyun.

Baekhyun menggeleng lemah. "Aku tidak mau. Aku tidak sakit Yeol"

"Tapi kau baru saja muntah"

"Aku baik – baik saja"

"Tidak! Pokoknya besok kau harus kedokter! Aku tidak mau sesuatu yang buruk terjadi padamu. Besok kita kedokter oke" Baekhyun mengalah daripada harus berdebat panjang lebar tanpa henti dengan suaminya yang keras kepala.

Dia memejamkan mata saat Chanyeol membawanya kedalam pelukannya. Chanyeol tidak berhenti mengelus kepala Baekhyun sampai dia juga ikut terlelap.

.

.

.

Pagi hari Chanyeol membawa Baekhyun ke rumah sakit sekitar jam sepuluh. Ketika selesai sarapan tadi Baekhyun sempat muntah lagi sebanyak dua kali. Chanyeol menjadi semakin khawatir.

Dia tidak pernah melihat Baekhyun sakit seperti ini. Mungkin pernah saat Baekhyun dirawat pasca penculikkan. Tapi melihatnya tidak dalam kondisi baik menyakitkan hati Chanyeol.

Chanyeol memapah tubuh ringkih itu berjalan pelan masuk kedalam rumah sakit. Setelah mendaftar, tanpa perlu menunggu lama mereka segera masuk kedalam ruang pemeriksaan.

"Selamat pagi Baekhyun hyung, Chanyeol hyung" sapa seseorang yang memakai jas putih dengan stetoskop mengalung dilehernya.

"Pagi Tao" balas Chanyeol sementara Baekhyun melampirkan senyuman lemah.

Tao yang menjadi suami Kris memang bekerja sebagai dokter. Jadi mereka tidak perlu repot – repot mengantri. Lagipula rumah sakit ini masih mempunyai relasi dengan keluarga besar Tao.

"Astaga, Baekhyun hyung mukamu pucat sekali…" ucap Tao setelah melihat kondisi pemuda itu.

"Dia muntah – muntah beberapa hari yang lalu. Tadi pagi juga. Makannya sekarang mulai tidak teratur dan setiap makan dia selalu memuntahkannya lagi. Sebenarnya dia sakit apa Tao?" tanya Chanyeol mewakili Baekhyun yang sudah terbaring diranjang rawat.

"Baiklah. Aku akan memeriksa Baekhyun hyung dulu"

Chanyeol mengangguk.

Lima menit kemudian Baekhyun keluar dari tirai yang tersibak. Dia berjalan tertatih dengan segera Chanyeol langsung menghampiri Baekhyun dan memapahnya. Sedangkan Tao masih berdiri sambil membaca sebuah berkas yang baru saja diberikan oleh suster disampingnya.

Tao duduk dengan wajah tersenyum. Chanyeol yang melihatnya sedikit heran begitu juga Baekhyun.

"Ada apa? Baekhyun sakit apa Tao?"

Tao terdiam, senyuman itu masih terpapar diwajahnya. Dia menatap Baekhyun dan menggenggam tangannya. "Aku tidak percaya tetapi keajaiban mungkin saja terjadi tanpa diduga" kemudian dia melirik Chanyeol.

"Selamat Chanyeol hyung! Kau akan menjadi ayah. Baekhyun hyung hamil dua minggu!" ungkap Tao.

Chanyeol dan Baekhyun membulatkan mata. Mereka saling bertatapan dan wajah Baekhyun justru lebih kaget daripada Chanyeol. Dia menatap perut datarnya.

Astaga.

Benarkah ada kehidupan lain didalam perutnya? Bagaimana bisa?

"Tao. Jangan bercanda" ucap Baekhyun masih tidak percaya.

Tao mengangguk yakin. "Benar hyung. Kau hamil! Muntah – muntah yang kau alami itu adalah efek dari kehamilan awal. Biasanya gejalanya tidak jauh dari merasa pusing dan mual. Ah, ini sudah kutuliskan beberapa resep obat dan susu yang baik untuk janinmu"

Baekhyun masih terdiam. Dia tidak percaya apakah dia harus senang atau sedih. Dia adalah namja. Mengapa dia bisa hamil? Apa ibunya memang salah melahirkannya kedunia sebagi lelaki?

Chanyeol mengucapkan terima kasih kepada Tao dan menuntun Baekhyun keluar dari ruangannya. Pria mungil itu masih diam. Chanyeol tidak menggubrisnya. Dia lebih memilih untuk menebus obat terlebih dahulu kemudian pulang karena Baekhyun butuh banyak istirahat.

Baekhyun tetap diam sesampainya dirumah. Chanyeol agak khawatir dengan kondisinya. Tapi ini adalah berita baik. Maka dia segera menelpon keluarganya beserta Ibu Baekhyun. Tidak ketinggalan teman – temannya pun dia hubungi dan Luhanlah yang paling antusias mendengarnya.

Chanyeol mengalihkan pandangannya kearah Baekhyun. Dia tidak bergeming. Pria jangkung itu melangkah mendekati Baekhyun yang sedang menonton televisi. Dia melihat Baekhyun mulai mengelus pelan perut datarnya.

"Baek. Ini obatmu. Diminum dulu, Sayang" ucap Chanyeol pelan sambil berlutut didepan Baekhyun.

Baekhyun meminum obat itu dengan patuh. Chanyeol tersenyum memandang pemuda yang selalu membuatnya merasakan hangatnya cinta dihatinya.

Chanyeol mengambil tangan Baekhyun dan mengggengamnya erat. Baekhyun menatap Chanyeol dengan pandangan sendu. Dikecupnya tangan mungil itu berkali – kali sampai Baekhyun akhirnya tersenyum.

"Kau mungkin masih tidak percaya. Tapi aku tidak akan bohong jika sekarang aku mengatakan bahwa aku sangat bahagia bersamamu, Baek. Karena kau telah menghadiahkanku seorang malaikat kecil yang akan membuat diriku menjadi ayah seutuhnya. Aku sungguh bersyukur. Terima kasih, cintaku" perkataan Chanyeol begitu lembut menggema ditelinganya.

Baekhyun menitikkan airmata. Awalnya dia merasa ragu mengapa hal ini bisa terjadi. Tapi senyuman Chanyeol menguatkan hatinya. Kepala Baekhyun mengangguk dan Chanyeol langsung memeluknya erat.

"Terima kasih juga Chanyeol" isak Baekhyun.

Chanyeol mengelus kepalanya perlahan. Dia menghapuskan jejak air mata Baekhyun dan mengecup bibirnya lembut. "Kita rawat bayi kita yah, Baek. Aku berjanji akan menjadi ayah yang baik" senyum Chanyeol.

Baekhyun tertawa. "Kalau kau ayah lalu aku siapa?"

Chanyeol mengangkat kedua alisnya. Dia baru ingat. Tapi sedetik kemudian dia tertawa. "Kau jadi eomma-nya. Karena kau yang menyimpannya didalam perut kecilmu ini" papar Chanyeol sambil mengelus perut rata si mungil.

"Baik – baik didalam sana yah, Baby. Appa menunggumu lahir"

Bagaikan seberkas cahaya kehangatan dihati Baekhyun. Senyuman itu tidak pernah luntur dari bibirnya. Dia sangat beruntung memiliki Chanyeol yang begitu menyayanginya. Baekhyun pun juga berdoa agar diberi kekuatan untuknya dan anaknya nanti.

.

.

.

Menjelang empat bulan kehamilan Baekhyun. Ternyata dia tidak sendiri mengalami hal seperti ini. Sahabat baiknya Kim Kyungsoo juga mendapatkan sesuatu yang special. Baekhyun turut bahagia dengan pasangan Kai dan Kyungsoo yang kehamilannya sudah berjalan sebulan.

Sementara disisi lain Luhan yang juga sangat menginginkannya malah tidak bisa. Tetapi dia tidak bersedih. Karena Sehun mengatakan bahwa mereka akan mengadopsi anak jika anak Chanyeol dan Baekhyun sudah lahir.

Tuan Park begitu protektif dalam menghadapi Baekhyun yang tengah hamil. Dia tidak keberatan setiap hari meladeni permintaan aneh Baekhyun yang bisa dibilang tidak masuk akal dalam masa mengidamnya.

Terkadang Baekhyun merengek minta dibelikan sesuatu yang aneh. Seperti stick baseball, bola basket, atau pita berwarna – warni. Baekhyun sendiri tidak mengerti apa yang dia mau dan mengapa dia menginginkan semua itu. Bahkan ketika Chanyeol akhirnya membawa barang – barang tersebut pulang.

Ini sungguh langka bagi Tuan Park karena sejak dulu pria bengis itu memang tidak suka disuruh – suruh. Apalagi diperintah. Ingat Chanyeol dulunya adalah Ketua dari Penguasa Sekolah. Namun kastanya sekarang jatuh oleh Baekhyun yang menjadikannya pesuruh.

Sungguh menyedihkan..

Walau begitu Chanyeol tetap setia melaksanakan setiap keinginan Baekhyun. Demi dia dan bayi mereka kelak.

Suatu hari permintaan Baekhyun mulai melantur jauh. Beberapa diantaranya menyakitkan hati Chanyeol meski itu tidak terpasang diwajahnya. Ibu Baekhyun hanya berkata bahwa menantunya terbilang sangat hebat dalam menjaga kesabarannya.

"Aku ingin melihat Sehun!" pekik Baekhyun saat Chanyeol sedang libur bekerja.

Chanyeol yang melakukan perintah Baekhyun—dengan berat hati tetap membawa Sehun kerumahnya. Responnya begitu mengejutkan Chanyeol. Baekhyun sangat girang setelah melihat sahabatnya itu. Luhan yang ikut datang tidak cemburu sama sekali. Dia tahu Baekhyun mungkin hanya merindukan suami tampannya itu.

"Sudahlah! Jangan bertindak seperti anak kecil, Yeol! Baekhyun mungkin sedang ingin ngidam melihat wajah tampan" Luhan terkekeh geli setelah mengeluarkan kalimatnya.

"Yak! Memangnya aku tidak tampan?! Aku juga tidak kalah tampan dari Sehun!" kemudian Chanyeol mengamuk dan mengusir Sehun beserta Luhan untuk pulang.

Dibulan ketujuh kehamilan Baekhyun masa ngidam aneh itu sirna sudah. Chanyeol bisa dengan tenang mengurus Baekhyun. Namun yang mengejutkan adalah seiring dengan membesarnya perut Baekhyun. Pemuda itu malah semakin lemah.

Sudah empat kali Chanyeol bolak – balik rumah sakit hanya karena Baekhyun kerap dicek keadaannya. Chanyeol sendiri sebenarnya tidak menyukai rumah sakit meski Tao berjanji akan memberikan perawatan penuh. Tapi tetap saja Chanyeol tidak nyaman, begitupun Baekhyun.

"Chanyeol…" suara parau Baekhyun membangunkan Chanyeol yang tertidur disebelahnya.

Chanyeol menyalakan lampu kecil yang ada dikamar lalu memapah Baekhyun kekamar mandi. Dia mengurut tengkuk pemuda itu dengan sabar. Ya. Baekhyun muntah kembali. Tapi kali ini yang keluar hanya air.

Entah apa yang diderita Baekhyun dikala malam selalu merasa mual dan pening. Fisiknya melemah seiring perkembangan janinnya. Setelah selesai membersihkan mulutnya Chanyeol mulai menggendong tubuh Baekhyun dan membaringkannya diranjang mereka.

Dia berjalan sebentar kearah dapur dan kembali dengan nampan berisi gelas maupun obat. Baekhyun sangat lelah. Bayangkan saja setiap hari dia harus meminum lima obat dipagi dan siang hari hanya demi menguatkan tubuhnya. Dan jika malam tiba semua obat itu akan dikeluarkan lagi.

Chanyeol sedih melihat kondisi lemah Baekhyun.

Dia mengusap perut Baekhyun perlahan sesekali mengecupnya. "Kenapa kau sangat bandel didalam sana, Baby? Apa kau tidak tahu eommamu kesakitan? Tumbuhlah dengan baik. Appa akan menjagamu.." bisik Chanyeol berbicara pada perut Baekhyun.

Baekhyun tersenyum kecil. Tiba – tiba dia merasa perutnya mendapat sebuah gerak. Baekhyun sungguh terkejut karena setelah tujuh bulan lamanya gerakan itu tidak pernah muncul.

"Akh! Yeol, dia menendang!" rintih Baekhyun dan Chanyeol membulatkan mata.

"A—Apa?! Kau bercanda?"

Baekhyun mengangguk sesekali meringis.

"Astaga! Akhirnya kau meresponku! Hey, Baby! Ini appa sayang! Ini appa!" sahut Chanyeol gemas.

Baekhyun tertawa sementara Chanyeol menitikkan air mata. Dia sungguh terharu melihat pergerakan kecil didalam sana. Seolah bayi mereka berbicara pada Chanyeol.

"Pasti dia marah karena diomeli olehmu" kekeh Baekhyun dan Chanyeol tersenyum.

"Hey jagoan! Harusnya appa yang marah karena dirimu appa jadi tidak mendapat jatah selama ini. Huhu… Appa sudah tidak kuat menanggung beban ini. Tubuh eommamu semakin seksi setiap harinya. Menggoda appa untuk memangsanya setiap malam" lirih Chanyeol bersikap melankolis.

Baekhyun memutar bola mata malas.

"Dasar mesum!"

"Tapi kau suka kan?"

Baekhyun menarik wajah Chanyeol dan mengecup bibirnya sekilas.

"Aku juga merindukannya" bisik Baekhyun didepan wajah Chanyeol.

Pria tampan itu membulatkan mata. Dia tidak percaya bahwa Baekhyun juga merindukan seks mereka. Oh, astaga dada Chanyeol bergemuruh seperti seorang gadis. Chanyeol bisa gila! Dia sungguh menginginkan Baekhyun saat ini.

Chanyeol membenamkan wajah kebantal. Baekhyun yang melihatnya terheran. Ada apa lagi dengan suaminya?

"Kau kenapa Yeol?"

Chanyeol mengangkat wajah lalu menatap lekat si mungil. "Kenapa kau malah mengatakannya Baek? Aku— malah semakin menginginkannya… Uhh" keluh Chanyeol dan kembali membenamkan wajahnya.

Baekhyun mengulaskan senyum sambil mengelus surai hitam suaminya. "Kurasa, emm… Kurasa tidak apa kita melakukannya. Bukankah banyak pasangan yang juga melakukan seks dikala hamil?"

Chanyeol seketika bangkit sampai Baekhyun terkejut. Ekspresinya berubah berseri – seri seperti anak anjing dihadapan Baekhyun. Sungguh menggemaskan.

"Benarkah?" sahutnya.

Baekhyun mengangguk agak ragu. "Mungkin"

"Ohhh. Penantianku akhirnya berujung juga! Terima kasih Tuhan!" setelah mengucapkan kalimat konyol itu Chanyeol langsung mencium bibir Baekhyun hingga pemuda itu terjatuh keranjang.

Baekhyun membalas ciuman Chanyeol. Mereka saling memagut bibir satu sama lain seolah mengikis seluruh kerinduan yang selama ini mereka tahan. Chanyeol menopang tubuhnya dengan siku agar tidak menindih Baekhyun.

Mereka masih terbuai dalam momen ciuman panas hingga akhirnya Chanyeol melepaskan celana Baekhyun beserta celana dalamnya. Memasukkan jari - jarinya kedalam lubang Baekhyun lalu melepaskan celananya sendiri.

"Pelan – pelan. Nanti Baby-nya kesakitan, Yeol!" Baekhyun memperingati sebelum Chanyeol berubah buas dan dibalas dengan anggukan Chanyeol.

Chanyeol mulai memasukkan penisnya perlahan. Mendorongnya sedikit demi sedikit. Sementara Baekhyun mengigit bibirnya. Chanyeol mulai menggerakkan pinggulnya pelan, berusaha untuk tidak menyakiti Baekhyun juga anaknya. Namun dia memang selalu tidak bisa menahan gejolak nikmat yang lubang Baekhyun berikan.

"Akh! Sempitt, Baek"erang Chanyeol memejamkan matanya erat.

Reaksi yang selalu dia dapatkan dari Baekhyun adalah yang terbaik. Dia merindukan lubang hangat si mungil yang tidak pernah gagal menjepit miliknya erat. Chanyeol kembali bertindak brutal menggenjot tubuh Baekhyun. Sedangkan Baekhyun juga frustasi. Dia menginginkan lebih tapi dia pun merasa sakit dan takut akan kondisi bayinya.

"Ahhh… Yeol… Nghhh, pelan – pelan" desahnya.

"Uhhh… Baek"

"Mhhh… Ahhh… Ohhh"

"Baek— Aku, aku… sudah dekat sepertinya" ujar Chanyeol memperingati sambil terus menghujam Baekhyun.

Tubuh Baekhyun tersentak ketika Chanyeol mencapai klimaks dan mengeluarkan cairannya. Nafas mereka terengah – engah akibat masa orgasme yang mereka rasakan. Chanyeol tersenyum lalu mencium bibir Baekhyun.

"Terima kasih, Sayang" ucapnya dan Baekhyun mengangguk sambil melampirkan senyuman manisnya.

Chanyeol melepaskan kontak mereka. Dia bangkit dari ranjang dan membuka kaosnya yang sudah basah. Berjalan kearah lemari hendak mengambilkan baju baru untuk Baekhyun yang basah oleh keringat.

"Akhh…" tiba – tiba Baekhyun merintih sambil memegangi perutnya.

Chanyeol menoleh ketika dia sudah memakai kaosnya.

"Akhh! Chanyeol! Sakit… sakit Yeol!" ringis Baekhyun sambil memegangi perutnya.

Pria jangkung itu segera mengenakan celana panjangnya dan mendekat kearah Baekhyun. "Ke—kenapa Baek?"

"AAAAHHHH! SAKIT!" Baekhyun mulai menjerit sambil meremas kencang sprei.

"Astaga jangan – jangan kau akan—"

"IYA AKU AKAN MELAHIRKAN YEOL! CEPAT BAWA—UHH, BAWA AKU KERUMAH SAKIT!" teriak Baekhyun frustasi tanpa menyaring volume suaranya. Membuat Chanyeol dengan setengah keidiotannya segera berlari kebawah dan membuka garasi.

Ditengah perjalanan dada Chanyeol bergedup kencang seakan dia tengah dihantui oleh bayang – bayang menakutkan. Oh, tentu saja. Dia merasa bersalah karena mengajak seks Baekhyun yang tengah hamil. Akhirnya Baekhyun malah kesakitan seperti ini.

"AUUH! AHHHH! OHH! AHH! CHANYEOL!" Baekhyun masih berteriak – teriak histeris.

Chanyeol harus tetap fokus memasang pandangannya pada jalanan. Meski keringat sudah mengucur deras dari pelipisnya. Dia harus fokus. Namun tiba – tiba Baekhyun menjambak rambutnya dengan kencang.

"Akh! Baek! Sakit! Ki—kita bisa menambrak nanti"

"Aku tidak peduli! Cepatlahhh! Ahhh! Uhh!" bentak Baekhyun kalap.

Chanyeol pasrah saja merasakan nyeri diujung kepalanya. Dia tetap melajukan mobil dengan kecepatan penuh meski Baekhyun mulai merancau aneh – aneh. Sesekali dia mengumpat apa saja yang ditangkap bola matanya.

"INI SALAHMU! PARK BABO! BODOH! MESUM! CABUL! ARRGHH!"

"Iya… Iya Baek ini salahku. Limpahkan sakitmu padaku..." ucap Chanyeol hendak menangis. Sepertinya rambutnya akan botak sebentar lagi.

Setelah mengalami perjalanan yang menyakitkan—sialnya rumah sakit milik Tao begitu jauh hingga dia harus merasakan penyiksaan sementara— Akhirnya mereka sampai dan Baekhyun langsung dilarikan ke UGD.

"Baekhyun hyung akan melahirkan?!" Tao yang terburu – buru menghampiri ketika sebelum sampai Chanyeol memang sudah menghubunginya terlebih dahulu.

"Cepatlah tolong Baekhyun, Tao…"

Tao mengangguk. "Baiklah. Pertama – tama kau harus tenang hyung. Tenangkan dirimu"

Chanyeol akhirnya diam meski jantungnya berdetak kesetanan melihat wajah kesakitan Baekhyun. Tubuhnya serasa lemas. Belum kepalanya masih sakit akibat jambakan maut milik suaminya.

"Tapi bagaimana bisa Baekhyu hyung kontraksi, hyung? Padahal janin Baekhyun hyung masih tujuh bulan. Bayinya akan prematur" ujar Tao menatap lekat Chanyeol.

Chanyeo meneguk ludahnya. "Iya... Kurasa ini salahku. Ka—kami melakukan seks dan Baekhyun malah kesakitan…"

Tao membulatkan mata mendengarnya.

"Astaga! Baekhyun hyung sedang hamil tua dan jika kalian melakukan seks berarti kalian hendak melakukan proses induksi pada janinnya, Chanyeol Hyung!" papar Tao dan Chanyeol menunduk lemah.

"Maaf. Aku pikir tidak apa – apa…" Tao menggelengkan kepala mendengar ucapan Chanyeol. Dia segera memerintahkan suster – suster untuk memindahkan Baekhyun menuju ruang operasi. Setelah memberikan infus pada Baekhyun.

"MAU KEMANA KAU HAH?! KEMARI KAUU!" teriak Baekhyun ketika suster mulai mendorong brangkar itu menjauh dari Chanyeol.

"Iya aku disini, Sayang"

Chanyeol menggengam tangan Baekhyun sesekali mengecupnya.

"Uhhh… Chanyeol"

"Sakit ya? Bartahanlah! Kau bisa Baek! Ayo Baby jangan buat eomma kesakitan" cemas Chanyeol tapi masih berusaha menyemangati suaminya. Meskipun dia sendiri sangat panik dan cemas. Apa yang dia lakukan memang sangat bodoh.

Chanyeol menyesal.

"Chanyeol! Hiks… Park Babo ini semua salahmu!" Baekhyun mulai menangis dan genggaman mereka terlepas saat pintu ruang operasi tertutup.

Chanyeol jatuh terduduk. Bibirnya hendak mengucapkan nama Baekhyun sekali lagi namun semua itu terlambat. Dirinya begitu lemas. Ini semua salahnya. Jika saja dia bisa lebih baik dalam mengontrol hasrat seksnya. Dia pasti tidak akan membahayakan Baekhyun dan anaknya.

Sial, Chanyeol merasa ingin pingsan.

Tidak berapa lama Kris, Sehun, Luhan, Kai, dan Kyungsoo datang beserta Ibu Baekhyun. Chanyeol langsung menangis kedalam pelukan Ibu Baekhyun. Dia mengucapkan permintaan maaf beberapa kali sesekali mengutuk dirinya kenapa dia bisa begitu bodoh.

Sementara teman – temannya hanya bisa berdoa dan menguatkan hatinya.

'Oh, Tuhan tolonglah orang – orang yang paling kucintai didalam sana' batin Chanyeol terus berdoa dalam hati.

.

.

.

Tiga tahun kemudian.

Chanyeol bermimpi.

Dia bermimpi berada ditempat yang serba putih. Taman bunga menghiasi tempatnya berpijak sekarang. Tempat itu sungguh indah. Mungkin ini yang bisa disebut surge olehnya. Sampai akhirnya bola mata bulat itu dari kejauhan menatap seseorang yang selalu membuatnya jatuh cinta.

Dia tersenyum manis sambil menggendong anak kecil yang terlihat begitu menggemaskan.

Chanyeol ikut tersenyum hendak menghampirinya. Tapi kakinya tertahan. Nafasnya seolah tersumbat ditenggorokannya dan keringatnya mulai mengucur.

Chanyeol panik. Pandangannya buram. Bahkan ketika pria tercintanya memanggilnya dari kejauhan. Pengelihatannya sudah tertutupi kegelapan.

Chanyeol masih menutup mata ketika—

BUK!

Sesuatu memukul matanya yang terpejam cukup keras.

"Akkkkhhh!" rintihnya sambil mengelus – elus bola matanya yang terasa nyeri.

"Ah! Dia sudah bangun!" ujar seseorang yang sedang tiduran disebelahnya.

Chanyeol membuka matanya. Dia merasa mendengar suara Baekhyun. Tapi bola matanya malah menangkap sosok bayi berumur tiga tahun yang sedang telungkup diatas dadanya. Jemari bayi itu sudah masuk kedalam lubang hidungnya membuat Chanyeol susah bernafas. Jadi ini alasan mengapa dia merasa sesak tadi.

"Selamat pagiii Appa!" sapa seorang malaikat dengan senyuman manisnya.

Chanyeol balas tersenyum saat Baekhyun mencium bibirnya memberi Tuan Park morning kiss seperti biasa.

"Haha. Sena ayo lepaskan jarimu, Nak" pinta Baekhyun lembut lalu menyingkirkan jemari mungil Sena dari hidung Chanyeol.

"Dasar Putri Nakal! Beraninya kau memukul wajah tampan appa hanya untuk membangunkan appa! Sini appa hukum!" gemas Chanyeol dan langsung menghujani Sena kecupan bertubi – tubi.

Bayi mungil itu tertawa dengan suara lucunya. Suaranya begitu menggelitik pendengaran Chanyeol untuk terus menjahili Putri Kecilnya. Baekhyun yang melihat itu tersenyum. Sejak melahirkan Sena dengan proses sesar tubuhnya berangsur membaik.

Dia sempat cemas saat sadar Sena lahir prematur. Tapi Baekhyun bersyukur Sena baik – baik saja. Dan itu membuktikan dari tubuh Sena yang sangat sehat dan berisi di umur yang sudah mencapai tiga tahun.

Bahkan bayi mungil itu sudah bisa memukul ayahnya setiap pagi demi membangunkannya. Memang itu bukan hal baik. Baekhyun sendiri tidak mengajarkannya. Tapi dasarnya sifat berandal Sena tidak jauh dari tabiat Park Chanyeol—ayahnya.

Sekarang setiap pagi Baekhyun bisa menikmati pemandangan Chanyeol yang begitu bahagia sambil mengigiti tangan gembul milik Sena. Baekhyun tertawa manis.

"Ayo kalian mandi! Hari ini kita akan pergi piknik bersama keluarga dan teman – teman!" ucap Baekhyun memperingati dengan posisi duduk sambil berkacak pinggang.

Chanyeol dan Sena saling bertatapan lalu kembali menatap Baekhyun.

"Ayo kita habisi eomma dulu Sena – ya. Hiahhhh!" sahut Chanyeol kemudian menindih Baekhyun dan mengecupi wajah pria tercintanya dibantu oleh Sena.

Begitulah kebahagiaan keluarga mereka. Lengkap sudah kehidupan Park Chanyeol dan Byun Baekhyun dengan kehadiran Park Sena putri pertama mereka.

Sebuah kebahagiaan dapat terlahir dari rasa sakit yang pernah diderita. Melewati banyak rintangan berliku yang memang merupakan bumbu dari suatu kehidupan. Itu sudah menjadi bagian dari cerita setiap manusia.

Karena semua bermula dari seorang berandal bertabiat buruk yang mampu berubah karena kehangatan hati seorang malaikat mungil.

.

.

.

.

.

Bandara Incheon 15.31 KST

Seorang anak perempuan bertubuh mungil dengan rambut model kuncir kuda, berpita biru langit terus menggerakan kakinya sambil bersenandung kecil. Mata bulatnya di alihkan kesegala penjuru ruangan besar ini.

Sudah hampir tiga puluh menit lebih gadis mungil ini duduk diatas pagar pembatas berbahan besi yang tidak seharusnya dia duduki. Mengingat, besi itu bukan tempat duduk dan terlebih dihadapannya merupakan pintu kedatangan luar negeri yang cukup ramai dengan orang – orang yang baru saja melakukan proses check out setelah landing.

"Lama sekali" keluhnya dengan muka setengah kesal.

Seorang pria berjas hitam rapih dengan tegap berdiri di belakang anak kecil ini. Dia tetap setia menemani gadis mungil ini menunggu. Menunggu seseorang yang diharapkan majikannya. Meski dia sendiri khawatir anak kecil ini akan cepat lelah. Tapi dia sendiri hafal betul kalau Si Nona Kecil yang hyperaktif tidak mungkin kelelahan biarpun berlari seratus meter dalam usia sedini ini.

"Sabar, Nona. Mungkin sebentar lagi Tuan Besar akan segera datang" ucap Doyong— butler baru keluarga Park yang memang di khususkan untuk menjaga Sena.

Sena menekuk wajahnya.

Dia datang ke bandara dengan penuh harap. Alasan apalagi yang harus Sena lampirkan selain menjemput dia? Hampir dua minggu Sena tidak melihat sosok yang selalu mengajaknya bermain dan membacakannya dongeng sebelum tidur. Sosok yang selalu dia banggakan juga dia kagumi. Maka kali ini Sena berinisiatif untuk menjadi orang pertama yang akan ditemui oleh Tuan Besar alias Park Chanyeol.

Sebenarnya Chanyeol selalu meminta Doyong untuk tidak menghantar Sena ke bandara. Tapi anak kecil bertabiat keras kepala –sama seperti ayahnya- tidak mungkin mau menuruti segala perintah. Sena itu hidup bersifat liberal. Memang terkesan kritis untuk anak usia lima tahun. Salahkan Baekhyun yang memberinya gen cerdas di dalam otak Sena.

"Nona, lebih baik Nona turun. Apa Nona tidak lelah?" tanya Doyong sambil memegang pinggang Sena yang nyaris kehilangan keseimbangannya tadi.

Sena menggeleng cepat.

"Aniii! Kita tunggu sebentar lagi, Yongie!" tahan Sena dengan suara cemprengnya.

Tidak berapa lama, sosok bertubuh tinggi dengan jas lebar mengenakan kacamata berframe bulat keluar dari pintu paling ujung. Sena melebarkan bola mata melihat sosok itu. Dia segera turun dari pagar pembatas dan berlari menghampiri seseorang yang sedari tadi di tunggunya.

"Appaaaaa!"

Sahutan Sena membuat pria jangkung dengan wajah super tampan itu menoleh dari ponselnya. Chanyeol mengulaskan senyum manis. Dia sedikit berlari mendekati Sena yang sepertinya sudah tidak kuat menahan rindu.

"Appa! Akhirnya appa pulang jugaaa!" jerit Sena setelah Chanyeol memeluknya erat.

"Aigooo. Putri kecil appa ternyata sangat merindukan appa, eoh?" goda Chanyeol lalu menggendong Sena yang mukanya kembali tertekuk.

"Sena menunggu appa semalaman appa tidak keluar juga dari pintu itu!"

Chanyeol terkekeh.

"Berarti semalam Sena tidur di bandara? Wahhh! Daebak! Lalu apa kerja para satpam yang berjaga disini?" Chanyeol memasang ekspresi pura – pura terkejut membuat Sena mengangguk, berpikir sejenak, kemudian menggeleng cepat.

"Eh! Anniii! Sena tidur bersama eomma di rumah, appaaa!"

Chanyeol tertawa melihat reaksi menggemaskan putrinya. Dia mencium pipi gembul milik Sena sambil berjalan perlahan. Sementara Sena tertawa kegelian. Didepannya sudah ada Doyong yang membungkuk dalam menyambut kedatangannya. Chanyeol balas mengangguk.

"Maaf Tuan. Saya sudah melarang Nona muda tapi—"

"Iya aku tahu. Tuan Putri ini memang merepotkan" goda Chanyeol lagi dan Sena menyembunyikan wajahnya diceruk leher Chanyeol.

"Bagaimana dengan Baekhyun?"

"Tuan Baekhyun belum meninggalkan Caffe. Dia baik – baik saja, Tuan"

Chanyeol mengangguk.

"Baiklah. Kita pulang Sena. Kajja!"

"Tunggu appa!" Sena langsung mengangkat wajahnya.

Chanyeol berhenti berjalan. Dia memandang putrinya sejenak sambil mengelus rambutnya pelan.

"Wae?"

"Sebelum pulang kita mampir ke Paman Ice Cream! Sena lapar, appaa~" rengek Sena dengan wajah memelas.

"Aye, Kapten Sena!"

Chanyeol tersenyum lalu mengangkat tubuh Sena lebih tinggi. Beberapa wanita yang melintas terkagum – kagum melihatnya. Sosok yang tinggi dan tampan. Menggendong seorang anak perempuan mungil membuat mereka semua ingin tahu siapa orang beruntung yang menjadi pendamping hidupnya, hingga mempunyai anak secantik itu.

.

.

.

Sore ini suasana pengunjung agak ramai di Caffe milik ibu Baekhyun. Para pekerjanya pun tidak henti – hentinya melayani pelanggan. Termasuk Baekhyun yang ikut menjadi pegawai di Caffe ini.

"Baek, tolong kau antarkan pesanan ini ke meja tujuh" pinta Lay sambil menyodorkan nampan berisi sepiring chesse cake dan kopi hangat.

Baekhyun mengangguk dan mulai berjalan dengan hati – hati. Setelah selesai memberikan pesanan, Baekhyun melirik meja lain yang sudah kosong. Pemuda manis bersurai brunette itu segera membersihkan meja dan mengangkat nampan kayu itu berserta isinya.

Tidak sengaja saat berbalik tubuhnya bertabrakan dengan tubuh seseorang. Cangkir dan piring kecil itu bergoyang, hendak jatuh. Sebelum dengan sigap orang di depan Baekhyun terlebih dulu menahannya.

"Maafkan saya…" lirih Baekhyun sambil menundukan kepala.

"Kau tidak apa – apa?" tanya si pemilik suara baritone.

Baekhyun terkejut. Dia mengangkat kepala dan retinanya langsung menangkap postur tubuh tinggi yang menjulang. Satu kata untuk manusia dihadapannya. Tampan.

Baekhyun tidak bisa bersuara.

Kenapa pemuda yang dia kenal luar dalam ini sangat suka memberinya kejutan? Oh, Baekhyun nyaris tidak bisa berdiri dengan kakinya saat ini. Sudah hampir dua minggu lebih dia tidak menemuinya, melihatnya, bahkan menyentuhnya. Tapi sekarang. Seperti angin yang berhembus tanpa terlihat. Chanyeol sedang berdiri di hadapannya mengulaskan senyum lembut.

Baekhyun merindukan lekukan itu dibibir sang suami.

Tanpa menjawab pertanyaan Chanyeol tadi. Baekhyun kembali berjalan seolah Chanyeol orang asing yang tidak pernah dikenalnya. Wajahnya memanas hendak mengeluarkan air mata. Baekhyun sangat kesal. Sementara Chanyeol yang masih belum mencerna arti dari sikap Baekhyun malah tercengang.

Hell, dia baru saja pulang dari negara terbitnya matahari. Chanyeol rasa sambutan hangat atau bahkan senyuman manis Baekhyun bisa memulihkan rasa letihnya. Namu tidak ada.

Apa Baekhyun sedang marah?

"Baek" panggil Chanyeol ketika mereka sudah berada di depan meja barista.

Baekhyun menoleh malas. Raut manis yang tadi diberikan kepelanggan sirna sudah. Wajahnya tertekuk tidak jauh berbeda dengan Sena sambil melipat tangan di depan dada. Chanyeol sudah menduganya. Dua minggu lebih tidak bersua pasti membuat Baekhyun rindu.

Ah, ya. Rindu.

Chanyeol tersenyum.

"Kau marah karena aku pulang atau kau marah karena kau merindukanku?" pertanyaan Chanyeol membuat Baekhyun mengeryit tidak suka.

"Perlu kujawab?"

"Ah, tidak perlu. Aku sudah tahu jawabannya"

"Dua minggu lebih"

"Baek aku—"

"Tokyo, Jepang"

"Baek aku meri—"

"Sibuk dengan pekerjaan"

"Baek, dengar dulu. Kau tau aku merin—"

"Tidak ada kabar, email, bahkan kau tidak menjawab video call Sena?!"

"Aku bisa jelaskan hal itu. Tapi sebelumnya aku ingin mengatakan kalau aku sangat merindu—"

"Rindu?! Rindu apanya?!" potong Baekhyun dengan suara nyaring.

"YAK! Tidak bisakah aku menyelesaikan kalimatku dulu?" sahutan Chanyeol membuat seisi Caffe terdiam.

Baekhyun terkejut dan segera meminta maaf pada pengunjung begitupun Chanyeol. Setelah suasana kembali seperti semula mereka kembali berhadapan. Tapi Baekhyun malah membalikan tubuhnya menghadap meja barista sementara Chanyeol tetap pada tempatnya.

"Aku tahu kau marah"

"…"

"Tapi aku sangat ingin bertemu denganmu, Baek. Makanya aku berusaha secepat mungkin menyelesaikan urusanku disana dan fuck aku bahkan baru sampai Korea! Apakah sikapmu yang seperti ini sepadan untuk kedatanganku yang penuh rasa letih sekarang?!"

Baekhyun masih diam tidak mau menjawab. Tangan cantiknya mengambil beberapa gelas dan membersihkannya. Pemuda manis itu memasang wajah murung. Sejujurnya dia sudah tidak tahan ingin memeluk Chanyeol. Tapi egonya berkata lain.

"Kau tahu kan aku bisa mati jika jauh darimu. Kau bahkan tahu, kalau kau dan Sena sangat penting untuk kehidupanku. Tidak bertemu sehari saja denganmu membuatku gila disana, Baek!"

Baekhyun menoleh sedikit.

"Memang sepenting apa pekerjaanmu daripada Sena sampai kau tidak bisa memberi kabar?"

Chanyeol menghela nafas berat. Dia cukup frustasi dengan perdebatan ini. Chanyeol benci saat dia mempunyai waktu luang bersama Baekhyun dan malah dihabiskan dengan pertengkaran sepele.

Maka Chanyeol berjalan mendekat, tepat di belakang Baekhyun dan memeluk erat tubuhnya dari belakang. Baekhyun terkejut. Dia tidak siap dan masih banyak pengunjung didalam Caffe.

Chanyeol memang selalu senang bersikap spontan.

"Kau ingin tahu sepenting apa pekerjaanku disana?" tanya Chanyeol dengan suara berat.

Baekhyun menelan ludah kemudian mengangguk. Wajahnya memerah. Jarak sedekat ini sudah memungkinkan bibir mereka menyatu tanpa perlu untaian kata lagi.

"Sepenting waktu yang akan kita habiskan bersama selama seminggu kedepan" bisik Chanyeol tepat didepan sudut bibir Baekhyun.

Baekhyun tercengang. Pikirannya langsung tertuju pada sesuatu yang sangat penting bagi mereka bedua. Baekhyun bahkan melupakannya saking kesalnya. Benar – benar bodoh.

"Kau boleh berbangga hati kepada suamimu karena aku sudah menyelesaikan seluruh pekerjaanku lebih cepat. Mungkin aku tidak mengabarimu karena aku memang sengaja ingin membuatmu rindu padaku. Kurasa aku berhasil, tapi tetap saja tindakanku salah. Maaf, Baek. Tapi percayalah aku sudah melaksanakan tanggung jawabku sebagai pemimpin perusahaan. Sekarang aku ingin melaksanakan tanggung jawabku sebagai kepala keluarga. Yaitu dengan kembali bersamamu. Apakah boleh?" Chanyeol tersenyum pada akhir kalimatnya.

Hati Baekhyun melunak. Dia membalikan badan, berhadapan dengan wajah tampan milik suaminya. Jemari lentik itu bergerak kepipi Chanyeol dan menurunkan kacamata yang sedang Chanyeol kenakan.

Baekhyun masih merenggut. Tetapi Chanyeol tahu wajah itu adalah wajah malu – malu khas Baekhyun. Tidak pernah berubah. Masih sungguh menggemaskan.

"Katakanlah apa yang ingin kau katakan" ucap Chanyeol setengah tertawa.

"Terima kasih, Suamiku. Kau yang terhebat" ucap Baekhyun sambil memegang kedua pipi Chanyeol.

Chanyeol tersenyum lagi. Dia memiringkan wajahnya mengikis jarak diantara Baekhyun dan dirinya setelah dua minggu lebih tidak menyentuh satu sama lain. Nafas hangat menerpa wajah manis Baekhyun. Kedua pasang mata yang terpejam serta debaran jantung seperti pertama kali mereka rasakan merupakan suatu hal yang aneh.

Menyenangkan dan menggelitik hati.

Baekhyun membuka kelopaknya saat bel pintu Caffe terdengar cukup kencang. Seseorang berlari masuk dengan tergesa – gesa. Baekhyun mengarahkan pandangannya pada pemuda itu dan Chanyeol bersumpah akan mengutuk pria bernama Doyong ini karena telah merusak momennya.

"Tuan Baekhyun…" lirihnya dengan nafas terengah – engah.

"Ada apa Doyong?"

"Ck! Sial! Tidak bisakah aku menikmati waktuku bersama dirimu, Baek?"

Baekhyun langusung menyikut Chanyeol atas perkatannya.

"Diam! Ada apa Doyong? Kenapa wajahmu seperti ketakutan begitu?"

Doyong membungkuk dalam. Baekhyun semakin heran dan pikirannya tertuju pada sosok mungil yang keras kepala.

"Jangan bilang—"

"Nona muda menghilang lagi, Tuan Baekhyun"

.

.

.

Sena berjalan santai menyusuri daerah pertokoan yang ramai. Anak yang nyaris berusia lima tahun itu memang tidak mengenal rasa takut ketika harus berpetualang sendiri. Termasuk jika berpetualang bersama es krim rasa coklat kesukaannya.

Orang – orang yang melihatnya juga heran. Tapi mereka tidak mau ambil pusing. Toh mungkin orang tua Sena ada disekitar toko. Nyatanya tidak.

Sena sendirian dipusat perbelanjaan itu.

"Wah! Boneka!" pekiknya saat melihat boneka Barnie berukuran sedang terpajang di dalam toko.

"Wajahnya yang berwarna ungu mirip seperti appa!" komentarnya asal.

Sena terus berjalan hingga es krimnya habis. Tanpa gadis kecil itu sadari, dua orang sudah mengikutinya dari belakang. Kakinya berhenti ketika melihat bola kyrstal yang sangat cantik. Mata bulatnya berbinar memandangi benda memukau itu.

"Indahnyaaa. Aku ingin sekali membelikannya untuk appa dan eomma!" sahutnya dan hendak melangkah masuk sebelum akhirnya ada seseorang yang menarik tangannya.

Disisi lain.

"KENAPA KAU BEGITU BODOH CHANYEOL?!"

Tuan Park panik.

Dia terlihat sibuk dengan ponselnya. Chanyeol dengan cepat menghubungi semua orang yang dia kenal, bahkan toko tempatnya membeli es krim tadi. Tapi nihil. Sena tidak ada dimana pun.

"Kenapa kau malah meninggalkan anak kita sendirian?!"

"Maaf Baek… Maaf. Aku sudah ingin mengajaknya pulang tadi. Tapi dia tidak mau. Kupikir dia sedang bersama Doyong karena dia bilang masih ingin melihat – lihat sesuatu"

Baekhyun frustasi. Dia bergerak gelisah. Jari – jarinya bermain dengan gugup. Dia mengalihkan pandangannya pada butler keluarga Park. Doyong sudah menundukan kepalanya dalam.

"Dimana terakhir kali kau melihat Sena, Doyong?"

"Di depan toko boneka Tuan Baekhyun" lirih Doyong tanpa mengangkat kepalanya.

Baekhyun mengangguk. "Baiklah aku akan mencarinya"

"Aku ikut, Baek" Chanyeol segera berlari mengikuti Baekhyun sebelum akhirnya suara telponnya bordering.

Baik Chanyeol maupun Baekhyun berhenti sejenak. Chanyeol mengabaikan nomor tidak dikenal itu. Tapi Baekhyun berhenti di depan pintu Caffe dan terlihat heran. Dia terus memandangi ponsel Chanyeol yang berbunyi sementara pemiliknya masih bertanya – tanya dengan idiot, nomor siapa ini? Presepsi buruk langsung menghantam pikiran Baekhyun. Jangan – jangan Sena memang sedang tidak baik – baik saja.

"Angkat!" titah Baekhyun.

"Baek, ini bukan saatnya berpikir negatif tentangku. Sena lebih penting. Sudahlah ayo!"

"Aku tidak berpikir begitu. Dan apa maksudmu dengan negatif?! Kau selingkuh?"

"Astaga, Baek! Tidak mungkin! Kau tidak percaya padaku? Mungkin ini telpon gila yang sedang marak lalu orang ini akan meminta pulsa padaku sekarang juga!"

"Oke! Oke aku tidak akan menuduhmu lagi! sekarang lebih baik angkat telpon itu!"

"Memangnya kena—"

"ANGKAT CHANYEOL!" Baekhyun menatap Chanyeol dengan raut cemas.

Chanyeol akhirnya menyerah. Dia menggeser layar ponselnya dan mendekatkan benda persegi itu ketelinganya. Jantung Baekhyun entah kenapa berdebar kencang. Dia mempunyai firasat buruk tentang ini.

"Yeoboseo?"

"Selamat Sore, Tuan Park" suara serak dominan berat disana membuat Chanyeol mengerutkan alisnya.

"Siapa ini?" tanya Chanyeol.

"Tidak perlu berbasa – basi. Anakmu ada padaku saat ini"

DEG!

Baekhyun mendekat kepada Chanyeol dan memegang lengannya. 'Ada apa?' bisik Baekhyun dan Chanyeol hanya diam sambil mengangkat tangannya.

"Anakku? Aku tidak percaya padamu. Kau pikir aku akan tertipu? Berbohonglah lebih baik lain kali" ujar Chanyeol berusaha tenang.

Seseorang disebrang sana menyunggingkan senyum licik. Tidak berapa lama terdengar suara ribut dan jeritan anak kecil. Chanyeol membulatkan mata.

"Appa!"

DEG!

Tubuh Chanyeol membeku.

"Se—Sena! KEPARAT! APA YANG—"

"Appa tolong! Paman gendut berkumis jelek ini jahat!"

PRANG! BRAK!

"SENAAA!"

"Sebenarnya ada apa Chanyeol?! Tolong loudspeaker ponselmu!" Baekhyun panik melihat raut Chanyeol.

Chanyeol mengganti mode teleponnya. Baekhyun segera berteriak memanggil nama anaknya. Sementara tidak ada suara disana, hanya kebisingian kecil yang mencekam bagi pihak Chanyeol dan Baekhyun. Membuat Tuan Park semakin geram.

Lay dan ibu Baekhyun yang melihat pasangan itu serta Doyong yang berwajah pucat, menghampiri mereka. Baekhyun meremas jaket Chanyeol kuat. Dia serasa ingin pingsan mengetahui kemungkinan Sena sedang berada ditangan orang jahat.

"BRENGSEK! LEPASKAN ANAKKU!" umpat Chanyeol lagi.

"Ckckck. Tidak semudah itu Tuan Park"

"Katakan apa maumu?!"

Suara pria itu tertawa.

"Sudah kukatakan aku ingin kau melakukan apa yang kumau. Itupun jika kau masih ingin melihat anakmu hidup"

"Manusia rendah! Cepat katakan berapa nominal yang kau butuh!?"

Pria itu menggeleng.

"Aku tidak membutuhkan uang. Aku hanya ingin kau menyerahkan salah satu aset perusahaanmu yang berharga mala mini di tempat yang telah ku atur"

Pikiran Chanyeol tertuju pada kolega (menyebalkan) yang memang memaksa untuk melakukan kerja sama dengannya. Tapi orang tersebut hendak mengajak Chanyeol melakukan cara kotor untuk meningkatkan mutu perusahaan Park. Tentu saja Chanyeol tidak setuju dan menolak mentah – mentah. Pantas tadi Sena menyebutkan pria gendut berkumis jelek. Chanyeol mempunyai tersangka, dalang dibalik penyekapan dadakan ini.

Ekspresi Chanyeol sangat tidak bersahabat, seolah ingin membunuh si penculik Sena hidup – hidup. Penculik itu terus berbicara sementara mata Chanyeol beralih pada Doyong. Butler itu dengan sigap menganggukan kepalanya dan berlari keluar Caffe. Sebenarnya Chanyeol muak harus mengulur waktu untuk mendengarnya berbicara mengenai negoisasi yang akan mereka lakukan.

"Jadi apakah kita sepakat Tuan Park?"

Chanyeol tidak menjawab. Dia berusaha tenang. Dia sudah dewasa dan tidak bisa menyelesaikan semua masalah secara fisik seperti dulu. Chanyeol melihat Doyong kembali kemudian membungkuk sambil menganggukan kepalanya sekali.

"Bisakah aku bicara pada Sena?" lirih Baekhyun memohon, tapi Chanyeol menggenggam tangan Baekhyun untuk menenangkannya.

Chanyeol kembali mendekatkan layar ponsel ketelinganya.

"Jadi kau ingin perusahaanmu hancur atau kepalamu yang kulubangi sekarang juga?" ancam Chanyeol mulai mengintimidasi.

"Apa?! Jadi kau masih belum mengerti apa yang kumau—"

"AKU TIDAK PAHAM KEPARAT!" Chanyeol berteriak keras membuat Baekyun dan orang – orang yang disana terkejut.

Dipikiran si penculil, Park Chanyeol memang benar – benar pria bodoh yang tidak mengerti ucapannya setelah panjang lebar dia berbicara. Bibir si pencuri terasa kering sekarang.

"CEPAT LEPASKAN SENA ATAU KAU AKAN MATI SEKARANG JUGA!"

"Sena! Kau sedang ada dimana naaak?!" sahut Baekhyun tidak mau kalah karena panik.

"Eommaaaa!"

BRAK!

Suara bising itu terdengar lagi.

"Astaga! Senaa! Yaaak! Penculik brengsek! Cepat lepaskan Putriku!"

"Eommaa! Aku berada di bangunan dekat sekolah—KYAAAA!"

"SENAAA! BAJINGAN KAU! AWAS KALAU KAU BERANI – BERANINYA MENYAKITI SENA!"

BIIPPP BIIIPP BIIIPPPP

Nada dering menandakan ponsel terputus. Baekhyun lemas. Dia menjatuhkan tubuhnya kebawah sebelum dengan sigap Chanyeol menahan tubuhnya.

"Chanyeol! Kita harus mencari Sena! Cepat! Sena dalam bahaya!" Baekhyun kalang kabut menarik – narik jaket Chanyeol. Matanya memerah menahan tangis dan dadanya sesak.

"Tenang saja Baek. Kita sudah menemukan Sena"

Baekhyun diam, memasang wajah tidak percaya. "Bagaimana bisa—"

"Aku melakukan hal yang dulu kulakukan untuk menemukanmu saat kau disekap. Tenang saja. Mereka sudah ketahuan. Apalagi anakku yang pintar telah menyembutkan lokasinya. Ini membuatnya semakin mudah"

"Tapi kita tidak boleh mengulur waktu Chanyeol! Sena masih dalam bahaya!"

Chanyeol mengangguk.

"Aku akan menjemputnya. Kau lapor saja pada polisi"

"Tidak! Aku ikut!" Baekhyun langsung berlari keluar Caffe dengan Chanyeol yang mengikutinya dari belakang.

Chanyeol mulai menancap gas dan melajukan mobilnya cepat. Ketempat Sena berada sekarang. Sementara di dalam Caffe, Doyong menekan tombol kecil ditelinganya.

"Target sudah menuju lokasi anda Tuan"

.

.

.

Disebuah gudang tua belakang bangunan Sena duduk dikursi kayu dengan tangan terikat kebelakang. Dipipinya terdapat bekas lelehan air mata. Pipinya juga agak memerah karena terlalu banyak menangis. Tetapi sekarang Sena hanya duduk diam menunggu keputusan yang akan dibuat oleh penjahat yang menyekapnya.

"Kalian memang benar – benar tidak berbakat menjadi penjahat" komentar Sena dengan suara datar.

Salah satu pria bertubuh kurus menggunakan topeng hitam menoleh. Dia mendekati Sena yang menatap datar kedua pria desperate yang sedang melakukan aksi kejahatan terhadapnya.

"Diam kau! Hanya ini yang bisa kita lakukan untuk melangsungkan kehidupan kita. Bukankah begitu Hyung?" tanyanya pada pria gendut yang sedang duduk sambil mengasah pisaunya.

"Tepat sekali dongsaengku!"

Sena memutar bola matanya ketika kedua manusia tengil itu tertawa. Dipikirannya pasti kedua orang tuanya sedang menuju kemari. Sena masih harus bertahan demi hidupnya.

Pria bertubuh gendut itu bangkit dan menaruh kain bekas mengelap pisau yang dipegangnya. Penjahat itu hendak berjalan mendekat sementara Sena melebarkan mata melihat ujung tumpul menyeramkan itu.

"Kurasa waktumu habis Tuan Putri. Lebih baik cepat menghabisimu lalu perlahan – lahan mengeruk kekayaan orang tuamu"

'Sial!' umpat Sena dalam hati sambil menggerakkan tubuhnya mencoba membuka ikatan menyebalkan ditangannya.

Pria gendut itu semakin mendekat dan mulai mengangkat pisaunya hendak menghujamkan benda laknat itu kearah Sena. Tidak berapa lama terdengar suara mesin mobil dari kejauhan. Semakin keras suaranya dan semakin keras seolah mobil itu tidak akan berhenti dan—

BRAAAAAK!

Kedua penjahat itu terhempas kebelakang sampai tertimbun pintu kayu yang baru saja diterobos oleh mobil berwarna hitam. Tubuh Sena terguling dan posisi kursi menjadi jatuh kesamping. Sena terbatuk akibat asap yang ditimbulkan dari kekacauan disini. Dan gudang tempat Sena disekap sudah tidak berbentuk.

Mata gadis kecil itu terbuka dan dia mendapati sosok jangkung yang sedang memegang tongkat besar. Kedua penculik itu tidak bisa bergerak lantaran tubuh mereka terhimpit balok kayu.

"Sena! Kau tidak apa – apa?!" sahut Baekhyun dari jendela mobil sambil terbatuk – bantuk.

Ternyata yang menabrakan mobil ke gudang ini adalah ibunya.

'Heol' Sena membatin speechless.

Baekhyun berusaha keluar dari mobil dan berjalan mendekati putrinya. Dia segera melepaskan ikatan ditangan Sena kemudian memeluknya erat.

"Astaga! Kau selamat syukurlah kami tepat waktu. Oh, Tuhan terima kasih" Baekhyun tidak henti – hentinya mengucapkan itu sambil menciumi wajah Sena.

"Eomma.. Sudahlah aku baik – baik saja dan—"

Mata Sena beralih pada pemuda jangkung yang berwajah geram tidak jauh dari tempatnya. Chanyeol memegang tongkat baseball besar dan berjalan mendekati kedua pemuda yang masih mengenakan topeng itu.

"Jadi kalian yang berani menculik putriku hah? Sudah bosan terhadap hidup kalian didunia, bukankah begitu?" suara baritone itu membuat kedua penculik menciut dan pasrah karena tersudutkan.

"Kalau begitu biar kubuat menyenangkan sekarang juga!" bentak Chanyeol lalu mengangkat stik itu hendak menghabisi mereka.

"Appaaa hentikannn!" Sena menjerit.

Gadis kecil itu berlari dan berhenti tepat didepan kedua penjahat sambil merentangkan kedua tangan—menghalau Chanyeol menghukum mereka. Suasana seketika hening dan Chanyeol maupun Baekhyun terdiam—tidak percaya.

"Sena, apa yang—"

"Mereka bukan orang jahat, appa! Mereka hanya orang yang kusuruh untuk berpura – pura melakukan permainan ini" aku Sena sambil mengigit bibirnya.

"Per—permainan?" Chanyeol masih tidak percaya dengan apa yang baru saja Sena katakan.

Sena menundukan kepala dan mengangguk kecil.

"Ta—tapi itu hanya pura – pura eomma"

"Park Sena kenapa kau begitu nakal!? Apakah kau tahu seberapa khawatir kami berdua kepadamu?! Permainan katamu?! Nyawamu bisa saja dalam bahaya! Pura – pura atau tidak, kami benar – benar khawatir! Ini tidak lucu Sena!" Baekhyun berseru frustasi.

Sena mengigit bibirnya lebih kencang dan akhirnya menangis kejar.

Chanyeol yang melihatnya menghela nafas lelah. Astaga semua ini bagaikan mimpi buruk. Kenapa anaknya bisa – bisanya mengerjai kedua orang tuanya seperti ini?

Chanyeol membuang stik yang dipegangnya dan berjalan mendekat kepada Sena. Dia mensejajarkan tubuhnya dengan tubuh putrinya sambil berjongkok. Sementara Sena masih menangis histeris.

"Sudah, Sayang jangan menangis ya"

"Maaf appaa"

"Iya appa maafkan. Tapi kenapa kau melakukan hal seperti ini? Kau memang tidak memikirkan perasaan kami yang sangat khawatir kepadamu?" tanya Chanyeol dengan lembut lalu memeluk anaknya.

"Hiks… habisnya… Sena hanya ingin menunjukan sesuatu kepada appa dan eomma"

"Eh, menunjukkan apa?" Chanyeol terheran.

Sena mengusap airmatanya dan menyuruh Chanyeol untuk melihat kesekeliling. Mata Chanyeol membulat lebar. Tempat ini sangat dia kenali. Tempat dimana masa muda menguasai dirinya.

Tempat dia menjadi pemimpin disaat itu.

"Ini—"

"Ini gudang sekolah appa bukan?" tanya Sena dan Chanyeol tidak menjawab karena masih tercengang.

Sena melepaskan diri dari pelukan Chanyeol dan berjalan keluar. Baekhyun dan Chanyeol saling berpandangan kemudian mengikuti putrinya. Sena masih berjalan menjauhi gudang yang baru saja orang tuanya hancurkan.

"Sena kau mau kemana nak?" cemas Baekhyun berlari mengikuti Sena.

Sedangkan Chanyeol merasa seperti bernostalgia sendiri saat melihat bagian luar gudang tersebut. Tempat itu adalah markas Para Penguasa Sekolah jika ingin membolos. Tapi karena sudah tidak terpakai saat mereka lulus gudang itu sekarang kosong.

Chanyeol bahkan tidak sadar bahwa bangunan yang dia masuki dengan mobil tadi adalah sekolah lamanya. Dia terlalu panik akan kondisi anaknya.

"Astaga… Ini SM SHS" ucap Baekhyun saat melihat bangunan itu dari depan.

Sena mengangguk manis didepan kedua orang tuanya.

"Ini sekolah appa dan eomma dulu kan? Sena tahu karena Paman Sehun yang mengatakannya pada Sena" gadis kecil itu tersenyum.

"Maafkan Sena. Appa… Eomma… Sena salah. Sena tidak seharusnya berpura – pura diculik. Sebenarnya Sena hanya ingin membawa appa dan eomma kesini. Tetapi dengan cara memberi kejutan karena Sena tahu hari ini adalah perayaan ulang tahun pernikahan Appa dan Eomma" jelas Sena sambil memainkan jarinya.

"Astaga kau tidak seharusnya melakukan hal seperti ini. Kau memang benar – benar perempuan nakal Sena…" ucap Baekhyun tidak habis pikir.

"Tetapi terima kasih, Sayang. Eomma rasa ini adalah kado yang terbaik darimu untuk kami" ucap Baekhyun dan memeluk Sena serta memberikannya ciuman.

"Anak appa memang sangat hebat! Appa sampai tertipu dengan kejutanmu, Sayang"

"Itu karena kau memang idiot, Park Babo" ejek Baekhyun dan Chanyeol merenggut.

"Sudah. Daripada appa dan umma masih disini lebih baik masuk kedalam sekolah. Sena mempunyai kejutan lain didalam!" seru Sena dan gadis kecil itu segera berlari menjauhi kedua orang tuanya menuju Doyong yang sudah berdiri didepan pagar sekolah.

.

.

.

Matahari sudah menghilang tergantikan dengan sinar senja yang sedikit demi sedikit naik kepermukaan langit. Chanyeol dan Baekhyun berjalan disekitar lorong sambil bergandengan tangan. Melihat – lihat suasana yang tidak berubah meski sudah enam tahun ditinggalkan.

"Masih seperti dulu" ucap Chanyeol yang dibalas dengan anggukan Baekhyun.

"Ya. Seperti dulu"

Baekhyun berjalan dibelakang Chanyeol. Memperhatikan lapangan luas yang terlihat dari kaca lorong jendela. Lapangan tempatnya diguyur oleh Chanyeol saat hari pertama masuk sekolah ini.

"Aku tidak percaya bahwa dimasa depan pada akhirnya aku menikahi seorang berandal yang paling ditakuti oleh seisi sekolah" kekeh Baekhyun.

Chanyeol menoleh kebelakang dan berhenti melangkah sejenak.

"Jadi apa kau menyesal?" tanya Chanyeol sambil tersenyum miring.

Baekhyun menggeleng dan mereka kembali berjalan pelan.

"Tidak. Untung saja aku menumpahkan seember air penuh dari kelasku waktu itu. Jika aku tidak menumpahkannya. Mungkin garis takdir kita tidak akan seperti ini, Yeol"

Tuan Park tersenyum tanpa terlihat Baekhyun. Dia ingat ketika amarahnya memuncak akibat anak pecundang seperti Baekhyun berani melawannya. Bahkan menyiramnya dengan air hingga menjatuhkan harga dirinya. Tapi entah mengapa Chanyeol tidak marah dan malah semakin penasaran dengan Baekhyun saat itu.

"Baek kemari" Chanyeol menarik tangan Baekhyun menuju suatu tempat.

Aroma pintu kayu tidak pernah berubah membuat Baekhyun terpaku pada kilas balik saat itu. Baekhyun tersenyum saat Chanyeol menutup pintu dan mulai berjalan menjauhinya. Tubuh pemuda mungil itu masih berdiam diri didepan pintu. Sementara kaki Chanyeol melangkah perlahan.

"Kuhitung sampai tiga jika tidak keluar maka kau akan habis, Pendek!"

Baekhyun tersenyum.

"Satu"

"Dua"

"Dua setengah—"

"Oh ayolah kau terlalu baik Chanyeol" komentar Baekhyun sambil berjalan mendekati suaminya.

"Baiklah. Tiga—"

CHU!

Kedua bibir itu menyatu setelah sekian lama waktu mengulurnya. Kaki Baekhyun berjinjit setelah menabrakkan belahan bibirnya kepada bibir Chanyeol. Baekhyun memegang kedua pipi Chanyeol dan melumat lembut milik Chanyeol. Mata mereka terpejam menikmati momen yang sedari tadi mereka harapkan.

Chanyeol membawa tangannya menuju pinggang dan leher Baekhyun. Menarik tubuh ringkih Baekhyun mendekat kedalam dekapannya. Baekhyun mengalungkan lengannya dileher Chanyeol. Mengusak rambut hitam legam milik Chanyeol sambil terus menggerakkan bibirnya perlahan. Menyesapi rasa yang selalu membuat dia selalu rindu akan kehangatan dari rengkuhan suaminya.

Ciuman manis mereka semakin berlarut – larut sampai akhirnya Chanyeol mengelus paha Baekhyun dan menariknya naik kesamping pahanya. Chanyeol sama sekali tidak memberi jeda pada Baekhyun untuk bernafas dan Baekhyun menyukai hal itu.

Ciuman memabukan, dominan sensual terasa panas didalam ruangan besar ini.

Baekhyun menarik diri terlebih dahulu tanpa melepaskan pelukan mereka.

"Aku mencintaimu, Park Chanyeol" bisiknya penuh kelembutan pada setiap kata.

Chanyeol tersenyum dan meraih bibir Baekhyun kembali.

"Aku juga sangat mencintaimu, Park Baekhyun"

Dan malam kembali menemani momen mereka berdua.

.

.

.

Diluar gedung SM SHS.

"Shun, apakah kau tahu kalau tempat ini appa dan eommaku bertemu dan saling jatuh cinta?" pertanyaan Sena membuat anak berambut hitam disampingnya menoleh.

"Tidak. Memangnya kenapa? Apakah appaku menceritakan segalanya kepadamu?"

Sena mengangguk mantap.

"Sampai kedetail dimana Paman bertemu dengan Babamu pun dia ceritakan"

"Astaga kau pasti bertanya yang aneh – aneh, Sena. Sampai ayahku menceritakan semuanya. Aku tahu bagaimana kau begitu menyukai Appaku"

Sena terkikik geli. Pipinya memanas dan hatinya menghangat memikirkan pria yang disukainya. Diatas cap mobil yang terparkir didepan halaman sekolah. Kedua anak itu masih memandangi gedung sekolah besar yang sudah gelap.

Sena memainkan stik baseball yang ada ditangannya.

"Shun. Kau tahu kata paman. Appa dulu adalah Ketua Penguasa Sekolah ini" ucap Sena tanpa memandang lawan bicaranya.

"Lalu?" tanya anak berwajah datar ini.

"Aku dan kau jika sudah besar. Mari kita bersekolah disini dan membuat sekolah ini menjadi lebih baik, Shun!" papar Sena dan anak laki – laki itu terkejut.

"SM SHS?"

Sena mengangguk dengan senyuman manis.

"Dan aku ingin menjadi seperti Appa! Ketua Penguasa Sekolah SM SHS"

.

.

.

Bandara Incheon 15.31 KST

Seorang anak perempuan bertubuh mungil dengan rambut model kuncir kuda, berpita biru langit terus menggerakan kakinya sambil bersenandung kecil. Mata bulatnya di alihkan kesegala penjuru ruangan besar ini.

Sudah hampir tiga puluh menit lebih gadis mungil ini duduk diatas pagar pembatas berbahan besi yang tidak seharusnya dia duduki. Mengingat, besi itu bukan tempat duduk dan terlebih dihadapannya merupakan pintu kedatangan luar negeri yang cukup ramai dengan orang – orang yang baru saja melakukan proses check out setelah landing.

"Lama sekali" keluhnya dengan muka setengah kesal.

Seorang pria berjas hitam rapih dengan tegap berdiri di belakang anak kecil ini. Dia tetap setia menemani gadis mungil ini menunggu. Menunggu seseorang yang diharapkan majikannya. Meski dia sendiri khawatir anak kecil ini akan cepat lelah. Tapi dia sendiri hafal betul kalau Si Nona Kecil yang hyperaktif tidak mungkin kelelahan biarpun berlari seratus meter dalam usia sedini ini.

"Sabar, Nona. Mungkin sebentar lagi Tuan Besar akan segera datang" ucap Doyong— butler baru keluarga Park yang memang di khususkan untuk menjaga Sena.

Sena menekuk wajahnya.

Dia datang ke bandara dengan penuh harap. Alasan apalagi yang harus Sena lampirkan selain menjemput dia? Hampir dua minggu Sena tidak melihat sosok yang selalu mengajaknya bermain dan membacakannya dongeng sebelum tidur. Sosok yang selalu dia banggakan juga dia kagumi. Maka kali ini Sena berinisiatif untuk menjadi orang pertama yang akan ditemui oleh Tuan Besar alias Park Chanyeol.

Sebenarnya Chanyeol selalu meminta Doyong untuk tidak menghantar Sena ke bandara. Tapi anak kecil bertabiat keras kepala –sama seperti ayahnya- tidak mungkin mau menuruti segala perintah. Sena itu hidup bersifat liberal. Memang terkesan kritis untuk anak usia lima tahun. Salahkan Baekhyun yang memberinya gen cerdas di dalam otak Sena.

"Nona, lebih baik Nona turun. Apa Nona tidak lelah?" tanya Doyong sambil memegang pinggang Sena yang nyaris kehilangan keseimbangannya tadi.

Sena menggeleng cepat.

"Aniii! Kita tunggu sebentar lagi, Yongie!" tahan Sena dengan suara cemprengnya.

Tidak berapa lama, sosok bertubuh tinggi dengan jas lebar mengenakan kacamata berframe bulat keluar dari pintu paling ujung. Sena melebarkan bola mata melihat sosok itu. Dia segera turun dari pagar pembatas dan berlari menghampiri seseorang yang sedari tadi di tunggunya.

"Appaaaaa!"

Sahutan Sena membuat pria jangkung dengan wajah super tampan itu menoleh dari ponselnya. Chanyeol mengulaskan senyum manis. Dia sedikit berlari mendekati Sena yang sepertinya sudah tidak kuat menahan rindu.

"Appa! Akhirnya appa pulang jugaaa!" jerit Sena setelah Chanyeol memeluknya erat.

"Aigooo. Putri kecil appa ternyata sangat merindukan appa, eoh?" goda Chanyeol lalu menggendong Sena yang mukanya kembali tertekuk.

"Sena menunggu appa semalaman appa tidak keluar juga dari pintu itu!"

Chanyeol terkekeh.

"Berarti semalam Sena tidur di bandara? Wahhh! Daebak! Lalu apa kerja para satpam yang berjaga disini?" Chanyeol memasang ekspresi pura – pura terkejut membuat Sena mengangguk, berpikir sejenak, kemudian menggeleng cepat.

"Eh! Anniii! Sena tidur bersama eomma di rumah, appaaa!"

Chanyeol tertawa melihat reaksi menggemaskan putrinya. Dia mencium pipi gembul milik Sena sambil berjalan perlahan. Sementara Sena tertawa kegelian. Didepannya sudah ada Doyong yang membungkuk dalam menyambut kedatangannya. Chanyeol balas mengangguk.

"Maaf Tuan. Saya sudah melarang Nona muda tapi—"

"Iya aku tahu. Tuan Putri ini memang merepotkan" goda Chanyeol lagi dan Sena menyembunyikan wajahnya diceruk leher Chanyeol.

"Bagaimana dengan Baekhyun?"

"Tuan Baekhyun belum meninggalkan Caffe. Dia baik – baik saja, Tuan"

Chanyeol mengangguk.

"Baiklah. Kita pulang Sena. Kajja!"

"Tunggu appa!" Sena langsung mengangkat wajahnya.

Chanyeol berhenti berjalan. Dia memandang putrinya sejenak sambil mengelus rambutnya pelan.

"Wae?"

"Sebelum pulang kita mampir ke Paman Ice Cream! Sena lapar, appaa~" rengek Sena dengan wajah memelas.

"Aye, Kapten Sena!"

Chanyeol tersenyum lalu mengangkat tubuh Sena lebih tinggi. Beberapa wanita yang melintas terkagum – kagum melihatnya. Sosok yang tinggi dan tampan. Menggendong seorang anak perempuan mungil membuat mereka semua ingin tahu siapa orang beruntung yang menjadi pendamping hidupnya, hingga mempunyai anak secantik itu.

.

.

.

Sore ini suasana pengunjung agak ramai di Caffe milik ibu Baekhyun. Para pekerjanya pun tidak henti – hentinya melayani pelanggan. Termasuk Baekhyun yang ikut menjadi pegawai di Caffe ini.

"Baek, tolong kau antarkan pesanan ini ke meja tujuh" pinta Lay sambil menyodorkan nampan berisi sepiring chesse cake dan kopi hangat.

Baekhyun mengangguk dan mulai berjalan dengan hati – hati. Setelah selesai memberikan pesanan, Baekhyun melirik meja lain yang sudah kosong. Pemuda manis bersurai brunette itu segera membersihkan meja dan mengangkat nampan kayu itu berserta isinya.

Tidak sengaja saat berbalik tubuhnya bertabrakan dengan tubuh seseorang. Cangkir dan piring kecil itu bergoyang, hendak jatuh. Sebelum dengan sigap orang di depan Baekhyun terlebih dulu menahannya.

"Maafkan saya…" lirih Baekhyun sambil menundukan kepala.

"Kau tidak apa – apa?" tanya si pemilik suara baritone.

Baekhyun terkejut. Dia mengangkat kepala dan retinanya langsung menangkap postur tubuh tinggi yang menjulang. Satu kata untuk manusia dihadapannya. Tampan.

Baekhyun tidak bisa bersuara.

Kenapa pemuda yang dia kenal luar dalam ini sangat suka memberinya kejutan? Oh, Baekhyun nyaris tidak bisa berdiri dengan kakinya saat ini. Sudah hampir dua minggu lebih dia tidak menemuinya, melihatnya, bahkan menyentuhnya. Tapi sekarang. Seperti angin yang berhembus tanpa terlihat. Chanyeol sedang berdiri di hadapannya mengulaskan senyum lembut.

Baekhyun merindukan lekukan itu dibibir sang suami.

Tanpa menjawab pertanyaan Chanyeol tadi. Baekhyun kembali berjalan seolah Chanyeol orang asing yang tidak pernah dikenalnya. Wajahnya memanas hendak mengeluarkan air mata. Baekhyun sangat kesal. Sementara Chanyeol yang masih belum mencerna arti dari sikap Baekhyun malah tercengang.

Hell, dia baru saja pulang dari negara terbitnya matahari. Chanyeol rasa sambutan hangat atau bahkan senyuman manis Baekhyun bisa memulihkan rasa letihnya. Namu tidak ada.

Apa Baekhyun sedang marah?

"Baek" panggil Chanyeol ketika mereka sudah berada di depan meja barista.

Baekhyun menoleh malas. Raut manis yang tadi diberikan kepelanggan sirna sudah. Wajahnya tertekuk tidak jauh berbeda dengan Sena sambil melipat tangan di depan dada. Chanyeol sudah menduganya. Dua minggu lebih tidak bersua pasti membuat Baekhyun rindu.

Ah, ya. Rindu.

Chanyeol tersenyum.

"Kau marah karena aku pulang atau kau marah karena kau merindukanku?" pertanyaan Chanyeol membuat Baekhyun mengeryit tidak suka.

"Perlu kujawab?"

"Ah, tidak perlu. Aku sudah tahu jawabannya"

"Dua minggu lebih"

"Baek aku—"

"Tokyo, Jepang"

"Baek aku meri—"

"Sibuk dengan pekerjaan"

"Baek, dengar dulu. Kau tau aku merin—"

"Tidak ada kabar, email, bahkan kau tidak menjawab video call Sena?!"

"Aku bisa jelaskan hal itu. Tapi sebelumnya aku ingin mengatakan kalau aku sangat merindu—"

"Rindu?! Rindu apanya?!" potong Baekhyun dengan suara nyaring.

"YAK! Tidak bisakah aku menyelesaikan kalimatku dulu?" sahutan Chanyeol membuat seisi Caffe terdiam.

Baekhyun terkejut dan segera meminta maaf pada pengunjung begitupun Chanyeol. Setelah suasana kembali seperti semula mereka kembali berhadapan. Tapi Baekhyun malah membalikan tubuhnya menghadap meja barista sementara Chanyeol tetap pada tempatnya.

"Aku tahu kau marah"

"…"

"Tapi aku sangat ingin bertemu denganmu, Baek. Makanya aku berusaha secepat mungkin menyelesaikan urusanku disana dan fuck aku bahkan baru sampai Korea! Apakah sikapmu yang seperti ini sepadan untuk kedatanganku yang penuh rasa letih sekarang?!"

Baekhyun masih diam tidak mau menjawab. Tangan cantiknya mengambil beberapa gelas dan membersihkannya. Pemuda manis itu memasang wajah murung. Sejujurnya dia sudah tidak tahan ingin memeluk Chanyeol. Tapi egonya berkata lain.

"Kau tahu kan aku bisa mati jika jauh darimu. Kau bahkan tahu, kalau kau dan Sena sangat penting untuk kehidupanku. Tidak bertemu sehari saja denganmu membuatku gila disana, Baek!"

Baekhyun menoleh sedikit.

"Memang sepenting apa pekerjaanmu daripada Sena sampai kau tidak bisa memberi kabar?"

Chanyeol menghela nafas berat. Dia cukup frustasi dengan perdebatan ini. Chanyeol benci saat dia mempunyai waktu luang bersama Baekhyun dan malah dihabiskan dengan pertengkaran sepele.

Maka Chanyeol berjalan mendekat, tepat di belakang Baekhyun dan memeluk erat tubuhnya dari belakang. Baekhyun terkejut. Dia tidak siap dan masih banyak pengunjung didalam Caffe.

Chanyeol memang selalu senang bersikap spontan.

"Kau ingin tahu sepenting apa pekerjaanku disana?" tanya Chanyeol dengan suara berat.

Baekhyun menelan ludah kemudian mengangguk. Wajahnya memerah. Jarak sedekat ini sudah memungkinkan bibir mereka menyatu tanpa perlu untaian kata lagi.

"Sepenting waktu yang akan kita habiskan bersama selama seminggu kedepan" bisik Chanyeol tepat didepan sudut bibir Baekhyun.

Baekhyun tercengang. Pikirannya langsung tertuju pada sesuatu yang sangat penting bagi mereka bedua. Baekhyun bahkan melupakannya saking kesalnya. Benar – benar bodoh.

"Kau boleh berbangga hati kepada suamimu karena aku sudah menyelesaikan seluruh pekerjaanku lebih cepat. Mungkin aku tidak mengabarimu karena aku memang sengaja ingin membuatmu rindu padaku. Kurasa aku berhasil, tapi tetap saja tindakanku salah. Maaf, Baek. Tapi percayalah aku sudah melaksanakan tanggung jawabku sebagai pemimpin perusahaan. Sekarang aku ingin melaksanakan tanggung jawabku sebagai kepala keluarga. Yaitu dengan kembali bersamamu. Apakah boleh?" Chanyeol tersenyum pada akhir kalimatnya.

Hati Baekhyun melunak. Dia membalikan badan, berhadapan dengan wajah tampan milik suaminya. Jemari lentik itu bergerak kepipi Chanyeol dan menurunkan kacamata yang sedang Chanyeol kenakan.

Baekhyun masih merenggut. Tetapi Chanyeol tahu wajah itu adalah wajah malu – malu khas Baekhyun. Tidak pernah berubah. Masih sungguh menggemaskan.

"Katakanlah apa yang ingin kau katakan" ucap Chanyeol setengah tertawa.

"Terima kasih, Suamiku. Kau yang terhebat" ucap Baekhyun sambil memegang kedua pipi Chanyeol.

Chanyeol tersenyum lagi. Dia memiringkan wajahnya mengikis jarak diantara Baekhyun dan dirinya setelah dua minggu lebih tidak menyentuh satu sama lain. Nafas hangat menerpa wajah manis Baekhyun. Kedua pasang mata yang terpejam serta debaran jantung seperti pertama kali mereka rasakan merupakan suatu hal yang aneh.

Menyenangkan dan menggelitik hati.

Baekhyun membuka kelopaknya saat bel pintu Caffe terdengar cukup kencang. Seseorang berlari masuk dengan tergesa – gesa. Baekhyun mengarahkan pandangannya pada pemuda itu dan Chanyeol bersumpah akan mengutuk pria bernama Doyong ini karena telah merusak momennya.

"Tuan Baekhyun…" lirihnya dengan nafas terengah – engah.

"Ada apa Doyong?"

"Ck! Sial! Tidak bisakah aku menikmati waktuku bersama dirimu, Baek?"

Baekhyun langusung menyikut Chanyeol atas perkatannya.

"Diam! Ada apa Doyong? Kenapa wajahmu seperti ketakutan begitu?"

Doyong membungkuk dalam. Baekhyun semakin heran dan pikirannya tertuju pada sosok mungil yang keras kepala.

"Jangan bilang—"

"Nona muda menghilang lagi, Tuan Baekhyun"

.

.

.

Sena berjalan santai menyusuri daerah pertokoan yang ramai. Anak yang nyaris berusia lima tahun itu memang tidak mengenal rasa takut ketika harus berpetualang sendiri. Termasuk jika berpetualang bersama es krim rasa coklat kesukaannya.

Orang – orang yang melihatnya juga heran. Tapi mereka tidak mau ambil pusing. Toh mungkin orang tua Sena ada disekitar toko. Nyatanya tidak.

Sena sendirian dipusat perbelanjaan itu.

"Wah! Boneka!" pekiknya saat melihat boneka Barnie berukuran sedang terpajang di dalam toko.

"Wajahnya yang berwarna ungu mirip seperti appa!" komentarnya asal.

Sena terus berjalan hingga es krimnya habis. Tanpa gadis kecil itu sadari, dua orang sudah mengikutinya dari belakang. Kakinya berhenti ketika melihat bola kyrstal yang sangat cantik. Mata bulatnya berbinar memandangi benda memukau itu.

"Indahnyaaa. Aku ingin sekali membelikannya untuk appa dan eomma!" sahutnya dan hendak melangkah masuk sebelum akhirnya ada seseorang yang menarik tangannya.

Disisi lain.

"KENAPA KAU BEGITU BODOH CHANYEOL?!"

Tuan Park panik.

Dia terlihat sibuk dengan ponselnya. Chanyeol dengan cepat menghubungi semua orang yang dia kenal, bahkan toko tempatnya membeli es krim tadi. Tapi nihil. Sena tidak ada dimana pun.

"Kenapa kau malah meninggalkan anak kita sendirian?!"

"Maaf Baek… Maaf. Aku sudah ingin mengajaknya pulang tadi. Tapi dia tidak mau. Kupikir dia sedang bersama Doyong karena dia bilang masih ingin melihat – lihat sesuatu"

Baekhyun frustasi. Dia bergerak gelisah. Jari – jarinya bermain dengan gugup. Dia mengalihkan pandangannya pada butler keluarga Park. Doyong sudah menundukan kepalanya dalam.

"Dimana terakhir kali kau melihat Sena, Doyong?"

"Di depan toko boneka Tuan Baekhyun" lirih Doyong tanpa mengangkat kepalanya.

Baekhyun mengangguk. "Baiklah aku akan mencarinya"

"Aku ikut, Baek" Chanyeol segera berlari mengikuti Baekhyun sebelum akhirnya suara telponnya bordering.

Baik Chanyeol maupun Baekhyun berhenti sejenak. Chanyeol mengabaikan nomor tidak dikenal itu. Tapi Baekhyun berhenti di depan pintu Caffe dan terlihat heran. Dia terus memandangi ponsel Chanyeol yang berbunyi sementara pemiliknya masih bertanya – tanya dengan idiot, nomor siapa ini? Presepsi buruk langsung menghantam pikiran Baekhyun. Jangan – jangan Sena memang sedang tidak baik – baik saja.

"Angkat!" titah Baekhyun.

"Baek, ini bukan saatnya berpikir negatif tentangku. Sena lebih penting. Sudahlah ayo!"

"Aku tidak berpikir begitu. Dan apa maksudmu dengan negatif?! Kau selingkuh?"

"Astaga, Baek! Tidak mungkin! Kau tidak percaya padaku? Mungkin ini telpon gila yang sedang marak lalu orang ini akan meminta pulsa padaku sekarang juga!"

"Oke! Oke aku tidak akan menuduhmu lagi! sekarang lebih baik angkat telpon itu!"

"Memangnya kena—"

"ANGKAT CHANYEOL!" Baekhyun menatap Chanyeol dengan raut cemas.

Chanyeol akhirnya menyerah. Dia menggeser layar ponselnya dan mendekatkan benda persegi itu ketelinganya. Jantung Baekhyun entah kenapa berdebar kencang. Dia mempunyai firasat buruk tentang ini.

"Yeoboseo?"

"Selamat Sore, Tuan Park" suara serak dominan berat disana membuat Chanyeol mengerutkan alisnya.

"Siapa ini?" tanya Chanyeol.

"Tidak perlu berbasa – basi. Anakmu ada padaku saat ini"

DEG!

Baekhyun mendekat kepada Chanyeol dan memegang lengannya. 'Ada apa?' bisik Baekhyun dan Chanyeol hanya diam sambil mengangkat tangannya.

"Anakku? Aku tidak percaya padamu. Kau pikir aku akan tertipu? Berbohonglah lebih baik lain kali" ujar Chanyeol berusaha tenang.

Seseorang disebrang sana menyunggingkan senyum licik. Tidak berapa lama terdengar suara ribut dan jeritan anak kecil. Chanyeol membulatkan mata.

"Appa!"

DEG!

Tubuh Chanyeol membeku.

"Se—Sena! KEPARAT! APA YANG—"

"Appa tolong! Paman gendut berkumis jelek ini jahat!"

PRANG! BRAK!

"SENAAA!"

"Sebenarnya ada apa Chanyeol?! Tolong loudspeaker ponselmu!" Baekhyun panik melihat raut Chanyeol.

Chanyeol mengganti mode teleponnya. Baekhyun segera berteriak memanggil nama anaknya. Sementara tidak ada suara disana, hanya kebisingian kecil yang mencekam bagi pihak Chanyeol dan Baekhyun. Membuat Tuan Park semakin geram.

Lay dan ibu Baekhyun yang melihat pasangan itu serta Doyong yang berwajah pucat, menghampiri mereka. Baekhyun meremas jaket Chanyeol kuat. Dia serasa ingin pingsan mengetahui kemungkinan Sena sedang berada ditangan orang jahat.

"BRENGSEK! LEPASKAN ANAKKU!" umpat Chanyeol lagi.

"Ckckck. Tidak semudah itu Tuan Park"

"Katakan apa maumu?!"

Suara pria itu tertawa.

"Sudah kukatakan aku ingin kau melakukan apa yang kumau. Itupun jika kau masih ingin melihat anakmu hidup"

"Manusia rendah! Cepat katakan berapa nominal yang kau butuh!?"

Pria itu menggeleng.

"Aku tidak membutuhkan uang. Aku hanya ingin kau menyerahkan salah satu aset perusahaanmu yang berharga mala mini di tempat yang telah ku atur"

Pikiran Chanyeol tertuju pada kolega (menyebalkan) yang memang memaksa untuk melakukan kerja sama dengannya. Tapi orang tersebut hendak mengajak Chanyeol melakukan cara kotor untuk meningkatkan mutu perusahaan Park. Tentu saja Chanyeol tidak setuju dan menolak mentah – mentah. Pantas tadi Sena menyebutkan pria gendut berkumis jelek. Chanyeol mempunyai tersangka, dalang dibalik penyekapan dadakan ini.

Ekspresi Chanyeol sangat tidak bersahabat, seolah ingin membunuh si penculik Sena hidup – hidup. Penculik itu terus berbicara sementara mata Chanyeol beralih pada Doyong. Butler itu dengan sigap menganggukan kepalanya dan berlari keluar Caffe. Sebenarnya Chanyeol muak harus mengulur waktu untuk mendengarnya berbicara mengenai negoisasi yang akan mereka lakukan.

"Jadi apakah kita sepakat Tuan Park?"

Chanyeol tidak menjawab. Dia berusaha tenang. Dia sudah dewasa dan tidak bisa menyelesaikan semua masalah secara fisik seperti dulu. Chanyeol melihat Doyong kembali kemudian membungkuk sambil menganggukan kepalanya sekali.

"Bisakah aku bicara pada Sena?" lirih Baekhyun memohon, tapi Chanyeol menggenggam tangan Baekhyun untuk menenangkannya.

Chanyeol kembali mendekatkan layar ponsel ketelinganya.

"Jadi kau ingin perusahaanmu hancur atau kepalamu yang kulubangi sekarang juga?" ancam Chanyeol mulai mengintimidasi.

"Apa?! Jadi kau masih belum mengerti apa yang kumau—"

"AKU TIDAK PAHAM KEPARAT!" Chanyeol berteriak keras membuat Baekyun dan orang – orang yang disana terkejut.

Dipikiran si penculil, Park Chanyeol memang benar – benar pria bodoh yang tidak mengerti ucapannya setelah panjang lebar dia berbicara. Bibir si pencuri terasa kering sekarang.

"CEPAT LEPASKAN SENA ATAU KAU AKAN MATI SEKARANG JUGA!"

"Sena! Kau sedang ada dimana naaak?!" sahut Baekhyun tidak mau kalah karena panik.

"Eommaaaa!"

BRAK!

Suara bising itu terdengar lagi.

"Astaga! Senaa! Yaaak! Penculik brengsek! Cepat lepaskan Putriku!"

"Eommaa! Aku berada di bangunan dekat sekolah—KYAAAA!"

"SENAAA! BAJINGAN KAU! AWAS KALAU KAU BERANI – BERANINYA MENYAKITI SENA!"

BIIPPP BIIIPP BIIIPPPP

Nada dering menandakan ponsel terputus. Baekhyun lemas. Dia menjatuhkan tubuhnya kebawah sebelum dengan sigap Chanyeol menahan tubuhnya.

"Chanyeol! Kita harus mencari Sena! Cepat! Sena dalam bahaya!" Baekhyun kalang kabut menarik – narik jaket Chanyeol. Matanya memerah menahan tangis dan dadanya sesak.

"Tenang saja Baek. Kita sudah menemukan Sena"

Baekhyun diam, memasang wajah tidak percaya. "Bagaimana bisa—"

"Aku melakukan hal yang dulu kulakukan untuk menemukanmu saat kau disekap. Tenang saja. Mereka sudah ketahuan. Apalagi anakku yang pintar telah menyembutkan lokasinya. Ini membuatnya semakin mudah"

"Tapi kita tidak boleh mengulur waktu Chanyeol! Sena masih dalam bahaya!"

Chanyeol mengangguk.

"Aku akan menjemputnya. Kau lapor saja pada polisi"

"Tidak! Aku ikut!" Baekhyun langsung berlari keluar Caffe dengan Chanyeol yang mengikutinya dari belakang.

Chanyeol mulai menancap gas dan melajukan mobilnya cepat. Ketempat Sena berada sekarang. Sementara di dalam Caffe, Doyong menekan tombol kecil ditelinganya.

"Target sudah menuju lokasi anda Tuan"

.

.

.

Disebuah gudang tua belakang bangunan Sena duduk dikursi kayu dengan tangan terikat kebelakang. Dipipinya terdapat bekas lelehan air mata. Pipinya juga agak memerah karena terlalu banyak menangis. Tetapi sekarang Sena hanya duduk diam menunggu keputusan yang akan dibuat oleh penjahat yang menyekapnya.

"Kalian memang benar – benar tidak berbakat menjadi penjahat" komentar Sena dengan suara datar.

Salah satu pria bertubuh kurus menggunakan topeng hitam menoleh. Dia mendekati Sena yang menatap datar kedua pria desperate yang sedang melakukan aksi kejahatan terhadapnya.

"Diam kau! Hanya ini yang bisa kita lakukan untuk melangsungkan kehidupan kita. Bukankah begitu Hyung?" tanyanya pada pria gendut yang sedang duduk sambil mengasah pisaunya.

"Tepat sekali dongsaengku!"

Sena memutar bola matanya ketika kedua manusia tengil itu tertawa. Dipikirannya pasti kedua orang tuanya sedang menuju kemari. Sena masih harus bertahan demi hidupnya.

Pria bertubuh gendut itu bangkit dan menaruh kain bekas mengelap pisau yang dipegangnya. Penjahat itu hendak berjalan mendekat sementara Sena melebarkan mata melihat ujung tumpul menyeramkan itu.

"Kurasa waktumu habis Tuan Putri. Lebih baik cepat menghabisimu lalu perlahan – lahan mengeruk kekayaan orang tuamu"

'Sial!' umpat Sena dalam hati sambil menggerakkan tubuhnya mencoba membuka ikatan menyebalkan ditangannya.

Pria gendut itu semakin mendekat dan mulai mengangkat pisaunya hendak menghujamkan benda laknat itu kearah Sena. Tidak berapa lama terdengar suara mesin mobil dari kejauhan. Semakin keras suaranya dan semakin keras seolah mobil itu tidak akan berhenti dan—

BRAAAAAK!

Kedua penjahat itu terhempas kebelakang sampai tertimbun pintu kayu yang baru saja diterobos oleh mobil berwarna hitam. Tubuh Sena terguling dan posisi kursi menjadi jatuh kesamping. Sena terbatuk akibat asap yang ditimbulkan dari kekacauan disini. Dan gudang tempat Sena disekap sudah tidak berbentuk.

Mata gadis kecil itu terbuka dan dia mendapati sosok jangkung yang sedang memegang tongkat besar. Kedua penculik itu tidak bisa bergerak lantaran tubuh mereka terhimpit balok kayu.

"Sena! Kau tidak apa – apa?!" sahut Baekhyun dari jendela mobil sambil terbatuk – bantuk.

Ternyata yang menabrakan mobil ke gudang ini adalah ibunya.

'Heol' Sena membatin speechless.

Baekhyun berusaha keluar dari mobil dan berjalan mendekati putrinya. Dia segera melepaskan ikatan ditangan Sena kemudian memeluknya erat.

"Astaga! Kau selamat syukurlah kami tepat waktu. Oh, Tuhan terima kasih" Baekhyun tidak henti – hentinya mengucapkan itu sambil menciumi wajah Sena.

"Eomma.. Sudahlah aku baik – baik saja dan—"

Mata Sena beralih pada pemuda jangkung yang berwajah geram tidak jauh dari tempatnya. Chanyeol memegang tongkat baseball besar dan berjalan mendekati kedua pemuda yang masih mengenakan topeng itu.

"Jadi kalian yang berani menculik putriku hah? Sudah bosan terhadap hidup kalian didunia, bukankah begitu?" suara baritone itu membuat kedua penculik menciut dan pasrah karena tersudutkan.

"Kalau begitu biar kubuat menyenangkan sekarang juga!" bentak Chanyeol lalu mengangkat stik itu hendak menghabisi mereka.

"Appaaa hentikannn!" Sena menjerit.

Gadis kecil itu berlari dan berhenti tepat didepan kedua penjahat sambil merentangkan kedua tangan—menghalau Chanyeol menghukum mereka. Suasana seketika hening dan Chanyeol maupun Baekhyun terdiam—tidak percaya.

"Sena, apa yang—"

"Mereka bukan orang jahat, appa! Mereka hanya orang yang kusuruh untuk berpura – pura melakukan permainan ini" aku Sena sambil mengigit bibirnya.

"Per—permainan?" Chanyeol masih tidak percaya dengan apa yang baru saja Sena katakan.

Sena menundukan kepala dan mengangguk kecil.

"Ta—tapi itu hanya pura – pura eomma"

"Park Sena kenapa kau begitu nakal!? Apakah kau tahu seberapa khawatir kami berdua kepadamu?! Permainan katamu?! Nyawamu bisa saja dalam bahaya! Pura – pura atau tidak, kami benar – benar khawatir! Ini tidak lucu Sena!" Baekhyun berseru frustasi.

Sena mengigit bibirnya lebih kencang dan akhirnya menangis kejar.

Chanyeol yang melihatnya menghela nafas lelah. Astaga semua ini bagaikan mimpi buruk. Kenapa anaknya bisa – bisanya mengerjai kedua orang tuanya seperti ini?

Chanyeol membuang stik yang dipegangnya dan berjalan mendekat kepada Sena. Dia mensejajarkan tubuhnya dengan tubuh putrinya sambil berjongkok. Sementara Sena masih menangis histeris.

"Sudah, Sayang jangan menangis ya"

"Maaf appaa"

"Iya appa maafkan. Tapi kenapa kau melakukan hal seperti ini? Kau memang tidak memikirkan perasaan kami yang sangat khawatir kepadamu?" tanya Chanyeol dengan lembut lalu memeluk anaknya.

"Hiks… habisnya… Sena hanya ingin menunjukan sesuatu kepada appa dan eomma"

"Eh, menunjukkan apa?" Chanyeol terheran.

Sena mengusap airmatanya dan menyuruh Chanyeol untuk melihat kesekeliling. Mata Chanyeol membulat lebar. Tempat ini sangat dia kenali. Tempat dimana masa muda menguasai dirinya.

Tempat dia menjadi pemimpin disaat itu.

"Ini—"

"Ini gudang sekolah appa bukan?" tanya Sena dan Chanyeol tidak menjawab karena masih tercengang.

Sena melepaskan diri dari pelukan Chanyeol dan berjalan keluar. Baekhyun dan Chanyeol saling berpandangan kemudian mengikuti putrinya. Sena masih berjalan menjauhi gudang yang baru saja orang tuanya hancurkan.

"Sena kau mau kemana nak?" cemas Baekhyun berlari mengikuti Sena.

Sedangkan Chanyeol merasa seperti bernostalgia sendiri saat melihat bagian luar gudang tersebut. Tempat itu adalah markas Para Penguasa Sekolah jika ingin membolos. Tapi karena sudah tidak terpakai saat mereka lulus gudang itu sekarang kosong.

Chanyeol bahkan tidak sadar bahwa bangunan yang dia masuki dengan mobil tadi adalah sekolah lamanya. Dia terlalu panik akan kondisi anaknya.

"Astaga… Ini SM SHS" ucap Baekhyun saat melihat bangunan itu dari depan.

Sena mengangguk manis didepan kedua orang tuanya.

"Ini sekolah appa dan eomma dulu kan? Sena tahu karena Paman Sehun yang mengatakannya pada Sena" gadis kecil itu tersenyum.

"Maafkan Sena. Appa… Eomma… Sena salah. Sena tidak seharusnya berpura – pura diculik. Sebenarnya Sena hanya ingin membawa appa dan eomma kesini. Tetapi dengan cara memberi kejutan karena Sena tahu hari ini adalah perayaan ulang tahun pernikahan Appa dan Eomma" jelas Sena sambil memainkan jarinya.

"Astaga kau tidak seharusnya melakukan hal seperti ini. Kau memang benar – benar perempuan nakal Sena…" ucap Baekhyun tidak habis pikir.

"Tetapi terima kasih, Sayang. Eomma rasa ini adalah kado yang terbaik darimu untuk kami" ucap Baekhyun dan memeluk Sena serta memberikannya ciuman.

"Anak appa memang sangat hebat! Appa sampai tertipu dengan kejutanmu, Sayang"

"Itu karena kau memang idiot, Park Babo" ejek Baekhyun dan Chanyeol merenggut.

"Sudah. Daripada appa dan umma masih disini lebih baik masuk kedalam sekolah. Sena mempunyai kejutan lain didalam!" seru Sena dan gadis kecil itu segera berlari menjauhi kedua orang tuanya menuju Doyong yang sudah berdiri didepan pagar sekolah.

.

.

.

Matahari sudah menghilang tergantikan dengan sinar senja yang sedikit demi sedikit naik kepermukaan langit. Chanyeol dan Baekhyun berjalan disekitar lorong sambil bergandengan tangan. Melihat – lihat suasana yang tidak berubah meski sudah enam tahun ditinggalkan.

"Masih seperti dulu" ucap Chanyeol yang dibalas dengan anggukan Baekhyun.

"Ya. Seperti dulu"

Baekhyun berjalan dibelakang Chanyeol. Memperhatikan lapangan luas yang terlihat dari kaca lorong jendela. Lapangan tempatnya diguyur oleh Chanyeol saat hari pertama masuk sekolah ini.

"Aku tidak percaya bahwa dimasa depan pada akhirnya aku menikahi seorang berandal yang paling ditakuti oleh seisi sekolah" kekeh Baekhyun.

Chanyeol menoleh kebelakang dan berhenti melangkah sejenak.

"Jadi apa kau menyesal?" tanya Chanyeol sambil tersenyum miring.

Baekhyun menggeleng dan mereka kembali berjalan pelan.

"Tidak. Untung saja aku menumpahkan seember air penuh dari kelasku waktu itu. Jika aku tidak menumpahkannya. Mungkin garis takdir kita tidak akan seperti ini, Yeol"

Tuan Park tersenyum tanpa terlihat Baekhyun. Dia ingat ketika amarahnya memuncak akibat anak pecundang seperti Baekhyun berani melawannya. Bahkan menyiramnya dengan air hingga menjatuhkan harga dirinya. Tapi entah mengapa Chanyeol tidak marah dan malah semakin penasaran dengan Baekhyun saat itu.

"Baek kemari" Chanyeol menarik tangan Baekhyun menuju suatu tempat.

Aroma pintu kayu tidak pernah berubah membuat Baekhyun terpaku pada kilas balik saat itu. Baekhyun tersenyum saat Chanyeol menutup pintu dan mulai berjalan menjauhinya. Tubuh pemuda mungil itu masih berdiam diri didepan pintu. Sementara kaki Chanyeol melangkah perlahan.

"Kuhitung sampai tiga jika tidak keluar maka kau akan habis, Pendek!"

Baekhyun tersenyum.

"Satu"

"Dua"

"Dua setengah—"

"Oh ayolah kau terlalu baik Chanyeol" komentar Baekhyun sambil berjalan mendekati suaminya.

"Baiklah. Tiga—"

CHU!

Kedua bibir itu menyatu setelah sekian lama waktu mengulurnya. Kaki Baekhyun berjinjit setelah menabrakkan belahan bibirnya kepada bibir Chanyeol. Baekhyun memegang kedua pipi Chanyeol dan melumat lembut milik Chanyeol. Mata mereka terpejam menikmati momen yang sedari tadi mereka harapkan.

Chanyeol membawa tangannya menuju pinggang dan leher Baekhyun. Menarik tubuh ringkih Baekhyun mendekat kedalam dekapannya. Baekhyun mengalungkan lengannya dileher Chanyeol. Mengusak rambut hitam legam milik Chanyeol sambil terus menggerakkan bibirnya perlahan. Menyesapi rasa yang selalu membuat dia selalu rindu akan kehangatan dari rengkuhan suaminya.

Ciuman manis mereka semakin berlarut – larut sampai akhirnya Chanyeol mengelus paha Baekhyun dan menariknya naik kesamping pahanya. Chanyeol sama sekali tidak memberi jeda pada Baekhyun untuk bernafas dan Baekhyun menyukai hal itu.

Ciuman memabukan, dominan sensual terasa panas didalam ruangan besar ini.

Baekhyun menarik diri terlebih dahulu tanpa melepaskan pelukan mereka.

"Aku mencintaimu, Park Chanyeol" bisiknya penuh kelembutan pada setiap kata.

Chanyeol tersenyum dan meraih bibir Baekhyun kembali.

"Aku juga sangat mencintaimu, Park Baekhyun"

Dan malam kembali menemani momen mereka berdua.

.

.

.

Diluar gedung SM SHS.

"Shun, apakah kau tahu kalau tempat ini appa dan eommaku bertemu dan saling jatuh cinta?" pertanyaan Sena membuat anak berambut hitam disampingnya menoleh.

"Tidak. Memangnya kenapa? Apakah appaku menceritakan segalanya kepadamu?"

Sena mengangguk mantap.

"Sampai kedetail dimana Paman bertemu dengan Babamu pun dia ceritakan"

"Astaga kau pasti bertanya yang aneh – aneh, Sena. Sampai ayahku menceritakan semuanya. Aku tahu bagaimana kau begitu menyukai Appaku"

Sena terkikik geli. Pipinya memanas dan hatinya menghangat memikirkan pria yang disukainya. Diatas cap mobil yang terparkir didepan halaman sekolah. Kedua anak itu masih memandangi gedung sekolah besar yang sudah gelap.

Sena memainkan stik baseball yang ada ditangannya.

"Shun. Kau tahu kata paman. Appa dulu adalah Ketua Penguasa Sekolah ini" ucap Sena tanpa memandang lawan bicaranya.

"Lalu?" tanya anak berwajah datar ini.

"Aku dan kau jika sudah besar. Mari kita bersekolah disini dan membuat sekolah ini menjadi lebih baik, Shun!" papar Sena dan anak laki – laki itu terkejut.

"SM SHS?"

Sena mengangguk dengan senyuman manis.

"Dan aku ingin menjadi seperti Appa! Ketua Penguasa Sekolah SM SHS"

.

.

.

Bandara Incheon 15.31 KST

Seorang anak perempuan bertubuh mungil dengan rambut model kuncir kuda, berpita biru langit terus menggerakan kakinya sambil bersenandung kecil. Mata bulatnya di alihkan kesegala penjuru ruangan besar ini.

Sudah hampir tiga puluh menit lebih gadis mungil ini duduk diatas pagar pembatas berbahan besi yang tidak seharusnya dia duduki. Mengingat, besi itu bukan tempat duduk dan terlebih dihadapannya merupakan pintu kedatangan luar negeri yang cukup ramai dengan orang – orang yang baru saja melakukan proses check out setelah landing.

"Lama sekali" keluhnya dengan muka setengah kesal.

Seorang pria berjas hitam rapih dengan tegap berdiri di belakang anak kecil ini. Dia tetap setia menemani gadis mungil ini menunggu. Menunggu seseorang yang diharapkan majikannya. Meski dia sendiri khawatir anak kecil ini akan cepat lelah. Tapi dia sendiri hafal betul kalau Si Nona Kecil yang hyperaktif tidak mungkin kelelahan biarpun berlari seratus meter dalam usia sedini ini.

"Sabar, Nona. Mungkin sebentar lagi Tuan Besar akan segera datang" ucap Doyong— butler baru keluarga Park yang memang di khususkan untuk menjaga Sena.

Sena menekuk wajahnya.

Dia datang ke bandara dengan penuh harap. Alasan apalagi yang harus Sena lampirkan selain menjemput dia? Hampir dua minggu Sena tidak melihat sosok yang selalu mengajaknya bermain dan membacakannya dongeng sebelum tidur. Sosok yang selalu dia banggakan juga dia kagumi. Maka kali ini Sena berinisiatif untuk menjadi orang pertama yang akan ditemui oleh Tuan Besar alias Park Chanyeol.

Sebenarnya Chanyeol selalu meminta Doyong untuk tidak menghantar Sena ke bandara. Tapi anak kecil bertabiat keras kepala –sama seperti ayahnya- tidak mungkin mau menuruti segala perintah. Sena itu hidup bersifat liberal. Memang terkesan kritis untuk anak usia lima tahun. Salahkan Baekhyun yang memberinya gen cerdas di dalam otak Sena.

"Nona, lebih baik Nona turun. Apa Nona tidak lelah?" tanya Doyong sambil memegang pinggang Sena yang nyaris kehilangan keseimbangannya tadi.

Sena menggeleng cepat.

"Aniii! Kita tunggu sebentar lagi, Yongie!" tahan Sena dengan suara cemprengnya.

Tidak berapa lama, sosok bertubuh tinggi dengan jas lebar mengenakan kacamata berframe bulat keluar dari pintu paling ujung. Sena melebarkan bola mata melihat sosok itu. Dia segera turun dari pagar pembatas dan berlari menghampiri seseorang yang sedari tadi di tunggunya.

"Appaaaaa!"

Sahutan Sena membuat pria jangkung dengan wajah super tampan itu menoleh dari ponselnya. Chanyeol mengulaskan senyum manis. Dia sedikit berlari mendekati Sena yang sepertinya sudah tidak kuat menahan rindu.

"Appa! Akhirnya appa pulang jugaaa!" jerit Sena setelah Chanyeol memeluknya erat.

"Aigooo. Putri kecil appa ternyata sangat merindukan appa, eoh?" goda Chanyeol lalu menggendong Sena yang mukanya kembali tertekuk.

"Sena menunggu appa semalaman appa tidak keluar juga dari pintu itu!"

Chanyeol terkekeh.

"Berarti semalam Sena tidur di bandara? Wahhh! Daebak! Lalu apa kerja para satpam yang berjaga disini?" Chanyeol memasang ekspresi pura – pura terkejut membuat Sena mengangguk, berpikir sejenak, kemudian menggeleng cepat.

"Eh! Anniii! Sena tidur bersama eomma di rumah, appaaa!"

Chanyeol tertawa melihat reaksi menggemaskan putrinya. Dia mencium pipi gembul milik Sena sambil berjalan perlahan. Sementara Sena tertawa kegelian. Didepannya sudah ada Doyong yang membungkuk dalam menyambut kedatangannya. Chanyeol balas mengangguk.

"Maaf Tuan. Saya sudah melarang Nona muda tapi—"

"Iya aku tahu. Tuan Putri ini memang merepotkan" goda Chanyeol lagi dan Sena menyembunyikan wajahnya diceruk leher Chanyeol.

"Bagaimana dengan Baekhyun?"

"Tuan Baekhyun belum meninggalkan Caffe. Dia baik – baik saja, Tuan"

Chanyeol mengangguk.

"Baiklah. Kita pulang Sena. Kajja!"

"Tunggu appa!" Sena langsung mengangkat wajahnya.

Chanyeol berhenti berjalan. Dia memandang putrinya sejenak sambil mengelus rambutnya pelan.

"Wae?"

"Sebelum pulang kita mampir ke Paman Ice Cream! Sena lapar, appaa~" rengek Sena dengan wajah memelas.

"Aye, Kapten Sena!"

Chanyeol tersenyum lalu mengangkat tubuh Sena lebih tinggi. Beberapa wanita yang melintas terkagum – kagum melihatnya. Sosok yang tinggi dan tampan. Menggendong seorang anak perempuan mungil membuat mereka semua ingin tahu siapa orang beruntung yang menjadi pendamping hidupnya, hingga mempunyai anak secantik itu.

.

.

.

Sore ini suasana pengunjung agak ramai di Caffe milik ibu Baekhyun. Para pekerjanya pun tidak henti – hentinya melayani pelanggan. Termasuk Baekhyun yang ikut menjadi pegawai di Caffe ini.

"Baek, tolong kau antarkan pesanan ini ke meja tujuh" pinta Lay sambil menyodorkan nampan berisi sepiring chesse cake dan kopi hangat.

Baekhyun mengangguk dan mulai berjalan dengan hati – hati. Setelah selesai memberikan pesanan, Baekhyun melirik meja lain yang sudah kosong. Pemuda manis bersurai brunette itu segera membersihkan meja dan mengangkat nampan kayu itu berserta isinya.

Tidak sengaja saat berbalik tubuhnya bertabrakan dengan tubuh seseorang. Cangkir dan piring kecil itu bergoyang, hendak jatuh. Sebelum dengan sigap orang di depan Baekhyun terlebih dulu menahannya.

"Maafkan saya…" lirih Baekhyun sambil menundukan kepala.

"Kau tidak apa – apa?" tanya si pemilik suara baritone.

Baekhyun terkejut. Dia mengangkat kepala dan retinanya langsung menangkap postur tubuh tinggi yang menjulang. Satu kata untuk manusia dihadapannya. Tampan.

Baekhyun tidak bisa bersuara.

Kenapa pemuda yang dia kenal luar dalam ini sangat suka memberinya kejutan? Oh, Baekhyun nyaris tidak bisa berdiri dengan kakinya saat ini. Sudah hampir dua minggu lebih dia tidak menemuinya, melihatnya, bahkan menyentuhnya. Tapi sekarang. Seperti angin yang berhembus tanpa terlihat. Chanyeol sedang berdiri di hadapannya mengulaskan senyum lembut.

Baekhyun merindukan lekukan itu dibibir sang suami.

Tanpa menjawab pertanyaan Chanyeol tadi. Baekhyun kembali berjalan seolah Chanyeol orang asing yang tidak pernah dikenalnya. Wajahnya memanas hendak mengeluarkan air mata. Baekhyun sangat kesal. Sementara Chanyeol yang masih belum mencerna arti dari sikap Baekhyun malah tercengang.

Hell, dia baru saja pulang dari negara terbitnya matahari. Chanyeol rasa sambutan hangat atau bahkan senyuman manis Baekhyun bisa memulihkan rasa letihnya. Namu tidak ada.

Apa Baekhyun sedang marah?

"Baek" panggil Chanyeol ketika mereka sudah berada di depan meja barista.

Baekhyun menoleh malas. Raut manis yang tadi diberikan kepelanggan sirna sudah. Wajahnya tertekuk tidak jauh berbeda dengan Sena sambil melipat tangan di depan dada. Chanyeol sudah menduganya. Dua minggu lebih tidak bersua pasti membuat Baekhyun rindu.

Ah, ya. Rindu.

Chanyeol tersenyum.

"Kau marah karena aku pulang atau kau marah karena kau merindukanku?" pertanyaan Chanyeol membuat Baekhyun mengeryit tidak suka.

"Perlu kujawab?"

"Ah, tidak perlu. Aku sudah tahu jawabannya"

"Dua minggu lebih"

"Baek aku—"

"Tokyo, Jepang"

"Baek aku meri—"

"Sibuk dengan pekerjaan"

"Baek, dengar dulu. Kau tau aku merin—"

"Tidak ada kabar, email, bahkan kau tidak menjawab video call Sena?!"

"Aku bisa jelaskan hal itu. Tapi sebelumnya aku ingin mengatakan kalau aku sangat merindu—"

"Rindu?! Rindu apanya?!" potong Baekhyun dengan suara nyaring.

"YAK! Tidak bisakah aku menyelesaikan kalimatku dulu?" sahutan Chanyeol membuat seisi Caffe terdiam.

Baekhyun terkejut dan segera meminta maaf pada pengunjung begitupun Chanyeol. Setelah suasana kembali seperti semula mereka kembali berhadapan. Tapi Baekhyun malah membalikan tubuhnya menghadap meja barista sementara Chanyeol tetap pada tempatnya.

"Aku tahu kau marah"

"…"

"Tapi aku sangat ingin bertemu denganmu, Baek. Makanya aku berusaha secepat mungkin menyelesaikan urusanku disana dan fuck aku bahkan baru sampai Korea! Apakah sikapmu yang seperti ini sepadan untuk kedatanganku yang penuh rasa letih sekarang?!"

Baekhyun masih diam tidak mau menjawab. Tangan cantiknya mengambil beberapa gelas dan membersihkannya. Pemuda manis itu memasang wajah murung. Sejujurnya dia sudah tidak tahan ingin memeluk Chanyeol. Tapi egonya berkata lain.

"Kau tahu kan aku bisa mati jika jauh darimu. Kau bahkan tahu, kalau kau dan Sena sangat penting untuk kehidupanku. Tidak bertemu sehari saja denganmu membuatku gila disana, Baek!"

Baekhyun menoleh sedikit.

"Memang sepenting apa pekerjaanmu daripada Sena sampai kau tidak bisa memberi kabar?"

Chanyeol menghela nafas berat. Dia cukup frustasi dengan perdebatan ini. Chanyeol benci saat dia mempunyai waktu luang bersama Baekhyun dan malah dihabiskan dengan pertengkaran sepele.

Maka Chanyeol berjalan mendekat, tepat di belakang Baekhyun dan memeluk erat tubuhnya dari belakang. Baekhyun terkejut. Dia tidak siap dan masih banyak pengunjung didalam Caffe.

Chanyeol memang selalu senang bersikap spontan.

"Kau ingin tahu sepenting apa pekerjaanku disana?" tanya Chanyeol dengan suara berat.

Baekhyun menelan ludah kemudian mengangguk. Wajahnya memerah. Jarak sedekat ini sudah memungkinkan bibir mereka menyatu tanpa perlu untaian kata lagi.

"Sepenting waktu yang akan kita habiskan bersama selama seminggu kedepan" bisik Chanyeol tepat didepan sudut bibir Baekhyun.

Baekhyun tercengang. Pikirannya langsung tertuju pada sesuatu yang sangat penting bagi mereka bedua. Baekhyun bahkan melupakannya saking kesalnya. Benar – benar bodoh.

"Kau boleh berbangga hati kepada suamimu karena aku sudah menyelesaikan seluruh pekerjaanku lebih cepat. Mungkin aku tidak mengabarimu karena aku memang sengaja ingin membuatmu rindu padaku. Kurasa aku berhasil, tapi tetap saja tindakanku salah. Maaf, Baek. Tapi percayalah aku sudah melaksanakan tanggung jawabku sebagai pemimpin perusahaan. Sekarang aku ingin melaksanakan tanggung jawabku sebagai kepala keluarga. Yaitu dengan kembali bersamamu. Apakah boleh?" Chanyeol tersenyum pada akhir kalimatnya.

Hati Baekhyun melunak. Dia membalikan badan, berhadapan dengan wajah tampan milik suaminya. Jemari lentik itu bergerak kepipi Chanyeol dan menurunkan kacamata yang sedang Chanyeol kenakan.

Baekhyun masih merenggut. Tetapi Chanyeol tahu wajah itu adalah wajah malu – malu khas Baekhyun. Tidak pernah berubah. Masih sungguh menggemaskan.

"Katakanlah apa yang ingin kau katakan" ucap Chanyeol setengah tertawa.

"Terima kasih, Suamiku. Kau yang terhebat" ucap Baekhyun sambil memegang kedua pipi Chanyeol.

Chanyeol tersenyum lagi. Dia memiringkan wajahnya mengikis jarak diantara Baekhyun dan dirinya setelah dua minggu lebih tidak menyentuh satu sama lain. Nafas hangat menerpa wajah manis Baekhyun. Kedua pasang mata yang terpejam serta debaran jantung seperti pertama kali mereka rasakan merupakan suatu hal yang aneh.

Menyenangkan dan menggelitik hati.

Baekhyun membuka kelopaknya saat bel pintu Caffe terdengar cukup kencang. Seseorang berlari masuk dengan tergesa – gesa. Baekhyun mengarahkan pandangannya pada pemuda itu dan Chanyeol bersumpah akan mengutuk pria bernama Doyong ini karena telah merusak momennya.

"Tuan Baekhyun…" lirihnya dengan nafas terengah – engah.

"Ada apa Doyong?"

"Ck! Sial! Tidak bisakah aku menikmati waktuku bersama dirimu, Baek?"

Baekhyun langusung menyikut Chanyeol atas perkatannya.

"Diam! Ada apa Doyong? Kenapa wajahmu seperti ketakutan begitu?"

Doyong membungkuk dalam. Baekhyun semakin heran dan pikirannya tertuju pada sosok mungil yang keras kepala.

"Jangan bilang—"

"Nona muda menghilang lagi, Tuan Baekhyun"

.

.

.

Sena berjalan santai menyusuri daerah pertokoan yang ramai. Anak yang nyaris berusia lima tahun itu memang tidak mengenal rasa takut ketika harus berpetualang sendiri. Termasuk jika berpetualang bersama es krim rasa coklat kesukaannya.

Orang – orang yang melihatnya juga heran. Tapi mereka tidak mau ambil pusing. Toh mungkin orang tua Sena ada disekitar toko. Nyatanya tidak.

Sena sendirian dipusat perbelanjaan itu.

"Wah! Boneka!" pekiknya saat melihat boneka Barnie berukuran sedang terpajang di dalam toko.

"Wajahnya yang berwarna ungu mirip seperti appa!" komentarnya asal.

Sena terus berjalan hingga es krimnya habis. Tanpa gadis kecil itu sadari, dua orang sudah mengikutinya dari belakang. Kakinya berhenti ketika melihat bola kyrstal yang sangat cantik. Mata bulatnya berbinar memandangi benda memukau itu.

"Indahnyaaa. Aku ingin sekali membelikannya untuk appa dan eomma!" sahutnya dan hendak melangkah masuk sebelum akhirnya ada seseorang yang menarik tangannya.

Disisi lain.

"KENAPA KAU BEGITU BODOH CHANYEOL?!"

Tuan Park panik.

Dia terlihat sibuk dengan ponselnya. Chanyeol dengan cepat menghubungi semua orang yang dia kenal, bahkan toko tempatnya membeli es krim tadi. Tapi nihil. Sena tidak ada dimana pun.

"Kenapa kau malah meninggalkan anak kita sendirian?!"

"Maaf Baek… Maaf. Aku sudah ingin mengajaknya pulang tadi. Tapi dia tidak mau. Kupikir dia sedang bersama Doyong karena dia bilang masih ingin melihat – lihat sesuatu"

Baekhyun frustasi. Dia bergerak gelisah. Jari – jarinya bermain dengan gugup. Dia mengalihkan pandangannya pada butler keluarga Park. Doyong sudah menundukan kepalanya dalam.

"Dimana terakhir kali kau melihat Sena, Doyong?"

"Di depan toko boneka Tuan Baekhyun" lirih Doyong tanpa mengangkat kepalanya.

Baekhyun mengangguk. "Baiklah aku akan mencarinya"

"Aku ikut, Baek" Chanyeol segera berlari mengikuti Baekhyun sebelum akhirnya suara telponnya bordering.

Baik Chanyeol maupun Baekhyun berhenti sejenak. Chanyeol mengabaikan nomor tidak dikenal itu. Tapi Baekhyun berhenti di depan pintu Caffe dan terlihat heran. Dia terus memandangi ponsel Chanyeol yang berbunyi sementara pemiliknya masih bertanya – tanya dengan idiot, nomor siapa ini? Presepsi buruk langsung menghantam pikiran Baekhyun. Jangan – jangan Sena memang sedang tidak baik – baik saja.

"Angkat!" titah Baekhyun.

"Baek, ini bukan saatnya berpikir negatif tentangku. Sena lebih penting. Sudahlah ayo!"

"Aku tidak berpikir begitu. Dan apa maksudmu dengan negatif?! Kau selingkuh?"

"Astaga, Baek! Tidak mungkin! Kau tidak percaya padaku? Mungkin ini telpon gila yang sedang marak lalu orang ini akan meminta pulsa padaku sekarang juga!"

"Oke! Oke aku tidak akan menuduhmu lagi! sekarang lebih baik angkat telpon itu!"

"Memangnya kena—"

"ANGKAT CHANYEOL!" Baekhyun menatap Chanyeol dengan raut cemas.

Chanyeol akhirnya menyerah. Dia menggeser layar ponselnya dan mendekatkan benda persegi itu ketelinganya. Jantung Baekhyun entah kenapa berdebar kencang. Dia mempunyai firasat buruk tentang ini.

"Yeoboseo?"

"Selamat Sore, Tuan Park" suara serak dominan berat disana membuat Chanyeol mengerutkan alisnya.

"Siapa ini?" tanya Chanyeol.

"Tidak perlu berbasa – basi. Anakmu ada padaku saat ini"

DEG!

Baekhyun mendekat kepada Chanyeol dan memegang lengannya. 'Ada apa?' bisik Baekhyun dan Chanyeol hanya diam sambil mengangkat tangannya.

"Anakku? Aku tidak percaya padamu. Kau pikir aku akan tertipu? Berbohonglah lebih baik lain kali" ujar Chanyeol berusaha tenang.

Seseorang disebrang sana menyunggingkan senyum licik. Tidak berapa lama terdengar suara ribut dan jeritan anak kecil. Chanyeol membulatkan mata.

"Appa!"

DEG!

Tubuh Chanyeol membeku.

"Se—Sena! KEPARAT! APA YANG—"

"Appa tolong! Paman gendut berkumis jelek ini jahat!"

PRANG! BRAK!

"SENAAA!"

"Sebenarnya ada apa Chanyeol?! Tolong loudspeaker ponselmu!" Baekhyun panik melihat raut Chanyeol.

Chanyeol mengganti mode teleponnya. Baekhyun segera berteriak memanggil nama anaknya. Sementara tidak ada suara disana, hanya kebisingian kecil yang mencekam bagi pihak Chanyeol dan Baekhyun. Membuat Tuan Park semakin geram.

Lay dan ibu Baekhyun yang melihat pasangan itu serta Doyong yang berwajah pucat, menghampiri mereka. Baekhyun meremas jaket Chanyeol kuat. Dia serasa ingin pingsan mengetahui kemungkinan Sena sedang berada ditangan orang jahat.

"BRENGSEK! LEPASKAN ANAKKU!" umpat Chanyeol lagi.

"Ckckck. Tidak semudah itu Tuan Park"

"Katakan apa maumu?!"

Suara pria itu tertawa.

"Sudah kukatakan aku ingin kau melakukan apa yang kumau. Itupun jika kau masih ingin melihat anakmu hidup"

"Manusia rendah! Cepat katakan berapa nominal yang kau butuh!?"

Pria itu menggeleng.

"Aku tidak membutuhkan uang. Aku hanya ingin kau menyerahkan salah satu aset perusahaanmu yang berharga mala mini di tempat yang telah ku atur"

Pikiran Chanyeol tertuju pada kolega (menyebalkan) yang memang memaksa untuk melakukan kerja sama dengannya. Tapi orang tersebut hendak mengajak Chanyeol melakukan cara kotor untuk meningkatkan mutu perusahaan Park. Tentu saja Chanyeol tidak setuju dan menolak mentah – mentah. Pantas tadi Sena menyebutkan pria gendut berkumis jelek. Chanyeol mempunyai tersangka, dalang dibalik penyekapan dadakan ini.

Ekspresi Chanyeol sangat tidak bersahabat, seolah ingin membunuh si penculik Sena hidup – hidup. Penculik itu terus berbicara sementara mata Chanyeol beralih pada Doyong. Butler itu dengan sigap menganggukan kepalanya dan berlari keluar Caffe. Sebenarnya Chanyeol muak harus mengulur waktu untuk mendengarnya berbicara mengenai negoisasi yang akan mereka lakukan.

"Jadi apakah kita sepakat Tuan Park?"

Chanyeol tidak menjawab. Dia berusaha tenang. Dia sudah dewasa dan tidak bisa menyelesaikan semua masalah secara fisik seperti dulu. Chanyeol melihat Doyong kembali kemudian membungkuk sambil menganggukan kepalanya sekali.

"Bisakah aku bicara pada Sena?" lirih Baekhyun memohon, tapi Chanyeol menggenggam tangan Baekhyun untuk menenangkannya.

Chanyeol kembali mendekatkan layar ponsel ketelinganya.

"Jadi kau ingin perusahaanmu hancur atau kepalamu yang kulubangi sekarang juga?" ancam Chanyeol mulai mengintimidasi.

"Apa?! Jadi kau masih belum mengerti apa yang kumau—"

"AKU TIDAK PAHAM KEPARAT!" Chanyeol berteriak keras membuat Baekyun dan orang – orang yang disana terkejut.

Dipikiran si penculil, Park Chanyeol memang benar – benar pria bodoh yang tidak mengerti ucapannya setelah panjang lebar dia berbicara. Bibir si pencuri terasa kering sekarang.

"CEPAT LEPASKAN SENA ATAU KAU AKAN MATI SEKARANG JUGA!"

"Sena! Kau sedang ada dimana naaak?!" sahut Baekhyun tidak mau kalah karena panik.

"Eommaaaa!"

BRAK!

Suara bising itu terdengar lagi.

"Astaga! Senaa! Yaaak! Penculik brengsek! Cepat lepaskan Putriku!"

"Eommaa! Aku berada di bangunan dekat sekolah—KYAAAA!"

"SENAAA! BAJINGAN KAU! AWAS KALAU KAU BERANI – BERANINYA MENYAKITI SENA!"

BIIPPP BIIIPP BIIIPPPP

Nada dering menandakan ponsel terputus. Baekhyun lemas. Dia menjatuhkan tubuhnya kebawah sebelum dengan sigap Chanyeol menahan tubuhnya.

"Chanyeol! Kita harus mencari Sena! Cepat! Sena dalam bahaya!" Baekhyun kalang kabut menarik – narik jaket Chanyeol. Matanya memerah menahan tangis dan dadanya sesak.

"Tenang saja Baek. Kita sudah menemukan Sena"

Baekhyun diam, memasang wajah tidak percaya. "Bagaimana bisa—"

"Aku melakukan hal yang dulu kulakukan untuk menemukanmu saat kau disekap. Tenang saja. Mereka sudah ketahuan. Apalagi anakku yang pintar telah menyembutkan lokasinya. Ini membuatnya semakin mudah"

"Tapi kita tidak boleh mengulur waktu Chanyeol! Sena masih dalam bahaya!"

Chanyeol mengangguk.

"Aku akan menjemputnya. Kau lapor saja pada polisi"

"Tidak! Aku ikut!" Baekhyun langsung berlari keluar Caffe dengan Chanyeol yang mengikutinya dari belakang.

Chanyeol mulai menancap gas dan melajukan mobilnya cepat. Ketempat Sena berada sekarang. Sementara di dalam Caffe, Doyong menekan tombol kecil ditelinganya.

"Target sudah menuju lokasi anda Tuan"

.

.

.

Disebuah gudang tua belakang bangunan Sena duduk dikursi kayu dengan tangan terikat kebelakang. Dipipinya terdapat bekas lelehan air mata. Pipinya juga agak memerah karena terlalu banyak menangis. Tetapi sekarang Sena hanya duduk diam menunggu keputusan yang akan dibuat oleh penjahat yang menyekapnya.

"Kalian memang benar – benar tidak berbakat menjadi penjahat" komentar Sena dengan suara datar.

Salah satu pria bertubuh kurus menggunakan topeng hitam menoleh. Dia mendekati Sena yang menatap datar kedua pria desperate yang sedang melakukan aksi kejahatan terhadapnya.

"Diam kau! Hanya ini yang bisa kita lakukan untuk melangsungkan kehidupan kita. Bukankah begitu Hyung?" tanyanya pada pria gendut yang sedang duduk sambil mengasah pisaunya.

"Tepat sekali dongsaengku!"

Sena memutar bola matanya ketika kedua manusia tengil itu tertawa. Dipikirannya pasti kedua orang tuanya sedang menuju kemari. Sena masih harus bertahan demi hidupnya.

Pria bertubuh gendut itu bangkit dan menaruh kain bekas mengelap pisau yang dipegangnya. Penjahat itu hendak berjalan mendekat sementara Sena melebarkan mata melihat ujung tumpul menyeramkan itu.

"Kurasa waktumu habis Tuan Putri. Lebih baik cepat menghabisimu lalu perlahan – lahan mengeruk kekayaan orang tuamu"

'Sial!' umpat Sena dalam hati sambil menggerakkan tubuhnya mencoba membuka ikatan menyebalkan ditangannya.

Pria gendut itu semakin mendekat dan mulai mengangkat pisaunya hendak menghujamkan benda laknat itu kearah Sena. Tidak berapa lama terdengar suara mesin mobil dari kejauhan. Semakin keras suaranya dan semakin keras seolah mobil itu tidak akan berhenti dan—

BRAAAAAK!

Kedua penjahat itu terhempas kebelakang sampai tertimbun pintu kayu yang baru saja diterobos oleh mobil berwarna hitam. Tubuh Sena terguling dan posisi kursi menjadi jatuh kesamping. Sena terbatuk akibat asap yang ditimbulkan dari kekacauan disini. Dan gudang tempat Sena disekap sudah tidak berbentuk.

Mata gadis kecil itu terbuka dan dia mendapati sosok jangkung yang sedang memegang tongkat besar. Kedua penculik itu tidak bisa bergerak lantaran tubuh mereka terhimpit balok kayu.

"Sena! Kau tidak apa – apa?!" sahut Baekhyun dari jendela mobil sambil terbatuk – bantuk.

Ternyata yang menabrakan mobil ke gudang ini adalah ibunya.

'Heol' Sena membatin speechless.

Baekhyun berusaha keluar dari mobil dan berjalan mendekati putrinya. Dia segera melepaskan ikatan ditangan Sena kemudian memeluknya erat.

"Astaga! Kau selamat syukurlah kami tepat waktu. Oh, Tuhan terima kasih" Baekhyun tidak henti – hentinya mengucapkan itu sambil menciumi wajah Sena.

"Eomma.. Sudahlah aku baik – baik saja dan—"

Mata Sena beralih pada pemuda jangkung yang berwajah geram tidak jauh dari tempatnya. Chanyeol memegang tongkat baseball besar dan berjalan mendekati kedua pemuda yang masih mengenakan topeng itu.

"Jadi kalian yang berani menculik putriku hah? Sudah bosan terhadap hidup kalian didunia, bukankah begitu?" suara baritone itu membuat kedua penculik menciut dan pasrah karena tersudutkan.

"Kalau begitu biar kubuat menyenangkan sekarang juga!" bentak Chanyeol lalu mengangkat stik itu hendak menghabisi mereka.

"Appaaa hentikannn!" Sena menjerit.

Gadis kecil itu berlari dan berhenti tepat didepan kedua penjahat sambil merentangkan kedua tangan—menghalau Chanyeol menghukum mereka. Suasana seketika hening dan Chanyeol maupun Baekhyun terdiam—tidak percaya.

"Sena, apa yang—"

"Mereka bukan orang jahat, appa! Mereka hanya orang yang kusuruh untuk berpura – pura melakukan permainan ini" aku Sena sambil mengigit bibirnya.

"Per—permainan?" Chanyeol masih tidak percaya dengan apa yang baru saja Sena katakan.

Sena menundukan kepala dan mengangguk kecil.

"Ta—tapi itu hanya pura – pura eomma"

"Park Sena kenapa kau begitu nakal!? Apakah kau tahu seberapa khawatir kami berdua kepadamu?! Permainan katamu?! Nyawamu bisa saja dalam bahaya! Pura – pura atau tidak, kami benar – benar khawatir! Ini tidak lucu Sena!" Baekhyun berseru frustasi.

Sena mengigit bibirnya lebih kencang dan akhirnya menangis kejar.

Chanyeol yang melihatnya menghela nafas lelah. Astaga semua ini bagaikan mimpi buruk. Kenapa anaknya bisa – bisanya mengerjai kedua orang tuanya seperti ini?

Chanyeol membuang stik yang dipegangnya dan berjalan mendekat kepada Sena. Dia mensejajarkan tubuhnya dengan tubuh putrinya sambil berjongkok. Sementara Sena masih menangis histeris.

"Sudah, Sayang jangan menangis ya"

"Maaf appaa"

"Iya appa maafkan. Tapi kenapa kau melakukan hal seperti ini? Kau memang tidak memikirkan perasaan kami yang sangat khawatir kepadamu?" tanya Chanyeol dengan lembut lalu memeluk anaknya.

"Hiks… habisnya… Sena hanya ingin menunjukan sesuatu kepada appa dan eomma"

"Eh, menunjukkan apa?" Chanyeol terheran.

Sena mengusap airmatanya dan menyuruh Chanyeol untuk melihat kesekeliling. Mata Chanyeol membulat lebar. Tempat ini sangat dia kenali. Tempat dimana masa muda menguasai dirinya.

Tempat dia menjadi pemimpin disaat itu.

"Ini—"

"Ini gudang sekolah appa bukan?" tanya Sena dan Chanyeol tidak menjawab karena masih tercengang.

Sena melepaskan diri dari pelukan Chanyeol dan berjalan keluar. Baekhyun dan Chanyeol saling berpandangan kemudian mengikuti putrinya. Sena masih berjalan menjauhi gudang yang baru saja orang tuanya hancurkan.

"Sena kau mau kemana nak?" cemas Baekhyun berlari mengikuti Sena.

Sedangkan Chanyeol merasa seperti bernostalgia sendiri saat melihat bagian luar gudang tersebut. Tempat itu adalah markas Para Penguasa Sekolah jika ingin membolos. Tapi karena sudah tidak terpakai saat mereka lulus gudang itu sekarang kosong.

Chanyeol bahkan tidak sadar bahwa bangunan yang dia masuki dengan mobil tadi adalah sekolah lamanya. Dia terlalu panik akan kondisi anaknya.

"Astaga… Ini SM SHS" ucap Baekhyun saat melihat bangunan itu dari depan.

Sena mengangguk manis didepan kedua orang tuanya.

"Ini sekolah appa dan eomma dulu kan? Sena tahu karena Paman Sehun yang mengatakannya pada Sena" gadis kecil itu tersenyum.

"Maafkan Sena. Appa… Eomma… Sena salah. Sena tidak seharusnya berpura – pura diculik. Sebenarnya Sena hanya ingin membawa appa dan eomma kesini. Tetapi dengan cara memberi kejutan karena Sena tahu hari ini adalah perayaan ulang tahun pernikahan Appa dan Eomma" jelas Sena sambil memainkan jarinya.

"Astaga kau tidak seharusnya melakukan hal seperti ini. Kau memang benar – benar perempuan nakal Sena…" ucap Baekhyun tidak habis pikir.

"Tetapi terima kasih, Sayang. Eomma rasa ini adalah kado yang terbaik darimu untuk kami" ucap Baekhyun dan memeluk Sena serta memberikannya ciuman.

"Anak appa memang sangat hebat! Appa sampai tertipu dengan kejutanmu, Sayang"

"Itu karena kau memang idiot, Park Babo" ejek Baekhyun dan Chanyeol merenggut.

"Sudah. Daripada appa dan umma masih disini lebih baik masuk kedalam sekolah. Sena mempunyai kejutan lain didalam!" seru Sena dan gadis kecil itu segera berlari menjauhi kedua orang tuanya menuju Doyong yang sudah berdiri didepan pagar sekolah.

.

.

.

Matahari sudah menghilang tergantikan dengan sinar senja yang sedikit demi sedikit naik kepermukaan langit. Chanyeol dan Baekhyun berjalan disekitar lorong sambil bergandengan tangan. Melihat – lihat suasana yang tidak berubah meski sudah enam tahun ditinggalkan.

"Masih seperti dulu" ucap Chanyeol yang dibalas dengan anggukan Baekhyun.

"Ya. Seperti dulu"

Baekhyun berjalan dibelakang Chanyeol. Memperhatikan lapangan luas yang terlihat dari kaca lorong jendela. Lapangan tempatnya diguyur oleh Chanyeol saat hari pertama masuk sekolah ini.

"Aku tidak percaya bahwa dimasa depan pada akhirnya aku menikahi seorang berandal yang paling ditakuti oleh seisi sekolah" kekeh Baekhyun.

Chanyeol menoleh kebelakang dan berhenti melangkah sejenak.

"Jadi apa kau menyesal?" tanya Chanyeol sambil tersenyum miring.

Baekhyun menggeleng dan mereka kembali berjalan pelan.

"Tidak. Untung saja aku menumpahkan seember air penuh dari kelasku waktu itu. Jika aku tidak menumpahkannya. Mungkin garis takdir kita tidak akan seperti ini, Yeol"

Tuan Park tersenyum tanpa terlihat Baekhyun. Dia ingat ketika amarahnya memuncak akibat anak pecundang seperti Baekhyun berani melawannya. Bahkan menyiramnya dengan air hingga menjatuhkan harga dirinya. Tapi entah mengapa Chanyeol tidak marah dan malah semakin penasaran dengan Baekhyun saat itu.

"Baek kemari" Chanyeol menarik tangan Baekhyun menuju suatu tempat.

Aroma pintu kayu tidak pernah berubah membuat Baekhyun terpaku pada kilas balik saat itu. Baekhyun tersenyum saat Chanyeol menutup pintu dan mulai berjalan menjauhinya. Tubuh pemuda mungil itu masih berdiam diri didepan pintu. Sementara kaki Chanyeol melangkah perlahan.

"Kuhitung sampai tiga jika tidak keluar maka kau akan habis, Pendek!"

Baekhyun tersenyum.

"Satu"

"Dua"

"Dua setengah—"

"Oh ayolah kau terlalu baik Chanyeol" komentar Baekhyun sambil berjalan mendekati suaminya.

"Baiklah. Tiga—"

CHU!

Kedua bibir itu menyatu setelah sekian lama waktu mengulurnya. Kaki Baekhyun berjinjit setelah menabrakkan belahan bibirnya kepada bibir Chanyeol. Baekhyun memegang kedua pipi Chanyeol dan melumat lembut milik Chanyeol. Mata mereka terpejam menikmati momen yang sedari tadi mereka harapkan.

Chanyeol membawa tangannya menuju pinggang dan leher Baekhyun. Menarik tubuh ringkih Baekhyun mendekat kedalam dekapannya. Baekhyun mengalungkan lengannya dileher Chanyeol. Mengusak rambut hitam legam milik Chanyeol sambil terus menggerakkan bibirnya perlahan. Menyesapi rasa yang selalu membuat dia selalu rindu akan kehangatan dari rengkuhan suaminya.

Ciuman manis mereka semakin berlarut – larut sampai akhirnya Chanyeol mengelus paha Baekhyun dan menariknya naik kesamping pahanya. Chanyeol sama sekali tidak memberi jeda pada Baekhyun untuk bernafas dan Baekhyun menyukai hal itu.

Ciuman memabukan, dominan sensual terasa panas didalam ruangan besar ini.

Baekhyun menarik diri terlebih dahulu tanpa melepaskan pelukan mereka.

"Aku mencintaimu, Park Chanyeol" bisiknya penuh kelembutan pada setiap kata.

Chanyeol tersenyum dan meraih bibir Baekhyun kembali.

"Aku juga sangat mencintaimu, Park Baekhyun"

Dan malam kembali menemani momen mereka berdua.

.

.

.

Diluar gedung SM SHS.

"Shun, apakah kau tahu kalau tempat ini appa dan eommaku bertemu dan saling jatuh cinta?" pertanyaan Sena membuat anak berambut hitam disampingnya menoleh.

"Tidak. Memangnya kenapa? Apakah appaku menceritakan segalanya kepadamu?"

Sena mengangguk mantap.

"Sampai kedetail dimana Paman bertemu dengan Babamu pun dia ceritakan"

"Astaga kau pasti bertanya yang aneh – aneh, Sena. Sampai ayahku menceritakan semuanya. Aku tahu bagaimana kau begitu menyukai Appaku"

Sena terkikik geli. Pipinya memanas dan hatinya menghangat memikirkan pria yang disukainya. Diatas cap mobil yang terparkir didepan halaman sekolah. Kedua anak itu masih memandangi gedung sekolah besar yang sudah gelap.

Sena memainkan stik baseball yang ada ditangannya.

"Shun. Kau tahu kata paman. Appa dulu adalah Ketua Penguasa Sekolah ini" ucap Sena tanpa memandang lawan bicaranya.

"Lalu?" tanya anak berwajah datar ini.

"Aku dan kau jika sudah besar. Mari kita bersekolah disini dan membuat sekolah ini menjadi lebih baik, Shun!" papar Sena dan anak laki – laki itu terkejut.

"SM SHS?"

Sena mengangguk dengan senyuman manis.

"Dan aku ingin menjadi seperti Appa! Ketua Penguasa Sekolah SM SHS"

.

.

.

Bandara Incheon 15.31 KST

Seorang anak perempuan bertubuh mungil dengan rambut model kuncir kuda, berpita biru langit terus menggerakan kakinya sambil bersenandung kecil. Mata bulatnya di alihkan kesegala penjuru ruangan besar ini.

Sudah hampir tiga puluh menit lebih gadis mungil ini duduk diatas pagar pembatas berbahan besi yang tidak seharusnya dia duduki. Mengingat, besi itu bukan tempat duduk dan terlebih dihadapannya merupakan pintu kedatangan luar negeri yang cukup ramai dengan orang – orang yang baru saja melakukan proses check out setelah landing.

"Lama sekali" keluhnya dengan muka setengah kesal.

Seorang pria berjas hitam rapih dengan tegap berdiri di belakang anak kecil ini. Dia tetap setia menemani gadis mungil ini menunggu. Menunggu seseorang yang diharapkan majikannya. Meski dia sendiri khawatir anak kecil ini akan cepat lelah. Tapi dia sendiri hafal betul kalau Si Nona Kecil yang hyperaktif tidak mungkin kelelahan biarpun berlari seratus meter dalam usia sedini ini.

"Sabar, Nona. Mungkin sebentar lagi Tuan Besar akan segera datang" ucap Doyong— butler baru keluarga Park yang memang di khususkan untuk menjaga Sena.

Sena menekuk wajahnya.

Dia datang ke bandara dengan penuh harap. Alasan apalagi yang harus Sena lampirkan selain menjemput dia? Hampir dua minggu Sena tidak melihat sosok yang selalu mengajaknya bermain dan membacakannya dongeng sebelum tidur. Sosok yang selalu dia banggakan juga dia kagumi. Maka kali ini Sena berinisiatif untuk menjadi orang pertama yang akan ditemui oleh Tuan Besar alias Park Chanyeol.

Sebenarnya Chanyeol selalu meminta Doyong untuk tidak menghantar Sena ke bandara. Tapi anak kecil bertabiat keras kepala –sama seperti ayahnya- tidak mungkin mau menuruti segala perintah. Sena itu hidup bersifat liberal. Memang terkesan kritis untuk anak usia lima tahun. Salahkan Baekhyun yang memberinya gen cerdas di dalam otak Sena.

"Nona, lebih baik Nona turun. Apa Nona tidak lelah?" tanya Doyong sambil memegang pinggang Sena yang nyaris kehilangan keseimbangannya tadi.

Sena menggeleng cepat.

"Aniii! Kita tunggu sebentar lagi, Yongie!" tahan Sena dengan suara cemprengnya.

Tidak berapa lama, sosok bertubuh tinggi dengan jas lebar mengenakan kacamata berframe bulat keluar dari pintu paling ujung. Sena melebarkan bola mata melihat sosok itu. Dia segera turun dari pagar pembatas dan berlari menghampiri seseorang yang sedari tadi di tunggunya.

"Appaaaaa!"

Sahutan Sena membuat pria jangkung dengan wajah super tampan itu menoleh dari ponselnya. Chanyeol mengulaskan senyum manis. Dia sedikit berlari mendekati Sena yang sepertinya sudah tidak kuat menahan rindu.

"Appa! Akhirnya appa pulang jugaaa!" jerit Sena setelah Chanyeol memeluknya erat.

"Aigooo. Putri kecil appa ternyata sangat merindukan appa, eoh?" goda Chanyeol lalu menggendong Sena yang mukanya kembali tertekuk.

"Sena menunggu appa semalaman appa tidak keluar juga dari pintu itu!"

Chanyeol terkekeh.

"Berarti semalam Sena tidur di bandara? Wahhh! Daebak! Lalu apa kerja para satpam yang berjaga disini?" Chanyeol memasang ekspresi pura – pura terkejut membuat Sena mengangguk, berpikir sejenak, kemudian menggeleng cepat.

"Eh! Anniii! Sena tidur bersama eomma di rumah, appaaa!"

Chanyeol tertawa melihat reaksi menggemaskan putrinya. Dia mencium pipi gembul milik Sena sambil berjalan perlahan. Sementara Sena tertawa kegelian. Didepannya sudah ada Doyong yang membungkuk dalam menyambut kedatangannya. Chanyeol balas mengangguk.

"Maaf Tuan. Saya sudah melarang Nona muda tapi—"

"Iya aku tahu. Tuan Putri ini memang merepotkan" goda Chanyeol lagi dan Sena menyembunyikan wajahnya diceruk leher Chanyeol.

"Bagaimana dengan Baekhyun?"

"Tuan Baekhyun belum meninggalkan Caffe. Dia baik – baik saja, Tuan"

Chanyeol mengangguk.

"Baiklah. Kita pulang Sena. Kajja!"

"Tunggu appa!" Sena langsung mengangkat wajahnya.

Chanyeol berhenti berjalan. Dia memandang putrinya sejenak sambil mengelus rambutnya pelan.

"Wae?"

"Sebelum pulang kita mampir ke Paman Ice Cream! Sena lapar, appaa~" rengek Sena dengan wajah memelas.

"Aye, Kapten Sena!"

Chanyeol tersenyum lalu mengangkat tubuh Sena lebih tinggi. Beberapa wanita yang melintas terkagum – kagum melihatnya. Sosok yang tinggi dan tampan. Menggendong seorang anak perempuan mungil membuat mereka semua ingin tahu siapa orang beruntung yang menjadi pendamping hidupnya, hingga mempunyai anak secantik itu.

.

.

.

Sore ini suasana pengunjung agak ramai di Caffe milik ibu Baekhyun. Para pekerjanya pun tidak henti – hentinya melayani pelanggan. Termasuk Baekhyun yang ikut menjadi pegawai di Caffe ini.

"Baek, tolong kau antarkan pesanan ini ke meja tujuh" pinta Lay sambil menyodorkan nampan berisi sepiring chesse cake dan kopi hangat.

Baekhyun mengangguk dan mulai berjalan dengan hati – hati. Setelah selesai memberikan pesanan, Baekhyun melirik meja lain yang sudah kosong. Pemuda manis bersurai brunette itu segera membersihkan meja dan mengangkat nampan kayu itu berserta isinya.

Tidak sengaja saat berbalik tubuhnya bertabrakan dengan tubuh seseorang. Cangkir dan piring kecil itu bergoyang, hendak jatuh. Sebelum dengan sigap orang di depan Baekhyun terlebih dulu menahannya.

"Maafkan saya…" lirih Baekhyun sambil menundukan kepala.

"Kau tidak apa – apa?" tanya si pemilik suara baritone.

Baekhyun terkejut. Dia mengangkat kepala dan retinanya langsung menangkap postur tubuh tinggi yang menjulang. Satu kata untuk manusia dihadapannya. Tampan.

Baekhyun tidak bisa bersuara.

Kenapa pemuda yang dia kenal luar dalam ini sangat suka memberinya kejutan? Oh, Baekhyun nyaris tidak bisa berdiri dengan kakinya saat ini. Sudah hampir dua minggu lebih dia tidak menemuinya, melihatnya, bahkan menyentuhnya. Tapi sekarang. Seperti angin yang berhembus tanpa terlihat. Chanyeol sedang berdiri di hadapannya mengulaskan senyum lembut.

Baekhyun merindukan lekukan itu dibibir sang suami.

Tanpa menjawab pertanyaan Chanyeol tadi. Baekhyun kembali berjalan seolah Chanyeol orang asing yang tidak pernah dikenalnya. Wajahnya memanas hendak mengeluarkan air mata. Baekhyun sangat kesal. Sementara Chanyeol yang masih belum mencerna arti dari sikap Baekhyun malah tercengang.

Hell, dia baru saja pulang dari negara terbitnya matahari. Chanyeol rasa sambutan hangat atau bahkan senyuman manis Baekhyun bisa memulihkan rasa letihnya. Namu tidak ada.

Apa Baekhyun sedang marah?

"Baek" panggil Chanyeol ketika mereka sudah berada di depan meja barista.

Baekhyun menoleh malas. Raut manis yang tadi diberikan kepelanggan sirna sudah. Wajahnya tertekuk tidak jauh berbeda dengan Sena sambil melipat tangan di depan dada. Chanyeol sudah menduganya. Dua minggu lebih tidak bersua pasti membuat Baekhyun rindu.

Ah, ya. Rindu.

Chanyeol tersenyum.

"Kau marah karena aku pulang atau kau marah karena kau merindukanku?" pertanyaan Chanyeol membuat Baekhyun mengeryit tidak suka.

"Perlu kujawab?"

"Ah, tidak perlu. Aku sudah tahu jawabannya"

"Dua minggu lebih"

"Baek aku—"

"Tokyo, Jepang"

"Baek aku meri—"

"Sibuk dengan pekerjaan"

"Baek, dengar dulu. Kau tau aku merin—"

"Tidak ada kabar, email, bahkan kau tidak menjawab video call Sena?!"

"Aku bisa jelaskan hal itu. Tapi sebelumnya aku ingin mengatakan kalau aku sangat merindu—"

"Rindu?! Rindu apanya?!" potong Baekhyun dengan suara nyaring.

"YAK! Tidak bisakah aku menyelesaikan kalimatku dulu?" sahutan Chanyeol membuat seisi Caffe terdiam.

Baekhyun terkejut dan segera meminta maaf pada pengunjung begitupun Chanyeol. Setelah suasana kembali seperti semula mereka kembali berhadapan. Tapi Baekhyun malah membalikan tubuhnya menghadap meja barista sementara Chanyeol tetap pada tempatnya.

"Aku tahu kau marah"

"…"

"Tapi aku sangat ingin bertemu denganmu, Baek. Makanya aku berusaha secepat mungkin menyelesaikan urusanku disana dan fuck aku bahkan baru sampai Korea! Apakah sikapmu yang seperti ini sepadan untuk kedatanganku yang penuh rasa letih sekarang?!"

Baekhyun masih diam tidak mau menjawab. Tangan cantiknya mengambil beberapa gelas dan membersihkannya. Pemuda manis itu memasang wajah murung. Sejujurnya dia sudah tidak tahan ingin memeluk Chanyeol. Tapi egonya berkata lain.

"Kau tahu kan aku bisa mati jika jauh darimu. Kau bahkan tahu, kalau kau dan Sena sangat penting untuk kehidupanku. Tidak bertemu sehari saja denganmu membuatku gila disana, Baek!"

Baekhyun menoleh sedikit.

"Memang sepenting apa pekerjaanmu daripada Sena sampai kau tidak bisa memberi kabar?"

Chanyeol menghela nafas berat. Dia cukup frustasi dengan perdebatan ini. Chanyeol benci saat dia mempunyai waktu luang bersama Baekhyun dan malah dihabiskan dengan pertengkaran sepele.

Maka Chanyeol berjalan mendekat, tepat di belakang Baekhyun dan memeluk erat tubuhnya dari belakang. Baekhyun terkejut. Dia tidak siap dan masih banyak pengunjung didalam Caffe.

Chanyeol memang selalu senang bersikap spontan.

"Kau ingin tahu sepenting apa pekerjaanku disana?" tanya Chanyeol dengan suara berat.

Baekhyun menelan ludah kemudian mengangguk. Wajahnya memerah. Jarak sedekat ini sudah memungkinkan bibir mereka menyatu tanpa perlu untaian kata lagi.

"Sepenting waktu yang akan kita habiskan bersama selama seminggu kedepan" bisik Chanyeol tepat didepan sudut bibir Baekhyun.

Baekhyun tercengang. Pikirannya langsung tertuju pada sesuatu yang sangat penting bagi mereka bedua. Baekhyun bahkan melupakannya saking kesalnya. Benar – benar bodoh.

"Kau boleh berbangga hati kepada suamimu karena aku sudah menyelesaikan seluruh pekerjaanku lebih cepat. Mungkin aku tidak mengabarimu karena aku memang sengaja ingin membuatmu rindu padaku. Kurasa aku berhasil, tapi tetap saja tindakanku salah. Maaf, Baek. Tapi percayalah aku sudah melaksanakan tanggung jawabku sebagai pemimpin perusahaan. Sekarang aku ingin melaksanakan tanggung jawabku sebagai kepala keluarga. Yaitu dengan kembali bersamamu. Apakah boleh?" Chanyeol tersenyum pada akhir kalimatnya.

Hati Baekhyun melunak. Dia membalikan badan, berhadapan dengan wajah tampan milik suaminya. Jemari lentik itu bergerak kepipi Chanyeol dan menurunkan kacamata yang sedang Chanyeol kenakan.

Baekhyun masih merenggut. Tetapi Chanyeol tahu wajah itu adalah wajah malu – malu khas Baekhyun. Tidak pernah berubah. Masih sungguh menggemaskan.

"Katakanlah apa yang ingin kau katakan" ucap Chanyeol setengah tertawa.

"Terima kasih, Suamiku. Kau yang terhebat" ucap Baekhyun sambil memegang kedua pipi Chanyeol.

Chanyeol tersenyum lagi. Dia memiringkan wajahnya mengikis jarak diantara Baekhyun dan dirinya setelah dua minggu lebih tidak menyentuh satu sama lain. Nafas hangat menerpa wajah manis Baekhyun. Kedua pasang mata yang terpejam serta debaran jantung seperti pertama kali mereka rasakan merupakan suatu hal yang aneh.

Menyenangkan dan menggelitik hati.

Baekhyun membuka kelopaknya saat bel pintu Caffe terdengar cukup kencang. Seseorang berlari masuk dengan tergesa – gesa. Baekhyun mengarahkan pandangannya pada pemuda itu dan Chanyeol bersumpah akan mengutuk pria bernama Doyong ini karena telah merusak momennya.

"Tuan Baekhyun…" lirihnya dengan nafas terengah – engah.

"Ada apa Doyong?"

"Ck! Sial! Tidak bisakah aku menikmati waktuku bersama dirimu, Baek?"

Baekhyun langusung menyikut Chanyeol atas perkatannya.

"Diam! Ada apa Doyong? Kenapa wajahmu seperti ketakutan begitu?"

Doyong membungkuk dalam. Baekhyun semakin heran dan pikirannya tertuju pada sosok mungil yang keras kepala.

"Jangan bilang—"

"Nona muda menghilang lagi, Tuan Baekhyun"

.

.

.

Sena berjalan santai menyusuri daerah pertokoan yang ramai. Anak yang nyaris berusia lima tahun itu memang tidak mengenal rasa takut ketika harus berpetualang sendiri. Termasuk jika berpetualang bersama es krim rasa coklat kesukaannya.

Orang – orang yang melihatnya juga heran. Tapi mereka tidak mau ambil pusing. Toh mungkin orang tua Sena ada disekitar toko. Nyatanya tidak.

Sena sendirian dipusat perbelanjaan itu.

"Wah! Boneka!" pekiknya saat melihat boneka Barnie berukuran sedang terpajang di dalam toko.

"Wajahnya yang berwarna ungu mirip seperti appa!" komentarnya asal.

Sena terus berjalan hingga es krimnya habis. Tanpa gadis kecil itu sadari, dua orang sudah mengikutinya dari belakang. Kakinya berhenti ketika melihat bola kyrstal yang sangat cantik. Mata bulatnya berbinar memandangi benda memukau itu.

"Indahnyaaa. Aku ingin sekali membelikannya untuk appa dan eomma!" sahutnya dan hendak melangkah masuk sebelum akhirnya ada seseorang yang menarik tangannya.

Disisi lain.

"KENAPA KAU BEGITU BODOH CHANYEOL?!"

Tuan Park panik.

Dia terlihat sibuk dengan ponselnya. Chanyeol dengan cepat menghubungi semua orang yang dia kenal, bahkan toko tempatnya membeli es krim tadi. Tapi nihil. Sena tidak ada dimana pun.

"Kenapa kau malah meninggalkan anak kita sendirian?!"

"Maaf Baek… Maaf. Aku sudah ingin mengajaknya pulang tadi. Tapi dia tidak mau. Kupikir dia sedang bersama Doyong karena dia bilang masih ingin melihat – lihat sesuatu"

Baekhyun frustasi. Dia bergerak gelisah. Jari – jarinya bermain dengan gugup. Dia mengalihkan pandangannya pada butler keluarga Park. Doyong sudah menundukan kepalanya dalam.

"Dimana terakhir kali kau melihat Sena, Doyong?"

"Di depan toko boneka Tuan Baekhyun" lirih Doyong tanpa mengangkat kepalanya.

Baekhyun mengangguk. "Baiklah aku akan mencarinya"

"Aku ikut, Baek" Chanyeol segera berlari mengikuti Baekhyun sebelum akhirnya suara telponnya bordering.

Baik Chanyeol maupun Baekhyun berhenti sejenak. Chanyeol mengabaikan nomor tidak dikenal itu. Tapi Baekhyun berhenti di depan pintu Caffe dan terlihat heran. Dia terus memandangi ponsel Chanyeol yang berbunyi sementara pemiliknya masih bertanya – tanya dengan idiot, nomor siapa ini? Presepsi buruk langsung menghantam pikiran Baekhyun. Jangan – jangan Sena memang sedang tidak baik – baik saja.

"Angkat!" titah Baekhyun.

"Baek, ini bukan saatnya berpikir negatif tentangku. Sena lebih penting. Sudahlah ayo!"

"Aku tidak berpikir begitu. Dan apa maksudmu dengan negatif?! Kau selingkuh?"

"Astaga, Baek! Tidak mungkin! Kau tidak percaya padaku? Mungkin ini telpon gila yang sedang marak lalu orang ini akan meminta pulsa padaku sekarang juga!"

"Oke! Oke aku tidak akan menuduhmu lagi! sekarang lebih baik angkat telpon itu!"

"Memangnya kena—"

"ANGKAT CHANYEOL!" Baekhyun menatap Chanyeol dengan raut cemas.

Chanyeol akhirnya menyerah. Dia menggeser layar ponselnya dan mendekatkan benda persegi itu ketelinganya. Jantung Baekhyun entah kenapa berdebar kencang. Dia mempunyai firasat buruk tentang ini.

"Yeoboseo?"

"Selamat Sore, Tuan Park" suara serak dominan berat disana membuat Chanyeol mengerutkan alisnya.

"Siapa ini?" tanya Chanyeol.

"Tidak perlu berbasa – basi. Anakmu ada padaku saat ini"

DEG!

Baekhyun mendekat kepada Chanyeol dan memegang lengannya. 'Ada apa?' bisik Baekhyun dan Chanyeol hanya diam sambil mengangkat tangannya.

"Anakku? Aku tidak percaya padamu. Kau pikir aku akan tertipu? Berbohonglah lebih baik lain kali" ujar Chanyeol berusaha tenang.

Seseorang disebrang sana menyunggingkan senyum licik. Tidak berapa lama terdengar suara ribut dan jeritan anak kecil. Chanyeol membulatkan mata.

"Appa!"

DEG!

Tubuh Chanyeol membeku.

"Se—Sena! KEPARAT! APA YANG—"

"Appa tolong! Paman gendut berkumis jelek ini jahat!"

PRANG! BRAK!

"SENAAA!"

"Sebenarnya ada apa Chanyeol?! Tolong loudspeaker ponselmu!" Baekhyun panik melihat raut Chanyeol.

Chanyeol mengganti mode teleponnya. Baekhyun segera berteriak memanggil nama anaknya. Sementara tidak ada suara disana, hanya kebisingian kecil yang mencekam bagi pihak Chanyeol dan Baekhyun. Membuat Tuan Park semakin geram.

Lay dan ibu Baekhyun yang melihat pasangan itu serta Doyong yang berwajah pucat, menghampiri mereka. Baekhyun meremas jaket Chanyeol kuat. Dia serasa ingin pingsan mengetahui kemungkinan Sena sedang berada ditangan orang jahat.

"BRENGSEK! LEPASKAN ANAKKU!" umpat Chanyeol lagi.

"Ckckck. Tidak semudah itu Tuan Park"

"Katakan apa maumu?!"

Suara pria itu tertawa.

"Sudah kukatakan aku ingin kau melakukan apa yang kumau. Itupun jika kau masih ingin melihat anakmu hidup"

"Manusia rendah! Cepat katakan berapa nominal yang kau butuh!?"

Pria itu menggeleng.

"Aku tidak membutuhkan uang. Aku hanya ingin kau menyerahkan salah satu aset perusahaanmu yang berharga mala mini di tempat yang telah ku atur"

Pikiran Chanyeol tertuju pada kolega (menyebalkan) yang memang memaksa untuk melakukan kerja sama dengannya. Tapi orang tersebut hendak mengajak Chanyeol melakukan cara kotor untuk meningkatkan mutu perusahaan Park. Tentu saja Chanyeol tidak setuju dan menolak mentah – mentah. Pantas tadi Sena menyebutkan pria gendut berkumis jelek. Chanyeol mempunyai tersangka, dalang dibalik penyekapan dadakan ini.

Ekspresi Chanyeol sangat tidak bersahabat, seolah ingin membunuh si penculik Sena hidup – hidup. Penculik itu terus berbicara sementara mata Chanyeol beralih pada Doyong. Butler itu dengan sigap menganggukan kepalanya dan berlari keluar Caffe. Sebenarnya Chanyeol muak harus mengulur waktu untuk mendengarnya berbicara mengenai negoisasi yang akan mereka lakukan.

"Jadi apakah kita sepakat Tuan Park?"

Chanyeol tidak menjawab. Dia berusaha tenang. Dia sudah dewasa dan tidak bisa menyelesaikan semua masalah secara fisik seperti dulu. Chanyeol melihat Doyong kembali kemudian membungkuk sambil menganggukan kepalanya sekali.

"Bisakah aku bicara pada Sena?" lirih Baekhyun memohon, tapi Chanyeol menggenggam tangan Baekhyun untuk menenangkannya.

Chanyeol kembali mendekatkan layar ponsel ketelinganya.

"Jadi kau ingin perusahaanmu hancur atau kepalamu yang kulubangi sekarang juga?" ancam Chanyeol mulai mengintimidasi.

"Apa?! Jadi kau masih belum mengerti apa yang kumau—"

"AKU TIDAK PAHAM KEPARAT!" Chanyeol berteriak keras membuat Baekyun dan orang – orang yang disana terkejut.

Dipikiran si penculil, Park Chanyeol memang benar – benar pria bodoh yang tidak mengerti ucapannya setelah panjang lebar dia berbicara. Bibir si pencuri terasa kering sekarang.

"CEPAT LEPASKAN SENA ATAU KAU AKAN MATI SEKARANG JUGA!"

"Sena! Kau sedang ada dimana naaak?!" sahut Baekhyun tidak mau kalah karena panik.

"Eommaaaa!"

BRAK!

Suara bising itu terdengar lagi.

"Astaga! Senaa! Yaaak! Penculik brengsek! Cepat lepaskan Putriku!"

"Eommaa! Aku berada di bangunan dekat sekolah—KYAAAA!"

"SENAAA! BAJINGAN KAU! AWAS KALAU KAU BERANI – BERANINYA MENYAKITI SENA!"

BIIPPP BIIIPP BIIIPPPP

Nada dering menandakan ponsel terputus. Baekhyun lemas. Dia menjatuhkan tubuhnya kebawah sebelum dengan sigap Chanyeol menahan tubuhnya.

"Chanyeol! Kita harus mencari Sena! Cepat! Sena dalam bahaya!" Baekhyun kalang kabut menarik – narik jaket Chanyeol. Matanya memerah menahan tangis dan dadanya sesak.

"Tenang saja Baek. Kita sudah menemukan Sena"

Baekhyun diam, memasang wajah tidak percaya. "Bagaimana bisa—"

"Aku melakukan hal yang dulu kulakukan untuk menemukanmu saat kau disekap. Tenang saja. Mereka sudah ketahuan. Apalagi anakku yang pintar telah menyembutkan lokasinya. Ini membuatnya semakin mudah"

"Tapi kita tidak boleh mengulur waktu Chanyeol! Sena masih dalam bahaya!"

Chanyeol mengangguk.

"Aku akan menjemputnya. Kau lapor saja pada polisi"

"Tidak! Aku ikut!" Baekhyun langsung berlari keluar Caffe dengan Chanyeol yang mengikutinya dari belakang.

Chanyeol mulai menancap gas dan melajukan mobilnya cepat. Ketempat Sena berada sekarang. Sementara di dalam Caffe, Doyong menekan tombol kecil ditelinganya.

"Target sudah menuju lokasi anda Tuan"

.

.

.

Disebuah gudang tua belakang bangunan Sena duduk dikursi kayu dengan tangan terikat kebelakang. Dipipinya terdapat bekas lelehan air mata. Pipinya juga agak memerah karena terlalu banyak menangis. Tetapi sekarang Sena hanya duduk diam menunggu keputusan yang akan dibuat oleh penjahat yang menyekapnya.

"Kalian memang benar – benar tidak berbakat menjadi penjahat" komentar Sena dengan suara datar.

Salah satu pria bertubuh kurus menggunakan topeng hitam menoleh. Dia mendekati Sena yang menatap datar kedua pria desperate yang sedang melakukan aksi kejahatan terhadapnya.

"Diam kau! Hanya ini yang bisa kita lakukan untuk melangsungkan kehidupan kita. Bukankah begitu Hyung?" tanyanya pada pria gendut yang sedang duduk sambil mengasah pisaunya.

"Tepat sekali dongsaengku!"

Sena memutar bola matanya ketika kedua manusia tengil itu tertawa. Dipikirannya pasti kedua orang tuanya sedang menuju kemari. Sena masih harus bertahan demi hidupnya.

Pria bertubuh gendut itu bangkit dan menaruh kain bekas mengelap pisau yang dipegangnya. Penjahat itu hendak berjalan mendekat sementara Sena melebarkan mata melihat ujung tumpul menyeramkan itu.

"Kurasa waktumu habis Tuan Putri. Lebih baik cepat menghabisimu lalu perlahan – lahan mengeruk kekayaan orang tuamu"

'Sial!' umpat Sena dalam hati sambil menggerakkan tubuhnya mencoba membuka ikatan menyebalkan ditangannya.

Pria gendut itu semakin mendekat dan mulai mengangkat pisaunya hendak menghujamkan benda laknat itu kearah Sena. Tidak berapa lama terdengar suara mesin mobil dari kejauhan. Semakin keras suaranya dan semakin keras seolah mobil itu tidak akan berhenti dan—

BRAAAAAK!

Kedua penjahat itu terhempas kebelakang sampai tertimbun pintu kayu yang baru saja diterobos oleh mobil berwarna hitam. Tubuh Sena terguling dan posisi kursi menjadi jatuh kesamping. Sena terbatuk akibat asap yang ditimbulkan dari kekacauan disini. Dan gudang tempat Sena disekap sudah tidak berbentuk.

Mata gadis kecil itu terbuka dan dia mendapati sosok jangkung yang sedang memegang tongkat besar. Kedua penculik itu tidak bisa bergerak lantaran tubuh mereka terhimpit balok kayu.

"Sena! Kau tidak apa – apa?!" sahut Baekhyun dari jendela mobil sambil terbatuk – bantuk.

Ternyata yang menabrakan mobil ke gudang ini adalah ibunya.

'Heol' Sena membatin speechless.

Baekhyun berusaha keluar dari mobil dan berjalan mendekati putrinya. Dia segera melepaskan ikatan ditangan Sena kemudian memeluknya erat.

"Astaga! Kau selamat syukurlah kami tepat waktu. Oh, Tuhan terima kasih" Baekhyun tidak henti – hentinya mengucapkan itu sambil menciumi wajah Sena.

"Eomma.. Sudahlah aku baik – baik saja dan—"

Mata Sena beralih pada pemuda jangkung yang berwajah geram tidak jauh dari tempatnya. Chanyeol memegang tongkat baseball besar dan berjalan mendekati kedua pemuda yang masih mengenakan topeng itu.

"Jadi kalian yang berani menculik putriku hah? Sudah bosan terhadap hidup kalian didunia, bukankah begitu?" suara baritone itu membuat kedua penculik menciut dan pasrah karena tersudutkan.

"Kalau begitu biar kubuat menyenangkan sekarang juga!" bentak Chanyeol lalu mengangkat stik itu hendak menghabisi mereka.

"Appaaa hentikannn!" Sena menjerit.

Gadis kecil itu berlari dan berhenti tepat didepan kedua penjahat sambil merentangkan kedua tangan—menghalau Chanyeol menghukum mereka. Suasana seketika hening dan Chanyeol maupun Baekhyun terdiam—tidak percaya.

"Sena, apa yang—"

"Mereka bukan orang jahat, appa! Mereka hanya orang yang kusuruh untuk berpura – pura melakukan permainan ini" aku Sena sambil mengigit bibirnya.

"Per—permainan?" Chanyeol masih tidak percaya dengan apa yang baru saja Sena katakan.

Sena menundukan kepala dan mengangguk kecil.

"Ta—tapi itu hanya pura – pura eomma"

"Park Sena kenapa kau begitu nakal!? Apakah kau tahu seberapa khawatir kami berdua kepadamu?! Permainan katamu?! Nyawamu bisa saja dalam bahaya! Pura – pura atau tidak, kami benar – benar khawatir! Ini tidak lucu Sena!" Baekhyun berseru frustasi.

Sena mengigit bibirnya lebih kencang dan akhirnya menangis kejar.

Chanyeol yang melihatnya menghela nafas lelah. Astaga semua ini bagaikan mimpi buruk. Kenapa anaknya bisa – bisanya mengerjai kedua orang tuanya seperti ini?

Chanyeol membuang stik yang dipegangnya dan berjalan mendekat kepada Sena. Dia mensejajarkan tubuhnya dengan tubuh putrinya sambil berjongkok. Sementara Sena masih menangis histeris.

"Sudah, Sayang jangan menangis ya"

"Maaf appaa"

"Iya appa maafkan. Tapi kenapa kau melakukan hal seperti ini? Kau memang tidak memikirkan perasaan kami yang sangat khawatir kepadamu?" tanya Chanyeol dengan lembut lalu memeluk anaknya.

"Hiks… habisnya… Sena hanya ingin menunjukan sesuatu kepada appa dan eomma"

"Eh, menunjukkan apa?" Chanyeol terheran.

Sena mengusap airmatanya dan menyuruh Chanyeol untuk melihat kesekeliling. Mata Chanyeol membulat lebar. Tempat ini sangat dia kenali. Tempat dimana masa muda menguasai dirinya.

Tempat dia menjadi pemimpin disaat itu.

"Ini—"

"Ini gudang sekolah appa bukan?" tanya Sena dan Chanyeol tidak menjawab karena masih tercengang.

Sena melepaskan diri dari pelukan Chanyeol dan berjalan keluar. Baekhyun dan Chanyeol saling berpandangan kemudian mengikuti putrinya. Sena masih berjalan menjauhi gudang yang baru saja orang tuanya hancurkan.

"Sena kau mau kemana nak?" cemas Baekhyun berlari mengikuti Sena.

Sedangkan Chanyeol merasa seperti bernostalgia sendiri saat melihat bagian luar gudang tersebut. Tempat itu adalah markas Para Penguasa Sekolah jika ingin membolos. Tapi karena sudah tidak terpakai saat mereka lulus gudang itu sekarang kosong.

Chanyeol bahkan tidak sadar bahwa bangunan yang dia masuki dengan mobil tadi adalah sekolah lamanya. Dia terlalu panik akan kondisi anaknya.

"Astaga… Ini SM SHS" ucap Baekhyun saat melihat bangunan itu dari depan.

Sena mengangguk manis didepan kedua orang tuanya.

"Ini sekolah appa dan eomma dulu kan? Sena tahu karena Paman Sehun yang mengatakannya pada Sena" gadis kecil itu tersenyum.

"Maafkan Sena. Appa… Eomma… Sena salah. Sena tidak seharusnya berpura – pura diculik. Sebenarnya Sena hanya ingin membawa appa dan eomma kesini. Tetapi dengan cara memberi kejutan karena Sena tahu hari ini adalah perayaan ulang tahun pernikahan Appa dan Eomma" jelas Sena sambil memainkan jarinya.

"Astaga kau tidak seharusnya melakukan hal seperti ini. Kau memang benar – benar perempuan nakal Sena…" ucap Baekhyun tidak habis pikir.

"Tetapi terima kasih, Sayang. Eomma rasa ini adalah kado yang terbaik darimu untuk kami" ucap Baekhyun dan memeluk Sena serta memberikannya ciuman.

"Anak appa memang sangat hebat! Appa sampai tertipu dengan kejutanmu, Sayang"

"Itu karena kau memang idiot, Park Babo" ejek Baekhyun dan Chanyeol merenggut.

"Sudah. Daripada appa dan umma masih disini lebih baik masuk kedalam sekolah. Sena mempunyai kejutan lain didalam!" seru Sena dan gadis kecil itu segera berlari menjauhi kedua orang tuanya menuju Doyong yang sudah berdiri didepan pagar sekolah.

.

.

.

Matahari sudah menghilang tergantikan dengan sinar senja yang sedikit demi sedikit naik kepermukaan langit. Chanyeol dan Baekhyun berjalan disekitar lorong sambil bergandengan tangan. Melihat – lihat suasana yang tidak berubah meski sudah enam tahun ditinggalkan.

"Masih seperti dulu" ucap Chanyeol yang dibalas dengan anggukan Baekhyun.

"Ya. Seperti dulu"

Baekhyun berjalan dibelakang Chanyeol. Memperhatikan lapangan luas yang terlihat dari kaca lorong jendela. Lapangan tempatnya diguyur oleh Chanyeol saat hari pertama masuk sekolah ini.

"Aku tidak percaya bahwa dimasa depan pada akhirnya aku menikahi seorang berandal yang paling ditakuti oleh seisi sekolah" kekeh Baekhyun.

Chanyeol menoleh kebelakang dan berhenti melangkah sejenak.

"Jadi apa kau menyesal?" tanya Chanyeol sambil tersenyum miring.

Baekhyun menggeleng dan mereka kembali berjalan pelan.

"Tidak. Untung saja aku menumpahkan seember air penuh dari kelasku waktu itu. Jika aku tidak menumpahkannya. Mungkin garis takdir kita tidak akan seperti ini, Yeol"

Tuan Park tersenyum tanpa terlihat Baekhyun. Dia ingat ketika amarahnya memuncak akibat anak pecundang seperti Baekhyun berani melawannya. Bahkan menyiramnya dengan air hingga menjatuhkan harga dirinya. Tapi entah mengapa Chanyeol tidak marah dan malah semakin penasaran dengan Baekhyun saat itu.

"Baek kemari" Chanyeol menarik tangan Baekhyun menuju suatu tempat.

Aroma pintu kayu tidak pernah berubah membuat Baekhyun terpaku pada kilas balik saat itu. Baekhyun tersenyum saat Chanyeol menutup pintu dan mulai berjalan menjauhinya. Tubuh pemuda mungil itu masih berdiam diri didepan pintu. Sementara kaki Chanyeol melangkah perlahan.

"Kuhitung sampai tiga jika tidak keluar maka kau akan habis, Pendek!"

Baekhyun tersenyum.

"Satu"

"Dua"

"Dua setengah—"

"Oh ayolah kau terlalu baik Chanyeol" komentar Baekhyun sambil berjalan mendekati suaminya.

"Baiklah. Tiga—"

CHU!

Kedua bibir itu menyatu setelah sekian lama waktu mengulurnya. Kaki Baekhyun berjinjit setelah menabrakkan belahan bibirnya kepada bibir Chanyeol. Baekhyun memegang kedua pipi Chanyeol dan melumat lembut milik Chanyeol. Mata mereka terpejam menikmati momen yang sedari tadi mereka harapkan.

Chanyeol membawa tangannya menuju pinggang dan leher Baekhyun. Menarik tubuh ringkih Baekhyun mendekat kedalam dekapannya. Baekhyun mengalungkan lengannya dileher Chanyeol. Mengusak rambut hitam legam milik Chanyeol sambil terus menggerakkan bibirnya perlahan. Menyesapi rasa yang selalu membuat dia selalu rindu akan kehangatan dari rengkuhan suaminya.

Ciuman manis mereka semakin berlarut – larut sampai akhirnya Chanyeol mengelus paha Baekhyun dan menariknya naik kesamping pahanya. Chanyeol sama sekali tidak memberi jeda pada Baekhyun untuk bernafas dan Baekhyun menyukai hal itu.

Ciuman memabukan, dominan sensual terasa panas didalam ruangan besar ini.

Baekhyun menarik diri terlebih dahulu tanpa melepaskan pelukan mereka.

"Aku mencintaimu, Park Chanyeol" bisiknya penuh kelembutan pada setiap kata.

Chanyeol tersenyum dan meraih bibir Baekhyun kembali.

"Aku juga sangat mencintaimu, Park Baekhyun"

Dan malam kembali menemani momen mereka berdua.

.

.

.

Diluar gedung SM SHS.

"Shun, apakah kau tahu kalau tempat ini appa dan eommaku bertemu dan saling jatuh cinta?" pertanyaan Sena membuat anak berambut hitam disampingnya menoleh.

"Tidak. Memangnya kenapa? Apakah appaku menceritakan segalanya kepadamu?"

Sena mengangguk mantap.

"Sampai kedetail dimana Paman bertemu dengan Babamu pun dia ceritakan"

"Astaga kau pasti bertanya yang aneh – aneh, Sena. Sampai ayahku menceritakan semuanya. Aku tahu bagaimana kau begitu menyukai Appaku"

Sena terkikik geli. Pipinya memanas dan hatinya menghangat memikirkan pria yang disukainya. Diatas cap mobil yang terparkir didepan halaman sekolah. Kedua anak itu masih memandangi gedung sekolah besar yang sudah gelap.

Sena memainkan stik baseball yang ada ditangannya.

"Shun. Kau tahu kata paman. Appa dulu adalah Ketua Penguasa Sekolah ini" ucap Sena tanpa memandang lawan bicaranya.

"Lalu?" tanya anak berwajah datar ini.

"Aku dan kau jika sudah besar. Mari kita bersekolah disini dan membuat sekolah ini menjadi lebih baik, Shun!" papar Sena dan anak laki – laki itu terkejut.

"SM SHS?"

Sena mengangguk dengan senyuman manis.

"Dan aku ingin menjadi seperti Appa! Ketua Penguasa Sekolah SM SHS"

.

.

.