Re:Student and Zombie Apocalypse
Disclaimer : Bukan punya saya
Rated: T
Warn: Typo (s), Miss Typo (s), AU, alur berantakan, OOC, Bahasa gak baku.
Pairing: ?
Don't like Don't Read!
.
.
Summary: Terjebak dalam situasi menegangkan apakah mereka dapat mencari tempat yang aman untuk berlindung, sambil berusaha mencari tau kondisi keluarga mereka.
.
.
Chapter 2
Terlihat tiga orang murid yang terus menerus berdiam diri di atap sekolah, dua orang diantara mereka hanya terdiam sambil terus melihat kearah tubuh teman mereka yang sudah tidak bernyawa. Sedangkan yang satunya hanya melihat mereka dengan pandangan datar.
Takashi P.O.V
Aku hanya bisa terdiam saat melihat tubuh dari sahabatku yang sudah tak bernyawa, aku terus memikirkan perkataannya sebelum dirinya berubah menjadi salah satu dari mereka.
'Kumohon Takashi, aku hanya ingin terus menjadi diriki sendiri sampai akhir'
Tubuhku menegang ketika mengingat kejadian beberapa saat yang lalu ketika aku membunuh orang yang menjadi sahabatku sendiri.
Normal P.O.V
"Ada apa Takashi?" Tanya Rei.
"Tidak, aku hanya sedang berpikir apa yang sebenarnya terjadi"
"Jujur sekali"
"Memang apa untungnya aku berbohong"
Rei yang melihat kearah Takashi hanya bisa tersenyum, dia mengerti apa yang Takashi rasakan saat ini.
"Aku akan mencoba menghubungi Ayahku lagi, berikan ponsel mu Takashi"
"Maaf Rei tapi baterai telepon milikku sudah habis"
"Ini gunakan milikku Rei" ucap Naruto sambil memberikan ponsel miliknya.
"Tapi bukankah saluran darurat saat ini sedang sibuk?"
"Aku tahu nomor telepon rahasia yang seharusnya tidak kuhubungi"
"Apakah dapat tersambung?" tanya Takashi.
"Uhm, ini tersambung"
Tutt.. Tutt..
"Ayah"
"[Hallo, nomor ini. Takashi-kun ya?]"
"Ayah, kami berdua-"
"[Takashi-kun, kau kah itu? apa Rei yang berikan nomor ini? Dia baik-baik saja kan?]"
"Ayah! Apa ayah tidak mendengar suaraku?"
"[Dengarkan baik-baik, seluruh kota saat ini dalam keadaan kacau. Kau mengerti? Seluruh kota sedang dalam keadaan kacau, cepatlah kau-]"
Tutt..
Belum sempat selesai mendengar apa yang dikatakan oleh Ayah Rei, sambungan telepon tiba-tiba terputus.
Graagh
Naruto melihat kearah sekumpulan mayat hidup yang terus mencoba menerobos tumpukan meja dan bangku yang menghalangi tangga, barikade yang hanya dibuat dari tumpukan meja dan bangku tidak akan bisa menahan kumpulan mayat hidup tersebut lebih lama.
"Kita harus keluar dari sekolah ini, jika terus seperti ini kita akan diserang oleh mereka" ucap Naruto yang tiba-tiba memecah keheningan diantara mereka.
"Tapi bagaimana caranya kita keluar? Sekolah ini telah dipenuhi oleh mereka"
"Kita memerlukan sebuah kendaraan"
"Bagaimana dengan mini bus yang biasa dipakai untuk kegiatan sekolah?" ucap Rei.
"Tidak buruk, baiklah kalian berdua segera pergi ke ruang guru dan ambil kuncinya"
"Lantas kau sendiri bagaimana Naruto?"
"Aku akan pergi mencari murid yang masih selamat tetapi sebelum itu aku akan pergi ke ruang kesehatan untuk mengambil obat-obatan yang nantinya mungkin kita perlukan" ucap Naruto sambil bersiap melompati sekumpulan zombie yang ada.
"Baiklah kalau begitu aku dan Rei akan pergi ke ruang guru"
"Kalau begitu kita bertemu lagi disana" Ucap Naruto sambil melompati para zombie yang berkerumun ditangga.
"Sebenarnya seberapa kuat kaki Naruto sehingga dapat menahan efek ketika dia melompat dari atas tangga?" Tanya Rei
"Sudahlah lebih baik kita segera pergi dari sini" Ucap Takashi
"Tunggu, sebelum pergi bagaimana caranya kita turun dari sini?" Ucap Rei.
"Kita gunakan selang pemadam kebakaran yang ada di dalam ruangan"
.
.
Terlihat dua orang murid Akademi Fujimi bersembunyi dibalik tembok sebuah lorong dekat dengan tangga yang mengarah ke lantai atas, dua tersebut memiliki penampilan yang berbeda, dimana yang satu seorang perempuan berambut pink dan yang satunya seorang laki-laki berambut hitam.
"Takagi-san, aku tahu kalau ini melanggar peraturan yang ada. Apa kau membawa ponsel milikmu?" ucap laki-laki tersebut kepada temannya yang bernama Takagi.
"Walaupun aku punya, memang siapa yang ingin kau hubungi?"
"Polisi" ucap laki-laki tersebut dengan nada ragu.
"Ternyata memang benar, kau ini bodoh. Dengan kericuhan seperti ini, tadk ada seorang pun yang tidak memanggil polisi. Namun sampai saat ini pun suara sirine tidak terdengar, sekarang kau sudah mengertikan kan Hirano?" ucap Takagi pada laki-laki tersebut yang bernama Hirano.
"Kelihatannya ini terjadi di seluruh kota"
"Mungkin saja. Tetapi tidak menutup kemungkinan jika ini terjadi diseluruh Jepang, dan tidak mungkin polisi tetap tinggal diam setelah semua kericuhan ini"
"Bukankah lebih baik kita menghubungi SDF?"
"Lebih baik jangan terlalu banyak berharap"
"Memang kalau pemerintah tidak memberi aba-aba, mereka tidak akan bergerak. Tapi-"
"Bukan itu maksudku!"
"Jadi apa maksud mu?"
"Sama dengan polisi, menurutmu apa yang akan terjadi jika ini terjadi di seluruh kota? Dengar, 130 juta orang tinggal di Jepang. Coba bandingkan, ada berapa SDF itu? dan bagaimana kalau hal ini juga menimpa SDF?"
Graagh
"Kita pergi dari sini" ucap Takagi setelah mereka dikagetkan dengan kemunculan mayat hidup yang berada di tangga.
"Baik"
'Dasar, karena Komuro tidak ada disini aku jadi harus bersama dengan si gendut ini. Aku benar-benar sial' batin Takagi.
.
.
"O-Okada" ucap seorang murid yang beada di Uks ketika melihat temannya yang tergigit kembali bangun dengan kondisi seperti mayat hidup yang lainnya.
"Sialan! Maafkan aku!" ucap murid tersebut sambil terus menyerang mayat hidup tersebut.
"Ini gawat, Aku tidak bisa menghubungi polisi atau pemadam kebakaran. Biarpun aku merawat mereka, pada akhirnya mereka akan mati juga, dan ketika mati mereka akan bangkit kembali. Ini seperti film kesukaanku " ucap seorang guru yang berjalan kesana kemari untuk mengambil persediaan obat sambil terus menggoyangkan pinggul milknya.
"Ini bukan saatnya untuk terkesan! Kita harus lari, Shizuka-sensei"
"Tunggu sebentar, aku perlu mengambil obat sebanyak yang aku bisa" ucap Shizuka.
"Tolong cepatlah" setelah mengatakan hal tersebut, kaca yang berada dibelakang siswa tersebut pecah karena serangan dari para satu mayat hidup.
"Shizuka-sensei!" ucap murid tersebut yang langsung berdiri di depan sang guru.
Grep! Arrgh!
Salah satu mayat hidup yang berada di depan murid tersebut langsung menggigit murid tersebut.
"Sen-Sensei, cepatlah lari" ucap murid tersebut sambil menahan mayat hidup yang telah menyerangnya agar tidak menyerang sang guru.
"Eto.. Na-nama mu siapa?" ucap Shizuka.
"Ha?" hanya kata itu yang dikeluarkan oleh sang murid ketika ditanya oleh gurunya, belum sempat menjawab pertanyaan sang guru murid tersebut kembali diserang oleh dua mayat hidup lainnya.
"Tu-tunggu" belum sempat berlari Shizuka telah dikepung oleh dua mayat hidup yang berada didepannya.
Sret Duagh! Duagh!
Shizuka terkejut karena dua mayat hidup di depannya telah tewas karena dipukul menggunakan pedang kayu oleh seorang siswi perempuan yang menyelamatkannya. Siswi tersebut berjalan kea rah siswa yang tadi diserang.
"Aku ketua dari klub Kendo, Busujima Saeko. Siapa namamu?" ucap Saeko kepada siswa tadi.
"Ishi Kazu"
"Ishi-kun, tindakkanmu hebat telah melindungi Marikawa-sensei. Akan kuingat keberanian mu, tetapi kau tahu apa yang akan terjadi bila tergigit oleh mereka kan? Apa kau ingin menunjukkan sisi seperti ini pada orang tua dan temanmu? Bila tidak, aku bisa membantumu, walaupun aku belum pernah melakukannya sebelumnya" ucap Saeko pada murid tersebut.
"Tolong lakukan" ucap murid tersebut dengan tegas.
"Eh? Tunggu, apa yang-"
"Meskipun kau seorang perawat, kuharap kau tidak menghalangi. Melindungi harga diri seorang pria adalah tugas seorang wanita yang sebenarnya"
Duagh!
Shizuka hanya bisa shock melihat kejadian yang terjadi di depan matanya.
Brak!
Tidak lama setelah kejadian yang terjadi barusan, pintu ruang kesehatan di dobrak oleh sekumpulan mayat hidup yang masuk.
Tap Tap Tap
"Heyaaah!"
Duagh! Brak!
Jrash! Jrash!
Saat Saeko ingin menyerang kumpulan mayat hidup tersebut dia mendengar suara langkah kaki yang disusul oleh teriakan seorang pemuda yang menendang salah satu mayat hidup yang ada hingga tersungkur. Pemuda tersebut langsung menghabisi seluruh mayat hidup yang ada.
"Yare yare, apa yang kutemukan disini, seorang Busujima Saeko membunuh seorang siswa" Ucap pemuda tersebut yang ternyata adalah Naruto kepada dua orang yang ada di ruang uks.
"T-tidak bukan begitu Namikaze-kun"
"Kalian saling mengenal?" Tanya perempuan berambut ungu kepada Naruto.
"Tentu saja, karna aku sering datang kemari untuk membantu siswa yang terluka jika ada keributan. Yah kau tahu sendiri jika tugasku selain siswa Akademi Fujimi adalah Ketua dewan keamanan" Ucap Naruto.
"Ara, bukannya Namikaze-kun juga sering datang kesini hanya untuk menumpang tidur ketika sedang membolos, dan kau sendiri mengenal Namikaze-kun?" Ucap Shizuka
"Tentu saja aku mengenalnya, karena dia-" Belum sempat Saeko menjelaskan Naruto telah memotong ucapannya
"Mari kita sudahi obrolan ini, mengingat situasi saat ini sedang kacau lebih baik kita segera pergi dari sekolah ini, tapi sebelum itu Shizuka-sensei bawalah beberapa obat yang mungkin nantinya diperlukan. Karna yang lebih mengetahui soal obat-obatan adalah dirimu"
"Kalau begitu tunggu sebentar Namikaze-kun, aku akan menyiapkan obatnya" Ucap Shizuka dan langsung segera dikerjakan oleh perawat berambut pirang dan berbadan sexy itu.
"Aku akan berjaga diluar" Ucap Naruto sambil berjalan keluar dengan diikuti Saeko dibelakangnya. Saat tiba dikoridor, Saeko dapat melihat bahwa para mayat hidup yang ada disekitar koridor telah terbunuh.
'Mungkin Naruto-kun telah membunuh beberapa dari mereka' Batin Saeko
"Naruto-kun, bagaimana kau tahu bahwa aku berada disini?" Tanya Saeko.
"Maaf saja, tetapi tujuan ku kemari karena ingin mengambil beberapa obat yang nantinya mungkin diperlukan" Jelas Naruto.
"Begitu" Balas Saeko dengan memandang sedih kearah lantai koridor. Tanpa Saeko sadari Naruto sempat melirik kearahnya dan mendapati ekspresi gadis tersebut yang tertangkap oleh indra penglihatannya.
"..."
"…"
Keheningan terjadi diantara mereka setelah percakapan tersebut, Saeko yang ingin kembali mengajak Naruto berbicara pun tidak jadi melanjutkan niatnya dikarenakan ia ragu dengan dirinya sendiri akibat peristiwa yang terjadi antara mereka beberapa hari sebelumnya.
Ditempat Lain
"Takagi-san, apa yang kita lakukan ditempat ini?" Ucap pria berambut hitam yang memiliki tubuh yang agak gemuk.
"Sebaiknya kau diam dan cepat tutup pintunya, gendut" Balas Takagi yang langsung dikerjakan oleh sang pria.
Sreet Brak!
Tapi tanpa mereka sadari suara pintu yang ditutup dengan kencang oleh sang pria menimbulkan suara yang keras, yang mengakibatkan beberapa mayat hidup yang ada disekitar koridor tersebur berjalan menuju kearah mereka.
"Kamu mau menggunakan itu sebagai senjata?" Ucap sang pria ketika melihat Takagi yang telah mengumpulkan beberapa alat dan menaruhnya diatas meja.
"Tentu saja. Lagian kau ini termasuk penggila militer dan senjata kan? Mungkin kau pernah melihat beberapa di dalam film kan?" Ucap Takagi.
"Ternyata Takagi-san penyuka film ya?"
"Jangan bodoh! Aku tahu karena aku ini jenius" Ucap takagi dengan sedikit rona merah dipipinya.
Brak! Brak!
Takagi dan si pria langsung terkejut ketika mendengar suara pintu yang di dobrak, mereka segera melihat kearah pintu yang ternyata sedang ingin di dobrak oleh beberapa mayat hidup yang ingin masuk. Melihat para mayat hidup yang ingin masuk Takagi langsung menjadi panik.
"Tabung gas, paku, serta pistol paku dengan tenaga gas. Tidak perlu khawatir lagi" Ucap si pria dengan santai.
"Kenapa kau masih santai, kau tidak lihat mereka datang dari lorong!" Ucap Takagi dengan nada panik.
"Beratnya hampir 4 kg, hampir sama dengan assault rifles. Kalau begini aku tak bisa menentukan sasarannya, aku perlu sesuatu yang bisa dijadikan untuk membidik" Ucap si pria sambil mencoba pistol paku yang dia bayangkan seperti senjata asli.
"Kau dengar tidak!" Bentak Takagi yang semakin panik.
Brak!
"Hirano" Panggil Takagi kepada si pria.
Sementara mayat hidup diluar masih mencoba untuk masuk dengan cara mendobrak pintu kelas, sang pria yang dipanggil Hirano oleh Takagi masih berkutat dengan benda yang ingin ia buat.
Brak!
Brak!
Pintu kelas yang menjadi penghalang untuk para mayat hidup tersebut akhirnya rusak dan para mayat hidup segera menyerang kearah Takagi yang teriak ketakutan.
Jleb
"Gotcha" Ucap Hirano ketika paku yang ia tembakan mengenai dahi mayat hidup yang sebentar lagi akan menyerang Takagi.
"Hirano?"
"Takagi-san kita harus segera pergi dari sini." Ajak Hirano.
"Aku juga tau gendut, kau bawa ini. Sedangkan aku akan membawa yang lainnya" Balas Takagi sambil berlari keluar kelas.
"A-anu, Takagi-san, boleh aku bertanya?
"Apa yang ingin kau tanyakan?"
"Kenapa kau mau bersamaku?" Ucap Hirano.
"Tidak ada alasan khusus bagiku untuk bersama siapa pun itu"
"Kurasa juga begitu" Ucap Hirano dengan nada kecil.
"Ada apa? Kenapa tiba-tiba jadi bersemangat? Sudah tau apa yang harus dilakukan?" Ucap Takagi sambil tersenyum.
"Aku juga tidak tau, tetapi aku rasa begitu"
"Kalau begitu habisi mayat hidup itu Hirano" Ucap Takagi dengan nada memerintah.
"Yokai" Balas Hirano dengan semangat
.
.
Sementara itu diatap sekolah terlihat Takashi yang sedang menarik selang pemadam kebakaran dan mengarahkannya pada tangga yang dimana para mayat hidup tersebut berkumpul.
"Sudah siap?" Tanya Takashi pada Rei.
"Aku sudah siap" Balas Rei dengan tangan yang memegang pentutup saluran air.
"Putar sekarang" Ucap Takashi saat melihat para mayat hidup tersebut mulai melewati barikade yang telah ia buat sebelumnya.
"Sial" Maki Takashi karena tekanan air tersebut sangat besar sehingga ia harus mengangkat selang air tersebut ke atas.
"Takashi" Panggil Rei.
"Tenang saja, sepertinya dari tadi kalian menikmatinya hah? Andai saja aku bisa menikmatinya seperti kalian!" Teriak Takashi sambil mengarahkan selang air tersebut kearah tangga sehingga mementalkan beberapa mayat hidup yang sudah berkumpul ditangga.
Setelah Para mayat hidup yang berada ditangga berhasil disingkirkan dengan menggunakan selang air. Takashi dan Rei segera turun untuk menuju ruang guru.
"Tak kusangka kau punya ide untuk menggunakan selang tersebut." Ucap Rei
"Tentu saja, lagi pula tekanan air tersebut sangat kuat. Akur teringat saat kita latihan memadamkan api dengan Hia-" Takashi tidak jadi melanjutkan ucapannya karena takut membuat Rei sedih kembali.
"Tak apa, lagi pula aku yakin ia tidak ingin melihat kita terus bersedih" Ucap Rei menenangkan Takashi. Karna Rei telah mengerti bahwa meskipun Takashi tidak terlalu menyukai Hiasi tetapi dia masih peduli dengannya.
"Kau benar"
"Sudah saatnya untuk kita pergi ke ruang guru dan berkumpul dengan Naruto kembali" Ingat Rei.
"Sepertinya didalam masih kacau, kau yakin?" Tanya Takashi meyakinkan.
"Tentu, kita telah berjanji pada Naruto kan?"
"Kalau begitu ayo" Ajak Takashi untuk pergi ke tempat yang telah ditentukan. Perjalanan mereka berdua tidaklah mudah karena beberapa mayat hidup yang masih bertahan menyerang mereka, akan tetapi dengan saling bekerja sama mereka dapat menyingkirkan mayat hidup yang menghalangi perjalanan mereka.
.
.
Sedangkan dikoridor sekolah, Takagi dan Hirano sedang bersembunyi dibalik tembok dan terlihat bahwa Takagi sedang melakukan sesuatu dengan mayat hidup yang tengah berdiri agak jauh dari posisi mereka.
"Takagi-san, apa yang sedang kau lakukan?" Tanya Hirano.
"Diam dan perhatikan" Balas Takagi sambil melempar lap yang sudah ia basahi dengan air yang berada di dalam ember.
Plak!
Dengan seketika Takagi melempar lap basah tersebut kearah loker penyimpanan yang berada disamping mayat hidup tersebut yang membuat mayat hidup tersebut langsung pergi dan menyerang loker penyimpanan tersebut seolah-olah itu adalah buruannya.
"Kau mengertikan?" Tanya Takagi.
"Mengerti apa?" Tanya balik Hirano.
"Aku tidak tahu kau itu bodoh atau apa, tapi lihatlah. Tubuh mereka tak bereaksi dengan apa yang mengenainya, tetapi mereka bereaksi ketika mendengar suara. Kemungkinan mereka buta dan syaraf mereka telah mati, karena itu dia terus menabrak loker itu"
"Tapi bagaimana dengan panas?" Tanya Hirano.
"Kita akan mencoba itu di lain waktu, sekarang waktunya kita pergi dari sini" Ajak Takagi.
"Jadi, kita benar akan pergi keluar?"
"Memangnya kenapa?" Tanya balik Takagi.
"Aku tidak terlalu suka berjalan" Ucap Hirano dengan nada yang semakin mengecil diakhir.
"Itulah mengapa kau menjadi gendut, aku tidak mau mendengar ucapan seperti itu sampai kau bisa menyetir" Ucap Takagi.
Tak lama setelah itu mereka dikejutkan oleh beberapa mayat hidup yang berjalan dari arah belakang mereka.
.
.
Sementara itu ditempat Naruto, Keheningan masih terus melanda antara Naruto dan Saeko yang tengah menunggu guru mereka yang masih sibuk mempersiapkan obat-obatan.
"Naruto-kun, ada yang ingin aku jelaskan-" Ucap Saeko memecah keheningan yang terjadi diantara mereka.
"Maaf membuat kalian menunggu lama, karena cukup banyak obat yang harus dibawa" Potong Shizuka yang telah keluar dari ruang kesehatan
"Baiklah kalau begitu kita segera keluar dari sini" Ucap Naruto.
"Tapi bagaimana cara kita keluar dari sini? Belum lagi jika keadaan diluar sana lebih kacau lagi dan juga bagaimana-." Balas Shizuka dengan panik.
"Tenanglah sensei, sebelum kita keluar dari sini kita akan pergi ke ruang guru" ucapan Naruto seketika menenangkan Shizuka yang panik.
"Memangnya untuk apa kita pergi kesana Naruto-kun?" Tanya Saeko
"Kita akan mengambil kunci mini bus milik sekolah dan kita juga akan menemui Takashi dan Rei disana"
"Kalau begitu kita harus cepat kesana sebelum kita diserang kembali oleh mereka" Ucap Saeko.
Dalam perjalanan mereka menuju ruang guru, tak jarang mereka selalu diserang oleh para mayat hidup yang masih berkeliaran di sepanjang koridor sekolah. Tetapi untungnya Naruto dan Saeko bisa dengan mudah mengatasi para mayat hidup yang menyerang mereka.
"Kenapa kau dengan mudah membunuh mereka Namikaze-kun?" Tanya Shizuka sambil terus berlari kecil karna untuk mengimbangi langkah Naruto dan Saeko ia harus berlari karena jika tidak ia akan tertinggal, itu semua diakibatkan oleh roknya yang hanya sebatas lutut.
"Karena jika aku hanya menjatuhkannya, mereka akan bangkit kembali dan mengejar kita. Lebih baik aku menghabisi mereka sambil terus bergerak menuju ruang guru" Balas Naruto yang berhenti berjalan dan sedang mengamati kondisi koridor yang akan mereka lalui.
"Tetapi tetap saja tadinya mereka itu adalah manusia"
"Sensei, apa yang dilakukan Naruto-kun merupakan pilihan yang tepat untuk saat ini. Karena jika kita membiarkan mereka mengikuti kita, nantinya kita akan terperangkap oleh mereka. Dan lagi jika sekali tertangkap maka tidak akan bisa dilepaskan karena tenaga mereka yang sangat kuat" Balas Saeko agar sang guru lebih mengerti tentang situasi mereka saat ini.
"Luar biasa, meskipun sudah mati ternyata mereka dapat melakukan hal itu" Ucap Shizuka sambil berjalan kedepan, tapi entah sedang bernasib sial atau bagaimana. Kaki miliknya tersandung oleh karpet yang berada di depannya yang mengakibatkan dirinya terjatuh.
" Aduh, kenapa sih ini" Ucap Shizuka yang terjatuh.
"Itu karena rok yang kau gunakan tidak cocok dipakai untuk berlari" Balas Saeko yang langsung merobek bagian samping rok Shizuka. Yang langsung dibalas oleh omelan sang guru.
"Hei, apa yang kau lakukan. Padahal ini merk mahal" Ucap sang guru yang protes saat muridnya dengan seenaknya merobek rok milknya.
"Sudahlah sensei, mana yang lebih penting. Rok milik mu atau nyawa mu?" Ucap Naruto yang menyela.
"Dua-duanya"
Tak lama mereka mendengar suara seperti sesuatu yang di tembakan dari arah yang mereka tuju.
"Suara apa itu?" Tanya Shizuka.
"Entahlah tapi suaranya seperti berasal dari-"
"Kau benar suara itu berasal dari arah kantor guru, ayo sebaiknya kita segera bergegas dan menyelamatkan orang yang berada disana" Potong Naruto sambil mengajak keduanya untuk bergegas.
.
.
Sementara itu suara tersebut rupanya berasal dari pistol paku yang digunakan oleh Hirano untuk membunuh beberapa mayat hidup yang mencoba menyerang mereka.
"Kalau begini kita akan susah untuk mempelajari kelemahan mereka" Ucap Takagi.
"Takagi-san juga jangan hanya diam saja, bantu aku menyerang mereka" Protes Hirano pada Takagi yang bersembunyi dibelakang tubuh miliknya.
"Apa? Kenapa aku juga harus membantumu melakukan hal seperti itu"
"Peluruku sudah hampir habis"
"Terus kenapa? Bukannya lebih cepat jika kau yang mengisinya sendiri!" Bentak Takagi.
"Tapi, mereka sudah ada dibelakangmu" Ucap Hirano yang mengagetkan Takagi.
Seketika itu juga Takagi melihat kearah belakangnya dan benar saja sesosok mayat hidup sudah berada di depan takagi.
"Kyaaaa!!" Teriak Takagi yang terkejut dan takut ketika melihat mayat hidup itu sudah ada di depannya.
.
.
Takashi dan Rei yang sedang berlari menuju ruang guru seketika berhenti ketika mendengar teriakan seseorang.
"Takashi kau mendengarnya?" Tanya Rei.
"Ya, aku mendengarnya. Ini suara milik Takagi, ayo Rei kita harus cepat" Balas Takashi yang melanjutkan larinya disusul oleh Rei dibelakangnya.
.
.
Sedangkan itu Naruto dan yang lainnya pun juga berhenti berlari ketika mendengar teriakan seseorang.
"Apa yang kalian tunggu, ayo kita harus lebih cepat" Ajak Naruto yang sudah lanjut berlari dan diikuti oleh yang lain.
.
.
Sementara itu Takagi yang ingin diserang pun meminta tolong kepada Hirano.
Cklek Cklek
"Sial, pakunya sudah habis" Ucap Hirano.
Takagi pun mundur kebelakang tetapi sayangnya ia terjatuh karena terpeleset oleh tas yang ia jatuhkan.
"Menjaulah, Menjauhlah dariku" Ucap Takagi yang ketakutan.
"Takagi-san" Teriak Hirano.
"Menjauh, Menjauhlah" Ucap Takagi yang ketakutan sambil melempari mayat hidup tersebut dengan berbagai piala yang ada di lemari belakangnya. Tetapi mayat hidup tersebut tidak bergeming dan tetap melanjutkan langkahnya menuju Takagi.
Takagi yang melihat sesuatu di dalam tas yang ia bawa dengan cepat ia mengambil alat tersebut dan mengarahkannya langsung ke kepala mayat hidup tersebut.
"MENJAUHLAH DARIKU!" Teriak Takagi sambil menyerang mayat hidup di depannya. Darah dari mayat hidup itu pun langsung terciprat kemana-mana.
Tak lama dari itu Takashi yang berlari kearahnya pun sampai disusul dengan Rei yang ada dibelakangnya. Begitupun rombongan Naruto yang diikuti oleh Saeko dan Shizuka dibelakangnya, mereka pun melihat bahwa Takagi sedang mengarahkan sebuah bor ke kepala mayat hidup yang menyerangnya.
"Kumohon jangan, mama!" Teriak Takagi yang tampak menangis.
Akibat teriakan Takagi semua mayat hidup yang berada disekitar mereka bergerak menyerang tempat mereka berkumpul.
"Serahkan yang dikanan padaku" Ucap Saeko.
"Ayo Rei" Ajak Takashi.
"Aku yang dikiri" Balas Rei.
"Lakukan dengan cepat" Ucap Naruto.
Mereka pun memutuskan untuk menyerang para mayat hidup yang mendekat kearah mereka, dimulai dengan Rei yang menghantamkan kepala mayat hidup yang dikiri kearah loker penyimpanan, dilanjutkan dengan Takashi yang memukul kepala mayat hidup yang di depannya dengan tongkat base ball, dan di akhiri dengan Saeko yang menghantam dan menebas kepala mayat hidup yang tersisa.
Setelah semua mayat hidup yang menyerang mereka berhasil dikalahkan, semua orang melihat kea rah Takagi yang sedang shock karena kejadian sebelumnya. Dan dengan inisiatif yang ada Rei pun menghampiri Takagi yang terduduk dilantai, disusul dengan Shizuka-sensei yang menyusul Rei yang dengan asalnya mengakibatkan Hirano tertabrak oleh oppai miliknya hingga terjatuh.
"Takagi-san, kau baik-baik saja?" Tanya Rei.
"Miyamoto-san?" Ucap Takagi.
Takashi yang melihat situasi sudah mulai kondusif dengan cepat menutup pintu masuk agar tidak ada lagi mayat hidup yang menyerang mereka kembali.
"Kita semua kenal Marikawa-sensei sebagai perawat disekolah ini, dan aku Busujima Saeko dari kelas 3-A" Ucap Saeko yang memecah keheningan.
"Aku Komuro Takashi, dari kelas 2-B" Balas Takashi.
"Kau Busujma-senpai yang memenangkan kejuaraan nasional tahun lalu ya? Aku Miyamoto Rei dari klub Sojutsu" Tanya Rei (yang gatau apa itu Sojutsu cari di google)
"A-anu, aku Hirano Kouta dari 2-B" Ucap Hirano sambil berdiri.
"Aku tidak perlu memperkenalkan diri karena aku yakin kalian semua pasti mengenal diriku dikarenakan jabatan ku disekolah ini. Yah meskipun itu sudah tidak berlaku lagi kan mengingat situasi saat ini" Ucap Naruto dengan tampang masa bodo.
" Senang berkenalan dengan kalian" Balas Saeko sambil tersenyum yang membuat Hirano sempat terpesona, Takagi yang kesal pun mencoba berdiri.
"Untuk apa kalian semua hormat begitu" Ucap Takagi yang membuat semua orang menatap dirinya.
"Apanya yang Senpai! Miyamoto juga, kau hanya mengulang setahun, kau ini seumuran dengannya!" Bentak Takagi.
"Apa yang kau katakana, Takagi?" Balas Takashi.
"Jangan memperlakukanku seperti orang bodoh! Aku ini jenius! Kalau aku serius, aku tidak akan kalah dari siapapun!" Teriak Takagi sambil mengepalkan tangannya di depan dada.
"Aku, Aku-" Belum sempat mengeluarkan apa yang ada dibenaknya Naruto telah memotong ucapannya.
"Sudah cukup Saya" Ucap Naruto sambil menyebut nama kecilnya.
"Meskipun kau jenius, bukan berarti kau bisa melakukan segalanya. Lihatlah dirimu yang sekarang lewat kaca disampingmu! Jika kami tidak disini kau mungkin sudah menjadi salah satu dari mereka. Mengingat senjata yang digunakan Kouta-san kehabisan amunisinya, kau pikir dengan keadaan seperti itu kau masih bisa selamat?" Ucap Naruto yang menyadarkan Takagi untuk melihat kondisi dirinya sendiri.
Mendengar ucapan menusuk dari Naruto, Takagi segera melihat kondisinya melalui cermin yang ada disampingnya.
"Pakaian ku kotor semua. Akan kuberikan pada mama untuk dibersihkan." Ucap Takagi dengan nada kecil, dan Takagi pun melihat bahwa Takashi berdiri dibelakangnya dengan tatapan yang mengartikan bahwa dia ikut sedih dengan kondisi dirinya sendiri.
Tak lama Takagi pun menangis sambil memeluk Saeko, Saeko sendiri tidak masalah dengan itu dan ia pun menenangkan Takagi yang masih menangis. Takagi yang sudah tenang pun dibawa ke ruang guru untuk beristirahat serta memikirkan langkah yang selanjutnya akan mereka lakukan.
.
.
Sesampainya mereka diruang guru mereka pun segera mengistirahatkan tubuh mereka yang sejak tadi meminta untuk beristirahat adapun Takagi, ia sedang membasuh wajahnya di watafel yang berada di dalam ruang guru tersebut.
"Naruto, apa yang akan kita lakukan setelah ini?" Ucap Takagi setelah kondisinya pulih seperti semula.
"Kita akan istirahat sejenak disini, situasinya tidak akan bagus jika kita memaksakan diri" Balas Naruto sambil melirik kearah Rei yang memberikan sebotol air pada Takashi.
"…"
"…"
Keheningan terjadi setelah Naruto membalas pertanyaan Takagi tentang langkah selanjutnya yang nanti akan mereka lakukan.
"N-naruto, aku ingin berterima kasih padamu atas kejadian yang terjadi tadi" Ucap Takagi dengan rona merah tipis dipipinya.
"Untuk apa kau harus berterima kasih, bukankah itu sudah menjadi tugas seorang teman" Balas Naruto.
"Yah, kau benar"
"Sensei bagaimana? apa kau sudah menemukan letak kunci mobilnya?" Tanya Naruto pada sang guru yang masih mencari kunci mobil yang akan mereka gunakan.
"Tunggu sebentar, aku masih mencarinya" Balas sang guru pirang tersebut.
"Jika kita bisa keluar dari sini memangnya tujuan kita akan kemana?" Tanya Hirano.
"Memastikan kalau orang tua kami baik-baik saja, kita akan mulai dari yang terdekat dan kalau mereka benar masih selamat. Kita akan membawa mereka bersama kita, tapi tentunya ini tidak akan mudah" Jawab Takashi.
"Takashi benar, setelah kita memastikan orang tua kita. Kita harus mencari tempat yang aman" Ucap Naruto yang menambahkan.
"Ada apa Miyamoto-san?" Tanya Takagi pada Rei yang menatap televise dengan serius.
"Ini. Apa yang sebenarnya sedang terjadi?" Ucap Rei yang masih memandang televisi dan mengacuhkan pertanyaan Takagi.
"Saeko, besarkan suaranya" Ucap Naruto yang langsung dilakukan oleh Saeko saat itu juga.
"Rei? Ada apa?" Tanya Takashi.
"[Pemerintah telah mengambil tindakan darurat, terhadap kerusuhan yang telah melanda seluruh negeri. Tetapi para politikus tidak yakin mengenai operasi SDF yang sedang dilakukan]"
"Kerusuhan? Apanya yang kerusuhan?" Ucap Takashi yang tampak kesal.
"[Diperkirakan disekitar daerah saitama, sejauh ini telah menelan korban sebanyak 10.000 jiwa. Pak Gubernur menyatakan kalau- Dor]" Sang reporter terkejut karena laporannya dipotong oleh suara tembakan yang mengakibatkan sang cameramen mengarahkan kamera ke asal suara tembakan.
Naruto dan yang lainnya hanya bisa terpaku saat melihat situasi yang ditayangkan sama seperti yang mereka alami, diantara mereka tidak ada yang dapat mengeluarkan sepatah kata karena masih terkejut dengan apa yang mereka lihat.
"Tidak mungkin, dalam sekejap kejadian ini sudah menyebar keseluruh dunia" Ucap Takashi yang masih belum percaya dengan berita yang disiarkan di televisi.
"Yang benar saja, Ketika aku browsing internet tadi pagi. Semuanya masih normal" Ucap Hirano yang masih belum percaya.
"Tidak bisa dipercaya, padahal baru beberapa jam. Tapi dunia telah berakhir jadi seperti ini. Hei Takashi, pasti ada tempat yang aman kan, dan semuanya pasti akan kembali seperti semula kan?" Ucap Rei yang memandang Takashi, sedangkan yang ditanya hanya berdiam diri sambil menutup mata.
"Aku rasa itu akan jadi hal yang mustahil" Balas Takagi.
"Kau tak perlu sampai bilang begitu kan?" Ucap Takashi
"Ini adalah pandemi, mau bagaimana lagi!" Jawab balik Takagi.
"Pandemik?" Ucap Shizuka memastikan.
"Seperti suatu wabah, dimana penyakit yang menyebar secara luas bahkan sampai keseluruh dunia." Jelas Takagi.
"Seperti influensa?" Tanya Takashi.
"Lebih tepatnya seperti Flu Spanyol pada tahun 1918" Jawab Naruto yang dari tadi hanya berdiam diri.
"Benar, seperti Flu Spanyol. Dimana 600 juta jiwa terinfeksi, dan lebih dari 50 juta jiwa meninggal. Belakangan ini ada keributan besar mengenai jenis flu baru kan?" jelas Takagi.
"Bukankah ini lebih mirip dengan Wabah Hitam atau Black Death pada abad ke 14?" Ucap Sang guru memastikan.
"Mungkin saja. Saat itu, sepertiga penduduk Eropa tewas" Jawab Takagi.
"Bagaimana mereka menghentikan wabah itu?" Tanya Takashi.
"Ada banyak teori mengenai itu, alasan penyakit itu berhenti menyebar adalah karena tidak ada orang lag yang dapt terinfeksi pada saat itu." Jawab Shizuka.
"Tapi, pada kasus ini. Mereka sudah mati namun mereka masih bisa menyerang" Ucap Hirano sambil mengintip kearah luar lewat jendela.
"Jadi maksudmu, tidak ada cara untuk menghentikannya?" Tanya Saeko.
"Oh, tapi diluar sangat panas. Mungkin daging mereka akan mulai membusuk dan takkan bisa berjalan lagi" Ucap Shizuka.
"Itu tidak mungkin terjadi" Ucap Naruto.
"Kenapa?" Tanya Takashi.
"Karena itu membutuhkan waktu yang cukup lama" Jelas Naruto kepada mereka semua.
"Naruto benar, dimusim panas butuh 20 hari untuk mengubahnya tinggal tulang. Sedangkan dimusim dingin membutuhkan waktu beberapa bulan" Ucap Takagi yang menambahkan ucapan Nauto.
"Tetapi setidaknya kita bisa pulang-"
"Bagaimana caranya agar kita tahu apakah mereka sudah membusuk atau belum?" Potong Takagi.
"Apa maksudmu?" Tanya Takashi.
"Mereka masih berkeliaran diluar, bukankah itu artinya mereka takkan mudah mati?" Ucap Takagi.
"Takagi benar, selama apapun tak aka nada gunanya jika kita sendiri tidak bisa memastikannya" Balas Naruto.
"Berarti satu-satunya jalan adalah kita yang harus bergerak. Setelah mengecek keluarga kita, kita harus segera menemukan tempat untuk berlindung" Ucap Saeko.
"Benar. Yang terpenting, kalau kta bertindak sendiri maka hasilnya kita tak akan bisa bertahan" Balas Takagi.
"Berarti kita membutuhkan kerja sama tim" Ucap Hirano.
"Untuk tim bukankah kita sudah cukup? Aku, Saeko dan Takashi yang menjadi penyerang jarak dekat, Rei yang menjadi jarak menengah, dan juga Hirano sebagai jarak jauh. Untuk sisanya adalah orang yang menjadi pendukung bagi kita"
"Ide bagus, dari mana kau bisa memikirkan hal yang seperti itu. Naruto-kun?" Tanya Saeko.
"Bisa dibilang aku mendapatkan ide ini dari salah satu game yang pernah kumainkan" Balas Naruto.
"Tapi tidak kusangka kau bisa mengumpulkan orang yang tepat" Ucap Takagi.
"Yah itu hanyalah sebuah kebetulan" Jawab Naruto dengan enteng.
"Berarti sudah dipastikan, dan sebaiknya kita juga menolong mereka yang masih selamat" Ucap Saeko.
"Busujima-senpai ada benarnya" Balas Takashi.
"Tapi bagaimana cara kita keluar?" Tanya Rei.
"Gerbang utama adalah jalan yang paling dekat dengan tempat parkir" Jelas Takagi.
"Kalau begitu bersiaplah, kita akan menerobos mereka semua. Hindari pertarungan sebisa mungkin, karena kita harus menghemat tenaga agar bisa sampai ke parkiran" Ucap Naruto dan mereka yang mendengar ucapan Naruto langsung bersiap karena sudah saatnya bagi mereka untuk keluar dari sekolah yang telah dipenuhi oleh para mayat hidup.
"Ayo Bergerak" Ucap Naruto sambil berlari memimpin yang lainnya.
.
.
Setelah berlari beberapa saat mereka berhenti.
Kyaaa!
Saat sedang berhenti mereka dikejutkan oleh suara teriakan perempuan yang sedang terjebak di tangga bersama dengan beberapa murid lainnya. Saat salah satu murid laki-laki tersebut ingin diserang, Hirano dengan cepat menembak mayat hidup tersebut tepat dikepalanya sehingga membuat mayat hidup tersebut mati seketika.
"T-terima ka-"
"Jangan bersuara terlalu keras" Potong Rei saat salah satu siswi yang mereka selamatkan ingin berterimak kasih.
"Apakah ada yang tergigit?" Tanya Saeko pada siswa yang telah mereka selamatkan.
"Eh? Tidak ada" Jawab salah satu siswi tersebut.
"Mereka sepertinya baik-baik saja, beruntung kita menyelamatkan mereka tepat waktu" Ucap Rei.
"Kami mau keluar dari sini. Apakah kalian ingin ikut dengan kami?" Tawar Takashi.
"Iya" Jawab siswi tersebut.
Setelah menyelamatkan beberapa murid yang masih selamat mereka melanjutkan perjalanan namun lagi-lagi mereka harus terhenti di sebuah tangga dan mereka melihat koridor yang masih dipenuhi oleh para mayat hidup.
"Bagaimana ini?" Tanya Rei.
"Tenanglah, mereka hanya bereaksi terhadap suara. Aku sudah membuktikannya tadi" Jawab Takagi.
"Tapi kita jangan lupa akan kekuatan mereka yang sangat kuat. Sekali tertangkap, maka itu akhir bagimu" Jelas Saeko.
"Lagipula untuk apa kita bersembunyi, mereka tidak bisa melihat" Tanya Takagi.
"Hanya untuk berjaga-jaga saja" Ucap Naruto.
"Namun, bila kita tetap di dalam sekolah peluang untuk diserang oleh mereka itu masih ada?" Tanya Saeko.
"Busujima-senpai benar. Meskipun mereka tidak dapat melihat itu berarti mereka hanya berjalan tanpa peduli mereka akan jatuh dari tangga" Ucap Takashi.
"Baiklah-baiklah kita akan berjalan melewati mereka tetapi ingat jangan menimbulkan suara sedikitpun" Ingat Naruto.
"Kalau begitu biar aku yang duluan" Ucapan Takashi mengejutkan mereka semua.
"Kalau Takashi pergi, maka aku juga-"
"Sebaiknya kau tetap disini Rei" Potong Naruto.
"Apa maksudmu Naruto? Kau ingin mengorbankan Takashi?" Tanya Rei dengan amarah yang sedikit tersulut.
"Akan lebih baik jika aku yang melakukannya" Ucap Saeko.
"Tidak, Busujima-senpai akan sangat dibutuhkan disini jika terjadi sesuatu. Lagipula Naruto yang akan membantuku jika ada suatu hal yang tidak diinginkan, benarkan Naruto?" Tanya Takashi.
"Sepertinya kau bisa menebak isi kepalaku. Tidak aku sangka ternyata isi kepalamu bisa berguna juga" Jawab Naruto dengan nada yang mengejek.
"Tentu aku tau karena kau tidak akan membiarkan sahabat mu ini dalam bahaya bukan?" Ucap Takashi memastikan.
"Kau benar" Ucap Naruto sambl tersenyum.
Takashi pun turun ke koridor lantai satu yang dimana tempat itu masih dipenuhi oleh para mayat hidup hanya untuk memastikan dan juga untuk membuka pintu yang akan digunakan sebagai jalan keluar oleh teman-temannya, dengan hati-hati ia terus berjalan melalui anak tangga dan berhenti tepat disamping sepatu yang tergeletak dilantai. Yang lain hanya bisa menahan nafas ketika salah satu mayat hidup berjalan kearah Takashi, tak terkecuali Takashi itu sendiri. Sedangkan Naruto sudah bersiap untuk menyerang mayat hidup itu jika memang makhluk itu ingin menyerang sahabatnya, saat mayat hidup itu hanya melewati Takashi begitu saja semuanya langsung dapat bernafas dengan lega karena tebakan Takagi diawal memang terbukti.
'Sial, itu hampir saja, tapi untungnya semua sesuai dengan apa yang dibilang oleh Takagi. Kalau mereka semua itu buta' Batin Takashi.
Takashi langsung mengambil sepatu yang tergeletak disamping kakinya dan langsung melemparkan sepatu itu kearah loker penyimpanan yang letaknya agak jauh darinya.
Brak!
Saat sepatu tersebut menghantam loker, benda tersebut menimbulkan suara yang cukup keras yang berhasil memancing para mayat hidup tersebut kea rah sumber suara. Takashi sendiri setelah melempar sepatu tersebut langsung berlari membuka pintu agar teman-temannya dapat keluar dari gedung sekolah.
Saat yang lain berhasil keluar dari gedung sekolah, seorang murid laki-laki yang masih didalam tanpa sengaja membenturkan besi yang ia pegang ke pegangan tangga sehingga menimbulkan suara nyaring yang memancingpara mayat hidup itu.
"Apa yang kalian tunggu! Cepat lari!" Teriak Takashi dan Naruto, dengan teriakan mereka berdua semuanya berlari menuju parkiran.
"Buat apa kalian berteriak seperti itu?!" Ucap Takagi.
"Jika kalian diam, mungkin hanya yang disekitar kita saja yang akan mengejar kita!" Lanjut Takagi.
"Suaranya seperti itu tidak mungkin hanya yang disekitar kita saja yang mengejar" Ucap Naruto sambil berlari.
"Benar, suaranya sudah sekeras itu!" Ucap Rei.
"Mereka Terus Datang" Ucap Hirano, tiba-tiba Naruto berlari kearah depan dan langsung menebas semua mayat hidup yang ada di depan.
"Berhenti bicara dan larilah!" Ucap Naruto yang diikuti oleh semuanya.
Pelarian mereka menuju tempat parkir bukanlah hal yang mudah, dikarenakan para mayat hidup yang terus menyerang. Tetapi para mayat hidup itu dengan mudah mereka hadapi karena posisi mereka yang tepat dan juga kerja sama yang bagus, dimana Naruto mengurus para mayat hidup yang ada di depan sambil berusaha membuka jalan. Saeko dan Takashi yang berada di samping kanan dan kirinya, dan disusul Hirano serta Rei yang melindungi Takagi dan Shizuka-sensei. Namun sayang salah seorang siswa terjebak oleh para mayat hidup, dan siswi yang merupakan kekasihnya malah pergi menyelamatkan sang pujaan hati tanpa mempedulikan nyawa miliknya.
"Aku mengerti" Ucap Shizuka.
"Jika dunia sudah seperti ini, maka lebih baik mati dengan orang yang kita cintai" Lanjutnya.
"Jangan bercanda, disaat seperti ini kau malah-"
"Takagi-san!" Panggil Hirano yang sempat menyelamatkan Takagi saat ingin diserang seperti siswa sebelumnya.
"Tolong Tenanglah Takagi-san!" Lanjut Hirano.
"Dasar gendut! Siapa yang memberimu izin untuk memotong saat aku berbicara!" Bentak Takagi
"Ah, entah kenapa ya. Akujuga tidak tau" Balas Hirano dengan wajah berseri-seri.
"Aku iri melihat hubungan kalian berdua, tetapi ini bukanlah saat yang tepat" Ucap Saeko memperingati.
"Shizuka-sensei kuncinya!" Teriak Takashi meminta kunci yang langsung dilemparkan oleh sang guru.
Setelah berhasil membuka pintu mobil, mereka langsung bergegas masuk. Sang guru langsung duduk dibelakang kemudi, Hirano membuka kaca jendela mobil untuk membantu ketiga temannya yang masih ada diluar.
"Cek! Target? Posisi? Siap menembak!" Ucapnya sambil menembaki para mayat hidup.
"Takashi, Saeko. Kalian masuklah lebih dulu" Perintah Naruto ketika ia melihat kalau Takashi sudah membereskan mayat hidup yang ada di depan bus.
"Yokai!" Jawab keduanya, tak lama mesin mobil telah dihidupkan oleh sang guru.
Setelah melihat semuanya masuk Naruto yang ingin menutup pintu mobil tersebut dikejutkan dengan teriakan siswa yang sedang berlari kearah mereka. Ia dapat melihat beberapa siswa yang berlari diikuti oleh seorang guru yang tentunya ia kenali.
"Siapa mereka?" Tanya Takashi.
"Itu pasti Shido dari 3-A" Jawab Saeko.
"Shido!" Ucap Rei dengan nada benci, dan ucapan Rei tersebut terdengar oleh Takashi dan Naruto. Naruto dapat mendengar nada benci yang digunakan Rei ketika menyebut nama sang guru yang kini tengah berlari kearah mereka.
"Naruto cepat tutup pintunya!" Bentak Rei.
"Apa maksudmu Rei?" Tanya Takashi yang bingung akan sikap Rei.
"Cepat tutup pintunya atau kau akan menyesal!" Ucap Rei pada Naruto.
"…" Namun Naruto hanya diam dan tetap menunggu segerombolan siswa tersebut untuk memasuki mobil.
"Ayo berangkat" Ucap Shizuka-sensei.
"Tolong tunggu sebentar Shizuka-sensei" Balas Takashi.
"Mereka datang dari depan! Kalau kebanyakan nanti aku tak akan bisa menyetir dengan benar!" Lanjut sang guru.
"Tabrak saja mereka!" Ucap Takashi.
"Kalau sebanyak itu bus pasti akan terguling" Ucap Takagi.
Saat mereka sedang asik berdebat, seorang siswa yang dibawa oleh guru tersebut tersandung dan tangannya memegang celana sang guru sambil berusaha meminta pertolongan, namun sang guru dengan tega menginjak muka muridnya tersebut dan meninggalkannya.
"Cepat tutup Naruto!" Ucap Rei masih dengan nada membentak.
"Diamlah" Balas Naruto dengan nada dingin yang mengejutkan Rei dan yang lainnya.
"Kau akan menyesali keputusanmu" Ucap Rei dan ia memutuskan untuk duduk disusul oleh Takashi yang duduk disebelahnya.
"Shizuka-sensei" Panggil Takashi.
"Berangkat!" Balas Shizuka.
Saat semuanya telah masuk, pintu mobil pun ditutup dan mereka langsung meninggalkan lahan parkir sambil menabrak para mayat hidup yang menghalangi jalan mereka. Saat mendekati gerbang Shizuka menambahkan kecepatan mobil yang ia kendarai sehingga mobil tersebut mendobrak pagar sekolah yang terkunci, akhirnya mereka dapat bernafas dengan tenang karena mereka telah pergi meninggalkan sekolah yang telah dipenuhi oleh mayat hidup.
"Sepertinya kita berhasil" Ucap Takashi.
"Ya aku rasa juga begitu" Balas Hirano.
"Terima kasih sudah menyelamatkan kami. Kau ketuanya ya, Busujima-san?" Tanya Shido kepada Saeko yang sedang mengelap pedang kayu miliknya.
"Bukan aku ketuanya, lagipula kami hanya bekerja sama agar bisa bertahan hidup" Balas Saeko dengan cuek.
"Itu bisa berbahaya, untuk bertahan hidup, dibutuhkan seorang pemimpin." Ucap Shido dengan ekspresi licik.
"Pemimpin yang mengatur semuanya" Lanjutnya lagi.
Saeko dan yang lainnya hanya mendengarkan tanpa ada niat untuk menjawab. Sedangkan Rei masih kesal dengan Naruto yang tidak mau mengikuti perkataannya.
"Kotanya" Ucap salah seorang murid yang dibawa oleh shido mengagetkan semuanya ketika melihat situasi kota yang nampak terjadi kebakaran di beberapa tempat.
Perjalanan terus mereka lalui dengan mobil, beberapa kali mereka menemui mayat hidup dalam perjalanan tetapi mereka tidak peduli dan tetap melanjutkan perjalanan disamping itu juga mereka bisa menggunakan waktu yang ada untuk beristirahat. Hingga seorang murid yang dibawa shido kelihatan ingin membuat keributan sehingga membuat semua orang yang sedang beristirahat terganggu olehnya, khususnya Naruto yang sejak tadi nampak memejamkan mata untuk tidur sesaat namu semua itu terganggu oleh murid shido.
"Sudah kubilang, kita tidak bisa seperti ini terus!" Ucapnya.
"Lagipula, kenapa aku harus ikut Komuro dan lainnya! Kalian memutuskan kembali ke kota tanpa menanyakan pendapat kami dulu! Bukankah lebih aman kalau kita tetap berada di dalam sekolah?" lanjutnya.
"Itu benar! Lebih baik jika kita bersembunyi disuatu tempat, misalnya minimarket yang tadi?" Ucap murid laki-laki Shido yang lain.
"Sudah hentikan! Kalau begini terus, aku tidak bisa menyetir!" Ucap Shizuka yang menghentikan mobilnya karena merasa tidak bisa fokus untuk meyetir.
"A-apa!" Ucap siswa tersebut.
"Kalau begitu, apa yang kau ingingkan?" Tanya Saeko kepada pemuda tersebut.
"Aku tidak suka dengannya! Aku tak ingin dia ada disini!" Ucapnya sambil menunjuk kearah Takashi.
"Memangnya kenapa? Memangnya aku melakukan apa kepadamu?" Tanya Komuro dengan nada tidak suka.
"Brengsek" Ucap pemuda tersebut yang langsung ingin menyerang Takashi, namun Naruto lebih dulu menendang murid tersebut sampai terjatuh kebelakang.
"Yare yare, ingat posisi mu disini. Kau hanya menumpang dengan kami, kau juga tidak membantu kami untuk mendapatkan mobil ini" Ucap Naruto yang tiba-tiba berdiri sambil menatap tajam kearah pemuda tersebut.
"Kerja sama tim yang sangat baik. Naruto-kun, Komuro-kun" Ucap Shido sambil bertepuk tangan.
"Tapi kenyataannya, masalah seperti ini membuktikan apa yang kukatakan sebelumnya. Memang benar kalau kita ini butuh seorang pemimpin" Lanjutnya.
"Terus kau menganggap dirimu lah yang paling cocok?" Tanya Takagi.
"Aku seorang guru, Takagi-san. Dan kalian masih seorang pelajar. Sebagai pemimpin aku tidak akan membiarkan ada masalah yang terjadi! Bagaimana, kalian semua?" Ucap Shido yang langsung di beri tepuk tangan oleh para murid yang ia bawa.
"Jadi begitulah. Sudah diputuskan kalau akulah yang akan memimpin kalian" Ucap Shido dengan senyuman yang memuakan. Saking muaknya Rei memutuskan keluar dari mobil disusul oleh Takashi.
"Rei, apa yang kau lakukan?" Tanya Takashi.
"Aku tidak akan sudi jika pergi bersamanya!" Ucap Rei.
"Kalau memang dia tidak mau, ya apa boleh buat. Kita biarkan saja dia" Ucap Shido dengan enteng.
"Bicara apa kau" Ucap Takashi yang tidak suka dengan ucapan Shido.
"Takashi" Panggil Naruto membuat Takashi melihat kearahnya.
Kemudian Naruto mendekati Takashi dan membisikan sesuatu terhadapnya yang membuat Takashi langsung turun dan menghampiri Rei.
"Komuro!" Ucap Takagi kaget karena ia melihat Takashi yang ikut turun menghampiri Rei. Sedangkan Naruto hanya melihat itu dengan pandangan datar.
"Tunggu dulu Rei" Ucap Takashi sambil memegang tangan Rei.
"Tahanlah sampai kita tiba di kota. Lagian, berjalan disini berbahaya-"
"Makanya, sudah kubilang kau akan menyesal!" Potong Rei.
"Tapi, sekarang ini-" Ucapan Takashi kembali terpotong oleh suara klakson mobil. Dan ketika Takashi menoleh kearah suara tersebut, ia melihat sebuah bus yang melaju dengan kencang dan terguling seakan-akan ingin menghantam mereka.
Takashi dengan sigap menyelamatkan dirinya beserta dengan Rei sehingga ia dan Rei bisa selamat. Namun mereka terjebak didalam terowongan karena jalan keluar tersebut tertutup oleh badan mobil, belum lagi kondisi mobil tersebut terbakar sehingga mereka tidak dapat melewatinya sama sekali.
"Kita terpisah" Ucap Takashi sambil melihat kearah badan bus yang terbakar.
"Komuro-kun! Miyamoto-san! Kalian baik-baik saja?" Ucap Saeko, tetapi Saeko tidak berani melangkah lebih dekat karena selain badan bus yang terbakar, ia juga melihat beberapa mayat hidup yang keluar dari badan bus yang terbakar itu.
"Kantor polisi! Katakan itu pada Naruto, bahwa kami akan menemuinya disana!" Balas Takashi.
"Jam berapa?" Tanya Saeko.
"Jam 7! Kalau hari ini tidak bisa, akan kami coba lagi besok!" Balas Takashi.
Setelah menentukan tempat perjanjian beserta waktunya Saeko bergegas kembali kedalam bus. Di dalam teman-temannya yang lain tengah menunggu kabar Takashi dan Rei yang ada di dalam terowongan.
"Dr. Marikawa, kita tidak bisa lewat depan lagi" Ucap Saeko.
"Baiklah, aku akan cari Jalan Lain" Balas Shizuka, sambil melanjutkan perjalanan.
"Bagaimana Saeko?" Tanya Naruto kepada perempuan berambut ungu tersebut.
"Mereka berdua baik-baik saja. Dan Komuro-kun berkata padaku untuk memberitahumu kalau kita akan menemui mereka dikantor polisi jam 7, jika mereka tidak bisa hari ini. Maka mereka akan mencobanya lagi besok" Jelas Saeko.
"Begitu" Ucap Naruto.
"Apa kau merencanakan sesuatu Naruto-kun?" Tanya Saeko.
"Ya begitulah. Shizuka-sensei kita akan pergi ke kantor polisi untuk bertemu dengan Takashi kembali, usahakan sebelum jam 7 kita sudah harus berada disana" Ucap Naruto pada sang guru yang sedang fokus menyetir.
"Tunggu dulu Namikaze-kun. Kau tidak bisa seenaknya memutuskan sesuatu tanpa persetujuan dariku" Protes Shido.
"Memangnya siapa kau? Mengapa aku harus menunggu keputusan mu untuk melakukan hal yang aku mau?" Balas Naruto dengan nada dingin, sedangkan teman-temannya lebih memilih untuk diam dan tidak ikut campur urusan teman pirang mereka yang satu itu.
"Kau bertanya siapa aku? Aku adalah pemimpin dari kelompok ini. Jadi semua hal harus menunggu persetujuan dariku" Balas Shido.
"Sebelum itu aku ingin bertanya kepadamu, apakah saat kau mendeklarasikan dirimu sebagai pemimpin aku dan teman-temanku setuju dan mendukungmu? Bukankah kau hanya melihat kalau hanya muridmu yang mendukung mu?" Jawab Naruto dengan nada yang semakin dingin dan tanpa Naruto sadari mobil yang saat ini ia kendarai tengah berhenti dan teman-temannya hanya tertunduk karena mereka merasakan aura Naruto yang tidak mengenakan.
"Kau tidak bisa seperti itu. Aku adalah seorang guru, dan kau hanya seorang murid. Walaupun kau menjadi ketua dewan keamanan bukan berarti kau bisa melawan seorang guru!" Bentak Shido.
"Aku memang hanya seorang murid, tetapi apa kau lupa tugasku yang sebenarnya adalah menjaga keamanan sekolah agar tidak ada keributan antar murid atau guru, jika terjadi kerusuhan yang disebabkan oleh seorang murid atau bahkan guru sekalipun. Maka aku berhak melawannya untuk menertibkan keadaan" Balas Naruto.
"K-kau-"
"Brengsek kau Namikaze" Ucap pemuda yang tadi ditendang oleh Naruto berusaha untuk menyerang dirinya kembali.
Bruk!
Bak! Buk! Bak! Buk!
Buk!
Pemuda tersebut kembali terjatuh kebelakang setelah menerima tendangan yang sama seperti sebelumnya, namun kali ini Naruto memberikan bonus berupa pukulan dan tendangan tambahan pada pemuda tersebut.
"Tadi sudah kubilang bukan? Kalian disini hanya menumpang dengan kami, kalian hanyalah parasit yang hanya bisa merugikan makhluk lain. Bersyukurlah kalian karena aku masih berbaik hati untuk membiarkan kalian naik kedalam mobil ini walaupun aku tau tabiat asli gurumu itu dan karena gurumu itu juga sahabatku jadi dalam bahaya diluar sana, karena jika aku tidak berbaik hati. Mungkin aku sudah melemparkan kalian agar jadi umpan saat disekolah supaya kami bisa keluar tanpa harus bersusah payah" Ucap Naruto sambil menduduki tubuh pemuda tersebut yang sedang berbaring di bawahnya.
"Dan untukmu" Tunjuk Naruto pada Shido.
"Kau boleh menjadi pemimpin untuk kelompokmu. Tetapi teman-teman ku, berada dibawah instruksiku. Kau mengerti Shido?" Ucap Naruto.
"A-aku mengerti Namikaze-kun, aku tidak akan mengusikmu atau teman-teman mu" Ucap Shido walaupun dalam hati ia tidak terima atas sikap Naruto tapi setidaknya Naruto tidak benar-benar melemparnya pada mayat hidup diluar.
"Bagus jika kau mengerti, dan sebaiknya kau pergi ketempatmu duduk atau aku akan benar-benar melemparkan kau dan murid yang kau bawa itu keluar" Balas Naruto.
"Dan jangan lupakan murid sampahmu ini" Lanjutnya.
Bruk!
Tanpa rasa bersalah Naruto kembali menendang murid yang ia jadikan tempat duduk sebelumnya keara Shido yang hanya bisa terdiam mengikuti perkataannya, karena ia sendiri tidak ingin merasakan kemarahan Naruto seperti salah satu muridnya ini.
"Ayo kita lanjutkan perjalanan Shizuka-sensei" Ucap Naruto pada sang guru sambil tersenyum.
"H-Hai Namikaze-kun" Balas Shizuka dengan sedikit gugup karena ia sempat melihat sifat naruto yang tidak pandang bulu.
"Tenang saja Shizuka-sensei, aku tidak akan melakukan hal itu terhadapmu apalagi kepada teman-temanku" Ucap Naruto menenangkan sang guru yang masih terlihat gugup karena melihat sifat brutal yang ia miliki.
Perjalanan mereka pun dilanjutkan dengan diselingi obrolan ringan serta candaan yang dibuat oleh Naruto agar teman-temannya tidak merasakan perasaan gugup seperti tadi. Sedangkan untuk kelompok Shido, mereka hanya bisa terdiam dibelakang karena takut memancing emosi Naruto seperti tadi dan menghiraukan teman mereka yang saat ini tidak sadarkan diri akibat dihajar oleh Naruto.
.
.
.
.
.
TBC
A/N : Yo kembali lagi dengan saia, ini adalah akun kedua saia setelah akun yang lama sudah tidak bisa di buka. Saia harap kalian puas dengan chapter dua ini, sekaligus menunggu cerita saya yang satunya yang berjudul "The True Monster" yang masih saia kerjakan.
Jangan lupa buat review setelah membaca karena review kalian sangat berharga untuk kami para author.
