Cerita Sebelumnya~
"Tak ada waktu! Kita harus pergi semuanya! Kumohon dengarkan aku!" Teriakku dengan histeris.
Aku mendengar beberapa ejekkan yang mengarah padaku dari murid-murid lain, seperti mengataiku orang aneh, orang gila dan semacamnya. Tapi, tak ada waktu untuk marah hanya karena sebutan itu.
Aku kembali menatap Sasuke-kun, Hinata-chan, dan Tenten dengan tatapan memelas.
"Kumohon... dengarkan aku... Kita akan mati kalau tidak segera keluar dari sini!" Aku semakin berteriak dengan histeris.
Kemudian aku melihat jam dan sekarang pukul 19.30. Tak ada waktu. Aku hanya bisa menarik Sasuke-kun dan Hinata-chan agar yang lain mengikuti kami.
Untung saja dugaanku tepat. Mereka benaran mengikutiku keluar. Tapi, banyak juga yang tak mengindahkan perkataanku.
Dan seketika kami berada diluar...
Disaat itulah aku mulai mendengar teriakan histeris orang-orang dari dalam Aula.
Dan disaat itu juga, Sasuke-kun dan yang lainnya langsung menatapku tak percaya.
Terinspirasi dari Film Final Destination
Main Characters:
- Haruno Sakura
- Uchiha Sasuke
- Uzumaki Naruto
- Hyuga Hinata
- Hyuga Neji
- Tenten
- Sai
- Yamanaka Ino
- Nara Shikamaru
- Sabaku no Temari
- Hatake Kakashi
- Maito Guy
- And others you'll find in the stories
Genre: Horror / Thriller / Tragedy
Warning!
Rated M for violence and blood
Don't Like Don't Read
RnR
Hope you like it^^
Semua karakter milik Masashi Kishimoto
© Masashi Kishimoto
FINAL DESTINATION
CHAPTER 2: Tragedy
"Bagaimana kau bisa tau akan terjadi kebakaran disini?!" Tanya Kakashi dan Guy dengan nada agak sedikit tinggi.
Pemadam kebakaran dan Ambulance pun mulai berdatangan. Sakura masih terdiam karena masih shock dengan kejadian itu.
Dia masih tak menyangka kalau mimpinya itu terjadi beneran.
"Hn, sepertinya ini bukan waktunya kau menanyakan itu padanya." Kata Sasuke agak sedikit dingin.
"Itu benar. Sakura-chan bahkan masih shock dengan kejadian ini." Kata Naruto.
Sakura menghela nafas panjang seraya mengedarkan pandangannya. Ternyata, banyak juga yang mengikutinya keluar.
"Akan ku ceritakan..." Gumam Sakura pelan.
"Sakura-chan, tapi..."
"Hm, tak apa. Akan ku ceritakan." Kata Sakura.
Mereka semua menatap Sakura.
"Terserah kalian mau mempercayaiku atau tidak. Tapi, inilah yang kualami..."
"Kata Sasuke-kun, aku pingsan hingga dua kali. Tapi, aku merasa bahwa aku tak pingsan sama sekali." Kata Sakura.
"Karena aku melihat kejadian yang serupa dengan yang kulihat di mimpiku. Kejadian yang sangat tragis. Kalau kita tetap disana, kita akan tewas secara mengenaskan juga seperti lainnya." Kata Sakura dengan suara yang bergetar.
"Jadi, kalau kau tidak bermimpi tentang itu, kita akan benar-benar tewas?" Tanya Tenten.
Sakura mengangguk pelan.
"Nee, ini seperti kita telah mencurangi takdir. Bukankah begitu?" Tanya Temari pelan.
"Apa maksudmu?" Tanya Guy.
"Kalau yang dikatakan oleh Sakura itu benar, berarti seharusnya kita dan beberapa orang yang selamat itu sudah tewas dalam kejadian ini." Jelas Temari.
"Kalau seperti itu, berarti kita sudah mencurangi takdir kita." Lanjut Temari.
"Tapi, kalau begitu ceritanya, bukankah kita selamat karena takdir kita juga?" Kata Shikamaru.
Temari menggelengkan kepalanya. "Bukan begitu konsepnya." Kata Temari.
"Aku pernah membaca sebuah buku mitos di perpustakaan. Aku melihat ada beberapa orang yang mengalami kejadian serupa dengan apa yang dialami Sakura." Kata Temari.
"A...apa?!"
"Jadi, dikatakan disitu bahwa semua orang yang berhasil mencurangi takdir, dia akan menerima takdir yang seharusnya diterimanya itu di tempat lain." Lanjut Temari.
"Jadi, maksudmu kita juga kemungkinan akan tewas dengan takdir yang sudah ditetapkan?" Tanya Kakashi.
Temari mengangguk. "Menurut buku yang kubaca seperti itu." Kata Temari.
"Hn, tapi itu kan hanya mitos." Gumam Sasuke.
"Memang. Tapi, setelah mendengar apa yang Sakura alami, aku merasa mitos itu benar." Kata Temari.
Sakura menundukkan kepalanya. Dia ketakutan.
"Hn, itu belum tentu terjadi." Kata Guy.
"Aku setuju. Kmungkinan, itu hanya karangan orang. Dan Sakura bukan mengalami seperti yang diceritakan di buku yang kau baca." Kata Kakashi.
"Hm, jadi besar kemungkinan kalau Sakura hanya bermimpi buruk?" Tanya Neji.
"Lalu menjadi kenyataan?!" Sahut Temari.
"Apa mungkin bisa terjadi se detail itu?" Gumam Naruto.
Sai menggelengkan kepalanya. "Kemungkinan besar itu suatu kebetulan yang pas." Gumam Sai.
"Guy-sensei! Kakashi-sensei! Kumohon kemari!" Panggil guru lainnya pada Guy dan Kakashi.
"Yosh, kalau begitu kami pergi dulu." Kata Kakashi.
Sakura terdiam kemudian berdiri.
"Nee, sensei!"
Kakashi dan Guy pun menoleh kebelakang.
"Aku tau ini hanya kebetulan semata. Tapi, kuharap kalian selalu berhati-hati." Kata Sakura pelan.
Guy dan Kakashi pun mengangguk lalu meninggalkan mereka.
Sakura pun terdiam seraya menundukkan kepalanya. Takut... Takut sekali.
Entah mengapa perasaannya semakin tak enak.
Sasuke pun menghampiri Sakura seraya memegang pundaknya.
"Tenanglah. Semua akan baik-baik saja." Ujar Sasuke.
Sakura mengangguk. "Yah, kuharap begitu."
...
"Nee, Sakura-chan. Kau baik-baik saja?" Tanya Hinata yang khawatir melihat Sakura yang melamun.
Sakura tersadar dari lamunannya.
"Ah, iya." Kata Sakura sambil tersenyum terpaksa.
Naruto dan Sasuke datang menghampiri seraya membawakan minuman pada Hinata dan Sakura.
"Sakura-chan, kau yakin baik-baik saja?" Tanya Naruto yang kemudian duduk di samping Hinata.
Saat ini mereka pergi ke sebuah café. Mereka butuh menenangkan diri bukan? Apalagi setelah insiden menyeramkan tadi.
Sakura mengangguk pelan. Sasuke menepuk pundak Sakura pelan.
"Aku kepikiran kata-kata Temari-senpai." Gumam Sakura.
"Bagaimana kalau mitos itu benar?" Gumam Sakura takut.
"..."
"Ini semua salahku! Kenapa aku harus melihat semuanya?!" Kata Sakura frustasi seraya memukul kepalanya sendiri.
Sasuke dengan cepat menahan tangan Sakura untuk menghentikan pukulan di kepalanya itu.
"Tidak. Ini bukan salahmu, Sakura-chan." Kata Naruto.
"Benar. Ini bukan salahmu, Sakura-chan. Ini terjadi diluar kemauanmu." Kata Hinata seraya memegang pundak Sakura.
"Hn, kalau memang ini mengganggu pikiranmu..." Sasuke menghentikan perkataannya.
"Coba ceritakan semua yang kau lihat secara detail." Lanjut Sasuke.
Sakura pun mulai menceritakan semuanya pada mereka. Dimulai dari kematian Guy hingga kematian dirinya.
"Hn, oke. Kalau dari cerita Temari-senpai, kita telah mencurangi takdir, kan?"
Mereka semua mengangguk.
"Ah! Sepertinya aku paham kemana arah pembicaraan ini." Kata Hinata.
"Apa maksudnya?" Tanya Naruto.
"Ini hanya pendapatku. Kalau begitu, kita bisa saja mati di tempat lain kan? Kemudian, mungkin saja kita bisa kembali mencurangi takdir itu..." Kata Hinata.
Sasuke mengangguk. "Itu bisa saja. Tapi, kita tak tau bagaimana urutan kematiannya." Kata Sasuke.
"Bagaimana kita tau tentang itu?" Gumam Naruto.
"Sebenarnya ini belum pasti. Tapi, jika kita ingin membuktikan bahwa mitos itu benar, kita harus melihat apa yang akan terjadi sekarang dan kedepannya." Kata Hinata.
"Aku tau urutannya. Dari yang aku lihat di mimpiku, Guy-sensei lah yang akan meninggal pertama. Kemudian, Kakashi-sensei, Sai-senpai, Shikamaru, Temari-senpai, Ino, Tenten, Neji, Hinata-chan, Naruto, Sasuke-kun, baru aku." Kata Sakura.
"Hm, kalau begitu sudah jelas." Kata Sasuke.
"Tapi, kita kan tak tau kapan tragedi itu terjadi." Kata Naruto.
"Naruto benar. Aku benar-benar tak memiliki petunjuk mengenai kematian itu." Kata Sakura pelan.
"Hn, ini akan sulit. Tapi, tak ada salahnya kita coba."
...
Setelah sebulan dari insiden itu, para siswa Konoha High School pun kembali memulai aktivitas sehari-hari mereka di sekolah.
Mereka semua memberikan penghormatan terakhir pada rekan dan guru-guru yang tewas dalam insiden itu.
Setelah memberikan penghormatan terakhir, mereka semua kembali masuk ke kelas.
Semua orang menatap Sakura dengan tatapan aneh.
Sakura berusaha mengabaikan pandangan aneh dari teman-teman kelasnya itu.
Kepala Sakura terasa sakit secara tiba-tiba. Untungnya, tidak sesakit saat insiden itu terjadi.
Sakura pun menatap keluar jendela kelasnya dan angin yang lumayan kencang itu menerpa wajahnya.
'Apa ini? Kenapa perasaan ku tidak enak?'
Sakura memandang sekeliling dan tak menemukan sesuatu yang ganjil dari sana.
Sasuke dan Naruto menghampirinya.
"Nee, Sakura-chan. Kau mau ikut bersama kami ke perpustakaan?" Ajak Naruto.
"Hm? Tumben kau mau ke perpustakaan. Biasanya itu tempat angker bagimu." Celetuk Sakura.
Naruto mendengus kesal. "Ah, Sakura-chan! Ini penting. Hinata-chan sudah disana juga." Kata Naruto.
Sakura tertawa kecil dan mengangguk pelan.
Sasuke menyadari ada yang tak beres pada Sakura.
"Hn, ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu?" Tanya Sasuke.
Sakura cukup kaget dengan pertanyaan Sasuke. Seolah-olah Sasuke bisa mengetahui apa isi hati gadis itu.
"Ah, tidak kok. Hanya, perasaan ku agak kurang enak." Kata Sakura.
"Kau sakit?" Tanya Naruto.
Sakura menggelengkan kepalanya. "Ayo. Kasihan Hinata-chan menunggu."
...
Sakura P.O.V.
"Sakura!"
Aku melihat orang yang memanggilku itu. Ternyata Ino dan lainnya.
"Eh, kalian..."
Ino dan Tenten langsung menarik tanganku dan membawaku pergi menjauhi perpustakaan.
"Eh?! Aku harus ke perpustakaan!" Kataku cepat seraya menarik tanganku.
"Oi, Ino!"
Mereka berdua tak mengindahkan panggilan Naruto.
Yasudahlah... Aku cuma bisa pasrah.
Ino dan Tenten menghentikan langkahnya. Mereka berbalik menatapku.
"Hm? Kenapa?" Tanyaku.
"Kau harus melihat ini." Kata Ino seraya memberikan Handphone nya padaku.
Aku pun melihat apa isi Handphone Ino dan terkejut.
"Seperti yang kau lihat, ini adalah kisah kerabat dari orang yang mengalami hal serupa denganmu." Kata Tenten.
"Ta...tapi ini kan hanya mitos." Kataku panik.
Aku mengembalikan Handphone Ino padanya. Aku tertawa canggung.
"Sepertinya, dia hanya mengarang cerita itu." Kataku.
"Bisa jadi sih." Gumam Ino pelan.
"Kuharap itu hanya mitos saja... Aku takut..."
...
Aku pun kembali ke perpustakaan dan dapat kulihat, selain Sasuke-kun, Naruto, dan Hinata-chan disana. Ternyata ada Neji dan Shikamaru juga disana.
"Kenapa? Kenapa Ino dan Tenten menarikmu?" Tanya Naruto.
Aku kebingungan untuk menjawabnya. "Mereka mencari tau tentang mitos itu juga..." Gumamku pelan.
"Hm, mereka terus berceloteh tentang itu. Menurutku, itu hanya mitos saja. Toh, kita juga berhasil dari tragedi itu." Gumam Shikamaru pelan.
"Setelah kupikir-pikir, benar juga perkataan Shikamaru. Kita bisa selamat juga karena takdir kan? Jadi, mungkin saja takdir kita berubah." Kata Neji.
"Aku berusaha untuk berpikir seperti itu. Tapi, kejadian itu masih terngiang-ngiang di otakku." Kataku seraya duduk di bangku perpustakaan.
"Hn, aku juga tak bisa memercayainya begitu saja. Maka dari itu, kita harus membuktikan kalau itu hanya mitos semata." Gumam Sasuke-kun.
Benar juga...
"Hm, aku tak mau ikut dalam penyelidikan konyol ini." Kata Shikamaru.
Dia pun langsung berjalan keluar diikuti Neji dibelakangnya.
Aku menghela nafas panjang. Aku tak mau ini semua terjadi...
Kuharap, tak ada sesuatu yang terjadi disini.
End Sakura P.O.V.
"Oi, Kakashi. Kau tak pulang?" Tanya Guy.
"Hm, tidak. Aku harus menyelesaikan soal-soal untuk ujian akhir." Kata Kakashi.
"Oh, yasudah. Aku duluan." Pamit Guy.
"Hm"
Guy berjalan menuju GYM langganannya itu. Dia selalu menyempatkan diri untuk berolahraga sebelum pulang ke rumahnya.
Guy pun memutuskan untuk melakukan pemanasan dulu sebelum dia menggunakan treadmill.
Setelah pemanasan, dia pun langsung mengatur treadmill nya dan mulai berlari dengan tempo yang stabil.
Setelah cukup lelah berlari, Guy pun berjalan menuju barbel machine yang terletak tak terlalu jauh dari treadmill.
"Yo, Guy."
Guy pun menoleh kearah orang yang memanggilnya itu.
"Yo, Asuma! Lama tak berjumpa." Kata Guy seraya menepuk pundak Asuma pelan.
"Haha, jadi kau latihan disini juga?" Tanya Asuma.
"Aku setiap hari kemari. Aku justru baru melihatmu disini." Kata Guy.
"Haha, iya. Aku baru memulai latihan disini. Kurenai terus saja mengomeliku karena jarang berolahraga." Kata Asuma.
"Haha, bagus! Kau harus terus berolahraga kalau begitu!" Kata Guy dengan semangat.
"Hahaha, iya. Kalau begitu, aku kesana dulu ya." Kata Asuma kemudian berjalan meninggalkan Guy.
Guy pun berjalan menuju Barbel Machine itu dan bersiap untuk melatih otot-ototnya itu.
Dia pun mengangkat Barbel itu dengan berat 20 kg. Dia pun dengan posisi berbaring mengangkat Barbel itu keatas.
Semuanya berjalan mulus hingga dia mulai mendengar suara sisi mesin itu berderit.
"Hm? Apa ada masalah?" Gumamnya seraya memeriksa sisi mesin itu.
"Sepertinya tidak."
Dia pun mulai mengangkat Barbel itu lagi setelah mengabaikan suara itu.
Hingga akhir nya, baut yang menyambungkan barbel dengan mesin itu terlepas. Guy yang tak kuat menahan beban 20kg itu, secara tidak sengaja melepaskan barbel itu.
Barbel itu jatuh ke kepalanya dan membuat kepalanya hancur.
Suara panik para pengunjung mulai terdengar. Darah Guy menciprat kemana-mana.
Sementara itu di lain tempat dan di waktu yang sama...
Kakashi pun berkutat pada komputernya. Ruang guru sudah tak ada lagi orang kecuali dirinya.
Karena merasa mengantuk, Kakashi pun beranjak menuju dapur yang ada di ruang guru untuk membuat kopi.
Kakashi pun menunggu mesin pembuat kopi otomatis itu. Dia pun mengeluarkan bukunya dan membacanya.
Mesin kopi itu pun menyelesaikan tugasnya. Namun, karena kecerobohannya, kopi yang hendak diambilnya itu jatuh dan tumpah di lantai.
"Ck, kenapa jatuh sih?" Gerutu Kakashi pelan.
Kakashi pun mengambil beberapa tisu dari mejanya dan kembali ke dapur untuk membersihkan tumpahan kopi itu.
Namun, tumpahan kopi itu perlahan mengalir ke belakang kulkas. Dan, kabel kulkas itu terbuka sehingga aliran listrik itu merambat ke aliran kopi itu.
Untungnya, Kakashi menghentikan aktivitas nya itu. Tapi, dia belum menyadarinya sama sekali.
Dia menghentikan aktivitas nya itu karena lampu dapur yang tiba-tiba mati.
"Hm? Putus?" Gumam Kakashi.
Kakashi mengeluarkan Handphone nya dan menggunakan senter untuk melihat sekeliling.
Dia pun menghela nafas panjang. Dia pun berpikiran untuk mengganti bola lampu itu.
Dia pun mengambil persediaan bola lampu di loker peralatan dan menarik kursi kerjanya yang terdapat roda di kakinya.
"Huft, merepotkan sekali." Gumam Kakashi pelan.
Dia pun naik keatas kursi dan berusaha meraih bola lampu yang sudah putus itu.
Setelah mengganti nya, lampu pun mulai menyala lagi. Kakashi pun berusaha untuk turun dari kursi itu dengan hati-hati.
Namun, itu tak semulus yang dia pikir. Roda kursi itu bergerak karena gerakan Kakashi.
Kakashi pun kehilangan keseimbangannya dan terjatuh membentur sudut meja dengan keras.
"Arrgh!" Teriak Kakashi kesakitan.
Darah banyak mengalir dari kepala bagian belakangnya. Benturan di kepalanya sangat kuat. Darahnya pun ada yang menempel di sudut meja di dapur.
Kakashi jatuh tepat di aliran kopi yang terkena konsleting dari kabel kulkas. Kakashi pun tersengat listrik dengan sangat lama.
Karena Kakashi yang berusaha memberontak, dia menendang kulkas di dekatnya itu berkali-kali. Namun, naas, pintu kulkas yang lumayan besar dan berat itu terlepas dan menimpa kepala Kakashi.
Kakashi pun tewas seketika dengan kepala hancur.
...
Sakura menjatuhkan buku yang dipegangnya. Wajahnya tampak kaget sekaligus ketakutan.
Sasuke dan Naruto yang di samping nya pun tampak terkejut mendengar berita yang mereka dengar.
"K...Kakashi-sensei dan Guy-sensei me...meninggal?" Tanya Sakura ketakutan.
"Begitulah yang ku dengar." Kata Hinata dengan wajah pucat.
"Bagaimana mereka meninggal?" Tanya Naruto.
"Aku tak tau. Para guru menyembunyikan itu." Kata Hinata.
Sakura terduduk lemas. Sasuke dengan cepat menahan tubuh Sakura.
"Ba...Bagaimana ini?" Racau Sakura.
"Mitos itu benar?" Gumam Sakura panik.
"Kau merasakan sesuatu kemarin?" Tanya Sasuke.
"Aku tak tau. Aku tak menyadarinya. Hanya perasaan ku saja yang tidak enak kemarin." Kata Sakura.
"Hn, kalau begitu. Selanjutnya pasti Sai-senpai atau Shikamaru." Ujar Sasuke.
Sakura mengangguk pelan. "Bagaimana cara kita memberitahukannya? Mereka tidak akan percaya dengan ucapanku." Kata Sakura.
"Tenanglah, Sakura-chan. Kita juga belum tau kapan pastinya tragedinya terjadi bukan?" Kata Naruto.
"Sakura-chan, kita pasti bisa menyelamatkan mereka lagi. Sama seperti waktu itu." Kata Hinata seraya berjongkok di depan Sakura.
Sakura mengangguk.
"Kuharap, ini takkan terjadi lagi pada yang lainnya."
~T.B.C~
Masih kurang serem ya?
Aduh, maafkan aku yaa
Kalau ada saran dan kritik yang membangun, bisa di komen ya
Jangan lupa di vote juga ya
Arigatou Gozaimasu~
Sampai jumpa di chap selanjutnya~
Bye~
