Disclaimer © Naruto dan Highschool DxD dimiliki oleh pengarang masing-masing.


Apartemen Naruto-!

Malam hari, Naruto Uzumaki, menikmati waktunya di sofa sambil menonton Tv. Jari jempolnya beberapa kali memencet tombol remote untuk mengganti chanel Tv. Dengan pandangan bosan, pemuda bersurai pirang itu mendengus pelan dan sesekali menguap ketika tidak menemukan acara Tv yang menarik pada untuk dia tonton.

"Ada apa, Naruto?" Sebuah suara terdengar di telinganya. Naruto menunduk dan menatap balik sepasang manik abu - abu yang saat ini tengah menatapnya. Siapa dia? Seorang gadis bertubuh loli dengan pakaian loli Gothic hitam, tengah berbaring di paha Naruto

Naruto menatap gadis itu diam, setelahnya ia lalu menghela napas dan menyandarkan punggungnya kasar ke sofa. "Bukan apa - apa. Aku hanya bosan saja saat ini."

"Oh." Itulah respon dari si gadis. Gadis berambut hitam itu bergumam dengan wajah tanpa ekspresinya

"Ngomong - ngomong, Kaa-san."

"Nani?"

"Tumben Kaa-san datang kesini, apa telah terjadi sesuatu?" tanya Naruto yang kali ini kembali fokus ke acara Tv-nya. Dia lalu merasakan sebuah gerakan kepala di pahanya. Gadis yang ia panggil ibu tadi itu menggelengkan kepalanya.

"Tidak ada," ucapnya.

"Hem, lalu?"

"Lalu?"

Naruto kembali menatap si gadis. "Maksudku, apa alasan yang membuatmu datang kesini?" ujar Naruto dengan nada sedikit kesal menjelaskan.

"Tidak ada alasan apa - apa. Aku hanya ingin saja datang kesini." Gadis itu mulai bangun dan duduk di sebelah Naruto. "Untuk menemuimu," lanjutnya sambil menggoyangkan kakinya.

Sedikit perasaan senang dirasakan Naruto saat mendengar ucapan dariibu-nya. Tangannya kemudian terkepal, lalu ia memegang dadanya. "Apa Naruto tidak ingin memeluk ku?" ucap gadis itu sambil merentangkan kedua tangannya ke arah si pemuda pirang. Dengan segenap hati, Naruto mulai memeluk cukup erat gadis disampingnya. Dan mulai meluapkan semua rasarindunya dengan gadis itu. Bulir air mata mengalir turun melewati pipinya.

"Aku merindukanmu, Kaa-san."

Seperti yang dijelaskan. Naruto merindukannya. Kenapa bisa? Karena sejak Naruto kecil sampai tumbuh besar seperti sekarang. Ibu-nya itu sangat jarang berkunjung ke apartemennya. Naruto tahu, ibu-nya itu memiliki sebuah urusan yang tidak ada hubungannya dengannya. Hal itu membuatnya tidak merasakan apa yang disebut dengan kasih sayang. Naruto menjalani hidupnya dengan kesendirian dan kesepian.


Pukul 10: 34 PM-!

Waktu sudah mulai larut malam. Naruto melihat jam dindingnya menunjukan pukul lewat dari jam biasanya ia tidur. Si pemuda pirang kemudian mulai melepaskan pelukannya dan bersiap untuk tidur.

"Naruto, kamu mau kemana?" tanya ibu-nya.

"Tidur," jawab Naruto. "Apa Kaa-san akan menginap disini?" Naruto melirik kebelakang. Dia melihat sebuah jawaban berupa gelengan kepala.

"Baiklah." Naruto mengangguk paham, walau ia sedikit kecewa dengan jawabannya. "Oyasumi, Kaa-san," ucapnya lalu melangkah pergi menuju kamar tidurnya.

Gadis itu menatap kosong kepergian Naruto. Mulutnya tampak mulai mengucapkan sebuah kalimat yang seharusnya ia ucapkan sebelum Naruto pergi.

"Oyasumi, Naruto." Gadis itu mulai masuk ke sebuah portal yang sudah terbuka disampingnya. Dan setelahnya, hanya tersisa kesunyian di ruangan itu.


Pukul 05 : 45 AM-!

Matahari mulai menampakan dirinya di ufuk timur. Sinar hangatnya perlahan menerobos masuk jendela - jendela rumah. Salah satunya jendela yang menghubungkan dunia luar dengan kamar si MC kita, Uzumaki Naruto. Dari dalam kamar, tampak pemuda itu masih terlelap di dunia mimpinya.

Hanya sebentar. Naruto mulai bangun ketika dering jam alarm mengacaukan mimpinya. Kelopak matanya terbuka dengan paksa.

"Umh, sudah pagi ya," gumamnya sambil berucap. "Oh-Hoammmz-Ohayou."

Sambil menguap ia mendudukan dirinya di tepi kasur. Dia kemudian berdiri dan melangkah ke kamar mandi dengan keadaan jiwa setengah sadar.

Setelah selesai dengan ritualnya di kamar mandi, Naruto mulai berpakaian sekolah dan menyiapkan peralatan belajarnya. Lalu setelah itu ia pergi ke dapur untuk sarapan seperti biasa.

Jam sudah menunjukan pukul 6 lewat 36 menit. Waktu biasanya Naruto berangkat ke sekolah setiap harinya. Setelah semuanya sudah siap, Naruto berjalan keluar apartemen dan tak lupa n'tuk menguncinya. Barulah ia memulai perjalanannya menuju ke sekolah sambil menenteng tasnya.


SMA Kuoh-!

Siswa-siswi tampak mulai ramai di pagi hari. Mereka berdatangan dan masuk ke gerbang sekolah. Ada yang datang dengan mengayuh sepeda, lalu sisanya berjalan kaki. Seperti halnya Naruto dengan tiga orang yang bersamanya.

Saat ini si pemuda pirang berjalan beriringan dengan dua teman kelasnya, Issei-Asia dan senpai-nya, Rias Gremory. Naruto bertemu dengan mereka di perjalanan.

"Oi, Naruto," panggil Issei.

"Apa?"

"Sepertinya kau terlihat agak lebih cerah dari biasanya. Apa telah terjadi sesuatu?" ucap Issei.

"Hm? Apa maksudmu?"

"Aku melihat kau seperti sedang senang," ucap Issei. "Benar kan Asia-chan." Asia mengangguk.

"Beda sekali dengan dirmu yang biasanya."

"Hanya perasaanmu saja, Issei. Aku merasa tidak ada yang berubah," ucap Naruto.

"Tidak, aku juga merasa seperti itu. Kau terlihat seperti lebih ceria, Uzumaki-kun." Kali ini Rias berbicara.

"Benarkan?" ucap Issei. Rias dan Asia mengangguk 'iya.

Naruto melirik senpai cantiknya itu dari sudut matanya. Dia orang ketiga yang mengatakan dirinya berbeda dari biasanya. Apa mungkin benar ya, pikirnya.

Naruto sontak mengingat kejadian kemarin malam. Apa karena malam itu? Tanpa disadari, ia tersenyum saat mengingatnya. Rias, Issei, dan Asia terbengong melihat pemandangan tak biasa dari Naruto.

"Apa yang terjadi dengannya?" batin Issei dan Rias.

Puk-!

"He?" Sebuah tepukan di bahu, sedikit mengagetkan Naruto. Ia kemudian melihat dua orang perempuan melihatnya heran. Sedangkan orang yang menepuk bahunya tadi, tengah menundukan kepalanya.

"Naruto."

"Ada apa, Issei?"

"Apa mungkin...

"Hem?" Naruto menatap Issei bingung. Ada apa dengannya, pikirnya.

"A-apa mungkin... k-kau..." Issei mulai memegang kerah bsju Naruto.

Mata Naruto menyipit. Dia melihat reaksi aneh dari Issei. Ia merasa saat ini tangan Issei sedikit bergetar. Teman kelasnya itu tampak seperti tidak bisa mengontrol emosinya. Ada apa dengannya?

"Atau jangan-jangan...

"Jangan katakan kalau kau sudah nge-Duakkk!

Belum sampai Issei menyelesaikan kalimatnya, Naruto sudah memukul perutnya dengan sangat keras. Semua orang yang melihat kejadian itu terkejut, termasuk Rias yang meringis melihat Issei. "Ough."

"Ahkh!"

"Issei-san!" pekik Asia panik, ia mulai mendekati Issei yang saat ini tengah tersungkur.

"Ini masih pagi Issei. Kau bisa merusak mood orang lain jika kau berteriak tadi." Naruto berucap sambil memalingkan wajahnya. "Untung saja tadi aku menghentikanmu."

"Ka-Kau...kejam, Naruto," ujar Issei sambil memegangi perutnya yang sakit. Naruto diam tidak menanggapi.

"Itu tadi hampir saja, Uzumaki-kun," ucap Rias.

"Sepertinya setelah ini kau akan mendapat masalah, Uzumaki-kun." ucapan darisenpai-nya menarik perhatian Naruto.

"Apa maksudmu, senpai?"Kakak kelasnya itu tidak menjawab. Hal itu lantas membuat Naruto merasakan perasaan tidak enak. Dalam hitungan detik, sebuah suara memanggilnya.

"Uzumaki Naruto."

Naruto mulai mengalihkan pandangannya ke depan, dimana sesosok gadis berambut hitam pendek mengenakan kacamata bundar tengah menatapnya tajam.

"Bisa kau ikut aku ke ruang guru?" tanya siswi itu.

"Ka-Kaichou?"


Unknown Place-!

Di sebuah tempat yang cukup gelap "Sepertinya malam ini aku bergerak." Dari balik kegelapan, sesosok bayangan orang terlihat disana. Sosok itu memiliki telinga runcing.

"Sedikit lagi." Tampak sosok itu menyeringai di dalamnya kegelapan. "Great War kedua akan tercipta."


Di sisi lain-!

Sesosok gadis bertubuh loli tengah menatap langit berwarna merah muda. Namanya, Ophis. Makhluk yang memiliki julukan Ouroboros Dragon, sang Naga Tak Terbatas—Makhluk yang sangat ditakuti oleh seluruh dunia.

Saat ini, terlihat pandangan gadis itu tampak kosong dan terasa hampa. Jadi, akan sulit menebak apa yang sedang ia pikirkan.

Tap-!

"Ophis, aku akan pergi sebentar. Azazel sudah memanggilku. Apa kau tidak keberatan?" tanya seseorang dibelakangnya.

"Tidak," jawab gadis itu.

"Kalau begitu, aku pergi dulu," ucap orang itu mulai menghilang. Meninggalkan sang gadis sendirian yang masih setia memandangi langit.


TBC.