Naruto belong to masashi kishimoto, and I belong to you.

.

.


Banyak hal yang terlangkahi. Maafkan aku.

Saat kelas lima SD, orang tuaku mendaftarkan diriku ke bimbingan belajar untuk persiapan ujian nasional dan seleksi masuk SMP. Aku tahu bahwa terlalu cepat bagiku untuk didaftarkan di bimbingan belajar. Namun, aku bisa apa? Aku tidak bisa menolak karena aku masih kelas lima SD.

Di bimbingan belajar itu, aku sekelas dengan anak-anak dari sekolah lain. Ruangannya cukup luas dengan kapasitas AC, meja dan bangku untuk masing-masing siswa. Aku hadir lebih dulu di ruangan itu. Sambil menunggu dengan bosan, aku mengetuk jari-jariku di meja. Bersamaan detik yang berlalu, satu-persatu bangku mulai terisi oleh anak-anak perempuan lainnya. Sudah ada tiga anak perempuan yang berkumpul di belakangku. Aku merasa terasingkan karena hanya aku saja yang duduk paling depan tepat berhadapan dengan meja tutor.

"Apa dia anak baru?" bisik salah satu dari mereka. Aku berbalik dan menatap mereka sambil tersenyum. Mereka juga tersenyum dan tak lama kemudian mereka mendatangiku. Bercerita tentang banyak hal sedangkan aku terdiam, melongo tak tahu harus membahas apa.

Lonceng berbunyi, bimbingan belajar pun dimulai. Aku bertanya pada mereka, "apakah hanya kita murid di sini?" mereka terdiam dan saling berpandangan. Lalu salah satu dari mereka menjawab, "tidak. Masih ada dua anak laki-laki yang lain. Salah satu dari mereka sangat tampan," ucap anak perempuan berambut merah dan berkaca mata hitam. Anak perempuan lainnya cekikikan dengan pipi merona.

Tutor memasuki ruangan. Warna rambutnya abu-abu. Aku pikir dia sudah tua. Ternyata dia mewarnai rambutnya. Sungguh aneh.

Setengah jam berlalu dan dua anak laki-laki itu belum datang juga.

Detik dan menit berlalu.

Tinggal setengah jam lagi dan tiba-tiba pintu terbuka. Dua anak lelaki itu memasuki ruangan. Bajunya sangat lusuh seperti habis berguling di semak-semak.

"Hah.. kali ini apalagi? Kenapa kalian terlambat?" tanya tutor tersebut. Anak lelaki dengan rambut lebat, acak, bermata hitam pekat dan kulit putih itu menjawab tanpa ragu, "Tadi ada urusan,"

Tutor itu menaikkan sebelah alisnya dan terdiam saja. Ia hanya menyuruh kedua anak itu untuk duduk.

Anak laki-laki yang menjawab tadi duduk di sampingku. Dia menatap ke arahku lalu menatap ke arah papan tulis seolah aku hanya pajangan yang baru dibeli dari pasar. Aku balas tidak peduli, aku menghadap papan tulis dan memperhatikan tutor.

"hei, kamu anak dari sekolah X, ya?" tanya anak itu tanpa menoleh ke arahku. Mungkin dia tahu dari seragam yang aku pakai.

Aku menjawab tanpa menoleh juga, "Iya,"

"Oh," jawabnya dengan nada yang menurutku sangat menyebalkan. Aku membalas, "oh," juga padanya. Dia merespon! Dia melirikku dengan sudut matanya dan aku juga meliriknya dengan sudut mataku. Lalu dia tersenyum, aku juga tersenyum cengengesan. Dia berbalik ke arahku dan aku berbalik ke arahnya sehingga kami saling melihat keseluruhan wajah masing-masing.

"namamu siapa?" tanyaku.

"kamu?" tanyanya.

"Aku Yamanaka Ino, kamu?"

"Aku Uchiha Sasuke-" raut wajahnya berubah mengintimidasi, "-aku tidak suka suara yang mengganggu seperti anak perempuan berambut merah di belakangmu. Selama ini aku duduk di depan dengan tenang. Aku harap kau tidak mengganggu ketenanganku di depan sini. Andai banyak kursi dan meja di ruangan ini, aku pasti tidak mau duduk di sini. Namun, karena tidak ada bangku lain, jadi, aku duduk di sampingmu. Mengerti?"

Menakjubkan, lumayan panjang juga perkataannya. Aku sampai kaget, aku melongo dan langsung menghadap ke papan tulis. Aku tidak menggubrisnya sama sekali. Dia mungkin saja kesal, tetapi aku tidak peduli. Dia yang bersikap tidak ramah lebih dulu. Lantas, kenapa aku harus bersikap baik padanya? Hah... Aku harap bimbingan ini segera berakhir.


Namun, siapa sangka aku bakal menyukai lelaki tidak ramah ini? Sangat menyukainya sampai-sampai aku dibutakan cinta itu dan kehilangan orang yang mencintaiku; Sai.


Bersambung.