Hello readers kesayangan... pas chapter satu aku merasa ada yang kurang, ternyata opening, langsung cerita begitu aja... tehe^^, karena itu aku mau ucapin thank you so much atas supportnya di chapter satu. Bahagia banget masih ada yang mau review ceritaku, bahkan ini Gaasaku. Pairing yang bener-bener gak akan terjadi.
Tapi aku tetap menyukainya, jadi selamat datang ke mangoissour universe. Gaasaku is here. So dari pada banyak talking langsung aja ke ceritanya.
Big thanks to: Cle0patrazxz (thanks to review semua ceritaku, big bow, hug and kisses). Guest, Rose, , guest, sasha, guest, alfina Yuliana, anakambigu, guest, cyrilalbar06.
Naruto belong to KisimotoSensei
-sour-
"I Been Known to Kiss and tell, Send girls to wishing wells. If you're my man, i want you to my self." Blackpink - Crazy over you.
Mata Sakura perlahan bergerak, matanya menatap langit-langit ruangan. Sebuah lampu gantung yang indah, tentu ia sudah tahu dimana dia ia mengeser tubuhnya kesamping, "Kurasa ini hanya mimpi," desahnya perlahan. Tetapi ketika mata hijaunya menangkap seseorang yang sedang duduk di seberang ranjangnya mengerjakan sesuatu dengan layar laptopnya.
Sakura tahu bahwa ini nyata.
"Sial," umpatnya pelan.
"Kau sudah bangun," ucap Gaara, ia menatap Sakura dari bingkai kaca matanya, "Bagaimana keadaanmu?" tanyanya lagi.
Sakura hanya mengangguk. "Aku baik terimakasih, apa yang sedang kau lakukan disini?" tanya Sakura, berusaha mengembalikan nyawa di tubuhnya.
Gaara tidak langsung menjawab tetapi menghela nafas, "mereka memaksaku, bilang bahwa kau pacarku dan calon istriku. Aku harus bersikap baik kepadamu. Terimakasih sudah membuatnya semakin runyam," ucap Gaara sarkastik.
"Hey, aku tidak berharap aku menarikmu. Bagaimana bisa kau disana?!"
"Aku haus dan aku mencari minuman, kemudian seseorang menyeretku ke tengah panggung dan bilang bahwa aku kekasihnya," ucap Gaara, "Siapa yang salah disini?" ucap Gaara, matanya masih menatap layar laptopnya.
Sakura mengigit bibirnya kesal, "baiklah mungkin itu kesalahanku. Tapi aku sudah memiliki kekasih," ucap Sakura, ia mencari ponselnya.
"Oh pria dengan rambut merah itu? Dia bilang dia harus bekerja," ucap Gaara.
'Sialan kau sasori!' batin Sakura. Sakura menarik selimutnya, bergeser perlahan, mencoba memastikan dimana ponselnya ataupun tasnya.
"Apa kau yakin Sasori adalah kekasihmu?" tanya Gaara santai. Matanya kini menatap Sakura, tertarik, walau tangannya masih mengetik sesuatu.
"Ada masalah?" tanya Sakura tidak yakin.
Gaara mengeleng, "Karena aku juga melakukan hal yang sama denganmu," ucap Gaara tersenyum kecil. Ketika Sakura melihat Gaara tersenyum, dugaannya benar bahwa ketika Gaara tersenyum ia jauh lebih tampan.
"Maksudnya?" tanya Sakura menyipitkan matanya.
"Pacar sewaan, aku juga melakukannya," ucap Gaara santai
"Bukankah kau tidur dengan mereka setelah itu?" tanya Sakura, Gaara hanya menatap Sakura dengan tatapan dingin.
"Tidak," jawabnya singkat.
"Tapi ada rumor tentangmu tentang hal itu," ucap Sakura malas
Kini Gaara sedikit terusik, "Aku tidak tidur dengan sembarang orang," ucapnya gemas, kemudian ia mematikan laptopnya, kemudian ia mengeluarkan ponselnya, menekan layarnya dengan cepat. "Aku tidak punya banyak waktu," ulangnya, menempelkan ponselnya ketelinganya.
"Hallo, dia sudah sadar. Buka pintunya," ucap Gaara dari telepon kemudian mematikan ponselnya. "Mereka mengunci kamar hotel ini, sampai kau sadar," ucap Gaara, sedikit kesal, Sakura tahu bahwa Gaara tidak pernah bersikap manis dengannya.
Sakura bangkit dari ranjangnya, ia berhasil menemukan barang-barangnya di meja dekat ranjangnya, "Jadi bagaimana pertungannya?" tanyanya sambil membetulkan rambutnya.
"Oh seminggu lagi kita akan menikah," ucap Gaara santai.
Sakura terdiam, kemudian berbalik, menatap Gaara dengan pandangan horor. "Kau bercanda, bagaimana bisa secepat itu!" seru Sakura seolah ia mendapatkan pukulan tepat di otaknya.
"Mereka sudah mengatur pernikahan itu dari tiga bulan yang lalu," ucap Gaara masih asyik memainkan ponselnya.
"Mereka menjebakku?! Dan kau, apa kau akan diam saja?" tanya Sakura dengan marah, kini ia merogoh tasnya mencari ponselnya.
"Aku memiliki orang yang kusayang, Haruno. Rasa mengancamku bahwa dia bisa menghancurkan hidupnya dan aku tidak mau hal itu terjadi," ucapan Gaara dingin.
"Tapi bukankah kau mampu membuat hal itu tidak terjadi? Kita bisa membatalkannya Gaara," ucap Sakura antusias. Ia berdiri dari ranjang, tasnya tidak besar tetapi dimana ponselnya.
"Aku tidak mau berurusan dengan Rasa, Haruno. Aku sudah memikirkannya, kita akan menikah selama setahun kemudian kita bercerai," ucap Gaara. Sakura hendak protes tetapi ucapan Gaara menahan bibirnya, "Kita akan berpura-pura menjadi suami-istri yang baik bagaimana?"
"Kenapa aku harus membantumu?" tanya Sakura, kini ia berhasil menemukan ponselnya.
"Karena aku bisa membantu rumah sakitmu, semula aku akan memasukkan 30% tetapi jika kau mau membantuku aku akan memasukkan 60% bagaimana?" tanya Gaara. "Tapi kau harus menyelesaikan proposalmu Haruno,"
Sakura hendak protes tapi ia memikirkan ucapan Gaara. "Kenapa satu tahun?"
"Tidak lucu bahwa Sabaku hanya menikah satu bulan Haruno," ucap Gaara ia masih memainkan ponselnya "Dan kita juga sudah berpacaran, itu adalah waktu yang wajar,"
"Aku baru menjadi pacarmu kemarin malam, kau langsung mengklaimku bahwa aku pacarmu. Gila," ucap Sakura. "Jadi apa persyaratannya, aku tahu bahwa Sabaku tidak bermurah hati memberi 60% secara percuma bukan,"
Mata Gaara yang fokus ke ponselnya kini menatap Sakura tertarik, "Kau pintar Haruno," ucap Gaara riang, ia berdiri dari kursinya, kemudian duduk di ranjang Sakura
"Mudah, kita akan tinggal bersama di rumahku. Kau juga akan tidur di kamar bersamaku," ucap Gaara. Sakura hendak protes tetapi Gaara menghentikannya, "Jika mereka tahu bahwa kita tidak tidur sekamar itu akan menjadi permasalahan untukku dan kau, dan yang kedua aku mungkin akan sibuk dengan seseorang jadi bisakah kau menutupinya?"
Sakura menghela nafas, "jadi aku adalah pelindungmu ketika kau tidur dengan banyak wanita? Lucu sekali,"
"Aku tidak tidur dengan banyak wanita Sakura. Aku menyukai seseorang dan aku tak ingin pernikahan ini menganggu hubunganku dengannya," ucap Gaara santai.
Sakura pura-pura terkejut, "Ah aku tidak tahu kau pria yang manis Gaara?" ucapnya, menarik gaunnya kemudian matanya mencari dimana sepatunya. Ia sedikit berharap ketika pintu terbuka Sakura akan lari dan melupakan semua.
"Jadi siapa yang menarik perhatian dari si tampan Sabaku ini?" tanya Sakura dengan nada menggoda, sembari merebahkan tubuhnya mencari sepatunya di bawah ranjang.
"Hentikan berbicara seperti itu," ucap Gaara tidak menyukainya, Gaara melipat kedua tangannya tidak menyukai ucapan Sakura.
"Baiklah, tetapi aku akan melakukan hal yang sama denganmu. Jadi bukan masalah bukan, kita saling melindungi satu sama lain?" ucap Sakura bangkit berdiri setelah menemukan sepatunya. "Kita memiliki nama baik dan citra yang harus di jaga bukankah begitu?"
"Tentu, kita akan melindungi satu sama lain," ucap Gaara menyeringai, "Kau adalah wanita yang pintar," puji Gaara riang.
Gaara berbalik, mengambil sesuatu dari tasnya. "Aku sudah membuat perjanjiannya, apa kau mau membacanya?" ucap Gaara menyerahkan sebuah map kepada Sakura.
Wanita itu tampak bingung awalnya, "Kau benar-benar sudah menyiapkan semuanya?"
Gaara tersenyum lagi.
Sakura membaca surat perjanjian itu, tidak ada yang aneh, semuanya tampak wajar. Mereka akan bercerai setelah satu tahun, mereka tidak akan memperrebutkan harta gono-gini ketika mereka bercerai dan semuanya berjalan dengan damai.
Gaara menyerahkan bolpen kepada Sakura, "Bagaimana?" tanya Gaara lagi.
Sakura tersenyum, ia menerima bolpen itu, menandatanganinya, "Senang bekerjasama denganmu, Gaara,"
Gaara menerimanya dengan senang, "Senang bekerja sama denganmu juga, Haruno."
Pintu kamar hotel terbuka menampilkan Kakashi, wajahnya tampak lelah. Tentu ia sudah mengurus semua kegilaan pesta, sang pemilik pesta pingsan di pestanya sendiri bukanlah hal yang menyenangkan. "Baiklah aku akan pergi, sampai jumpa, Sabaku," ucap Sakura tersenyum riang, ia memegang ujung gaunnya, memasukkan salah satu kakinya ke sepatunya, dengan sigap Gaara berlutut disana, membantu memasangkan sepatu untuk Sakura.
"Sebaiknya kau merahasiakan ini," ucapnya pelan.
"Tentu, sampai jumpa lagi di pernikahan Sabaku," ucap Sakura riang dan berjalan pergi meninggalkan Gaara yang hanya diam.
-sour-
Ucapan Sakura benar, mereka tidak bertemu sampai di pernikahan mereka. Sakura menatap wajahnya di kaca, rambut merah muda yang di sanggul kebelakang, gaun pernikahan yang cocok dengannya, ia mengenakan gaun pernikahan tanpa lengan dan tanpa leher, berwarna silver dengan gaun yang lebar seperti putri, dengan banyak tile-tile mutiara berwarna krem yang sangat pas dengan warna kulitnya. Make up natural, terkesan seksi dan menarik namun tidak berlebihan.
Terimakasih kepada calon suaminya yang kaya, setidaknya Gaara memberikan dia pernikahan yang bagus, mengingat Gaara juga memiliki gengsi yang tinggi. Sakura menghela nafas, ia menatap botol kaca yang berisi obat penenang, menenguknya perlahan.
Sebuah ketukan di pintu membuatnya berbalik.
Gaara tampak gagah dengan pakaian pernikahannya. Ia menggunakan tuxedo hitam, beberapa ukiran- ukiran khas arab di jas hitamnya, bukan cuma itu Gaara juga memakan sebuah cape yang cukup panjang dengan beberapa ukiran berlian di pakaiannya, sepertinya desainer Gaara pilih bukan dari New York. Ia merapikan rambutnya, jangan lupakan sepatu hitam pantofel mengkilap yang berbunyi dengan mantap ketika pria itu berjalan.
"Kau seharusnya tidak disini," ucap Sakura acuh, memindahkan posisi duduknya, membelakangi kaca.
"Aku hanya memastikan bahwa kau tidak kabur," ucap Gaara dan duduk di sebelahnya. "Kau cantik,"
Sakura menoleh, "Berterimakasihlah kepada ibuku, dia memberikanku wajah seperti ini,"
Gaara hanya diam, tetapi raut wajahnya tidak bisa menyembunyikan betapa lelah dan gugupnya ia sekarang.
"Bukankah kita berpura-pura?"
"Aku tahu," ucap Gaara dengan suara parau, "Tapi aku tidak ingin menikah," ia mengerakkan kaki kanannya dengan gelisah.
Sakura menatap ke arah Gaara, ia menyentuh wajahnya. "Kau sakit?" tanya Sakura memperhatikan Gaara yang lebih pucat dari biasanya.
"Aku tidak bisa tidur selama tiga hari Haruno," ucap Gaara. Sakura hanya mengeleng, ia menyerahkan botol yang diminumnya. "Ini obat penenang,"
Dengan sigap Gaara mengambilnya dan meminumnya, bahkan sedikit cairan keluar dari mulutnya. Reflek Sakura merapikan bekas itu dengan jari jempolnya dan menyadari bahwa, "Kau tidak make up? Apa mereka tidak merapikanmu?"
"Aku hanya membutuhkan jas ini dan itu saja, aku baru tiba satu jam lalu dari Jepang untuk mengurus sesuatu. Semuanya sangat terbatas Haruno," ucap Gaara sudah sedikit tenang. "Apa kau punya yang lain,"
"Punya," ucap Sakura menyerahkan botol satunya, "tapi jangan," belum selesai Sakura menyelesaikan kalimatnya Gaara meminumnya sampai habis.
Sakura memukul belakang kepala Gaara dan pria itu tampak terkejut. "Kau memukulku?!" seru Gaara tidak percaya. Tidak ada yang pernah memukul Gaara secara terang-terangan, bahkan keluarganya tidak pernah memukul Gaara. Mengingat Gaara sedikit sensitif dan bisa menghancurkanmu dengan mudah. Golden child, yang sudah dipersiapkan untuk mewarisi perusahaan ayahnya.
"Bodoh, obat itu bisa membuatmu lemas!" seru Sakura, raut wajahnya tampak khawatir.
"Oh, dosisku untuk obat tidur cukup tinggi Sakura," ucap Gaara santai.
"Kalian berdua disini? Kupikir Gaara kabur lagi," ucap Tsunade, memasuki ruangan. Ia mengenakan gaun putih yang sederhana, membuatnya tampak elegan. Rambut kuningnya di sanggul, wajahnya tampak riang.
"Aku tidak kabur, aku ada urusan ke Jepang." Gaara tampak cuek.
"Di hari pernikahanmu. Jadi rumor bahwa kau seorang workaholic adalah benar?" ucap Tsunade, kemudian matanya menatap ke arah Sakura, "Bisakah aku berbicara dengan Sakura?" tanya Tsunade. Gaara mengangguk dan pergi.
Tsunade menatap Sakura, "Kau lebih tegar dari yang kupikirkan," ucap Tsunade. "Gaara bukanlah pria yang buruk. Dia memang terlalu gila kerja," ucap Tsunade, "Mengingatkanku akan ayahmu," ucap Tsunade.
Mata kuningnya menatap Sakura, memeluknya dengan erat. "Jika Gaara mengecewakanmu, aku akan menghajarnya untukmu, jangan khawatir,"
Sakura tertawa dan berharap semuanya berjalan dengan cepat.
-sour-
"Aku lelah," ucap Sakura, ia memijat kakinya yang tengelam dalam balutan gaun pengantinnya. mata hijaunya menatap cincin berlian yang ada di jari manisnya yang tampak indah dengan tangannya. Suaminya, Gaara, masih sibuk terjebak dengan beberapa tamu sementara Sakura memilih untuk istirahat.
Gaara memasuki kamar hotel dengan sedikit tergesa-gesa, ia mengendong seorang anak lelaki kecil ber-rambut coklat. Ia menurunkan anak itu dan kaki kecilnya berlari mendekati Sakura.
Sakura tahu bahwa Shinki, anak adopsi Gaara yang penasaran dengannya. Shinki menatapnya berkali-kali selama pesta, tidak berani mendekat tapi memandang dari jauh. Penasaran dengan siapa wanita yang ada di sekitar ayahnya.
"Halo Shinki," panggil Sakura.
"Halo, bibi Sakura." Shinki masih memperhatikan Sakura, seperti takut dan kagum disaat yang sama. Matanya memperhatikan pakaian Sakura, kemudian menatap wajahnya lagi.
"Daddy bilang kau akan tinggal bersama kami?" tanyanya sedikit malu-malu, Sakura mengangguk. Kemudian ia menyerahkan sekuntum bunga mawar biru yang ada di dalam kantong jas kecilnya, sedikit gepeng karena anak itu terlalu asyik bermain dengan keponakan Gaara yang lain, "untukmu, aku memetiknya tadi."
Sakura tersenyum lembut, ia mengambil mawar Shinki, mencium keningnya dan mengusap rambutnya, "Terimakasih."
"Kau cantik," ucap Shinki lagi. Hati Sakura seperti di panah oleh cupid, sepertinya ia jatuh cinta pada Shinki, Sakura merentangkan tangannya, Shinki mendekatinya, dengan mudah Sakura memeluk anak kecil itu. "Kau manis sekali Shinki," ucapnya kemudian mencium keningnya lagi.
Shinki tersenyum malu-malu.
Sakura menyukai anak kecil, Shinki, anak kecil ini sangat mengemaskan. Ia memiliki mata hijau yang besar, stuktur muka yang bagus, tampan dan mengemaskan bahkan sejak masih berumur tiga tahun membuat semua wanita pasti akan menyukainya ketika dewasa, tetapi membayangkan bahwa Gaara yang mendidiknya, ia akan mempertanyakan kehidupan cinta Shinki.
"Shinki, apa kau sudah selesai? Kau bisa bertemu dengannya besok." Gaara berdiri di samping Sakura.
Sakura melepasnya dan Shinki berjalan kearah Gaara, "Aku mau berbicara dengannya, Daddy," ucap Shinki masih tertarik dengan Sakura.
"Ini sudah malam, kau harus tidur Shinki." Gaara mengendongnya, mengusap wajahnya, Shinki tampak tidak suka, Gaara merengut, "Apa kau akan membacakan cerita untukku Daddy?" tanya Shinki, ia menyandarkan kepalanya di bahu Gaara, wajah kecilnya tampak kelelahan.
"Baiklah, sebentar Haruno," ucap Gaara dan menghilang.
Satu hal yang dikagumi Sakura dari Gaara adalah bahwa pria itu bisa melakukan semua hal. Ia dapat melihat wajah lelahnya di balik wajahnya yang dingin.
Setelah berendam cukup lama menenangkan waktu, Sakura melihat Gaara berbaring santai di ranjang kamar mereka, ia sudah melepaskan jasnya dan dasinya melemparnya di satu tempat.
Matanya masih sibuk memainkan ponselnya.
"Apa dia sudah tidur?" tanya Sakura, ia mengenakan gaun tidur panjangnya di atas paha, berwarna hijau zamrud dari bahan satin, gaun itu menampilkan lekuk tubuhnya dengan elok. Gaara hanya memperhatikannya sebentar dan matanya kembali ke ponselnya. "Cukup susah karena ia masih tertarik denganmu," ucap Gaara kemudian bangkit dari posisinya dan menuju kamar mandi.
Cukup lama pria itu berada di kamar mandi, mungkin ada sekitar dua puluh menit sampai ia keluar dari kamar mandi. Gaara mengenakan piyama berwarna merah marun dengan bahan satin yang lembut. Ia berjalan malas dan berbaring di sebelah Sakura.
"Rasanya aneh," ucap Sakura memperhatikan cincin yang di pakai Gaara. "Kau tidak akan melakukan hal buruk bukan ketika aku tidur?"
Gaara menghentikan aktivitasnya, menatap Sakura dengan serius kemudian ia mendengus. "Aku tidak akan menyentuhmu tanpa persetujuanmu Haruno," ucapnya ringan.
"Bisakah kau berhenti memanggilku Haruno. Bahkan sekarang namaku adalah Sabaku sepertimu," ucap Sakura ketus. "Aku akan memukulku ketika kau macam-macam Gaara,"
"Hn,"
"Apa kau tidak tidur?" tanya Sakura lagi.
"Aku insomia Sakura, tidurlah."
Sakura memejamkan matanya, mengosongkan pikirannya, bersiap untuk tidur. Tiga puluh menit, Sakura merasa terganggu.
Sakura bangkit dari tidurnya, ia tidak yakin dengan Gaara dan pria itu terjaga sepanjang waktu. Bayangkan betapa mengerikannya orang yang tidak kau kenal melihatmu semalaman?
"Apa kau mau tidur?" tanya Sakura, ia tidak yakin dengan ucapannya. Tetapi ia pernah mendengar bahwa terapi ini bisa berhasil untuk kebanyakan orang.
Kini Gaara tertarik, "Bagaimana caranya? Obat tidur?"
"Bukan bodoh," ucap Sakura, "Kemari peluk aku?"
Gaara memperhatikannya seperti orang bodoh, "Kau bercanda? Aku berpelukan dengan banyak orang dan tidak memiliki efek apapun," ucap Gaara malas. Merasa tertipu, ia tahu wanita itu seorang dokter, tetapi bercanda dengan Gaara itu tidak menyenangkan.
Sakura cemberut, "Baiklah lupakan,"
Sebelum Sakura menurunkan tanganya, Gaara perlahan mendekat, ia sedikit ragu tetapi matanya tertarik "Kurasa kita bisa mencobanya," ucap Gaara. Sakura merentangkan tangannya dan Gaara mendekatinya, memeluknya.
"Kau yakin ini bisa?"
"Kita bisa mencoba bukan?"
"Aku bukan Shinki, Sakura," ucap Gaara merasa konyol, ia dapat mencium aroma tubuh Sakura, aroma harum yang menyenangkan, membuat Gaara sedikit tenang, tangan Sakura mengulus perlahan punggung Gaara, sesekali rambutnya. Gaara menyandarkan kepalanya di pundak Sakura, ia memejamkan matanya dan menikmati suhu tubuh hangat Sakura.
"Tenanglah, kau hanya perlu santai," ucap Sakura lagi.
"Kau yakin?" tanya Gaara, suhu tubuh Sakura hangat, seolah itu menenangkan untuk Gaara. Detak jantungnya perlahan menjadi tenang, usapan di punggungnya dan kepalanya, harus diakui itu menenangkan.
"Tidurlah Gaara," ucap Sakura, seperti menenangkan anak kecil.
Sekitar sepuluh menit Sakura menyadari bahwa Gaara sudah tertidur, ia melepaskan pelukannya dan membaringkan Gaara, menyelimuti pria itu.
"Selamat malam Gaara."
-sour-
Sakura menghela nafas berat, matanya masih menatap cincin cantik yang ada di jari manisnya. Memang ia ingin menikah, tetapi menikah dan menunggu perceraiannya bukanlah hal yang menyenangkan untuk Sakura.
Matanya menatap cincin itu lagi, memutarnya perlahan. Sekarang ia merasa sedikit bersalah karena setuju dengan pernikahan ini. Seharusnya ia kabur bukan berdiam diri di sana.
"Bagaimana rasanya?" suara seorang pria membuyarkan lamunannya.
"Kakashi bagaimana bisa kau disini!" ucap Sakura, duduk tegak di kursi kerjanya.
"Aku sudah masuk Sakura, hanya saja kau melamun. Bukankah kau seharusnya bulan madu dengan Gaara, apa kau menundanya?"
Sakura mengeleng, "Kurasa tidak ada bulan madu untuk kita," ucap Sakura masam.
Kakashi menyerahkan dokumen kepada Sakura, "Aku sudah memutuskan untuk istirahat sebentar Sakura," ucap Kakashi.
Sakura menatap Kakashi dengan tajam, "Apa maksudmu?"
"Kau tahu, aku dan Shizune akan menikah sebentar lagi," ucap Kakashi riang, "Kurasa aku membutuhkan istirahat dari rumah sakit, umurku sudah tiga puluh lima dan aku menginginkan memiliki anak," ucap Kakashi.
Sakura cemberut, "Ini tidak adil Kakashi!" Seru Sakura. Kakashi adalah pengasuh Sakura sejak ia kecil, orang kepercayaan Tsunade. bahkan Sakura sudah mengangapnya sebagai Kakaknya sendiri.
"Aku akan mencari sekertaris sementara untukmu, mengingat Shizune juga mengajukan cuti," ucap Kakashi riang.
Sakura hanya diam, Shizune adalah sekertarisnya. Sakura tahu mereka cinta lokasi, Kakashi sering datang ke kantornya dan mereka menjadi akrab, walau sudah menjalin hubungan 3 tahun, setelah Sakura menikah, Kakashi juga memutuskan untuk menikah. "Ini tidak adil, dua orang kesayanganku pergi!" seru Sakura, memijat pelipisnya.
"Ah Sakura-chan sekarang kau tinggal dimana?" tanya Kakashi.
"Gaara bilang aku akan tinggal bersamanya. Tapi aku tidak yakin,"
"Kenapa?"
"Kau tahu bukan bahwa pernikahan ini terasa aneh untukku." Matanya melamun dan memainkan cincin pernikahannya. "Aku hanya berpikir, kalau semuanya berakhir. Apa aku tetap bisa menjadi Sakura yang sama seolah kejadian ini tidak pernah terjadi?" ucap Sakura. Kakashi mengetahui perjanjiannya dengan Gaara, berjanji tidak akan memberitahu siapapun.
Kakashi menatap Sakura, "jangan khawatir Sakura, semua akan baik-baik saja, apa kau mau makan kue?"
Sakura dengan cepat menyadarkan dirinya sendiri.
"Tidak jauh dari tempat kita, bagaimana berjalan kaki?" tanya Kakashi dan Sakura hanya mengangguk.
Ucapan Kakashi benar, toko kue itu tidak jauh dari rumah sakitnya hanya berjalan dua bangunan, melewati gang dan sampailah mereka di sebuah toko kue yang cukup besar. Cafe dengan nama sebelas, aroma manis membuat perut Sakura bergemuruh. Kakashi membuka pintu cafe itu sementara Sakura di belakangnya tetapi karena Kakashi berhenti di depannya membuatnya menabrak pelan pria itu.
"Kenapa berhenti?"
"Kurasa kita harus pergi," ucap Kakashi, segera berbalik dengan tubuhnya yang lebih tinggi dari Sakura membuat ia tidak bisa melihat ke depan, tetapi dengan lihai Sakura menyentuh pinggul Kakashi dan mengelitikinya sehingga membuat pria itu mengeser tubuhnya.
"Berhenti bercanda," ucapnya kepada Kakashi dan ketika ia berjalan matanya terkejut melihat Gaara sedang duduk santai, sedang tertawa dengan wanita berambut pendek berwarna coklat. Mereka tampak nyaman satu sama lain, seorang Gaara yang selalu asik dengan ponselnya kini pria itu tidak bermain dengan ponselnya atau laptopnya.
Gaara tampak bahagia begitu juga dengan wanita itu. Sial apa jangan-jangan dia adalah wanita yang diceritakan Gaara. Dengan cepat Sakura berbalik berusaha menuju pintu keluar, "Sialan," ucap Sakura.
"Sakura?" Suara baritone milik Gaara yang khas di telinga Sakura. "Apa yang kau lakukan disini?"
Seketika Sakura tahu bahwa menyetujui pernikahan ini adalah sebuah lelucon di awal.
-sour-
Huh, Gaara, astaga awal-awal sudah bertindak ya bund, wkwk.. Bagaimana reader apa kalian menyukai chapter kedua, cukup panjang dari chapter pertama. Im really enjoy ketika menulis cerita ini, bagaimana apakah kalian menyukainya.
Review please, agar aku tahu kalian menyukainya atau enggak. Secara aku-kan tidak bisa membaca batin kalian. Tehe ^^
Review kalian itu semangat tau buat aku menulis cerita ini, i love you guys.
Kutunggu review kalian
Mangoissour leave.
