The Admiral

NARUTO: Masashi Kishimoto

AZUR LANE:

Warning: Typo, OOC, DLL

Start Story


Naruto memperhatikan di sekeliling tempat ia berjalan. Di kejauhan, dia bisa melihat ada kerusakan yang cukup parah di sana. Namun, yang cukup menarik perhatiannya adalah benda yang sama dengan yang menyerangnya saat sebelum ia pingsan. Ia tak tahu apa itu, tapi beberapa di antaranya terlihat terbengkalai di sana.

"Cleveland-San, benda apa itu?" Ia bertanya dengan jari menunjuk ke sana.

Cleveland berbalik dan melihat arah yang ditunjukkan oleh Naruto. Alisnya terangkat dan memandangnya seolah dia orang gila, "Kau tidak tahu soal Siren?" tanyanya yang hanya direspons Naruto dengan gelengan.

Ia mencoba mengingat kembali apakah dirinya pernah mendengar kata ini sebelumnya. Namun, hasilnya nihil, "Yang kuingat hanyalah benda itu tiba-tiba saja menyerangku, jadi kuhancurkan saja," jawabnya membuat Cleveland rasanya enggan ingin percaya.

Sementara itu, Wales yang sedari tadi berusaha mencari tanda-tanda kebohongan dari pemuda itu pun akhirnya menyerah karena tak menemukan kebohongan sekecil apa pun, "Cleveland ... Dia berkata jujur," ujarnya dengan mata terpejam. Hal ini tentu saja memperkuat apa yang mereka dengar dari Enterprise.

"Oi, apa kau benaran manusia!?" Cleveland langsung mencengkeram kedua bahu pemuda itu dan mengguncangkannya, sehingga membuat Naruto sedikit takut dengan reaksi gadis itu.

"Hentikan, kau bisa membuatnya pingsan lagi nanti," beruntungnya, Wales segera mengingatkan gadis Eagle Union itu tentang perilakunya.

"Maaf aku hanya terkejut," balasan sembari menggaruk kepalanya yang sama sekali gatal.

Naruto hanya mengangguk dengan tawa kecil dan menjawab, "Tak masalah, kok. Soal pertanyaanmu, Ya, aku ini manusia,"

"Sayangnya, tak ada manusia yang bisa berjalan di atas air dan membantai Siren dengan mudah," sebuah suara menambahkan.

Suara baru menyela. Mereka bertiga mengalihkan pandangan ke sana dan melihat seorang wanita cantik berambut perak panjang sedang berjalan kemari. Naruto merasa familier dengan wanita ini. rasanya tak asing.

"Ah, kau yang semalam!" akhirnya ia menyadari juga. Tubuhnya langsung membungkuk sedikit, "Terima kasih sudah menolongku,"

Enterprise hanya merespons dengan sebuah anggukan saja. Ia lebih fokus pada wajah pemuda ini. Jangan salah paham. Penampilannya dengan yang tadi pagi ia tunjukkan sangat berbeda, dan dirinya juga terkejut kalau dia bakal secepat ini sadar dengan luka yang seperti itu, "Dia memang tidak normal," batinnya

"Bukan masalah. Itu sudah kewajiban," balasnya. Sebuah senyum kecil tercipta di bibir indahnya, "Seharusnya aku juga berterima kasih atas bantuanmu pagi ini," lanjutnya.

Naruto Bingung dengan apa yang dimaksud wanita ini. Seingatnya dirinya baru siuman beberapa saat yang lalu, "Maaf, tapi bantuan apa yang kuberikan? Setahuku, aku baru bangun dan jalan-jalan di sini," ujarnya membuat Enterprise menyipitkan mata.

"Tunggu! Apa maksud dari ucapan itu, Enterprise? Kau mau bilang kalau dia bisa berjalan di atas air seperti kita?" Karena penasaran, Cleveland langsung menyela kedua orang itu.

Naruto yang bingung hanya bisa memiringkan kepalanya saja. Apa maksud gadis ini? Bukankah berjalan di air itu normal? Namun, matanya langsung melebar tatkala ia menyadari sesuatu yang krusial. Tubuhnya dengan sendirinya mundur beberapa langkah sebelumnya akhirnya jatuh terduduk, sehingga membuat 3 wanita itu terkejut, "Oi, oi, oi, kau bercanda, kan?" gumamnya.

Sejak awal, dia sudah berharap ini salah.

"Anda baik-baik saja?"

Naruto tak memperdulikan pertanyaan barusan, "Apakah kalian pernah mendengar tentang Fire Nation atau Konohagakure?" walaupun ketakutannya s sepertinya menjadi nyata, tapi enggan rasanya untuk menerima hal itu.

Ketiga wanita itu saling memandang sebelum akhirnya Wales yang maju dan berjongkok di depannya, "Maaf, kami sama sekali tak pernah mendengar tempat itu. Apa itu sangat berharga bagimu?"

Raut wajahnya kosong, sorot matanya dengan sangat jelas memancarkan kekecewaan dan putus asa yang sangat jelas, giginya gemeretak akibat menahan amarah yang luar biasa, setiap tanda kumis di pipinya menebal. Namun, matanya tak berubah merah seperti sebelumnya, dan hal ini tak luput dari perhatian Enterprise.

Mereka bertiga dapat dengan jelas melihat kalau tubuh Naruto telah diselimuti oleh pancaran energi kemerahan yang membuat mereka merinding dan sedikit mundur dari Naruto. Perasaan inilah yang dirasakan oleh Enterprise tadi pagi, "Sialan kau, Kaguya!" batinnya

"Perasaan mencekam yang sama dengan semalam," batin Wales siaga.

Namun, setelah beberapa saat lonjakan energi itu akhirnya mereda dan menghilang sepenuhnya, "Maaf membuat kalian tidak nyaman," wajahnya ditundukkan karena merasa malu telah mengeluarkan niat membunuh yang intens di depan orang yang menolongnya.

Jika diperhatikan dengan seksama, kedua matanya telah basah oleh buliran air mata yang berusaha ia tahan.

"Aku akan mengantar ke kamarmu," ujar Wales memegang pundak Naruto agar setidaknya ia merasa tenang, "Kami tak akan memaksa Anda untuk bercerita jika itu sangat berat," ia memberikan senyumnya.

Naruto hanya menggeleng dengan pelan saja, "Tidak. Aku juga berutang pada kalian. Mungkin aku harus menerima kenyataan," ujarnya kembali berdiri

Ia berjalan dengan langkah gontai menuju salah satu bangku dan duduk di sana. Walaupun sudah berusaha menerima kenyataan, tapi tetap saja raut wajahnya memancarkan kesedihan yang amat sangat. Sulit rasanya untuk percaya jika kau terbangun di dunia yang sama sekali berbeda, apalagi tanpa ingatan bagaimana dirinya bisa sampai di sini.

"Mungkin ... Ini akan sulit dipahami oleh kalian," ujarnya sembari menguatkan hati. Namun, Wales tersenyum lembut padanya dan menawarkan sebuah sapu tangan untuk mengelap air matanya.

"Tak apa. Mungkin kau akan merasa lebih baik setelah itu," ujar Wales.

Naruto tersenyum lemah. Ia sama sekali tak merasakan niat jahat pada ketiga gadis ini. Jadi tak masalah jika ia sedikit bercerita guna menghilangkan kecurigaan di antara mereka. Ya, dia memang tak merasa niat jahat, tapi ia bisa sedikit merasakan ketakutan tadi. Dirinya tak ingin orang yang menolongnya Merasa takut padanya.

Pada akhirnya, Naruto mulai menceritakan segalanya pada mereka. Mulai dari asal usulnya yang kemungkinan berasal dari dimensi yang berbeda, perang dunia Shinobi keempat dan keikutsertaannya dalam peperangan yang banyak merenggut nyawa itu, hingga pada akhirnya pertarungan terakhirnya bersama anggota Team 7 yang terakhir dia ingat sebelum berada di sini.

Hanya ada rasa kagum dan hormat tatkala mendengar cerita dari pemuda itu. Mereka tak menyangka, diumurnya yang masih remaja Naruto telah merasakan pahitnya medan perang. Terlepas dari penampilan para gadis kapal, mereka sebenarnya lebih tua dari kulit luarnya. Wales bertanya-tanya, apa saja yang sudah dialaminya dalam perang itu sehingga memiliki mata yang seolah tak memiliki harapan.

Jauh dalam hati mereka, susah rasanya untuk tak bersimpati.

"Jadi, setelah ini apa yang akan kau lakukan?"

"Entahlah. Aku belum tahu," Naruto menggelengkan kepalanya. Sekarang ini ia hanyalah manusia yang kehilangan tujuannya dan tak tahu harus berbuat apa.

"Tn, Uzumaki. Mari saya antar untuk beristirahat. Saya yakin Anda masih lelah," ujar Wales mulai melangkah memimpin jalan. Naruto bersama 2 gadis lainnya hanya mengikuti saja. Sepanjang perjalanan itu, tak ada yang berbicara sama sekali karena masing-masing sibuk dengan pikirannya sendiri.


...

Dalam kesendiriannya, ia hanya bisa memandang purnama melalui jendela kamarnya. Terlepas dari bagaimana dia bisa sampai ke sini, baginya dunia ini masih menjadi misteri. Dirinya ragu apakah dia bisa beradaptasi atau tidak di sini.

Ia juga mengkhawatirkan teman-temannya di Elemental Nation. penasaran apa yang terjadi setelah kepergiannya. Apakah Sasuke berhasil mengalahkan Kaguya? Atau ... Sesuatu yang buruk.

Huh, semakin dia pikirkan malah semakin tidak karuan isi kepalanya. Dirinya benar-benar bingung harus berbuat apa. Jika ada kemungkinan bagi dirinya untuk pulang, maka semaksimal mungkin dia akan berusaha meskipun presentasinya hanya 1%. Namun, alih-alih 1%, bagaimana dia datang ke dunia ini saja dirinya tak ingat.

Jika di sini terus pun ia tak tahu harus berbuat apa. Tanpa tujuan dan uang, akan sulit baginya untuk bertahan hidup walau dia itu seorang Shinobi. Rasanya juga tak enak jika dia terus menumpang tidur dan makan di pangkalan ini begitu saja. Walaupun kata Enterprise ingin membalas budi, tapi dia tak ingat pernah melakukan apa-apa dan menganggap kalau Kurama yang mengendalikan raganya saat itu, sehingga menurutnya tak dihitung.

"Sebaiknya aku meminta pekerjaan pada mereka besok," setidaknya inilah yang bisa dia lakukan saat ini sembari mengumpulkan uang sebelum memutuskan selanjutnya ke mana.

Deg!

Ekspresinya berubah serius. Secara tiba-tiba, ia merasakan jika sesuatu sedang mendekat ke arah pulau ini dengan cepat. Instingnya sebagai seorang Shinobi mengatakan kalau itu adalah sesuatu yang buruk, sehingga membuatnya langsung saja melompat ke luar jendela dan berlari menuju arah dermaga.

...

Tak butuh waktu lama baginya untuk sampai ke sini. Dia Sekarang sedang berdiri di atas permukaan air dengan jarak sekitar 300M dari bibir pantai. Namun, tak ada seorang pun di sini selain dia. Yah, ... itu karena objek yang dia rasakan itu semakin dekat padanya, sehingga dirinya memutuskan menunggu di sini.

Tiba-tiba, dari dalam pekatnya bayang-bayang kabut malam, seorang gadis berambut ungu pucat muncul, mata emasnya yang seolah bersinar dalam gelap hanya menambah kesan yang tak mengenakkan bagi dirinya. Di belakangnya, ada semacam benda aneh yang melayang-layang bersama dengan si gadis.

Walaupun gesturnya terlihat Santai, tapi saat ini sebenarnya ia sedang bersiaga. Salah satu tangannya, sudah diposisikan untuk menarik Kunai yang masih tersisa dari kantongnya. Ia beruntung karena beberapa senjatanya masih ada bersamanya saat pindah kemari.

"Siapa kau?!" ia bertanya dengan mata yang menyipit.

Ahahahah

Namun, ia malah tak menjawab pertanyaannya dan malah tertawa, "Aku tak menyangka jika sesuatu yang menarik itu adalah manusia sepertimu," ujarnya yang masih tertawa, "Ne, temani aku bermain, dong,"

Apa-apaan ini? Naruto sungguh tak menyukai ekspresi dari wajah gadis itu. Lagian apa maksudnya dari 'Sesuatu yang menarik'? Dia tak mengerti tapi dirinya tahu yang dimaksud itu adalah dia.

Syuut!

Tanpa peringatan, Naruto langsung melemparkan sebuah Kunai ke arah kepala gadis itu, tapi sayangnya dengan mudah tangannya menangkap pisau tajam yang mengarah ke dirinya, "Hmm? Apa menurutmu mainan ini dapat melukaiku?" jari telunjuknya diketuk-ketuk di pipinya seolah memasang wajah polos layaknya gadis SMP.

"Ah! Ngomong-ngomong kau bisa memanggilku Purifier."

Namun, Naruto malah menyeringai ketika gadis itu menangkap Kunai miliknya. Yah, dia memang tak berharap itu menusuk si gadis, tapi ketika Kunai itu ditangkap merupakan hasil yang bagus menurutnya. Karena ...

" Katsu!"

Duar!!

Gadis itu sedikit terkejut ketika Kunai yang berada di genggamannya tiba-tiba saja meledak. Yang dia tidak tahu adalah kalau itu adalah Kunai yang ditempeli kertas peledak. Belum sempat dia bereaksi lagi, sebuah kepalan tangan langsung keluar dari kepulan asap itu dan menghantam wajahnya dengan kuat, sehingga membuatnya terpental beberapa meter.

Naruto meringis sedikit setelah mendaratkan sebuah bogeman. Ia tak menyangka kalau kulit orang ini keras juga. Namun, anehnya gadis itu telah bangkit lagi dengan cepat, malahan dia berdiri di sana dengan tawanya seolah tak terjadi apa-apa. Aneh, tapi sepertinya dia menikmati.

Wushu!

Dalam sekejap, wajah Purifier telah berhadapan dengan wajahnya dalam jarak yang sangat dekat, sehingga membuatnya sedikit terkejut karena pergerakannya, "Hei, apakah kau berasal dari dunia lain?" untuk sesaat, mata Naruto sedikit melebar. Seingatnya dia belum memberi tahukan orang lain selain Enterprise dan dua rekannya. Tapi, kenapa gadis ini bisa tahu?

"Ahahaha, rupanya itu benar!" ia tertawa kegirangan entah karena alasan apa. Air wajah Naruto sudah cukup untuk menjawab pertanyaannya barusan.

Naruto semakin waspada terhadap gadis ini. Tak hanya baik-baik saja setelah menerima tinjunya, tapi sepertinya dia juga mengetahui informasi tentang dirinya, "Aku tanya siapa kau? Tidak! Kau ini apa?" ia dapat merasakan dengan samar-samar kalau gadis ini berbeda dengan mereka yang berada di pangkalan itu.

Seringai tercipta di bibir Purifier. Sepertinya ia sedang merencanakan sesuatu entah itu apa, tapi ekspresi wajahnya itu membuatnya tak merasa nyaman, "Ingin mencobanya?"

Bzzt!

Seketika, semua Drone milik Purifier langsung menembakkan sinar ungu secara langsung ke arah Naruto yang tak sempat menghindar dan hanya menyilang tangannya sebagai perlindungan diri.

Dengan seruan perang, Naruto melesat ke arah gadis misterius itu. Pupil matanya telah berubah layaknya mata katak dengan warna emas. Di sekitar matanya, muncul pigmen Oranye yang menandakan dirinya telah memasuki Sage Mode.

Dalam Mode ini, ketahanan, kecepatan, dan kekuatannya akan meningkatkan secara signifikan. Untunglah sebelum ke sini dia sudah menyiapkan satu klon untuk menyerap Senjutsu.

Ketika telah memangkas jarak antara dirinya dengan Purifier, ia langsung mengarahkan tendangan menuju kepalanya. Namun, berhasil diblokir menggunakan salah satu Drone Purifier yang menyebabkan itu hancur seketika. Naruto hanya mendecih. Ia tak ingat jika benda aneh itu bisa digunakan seperti tadi.

Memanfaatkan momentum barusan, Purifier langsung mundur sebelum langsung melesat ke depan menyeret Naruto bersama dengan dirinya. Naruto menyadari kalau di belakangnya ada satu lagi Drone kecil yang bersiap menembakinya, sehingga mau tak mau, ia harus segera bertindak.

Ia dengan cepat langsung mengambil sebuah Kunai dan melambungkannya ke atas, "Hiraishin!" dalam sekejap, Naruto langsung menghilang, sehingga membuat Purifier celingak-celinguk mencari keberadaan pemuda itu.

Ya, itu bukan Kunai biasa, melainkan Kunai Hiraishin yang masih disimpannya dari perang dunia Shinobi. Naruto yang telah berpindah posisi di atas Purifier, dengan cepat langsung membentuk bola spiral berwarna biru di tangannya dan langsung mendaratkannya ke Purifier.

Untungnya, Purifier masih sempat menggunakan satu lagi Drone miliknya yang berbentuk seperti hiu sebagai pelindungnya. Namun, tak hanya sampai di situ, dengan memanfaatkan kepulan asap dari Drone yang hancur itu, Naruto segera meraih tangan gadis itu dan menariknya sekuat tenaga sembari menendang tubuhnya hingga tangan itu terlepas dari pemiliknya.

"Hahahaha, ini menyenangkan! Ayo hibur aku lebih jauh lagi," namun anehnya, Purifier seolah tak merasakan apa-apa setelah tangannya dicabut dengan kasar. Ia hanya tertawa kegirangan seperti seorang anak kecil yang bermain.

Duar!

Duar!

Duar!

Naruto mendengar suara tembakan dari arah belakangnya yang mengincar Purifier. Ia mencoba melihat siapa itu dan rupanya Wales bersama beberapa gadis lainnya sedang menuju ke sini. Sepertinya mereka sudah sadar tentang kedatangan Purifier.

Wajah Purifier nampak murung seperti anak kecil yang diambil mainannya, "Huft, ini tidak adil. Mengapa, sih, orang lain selalu saja mengganggu kesenanganku," sesaat kemudian, ekspresinya berubah. Senyum tak mengenakkan itu kembali muncul di wajahnya, "Ne~ nanti temani aku bermain lagi, dong," sebuah portal muncul di belakangnya.

"Oi jangan pergi!" belum sempat Naruto mengejarnya, Purifier sudah terlebih dahulu menghilang bersama dengan portal yang menelannya. Ia hanya mendecih. Padahal, niat awalnya adalah melumpuhkan gadis itu dan mengorek informasi dari gadis itu terkait mengapa dia bisa mengetahui tentang dirinya. Itulah mengapa dia mencoba mencabut anggota tubuh Purifier.

Di saat yang sama, Wales telah sampai di posisinya. Dia tampak sangat waspada sekaligus khawatir. Di belakang wanita itu, beberapa gadis menatap Naruto dengan pandangan penasaran serta tertarik, "Tn.Naruto, Anda baik-baik saja?! Kami kesini setelah mendapat laporan dari regu patroli kalau ada Siren yang mendekat,"

Naruto mengangguk mengonfirmasi pertanyaan Wales. Sekarang ia tahu jika gadis yang barusan itu adalah Siren. Dirinya pikir Siren hanya berbentuk kapal aneh yang menyerangnya kemarin. Sepertinya banyak hal yang mesti ia cari tahu tentang Siren ini.

"Ya, sepertinya dia sudah pergi, jadi tak masalah sekarang," jawabnya sembari menyodorkan seonggok tangan Wales yang membuat para gadis lain merasa ngeri, "Ngomong-ngomong, dia meninggalkan oleh-oleh di sini," jujur, Wales cukup terkejut. Orang ini benar-benar dapat dengan mudah bertarung dengan Siren? Mendengar cerita dan melihat secara langsung benar-benar sesuatu yang berbeda.

Sementara itu, Naruto mulai berjalan pergi dari sana dengan beberapa hal untuk dipikirkan. Tubuhnya juga lelah tapi sudah dipaksakan untuk bertarung dengan gadis itu. Itulah sebabnya ia tak bisa bertarung dengan prima dan ingin istirahat sekarang juga. Namun, genggaman tangan yang sangat kuat pada bahunya segera membuatnya langsung berhenti seketika. Entah mengapa ada aura tak mengenakkan yang membuatnya merinding.

Ia menoleh ke belakang dan melihat Wales sedang tersenyum kepadanya. Yah, sebuah senyum yang baginya adalah pertanda masalah. Urat di dahinya itu jelas mengindikasikan kalau wanita ini sedang kesal, "Anda sedang terluka, kan. Bukankah sudah kuminta agar tetap beristirahat?" entah mengapa cengkeraman Wales semakin kuat, "Tapi Anda malah berada di sini, membahayakan diri sendiri melawan Siren tingkat atas."

"Maafkan aku," Naruto menundukkan kepalanya. Sepertinya dia terlihat menyesal.

Wales hanya menghela nafas saja. Ia melirik pada Nevada yang juga sedang berada di sana dan mengatakan, "Tolong, ya," Nevada yang mengerti maksudnya langsung mendekati Naruto dan tanpa peringatan langsung mengangkat pemuda itu dengan gaya ala pengantin, sehingga membuatnya terkejut.

"Hei, Turunkan aku!" wajahnya agak merah malu karena diperlakukan seperti ini dan mencoba memberontak. Namun, karena masih lemah membuatnya tak berdaya dibekapan wanita berotot itu.

Tanpa memperdulikan Naruto yang terus meronta-ronta, Nevada bersama gadis lain langsung melesat kembali ke pangkalan dengan diiringi teriakan pemuda pirang itu

Wales memikirkan suatu hal mengenai kejadian ini dan kemampuan Naruto yang dapat melawan Siren Elite bahkan sampai mencabut tangannya, "Aku harus melapor hal ini pada yang mulia," gumamnya sembari melihat tangan yang ia pegang itu. Yah, Elizabeth dan seluruh pemimpin fraksi di Azur Lane harus tahu ini.

Keesokannya

Naruto berjalan dengan perasaan canggung dalam balutan pakaian seorang Butler. Bukan karena apa, tapi rasanya sedari tadi hampir semua pasang mata terus menatapnya sampai ia masuk ke dalam kantin.

Ya, dia telah meminta pekerjaan agar bisa membantu di sini, walaupun pada awalnya Wales terus menolaknya karena Naruto di sini itu terhitung sebagai tamu dan sudah beberapa kali membantu mereka terkait masalah Siren. Namun, tetap saja pemuda pirang itu bersikeras ingin melakukan pekerjaan apa pun agar dirinya tak merasa membebani orang lain, sehingga membuat Wales mau tak mau memberikan tugas sebagai seorang pelayan sementara walau dengan berat hati.

"Woah, kau terlihat bagus dengan pakaian itu," puji Nevada ketika melihat dirinya masuk ke sini.

Naruto hanya menggaruk kepalanya karena malu. Jarang-jarang orang lain akan memujinya soal penampilan. Nevada tersenyum dan menyodorkan segelas susu padanya, "Minumlah, kau membutuhkan itu untuk bekerja nanti."

Gluk

Gluk

Dalam satu tegukan, Naruto langsung menghabiskan isi gelas itu tanpa sisa. Rasanya sangat menyegarkan dan jauh berbeda dengan susu basi yang biasa dia minum dulu, walaupun yang ini rasanya agak aneh dan membuatnya bertanya-tanya apakah ini dari jenis sapi unggulan?

"Jadi, apa yang harus kulakukan?"

Nevada menyerahkan kantong belanja yang dengan senang hati ia terima, "Sebenarnya sebentar lagi akan masuk waktu sarapan, tapi kami lupa membeli beberapa bahan. Jadi, bisakah kau membantu membelinya ke pasar?" ia telah menyelipkan kertas yang berisikan daftar bahan yang harus dibeli dan tempat untuk mendapatkannya. Jadi, seharusnya bukan masalah bagi Naruto untuk pergi berbelanja walaupun dia baru di sini. Toh, pasar itu berada di dermaga dan yang menjaganya juga seorang gadis kapal.

"Serahkan saja padaku," Naruto langsung menghilang begitu menggunakan Shunsin, sehingga membuat Nevada sedikit jantungan.

"Ya ampun, aku lupa kalau dia bukan manusia biasa," ujarnya sembari mengusap dadanya guna memenangkan keterkejutan barusan. Sepertinya saat Naruto kembali nanti ia harus memberi tahukan agar menggunakan cara normal saja saat keluar pintu.

Ya, sebenarnya atas permintaan Wales, gadis-gadis kapal yang berada di bagian rumah tangga telah diberi tahu agar memberikan tugas yang mudah saja untuk Naruto. Sepertinya wanita Royal Navy itu masih berat hati memberi Naruto pekerjaan.

...

Sementara itu di tempat yang lain, Wales sedang duduk termenung. Cangkir tehnya sejak dituangkan tak pernah sentuh sedikit pun, sangat jelas kalau dia sedang memikirkan banyak hal, "Ada apa? Kau tak seperti biasanya hari ini," suara lain membuyarkan lamunannya.

Di depannya duduk Illustrious dengan senyum menawannya yang senantiasa terlihat, "Bukan apa-apa, hanya saja belakangan ini banyak hal terjadi," munculnya lingkaran aneh di langit, penyerangan oleh Sakura Empire, lalu yang terakhir adalah Siren kelas atas yang tak biasanya berada sedekat ini dengan pangkalan mereka. Semua itu terjadi hanya dalam 24 jam, sehingga belakangan ini membuatnya kurang istirahat.

Perihal ini, ia sudah mengirim pesan pada seluruh pemimpin Azur Lane agar segera datang guna membahas masalah ini. Untungnya, ia baru mendapat pesan balasan kalau Pemimpin dari fraksinya sendiri, Royal Navy, sedang dalam perjalanan kemari.

"Apa menurutmu semua ini hanya kebetulan semata?" ucap Illustrious membuat Wales sedikit bingung. Jika dipikir-pikir lagi, rentetan kejadian itu rasanya tak mungkin sebuah kebetulan walaupun mungkin tak saling berhubungan.

Dari munculnya lingkaran itu sampai Siren yang menyerang-Tunggu!? Ia baru ingat satu hal yang tertinggal! Menurut cerita Enterprise, saat ia menemukan Naruto itu tepat berada di bawah lingkaran itu bersama banyaknya bangkai Siren, lalu saat penyerangan pagi kemarin, ia juga mengatakan kalau Naruto lah yang berperan menyingkirkan rubah besar itu dan seluruh Siren yang mengepung mereka, dan semalam adalah yang paling aneh ketika Naruto lebih dulu menyadari kedatangan Siren itu sebelum regu patroli.

Wales langsung melebarkan matanya tatkala menyadari sesuatu. Mengapa bisa ia melupakan hal seperti? Harusnya ia lebih cepat menyadari kalau di setiap kejadian itu pasti Naruto selalu terlibat. Apakah Siren menganggapnya sesuatu yang berbahaya? Atau karena tertarik dengan eksistensinya sebagai manusia dari dimensi lain?

"Sepertinya memang benar ini bukan kebetulan semata, kan? " tanya Wales dengan mata menyipit. Sekarang, ia butuh tehnya untuk menenangkan pikirannya.

Illustrious hanya tersenyum sembari mengangkat kedua bahunya, "Entahlah, sayangku. Mungkin ini semua adalah pertanda akan sesuatu yang besar," jawabnya sebelum kembali menyeruput teh miliknya, "Oh iya, ngomong-ngomong rasanya kursi itu sudah lama sekali berdebu, aku harap kita bisa meminta Naruto membersihkannya untuk kita," lanjutnya membuat Wales hampir menyemburkan tehnya.

Ia tahu apa yang dimaksud Illustrious barusan. Walaupun dia sendiri bilang hanya melantur, tapi semua gadis di Royal Navy tahu untuk tidak meremehkan Instuisi dari Illustrious. Bahkan, walaupun Elizabeth kurang menyukainya karena masalah dada, tapi dia tetaplah salah satu dari orang pertama yang akan ratu minta pendapatnya jika masalah terjadi. Namun, tetap saja yang ini adalah hal sangat mustahil.

Namun, sesaat kemudian Wales mulai tertawa kecil memamerkan gigi putihnya. Walaupun terdengar mustahil, tapi hampir semua Instuisi nya banyak yang bermanfaat bagi Royal Navy, dan hal itu pula yang membuatnya sejak dulu selalu menaruh kepercayaan besar pada wanita itu.

"Mungkin ucapanmu benar. Lagi pula, sejak dulu kami semua tak bisa meremehkan pendapatmu,"

Mungkin benar apa yang dikatakan oleh Illustrious, kursi itu sudah terlalu lama berdebu. Setiap tahunnya, tak hanya aktivitas Siren yang meningkat tapi konflik antar fraksi juga yang kian parah, yang semakin memuncak saat Azur Lane terbagi menjadi dua kubu dengan munculnya Crimson Axis sebagai pihak yang mencari kekuatan dengan teknologi Siren. Fraksi besar seperti Royal Navy dan Eagle Union mungkin bisa bertahan, tapi bagaimana dengan fraksi kecil lainnya? Tentunya hal ini sangat buruk untuk tujuan mereka melawan Siren, sehingga mereka membutuhkan seseorang yang dapat menjadi tali penyambung antar fraksi dan menyatukan mereka semua.

Yah, mungkin benar. Saat Enterprise membawa Naruto ke sini bukanlah sebuah kebetulan.

Entah mengapa saat mengatakan hal tadi, pikiran Illustrious membawa kembali dirinya dalam kenangan saat semua fraksi masih bersatu. Ketika itu, ia sangat senang untuk mengunjungi markas Sakura Empire setiap ada kesempatan dikarenakan keindahannya. Kalau tak salah, di kalangan mereka ada sebuah legenda populer tentang datangnya sang penyelamat. Entah mengapa saat dia teringat legenda itu wajah pemuda pirang yang baru datang juga muncul dalam bayangannya.

"Fufufu, sepertinya aku harus mempertimbangkan baik-baik untuk mengikuti keyakinan Sakura Empire," batinnya tersenyum.


Dengan Naruto

Saat pertama kali meminta pekerjaan pada mereka, ia tak berpikir kalau dirinya akan diberikan tugas sebagai seorang pelayan. Awalnya dia pikir akan membosankan, tapi tak disangka, ini sangat menyenangkan terutama tugas-tugas sederhananya juga cepat selesai berkat keahliannya sebagai Shinobi. Sekarang karena seluruh tugasnya berada di daftar telah selesai, dan masih ada waktu sampai makan siang jadi dia memutuskan untuk iseng-iseng untuk membersihkan gudang.

"Tolong~ siapa saja, kumohon!"

Tangan Naruto berhenti sebelum menyentuh gagang pintu itu tatkala mendengar suara wanita minta tolong, "Aneh, siapa yang berada di dalam di saat-saat begini?" wajahnya sedikit pucat ketika pikiran tentang hantu sempat melintas di benaknya. Namun, ia segera menggelengkan kepalanya guna mengusir pikiran itu. Tak mungkin ada hantu di siang bolong seperti ini, kan?

Setelah memberanikan dirinya, Naruto langsung membuka pintu dan menerobos ke dalam. Namun, seketika wajahnya langsung dipenuhi dengan semburat merah tak kalah melihat apa yang ada di dalam.

Di bawah lantai itu, seorang wanita sedang terbaring dalam keadaan terlilit sesuatu. Sepertinya dari tadi ia telah berusaha untuk terlepas dari lilitan itu, terbukti dari pakaiannya yang agak berantakan dan roknya yang agak melorot sedikit, sehingga memberikan pemandangan yang murah hati, Gadis ini tampak akan segera menangis dengan linangan di matanya.

"Kumohon~ bantu aku!" ia masih berusaha meminta tolong walaupun wajahnya tampak memerah juga menahan malu karena pakaian dalamnya dilihat oleh orang lain. Namun, pemuda yang ia minta tolong itu hanya memalingkan wajahnya.

"Oh Damn! Dia sangat menggoda!" batinnya berusaha melawan bisikan setan yang lewat di telinganya. Tapi, dia juga tak bisa meninggalkan wanita ini di sini begitu saja.

Naruto langsung mengeluarkan Kunai miliknya dan secara perlahan mendekati gadis itu, sehingga membuatnya ketakutan, "T-tunggu! Apa yang mau kau lakukan?!" ia mencoba meronta-ronta di lantai berusaha menyelamatkan diri dari orang yang dia anggap penjahat, walaupun sejak awal ia sudah terjebak di sini.

" Hueee~ Kumohon ampuni aku!" Naruto menepuk wajahnya. Sekarang gadis itu malah benaran menangis dan dia merasa seperti seorang brengsek di sini.

Set

Karena takut akan menimbulkan salah paham nantinya jika ada yang lewat, Naruto langsung memutuskan gadis itu dari lilitan yang membuatnya menderita, "Diamlah, sekarang sudah tak apa-apa," ia kembali menyimpan Kunai miliknya.

"Eh?" gadis itu mengerjapkan matanya beberapa kali. Orang ini melepaskannya? Ia pikir dia adalah seorang penjahat dan akan melakukan hal bejat padanya, Tapi entah mengapa dia malah memaling wajahnya lagi, "Umm ... Terima kasih," ujarnya menunduk.

"Ya, tak masalah ... Tapi, perbaikilah dulu pakaianmu itu," Naruto menunjuk pada pakaian milik gadis sembari berusaha menahan rasa malu pada wajahnya.

Ketika melihat arah yang ditunjukkan Naruto, ia baru menyadari kalau pakaiannya saat sangat berantakan dan memperlihatkan pakaian dalamnya secara jelas. Sontak, Wajahnya kembali memerah lebih dari yang sebelumnya, dan dia juga mulai menangis lagi, " Hueee~ Dasar jahat, mesum! " Gadis itu menangis sembari memukul-mukul dada Naruto dengan lemah.

"Oi, apa salahku?!" Naruto yang tak mengerti apa kesalahannya tentu saja langsung panik melihat gadis ini menangis dan menghujaninya dengan beberapa tuduhan. Jika ada yang melihat ini, pasti orang akan segera salah paham.

"Pokoknya harus bertanggung jawab!" gadis itu masih juga menangis dan membuat Naruto bingung. Akhirnya, karena tak mau ada masalah nantinya Naruto langsung memasang posisi Seiza dengan sedikit menunduk.

"Baiklah, Aku akan bertanggung jawab! Silakan gunakan aku sepuasmu?" Ujarnya tanpa sadar akan makna dari ucapannya itu. Yah, walaupun maksudnya karena dia adalah pelayan di sini maka tak masalah jika gadis ini menyuruh-nyuruh nya.

Gadis itu semakin memerah ketika mendengar ucapan Naruto. Seketika itu juga, fantasi liar langsung memenuhi seluruh isi kepalanya, "G-gunakan sepuasku?!" Ia menjerit sedikit membuat Naruto bingung.

Naruto langsung berdiri berniat pergi dari sana. Mood-nya untuk membersihkan gudang ini langsung hilang entah ke mana. Namun, sebelum ia sempat melangkah, ia merasakan kalau bajunya ditarik oleh gadis itu, "Ada apa?" gadis itu memalingkan wajahnya dengan malu-malu. Ia tak menjawab pertanyaan Naruto tapi malah menunjuk ke kakinya yang rupanya ada lebam di sana. Sepertinya dia keseleo atau semacamnya.

Naruto paham maksud gadis ini. Sepertinya dia tak bisa berjalan sekarang ini karena itu. Yah, mau tak mau ia harus membantu gadis ini lagi. Tangannya langsung menyentuh kaki yang cedera itu si gadis sedikit meringis. Namun sesaat kemudian, dari tangan Naruto muncul pendar cahaya berwarna hijau muda. Naruto merasa bersyukur pernah meminta Sakura untuk mengajarkannya Ninjutsu medis

Si gadis merasakan kehangatan dan rasa nyaman ketika Naruto melakukan hal aneh pada kakinya. Apa ini? Apakah ini semacam sulap atau sihir? Itulah yang ada di pikirannya, "Menakjubkan," gumamnya yang terlalu kecil untuk didengar oleh Naruto.

"Bagaimana?" tanya Naruto memastikan keadaan gadis itu sekarang. Dia mencoba menggerak-gerakkan kakinya yang sakit dan merasakan itu sudah lebih baik dari yang tadi.

"Ini lebih baik," jawabnya membuat Naruto tersenyum.

Ia sedikit bingung ketika Naruto menyodorkan punggungnya pada dirinya, "Ayo, itu hanya menyembuhkan sedikit saja, jadi aku akan mengantarmu ke klinik," awalnya dia sedikit ragu-ragu menerima tawaran pemuda misterius ini. Tapi Jika dipikir-pikir seperti sedari tadi ia tak memiliki niat jahat pada dirinya. Jadi, tak masalah jika dia digendong, lagi pula tak ada orang lain yang bisa membantunya di sini.

Grep

Setelah memastikan gadis ini aman di punggungnya, Naruto langsung membawa gadis itu keluar dari sana. Mungkin karena malu, si gadis yang merasa malu itu memeluk leher Naruto dengan sangat kuat, "Oh, sepertinya dia masih marah," batinnya.

Ketika berada di luar, Naruto melihat Cleveland lari di depannya dengan tergesa-gesa. Wajahnya tampak sangat khawatir. Di belakangnya ada dua gadis kecil yang belum pernah dia lihat sebelumnya, "Cleveland-San, ada apa?" panggil Naruto membuat gadis pirang itu berhenti.

"Maaf Naruto, tapi aku terburu-buru, sesuatu yang gawat terjadi," Naruto tak tahu hal yang gawat itu seperti apa dan ingin membantu sebisanya tapi dia juga harus mengantarkan gadis ini, "Ngomong-ngomong, sedang apa Honolulu di pundakmu?" tanyanya ketika melihat siapa yang berada gendongan Naruto.

"Oh, jadi itu namanya?" batinnya ketika Naruto mengetahui nama gadis ini. Tapi, sekarang itu bukanlah hal yang penting. Ia langsung mengoper Kunai Hiraishin miliknya pada Cleveland yang dapat diterima dengan mudahnya, "Jika kau berada dalam bahaya, lemparkan itu ke mana saja," ujarnya.

Sebenarnya, Sebagai seorang gadis kapal dia sama sekali tak membutuhkan senjata berbentuk pisau seperti ini. Namun, karena yang memberikan ini adalah Naruto maka pasti ada maksudnya. Toh, orang ini ini bukanlah manusia biasa, "Terima kasih, Naruto!" Ujarnya yang langsung bergegas pergi dari sana bersama 2 gadis tadi, meninggalkan dirinya bersama Honolulu.

"Baiklah, Honolulu-San. Ayo kita pergi juga," ucapnya tanpa jawaban dari gadis itu. Yang tidak ia tahu adalah, Honolulu saat ini terlalu malu untuk menjawab karena malu. Ia malu karena terus mencium wangi tubuh Naruto yang seperti jeruk.

Sementara itu, Naruto entah mengapa merasakan firasat yang tidak enak dan merepotkan saat memberikan Kunai itu pada Cleveland. Namun, ia hanya menggelengkan kepalanya saja, "Ah, sudahlah. Itu hanya perasaanku saja," gumannya berlalu pergi dari sana.

Bersambung


Note: Jangan lewatkan Preview setelah Author Note.

Oke, mungkin di chapter ini rasanya agak cringe, baik itu alur, scene pertarungan, ataupun karakternya. Untuk hal itu, kalian punya hak untuk protes pada saya. Baik itu kritik ataupun saran silahkan berikan saja. Untuk flame tak masalah, tapi saya tak peduli dengan itu karena saya bukan tipe yang dipengaruhi oleh hal itu.

BTW, seharusnya Fanfiksi ini Update saat atau sebelum perayaan idul Fitri kemarin. Tapi karena beberapa kendala, terpaksa terlambat seminggu. Karena baru seminggu sejak lebaran, saya ingin mengucapkan minal aidzin wal Faidzin dan saya juga ingin meminta maaf pada teman-teman jika saya ada kesalahan sebelumnya.

Untuk masalah typo dan sejenisnya, saya akan melakukan perbaikan besok.

Itu saja dulu


Preview:

Zuikaku menatap Naruto dengan horor ketika melihat luka yang ia sebabkan dapat menutup dengan cepat, "Oi, apa-apaan kau ini?"

Oh, tebasan pedang gadis itu sangat sakit. Walaupun tubuhnya bisa beregenerasi dengan cepat, tapi rasa sakitnya tetap saja tak menyenangkan.

Sialan Cleveland! Mengapa dia melempar Kunai Hiraishin tepat di depan gadis yang sedang menebas pedangnya itu?!


Tanpa disadari Naruto, Honolulu melihat gambar buatannya dengan perasaan cemburu. Di kertas itu menampilkan seorang wanita berambut panjang yang tengah tersenyum lembut.

Siapa wanita ini? Mengapa Laksamana sampai menghabiskan banyak waktu luangnya hanya untuk menggambarnya?

"Siapa dia sebenarnya, Komandan? Karena terlalu asik menggambar, Naruto sampai tak menyadari racun cemburu yang terkandung dalam ucapan Honolulu.

"Oh? Dia ibuku,"

"Eh!?"


Nagato berdiri di tengah puing-puing yang dulunya itu adalah kuil. Hilang sudah ekspresi tenang yang selalu menghiasi wajahnya, diganti dengan kemarahan murni yang membara.

Kuil yang sudah susah payah ia bangun dengan sangat indah untuk Dewanya telah dihancurkan begitu saja. Sungguh! Kematian saja akan terlalu ringan sebagai hukuman untuk pelakunya

Di belakangnya, gadis-gadis Sakura Empire menangis sedih. Bahkan, beberapa di antaranya sampai histeris. Mereka juga marah seperti pemimpinnya.

"Azur Lane harus membayar untuk ini," ia mengepalkan tangannya dengan sangat kuat. Bahkan, sampai gemetaran.