Cerita Sebelumnya~
Sakura terduduk lemas. Sasuke dengan cepat menahan tubuh Sakura.
"Ba...Bagaimana ini?" Racau Sakura.
"Mitos itu benar?" Gumam Sakura panik.
"Kau merasakan sesuatu kemarin?" Tanya Sasuke.
"Aku tak tau. Aku tak menyadarinya. Hanya perasaan ku saja yang tidak enak kemarin." Kata Sakura.
"Hn, kalau begitu. Selanjutnya pasti Sai-senpai atau Shikamaru." Ujar Sasuke.
Sakura mengangguk pelan. "Bagaimana cara kita memberitahukannya? Mereka tidak akan percaya dengan ucapanku." Kata Sakura.
"Tenanglah, Sakura-chan. Kita juga belum tau kapan pastinya tragedinya terjadi bukan?" Kata Naruto.
"Sakura-chan, kita pasti bisa menyelamatkan mereka lagi. Sama seperti waktu itu." Kata Hinata seraya berjongkok di depan Sakura.
Sakura mengangguk.
"Kuharap, ini takkan terjadi lagi pada yang lainnya."
Terinspirasi dari Film Final Destination
Main Characters:
- Haruno Sakura
- Uchiha Sasuke
- Uzumaki Naruto
- Hyuga Hinata
- Hyuga Neji
- Tenten
- Sai
- Yamanaka Ino
- Nara Shikamaru
- Sabaku no Temari
- Hatake Kakashi
- Maito Guy
- And others you'll find in the stories
Genre: Horror / Thriller / Tragedy
Warning!
Rated M for violence and blood
Don't Like Don't Read
RnR
Hope you like it^^
Semua karakter milik Masashi Kishimoto
© Masashi Kishimoto
FINAL DESTINATION
CHAPTER 3
"Tapi, kita harus menyelamatkan mereka." Gumam Hinata serius.
"Siapa dulu yang tewas? Sai-senpai? Atau Shikamaru?" Tanya Naruto.
Sakura menggeleng. "Aku tak tau. Mereka berdua tewas di waktu yang sama." Kata Sakura.
"Hn, pasti ada duluan yang tewas. Walau hanya berbeda 1 detik." Kata Sasuke.
Sakura pun terdiam dan mengingat kembali mimpi buruknya itu.
"Sai-senpai. Dia duluan meninggal. Baru Shikamaru." Kata Sakura.
"Hn, kalau begitu, Naruto dan Hinata pergi menemui Sai-senpai. Aku dan Sakura akan menemui Shikamaru." Ujar Sasuke.
Mereka semua pun mengangguk dan mencari keberadaan mereka berdua.
...
Naruto dan Hinata pun berkeliling ke setiap sudut sekolah untuk mencari keberadaan Sai.
Hari semakin sore. Namun, mereka tak bisa menemukan Sai dimanapun.
"Naruto, Hinata!"
Mereka berdua menoleh kebelakang dan mendapati Ino berdiri tak jauh darinya.
"Kebetulan kau disini. Dimana Sai-senpai?" Tanya Naruto.
"Biasanya di ruang club kesenian. Kenapa?" Tanya Ino.
"Kau mau kemana?" Tanya Hinata.
"Aku? Aku juga mau menemui Sai-senpai." Kata Ino sambil tertawa kecil.
"Ya sudah. Kita tak punya waktu." Kata Naruto cepat.
"Memangnya kenapa?" Tanya Ino.
"Mitos itu... Itu benar-benar terjadi." Kata Hinata.
Ino menatap terkejut kedua orang di hadapannya itu.
"Apa?! Katanya itu hanyalah karangan!" Kata Ino terkejut.
Hinata menggeleng. "Guy-sensei dan Kakashi-sensei sudah mendapatkan takdir mereka. Kita bisa mencegahnya lagi." Kata Hinata.
"Bagaimana caranya? Siapa yang selanjutnya?" Tanya Ino panik.
"Sai-senpai. Dia dan Shikamaru tewas di waktu yang sama. Kita bisa memutuskan rantai takdir ini. Maka dari itu, kita harus cepat menemui Sai-senpai untuk mencegahnya." Kata Naruto.
Mereka pun mengangguk dan berlari ke ruang club kesenian.
Naruto pun dengan cepat membuka pintu ruangan itu dan terkejut saat cipratan darah mengenai wajah mereka. Mereka diam mematung melihat jasad Sai yang tergeletak tak berdaya disana.
Sai tewas karena tersandung beberapa barang disana dan tertusuk beberapa alat pemahat yang cukup runcing yang biasanya digunakan anak-anak club kesenian untuk memahat kayu atau patung.
Ino sangat terkejut melihat jasad Sai yang tertusuk beberapa alat pemahat itu.
"Sa... Sai-senpai!" Teriak Ino histeris. Ino pun menangis histeris seraya mendekati jasad Sai.
Naruto dan Hinata masih mematung tak percaya melihat pemandangan menyeramkan dihadapannya itu.
Kaki Hinata terasa lemas karena melihat darah yang banyak itu. Naruto dengan sigap menahan tubuh Hinata sebelum akhirnya terjatuh.
"Kita terlambat..."
Sementara itu di bagian Sasuke dan Sakura...
"Sasuke-kun." Panggil Sakura pelan.
"Hn?"
"Kenapa kau mempercayaiku selagi yang lain tak mempercayaiku?" Tanya Sakura pelan.
Sasuke menghentikan langkahnya dan menatap Sakura.
"Hn, karena aku tau kau takkan mungkin berbohong." Ujar Sasuke pelan.
"..." Sakura menatap nya tak percaya.
"Hn, kita harus mencari Shikamaru..." Kata Sasuke menyadarkan Sakura.
"Ah, iya... Sasuke-kun.."
"Hn?"
"Terimakasih..."
Sasuke mengeluarkan Handphone nya dan mencari kontak Shikamaru. Sakura pun ikutan terdiam memperhatikan obrolan Sasuke.
"Shikamaru? Kau dimana sekarang?" Tanya Sasuke cepat.
"Ada apa? Tumben kau mencariku?"
"Mitos itu... Mitos itu benar-benar terjadi! Jawab aku, kau dimana sekarang?!" Tanya Sasuke.
"Ck, berapa kali kubilang. Itu hanya mitos. Sakura hanya bermimpi buruk yang kebetulan terjadi.."
"Katakan kau dimana sekarang?!" Bentak Sasuke kesal.
"Ck, aku di ruang club catur... Kyaaa!"
"Suara apa itu?!" Tanya Sasuke. Sakura pun semakin panik saat mendengar Sasuke menanyakan suara yang di dengarnya itu.
"Ada apa, Sasuke-kun?" Tanya Sakura dengan wajah khawatir. Sasuke menggeleng.
"Aku tak tau. Suaranya berasal dari luar."
"Hn, jangan kemana-mana. Kami akan kesana." Kata Sasuke seraya memutuskan panggilan itu.
Sasuke menantap Sakura sekilas. "Kita ke ruang club catur." Kata Sasuke.
Sakura pun mengangguk. Tak lama mereka berjalan menuju ruang club catur, suara sirine ambulance pun terdengar.
Sakura menghentikan langkahnya sejenak. "Kau mendengar suara ambulance mendekat tidak?" Tanya Sakura.
Sasuke ikut menghentikan langkahnya. "Hn, aku mendengarnya." Kata Sasuke.
Sakura pun mendekat ke jendela di koridor sekolahnya itu dan menatap keluar. Benar saja. Sebuah ambulance datang ke sekolah mereka. Sakura mulai merasakan firasat aneh. Dia pun mengeluarkan handphone nya dan segera mengubungi Hinata.
"Hinata-chan, apa semua baik-baik saja?" Tanya Sakura was-was.
"Sai-senpai...Dia meninggal."
Sakura terdiam dengan wajah shock. Sakura pun langsung berlari menuju ambulance itu diikuti Sasuke dibelakangnya yang tak paham dengan situasinya.
"Hn, ada apa? Apa terjadi sesuatu?" Tanya Sasuke.
"Sai-senpai... Dia telah meninggal. Setelah ini, Shikamarulah yang akan meninggal. Kita tak boleh membiarkannya." Kata Sakura takut.
Sasuke dan Sakura pun tiba di dekat ambulance dan menatap tak percaya sosok yang sudah ditutupi kain putih itu. Tak jauh dari sana, terlihat Ino yang sedang menangis histeris dan Naruto dan Hinata yang sedang memegangnya.
Shikamaru dan anggota club catur pun terlihat disana. Sakura langsung menghampirinya.
"Shikamaru!" Panggil Sakura.
Shikamaru menoleh kearah Sakura. "Kau harus hati-hati sekarang. Ini sudah masuk ke giliranmu." Kata Sakura panik.
"Hm, dia tewas karena kecerobohannya sendiri kan? Aku masih tidak percaya dengan mitos konyolmu itu." Kata Shikamaru sinis.
"Kumohon! Setidaknya kau harus berhati-hati mulai sekarang." Kata Sakura.
Shikamaru mengacuhkannya dan berjalan kembali ke ruang club caturnya. Sakura dan Sasuke pun mengikutinya ke ruang club catur.
Tak lama, Shikamaru keluar seraya membawa tasnya. Shikamaru menatap kedua orang dihadapannya ini dengan sinis.
"Oi, kalian terlalu menggangguku!" Kata Shikamaru dengan kesal.
"Hn, dengarkan kata-kata kami. Kejadian yang Sakura lihat itu adalah takdir kita yang sudah di design ditempat lain." Kata Sasuke.
Shikamaru kembali mengacuhkan mereka dan berjalan mendahului mereka. Sakura pun menarik lengan Shikamaru.
"Nee, dengarkan dulu!" Kata Sakura memohon.
Shikamaru menghempas tangan Sakura dengan kasar.
"Dengar! Aku tak percaya dengan hal-hal seperti itu! Aku selamat dari insiden kebarakaran itu juga karena takdirkulah yang menuntun ku untuk keluar dari Aula itu." Kata Shikamaru dingin.
"Lalu, bagaimana kau menjelaskan dengan apa yang terjadi dengan Guy-sensei, Kakashi-sensei, dan Sai-senpaI?" Tanya Sakura dengan suara meninggi.
"Hm, mereka meninggal karena memang takdir mereka meninggal disaat ini." Kata Shikamaru dengan enteng.
Dia pun melanjutkan perjalanannya menuju gerbang sekolah. Sasuke dan Sakura masih mengejarnya.
"Berhentilah mengikutiku! Aku takkan kenapa-napa!" Gerutu Shikamaru risih.
"Kami hanya ingin memutuskan rantai takdir ini." Kata Sakura.
"Terserah apa sebutanmu itu. Aku tak peduli!" Kata Shikamaru.
Kemudian, dia berjalan menyebrangi jalan sementara Sasuke dan Sakura hanya terdiam disana menatap kepergian Shikamaru. Tak lama...
BRAK!
Sasuke dan Sakura membelalak kaget. Percikan darah mengenai wajah dan baju mereka. Shikamaru pun tewas secara mengenaskan karena di tabrak oleh sebuah truk yang melaju sangat kencang.
Tangan Sakura bergetar ketakutan. "Shi...Shikamaru..."
Sasuke dengan cepat memegang pundak Sakura. Sakura pun menangis ketakutan karena melihat Shikamaru yang tewas didepan matanya.
Tak lama, Naruto dan Hinata pun menghampiri mereka. "Oi! Ada ap.."
Belum selesai Naruto melanjutkan perkataannya itu, dia dan Hinata dikejutkan pemandangan di depannya itu. Tubuh Shikamaru yang sudah tak bernyawa itu tergeletak dengan kondisi yang mengenaskan.
Hinata yang shock karena melihat insiden seperti ini sebanyak dua kali hari ini pun tak bisa menahan dirinya dan akhirnya jatuh pingsan.
...
Mobil Ambulance pun datang ke lokasi kejadian dan mengevakuasi tubuh Shikamaru. Temari yang baru mendengar kabar itu langsung bergegas ke TKP. Naruto sudah mengantarkan Hinata pulang kerumahnya.
"Biar aku antar kau pulang." Kata Sasuke pada Sakura yang masih shock itu.
Sakura mengangguk pelan. Kemudian, Sasuke menuntun Sakura berjalan. Temari yang masih histeris itu berjalan mendekati mereka dan mencengkram kerah baju Sakura.
"Te...Temari-senpai?!"
"Apa yang kau lakukan? Lepaskan dia!" Kata Sasuke berusaha untuk melepaskan cengkraman Temari pada Sakura.
"Kau sudah tau ini akan terjadi, kan?! Kenapa kau tak menyelamatkannya?!" Teriak Temari histeris.
"Maafkan aku..." Kata Sakura pelan. Dia menunduk karena takut.
"Semua ini salahmu!" Kata Temari. "Kau harusnya mencegahnya seperti waktu itu!"
"A...Aku sudah berusaha mencegahnya.."
Sasuke menarik Temari menjauh. "Dia keras kepala! Sudah kami beritahukan untuk berhati-hati! Dia tetap saja tidak mempercayai takdirnya itu!" Bentak Sasuke pada Temari.
"Sakura tidak salah! Dia sudah mencoba semampunya untuk mencegah itu terjadi!" Lanjut Sasuke.
Temari pun menangis histeris. Sasuke dengan dinginnya menarik tangan Sakura menjauhi TKP dan segera pulang.
...
"Hn, kau sendirian dirumah?" Tanya Sasuke pelan.
Sakura mengangguk. "Orang tuaku sedang berada di Suna untuk beberapa hari. Kenapa?" Tanya Sakura.
"Hn, kau tak boleh sendirian hari ini. Menginaplah dirumahku." Kata Sasuke.
"Me...menginap di rumahmu?" Tanya Sakura gugup.
Sasuke mengangguk. "Tapi, aku bisa sendiri kok." Kata Sakura menolaknya secara halus.
Sebenarnya, Sakura tak begitu canggung untuk bertemu dengan anggota keluarga Sasuke yang lain. Mengingat, dulu dia dan Naruto juga sering menginap di rumah Sasuke. Masalahnya, jantungnya kurang bisa diajak kompromi kalau di dekat Sasuke. Mana sekarang dia sendirian lagi menginapnya (Maksudnya tak bersama Naruto).
"Hn, kalau begitu aku yang menginap disini." Ujar Sasuke dengan enteng.
Wajah Sakura sontak memerah mendengarnya. "Ta..tak perlu! Apa kata tetangga nanti!" Gerutu Sakura gugup.
"Hn, makanya. Menginaplah di rumahku hari ini." Kata Sasuke.
"...Eng, baiklah. Masuklah dulu. Aku akan mengambil beberapa pakaian ganti." Kata Sakura pasrah.
'Jantungku sayang, kumohon bekerja samalah denganku hari ini... Jangan berdegup terlalu kencang!'
Wajah Sakura pun memerah selama mengambil barang-barang yang diperlukan. Sakura langsung terdiam saat melihat dirinya yang berada didepan cermin kamar mandi.
"Tak ada waktu untuk memikirkan kesenangan ini. Nyawa mereka semua dalam bahaya. Aku... Setidaknya, aku harus bisa memotong rantai takdir itu."
...
"Eh, ada Sakura-chan."
Sakura tertawa kecil menatap sosok laki-laki di depannya itu. "Hihi, halo Itachi-nii."
Uchiha Itachi, kakak dari Sasuke itu tersenyum. "Sudah lama ya. Tumben gak bareng dengan si Naruto." Ujar Itachi.
"Eh? Ada apa dengan kalian? Ini darah kan?!" Tanya Itachi panik saat melihat bercak darah di baju seragam mereka.
"Ta...tadi terjadi kecelakaan di depan kami." Kata Sakura gugup.
"Kalian baik-baik saja kan?!"
Sakura mengangguk.
"Ck, masuk-masuk!" Gerutu Sasuke seraya mendorong kakaknya itu masuk ke dalam.
"Ck, iya-iya!" Gerutu Itachi kemudian dia meninggalkan mereka berdua.
"Hn, Sakura. Kau bisa gunakan kamarku. Aku akan di kamar Itachi." Ujar Sasuke.
Sakura pun mengangguk pelan.
"Hn, kemana Tousan dan Kaasan?" Tanya Sasuke.
"Oh, mereka masih di luar. Mungkin nanti malam baru pulang." Kata Itachi seraya mendudukkan dirinya di sofa.
Sasuke pun hanya ber-oh ria dan mengantarkan Sakura ke kamarnya.
"Hn, masuklah."
"Arigatou, Sasuke-kun."
Sasuke pun mengangguk kemudian keluar seraya menutup pintu kamarnya itu. Sakura menghela nafas panjang. Kemudian duduk di kasur. Dia menundukkan kepalanya.
Dia masih mengingat tragedi yang menimpa Sai dan Shikamaru tadi.
"Bagaimana caraku untuk memutuskan rantai ini?" Bisik Sakura seraya menatap telapak tangannya.
Sakura pun berjalan ke kamar mandi dan membersihkan dirinya.
"Hn, kau yakin kalian berdua baik-baik saja? Apa yang sebenarnya terjadi?" Tanya Itachi.
Sasuke menatap kakaknya sejenak sebelum akhirnya menghela nafas panjang.
"Kami baik-baik saja. Aku rasa."
Itachi menghela nafas panjang kemudian duduk disamping Sasuke.
"Aku rasa kalian sedang tidak baik-baik saja. Ceritakan apa yang terjadi?"
Sasuke menghela nafas panjang. "Nee, Niichan. Bagaimana pandanganmu tentang mencurangi takdir?"
Itachi menatap bingung sang adik.
"Mencurangi takdir?" Tanya Itachi bingung.
Sasuke mengangguk.
"Hn, aku tidak begitu paham tentang itu karena tak pernah mengalaminya." Gumam Itachi.
"Aku pernah baca sebuah buku yang berbicara tentang itu." Lanjut Itachi.
"Hn? Kau pernah baca buku mengenai hal ini juga?" Tanya Sasuke.
"Hn, kenapa? Kau juga pernah membacanya?"
Sasuke menggeleng. "Bukan aku. Tapi kakak kelasku." Kata Sasuke.
"Lalu, bagaimana pendapatmu tentang itu?" Lanjut Sasuke.
"Hn, antara percaya dan tidak. Percaya karena ada beberapa orang yang mengalami itu. Tapi, aku ragu apakah itu kisah nyata atau hanya fiksi." Jelas Itachi.
"Kenapa kau menanyakan hal ini?" Tanya Itachi.
Sasuke menghela nafas panjang. "Sakura mengalami hal ini."
"Hn? Sakura-chan?!" Tanya Itachi terkejut.
Sasuke mengangguk. "Waktu pesta ulang tahun sekolah, dia pingsan hingga dua kali. Dan mendapatkan firasat aneh." Jelas Sasuke.
"Saat terbangun dari pingsannya, dia tampak memperhatikan sekitar. Tak lama dia bilang kalau Aula sekolah akan terbakar dan banyak korban jiwa." Kata Sasuke lagi.
"Sakura panik dan menyuruh semuanya keluar. Tapi, hanya beberapa yang mengikutinya termasuk aku dan Naruto. Lalu, apa yang Sakura bilang terjadi." Jelas Sasuke.
Wajah Itachi berubah menjadi serius. "Hn, siapa yang selamat?"
Sasuke menggeleng. "Ada beberapa orang yang keluar juga. Tapi, yang Sakura lihat kematiannya adalah aku, dia, Naruto, dan beberapa teman kelasku dan kakak kelasku. Kakashi-sensei dan Guy-sensei juga."
"Kalau dilihat dari buku yang kubaca, semua yang mencurangi takdir akan mati juga." Kata Itachi serius.
Sasuke mengangguk. "Aku juga mengetahui itu dari kakak kelasku. Dan, itu memang benar." Kata Sasuke pelan.
"Kakashi-sensei dan Guy-sensei yang tewas pertama. Kemudian, tadi Sai-senpai dan Shikamaru." Ujar Sasuke.
"Aku tak tau bagaimana Kakashi-sensei dan Guy-sensei tewas. Tapi, Sai-senpai dan Shikamaru tewas dengan tragis." Kata Sasuke.
"Jadi, kau, Sakura-chan, dan Naruto juga akan..."
Sasuke mengangguk. "Aku tak tau ini berhasil atau tidak. Tapi, kami berpikir kalau kita bisa kembali mencurangi takdir. Untuk menghindari kematian itu."
Itachi terdiam sejenak kemudian menatap Sasuke dengan serius. "Hn, kau takkan bisa. Maksudku, tak ada jalan lain..." Kata Itachi serius.
Sasuke mengangguk. "Aku tau itu. Tapi..."
"Hn, aku akan membantu kalian mencari solusinya. Aku tak bisa membiarkan itu terjadi."
~T.B.C~
Kumohon saran dan kritiknya di kolom reviewnya ya~
Terimakasih banyak~
Sampai jumpa di next chapter~
Bye~
