2. Diculik.
Tidak perlu nyali seperti Halilintar untuk menolong seorang adik yang dalam bahaya, Thorn langsung menghampiri kedua orang yang tengah menyeret Solar. Sebagai seorang kakak, ia merasa berkewajiban untuk bertindak.
Solar terlihat terkejut mendengar Thorn yang menghardik. "KAK! TOLONG!" jeritnya ketika kedua tangannya ditarik paksa kebelakang badannya dan kedua pergelangan tangannya disatukan dengan lilitan lakban berlapis-lapis.
Tanpa mempedulikan resiko lagi, Thorn langsung melepas tas sekolahnya sembari berlari secepat mungkin menghampiri Solar yang telah berhasil diikat oleh kedua penjahat yang memakai masker setengah wajah itu. "LEPASKAN DIA!" Thorn yang praktis buta ilmu beladiri mencoba menggunakan tas sekolahnya sebagai senjata dengan cara diayun-ayunkan dengan membabi buta kearah dua orang yang baru saja melemparkan Solar kedalam mobil box yang kemungkinan dikendarai oleh orang ketiga.
Setelah jaraknya cukup dekat dengan kedua orang itu barulah Thorn menyadari. 'Alamak, dua lawan satu, mana Solar sudah mereka ikat pula!'
Ayunan tas sekolah Thorn yang kalap dan liar nampaknya cukup untuk dijadikan senjata karena beberapa kali Thorn berhasil membuat kedua orang yang telah mengikat adiknya itu terdesak mundur. Bahkan Solar yang tadinya sudah berada di dalam mobil berhasil menggeser dirinya kembali keluar dari dalam mobil itu walaupun dengan keadaan tangan yang terikat lakban.
Beruntung kedua kaki Solar belum diapa-apakan sehingga ia masih bisa berupaya melarikan diri. Namun tanpa tangan yang bisa digunakan untuk menjaga keseimbangan, langkahnya menjadi limbung sebelum akhirnya terjatuh.
"SOLAR!" jerit Thorn yang melihat adiknya itu terjatuh ketika berupaya melarikan diri. Perhatiannya teralihkan pada si adik dan membuatnya lengah.
Tas sekolah yang menjadi satu-satunya cara bagi Thorn untuk membela diri dengan mudah ditangkap dan direbut oleh salah satu orang yang bermasker setengah wajah itu. Tanpa senjata lagi, ia hanya bisa melangkah mundur mendekati adiknya sembari menjaga jarak dengan kedua orang yang mendekati dirinya.
Belum lagi orang ketiga yang keluar dari dalam bagian depan mobil box itu dan langsung mengikuti kedua temannya mengejar Thorn dan Solar.
Thorn hanya bisa meneguk ludahnya ketika dirinya dan adiknya yang sudah terikat itu terkepung oleh tiga orang. 'Habislah ...' Ia hanya bisa meringis dalam batinnya.
Mendadak pandangan Thorn menggelap ketika sebuah pukulan keras terasa mendarat di bagian belakang kepalanya. Selesai sudah usahanya melawan dan menyelamatkan adiknya itu.
Panas ...
Pengap ...
Sakit ...
Itulah yang pertama kali dirasakan Thorn ketika ia berusaha membuka kedua matanya. Pandangan matanya masih berkunang-kunang dan ia merasakan sakit yang berdenyut-denyut dari bagian belakang kepalanya.
Dicobanya untuk mengingat-ingat apa yang telah terjadi. Hal terakhir yang Thorn ingat adalah ia mencoba menolong adiknya, Solar yang tengah diringkus oleh tiga orang penjahat yang bermasker setengah muka. "Solar!" pekiknya setelah Thorn sepenuhnya ingat dengan apa yang telah terjadi.
"Kak Thorn ..." Suara Solar yang lirih terdengar memanggil.
Thorn langsung berusaha untuk bangun dari posisinya yang tergeletak di lantai.
Alangkah terkejutnya Thorn ketika mendapati kedua kaki dan tangannya menolak untuk digerakkan. Ia menengok ke belakang badannya dan melihat bahwa kedua pergelangan tangannya saling bertemu dan terikat oleh berlapis-lapis lilitan lakban duct tape. Begitu pula kedua pergelangan kaki dan lututnya yang terikat lilitan lakban.
Panik langsung melanda alam pikirannya. Belum pernah Thorn membayangkan atau memikirkan dirinya berada dalam situasi menakutkan seperti itu. Sekuat tenaga ia meronta-ronta seperti cacing yang terkena garam untuk melepaskan dirinya.
"Percuma kak ... Ngga bakal bisa lepas ..." Suara lirih Solar kembali terdengar.
Sejenak Thorn berhenti meronta dan menengok ke arah sumber suara adiknya.
Thorn meneguk ludahnya ketika ia mendapati Solar yang duduk bersandar pada dinding ruangan dimana mereka berdua disekap. Dari kedua tangannya yang terlihat berada di belakang badannya dan kedua kaki yang terikat lilitan lakban, Thorn bisa menyimpulkan bahwa Solar berada dalam keadaan yang sama saja dengan dirinya
Bahkan baju seragam sekolah adiknya sudah hancur tak berbentuk lagi. Hanya tinggal singlet yang sudah kotor dan celana panjang putihnya yang juga sudah kotor dan lusuh saja yang masih utuh menempel pada badan Solar.
Belum pernah Thorn melihat Solar dalam keadaan seperti itu. Adiknya yang selalu narsis dan arogan itu benar-benar terlihat lemah dan tak berdaya.
Perlahan-lahan Thorn berupaya menyeret badannya melata di lantai seperti seekor ulat. Sesenti demi sesenti dengan kedua tangan dan kaki yang terikat, ia mendekati Solar yang berada agak jauh dari posisinya.
Dengan susah payah Thorn mendorong dirinya untuk duduk di dekat adiknya. "Solar, kamu ... ngga diapa-apain 'kan?" Tanya si kakak disela napasnya yang terengah-engah setelah melata seperti ulat di lantai.
Solar menggelengkan kepalanya sembari mencoba mengusir titik-titik keringat di wajahnya yang terasa menusuk-nusuk kedua matanya. "Ngga kok," bisiknya dengan lirih.
Perasaan Thorn sedikit lebih lega setelah melihat dengan jelas dan mengetahui keadaann adiknya yang tidak separah yang ia bayangkan. "Kita ... dimana nih?" tanyanya sembari memperhatikan keadaan sekeliling tempatnya disekap itu.
"Rumah kosong. Kita masih di kompleks perumahan, Kak," jawab Solar sembari meliukkan badannya yang terasa pegal. Kedua tangannya terikat lilitan lakban dibelakang badannya dengan posisi telapak tangannya saling berlawanan. Posisi seperti itu mencegah usahanya melepaskan diri dan membuat kedua lengannya terasa sangat pegal. "Duuh ... Kak Thorn tanganku pegal ... tolong ..."
Thorn benar-benar tidak tega melihat adiknya dalam keadaan seperti itu. Hatinya terasa seperti disayat-sayat mendengar pinta si adik yang tidak mungkin bisa dipenuhinya itu. "Solar, aku juga ngga bisa apa-apa ... ," Keluh Thorn dengan kepala tertunduk. Perasaan tidak berdaya dan tidak mampu menolong adiknya itu benar-benar tidak mengenakkan.
"Siapa mereka itu? kenapa mereka menculik kamu?" Thorn bertanya untuk mengalihkan perhatiannya dari rasa tidak berdaya yang semakin merambati dirinya.
"Mereka itu Rob, Robert, Roberto ... Perampok bank dan penjahat yang sedang buron, kak."
Thorn langsung meneguk ludahnya ketika mengetahui siapa mereka yang telah menculik dirinya dan adiknya. Ketiga penjahat yang menyekap mereka itu adalah perampok dan pencuri kambuhan yang sangat meresahkan masyarakat. Tak disangka oleh Thorn bahwa ia dan adiknya harus berurusan dengan mereka.
"Kok bisa?" Hanya itu yang terlintas di kepala Thorn. Tidak ada dari saudara-saudaranya yang pernah berhubungan dengan Rob, Robert, dan Roberto itu apalagi sampai berurusan dengan mereka.
Solar hanya bisa menatap kakaknya ketika menceritakan apa yang terjadi. "Aku... Melihat mereka menyembunyikan hasil curian mereka di dekat sini. Tadinya diam-diam mau kufoto pakai ponselku untuk barang bukti ... Tapi-"
Thorn mengeluh dan memotong Solar yang tengah bercerita. "Jangan bilang kalau ponselmu lupa di-silent."
"Ah ... Ya, begitu deh," jawab Solar dengan nada pasrah. "Mereka mendengar ponselku dan langsung menangkapku."
Thorn menghela napas panjang setelah mendengar keterangan Solar. Niat baik adiknya itu kini malah membawa celaka bagi mereka berdua. "Duh, Solar.. Terus sekarang gimana nih?" tanyanya dengan ketus sambil mencoba menarik-narik tangannya supaya lepas dari lilitan lakban yang mengikatnya.
Solar menunduk dan menggigit bibir bawahnya ketika dilihatnya Thorn terlihat kesal dan mulai panik. "Percuma kak ... Ngga akan bisa lepas..."
"Habislah kita, Solar ...," keluh Thorn yang sudah menghentikan usahanya untuk melepaskan diri dan membiarkan Solar bersandar pada lengannya.
"Aku ... takut ... Kak," gumam Solar dengan suara yang gemetaran sambil memandangi kakaknya.
Kedua kakak-beradik itu saling berpandangan sendu dalam ketidakberdayaan mereka. Tidak mampu mereka melepaskan diri dan mereka tidak tahu akan seperti apa nasibnya. Apalagi mereka tahu bahwa tidak akan ada yang bisa menemukan tempat mereka disekap itu.
Bersambung
