Chapter 3

A Man with Two Soul

.

Mimpi itu datang lagi, gumam Kylo Ren dalam hati, mencoba menetralkan kembali hembusan napasnya yang menderu dan terasa panas. Peluh membasahi pakaiannya, begitu pula dengan rambut hitamnya yang bergelombang. Setelah dirasa cukup tenang, ia menatap langit-langit tanpa mengubah posisinya. Ia merasa lebih lelah dari biasanya, mendapatkan mimpi yang seperti itu membuat tenaganya seakan dilalap habis oleh api.

Dalam mimpi itu, lagi, dirinya memanggil-manggil nama ibunya.

Leia, Leia.

Kylo tidak mengerti mengapa ia memanggil sang ibu dengan namanya. Namun ketika ia menyebut nama itu, dadanya terasa hangat, ringan, seakan tidak ada beban sedikitpun yang dapat membuatnya sesak.

Supreme Leader dari First Order itu kemudian memejamkan matanya. Tangannya perlahan menyibak atasan hitam yang membalut bagian perutnya. Jemarinya dengan lembut menyentuh kulit halus perutnya yang masih terbilang rata, merasakan lekuk kurva kecil di sana, letak di mana Pemberian dari Force tersimpan di dalam tubuhnya.

Awalnya Kylo tidak percaya dengan keberadaan Pemberian itu dalam dirinya. Ia menolak mempercayainya. Terlalu mustahil untuk terjadi, terlalu mustahil bagi dirinya yang seorang pria. Jelas-jelas Kylo tidak terlahir untuk itu. Apa yang diberikan kepadanya membuat dia berpikir kalau Force memiliki selera humor yang benar-benar aneh—andai saja jika Force memang bercanda padanya.

Namun sejak 3 minggu lalu, Kylo tak bisa mengelak barang sedikitpun, ketika ia mulai merasakan kehadiran nyawa lain itu di setiap hembusan napasnya. Pola energi Force yang ditimbulkan terasa kuat dan tak pernah ia temukan di manapun pada orang lain. Kylo awalnya mengira bahwa pola energi itu adalah miliknya, namun ketika ia rasakan kembali, pola energi itu sedikit berbeda dan berasal dari sumber nyawa yang berbeda pula. Nyawa itu tepat berada di dalam dirinya, berpusat pada perutnya. Jelas bahwa nyawa itu bukanlah miliknya, melainkan sesuatu yang lain.

Saat itulah seorang Kylo Ren—dengan enggan hati—mengakui ia memiliki nyawa lain yang hidup di dalam tubuhnya. Satu tubuh dengan dua nyawa. Dengan dua pola energi Force yang ditimbulkan nyaris serupa. Ia amat mengerti bahwa itu hanya dapat terjadi karena satu alasan. Seseorang itu tengah mengandung.

Ia tengah mengandung.

Jika Snoke masih memimpin First Order, dia pasti tidak akan ragu menendang pergi, bahkan mungkin segera membunuh Kylo jika tahu murid ksatria kegelapannya itu hamil, yang tak lain berasal dari Pemberian sisi terang Force. Snoke bisa menuduhnya masih membiarkan sisi terang masuk ke dalam dirinya, mengatakan bahwa dia tidak berguna karena gagal memenuhi pelatihannya selama ini.

Untung saja sekarang Kylo berdiri di kursi tertingginya sehingga tidak ada lagi yang bisa memaki ataupun mengatur-aturnya. Tidak ada lagi yang berbisik dalam kepalanya setiap detik, kepalanya hanya berisikan pikirannya sendiri, tanpa pengaruh dari suara Snoke yang menghantui sejak dirinya remaja. Kini ia bebas bergerak memerintah First Order, dan tak akan ada siapapun atau apapun yang dapat menghalanginya untuk mempertahankan Pemberian Force yang tumbuh di dalam tubuhnya tersebut.

Jika ini berminggu-minggu yang lalu, tentu Kylo tidak akan berpikir untuk mempertahankannya. Ketika pertama kali sadar dengan apa yang ada di dalam perutnya, Kylo berpikir untuk memusnahkannya, membunuhnya. Ia menganggapnya sebagai parasit yang hanya akan membangkitkan konflik di dalam hatinya—membangkitkan sisi terangnya, yang akan menghambat ambisinya berada sepenuhnya dalam kegelapan untuk menguasai setiap jengkal galaksi—menuntaskan apa yang dimulai sang mendiang kakek, Darth Vader. Namun bayangan itu ia buang jauh-jauh.

Memusnahkan Pemberian Force—yang masih tertanam dalam tubuhnya—juga berarti membunuh dirinya. Ia sadar siapapun tidak dapat memusnahkan nyawa Pemberian Force tanpa memusnahkan pula nyawa orang yang diberi Pemberian itu. Satu-satunya pilihan Kylo adalah mempertahankannya untuk terus tumbuh di dalam tubuhnya—yah, terjebak untuk mempertahankannya lebih tepat. Sebetulnya Kylo pun tidak bisa membayangkan dirinya pergi ke medical bay untuk membelah terbuka perutnya dan mengangkat—membunuh—makhluk kecil itu menjauh dari tubuhnya. Terlebih, pola energi Force yang mereka miliki terbilang serupa, itu lebih dari cukup untuk membuktikan bahwa nyawa lain di perutnya merupakan darah dagingnya sendiri, bukan hanya sekedar nyawa entah-berantah yang diberikan Force untuknya. Ia sadar sosoknya sebagai Kylo Ren adalah orang yang dikenal keji—ia bahkan dikenal sebagai Pembunuh Para Jedi, namun ia merasa akan menjadi sosok biadab jika sampai hati memusnahkannya. Sebanyak apapun dan bagaimanapun Kylo menyangkalnya, hati kecilnya masih dihuni oleh sisi Cahaya seorang Ben Solo. Sisi itulah yang hadir ketika dirinya hendak meledakan anjungan kapal Resistance, kapal di mana ibunya berada.

Jemari Kylo masih mengusap perutnya, merasakan hangat menyeruak ketika ujung jemarinya beradu lembut dengan kurva kecil itu. Pria itu sudah mulai terbiasa dengan kehadiran makhluk kecil di dalam sana. Makhluk kecil yang terus bertumbuh, dan sedikit lagi, ia akan bernapas bersama dengannya. Kylo yakin sebentar lagi ia akan mendengar detak jantungnya, berdegup teratur bersama dengan miliknya.

Kylo terbenam pada pikirannya. Jika makhluk kecil ini nanti lahir—entah bagaimana prosesnya Kylo tidak ingin berpikir terlalu jauh—kemungkinan besar ia akan mengajarinya untuk menjadi salah satu pendekar kegelapan. Kylo nampaknya pun tidak akan ragu untuk memberikan posisi Master of The Knights of Ren jika dia benar-benar pantas mendapatkannya. Bayangkan jika dirinya berkuasa atas seluruh galaksi bersama seseorang yang juga memegang namanya—Ren, seseorang yang sepenuhnya menjadi miliknya dan mewarisi pula segala yang menjadi kepunyaannya. Mereka bersama akan menuntaskan apa yang dimulai Darth Vader, memenuhi hak lahir mereka sebagai penguasa galaksi, membangun kembali Empire di seluruh negeri.

Kylo teringat ketika dirinya pergi ke medical bay untuk pemeriksaan medis yang juga rutin dilakukan para petinggi First Order, di mana pada hari itu dirinya dinyatakan tengah hamil. Med droid yang memeriksanya kala itu memastikannya berkali-kali dengan melakukan tes berulang dari beberapa tes berbeda. Droid itu mengatakan padanya bahwa terdapat seonggok kecil daging pada rahim yang masih dalam tahap perkembangan pada tubuh sang Supreme Leader. Saat itu juga dahi Kylo berdenyut heran separuh menahan kesal, bagaimana pula tubuhnya tiba-tiba menumbuhkan rahim, dan bagaimana pula bisa ada seonggok daging di dalam sana? Yang Kylo ketahui, ia dilahirkan sebagai seorang laki-laki, bahkan hingga detik ini pun ia yakin ia masih seorang laki-laki. Meski saat itu ia syok dan menyangkal mentah-mentah fakta itu, untung saja ia dapat menahan tantrumnya sebelum merusak benda di sekitarnya.

It is a gift for you. Take care of it, it may save your life.
(Ini adalah pemberian untukmu. Jagalah dia, dia dapat menyelamatkan nyawamu.)

Suara itu terdengar lagi, mengeluarkan Kylo dari pikirannya dan kembali ke ruangannya. Namun kali ini Kylo merasa lebih tenang mendengarnya, sama sekali tidak merasa gelisah. Nyatanya, mendengar bisikan itu membuatnya terkekeh mengingat dari situlah rahim dalam tubuhnya terbentuk.

Pria bermata cokelat itu membuka matanya, separuh berbisik, "Indeed, I'll try my best to take care of it."
(Tentu, akan aku coba yang terbaik untuk menjaganya.)