"Hey, Rin, katanya sih, kalau kamu bisa melihat aurora di akhir Bulan Desember dengan orang yang kamu sayangi, brarti mereka ditakdikan untuk bersama"
"Benarkah? Kamu jangan mengada-ngada Ren, ha ha ha"
"Kamu jangan tertawa Rin, itu tidak lucu"
"Oke, minggu depan, kita lihat saja aurora di menara tua itu"
"Kalau tidak ada bagaimana"
"Psst, kamu kira, takdir ditentukan oleh sebuah aurora saja"
"He he he, iya benar juga"
" Bagaimana dengan keadaan pasien sekarang EVA? Apakah ada perkembangan?"
"Belum Prof, pasien masih dalam keadaan koma"
Prof. Anjou, menatap tabung kaca dengan tatapan dinginnya.
"Baiklah kita lanjutkan, projek ini besok saja"
Blup, blup
"Tunggu Prof, pasien, detak jantungnya tidak normal, meningkat 10% !"
Prof. Bergegas menuju ke tabung kaca untuk memeriksa. Seketika saja, tubuh gadis kecil itu terdapat tato yang muncul di bahunya. Matanya yang berwarna merah dengan pusaran spiral berbentuk tulang naga menatap ke arah Prof. Anjou. Dengan kekuatannya dia berhasil memecahkan tabung kaca raksasa itu berkeping-keping.
Eva dengan sigap mengoperasikan listrik bertenaga tinggi dan berhasil mengenai tubuh gadis kecil itu. Gadis kecil itu ambruk di lantai yang dikelilingi kaca yang berserakan.
"Eva sepertinya tamu kita sudah bangun", jawab Prof dengan senyuman di bibirnya.
Mataku terbuka dengan perasaan yang ling-lung, bibirku yang tersa kering dan perutku lapar seperti tidak makan selama bertahun-tahun. Melihat di depanku terdapat seorang laki-laki paruh baya dengan dibawanya jas hitam di bahnunya. Warna mata yang berwarna perak dan rambut putih sebahu. Kemudian, sebuah hologram berwarna biru di sebelahnya.
"Aku tahu kamu bingung, tapi kamu berada di tempat yang aman di sini. Tempat ini adalah adalah Caselle college. Kamu bisa memanggil saya Anjou dan ini adalah Eva, asistenku".
Anjou memberikan aku makanan, terdapat berbagai macam nasi, sayuran dan lauk, aku dengan lahap, memakan itu semua.
"Jadi, dengan keadaanmu yang seperti ini, aku mendaftarkan kamu di kampus ini. Kampus ini dibangun untuk membunuh naga dan monster di dunia ini. Pasti ada misi yang berbahaya yang akan membunuhmu. Bagaimana apakah kamu mau menerimanya?"
Aku berpikir sejenak dan berbicara kepada dia.
"Aku lupa siapa diriku, keluargaku dan teman-temanku. Baiklah Anjou, aku terima tawaran itu, brarti hutangku kepadamu sudah impas."
" Ya, tentu saja, kamu mau kupanggil siapa?"
Rin, seketika terlintas nama dan suara itu di dibenakku.
"Rin panggil saja aku rin"
Anjou menganggukkan kepala dan pergi dari ruangan itu.
Air mataku menetes seperti aku kehilangan sesuatu yang berharga.
