I love adult or sex stories, I always wanted to make it, and I managed to make it, as much as I could on this account.

I will never own all of the Naruto characters because they belong to Masashi Kishimoto, but to love them, will always be in my heart and mind.

NARUTO X HINATA

WARNING! Bagi kalian yang tidak terlalu nyaman dengan kalimat-kalimat vulgar, saya harap segera menyingkir, ada banyak cerita berkualitas yang bisa kalian baca—tentu saja bukan di sini.


Malam itu tidak ada inspirasi, tak tahu menulis atau menggambar seperti apa. Catatan-catatan yang sudah dia siapkan dalam bukunya, hilang tidak tahu ke mana, dan belum cukup dengan itu, istrinya tidak ada di rumah, karena harus pergi berkunjung ke rumah orangtuanya. Kalau sudah jam segini, sudah pasti Hinata menginap.

"Apa aku harus menggunakan tangan?" tanyanya gelisah. "Tidak, aku sudah lama tidak melakukan hal semacam itu dengan tangan. Memalukan sekali."

Namun beberapa menit kemudian, Naruto benar-benar melakukannya. Ia memegangi penisnya, mengurut kecil, dan mendesah sambil membayangkan bawah penis itu ada di dalam mulut istrinya. "Betapa nikmat jika Hinata ada di sini," dia menggerutu kesal. "Tapi... tapi... aahhh... akhirnya keluar juga. Tapi tetap tidak ada inspirasi yang aku dapatkan."

Naruto duduk di atas kursi kerjanya dengan telanjang bulat, dengan cairan sperma yang berceceran, lalu dia melirik telepon genggamannya, tetapi sang istri tidak sekalipun mengirim pesan kepadanya. Ke mana perempuan itu? Apa yang sebenarnya dia lakukan sampai tidak mengatakan sesuatu, apakah suaminya bisa menggoreng gyoza beku tanpa takut minyak yang meletus, atau apakah bisa menanak nasi?

"Benar-benar, ke mana sebenarnya Hinata?"

"Mengapa bisa kau telanjang di kantor?" dia menoleh dengan segera, ia menghafal suara istrinya, dan kini dia melihat wajah wanita itu memerah. "Apa yang sebenarnya terjadi?"

"Istriku!" Naruto berdiri masih telanjang, dengan penis yang tiba-tiba menegak. "Aku mau kau di sini, sekarang, aku benar-benar rindu padamu."

"Biarkan aku mandi!" dengus sang istri, dengan marah, dengan memukul tubuh suaminya, tetapi pria itu menyeret masuk ke dalam tempat kerja. Kemudian memaksa istrinya untuk tiduran di atas meja gambar di mana kertas-kertas kosong yang seharusnya sudah penuh oleh inspirasi yang dituangkannya. "Berhenti, berhenti, aduuuh, berhenti, sakit."

"Aku sudah tidak tahan!"

"Kenapa? Eh, jangan, jangan!" teriak Hinata, ketika penis suaminya didorong masuk, dan rasanya benar-benar luar biasa saat dia belum terbiasa, saat tidak ada pemanasan. "Astagaaaa," dia gelisah di atas meja kerja suaminya, merasakan setiap sentuhan sensitif yang diberikan olehnya. Bagaimana bisa rasanya senikmat ini, padahal di tengah perjalanan tadi, dia benar-benar kelelahan. "Dorong terus!" pinta Hinata. "Ah, demi Tuhan, ini enak sekali, penismu enak sekali." Dia malah merancau, sebaliknya Naruto, tahu sekarang apa yang harus dia gambar, apa yang harus dia lakukan sebentar lagi.


To Be Continued