Lima bulan lalu

Setiap merasa penat, maka club malam adalah tempatnya. Ditemani oleh minuman yang menghangatkan tubuh serta iringan musik EDM

yang mengundang hasrat untuk bergoyang di lantai dansa.

Tetapi hal itu tidak berlaku untuk pria berkemeja putih yang tengah duduk dengan keadaan setengah mabuk. Hanya menikmati minuman beralkohol ia rasa cukup untuk menenangkan sebagian tubuhnya yang lelah ini.

Lelah fisik maupun batin yang tengah Levi rasakan. Sudah berjalan satu setengah tahun dia merasa terombang-ambing dengan perjalanan takdir yang pahit ini. Jika bukan karena anak, mungkin Levi akan menyerah. Dia menyerah untuk hidup, namun bukan berarti ia akan bunuh diri. Kemungkinan besar Levi akan membebaskan dirinya untuk melakukan apa saja yang ia mau. Termasuk having sex dengan wanita manapun.

"Butuh teman minum?"

Di kala Levi menutup matanya, tiba-tiba suara seksi milik wanita entah itu siapa mengalun menggoda di indera pendengarannya.

Pria itu membuka mata, mengira suara itu sedang memanggilnya. Namun nyatanya bukan. Suara milik wanita bergaun ketat memperlihatkan lekuk tubuh montoknya itu bukan datang kepada dirinya melainkan untuk orang di sebelahnya.

Mike namanya. Alias asisten Levi yang ternyata ikut bergabung bersama untuk memabukan diri. Melepas penat karena seharian bekerja di bawah tekanan, barang kali. Well, siapa yang kuat bekerja dengan direktur temperan modelan Levi Ackerman? Mike saja setengah mati untuk tidak mengumpat di depan wajah pria itu.

"Hum, sepertinya aku lebih butuh teman tidur," Mike membalasnya tak kalah seksi sambil mengamit pinggul wanita itu untuk duduk di pangkuannya.

"Tidak gratis, tuan." Wanita itu memainkan ujung rambut lancip milik Mike. Memilinnya dengan memasang rupa semakin menggoda.

"Berapa pun akan aku bayar, baby,"

Shit!

Persetan dengan Mike yang mengatakan seolah ia adalah orang kaya di sini. Lihat saja, pasti setelah sadar nanti pria itu akan datang pada Levi, memohon untuk meminjamkan uang. Dasar bocah sialan!

Levi tidak tahan untuk berada di tempatnya yang kini ternodai dengan aksi percumbuan sang asisten dengan wanita malam itu. Dirinya lebih baik pergi, atau lebih tepatnya mencari tempat yang lebih mengasyikan untuk menyendiri.

"Jangan pegang bokongku, bodoh!"

Namun, di saat Levi melangkahkan kakinya menuju meja paling ujung. Tiba-tiba ia mendengar suara wanita lagi yang kini berbeda jauh dengan suara manja barusan yang ia dengar. Kali ini terdengar galak dan parahnya suara itu tertuju padanya. Levi sedang tidak beruntung malam ini, kawan!

"Aku melakukan apa?" tanya Levi dengan raut bingung.

Si wanita itu menatapnya sebentar sebelum membuang napas kasar.

"Tanganmu menempel di bokongku, mesum. Kau tidak sadar?"

Benar, Levi tidak sadar. Tidak mungkin pula ia sengaja melakukan itu. Lagi pula, untuk apa tangannya bisa tergoda untuk menyentuh bokong tidak menarik milik wanita itu. Cih.

"Dasar mesum tidak mau mengaku!" Wanita itu semakin memakinya dengan sengit.

Levi yang tidak tahu harus berbuat apa hanya diam dengan raut datar. Tidak pula berniat membela diri karena jujur, rasa pusing sudah melanda hebat di kepalanya. Ia butuh duduk— tidak ia butuh tidur. Hingga saat itu tubuhnya mendadak ambruk, jatuh tepat pada wanita itu.

"Bukannya having sex tidak masalah, Bos?"

Levi mengernyitkan dahinya mendapati perbincangan Mike yang tiba-tiba berubah jalur. Awalnya mereka hanya berbincang mengenai pekerjaan tentunya.

"Maksudmu?"

Mike memutar bola matanya malas. Sekarang bosnya berlagak seperti orang dungu.

"Kau setiap hari datang ke club. Minum sampai manuk tetapi tidak pernah memuaskan diri sendiri."

Semakin membuat Mike tidak mengerti apa yang dibicarakan asistennya ini.

"Maksudku, kenapa kau tidak memuskan nafsumu saja di sana? Kau tahu aku sebagai orang yang menemanimu setiap hari di sana merasa jenuh karena kegiatanmu membosankan." Ini adalah ucapan jujur dari lubub hati Mike paling dalam.

"Bahkan saat aku sudah melakukan itu, kau sama sekali tidak tergoda untuk melakukannya juga."

Levi mengingat kejadian kemarin lusa saat Mike nyaris bercinta dengan salah satu wanita malam di depannya. Iya juga ya, kenapa dia tidak ikut tergoda untuk melakukan hal yang sama seperti Mike jika dipikir?

"Kau terlalu mengingat anak?" tanya Mike lagi.

"Entahlah, bisa jadi."

"Tapi pernah tidak mengingat diri sendiri?"

Levi melirik Mike lagi. Tentu jawabannya tidak. Sudah beberapa bulan Kair bahkan melupakan jati dirinya.

"Sudahlah, bung. Sekali-kali kau harus bersenang-senang. Jangan terlalu stress, kau bisa gila nanti."

Mike hanya tak acuh saat Levi mengganti pandangannya menjadi dingin.

"Nanti malam cobalah untuk melakukan itu. Aku sudah menyiapkan gadis manis untukmu, bos."

Dasar Mike sialan!

Jika bukan karena Mike, mungkin Levi sudah menolak untuk datang ke club malam ini. Bukan karena tidak ingin minum, hanya saja mengingat bagaimana rencana sang asisten untuk menyuruhnya bercinta dengan wanita yang sudah pria itu siapkan, membuat Levi geger.

"Sudah lama kau tidak melakukannya, bukan? Ingin membuat yang dibawah sana mati sampai menjadi bangkai?"

Persetan dengan mulut Mike yang tidak ada filternya itu!

Levi merasa dilecehkan, tetapi tidak jua bisa membela diri. Memang kenyataanya ia tidak melakukannya hampir setahun. Walau tidak akan pernah mati apalagi sampai menjadi bangkai, tidak menutup kemungkinan jika miliknya bisa tidak berfungsi lagi. Atau sebut saja mati. Yah sama saja.

"Si miskin sialan!"

Levi tidak berhenti memaki di saat Mike ijin untuk mengambil wanita yang sudah menunggu di lantai atas. Levi menyumpah tetapi tidak pula pergi. Padahal jika ia mau, ia bisa pergi dari sini dan pulang ke rumah. Beres 'kan? Tapi lihat, dia tetap berada di sini.

Dia hanya beranjak dari tempatnya hanya untuk memesan satu botol alkohol lagi. Kali ini ia memesan vodka dengan harga cukup mahal. Mungkin ingin merasakan pengaruh vodka mahal di saat dirinya bercinta nanti.

Jadi, sekarang berpikirkan untuk mantap bercinta, huh?

Levi memesan sementara bartender mengambil pesanannya. Pria itu semula tidak memerhatikan keadaan sekitar, namun tiba-tiba perhatiannya teralih pada seorang wanita yang tengah duduk dengan menunduk di sebelahnya.

Tidak berniat menegur tetapi di saat itu pandangan mereka bertemu karena si wanita mengangkat kepalanya, langsung menengok pada Levi yang diam di tempat.

"Kau yang kemarin memegang bokongku dan jatuh di dadaku, ya?"

Levi melongo. Perkiraannya sudah tepat mengenai wanita di depannya yang sudah dipengaruhi oleh alkohol. Berbicaranya ngelantur, Levi sampai tidak paham.

"Jangan sembarangan—"

"Tanggung jawab!"

Tiba-tiba pria itu terkejut karena kedua tangan wanita itu mencengkram kuat kerah kemejanya. Wajahnya mendekat, membuat Levi melihat ada jejak air mata di sekitar wajah wanita itu.

"Tanggung jawab karena sudah membuat pacarku memutuskanku!"

Mike kembali dengan seorang wanita di sebelahnya. Berharap ia akan menemukan bosnya, tetapi malah mendapati kosong. Tidak ada Levi di kursi dan Mike berasumsi bahwa pria itu sudah kabur lebih dulu.

Cerdik juga.

Mike mendengkus karena rencana ingin memberi hadiah untuk sang atasan sirna. Mungkin memang Levi tidak siap untuk melakukan itu lagi. Atau memang milik pria itu sudah mati hingga tidak berminat lagi untuk bermain dengan—

Tunggu. Mike mengucek matanya beberapa kali. Tidak salah lihat dengan pemandangan di depan 'kan?

Seorang pria kemeja hitam yang tengah berciuman panas dengan wanita bersurai hitam legam namun tidak Mike ketahui rupanya, adalah Levi bukan?

Jadi, sejak kapan Levi memilih lawan mainnya sendiri? Eh atau mungkin pria itu memang sengaja ingin memilih wanita sendiri untuk menemaninya di kamar nanti?

Entah apapun itu, yang jelas sukses membuat Eren menyinggungkan senyum puas. Kini ia bisa melihat sang direktur pemarah itu asyik beperang lidah dengan wanita pilihannya. Dia yakin, permainan lidah itu tidak akan berhenti di situ saja. Pasti akan bertahap menuju level paling atas.

Mike tidak lagi memusingkan tentang kegiatan Levi setelahnya. Tanganya kini melingkar pada bahu wanita yang tadi ia bawa, yang awalnya untuk memuaskan bosnya.

Tetapi melihat bosnya sudah memilki yang lain, maka tidak ada salahnya jika Mike menjadi penggantinya. Lagipula sama saja, hanya ia kalah dalam perihal uang jika dibanding Levi. Tentang kegunaan, rasanya akan sama nikmatnya.

"Kita ke atas? Sekarang aku yang akan mengajakmu bermain, sweety."

To be continued