Naruto Masashi Kishimoto

A SasuSaku Fanfiction

Warning: OOC

.

.

–3–

.

.

"Sial, aku terlambat,"

Sakura bergegas keluar dari rumahnya. Setelah mengunci pintu, ia pun berlari kecil menuju mobil yang terparkir di depan rumah. Baru saja Mini Cooper Clubman itu hendak melewati pagar rumah, Sakura merasakan ada sesuatu yang ganjil. Ia pun turun dari mobil dan langsung mengedarkan pandangannya pada ban depan mobil. Benar saja, salah satu ban mobilnya bocor. Dan sepertinya kebocorannya cukup parah. Mau tidak mau Sakura mendesah berat dan kembali merutuk kesal.

"Bagus, benar-benar bagus. Sepuluh menit lagi absen dan–Apa?! Sepuluh menit lagi?!"

Sakura berteriak histeris begitu melihat jam tangan mungil yang melingkari pergelangan tangan kirinya. Jika begini, ia benar-benar akan terlambat. Ia harus pergi secepat mungkin. Kebetulan netra hijau klorofilnya tak sengaja melihat sebuah taksi yang melintas di depan rumahnya.

"Taksi, taksi, tunggu,"

Sakura berteriak memanggil taksi tersebut. Untungnya taksi tersebut berhenti. Sakura segera berlari menuju taksi dan bernafas lega begitu melihat tidak ada penumpang lain di dalamnya. Tanpa pikir panjang ia pun langsung masuk dan menyebutkan alamat tujuannya pada si supir.

"Tolong cepat pak, saya sudah terlambat," pinta Sakura. Ada nada ke khawatiran dalam suaranya.

"Baik nyonya," jawab si supir. Taksi tersebut berjalan menjauhi kediaman Sakura.

Semoga aku tidak terlambat..

.

.

Akhirnya Sakura bisa bernafas dengan tenang setelah melewati pagi yang kacau. Untungnya ia tiba tepat beberapa saat sebelum absen di mulai. Kini masih ada waktu sekitar lima menit sebelum kelas di mulai. Sakura merogoh tas yang ada di mejanya dan mengeluarkan handphone nya. Dengan cepat ia menulis pesan singkat untuk kakaknya, Sasori.

"Bisakah kau menjemputku nanti? Ban mobilku bocor,"

Tanpa menunggu balasan dari Sasori, Sakura mengetik sederet nomor untuk menelpon jasa derek mobil. Setelah meminta mobilnya untuk dibawa ke tempat servis mobil, Sakura pun mengakhiri panggilan teleponnya bersamaan dengan bel masuk kelas. Sakura menyimpan kembali handphonenya ke dalam tas dan merapikan sejumput anak rambut yang berantakan dan berjalan meninggalkan ruangan yang di tempatinya.

.

.

"Haah, leganya,"

Sasori meregangkan punggungnya yang sedikit sakit setelah duduk berjam jam mengerjakan laporan. Dia meraih handphone yang tergeletak di samping layar komputer. Ia berdecih kesal begitu mendapati bahwa handphonenya mati karena kehabisan baterai. Ia pun merogoh laci meja nya dan mengeluarkan sebuah charger dan mengecas handphonenya. Setelah handphone berlogo apel itu hidup kembali, ia mengernyit melihat sebuah pesan dari Sakura.

"Bisakah kau menjemputku nanti? Ban mobilku bocor,"

Sasori tersenyum masam setelah membaca pesan singkat dari adiknya.

"Dia itu benar-benar tidak ada manis-manisnya sama sekali," ucap Sasori kecut. Ia pun melirik jam di ujung layar handphonenya yang menunjukkan pukul 11.00.

"Gawat, sudah jam segini? Kalau begitu aku harus menjemput adik tidak manisku itu," ucap Sasori pada dirinya sendiri.

Saat tengah berjalan menuju pintu keluar, tiba-tiba seseorang memanggil nya.

"Sasori, tuan Hiruzen meminta laporan yang kau kerjakan,"

Sasori menepuk dahinya.

"Ah, kau benar, aku sudah janji akan memberikan laporan itu secepatnya,"

Sasori pun bingung. Ia bisa terlambat menjemput Sakura, sementara atasannya kini tengah menunggunya. Di tengah kebimbangannya itu Sasori melihat Sasuke yang baru saja memasuki kantor kepolisian.

"Oi, Sasuke, bukankah kau libur?"

Sasuke langsung menoleh begitu mendengar namanya disebut. Sedetik kemudian, sebuah benda kecil melayang ke arahnya. Dengan mudah Sasuke menangkap benda yang ternyata adalah sebuah kunci mobil. Salah satu alis Sasuke terangkat, memandang penuh tanya ke arah Sasori.

"Tolong jemput adikku, akan ku kirimkan alamatnya. Aku ada urusan mendadak. Tolong yaa,"

Setelah itu Sasori bergegas pergi, meninggalkan Sasuke yang masih tak percaya dengan apa yang terjadi. Padahal niat nya datang ke kantor di hari liburnya adalah untuk mengambil barangnya yang tertinggal. Tak di sangka ia malah harus bertemu dengan gadis itu lagi, gadis yang sejak pertemuan pertama sudah menarik atensinya.

Kling

Sasuke merogoh kantong celananya begitu mendengar pesan yang masuk ke handphonenya. Ia mengernyit saat membaca sebaris alamat yang dikirimkan Sasori kepadanya.

Tempat ini.. kenapa aku harus menjemputnya disitu?

.

.

Mobil yang Sasuke kendarai perlahan lahan berhenti. Pria itu kembali membaca alamat yang tertera di layar handphonenya.

Ya, tidak salah lagi, ini tempatnya.

Dari dalam mobil Sasuke mengedarkan pandangannya ke sekeliling bangunan yang di cat warna warni itu. Sebuah plang bertuliskan Taman Kanak-Kanak Konoha tertulis dengan besar di depan pagar. Benar. Ini adalah taman kanak-kanak. Itulah mengapa Sasuke heran begitu Sasori mengirimkan alamat ini padanya.

Memangnya apa yang dilakukan gadis itu disini?

Sasuke kembali mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru taman kanak-kanak. Kemudian netra gelapnya melihat gadis itu. Gadis berambut pink muda yang tengah duduk dibawah sebuah pohon yang rindang, dikelilingi oleh sekelompok anak anak yang menatapnya antusias. Gadis itu sepertinya tengah bercerita–terlihat dari kedua tangannya yang sibuk menggerakkan boneka tangan dan mulutnya yang komat kamit mengucapkan sesuatu. Sesekali ekspresi gadis itu berubah. Terkadang ia terlihat senang, kemudian sedih, kemudian lagi takut, dan kembali cerah lagi. Angin sepoi-sepoi memainkan anak rambut disisi wajahnya yang tak ikut tersanggul rendah.

Cantik

Ya, Sakura benar-benar terlihat sangat cantik. Selama ini Sasuke hanya melihat ekspresi kesal dari wajah Sakura, sehingga begitu melihat gadis itu tersenyum dan tertawa dengan lepas entah mengapa membuat dadanya terasa berdebar.

Sasuke meletakkan tangannya diatas dadanya. Ia bisa merasakan debaran itu. Tapi Sasuke segera menggelengkan kepalanya, menepis bayangan Sakura dari pikirannya.

"Aku pasti hanya terkejut melihat sisi lain dari dirinya, tidak lebih," ucap Sasuke menenangkan dirinya sendiri.

Benar begitu, eh, Sasuke?

.

.

Bel pulang berbunyi. Anak-anak yang duduk mengitari Sakura terlihat kecewa. Sakura pun tersenyum geli melihat anak-anak ini sangat menyukai cerita yang ia bawakan. Sakura berjanji akan melanjutkan ceritanya besok. Akhirnya anak-anak itupun berlarian masuk ke kelas untuk mengambil tasnya masing masing.

Sakura mengedarkan pandangannya ke luar taman kanak-kanak dan melihat mobil Sasori sudah terparkir di sana. Sakura pun bergegas kembali ke ruangannya untuk mengambil barang-barang nya.

"Hahaha, lucunya anak-anak itu sangat menikmati cerita yang ku bawakan. Sangat menggemaskan,"

Sakura tertawa kecil begitu masuk ke mobil dan langsung duduk sambil meletakkan tas yang dibawanya di pangkuannya. Tidak adanya respon dari Sasori membuat Sakura akhirnya mengalihkan pandangannya ke kursi di sebelahnya.

"Hei, kenapa kau–"

Sakura sontak terkejut begitu mendapati pria yang duduk disebelahnya bukanlah kakak kandungnya, melainkan Sasuke, si polisi yang meringkusnya beberapa hari lalu.

"Kau? Apa yang kau lakukan disini?"

Sasuke hanya mengangkat bahunya acuh. Sakura pun menggeram kesal melihat tingkah Sasuke.

"Cih, kau ini bisu atau bagaimana? Aku kan tanya kenapa kau bi–"

Perkataan Sakura kembali terhenti begitu Sasuke tiba-tiba menoleh ke arahnya. Netra hitam pemuda itu menatapnya intens. Kemudian dengan gerakan perlahan Sasuke mendekati Sakura, membuat gadis beriris klorofil itu tanpa sadar menahan nafasnya. Kemudian salah satu tangan Sasuke terangkat dan memasangkan seat belt Sakura. Sedetik kemudian pria itu sudah kembali ke posisi nya semula.

"Seat belt mu belum terpasang," ucap Sasuke santai. Sakura menghembuskan nafas kasar.

"Sialan, hampir saja aku menghajar mu karena ku kira kau akan berbuat mesum,"

Sasuke melotot tak terima mendengar perkataan Sakura.

"Aku ini pria baik baik, tau,"

Sakura mendengus mendengar bantahan Sasuke.

"Lagi pula berbuat mesum padamu adalah hal terakhir yang ingin ku lakukan siang ini," tambah Sasuke.

Mendengar itu Sakura langsung mengubah posisi duduknya mengahadap sepenuhnya ke arah Sasuke.

"Begitukah?" ucap Sakura. Sakura pun melepaskan seat belt nya. Setelah itu ia melepaskan blazzer yang di kenakan nya. Sasuke hanya memandang wanita itu datar sebelum Sakura dengan perlahan melepaskan satu persatu kancing kemejanya, membuat Sasuke akhirnya sedikit kelabakan.

"Apa yang kau lakukan?" Tanyanya berusaha tetap tenang. Sasuke pun memalingkan pandangannya pada jalanan di depannya.

"Tatap aku, Sasuke," titah Sakura. Sasuke tetap memusatkan perhatiannya pada jalanan di depannya. Kemudian tawa Sakura memecahkan suasana yang terasa panas–setidaknya begitulah menurut Sasuke.

"Heh, kau ini kenapa jadi pucat begitu sih? Tadi kan kau bilang hal terakhir yang ingin kau lakukan siang ini adalah berbuat mesum kepadaku–"

Sakura kembali duduk di posisinya semula. Kemudian ia mengikat kedua ujung kemejanya serta menggulung lengan bajunya hingga siku.

"–jadi seperti tidak masalah, bukan?"

Sakura menyeringai geli melihat Sasuke yang tidak mau menatap kearah nya sama sekali.

"Kenapa kau tegang sekali? Santai saja,"

Tangan Sakura kemudian naik dan menyentuh bahu Sasuke. Ia pun memijit pelan bahu Sasuke.

Perempuan gila

Sasuke menghentikan mobilnya saat lampu lalulintas berwarna merah. Ia kemudian menggenggam tangan Sakura yang ada di bahunya dan menariknya sehingga Sakura terdorong ke arah Sasuke. Kemudian Sasuke menoleh dan menatap Sakura tanpa berkedip, membuat Sakura yang ditatap begitu intens dengan jarak sedekat ini sedikit gugup dan tanpa sadar kembali menahan nafasnya.

"Hentikan," bisik Sasuke rendah.

Sakura tak menjawab. Tapi tangannya yang bebas bergerak perlahan menyentuh pipi Sasuke. Kemudian tiba-tiba ia mencubit pipi Sasuke, membuat si empunya pipi meringis kecil. Setelah itu Sakura menekan kedua pipi Sasuke dan mengarahkan pandangannya ke depan.

"Lampunya hijau,"

Sasuke menggulirkan bola matanya ke arah Sakura dengan posisi tangan Sakura yang masih menekan pipinya. Kemudian Sakura melepaskan tangannya, begitu juga Sasuke.

"Sudah, cepat jalan," ucap Sakura sambil mengangkat alisnya tinggi-tinggi. Kini Sasuke yang mendengus mendengar perintah Sakura. Ia pun menginjak pedal gas dan mobil kembali melaju.

"Dasar, memangnya aku supir mu?" Ucap Sasuke.

Sakura tidak menggubris ucapan Sasuke. Diam-diam ia sibuk mengatur debaran jantungnya yang entah mengapa sedikit cepat.

Kenapa aku menahan nafasku tadi? Dasar bodoh!

.

.

Sasuke melirik Sakura melalui ekor matanya. Saat ini gadis itu tengah menatap keluar jendela. Lirikan Sasuke kemudian turun menuju pakaian Sakura yang terbuka, menampilkan tank top berbelahan rendah dengan belahan dada yang terlihat penuh. Sasuke juga bisa melihat tulang selangka nya yang–

Sial, apa yang ku pikirkan?

Sasuke berdehem sebelum membuka mulutnya.

"Jadi kau seorang guru, eh?"

Setelah melontarkan pertanyaan itu, Sasuke terkejut. Tak biasanya ia yang terlebih dahulu membuka percakapan jika sedang bersama seseorang. Namun entah mengapa keheningan diantara mereka membuat Sasuke tak tahan.

Sakura hanya mengangguk sebagai respon atas pertanyaan Sasuke. Ia bahkan tidak mengalihkan pandangannya, masih setia menatap keluar jendela di sampingnya.

"Hei sialan, kesini kau,"

Akhirnya Sakura menolehkan kepalanya ke arah Sasuke. Alisnya bertaut bingung mendengar perkataan Sasuke.

"Apa begitu caramu memanggil murid-murid mu?"

Sontak saja perkataan Sasuke membuatnya kesal. Ia pun tanpa sadar memukul bahu Sasuke dengan cukup keras karena gemas.

Plak

"Gila. Mana mungkin aku melakukan hal itu," ucap Sakura dengan suaranya yang melengking.

Ugh, kenapa tenaga gadis ini besar sekali sih?

"Atau bisa saja kau bersikap manis di depan anak-anak itu, kemudian saat mereka berbalik kau mengacungkan jari tengah ke arah mereka,"

Sakura kembali melotot mendengar ucapan Sasuke. Sementara Sasuke hanya mengangkat bahunya ringan.

"Jadi kau ingin tau seperti apa aku menghajar anak murid ku yang nakal?" Ucap Sakura dengan menekankan kata menghajar. Ia mengepalkan kedua tangannya. Sasuke pun menelan salivanya, teringat bagaimana Sasori babak belur hanya dengan satu pukulan dari gadis yang ada di sampingnya itu.

"Mungkin lain kali saja," ucap Sasuke sambil berusaha bersikap biasa.

"Bagus. Aku tidak sabar memberi mu pelajaran itu," ucap Sakura sambil menekankan lagi kata pelajaran.

Setelah itu keheningan kembali melanda mereka. Kemudian tiba-tiba Sakura sedikit terlonjak dari kursinya.

"Ah, iya. Setelah ini belok ke kiri ya, aku harus mengambil mobilku,"

Begitu melihat pembelokan, Sasuke langsung membelokkan setir ke kiri. Kemudian Sakura menunjuk sebuah servis mobil dan Sasuke pun menghentikan mobil Sasori disana.

Sakura langsung turun dan menghampiri mobilnya yang terparkir disana. Seorang pria kemudian datang menghampirinya. Mereka berbincang selama beberapa menit. Banyak pasang mata tertuju ke arah Sakura. Penampilan nya yang unik–rambut merah muda–serta tubuh bak model dan wajah yang cantik membuat banyak pria yang mendominasi tempat ini mengarahkan pandangannya ke arah Sakura. Bahkan ada yang sampai tak berkedip menatapnya dan entah mengapa hal itu membuat Sasuke sedikit err.. kesal? Entahlah, yang jelas ia merasa tak suka jika pria-pria mata keranjang itu menatap gadisnya.

Gadisnya? Memang sejak kapan kau mengklaim Sakura itu gadismu, Sasuke?

Sakura kemudian berjalan menghampiri mobil Sasori. Sasuke segera menurunkan kaca mobilnya begitu Sakura menghampirinya.

"Ku rasa kau bisa kembali sekarang. Aku akan mengendarai mobilku pulang,"

Sasuke mengangguk paham. Saat Sakura hendak berbalik, Sasuke menghentikannya.

"Aku minta maaf,"

Ucapan Sasuke membuat Sakura bingung.

"Untuk malam itu. Seharusnya kami lebih teliti. Benar-benar bodoh," jelas Sasuke begitu membaca kebingungan di mata Sakura.

"Ah, ya, lupakan saja. Anggap saja kita impas karena kau sudah repot-repot menjemputku,"

Sakura kemudian mengembangkan sebuah senyum yang sangat manis.

"Terimakasih, Sasuke,"

Setelah itu Sakura berjalan mundur. Ia melambaikan tangannya dan kemudian menjulurkan lidahnya ke arah Sasuke sambil menyipitkan matanya. Setelah itu ia berbalik tanpa menoleh ke belakang lagi.

"Dasar, apa-apaan dia itu," ucap Sasuke tak habis pikir. Sebuah senyum geli hadir di wajah pria berwajah rupawan itu. Kemudian ia pun melajukan kembali mobil yang di kendarainya.

Kenapa kau begitu manis–

–Sakura...

.

.

.

TBC

Author's note:

Aku minta maaf yang sebesar-besarnya kepada para readers yang setia menunggu kelanjutan fic ini. Beberapa tahun ini aku masuk asrama dan disana ga boleh megang android sama sekali, jadi aku ga bisa ngelanjutin fic yang udah bertahun tahun terbengkalai ini. Hountou ni gomennasai*sujudsujud

Setelah keluar dari asrama pun aku ga bisa langsung ngelanjutin fic ini, karena udah lama ga ngetik dan aku juga lupa sama plot ceritanya, mungkin karena jungkir balik selama di asrama, jadi buyar deh semua ingatanku*eh??

Aku juga sempat ragu ngelanjutin fic ini, karena udah ga pede dengan gaya penulisan dan alur ceritanya yang entah kenapa jadi aneh*iya ga readers?

Tapi setelah membaca review dari readers sekalian, akhirnya aku memberanikan diri untuk kembali melanjutkan fic ini, walaupun hasilnya tidak memuaskan. Jadi sekali lagi aku minta maaf..

Terimakasih buat like, fav, follow and review nya. Juga terimakasih buat readers yang tak bisa ku sebutkan satu persatu, dan terimakasih buat para silent readers yang mau meluangkan waktunya untuk membaca cerita ku. See u next chapter!!!