Chap 3. Stay or Leave?
Disclaimer: Viewfinder © Ayano Yamane
Summary: apa yang terjadi jika kehidupan Akihito yang "normal" bersama sang Yakuza terusik dengan kehadiran para keluarga Asami? Dimulai dari kedatangan sang Adik, Asami Miyuki, yang tak kalah licik dari sang kakak hingga kedatangan sang Nenek yang menjodohkan Asami dengan seorang aktris dan adik dari Perdana Mentri jepang, Azumi Ryoukou.
Inspired by Bussines as Usual © Kadzuki Fuchoin (Arigatou senpai for allow me to make this fict!w)
'italic' = mind
"..." = speak
/
"...Yuki-sama. Miyuki sama."
Samar samar Miyuki mendengar sebuah suara memanggilnya dan merasakan tepukan tepukan ringan di pipi kanannya. Sedikit kesulitan, Miyuki mengerjapkan matanya, mencoba beradaptasi dengan cahaya yang masuk dan memfouskan pandangannya.
Pemandangan pertama yang ia lihat adalah wajah khawatir Ando. Ia pun berusaha bertanya pada sang Supir Pribadi Akihito tersebut dengan suara serak, "… Ando?"
"oh... thanks God" ucap Ando menghembuskan nafas lega.
Miyuki melihat sekitarnya, dapat dilihatnya botol Ringer Laktat digantung di atap mobil, layar monitor yang menunjukan detak jantungnya, masker oksigen terpasang dihidungnya dan bunyi khas dari mobil yang membawanya ini, Bisa ia pastikan bahwa ia berada di dalam Ambulans yang sedang melaju dengan cepat.
Memejamkan mata, Miyuki berusaha untuk mengingat kembali kejadian yang telah ia alami. Hingga akhirnya ia teringat sesuatu yang penting, "Dimana… Aki san?" tanya nya pada Ando.
Sang pengawal hanya menunduk dan menggelengkan kepalanya. Secara tak langsung mengatakan bahwa ia telah gagal menyelamatkan sang Fotografer.
Mendecih kesal, Miyuki memalingkan mukanya dan mengepalkan tangannya.
"Aki san..."
Tiba- tiba keheningan di ambulans tersebut dipecahkan oleh suara seseorang, "Maafkan saya… Miyuki- sama,"
Ternyata Toru juga berada di dalam ambulans yang sama dengan mereka, ia tampak berusaha mendudukan dirinya "jika saja saya... mampu mengatasi mereka... Takaba sama pasti... masih bisa saya selamatkan—uhuk!" Ucapnya tersengal sengal.
"Toru-san, tolong jangan memaksakan diri anda." Ucap Ando
Miyuki menginspeksi kondisi Toru. Dapat ia lihat walau sudah bisa duduk bersandar, namun darah merembes di beberapa bagian tubuhnya karena luka tembak dan nafas toru yang tidak beraturan bisa jadi karena ia tengah melawan rasa nyeri akibat luka-luka tersebut, sebuah bukti nyata bahwa mantan anggota tentara tersebut telah berusaha keras melawan kelompok pengusik ketenangan tadi.
"Nii san?" tanya Miyuki
"saya sudah melapor Miyuki sama," Ando menjawab. "Asami sama telah menyuruh Suoh san dan personilnya untuk melacak jejak penculik Takaba sama, sementara saya disuruh untuk mengantar Anda dan Toru san ke Rumah Sakit. Kanzaki sensei pun sudah saya hubungi dan siap dengan tim dokter nya. Dan tidak lama lagi kita telah sampai Rumah Sakit, Miyuki sama. Tolong bersabarlah."
Miyuki hanya mendengarkan penjelasan Ando sambil memandang ke luar jendela.
"tunggu aku, Aki san..." tekadnya dalam hati
Sementara itu di tempat lain, Akihito mulai tersadar dari pingsannya. Ia pun melihat ke sekelilingnya dan mendapati kondisinya terikat di sebuah kursi kayu yang terletak di tengah tengah ruangan kosong. Cahaya dari sebuah bohlam lampu 5 watt tergantung tepat diatas kepalanya menjadi satu satunya sumber penerangan di ruangan itu.
"urgh... jam berapa ini? Sudah berapa lama aku tak sadarkan diri?" tanyanya dalam hati.
Tiba-tiba pintu ruangan tersebut terbuka, dan munculah seorang wanita cantik berambut hitam panjang dengan kacamata hitam besar yang hampir menutupi wajahnya muncul dari balik pintu. Gaun merah maroon membalut tubuhnya dan beragam perhiasan yang dikenakannya seolah menunjukan bahwa derajat status sosialnya tidak beda jauh dengan Asami. Hmm mungkin berbeda sedikit (atau banyak?) karena gaya noraknya yang khas.
"tak kusangka orang yang heboh dikabarkan dapat menjatuhkan Ryuichi tak lebih dari pemuda urakan macam kau." Ujar orang tersebut sambil melepas kacamata hitamnya dan berjalan mendekati Akihito.
Akihito mengetahui siapa wanita itu, dia adalah Azumi Ryouko, seseorang yang dulu sempat dikabarkan dekat dengan Asami. Ya, dulu, saat Akihito masih berusaha membongkar pasar gelap yang dijalankan oleh Asami. Ia mengenali wanita yang di depannya ini sebagai adik dari Perdana Menteri jepang dan juga merupakan seorang model papan atas yang sedang berada di puncak karirnya. Namun ada rumor yang beredar bahwa Azumi mencapai puncak karirnya ini melalui jalan belakang.
Azumi yang kini sudah di depan Akihito membuka lakban yang menutupi mulut Akihito dengan kasar.
sreett
"akh... siapa kau?" tanya Akihito, meski sebenarnya ia tahu siapa wanita di depannya itu.
"kau menyebut dirimu seorang jurnalis tapi kau tidak tau siapa aku? Hah! Jurnalis macam apa kau?" ejek Azumi sambil mendekatkan wajahnya. "asal kau tau saja bocah, aku ini tunangannya Ryuichi." Ucapnya didepan muka Akihito.
DEG!
Ucapan dan tatapan meyakinkan Azumi tersebut mengejutkan Akihito.
'tunggu, jadi selama ini si brengsek itu sudah bertunangan?' tanya Akihito dalam hati.
"kenapa bocah? Kau terkejut? Sudah selayaknya kau terkejut! Hahaha!" tawa Azumi puas melihat Akihito yang terdiam setelah mendengar perkataannya. Ia pun beranjak pergi dari tempat Akihito, meninggalkan pemuda tersebut terduduk dengan ribuan pikiran memenuhi kepalanya.
'brengsek kau, Asami...' kesal Akihito
Rumah Sakit Tokyo, pukul 20.05 waktu setempat
Asami saat ini berada di kamar rawat Miyuki dan mendengarkan semua kejadian yang terjadi sore itu dari Miyuki bersama dengan Kirishima yang setia berdiri disampingnya dan Suoh menjaga di dekat pintu. Sementara Ando saat ini sedang menunggu Toru yang menerima perawatan di ruang Operasi.
"... jadi begitulah ceritanya, nii-san." Ujar Miyuki mengakhiri ceritanya. Luka yang dialami gadis tidaklah telalu parah, hanya beberapa lebam, luka goresan peluru dan patah tulang di salah satu rusuknya yang membuatnya tetap harus terbaring di bed rumah sakit hingga dokter menyatakan lukanya sudah sembuh setidaknya 90%. Berbeda dengan keadaan sang bodyguard yang saat ini masih terbaring di ruang operasi untuk penjahitan luka lukanya dan tentu saja pengambilan peluru yang bersarang di tubuhnya.
Mengenakan baju khas rumah sakit berwarna putih gadis itu berkata, "nii-san, aku rasa aku tau siapa dalang dibalik semua ini." Kata Miyuki dan menarik perhatian semua orang dalam ruangan itu.
Asami menghirup kembali batang nikotinnya dalam dalam sambil mendengarkan adiknya menyebutkan sebuah nama yang menjadi dalang semua ini. Meski jendela ruangan ber AC itu dibuka dan jepan saat ini sedang di tengah musim panas, tetap saja kamar itu terasa dingin seakan akan semakin lama Miyuki bercerita suhu dalam ruangan tersebut semakin turun. Oh jangan lupa siapa Miyuki, dengan kemampuan seni berceritanya yang tak perlu diragukan itu ia menambahkan beberapa bumbu penyedap dalam ceritanya dan tentu saja hal itu membuat kerutan diantara mata Asami mendalam seakan menunjukan siapapun yang berani macam macam dengan propertinya, dalam hal ini Akihitonya, harus segera menghubungi pihak pemakaman untuk menyiapkan tempat untuknya. Oh tentu saja kalau bisa. Kalau terlambat ya mungkin ia harus bersiap bertemu hiu di lautan jepang.
"Miyuki-sama, apa anda yakin dengan dugaan anda tersebut." Tanya Kirishima.
"bukan dugaan, Kirishima, tapi aku tahu pasti orang itulah yang sebenarnya merencanakan ini. Aku tahu pasti bagaimana otak liciknya itu bekerja. "
"kau tahu karena sifat itu menurun padamu, kan?" tanya Asami menyindir adiknya. Sementara Miyuki hanya menyeringai menanggapi sindiran kakaknya itu.
"tapi nii-san, walau kita sudah tau siapa dalang dibalik ini semua, bagaimana caranya agar kita bisa mengetahui keberadaan Aki-san?" tanya Miyuki pada Asami.
"Kirishima," panggil Asami. Sang sekertaris dengan tanggap langsung mengeluarkan tabnya dan menyerahkannya pada Miyuki setelah sebelumnya mengetikan beberapa keyword.
Miyuki melihat ke layar tab yang diberikan sekertaris setia kakaknya itu dan tertegun melihat layar tab tersebut seperti denah sebuah kota dan terdapat dua titik merah. Yang satu Miyuki ketahui menunjukan tempatnya saat ini karena terdapat tulisan nama Rumah Sakit tempatnya berada dan titik satunya lagi menunjukan sebuah tempat dekat pelabuhan.
"nii-san.. ini..."
"lokasi Akihito disekap." Jawab Asami dengan santai.
"bagaimana bisa kau..."
Asami pun bangkit dari duduknya dan membenarkan jasnya, "saat ia ulang tahun kemarin, aku memberinya hadiah jam tangan yang tentu saja kupesan khusus sesuai keinginanku."
"wow, para pembuat jam itu pasti benar-benar harus memutar otak mereka agar keinginanmu itu terwujud eh?"
"itu pilihan mereka mau memutar otak mereka atau aku yang menghancurkan otak mereka."
Asami berdiri tepat di samping bed Miyuki dan menatap adiknya yang terbaring lemah itu. Lukanya memang tidak ada yang kritis hanya salah satu tulang rusuknya yang sebelah kiri ada yang retak, memar di beberapa bagian wajah, dan lengan kanan atasnya yang sempat tertembak namun kini para dokter sudah mengambil peluru yang sempat bersarang di tubuh adiknya.
Memang bukan hal yang baru untuk melihat adiknya terluka, dengan resiko pekerjaan adiknya dan latar belakang keluarga mereka, tentu saja ini bukanlah kali pertama adiknya tertembak, tapi mungkin neraka belum mau menerimanya sehingga adiknya masih hidup hingga saat ini. Entah ia harus menyesal atau bersyukur dengan keaadan itu.
Asami mengulurkan tangannya dan mengusap pucuk kepala Miyuki dengan lembut.
PLUK
"istirahatlah" ucap Asami sambil mengusap kepala adiknya perlahan.
Miyuki yang terbuai dengan kelembutnya sang Aniki pun perlahan menutup matanya dan merilekskan tubuhnya. "hn..."
Asami pun lalu beranjak menuju pintu, namun sebelum ia melangkah keluar, sang Adik berkata, "nii-san, jangan lupa bagianku."
"hn..." gumam asami sebelum akhirnya berjalan keluar dari kamar rawat adiknya dan menjemput sang kekasih.
Di tempat Akihito disekap, Azumi sedang berdiri dengan puas dihadapan Akihito yang tampak terpuruk karena percaya dengan apa yang diucapkan Azumi.
"aku harap kau sadar apa yang harus kau lakukan saat ini, bocah" ucap Azumi dengan nada dingin. "Ryuichi sudah muak denganmu!"
Bukannya terpengaruh dengan ucapan Azumi, Akihito justru mengangkat kepalanya dan tersenyum merendahkan.
"heh.. bukannya itu berlaku untukmu, dasar kucing garong" ucap Akihito dengan tatapan tajam yang merendahkan
"beraninya kau!"
PLAK!
Azumi menampar Akihito dengan keras. "Apa kau tidak sadar bahwa kau selama ini hanya menyusahkannya saja?!"
PLAK!
Tamparan kedua diterima Akihito di pipinya yang satu lagi. "Kau harusnya sadar bahwa kau tidak selevel dengannya!"
PLAK!
"Dasar rendahan!"
PLAK!
"Tak tahukah kau apa saja yang harus dilakukan Ryuicihi untuk mengatasi tingkah lakumu itu?!"
PLAK!
PLAK!
Dan tamparan tamparan lainnya pun dilayangkan Azumi ke pipi Akihito sembari wanita itu meluapkan kekesalannya.
"hosh…. Hosh… hosh… "
"sudah puas menamparnya?" Tanya Akihito menantang
"kau… harus berpisah dengannya, bocah." Ucap Azumi.
"…"
"Apa kau tahu ada seorang jurnalis yang berhasil mengungkapkan hubungan kalian? Dan entah sebuah kesialan atau sebuah keberuntungan, jurnalis tersebut merupakan seorang anak menteri pertahanan Negara kita. Kau sendiri paham kan bagaimana system kerja Ryuichi?" Tanya Azumi.
"apa… maksudmu?"
"jika jurnalis tersebut membocorkan hubungan kalian tentu saja Ryuichi akan membunuhnya. Akan tetapi bagaimana dengan ayah sang jurnalis tersebut? Apakah ia akan terima? Tentu saja tidak! Kau pasti paham kan kemana hal ini akan berlanjut?"
"Asami… akan… ditangkap?" sebuah pertanyaan atau mungkin lebih tepatnya pernyataan dari Akihito membuatnya meneguk ludah kalut.
"tentu saja!"
"Tidak! Itu tidak boleh terjadi!"
"jika kau masih peduli dengan Ryuichi maka aku sarankan kau segera berpisah dengannya. Aku punya kenalan seorang jurnalis di Amerika yang cukup terpandang. Jika kau bersedia aku bisa mengontaknya jadi kau masih bisa melanjutkan Passionmu dan Ryuichi bisa aman dari masalah ini. Bagaimana? Tawaran yang menguntungkan bukan?" Tawar Azumi.
"…." Akihito terdiam. Memikirkan baik buruknya ucapannya Azumi.
Azumi benar. Aku sudah terlalu sering merepotkan Asami. Sudah berapa kali aku terjebak dan meminta pertolongan Asami? Tak terhitung. Bukannya membantu aku hanya merepotkan Asami. Jika saja aku berpisah dengan Asami maka dia tidak perlu kerepotan karena ku. Tapi bagaimana dengan makan malam? Ah sudah ada Yuki-chan yang membantunya. Sepertinya aku harus mengikuti saran dari wanita ini. Cih, menyebalkan.
"Jadi bagaimana bocah? Terima dan kita anggap masalah ini selesai. Atau tetap dengannya dan justru menambah masalah untuknya?" tawar Azumi lagi.
"Aku…."
DUAARRR!
Tbc…
Terimakasih kepada threeemptywords, mumbledtalks, Ryukei, Uzumaki Uchiha's, sanaki chan, sanaki chan, , RieChan123 , bambideer, hwarin chan, shanzec, FayRin D Fluorite, Xxx, Zaza, pipp yang sudah sabar menunggu entah dari berapa tahun yang lalu hehe ^^a
Maaf Zu sempat hiatus lama karena beberapa urusan di dunia nyata yang benar benar menyita waktu, pikiran dan kewarasan. Ugh... benar-benar tidak bisa dinego u,u
Dan mengenai torture scene nya tadinya Zu bingung mau dipaian nih si Aki ^^a tadinya mau bikin yang sadist kan tapi lalu Zu mikir Azumi kan Cuma seorang model biasa dan tidak ada keturunan yakuza macam abang Ryuchi atau dedek Miyuki jadi yaa begitu ^^"
Semoga kalian tidak kecewa dengan chapter ini
Ah iya meski banyak berita tentang penurunan kasus Corona tapi jangan lupa yuk kita berdoa bersama semoga corona segera menghilang dari bumi ini agar tugasku jadi berkurang dan bisa nyelesain cerita ini =))
See you on the next chapter :* :* :*
Best regard,
Zu :)
