Not all heroes are good person but those who knows the world are the one will take over villains role
-0-
"Chifuyu-nee"
"Maafkan aku"
Ucapnya pada sosok wanita yang berdiri di depannya. Dia berdiri dengan senyuman sedih menatap kearahnya yang masih penuh dengan kotoran dan darah yang mengalir di seluruh tubuhnya.
"Chifuyu-nee... Apa kau kecewa denganku?"
"Apa kau kecewa dengan bagaimana hancurnya aku saat ini?"
Chifuyu Orimura yang berdiri disana tak menjawab, ia hanya menatap kearahnya dengan senyuman sedih.
"Jangan menangis, Chifuyu-nee"
Ia berjalan mendekat kearah Chifuyu namun jarak antara mereka semakin melebar, Chifuyu semakin menjauh setiap kali ia mendekat bahkan sangat jauh hingga tangannya tak mampu lagi menggapainya.
"Maafkan aku, Chifuyu-nee"
"Maafkan semua dosaku"
"Maafkan semua yang kulakukan selama ini"
"Aku tidak tahu apa kau bisa melewati ini semua sendiri, tapi..."
Dia mulai menangis, menangis deras akan semua frustrasi yang ia alami.
"Aku tidak sanggup lagi menanggung semua beban ini"
"Jadi... Kumohon, biarkan aku pergi selamanya"
Dia mulai berjalan menjauh dengan langkah kaki yang becek berwarna merah kental. Suara decitan di lantai ruangan aneh ini menggema, ia terus berjalan dan terus berjalan hingga suasana tempat ini berubah sepenuhnya.
Sebuah fenomena dimana alam ini berubah putih terang adalah hal yang ia lihat. Keanehan yang sangat tidak asing, ia yakin pernah mengalami ini dulu.
"Oh, aku ingat"
"Kalau aku disini, kau pasti ada disini. Bukan begitu?"
Ia berbalik badan dan yang ia lihat adalah sosok wanita dengan baju eksoskleton futuristik yang sangat ia kenal siapa ini.
"Byakushiki"
Wanita berambut hitam dengan wajah dan tubuh sepenuhnya tertutupi baju eksoskleton itu hanya diam menatap kearah nya tanpa bergerak.
"Kenapa kau diam?"
"Kenapa kau hanya diam? Apa kau belum puas melihatku hancur!"
"Katakan padaku!"
Ichika membentak keras pada sosok itu, ia mulai berteriak frustrasi berusaha mendapatkan jawaban dari benda itu.
"Atau kau kurang puas? Apa kau kurang puas melihatku hancur! Katakan!"
"Katakan!"
"Apa... Apa yang kau inginkan dariku!?"
Ichika terus menangis keras saat ia terduduk menutup wajah dengan kedua tangannya.
Sosok itu hanya berdiri di depannya tak bersuara sama sekali.
Tak lama di belakang sosok itu muncul sosok lain, Ichika yang menatap kembali ke arah sosok wanita di lapisi baju eksoskleton dimana ia bisa melihat sosok baru, sosok itu adalah pria dengan baju eksoskleton futuristik yang bersimbah darah.
"Apa yang kau inginkan dariku lagi! Kau... Kau! Kau!"
Ichika terus berteriak pada sosok bersimbah darah dengan baju eksoskleton memegang pedang yang di aliri energi listrik bertegangan tinggi.
"Kau yang merusakku! Ini semua salahmu!"
Isak tangis menggema di dunia ini, Ichika terus menangis dan terus menangis menutup wajahnya dengan kedua tangannya berusaha untuk melarikan diri dari kenyataan yang selalu menghantuinya.
Kenyataan pahit yang sangat memilukan adalah yang hal harus ia tanggung sendiri, ia sebenarnya sudah tidak tahan lagi harus menanggung beban ini namun setiap kali ia berusaha mengakhiri hidupnya selalu ada bayangan Chifuyu yang menangis sendirian justru membuat hatinya semakin hancur.
Saat ia kembali ke kenyataan ia hanya bisa menatap ke aliran air sungai yang mengalir dengan tenang. Mengalir tanpa henti seolah-olah tak tahu menahu soal apa yang terjadi pada dunia
'Bisakah aku...'
Ichika hanya bergumam sendirian menatap langit senja di bawah jembatan.
-0-
Saat ini aku kembali menggerutu di kamar setelah kabar yang ku terima mengenai kapan status lockdown di buka, Akademi IS resmi di tutup selama 3 Minggu penuh!
Sore di akademi IS dan aku sudah terlalu bosan, yah walau aku senang bisa libur panjang tapi bukan artinya aku senang kalau liburan terlalu panjang.
"Hah..."
Aku mulai merasa jenuh sambil membiarkan pikiranku melayang bebas.
Tanpa sadar pikiranku yang jenuh membawaku pergi menyusuri koridor akademi IS yang sunyi. Kebanyakan siswi yang ada semuanya menghabiskan waktu mereka dengan teman sekamar bermain atau sekedar menggosip.
'Beruntungnya ...'
Aku mendesah lagi saat melihat kenyataan dimana aku tidak punya teman sekamar, ini karena keluarga Kanzashi yang meminta atau lebih tepatnya memaksa ke dewan Akademi IS untuk membiarkan aku sendirian.
Ada banyak masalah rumit yang membuatku malas membicarakan soal kondisi rumah kami.
Aku terus berjalan hingga langkah kakiku sampai di tempat penyimpanan IS.
Semua IS yang tak terpakai, semuanya di simpan dengan aman di ruangan steril yang bebas dari sentuhan tangan siapapun.
Satu persatu IS dapat aku lihat di tempat ini.
Aku terus menatap ke IS yang ada disini, sedikit penasaran dengan gudang penyimpanan IS yang terkunci aku mulai memeriksa apakah aku bisa masuk kedalam
'Hm? Akses di ijinkan?'
Aku tidak mengerti kenapa kartu identitas siswi milikku bisa di ijinkan masuk oleh sistem pengamanan gudang IS khusus ini.
Saat aku masuk kedalam, ruangan gelap ini perlahan mulai diterangi cahaya lampu di beragam sudut ruangan.
'Ini... Byakushiki?!'
Aku terkejut melihat IS putih itu, benda legendaris yang khusus dapat di operasikan oleh Ichika Orimura tersimpan dan terawat dengan baik disini.
Dari rumor yang ku dengar, core IS yang ada di Byakushiki hanya menerima Ichika Orimura sebagai usernya. Ada juga rumor paling aneh dimana Byakushiki katanya telah jatuh hati pada Ichika jadi ia tidak menerima siapapun menjadi usernya selain dia.
Aku tak bisa menahan diriku dari keinginan untuk menyentuh benda luar biasa ini, jet thruster yang terpasang dengan sangat baik di setiap sudut, anti gravitasi dan banyak fitur lainnya secara keseluruhan benda ini adalah karya yang sangat terbaik yang pernah di buat.
(tiiing)
Suara percikan air menetes terdengar menggema di telingaku, untuk sesaat pandanganku agak buram saat menyentuh benda ini.
"Huh?"
Saat itu juga aku melihat diriku berada di tempat aneh. Tempat ruangan putih dengan pemandangan seperti pantai yang indah.
"Dimana aku?"
Aku berjalan menyusuri tempat ini, tempat luas yang tak berujung.
Aku terus berjalan dan terus berjalan tanpa henti hingga aku melihat sosok siluet perempuan di kejauhan.
Seorang wanita mungil yang terduduk di pasir putih dengan warna rambut yang sama seperti tanah ini.
'Dia sangat cantik'
Pikirku saat sosok wanita itu berdiri dan berbalik menatapku.
Dia mulai menangis sedih saat melihatku, aku hanya bisa terdiam keheranan melihat kenapa dia menangis
"Hick...hick..."
Aku berusaha melakukan sesuatu, namun pikiranku tak bisa menemukan jawabannya.
"Apa kau baik-baik saja, nona?"
Tanyaku saat menyentuh bahunya, untuk seketika aku mulai merasa aneh
"Huh?"
Aku di hujani beragam kenangan aneh, dimana wanita mungil ini duduk bersenandung ria di dunia ini seolah-olah menunggu sesuatu.
Saat waktu berlalu wanita itu melihat sosok manusia berjalan kearahnya, manusia laki-laki remaja usia antara 18/19 tahun dengan rambut hitam.
"D...dia"
Laki-laki itu berjalan kearah wanita mungil itu dan saat ia sampai di depan wanita ini yang masih tersenyum gembira, laki-laki itu mulai meletakkan tangannya di kepala dan mengusap lembut rambutnya
"Kau nampak senang?"
Ucap laki-laki itu pada wanita mungil yang masih tersenyum pada pria yang mengelus kepalanya
"Apa ada yang membuatmu bahagia?"
"Hehe..."
Laki-laki itu hanya tersenyum, hingga baris kenangan mulai berganti.
Kali ini langit berwarna merah darah, wanita mungil itu terduduk memegang kedua kakinya dengan tubuh bergetar ketakutan.
(clank...clank)
Suara langkah kaki menggema, namun yang ku lihat adalah sesuatu yang lain.
Sesosok manusia dengan baju besi futuristik aneh dengan darah bersimbah di seluruh tubuhnya.
Wajah laki-laki yang tertutupi helm dan visor kaca itu menatap langsung kearah wanita mungil itu, wanita itu mulai ketakutan bahkan aku yang menyaksikan ikut ketakutan merasakan aura hitam kelam darinya.
"Ini semua salahmu"
Ucap sosok itu dengan nada bergetar di ambang Isak tangis.
"Jika saja aku tak pernah melihatmu! Aku tak akan pernah mengalami ini!"
(grab)
"khhhhkkkkkkk"
Pria itu dengan kejam mengangkat tubuh mungilnya dengan tangan ia cengkram kuat di lehernya, wanita itu berusaha memberontak saat tak bisa bernafas.
"Matilah kau! Kau penyebab ini semua!"
Kakiku bergetar ketakutan, aku berusaha menolongnya namun ketakutan ku membuatku membeku di tempat.
"T...tolo...ng"
Rintih wanita mungil itu pada sosok laki-laki itu.
Laki-laki itu masih tak memperdulikan nya hingga helm nya ia lepaskan dari kepalanya menampilkan sepenuhnya siapa dia.
"I...Ichika Orimura?!"
Laki-laki itu terlihat sangat frustrasi dan depresi, entah kenapa aku merasa kalau dia menderita karena wanita ini.
"Jawab aku! Kenapa kau... Kenapa kau menghancurkan hidupku! Apa kau tidak puas merusak hidupku!"
Aku terus menyaksikan Ichika mencekik wanita ini tanpa ampun, aku berusaha untuk menghentikan dia namun rasa takutku membuatku tak bisa bergerak maupun melangkahkan kakiku sedikit saja.
Hingga kejadian ini pun berakhir dan pemandangan seketika berganti ke senja di pantai ini. Wanita itu kali ini berdiri di depanku dengan wajah sedih
"S...siapa kau... d..dimana aku"
Aku masih bergetar ketakutan karena menyaksikan pemandangan tadi, aku hanya bisa bertanya padanya berharap ia menjelaskan sesuatu padaku.
"Kumohon, selamatkan dia"
"A...apa? Siapa?"
"Kumohon selamatkan dia dari jurang kegelapan. Kumohon"
Gadis itu menangis memohon padaku, aku berusaha bergerak mendekat namun kakiku seolah membeku di tempat, aku tak bisa bergerak.
"Kumohon selamatkan dia"
Dunia ini perlahan mulai meluntur bagaikan kaset rusak yang di paksa menyala di pemutar DVD, aku hanya bisa diam menyaksikan sosok gadis mungil itu mulai menghilang namun sebelum aku sepenuhnya di telan kegelapan gadis mungil itu perlahan berubah wujud menjadi sesuatu yang aku tidak ketahui, wujud sosok kesatria dengan baju IS putih berdiri disana menatap kearahku.
-0-
"uhhh... huh...huh...huh..."
'Apa tadi itu?'
Terbangun di gudang penyimpanan IS dengan keringat membasahi seluruh tubuhku, aku hanya bisa terdiam menatap IS itu.
'Apa itu kenyataan?'
Aku tidak tahu, yang jelas aku langsung berlari dan terus berlari kearah gerbang sekolah yang terkunci rapat.
Aku sedikit bersyukur karena keahlian ku dalam memanjat hal yang kadang sering menimbulkan masalah dengan orang tuaku, dengan begitu aku bisa memanjat dinding dengan mudah tanpa kesulitan sama sekali.
Entah kenapa perasaanku mengatakan aku harus cepat ke suatu tempat menemui orang yang aku tidak bisa lepas dari pikiranku.
Di dunia yang kejam seperti ini, seorang pria dewasa dengan rambut terlihat berantakan terduduk di bawah jembatan menatap muara sungai yang memantulkan cahaya sinar matahari senja yang semakin lama semakin gelap.
Langit di gantikan malam dan ia hanya terduduk disana menatap kosong kearah aliran air sungai.
'...'
Ia masih diam dan terus diam
Saat ia berdiri menatap pantulan dirinya di aliran air sungai, yang ia lihat hanyalah bayangan dirinya yang di lapisi baju besi eksoskleton yang bersimbah darah.
Itulah dirinya yang tak pernah bisa ia hilangkan, dirinya yang berada di kegelapan dan membusuk di kegelapan itu yang ia tak pernah mulai.
"Aku sudah tak tahan lagi"
Ucapnya dengan rintih di ambang air mata saat semua kenangan rusak itu menghantuinya setiap saat.
Saat ia berpikiran akan mengakhiri hidupnya saat ini juga dengan menusukkan pisau ini di lehernya, saat itu juga ia kembali di hantui bayangan Chifuyu Orimura yang berdiri di depannya dengan tangisan yang semakin membuatnya sakit hati.
'Maafkan aku...'
Ichika langsung menekan dengan cepat pisau itu ke lehernya
(stab)
"..."
"?"
Ia tak merasakan apapun, namun sebuah tetasan mengalir dan membasahi punggungnya.
Saat ia merasakan sebuah dekapan dari belakang yang memeluknya dengan sangat erat ia langsung tahu jika sebuah tangan yang memeluk lehernya berhasil menghentikan pisau ini.
"Hick...hick... J..jangan lakukan itu... I...Ichika onii-chan!"
Sebuah rintihan tangis dari seorang perempuan membuatnya tersadar dan sesaat ia melihat kearah sumber suara, ia langsung mengenali siapa sosok yang menghentikan nya
"Lepaskan aku"
"Tidak!"
"Kubilang lepaskan aku!" Ichika berusaha melepaskan pelukannya namun gadis itu semakin mengeratkan pelukannya pada Ichika, ia mengabaikan rasa sakit akibat tertusuk pisau yang harusnya melukai Ichika.
"Kenapa..."
Gadis itu menangis sambil mengeratkan pelukannya berusaha membiarkan Ichika tidak pergi atau melepaskannya.
Ichika hanya diam menatap muara sungai dengan mata putus asa. "Kumohon, lepaskan aku. Aku tidak sanggup lagi di dunia busuk ini"
Tangisan Ichika membuat gadis yang memeluknya semakin mengeratkan pegangannya pada Ichika berharap ia bisa tenang.
'Ichika onii-chan...'
"Aku tahu"
...
"Aku tahu apa yang telah kau lalui selama ini, Onii-chan"
...
"Aku tahu siapa kau sebenarnya"
Ichika hanya diam.
"Aku tahu... Aku tahu kalau kau itu Ichika Orimura dan aku tahu apa yang telah kau lalui"
Gadis itu hanya terisak di belakangnya, Ichika yang tersadar dari apa yang akan ia lakukan hanya bisa mendesah menatap aliran sungai ini.
Entah berapa kali ia merasa kalau upaya untuk bunuh diri selalu sia-sia.
-0-
Di suatu ruangan konferensi, seorang pria dengan pakaian militer menatap layar komputer dengan serius.
"Ini bisa jadi masalah"
(Pintu terbuka)
Seorang pria datang dengan laporan di tangannya.
"Jenderal, kami memiliki Intel yang mungkin bisa memecahkan masalah kita"
"Katakan"
Ia menyerahkan laporan itu sambil menjelaskan apa yang ada di laporan.
"Dari situasi yang ada, hampir semua negara anggota PBB secara resmi berbalik arah memusuhi kita. Phantom Task sekarang menjadi bagian yang paling di lindungi oleh PBB. Intel percaya ini ada kaitannya dengan Presiden Amerika Serikat yang nampak sangat persuasif mengenai penangkapan semua yang terlibat. Kami menyakini jika Target Kobra berada di belakang presiden Amerika Serikat yang berkomplot saat insiden Perang Irak 2 tahun 2039, saat ini informan meyakini seorang konektor yang memiliki hubungan langsung dengan target Kobra berada di Pakistan, kita bisa menerjunkan satu skuad untuk menangkap nya hanya saja posisi target berada di zona merah tempat dimana para Jihadis berada"
"hmm..."
"Kami juga memiliki informasi soal keberadaan Ichika Orimura. Pasca insiden penyerangan yang kita lakukan kemarin, pemerintah Jepang menerapkan lockdown di seluruh negeri selama satu bulan penuh, keberadaan Ichika kami yakini berada di sebuah muara selatan kota Tokyo. Saat ini militer sedang mengejar nya dan kami yakini kurang dari 2 jam dari sekarang mereka akan menangkapnya"
Jenderal langsung menatapnya dengan serius.
"Lakukan operasi penangkapan Ichika Orimura. Kita tidak bisa meresikokan dia di tangkap oleh mereka sebelum kita"
-0-
1826 hrs
9 April 2047
Lautan Internasional Perairan Jepang
Di lautan yang tenang, tiba-tiba sebuah kapal selam mulai terlihat di permukaan.
Pintu kargo rudal balistik terbuka dan dalam waktu singkat rudal itu meluncur dari kapa selam menuju kota Tokyo.
"Kapten kami mengkonfirmasi rudal telah meluncur, perkiraan sampai di target 10 menit"
"Pertahankan"
Rudal yang berisikan perlatan itu meluncur dengan kecepatan Mach 3 dengan ketinggian nyaris menyentuh air laut demi menghindari radar militer
Disaat yang sama, Ichika Orimura yang membiarkan gadis itu memeluknya hanya bisa menghela nafas panjang saat gadis ini tertidur tanpa ia sadari.
'Apa aku di kutuk huh? Kenapa semua masalah selalu menyangkut soal perempuan'
Ia hanya bisa tertawa sinis atas nasibnya. Jika ia ingat kembali, ia masih mengingat saat dimana ia di kejar-kejar oleh perempuan di akademi IS karena ia adalah satu-satunya laki-laki yang bisa mengoperasikan IS.
'Sungguh lelucon yang garing'
Pikirnya sambil menatap kedua tangannya.
Saat waktu berlalu dan matahari pun telah terbenam ia perlahan melepaskan diri dari pelukan gadis ini dan membiarkan dia tertidur lelap di sampingnya.
Melihat wajahnya serta rambutnya yang khas entah kenapa perasaan familiar menyerang pikirannya.
'Entah kenapa perempuan ini mirip sekali dengan Kanzashi Sarashiki'
rambut biru muda terang serta wajah yang lembut, ia sangat mirip sekali dengan Kanzashi saat masih di akademi.
'Bagaimana kabar Kanzashi? Tatenashi? Laura... Charl... Cecilia...'
Ia mulai menatap langit malam sambil memikirkan seorang wanita dengan rambut hitam panjang yang tak pernah lepas dari ingatannya.
'Houki...'
Ia hanyut dalam bayangan kenangan indah masa lalunya, terkadang ia berpikir apakah ia bisa mengulang kembali waktu indah itu dan lebih menikmati waktu itu ketimbang membuang waktunya dengan hal yang tidak ada gunanya
Pikiran naif untuk orang penuh dosa sepertinya memanglah sangat aneh.
'Ada yang aneh'
Ia merasakan sesuatu yang buruk akan datang, berusaha untuk tidak membangunkan gadis di sampingnya yang tertidur ia mulai memegang kembali pisau itu sambil meningkatkan kewaspadaan di sekitarnya.
(boom)
Sesuatu menghantam tanah dengan keras tak jauh dari tempatnya, gadis di sampingnya nyaris terbangun jika ia tidak meletakkan tangannya di wajah gadis ini.
Bagaikan obat tidur paling ampuh, gadis ini tertidur tanpa tahu menahu soal apa yang terjadi.
'Benda apa itu?'
Pikir Ichika saat melihat sebuah benda mirip seperti rudal tertancap di tanah, saat ia mengira rudal itu akan meledak justru benda itu terpecah dan menampilkan apa yang ada di dalamnya.
"Kotak?"
Ichika mulai berjalan dengan penuh kehati-hatian kearah kotak itu, saat ia sampai di depan kotak itu sebuah interface menyala dengan tulisan di layar mengatakan 'User authorized only'
("Identity Confirm. Orimura, Ichika. 31 Years old")
Ucap AI di Interface saat Ichika menyentuhnya dengan telapak tangannya.
Kotak itu terbuka dan menampilkan sesuatu yang sangat tidak ia inginkan sama sekali.
"Benda ini!"
"Benda sialan!"
Bentak Ichika saat melihat baju eksoskleton lengkap berada di dalam kotak itu.
("Ichika")
!
Layar interface menampilkan sosok pria dengan pakaian militer.
("Jika kau menerima pesan ini, artiya kau sudah membuka paket ini. Dengar nak, militer sedang mengejar mu. Mereka telah tahu keberadaan mu, untuk saat ini pakailah benda itu. Kami akan menuntun mu keluar dari sana")
("End of Transmission")
Tepat setelah pesan itu berakhir, Ichika bisa merasakan hawa membunuh menyengat yang datang langsung kearahnya.
"Sialan"
Ia mulai mengenakan baju eksoskleton itu dengan sangat cepat setelah ia mengetahui jika tamu tak diundang itu datang kearahnya.
Shinku Sarashiki yang mulai terbangun dari tidurnya, butuh beberapa detik baginya untuk bisa menyesuaikan cahaya sekitar hingga ia melihat siluet hitam di balik kegelapan malam.
(sriiing)
Sebuah suara aneh menggema, siluet hitam misterius dengan aura mengerikan membuat Shinku nyaris menangis ketakutan seperti anak bayi.
"Hiii... s...siapa?"
Tanyanya dengan nada bergetar penuh ketakutan, saat sosok itu mulai membalikkan badannya sebuah mata merah bersinar di kegelapan malam terlihat.
Mata merah bersinar terang bagaikan mata seorang predator yang siap menerkam mangsanya, menatap langsung ke jiwa Shinku.
"...J...Jangan mendekat!"
Shinku mulai ketakutan, ia sedikit menangis saat sosok itu perlahan mendekat kearahnya. Bagaikan hantu yang mengerikan, sosok itu sampai di depannya dengan bayangan hitam aneh menyelimuti seluruh tubuhnya.
(Bergetar)
Sosok itu menatapnya, saat sosok itu mulai berlutut di depannya ia hanya bisa memejamkan mata dengan harapan ada yang menolongnya namun...
(Pat)
"eh?"
(pat...pat)
("Sebaiknya kita pergi darisini")
Suara mekanikal dengan intonasi suara yang sangat ia kenali siapa.
Saat ia membuka matanya, ia dapat melihat sosok manusia di lapisi baju besi futuristik yang menutupi seluruh tubuhnya bahkan wajahnya juga tertutupi oleh visor di kedua matanya dan semacam masker oksigen yang terhubung langsung ke baju eksoskleton
Apa yang membuatnya tak percaya adalah fakta kalau sosok menyeramkan ini adalah seorang pria yang ia panggil dengan sebutan onii-chan namun elusan lembut yang pria ini berikan di kepalanya membuat Shinku merasa kalau dia memanglah Ichika yang ia tahu.
Saat mereka berdua jatuh dalam diam, Ichika langsung berdiri dan menatap ke sekeliling.
("Sebaiknya kita pergi darisini")
Shinku melihat Ichika yang dengan baju eksoskleton entah kenapa perasaan aneh menyelimuti pikirannya.
Tepat setelah Ichika mengatakan itu, tak lama sebuah cahaya datang dari angkasa menyinari lokasi mereka.
("Ini gawat")
"A..ada apa?"
Shinku mulai panik saat suara sirene terdengar keras mendekat kearah mereka.
Di angkasa 3 Helikopter polisi menyinari lokasi mereka dengan lampu sorot, tak lama beragam mobil polisi pun berdatangan mengepung area.
("Tetap disini")
Ucap Ichika saat melihat banyaknya personil polisi berdatangan, hanya tinggal menunggu waktu sebelum mereka datang ke bawah jembatan menyergapnya.
Shinku hanya bisa mengangguk terdiam menatap Ichika yang berjalan kearah luar dimana ia bisa melihat Ichika dengan baju eksoskleton futuristik aneh dengan tenang menampakkan dirinya.
"Disini Polisi! Menyerahkan! Kalian telah terkepung!"
Suara loud speaker dari polisi terdengar menggema. 'A...apa yang sebenarnya terjadi?'
Pikir Shinku sambil ketakutan. Tak lama ia melihat helikopter militer pun terbang mengepung area mereka sepenuhnya.
"O... Onii-chan! Jangan!"
Shinku berusaha menghentikan langkahnya kaki Ichika yang terus berjalan dengan tenang tak mempedulikan teriakan peringatan dari kepolisian.
Hingga
("sriiing")
("Battlemode activated")
(wuuush)
Ichika melesat cepat dengan katana yang muncul dari baju eksoskleton futuristik itu.
'Huh?'
Ichika dengan cepat terbang kearah helikopter militer yang membidik senjata kearahnya.
(swuuush)
(boom)
Ledakan besar tercipta di langit, Shinku hanya bisa terdiam kaget saat melihat bagaimana baju futuristik itu bertarung dengan sangat mudah.
Tak lama Ichika kembali melayang kearah dua helikopter militer yang mulai menembaki nya dengan meriam 20 mm gatling gun.
(boom)
(boom)
Dua helikopter itu meledak sesaat Ichika mengayunkan pedangnya.
("Semua personil, target terlihat! Habisi dia")
Regu militer JSDF yang telah tiba di lokasi mulai menembaki Ichika dengan LAV-25 dan IFV diikuti tembakan beruntun dari para prajurit dan polisi yang ikut membantu dari belakang.
"Tembak dia! Jangan biarkan dia lari!"
Ucap salah satu personel JSDF yang terus menembaki Ichika, Ichika yang melihat arah peluru itu berkat AI Avoidance Threat System/AIATAS langsung melakukan manuver mengelak.
Memanfaatkan momentum itu, ia kembali melesat kearah tiga helikopter polisi yang menembakinya.
'Sia-sia... semua yang kulakukan selama ini sia-sia'
Pikir Ichika saat mulai menebas dan seketika membunuh Gunner minigun helikopter polisi.
Ia bisa melihat dengan jelas darah yang membasahi tubuhnya, darah dari korban yang ia habisi.
Satu persatu helikopter meledak dan hancur berkeping-keping.
Shinku melihat semua ini hanya bisa termenung hanyut dalam pikirannya saat melihat betapa superior nya Ichika Orimura.
Ia terus menghabisi semua musuh yang menyerangnya tanpa ampun bahkan Shinku bisa merasakan bagaimana kentalnya hawa nafsu haus darah dari Ichika Orimura
Ledakan dan ledakan terdengar bahkan jeritan dari semua personil yang di habisi oleh Ichika mulai menggema di kepalanya.
Saat Shinku memberanikan diri untuk bergerak melihat ke atas jembatan dimana lokasi pertarungan mendadak hening
Saat ia sampai di sana, yang ia lihat adalah pemandangan mengerikan. Bagaikan mimpi buruk yang pernah ia rasakan, ia hanya bisa terduduk mulai menangis ketakutan saat melihat tumpukan tubuh kaku tak bernyawa berserakan dimana-mana.
Darah, organ manusia, hingga bagian-bagian yang tak ia kenali semuanya tercecer di aspal.
Di sana
Di kegelapan malam, seorang pria berdiri dengan pedang dengan aliran energi listrik tinggi berdiri dengan mata bersinar merah terang di kegelapan malam.
"M...m..."
Lidahnya seolah mati rasa saat tatapan bersinar itu bertemu dengan matanya.
Yang ia tahu, pria itu berjalan kearahnya dengan pelan namun suara langkah kaki pria itu terdengar sangat menyeramkan.
("Apa kau baik-baik saja?")
Tanya Ichika saat ia berlutut di depan gadis muda yang ketakutan ini. Shinku hanya bisa mengangguk dalam bisu membiarkan semua pikirannya berlalu.
Ichika yang melihat Shinku ketakutan karena pemandangan mengerikan ini, hanya bisa tersenyum sinis di balik visor yang menutupi wajahnya.
'...'
("Apa kau bisa bergerak? Sebaiknya kita cepat pergi darisini")
Shinku hanya terdiam dengan tubuh masih bergetar ketakutan.
Melihat tak ada tanggapan darinya, Ichika mengambil inisiatif dengan mengangkatnya dan membawanya dengan cepat menjauh dari kekacauan ini.
-0-
"Pak, kami melacak kalau Ichika telah bergerak. Sepertinya ia menuju lokasi yang kita kirimkan melalui AI"
"Bagus. Kirim skuad untuk menjemputnya, kita tidak bisa membiarkan dia disana"
"Affirmative"
-0-
Shinku Sarashiki, itulah nama yang di berikan keluargaku saat aku lahir. Sejak aku tumbuh keluarga ku sering menjadikanku sebagai anak paling di kecilkan di keluargaku karena dua kakak perempuan ku yang luar biasa hebat ketimbang aku yang biasa-biasa saja.
Selalu di bandingkan dan selalu di rendahkan adalah keseharian ku di rumah, hanya Kanzashi onee-chan yang selalu bersikap baik padaku bahkan saat aku di rendahkan dari kedua orang tua ku, hanya Kanzashi onee-chan yang selalu ada melindungi ku.
Sejak aku masuk ke akademi, tak ada yang berbeda dari sikap kedua orang tua ku, mereka masih saja menyepelekan aku dan tak pernah sedikitpun mengucapkan selamat padaku karena berhasil masuk ke akademi IS.
Sejak lama aku sangat ingin sekali memiliki kakak laki-laki yang baik dan mau melindungi dan memanjakan ku seperti Kanzashi onee-chan.
Tapi
...
...
"urgh..."
("Kau sudah sadar?")
Sebuah suara dengan nada mekanikal sangat dalam terdengar di telingaku, saat aku membuka mataku hal pertama yang ku lihat adalah sebuah sosok di balik baju eksoskleton futuristik dengan helm visor full face yang menutupi seluruh wajahnya kedua matanya bersinar terang seolah infra red merah terang di kegelapan.
"D...dimana ini?"
Tanyaku dengan sedikit bergetar ketakutan saat pria yang berlapiskan baju eksoskleton itu telah ku ketahui siapa dia.
Ichika Orimura, aku baru tahu jika Ichika ini adalah Ichika Orimura yang asli. Namun saat aku membandingkan antara Ichika Orimura yang ada di foto akademi dengan Ichika Orimura yang sekarang, aku merasa aneh.
("Kita sekarang berada cukup jauh dari pusat kota. Aku tidak bisa membiarkan mu sendirian, sangat berbahaya bagi mu untuk tetap bersama denganku. Jika situasi sudah terkendali, aku akan membawamu kembali ke akademi")
Ia berbicara tanpa menatapku, seolah aku sedang berhadapan dengan sesuatu yang berada sangat jauh sekali padahal dia ada di depanku saat ini.
Walau aku tak bisa melihat ekspresi wajahnya, aku tahu kalau Ichika onii-chan telah mengalami banyak hal.
-0-
"Kaicho, kami mendeteksi keberadaan dia"
"Kerahkan unit secepatnya. Kita tidak bisa membiarkan dia lolos"
"Hai!"
'Akan ku balas kau...'
'Ichika'
Ucap seorang wanita blonde panjang saat berada di sebuah helikopter kargo menuju ke lokasi dimana target kejaran mereka berada.
"Kaicho, unit IS siap di terjunkan!"
Wanita itu mengangguk, tak lama pintu kargo terbuka. Helikopter CH-47 Chinook terbang di ketinggian 7 ribu kaki siap menerjunkan dia yang mengenakan baju IS lengkap.
Di angkasa 4 helikopter Chinook menurunkan 6 IS, sesaat operator IS terjun dari Chinook mereka langsung melesat kearah gedung terbengkalai dimana infrared detektor menemukan keberadaan target.
Ichika melihat dari radar dimana adanya tamu tak di undang mendekati area mereka ia langsung menurunkan visor dimana wajahnya terpampang jelas di depan Shinku yang hanya terdiam.
"Jangan khawatir, kita bisa melewati mereka. Sebaiknya kau tunggu disini, aku akan kembali"
Ucap Ichika dengan nada tenang berusaha untuk tidak membuat gadis ini takut.
Shinku hanya mengangguk namun Ichika bisa tahu jika ketakutan Shinku bukan datang dari mereka yang mengejarnya, namun ketakutannya justru datang dari dirinya sendiri yang menunjukkan sosok dirinya yang sebenarnya di depan gadis remaja sepertinya.
Ichika mulai berdiri dan kembali memasang visor full face. 'Kali ini... kau kawanku huh...?'
Ucap Ichika saat melihat siapa yang melesat kearahnya dengan kecepatan tinggi.
(sriiing)
suara pedang dengan aliran listrik tinggi menggema di gedung terbengkalai ini
(booom)
Tanah bergetar saat 7 operator IS mendarat dengan keras di tanah. Mereka langsung bersiaga dengan wanita itu memimpin regu para perempuan ini menghadapi lawan yang akan muncul di depan mereka.
("...")
Suara langkah kaki mereka dengar
"Semuanya bersiap!"
Perintahnya dengan nada tegas.
Senjata mereka arahkan ke pintu utama gedung itu dimana mereka yakin sesuatu sedang berjalan kearah mereka.
("...")
Sebuah sinar merah menyala terlihat, sinar itu bagaikan sinyal kematian pada siapapun yang melihat langsung kearahnya.
"Sepertinya kau suka bersembunyi ya?"
...
"Kau sama seperti dulu, pengecut yang tak mau menghadapi permasalahan"
"Bukan begitu?"
"Ichika Orimura!"
Bentak nya saat sosok itu mulai terlihat jelas di depan mereka. Sosok di balik baju besi futuristik yang tak pernah mereka ketahui seperti apa benda itu.
Ichika hanya diam melihat Houki dengan ekspresi marah membentaknya.
"Kau berani meremehkan ku saat pertarungan terakhir kita!"
"Tapi kali ini!"
(sriiing)
Dia membentaknya dengan keras, namun Ichika hanya diam.
"Aku akan menghabisimu!"
("...")
"Jadi begitu, Jawabanmu? Ichika Orimura dengar, apa sebegitu pentingnya bagimu untuk memihak pada mereka? Apa kau tidak bisa menerima kenyataan kalau dunia sudah berubah"
"Jawab aku"
("...")
[Analisis selesai. Alica West Fuess, 24 tahun. User IS generasi ke 7 yang paling berbahaya dan di modifikasi langsung oleh Tabane Shinonono. Custom Ryuugaku no Kishi Mk III]
[Kelemahan IS itu terletak pada elektronik, karena Tabane memfokuskan dalam pertarungan, perlindungan terhadap serangan EMP di hilangkan. Rekomendasi untuk bertarung menggunakan jamming electrical sword]
Ichika menatap kearah semua lawannya, tak lama ia mengarahkan pedangnya pada mereka semua.
["Mari kita menari"]
Ucap Ichika dengan nada dalam
"Serang dia!"
"Hyaaah!"
Mereka melesat kearah Ichika secara bersamaan, Ichika berusaha menghindar dari serangan frontal yang paling ia waspadai adalah serangan dadakan dari Alicia yang menurutnya bisa membuat situasinya menjadi berbahaya.
"Matilah kau!"
"Matilah kau dasar pembunuh!"
"Monster!"
Hinaan mereka terus di lancarkan pada Ichika, Ichika berusaha menangkis serangan pedang IS itu dengan pedangnya dan sesaat kedua pedang berlaga satu sama lain dua operator IS dari kanan dan kirinya langsung menembakinya dengan tembakan senjata beruntun.
Melihat hal itu, Ichika langsung melompat tinggi menghindari serangan namun dari atas kepalanya seorang wanita blonde siap menyerangnya dengan pedang IS
"Hyaaahhh!"
(denting!)
Menggunakan tangan kanan yang ia lapisi dengan energi ia berhasil menangkis serangan itu namun impact dari serangan berkekuatan tinggi itu membuatnya terhempas dan menabrak tanah dengan cukup keras.
"Jangan beri dia kesempatan!"
6 Operator IS bersama dengan Alicia yang masih melayang di udara langsung menembakinya dengan tembakan bertubi-tubi.
Tanah bergetar dan ledakan besar pun tercipta di tempat Ichika terjatuh, asap menggumpal di sekitarnya
3 menit mereka tembaki lokasi Ichika hingga ledakan bahkan ledakan itu menciptakan gempa bumi kecil di sekitar radius 3 kilometer dari tempat mereka bertarung.
Saat mereka berhenti sejenak, Alicia menatap ke tempat dimana Ichika tadi terjatuh dengan seringai besar terlihat di wajahnya.
"Apa dia sudah mati?"
Ucap salah satu operator IS. "Ini balas dendam ku untuk temanku yang kau habisi. Monster!" lanjutnya dengan membentak kearah lokasi dimana mereka yakin Ichika telah terbunuh.
Asap masih menggumpal di tempat Ichika namun Alicia entah kenapa masih tidak bisa menghilangkan perasaan merinding di belakang badannya.
'Aku punya perasaan buruk tentang ini'
Pikirnya saat perlahan asap itu mulai menghilang.
(Ciiiiing)
Sebuah suara menggema
"?"
Para operator IS itu' sedikit kebingungan apa yang mereka dengar hingga sesuatu mereka lihat di balik asap yang mengepul itu.
Sesuatu yang aneh
Mata merah menyala
Mata bagaikan predator yang siap menyantap hidangan yang ada di depannya.
Alicia yang ingat kejadian seperti ini pernah terjadi langsung berteriak kearah para operator IS "Semuanya menyingkir!"
Namun
("Play time over")
(Sriiing)
"huh?"
Operator IS itu terbodoh setelah sesuatu yang sangat cepat keluar dari asap bahkan sistemnya tak mampu melacak apa itu hingga ia merasakan sesuatu.
"... A...apa... y...yang..."
(sruuuush)
Darah muncrat bagaikan hujan deras.
'Huh... K..kenapa aku bisa melihat dari kedua mata ku?'
Tak lama tubuhnya terasa tak bertenaga hingga ia melihat sesuatu, melihat tubuh bagian kanannya yang terpisah dari tubuh bagian kirinya
'...a...a...'
Mereka yang melihat rekannya di bunuh di depan mata mereka langsung melesat kearah Ichika dengan penuh kemarahan.
"Beraninya kau! Mati kau Monster!"
Ucap salah satu operator IS di ikuti empat lainnya, Alicia melihat ini hanya bisa merinding ngeri saat setetes darah dari rekannya mengenai wajahnya.
"Mati!"
"Mati!"
"Matilah kau!"
Jerit mereka dengan amarah berusaha menyerang Ichika yang bisa mengelak dengan mudah.
Melihat serangan mereka yang tak terkoordinasi dengan baik, Ichika langsung memukul salah satu operator IS diikuti dengan tendangan dan pukulan kuat menyebabkan mereka berempat langsung terhempas darinya.
"Hyaaahhh!"
(Dentiiing")
Suara pedang berlaga, Alicia melihat momentum ini langsung menyerang Ichika dari belakang namun Ichika berhasil menahan serangan pedang itu dengan menendang operator IS dan ia dengan cepat berbalik badan melancarkan pukulan keras ke Alicia.
"Kyah!"
Alicia terhempas, Ichika bergerak cepat kearah salah satu operator IS yang ada di kakinya.
(mencengkram)
Ichika berhasil menembus perisai mutlak IS dan langsung mencengkram kuat kepalanya.
"L...lepaskan aku!"
Gadis itu berusaha melepaskan dirinya dari Ichika, para operator itu berusaha bangkit secepat mungkin menyelamatkan temannya namun apa yang terjadi berikutnya membuat mereka nyaris menjerit ngeri.
(crack...)
"kyaaahh!"
Gadis itu menjerit ketika tengkoraknya mulai retak, kuku besi tajam dari baju eksoskleton menembus ke kulit bahkan langsung ke tengkoraknya ia hanya bisa menjerit sekeras-kerasnya saat darah mulai mengalir.
"Lepaskan aku!"
Bentaknya sambil berusaha untuk melepaskan diri hingga.
(craaaack... swuuush)
Kepala di genggaman nya hancur seketika diikuti tumpahan darah dan otak manusia yang ikut berserakan di tanah.
Di kegelapan malam, Alicia bisa melihat dengan jelas sosok ini sebenarnya yang bersembunyi di balik baju eksoskleton.
'Dia benar-benar monster'
Ini kali keduanya ia melihat rekannya di bunuh dengan cara sangat mengerikan di depannya. Di telan rasa amarah ia langsung bangkit dan melesat menyerang kearah Ichika dengan semua kekuatan yang ia miliki.
"Matilah kau! hyaaahhh!"
Ichika melihat Alicia yang melesat kearahnya, ia langsung melempar tubuh kaku di tangannya ke arah Alicia.
"kyah"
Tubuh rekannya yang telah mati membuatnya sedikit terhempas.
Ichika melihat beberapa operator IS mulai menembaki nya dan menyerangnya dari dua arah.
Melihat taktik sederhana ini, Ichika langsung melompat tinggi dan melesat kearah satu operator IS yang menembakinya.
"Jangan terlalu percaya diri!" Bentak operator IS itu padanya saat melihat Ichika telah di depannya.
Ia menyerang dengan pedang IS, Ichika menangkap pedang itu dengan satu tangan hal itu membuatnya terkejut melihat kekuatan baju eksoskleton itu.
"hrrrgh!"
"Hyaaah!"
Ia menaikkan energi di pedang IS namun Ichika memanfaatkan lonjakan energi itu dengan mengubahnya menjadi energi yang mengisi ulang baterai eksoskleton.
("Naive")
Ichika langsung memukul operator itu sontak ia terhempas beberapa meter tak menunggu lama Ichika langsung melesat kearah ke arah dua yang sedang melesat kearahnya dengan pedang IS.
Menggunakan Thread Avoidance Movement, ia berhasil memprediksi arah serangan.
Ia melayangkan pedangnya ke salah satu operator IS yang sontak membunuh dia seketika. Tak perlu menunggu, Ichika menghabisi satunya dengan cara yang sama hingga yang ada di pemandangan malam itu hanyalah gumpalan darah mengalir dari tiga operator IS yang terbunuh.
(merinding)
Operator IS yang membidik senjatanya mulai merinding ketika melihat pria itu menatap kearahnya.
(tututuru)
Ia menembak namun ia tak menyangka jika Ichika bisa membelah setiap peluru yang datang kearahnya. Hingga jarak mereka pun sangat dekat hingga ia menekan pelatuk senjatanya dengan sangat keras namun tak ada peluru yang keluar dari senjata ini sampai ia sadar jika ia belum mengisi ulang magazine yang ada di senjatanya.
"KK...kh..." Ia terbata-bata ketika sosok ini di depannya dengan pedang yang baru ia pakai menghabisi nyawa rekannya.
(swiiing)
Suara terdengar dan dalam hitungan detik ia merasakan sakit dari lengannya.
"h...hiiiiii"
Ia mulai menjerit keras ketika lengan kirinya terputus saat ia terduduk di tanah ia bisa melihat makhluk monster ini menatapnya langsung ke jiwanya.
Di saat yang sama Alicia mulai melesat lagi kearah Ichika di bantu rekannya yang tadi terhempas akibat pukulan keras Ichika. Keduanya berusaha menyerang Ichika dari dua sisi namun...
(swuuush...)
"Apa?"
"!"
(grab)
Mereka berdua di sambut cengkraman kuat dari belakangnya, Ichika berhasil menggenggam leher mereka dengan sangat kuat.
"khhhkkk..."
Berusaha melepaskan diri, Alicia mengerahkan seluruh tenaga IS saat cengkraman itu semakin terasa mencekiknya.
Operator IS yang masih mengerang kesakitan karena lengannya yang terputus, ia perlahan mengangkat kepalanya saat melihat dua pasang kaki yang meronta-ronta.
Saat kepalanya melihat apa yang sebenarnya terjadi, ia melebarkan mata dengan air mata masih deras membanjiri wajahnya.
Dua manusia memberontak berusaha melepaskan diri dari cengkraman kuat sosok manusia berlapiskan baju besi futuristik.
Bukannya melepaskan cengkraman tangannya di leher mereka berdua, manusia itu justru semakin menguatkan cengkraman tangannya ke leher mereka berdua hingga luka mulai terlihat dan darah pun mulai mengalir.
"J...jangan... l...lepaskan mereka" Ucap operator IS itu' yang menangis memohon pada dia untuk melepaskan mereka berdua mengabaikan rasa sakit yang ada di lengannya ia bahkan berusaha berdiri namun terjatuh berulang kali berusaha menolong mereka yang masih meronta-ronta.
"K... kumohon... l..lepaskan..."
Ia yang berada di kaki pria itu hanya bisa memegang kaki pria itu berharap dia mendengarnya namun saat pria itu menatap kearahnya pria itu justru langsung menginjak kepala dengan kaki pria itu.
Di pijak dengan keras bahkan suara tengkoraknya pun terdengar, ia hanya bisa merintih sakit.
Tanpa mereka tahu, di balik visor itu Ichik menatap ekspresi dua gadis yang di ambang kematian. Pikirannya berantakan dan semua akal sehatnya juga sudah tak beraturan yang bisa ia pikirkan adalah menghabisi lawannya yang mengancam nyawanya hanya saja instingnya berusaha mengatakan padanya untuk menghentikan ini.
hingga perlawanan dari keduanya mulai melemah, wajah mereka terlihat pucat kebiruan dimana mata mereka juga mulai terlihat kehilangan cahaya.
Hingga kaki mereka berdua sepenuhnya berhenti bergerak, wajah yang kosong tak bernyawa mulai terlihat namun apa yang Ichika baru sadari adalah wajah keduanya deras mengalir air mata, tangan mereka sudah kaku dan tubuhnya juga sudah tak bergerak sama sekali
'...'
Ichika melepaskan keduanya dan kali ini tatapan ia arahkan ke gadis yang ada di kakinya.
"T...tunggu... j...jangan"
(slush)
"khk...khk...h...hk..."
Ichika menusukkan pedangnya ke kepala gadis ini, ia bergerak beberapa saat sebelum akhirnya tubuhnya menjadi sama seperti dua yang baru saja ia habisi.
"Hick...hick... O... onii-chan..."
Ia mendengar suara
Saat ia melihat ke sumber suara ia melihat seorang gadis kecil menangis dengan wajah ketakutan melihat kearahnya.
Ichika berjalan kearahnya namun gadis itu langsung berteriak "Jangan mendekat! Pergi"
Bentaknya
Ichika berdiri terdiam disana.
Tak lama kemudian ia berbalik arah ke arah lain dimana ia berharap gadis ini tak akan mengikutinya.
-0-
13 April 2047
Setelah beberapa hari berlalu sejak insiden penyerangan kota Tokyo dan tahanan kelas tinggi melarikan diri skuad yang mengejar Ichika di temukan tewas terbunuh dengan kejam.
Insiden ini sontak menuai banyak kontroversi dimana militer pun di anggap bertanggung jawab atas kematian skuad operator IS.
Rekaman terakhir dari operator IS yang terekam melalui kamera onboard menampilkan bagaimana manusia eksoskleton itu berhasil mengalahkan seluruh pengguna IS dengan sangat mudah.
Sementara itu di sebuah rumah, Chifuyu Orimura duduk terdiam menatap berita yang ada di layar televisi. Ia hanya bisa diam menatap bagaimana rekaman video yang di dapatkan jurnalis saat pembantaian para operator IS terjadi.
'Ichika...'
Ia bisa tahu siapa manusia di balik baju eksoskleton yang membunuh semua operator IS itu.
Ia tahu jika adik laki-laki nya berada disana melawan pikirannya sendiri saat melakukan hal itu. Ia sangat tahu bagaimana adik laki-lakinya, Ichika tidak mungkin memiliki pola pikir sekeji itu tanpa ada alasan dibaliknya.
"Ichika, dimana kau"
Ucapnya saat melihat jendela siang hari yang tenang.
Ia tak tahu dimana Ichika berada dan apa yang ia lakukan saat ini, ia hanya bisa berdoa dan berharap jika Ichika bisa pulang padanya.
(knock...knock)
Ketukan pintu terdengar, Chifuyu berjalan kearah pintu menyambut siapa yang datang hanya melihat beberapa polisi bersenjata lengkap di depan pintunya. Mereka sepertinya mengharapkan sesuatu dari Chifuyu.
"Apa kau benar, Chifuyu Orimura?"
"Ya"
"Nyonya, bisa anda ceritakan sedikit pada kami mengenai apa yang terjadi saat tersangka berada di rumah anda. Kami butuh penjelasan lebih detil mengenai hal itu"
Chifuyu mulai curiga pada mereka saat melihat para Polisi ini tak menurunkan penjagaan sedikitpun seolah-olah mereka siap menembak kapanpun itu.
"Silahkan masuk"
Chifuyu mempersilahkan mereka masuk, saat mereka di dalam Chifuyu menjelaskan siapa dan apa hubungannya dengan pria bernama Ichika. Mereka tak lebih dari sekedar orang asing yang menolongnya saat ia pingsan, butuh beberapa kali penjelasan untuk meyakinkan mereka mengenai kebohongan itu.
"Baiklah, kami permisi sejenak. Maaf jika mengganggu waktu anda nyonya"
"Tidak masalah"
Saat mereka berempat mulai berjalan kearah pintu keluar, salah satu dari mereka berbalik badan menatap kearah Chifuyu sekali lagi.
"Jika kami bisa menyarankan, sebaiknya anda jangan mengabaikan kesehatan anda dan selalu waspada. Hubungi kepolisian jika anda menemukan keberadaan Ichika"
"Akan saya lakukan"
"Terima kasih atas kerjasamanya"
Saat Chifuyu melihat mereka pergi dari rumahnya ia bisa tahu kalau mereka merencanakan sesuatu padanya.
'Oh?'
Dari sebrang jalan sebuah rumah dengan gorden jendela terbuka sedikit ia bisa mengetahui apa yang sebenarnya mereka rencanakan.
Bukan hanya satu rumah, setidaknya ia bisa melihat ada tiga rumah lainnya yang juga terlihat aneh. 'Jadi mereka mencurigai ku?'
Chifuyu mulai masuk kedalam rumah berusaha bersikap tak mengetahui apapun.
Namun sesampainya di dalam rumah, ia tak bisa menghilangkan rasa gelisahnya mengenai Ichika.
Malam pun semakin larut, Chifuyu kembali ke kamar berusaha menghilangkan pikiran buruk tentang Ichika yang sampai saat ini belum ada kabarnya.
Namun bukannya ia kembali ke kamarnya, ia justru memilih ke kamar Ichika dimana ia bisa merasa lebih tenang.
Di kasur tempat terakhir kalinya Ichika tertidur pulas di sampingnya ia merebahkan tubuhnya membiarkan rasa lelah pergi jauh dari pikiran dan tubuhnya.
'Ichika'
'Pulanglah, Ichika'
Kegelapan malam membawa Chifuyu ke alam mimpi dimana ia berharap pagi datang dengan harapan yang ia impikan terwujud.
Disana, di sebuah alam putih terang ia berjalan menyusuri tempat putih itu mencari jalan keluar.
Tak ada yang ia lihat dan tak ada tempat yang ia tuju, ia terus berjalan dan terus berjalan hingga melihat sosok di kejauhan.
Sosok itu berdiri disana, tak tahu apa yang terlintas dipikiran Chifuyu yang ia tahu ia hanya berjalan kearah sosok itu.
Perlahan sosok itu mulai terlihat jelas di matanya, dia adalah sosok manusia aneh dengan baju besi aneh penuh dengan kotoran dan jejak darah mengering yang menempel di sekujur baju besinya.
Sosok itu berdiri disana dengan wajah di arahkan ke langit seolah melihat sesuatu disana. Pedang yang mengalir darah merah membuatnya terlihat aneh, saat Chifuyu semakin mendekat aroma busuk tercium di hidungnya, bau busuk dari mayat yang telah di biarkan berhari-hari membuatnya hampir muntah.
Aneh, perlahan suasana langit putih berubah menjadi kemerahan.
Seolah mengalami mimpi buruk, Chifuyu di tampilkan pemandangan dimana ia melihat beragam mayat tergeletak dimana-mana ada yang wujudnya tak utuh ada juga yang hancur berantakan, pemandangan ini sangat mengerikan.
Apa yang lebih mengerikan adalah fakta dimana semua mayat yang tergeletak disini semuanya perempuan yang nampaknya masih remaja.
Chifuyu hanya bisa menutup mulut dan hidungnya berusaha menahan aroma busuk itu sambil berjalan mendekati sosok misterius itu.
Saat ia sudah berada cukup dekat dengan sosok itu, perlahan visor yang menutupi wajahnya terbuka menampilkan wajahnya dengan sangat jelas.
"Ichika!?"
Chifuyu berusaha berlari kearahnya namun ia terhenti seketika saat melihat air mata mengalir dari wajahnya.
"Hick...hick... maafkan aku..."
Sosok bernama Ichika itu mengangis dengan wajah masih menatap langit berwarna merah darah.
Tangannya yang memegang pedang yang mengalir darah mulai terlihat bergetar.
"Ichika!"
Chifuyu berusaha mendekat namun tumpukan mayat itu semakin bertambah banyak mengelilinginya seolah mencegah dia mendekati Ichika.
Ichika mengalihkan pandangannya ke Chifuyu dengan air mata masih mengalir deras dari kedua matanya.
Keduanya saling menatap hingga visor mulai kembali menutup wajahnya, kali ini pemandangan alam ini menghilang sepenuhnya.
"Hufh...hufh..."
Chifuyu terbangun dengan keringat membanjiri seluruh tubuhnya. Bernafas berat dan sakit kepala yang tiba-tiba menyerang membuatnya semakin resah akan keadaan adik laki-laki nya.
'Apa yang ku lihat itu?'
tanyanya saat mengingat jelas mimpi itu, mimpi dimana ia melihat semua yang adik laki-lakinya telah lakukan selama ini.
Seorang pembunuh yang sangat berbahaya
'Apa dia benar-benar Ichika?'
Pikir Chifuyu sambil berusaha menenangkan dirinya dari mimpi buruk itu, ia hanya bisa terdiam menatap kamar Ichika berdoa pada siapapun yang bisa mendengarkan doanya berharap Ichika baik-baik saja.
-0-
13 April 2047
1300 hrs
"hufh...hufh..."
(swuuush)
Di pinggir kota Tokyo terdapat hutan rimbun yang terawat oleh pemerintah dengan sangat baik.
Namun di tengah tenangnya Hutan ini, sesosok manusia berlari dengan sangat cepat melewati pepohonan seolah-olah bayangannya bahkan tak mampu mengejar kecepatan larinya
Sosok itu adalah seorang pria dengan baju besi eksoskleton futuristik berlari kearah suatu tempat.
Ia terus berlari dengan kecepatan tinggi hingga beberapa menit kemudian ia mulai berjalan pelan setelah melihat suasana hutan ini sesuai dengan tujuannya.
(langkah kaki)
Ia berjalan mengawasi sekitar dengan visor melakukan pemindaian penuh di sekitar area.
("Sepertinya kau tiba lebih cepat dari yang ku duga")
(swing)
Ichika dengan cepat mengeluarkan pedangnya. "Siapa kau?"
(clap clap)
Sosok misterius keluar dari bayangan gelap di hutan ini. Sosok aneh dengan pedang terlihat di tangannya.
"Melihat mu tak mengetahui siapa aku, ku anggap kau tidak tahu apapun"
"Berhenti basa-basi, katakan padaku siapa kau"
Tegas Ichika dengan pedang semakin ia siapkan untuk menyerang sosok itu.
Saat sosok itu mulai berjalan mendekat kearahnya, sinar bulan mulai menyinari dirinya.
Dia adalah sosok wanita dengan mata tertutup oleh kain hitam, mengenakan pakaian aneh seperti seorang cosplayer Gothic lolita dengan corak hitam pekat.
"Aku tidak pernah mengingat adanya tim cosplayer yang akan menemui ku"
"Katakan, siapa kau dan apa yang kau inginkan?"
Sosok wanita dengan penutup mata berpakaian gothic lolita itu mulai tersenyum hal itu langsung membuat Ichika semakin waspada padanya.
"Jangan takut, aku disini untuk menjemput mu sesuai dengan pesan transmisi yang kau terima tadi, Tuan Ichika"
"..."
"Tidak percaya ya?~ Jujur saja, saya bisa saja menghabisimu saat ini juga namun...~"
Wanita itu berjalan kesana-kemari dengan senyuman yang semakin menambah rasa waspada nya.
"Kau terlalu kuat untuk bisa saya tangani sendiri, Tuan Ichika-san. Oh! Lupa bilang"
"Kita sebaiknya pergi, karena tamu tak di undang kita akan tiba sebentar lagi"
Ucap wanita itu sambil berjalan kearah lain, Ichika memutuskan untuk mengikuti apa kata wanita ini setelah melihat notifikasi di Visor memberikan laporan mengenai status posisi mereka di radius 17 km.
Ia berjalan mengikuti wanita aneh ini dalam diam saat menyusuri hutan, hingga kegelapan hutan ini mulai menghilang saat mereka sampai di ujung hutan.
"Kita sampai"
Ucap wanita itu saat mereka tiba di sebuah tempat dimana hanya rerumputan sepanjang mata memandang.
Wanita itu duduk diam di atas batu cukup besar, sinar bulan menerangi sosoknya, rambut putih pendeknya di tiup angin pelan untuk sesaat Ichika nyaris terpana dengan sosok wanita ini.
Tak lama ia mendengar sesuatu mendekat kearah mereka.
'Helikopter?'
Radar menunjukkan sebuah helikopter datang dengan ketinggian cukup rendah.
Saat ia melihat kearah selatan, Helikopter Blackhawk hitam terlihat dan mulai menurunkan ketinggian hingga mendarat sepenuhnya.
"Ayo masuk" Ucap wanita itu saat ia naik ke helikopter mereka mulai pergi meninggalkan tempat ini.
-0-
...
...
...
"?"
Dimana ini?
oh...
Ichika Orimura terbangun dari tidurnya saat sinar matahari menerangi kaca helikopter.
Lautan?'
Saat ia melihat posisi mereka melalui visor helm, anehnya posisi GPS tidak bisa melacak posisi mereka seolah-olah ada sinyal jammer yang sangat kuat di sekitar radius 70 km
"Apa tidurmu nyenyak?~"
Sebuah nada main-main terdengar, saat ia mengalihkan pandangannya seorang wanita duduk di seberangnya dengan kaki menyilang tersenyum menggoda kearahnya.
Wanita dengan rambut putih pendek mengenakan pakaian Gothic hitam aneh dan penutup mata kain hitam yang sepenuhnya menutup kedua matanya, wanita itu terus tersenyum kearahnya entah mungkin ada yang aneh dari dirinya atau apa
'Dasar aneh'
Pikir Ichika sambil kembali memfokuskan dirinya ke visor yang menampilkan radar lokasi mereka.
Hingga 20 menit pun berlalu
"Kita sampai~"
Ucapnya saat melihat di cakrawala dimana basis militer mengapung di atas lautan mulai terlihat.
Helikopter mulai terbang kearah landing pad dimana beberapa prajurit bersenjata dengan eksoskleton terlihat menunggu kehadiran mereka.
(bhump)
Saat Helikopter mendarat sepenuhnya wanita itu mulai bergerak membuka pintu keluar. "Ayo~ Komandan sudah menunggu mu~"
Ucap wanita itu dengan nada sensual.
"Stand up"
Ucap salah satu prajurit eksoskleton, spontan 8 prajurit yang berdiri mulai memberikan jalan padanya dan mereka semua langsung memberi hormat militer pada Ichika.
Ichika yang keluar dari Helikopter melihat pemandangan ini hanya bisa diam, dari pandangan mereka seorang manusia dengan baju eksoskleton futuristik dengan lumuran darah menutupi seluruh tubuhnya mulai terlihat.
Ia berjalan dengan pelan namun suara langkah kakinya seolah-olah menggema di telinga mereka.
Saat visor terbuka menampilkan wajah manusia itu, mereka semua hanya bisa diam menatap kearahnya dengan penuh hormat.
Ichika berjalan mengikuti wanita ini membawanya. Di matanya semua personil yang berjaga memberikan hormat padanya seolah-olah dia adalah orang penting
Saat mereka sampai di Main Deck di pangkalan militer mengapung di atas lautan, pintu terbuka menampilkan beberapa prajurit bersenjata yang spontan berbaris memberikan jalan.
"Selamat datang kembali, Princess"
Mereka memberikan hormat, "Senang bisa kembali~"
Ichika hanya diam saat ia di pandu masuk kedalam, beberapa prajurit juga mengawal mereka dari belakang.
Saat di dalam Ichika hanya terdiam menatap bagian dalam tempat ini.
"Selamat datang di Global Defense Initiative atau kami lebih suka menyebutnya GDI"
Elevator membawa mereka turun ke bawah dimana banyak manusia di dalam sini dengan segala peralatan, komputer dan banyak lagi terlihat sangat banyak untuk satu deck namun semua tersusun rapi.
"Akhirnya kau berani menunjukkan wajahmu sesungguhnya, Ichika Orimura"
Sebuah suara tegas terdengar di telinganya dan saat ia menoleh ke samping ia melihat sosok wanita familiar di matanya.
"Oh, senang melihat anda lagi. Wakil Komandan Laura~"
-0-
"Senang melihat anda lagi, Wakil Komandan Laura~"
Ucap wanita ini dengan nada sensualnya. butuh beberapa saat untukku bisa menyadari siapa wanita ini, dia adalah wanita dengan tinggi antara 169/170 dengan rambut silver dan penutup mata di sebelah kiri
"Ichika, pengecut yang melarikan diri dari masalahnya dan akhirnya terlilit masalah yang jauh lebih besar karena kebodohannya sendiri. Aku masih salut denganmu yang masih bisa hidup dengan kebodohan mu"
Hina wanita ini padaku, aku hanya diam menatap kearahnya. Membiarkan pikiranku berjalan sedikit sebelum aku menjawabnya
"Laura..."
"Oh? Apa kau sudah lupa dengan wajahku?"
Tanyanya dengan nada main-main bertingkah laku manis di depanku seolah-olah dia sedang menggodaku.
"Tidak, aku tidak pernah lupa tentangmu"
"hmmm... Begitu.. Sudahlah, ikut denganku ada yang ingin bertemu denganmu"
Laura, wanita aneh ini dan aku, kami mulai berjalan lagi kearah kantor dimana mereka akan membawaku menghadap seseorang yang bertanggung jawab atas pangkalan militer ini.
"Kau tau Ichika"
Laura mulai membuka topik pembicaraan saat kami masih berjalan dalam diam menuju kantor.
"Saat aku mengetahui kalau kau adalah Ichika Orimura yang sebenarnya saat insiden beberapa tahu lalu, hampir semua teman-teman kita dulu menganggap kalau aku gila. Mereka tidak percaya padaku kalau kau adalah Ichika yang sesungguhnya dan itu sedikit menyakitkan saat melihat mereka tak percaya padaku"
"..."
"Yang lebih lucunya, mereka justru menganggap kalau kau adalah peniru yang menggunakan nama Ichika karena semua yang kau lakukan di balik layar membuat mereka menganggap kalau kau merendahkan Ichika Orimura yang mereka kenal sebagai pria baik yang sayang pada mereka. Sungguh ironis"
"..."
"Tapi sekarang lihatlah dirimu, pembunuh berdarah dingin yang paling di cari oleh seluruh dunia. Aku terkesan denganmu, Ichika"
Aku hanya diam mendengarkan dia berceloteh tentang diriku yang ironis sekali adalah kenyataan.
'Terkadang aku juga mempertanyakan soal keberadaan ku'
-0-
Waktu berlalu dan kerusakan yang terjadi di kota Tokyo perlahan mulai pulih. Kepanikan mulai tergantikan dengan kehangatan dari warga sipil yang ikut mendukung pemerintah dan militer.
Di antara mereka yang masih sibuk dengan pekerjaan masing-masing, di sebuah rumah seorang wanita dewasa dengan rambut mulai memutih terlihat tengah duduk tenang di rumah menunggu kehadiran seseorang yang ia nantikan.
"Ichika... Dimana kau"
Ia bertanya-tanya saat menatap jendela, siaran tv terus menayangkan tentang insiden penyerangan kota Tokyo dan kaburnya tahanan kelas atas yang sangat berbahaya namun pikirannya sepenuhnya ke Ichika Orimura yang entah berada dimana
(knock)
Suara ketukan pintu, saat Chifuyu mulai berjalan membukakan pintu rumah ia langsung melirik tajam kearah orang yang datang ke rumahnya.
"Heyo...Heyo... Chi-chan"
Dia adalah wanita dengan sepasang telinga kelinci robot yang terlihat aneh menyapanya dengan riang.
"Pergi, jangan pernah tampakkan wajahmu disini lagi"
Ucap Chifuyu dengan tegas.
"Ne... Kenapa kau sangat dingin padaku, Chi-chan... Aku sangat rindu padamu loh"
"Sayangnya aku tak pernah sedikitpun mau kenal dengan orang yang menghancurkan adik laki-laki ku"
" ...he..."
Chifuyu masih melirik tajam kearahnya yang tertawa lepas.
"Ne... Chi-chan, aku punya tawaran"
"Pergi dan jangan pernah kau datang lagi"
"Hum... Kejam sekali~"
"Apa kau tahu Chi-chan, adikmu sangat lucu loh"
"Jangan kau berani menyebutnya seenak mu!"
"Hehe... Lihatlah ini"
Video di smartphone milik Tabane mulai menyala menampilkan video dimana Ichika berbaju besi eksoskleton mulai terlihat, namun Ichika dengan brutal menghabisi setiap satu Phantom Task tanpa ampun dengan cara yang tak manusiawi.
Melihat rekaman ini, Chifuyu hanya diam tak memperdulikan itu ia hanya ingin mengusir Tabane secepatnya dari rumahnya.
"Aku tak peduli soal itu. Pergilah dari rumahku!"
"Ho?"
Melihat Tabane masih tak mau pergi, Chifuyu langsung siap menyerang Tabane dengan pukulan namun...
"Huh?"
Tangannya terhenti oleh seseorang yang tiba-tiba muncul di depan Tabane.
"Hum...HM..."
"Chi-chan, kau sangat keras kepala sekali. Mari kita bicara sebentar ya?"
(punch)
...
...
-0-
"Selamat datang di markas Global Defense Initiative, Saya Admiral Jean A. Clerk, senang anda akhirnya bisa berkunjung ke rumah kami. Mantan Letnan Ichika Orimura"
Di sebuah kantor seorang pria dengan pakaian perwira angkatan laut menyambutnya dengan senyuman dan jabat tangan. Ichika menerima sambutan itu dan membiarkan Pria bernama Jean ini melanjutkan perkataannya.
"Saat ini anda pasti sudah tahu jika seluruh dunia menginginkan kepala anda, dan bagaimana keadaan politik berubah drastis akibat plot dari Phantom Task. Pemimpin phantom task yang kami yakini sebagai Tabane Shinonono adalah dalang dari segalanya hingga kami mendapatkan informasi yang sebenarnya mengenai hal tersebut "
"Phantom Task Organization and Technology Research Program awalnya di bentuk sebagai organisasi terpisah yang bertujuan untuk meneliti soal perkembangan teknologi roket dan militer era perang dunia kedua di bawah kendali Gene Kerman, saat perang dunia kedua pecah NAZI sepenuhnya mengendalikan program itu hingga berakhirnya perang dunia kedua"
"Saat perang dingin dimulai Amerika Serikat menganggap jika organisasi Phantom Task dan semua teknologi yang telah di patenkan oleh mereka adalah hal yang tidak bisa jatuh ke tangan Soviet, hingga tahun 1958 Amerika melancarkan operasi Kobra yang bertujuan menghancurkan pusat penelitian yang berada di semenanjung Korea namun sayangnya itu justru memicu perang Korea. Saat ini di era modern, Phantom Task masih hidup terima kasih berkat beberapa orang yang cukup gila untuk mendanai organisasi itu dan siapapun itulah yang kami yakini sebagai master mind sesungguhnya"
"Kami organisasi GDI adalah organisasi yang di ciptakan untuk mengendalikan dan menertibkan setiap pelanggaran perang yang ada di bawah ketetapan Dewan Keamanan PBB. Hanya saja sekarang organisasi kami tak lebih dari sekedar organisasi terbuang yang siap untuk mereka hancurkan, hanya tinggal menunggu waktu mereka sepenuhnya menemukan keberadaan kami dan menghancurkan tempat ini. Namun, kami tidak akan pernah bisa diam melihat hal yang terjadi di dunia. Tak peduli seberapa kotornya tangan kami kami akan melakukan itu, suka atau tidak"
-0-
Di sebuah ruangan, Ichika Orimura duduk diam menatap kearah kaca dimana ia melihat bayangan wajahnya.
Walau baju besinya telah ia lepaskan, namun bayangan yang ia lihat masih sama dimana ia masih mengenakan eksoskleton yang berlumuran darah
'Menyedihkan'
Ucapnya saat melihat dirinya sendiri.
Di meja ia melihat berkas profil wanita rambut putih pendek itu, dia bernama Yoshika sebuah Android yang di lengkapi dengan AI yang sangat cerdas di otaknya.
Memiliki emosi dan kemampuan tempur luar biasa membuat Android ini menjadi android paling canggih di antara semua android yang ada.
Lalu ia melihat berkas kedua, Laura Bodewig mantan perwakilan Jerman yang juga menjadi seorang wakil komander di pangkalan ini.
Saat pintu terbuka Ichika berbalik menatap pendatang yang masuk ke kamarnya.
"Ichika"
Laura masuk dengan senyuman yang sama dengan apa yang ia ingat dulu.
"Apa aku mengganggu mu?"
"Tidak, silahkan masuk"
Laura duduk di kasur menatapnya dengan main-main.
"Apa yang kau inginkan?"
"Apa itu caramu memperlakukan seseorang yang tak kau temui selama 12 tahun?"
"Tidak tahu, aku tak pernah memperdulikan soal itu"
"Oh? Kalau begitu katakan padaku Ichika. Kenapa kau memutuskan untuk menipu kami semua?"
"Katakan padaku apa yang membuatmu berpikir masuk militer jauh lebih berharga ketimbang kehidupan normal yang bisa kau dapatkan hanya dengan memilih satu diantara kami?"
...
Ia hanya diam tak menjawabnya.
-0-
Pertanyaan yang selalu menggangguku adalah pertanyaan mengenai, apakah hidupku akan berbeda jika aku melakukan A atau B. Pilihan seperti itu sangat aku benci terutama menyangkut tentang hubungan antar manusia.
Aku terpaksa melarikan diri dari kenyataan ketika di hadapi pilihan yang sangat ku takutkan. Aku takut jika menyakiti seseorang namun pilihan yang ku lakukan justru menyakiti banyak orang yang berujung menghancurkan hidupku.
"Jangan lupa, huh?"
Aku duduk di kasur kamar pangkalan militer aneh ini, organisasi militer aneh yang mereka sebut sebagai GDI.
'Aku tidak bisa terdiam begini terus. Aku harus melakukan sesuatu'
'Tunggu'
Aku baru menyadari sesuatu, sesuatu yang sejak awal mengganggu ku.
"Chifuyu nee!"
-0-
...
...
...
Langit mulai mendung dan hujan pun datang dengan petir menyambar di lautan.
Di tengah badai itu, di sebuah lapangan terbang beberapa prajurit bersenjata berbaris di depan pintu keluar.
Saat pintu terbuka mereka langsung berdiri tegak dan memberi hormat pada sosok yang keluar dari dalam.
Sosok itu adalah seorang manusia dengan baju besi eksoskleton futuristik di belakangnya terdapat seorang wanita dengan baju gotik Lolita hitam mengenakan penutup mata hitam dan bersenjatakan pedang di punggungnya.
"Semoga berhasil, Princess, Komander Ichika"
Ucap salah satu prajurit yang berbaris dengan hormat
Tak lama sebuah helikopter UH-60 Blackhawk mulai mendarat dan pintu terbuka membiarkan mereka berdua masuk kedalam.
"Hm~~ hm~~ Aku tak sabar melihat kemampuan mu, Komander" Goda wanita itu
-0-
