IMPRIMARE

Wiell

Disclaimer :

Cerita ini milik saya, jika ada kesamaan bukan suatu kesengajaan. Apabila kalian melihat yang sama persis mohon beritahu saya.

Warning!

Typo. Boys Love. CHANBAEK


Chanyeol kira semuanya akan berjalan lancar, pasangan yang sempurna dan cantik juga cinta yang tumbuh perlahan karena kebersamaan. Ia tidak masalah dengan Imprimare, sama sekali.

Hanya saja mengapa harus Byun Baekhyun?

Kata Ibunya, Imprimare dimulai di Romania. Banyak warganya yang menjadi gipsi dan pintar dengan ilmu sihir. Mereka memohon pada Sang Dewa agar pasangan untuk setiap manusia yang lahir ditentukan. Bukan tanpa alasan mereka meminta hal itu, namun dikarenakan kasus bunuh diri perkara cinta yang sering terjadi. Terkabulnya permohonan itu dimulai ketika seorang remaja yang berumur 18 tahun mendapat sebuah tanda di telapak tangannya dan tugasnya adalah mencari pasangan dengan tanda yang serupa. Pasangan itu diyakini sebagai pasangan terbaik yang akan jauh dari konflik dan hanya dipisahkan dengan kematian. Hingga permohonan itu menyebar ke seluruh negara. Tanda itu secara magis muncul dan tak bisa hilang, layaknya tato permanen.

"Ibu, tanda nya muncul!"

Saat itu ketika Chanyeol melihat tanda Imprimare muncul, ia sangat bahagia. Sebuah lambang yang terukir indah burung phoenix sewarna darah. Hari itu Chanyeol sangat bahagia, mungkin ia akan berubah menjadi pasangan yang lebih baik dan mulai menghentikan aksi pembulian yang kerap dilakukannya. Namun kesenangan itu hanya sesaat ketika tanpa sengaja ia menabrak seorang lelaki yang tak asing, membuatnya terjatuh dan mendapatkan luka.

Ia adalah adik kelasnya yang pendiam, tanpa banyak tingkah dan agak tertutup.

Chanyeol mengatakan banyak kalimat yang menyebalkan. Ia hanya tidak percaya dan tak bisa menerima kenyataan. Tanda yang sama tercetak di telapak Baekhyun, sama persis dan yang paling penting adalah Baekhyun seorang pria sama sepertinya. Kepalanya mendadak pusing dan perutnya mual, banyak pikiran buruk menyergapnya. Bagaimana keturunannya kelak juga bagaimana pandangan orang lain padanya.

Ia memang bukan orang yang baik, sering kali berbuat buruk untuk kepuasan sesaat. Membuli dan membuat onar dengan teman-temannya juga bukan hal yang patut ditiru. Ia tahu.

Hanya saja salahkah jika ia ingin seseorang yang dapat membuatnya berubah?

Lalu mengapa Baekhyun?

"Chanyeol, kau sudah mendapatkan tandamu?" tanya Taemin senang. Menatap berbinar pada telapak tangan yang tertutup plaster. Sebelum lelaki itu meraihnya, Chanyeol menjauh. Ia hanya tak ingin seorang pun tahu bagaimana tanda itu tercetak di tangannya.

"Ini masih rahasia. Aku akan memberi tahu kalau aku sudah menemukan pasanganku."

Ia berbohong.

"Tidak masalah. Tapi mungkin kita bisa membantu."

"Aku akan melakukannya sendiri."

Taemin dan lainnya terdiam, enggan membahas lebih jauh tentang calon pasangan Chanyeol. Hingga Minho yang berteriak membuatnya mendongak sekilas, tampak seorang lelaki mungil dengan jalan tergopoh berbalut perban berjalan mendekat. Matanya bertemu sekilas namun sekali lagi Chanyeol memilih tak peduli, namun satu getaran membuatnya berjengit.

Dadanya mendadak berdegup keras dan ia berubah gugup tanpa sebab.

Chanyeol berdiri begitu melihat Baekhyun menjauh, menatapnya tanpa ekspresi dan memilih abai pada degub didada. "Aku mau tidur dulu,"

Berjalan berlawanan arah dan menuju ruang kesehatan yang sepi. Suasana terasa sepi karena murid lain sedang ada di kantin, semuanya tenang hingga Chanyeol mendengar perseteruan di samping ranjang dengan bersekat kelambu. Ia mengenal. Juga isakan yang terdengar memilukan itu.

Hatinya terasa tercubit.

Chanyeol masih belum bisa.

Untuk itu ia melemparkan sapu tangan dan mengatakan kalimat jahat lainnya.

Hanya untuk mengurangi rasa bersalahnya.

Sepulang dari kampus Chanyeol datang ke Club. Memesan whisky dan menenggaknya rakus. Turun kelantai dansa dan bermain dengan beberapa wanita yang mendekatinya.

Rasanya sedikit lebih bebas.

Kepalanya pusing dan ia mulai mabuk, "bisa antar aku ke alamat ini?"

Tak kuat untuk sekadar menyangga tubuh dan Chanyeol memesan taksi disisa kesadarannya. Ah, mungkin Ibu akan memukulinya besok.

"Chanyeol, apa kau tidak ke kampus?"

Samar ia bisa mendengarnya, gerutuan sang Ibu dan juga silau mentari yang menusuk matanya. Kepala terasa berat dan pusing yang teramat.

"Kenapa kau mabuk? Apa kau belum menemukan imprimare mu? Jangan jadi lelaki yang gampang menyerah Chanyeol!"

Tubuhnya di pukul keras dengan bantal, juga makian yang dicelotehkan Ibu, "Apa kau mau jadi pemabuk? Kau mau calonmu kabur?"

Pukulan itu masih dilayangkan.

Chanyeol memang tak pernah pulang dengan keadaan mabuk, ia selalu tampil rapi dan tak terlihat seperti anak nakal. Hanya bogem mentah yang kadang meninggalkan bekasnya, namun Ibu bisa memakluminya. Beruntung semua korban bulinya tidak melapor atau ia akan mendapat hukuman dan mungkin kurungan beberapa bulan penjara.

Bukankah lebih baik jika calonnya kabur?

"Ibu, kepalaku pusing!"

Pukulan masih terasa dan Chanyeol memilih abai, menutupi kepala dengan bantal juga selimut yang membungkus sebagian tubuhnya. Hingga seretan ditubuhnya membuat ia terbangun dan pergi ke ruang makan.

"Nanti kau harus menemani ibu berbelanja bulanan, kau tidak punya kelas kan?"

Chanyeol berhenti menyuapkan nasi, "Ah, nanti aku akan –"

"Tidak perlu berbohong, Ibu sudah tahu semua jadwal kuliahmu."

Ibu tersenyum, "kita akan memasak besar untuk kepulangan ayahmu besok."

"Oke," jawabnya pasrah, tak punya pilihan menolak.


IMPRIMARE


"Ini," ucapnya sembari memberikan buah Pir yang diambilnya dari rak paling atas.

Ibu itu tampak terkejut, "terima kasih banyak," buah itu masuk ke troli bersama barang lainnya. "Siapa namamu?"

"Chanyeol, Bibi."

"Ah, Chanyeol. Terima kasih sudah mengambilkan buah ya, maaf sudah merepotkanmu,"

"Tidak, sama sekali. Aku juga kebetulan mengambil buah yang sama," jawabnya sembari menggoyangkan buah pir.

"Apa kau datang sendiri?"

"Tidak, Ibu ku ada di sini dan ia tengah membeli bahan lain."

"Kau anak yang baik tidak seperti putra ku yang selalu bermalasan. Jika ku lihat sepertinya dia seumuran dengamu."

Wanita itu mengamati Chanyeol, seperti mengingat bagaimana perawakan sang anak yang dikatakannya.

"Benarkah? Siapa namanya?"


IMPRIMARE


"Chanyeol!"

Pangggilan itu membuatnya menoleh, disebrang sang Ibu tengah menjinjing beberapa buah kresek yang entah apa isinya. Menatap bingung pada orang asing yang tengah berbincang dengan sang anak, "kau sudah selesai berbelanja?"

"Ya," ia mengangguk, melempar senyumnya pada wanita setengah baya yang masih mengantri di depannya. "Bibi ini adalah Ibuku."

Dua wanita itu saling membungkuk hormat, berbincang sembari menunggu antrian yang lumayan panjang. Hingga seorang lelaki mendekat, menepuk pundak wanita di depannya. "Ibu!"

Tubuh tenggelam dalam hoodie biru yang kebesaran, celana skiny jeans putih yang

membalut erat kaki kecilnya. Ditangannya ada beberapa makanan ringan yang mungkin baru diambilnya.

"Ini Baekhyun. Apakah kalian sudah saling mengenal? Kalian ada di sekolah yang sama."

Mereka berpandangan.

"Tidak."

Baekhyun mengangguk, melirik sekilas pada Chanyeol yang juga terdiam. "Kami tidak saling mengenal, Bu."

Mereka terdiam, Baekhyun berdoa agar kasir didepannya bekerja lebih cepat dan ia bisa segera pergi dari sini.

"Jadi Baekhyun sudah punya imprimare ya?"

Hanya tersisa satu orang lagi, "iya, bibi," ia meremas tangannya gugup.

"Benar kalian tidak saling mengenal?" tanya Ibu Chanyeol meyakinkan. Ia menatap curiga pada sang anak yang diam sejak tadi. " tapi kalian punya tanda yang sama!"


Bersambung –


Note Chapter 2 :

Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankan ya!! masih lancarkan puasanya? hehe.. bentar lagi lebaran, gimana sama persiapan kalian, pada mudik nggak?

Semoga kalian suka ya sama update ini, untuk cerita yang satunya coming soon update wkwk. Kalau ada kritik dan saran mohon disampaikan di kolom review ya!

Terima kasih!