Disclaimer: All characters of Naruto belongs to Masashi Kishimoto-sensei. And I'm just playing with it.


Masih ingat dengan kebodohan gadis nyentrik ini?

Ya, tentu saja dia masih berteriak histeris dan juga panik. Tambahkan juga backsound klakson mobil-mobil yang ada di belakang untuk mendramatisir suasana. Ah, apalah bahasa saya ini. Seperti melebih-lebihkan saja. Huh.

Namun, karena jiwa saya ini baik dan entah dewa mana yang sedang berpihak padanya, secara keajaiban pacarnya (yang saya tunggu-tunggu) ini mengetuk kaca jendela mobil. Wow, Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan akhirnya mengirimkan bantuan!

Jika ditelisik lebih jauh, tampaknya aura Sasuke sedikit berbeda dari yang biasa meskipun kesempurnaan wajah tampannya masih awet seperti pakai CH2O atau metanal. Uhmm, tapi entah kenapa sekarang terlihat sedikit bengek, ya? Habis dikejar Bendahara untuk bayar uang kas, kah?

Ah, masa bodoh. Persetan dengan semuanya. Cepat buruan geser, Sara yang ada huruf Ku-nya! Biarkan orang yang lebih pro bekerja untuk menangani masalah sepele ini.

"Geser."

Irit sekali perintah orang ini. Beruntung masih terlihat keren saat dia membuka pintu. Merasa ini bukan Land of Dawn, Sakura menurut saja dan melompat ke kursi belakang.

Oke, masa transisi hidup yang hampir seperti kiamat sudah selesai.

Kabar baiknya mobil sudah diambil alih oleh Yang Mulia Sasuke. Kemudi sudah berada di genggaman tangan yang aman. Makian dan klakson mobil sudah tidak terdengar dan kota yang bukan ibukota ini menjadi kondusif kembali meskipun masih padat merayap seperti cicak.

Sakura secara eksplisit menunjukan rasa lega, terang-terangan mengusap air matanya sembari menghela napas. Ternyata nyawanya masih selamat ya, Gusti. Dalam hati mengucapkan beribu terima kasih dan enggak lupa mewanti-wanti kalau bisa jangan dikasih peristiwa seperti ini lagi.

Ah, mantap. Jujur sa su bilang kalau rasanya seperti minum Sejuk Sari dari oasis yang ditemukan di padang gurun (ngaco), efeknya benar-benar melegakan sang puan.

Beruntung saya menghadirkan Sasuke tepat pada waktunya. Pun sedikit kebanggaan tersendiri, Sakura memiliki pacar yang pengertian saat dia bikin ulah. Kau benar-benar berutang padaku ya, Nona. Tolong catat di daftar rincian balas budi untuk menuju akhirat. Saya tunggu sampai jam sebelas lewat lima.

Muka Sasuke tertekuk. "Untung tadi ketemu Ayah di lift. Disuruh cek mobilnya yang hampir sekarat seperti Mamsky." Loh, itu kenapa manggilnya bisa beda bujang? Bukan pipi-mimi gitu, biar lucu dan menggemaskan?

"Iya, sayang." Sakura sok mengangguk-angguk. "Terserah mau ceramahin sebanyak apa, tapi nanti aja ya—tunggu, kau bilang apa? Tadi Bibi kenapa?"

Sasuke menurunkan kaca jendela, mengambil karcis parkir.

"Udah lewat masa kritisnya, kok."

"Terus sekarang gimana?" tanya Sakura.

"Ya, biasa. Lemas."

Sakura menghela napas lagi, kali ini lebih berat.

Mikoto, calon mertua Sakura, memang menderita kanker paru-paru sejak tahun lalu. Stadium akhir. Peristiwa kejang kayak sekarang ini memang sering terjadi, seperti yang sudah diceritakan Sasuke kepadanya saat curhat colongan paksaan.

Yang Sakura tahu, Mikoto memang baru pulang dari Suna beberapa hari yang lalu untuk menjalankan jadwal kemoterapi kesekian kalinya. Dan kondisinya memang suka naik-turun seperti roller coaster.

Sasuke juga sering izin tidak masuk sekolah untuk menemani sang ibu, rela sedikit tertinggal pelajaran karena memprioritaskan hal yang sangat penting dalam hidupnya. Sementara Fugaku sih tidak usah ditanya. Tentu saja beliau tidak ikut dikarenakan tuntutan pekerjaannya sebagai guru: membasmi murid nakal yang diam-diam ke kantin saat pergantian jam pelajaran.

Duh makanya, beli stok camilan buat makan di kelas saat pelajaran itu yang banyak biar enggak kepergok sama serigala. Gunakan akal sakit kalian. Pintar-pintar sedikit buat memaksimalkan celah kesempatan—sefruit wejangan sesat dari mantan murid nakal buronan polisi kelas.

Hidup kayaorangbiasa!

Melihat sesuatu yang enggak beres, Sasuke berdecak. Lirikannya terlihat cukup kesal dan terpantul dari kaca spion dalam. Ada apa sih, Sasuke? Ada mobil odong-odong yang mau menyalip dari arah belakang? Eh, sebentar … memangnya di dunia kalian ada mobil odong-odong juga ya?

"Oi," panggilnya ketus.

"Kenapa?"

"Kenapa? Kenapa kau bertanya kenapa?"

Sakura mengerjap-ngerjapkan mata tidak mengerti.

"… Kenapa?"

Sasuke berdecak sebal (lagi), mengetuk-ngetuk stir kemudi dengan ujung telunjuknya. Menahan emosi.

"Harusnya aku yang bertanya kenapa kau bisa-bisanya duduk di kursi belakang? Sudah capek-capek ditolongi malah menganggap pacarnya yang baik ini supir, hm?"

EHHHH?! Sakura menatap horor, saya tepuk jidat.

Ada saja tingkah bodoh si alien campuran ras kingkong ini. Pantas saja mas pacar jadi kesal padamu, Sakura. Dasar tidak sopan. Ayo cepat pindah! Sebelum Tuan Muda Uchiha bertransformasi menjadi binatang buas seperti ayahnya.