Disclaimer : Masashi Kishimoto dan Ichiei Ishibumi.


Chapter. 2 — Pedang Excalibur.

Akademi Kuoh.

Debu-debu asap mengepul tinggi setelah kedatangan sesosok pemuda bagaikan kilatan kuning.

"A-apa itu?!" tanya Issei bingung, diikuti oleh yang lainnya memandang ke arah pandangan Issei.

"Untung aku tidak terlambat."

Sebuah suara terdengar dari balik asap tersebut.

"Kamu baik-baik saja 'kan, Asia?"

"A-aku baik, Nii-sama."

'Itu suara Asia, baguslah kalo dia selamat!' batin Issei tersenyum lega saat mendengar suara gadis yang ia khawatirkan. Begitu juga dengan yang lainnya.

Swush!

"Minna, awas!" teriak Kiba menyadarkan semua orang.

Spontan, semuanya berusaha menghindari sebuah tombak bercahaya kuning melesat ke arah mereka. Pelakunya tidak lain adalah, Kokabiel—si Gubernur Malaikat Jatuh—yang tengah menyeringai.

"Kalian ingin melupakanku?"

Blarr!

Tempat Issei dan teman-temannya berada tadi langsung meledak dan meninggalkan sebuah lubang menganga. Nasib baik, teriakan dari 'si pangeran cantik menyelamatkan semuanya.

"Cih, kuso!"

"Sepertinya kita tidak bisa menang melawannya," gumam Issei yang tampak mulai pasrah.

Puk!

"Jangan pesimis begitu. Kita tidak boleh menyerah, Issei," ucap Kiba menyemangati.

"Yang dikatakan Kiba-senpai benar, jika kau pasrah seperti itu, berarti semua impian laknat yang sering kau katakan itu hanyalah omong kosong, Issei-senpai." Kali ini Koneko bersuara. Gadis nekomata itu tidak ingin senpainya patah semangat, walau ia sebenarnya tidak ingin menggunakan kalimat tadi.

"Kiba, Koneko-chan," tatap Issei terharu.

"Ara, ara Issei-kun jika nanti kita menang. Aku kasih hadiah kencan, lho," ucap Akeno dengan senyum khas miliknya.

Rias Gremory tersenyum melihat para Peeragenya saling mendukung sama lain. Dalam hati, ia menyesal karena tidak meminta bantuan pada Kakaknya. Tapi, sepertinya ia tidak boleh menyerah..

"Teman-teman yang hebat, Rias Gremory," ucap gadis berambut biru disamping Rias, Xenovia Quarta.

"Mereka bukan teman-temanku, tapi keluargaku. Dan terima kasih pujiannya," balas Rias, lalu mendongak tajam ke arah Kokabiel yang tengah menyeringai ke arahnya.

Ditengah-tengah rasa kalut yang menyelimuti para Iblis muda, sosok yang tadinya dilupakan mulai memperlihatkan diri.

"Yare, yare setidaknya obati dulu luka kalian jika ingin bertarung kembali," ucap seorang pemuda berseragam Kuoh tak jauh dari sana.

"Kan percuma jadinya kalo kalian punya Sacred Gear, Twilight Healing."

Seluruh atensi tertuju ke arah pemuda itu. Issei yang sadar mengenal sosok itu pun mulai memanggilnya, dengan ragu.

"Uzumaki-san?!"

"Yo, Hyoudo. Panggil aku, Naruto dan sebagai balasannya aku juga akan memanggilmu, Issei," ujar Naruto berjalan ke arah Kokabiel yang berada di udara.

"Heee! Apa yang kau lakukan disini?!"

"Bicaranya nanti saja. Asia tolong sembuhkan mereka dengan Twilight Healingmu," ujar Naruto.

"Haik, Nii-sama."

"Kau mengenalnya, Issei-kun?" tanya Rias penasaran, begitu juga dengan yang lainnya. Kecuali, satu orang.

'Siapa dia? Aku merasakan aura suci darinya,' batin gadis berambut biru—Xenovia—yang menatap tajam ke arah Naruto.

Disisi lain, Kokabiel menatap tertarik sosok pemuda pirang dibawahnya. Kenapa? Karena ia bisa merasakan Aura suci yang sangat kuat menguar dari tubuh pemuda itu. Siapa dia?

Tap!

Menghiraukan semua suara bising di belakangnya, langkah Naruto berhenti di satu sisi tempat. Dimana terdapat sesosok pria berambut putih terbaring pingsan, dengan beberapa pecahan pedang emas yang patah tak jauh didekatnya.

Naruto memegang gagang pedang emas itu. Tiba-tiba pedang itu bersinar, serpihan-serpihannya melayang dan menyatu kembal ke bentuk semula.

"Di-dia!" Xenovia kaget melihatnya.

"Hm, baru empat pecahan, ya," ujar Naruto mengangkat pedang emas tersebut.

"Menarik sekali, aku tidak percaya kau memegang Excalibur, Hahahahaha!" tawa Kokabiel menggema keras. Issei dan yang lainnya juga nampak terkejut melihat Naruto memegang Excalibur.

Bukannya tadi pedang itu patah?

"Dan pedang ini yang akan mengalahkanmu, Kokabiel."

"Huh?"

Naruto mulai memposisikan diri.

[Time Limit : Chronos]

Tiba-tiba keadaan sekitar melambat sesaat.

Ex

Pedang ditangannya bercahaya terang. Naruto mulai memasang kuda-kudanya, sambil memegang pedangnya menghadap ke bawah.

Genggamannya mengerat.

Caliburrrrrrr!

Waktu kembali normal.

Kokabiel yang sedang tertawa, tiba-tiba tubuhnya bergerak kesamping ketika instingnya merasakan sesuatu yang buruk. Namun, ia terlambat, dua sayap sebelah kiri terpotong oleh sesuatu tak kasat mata.

Slash!

"Arghhh!" teriak Kokabiel kesakitan. Ia lalu kehilangan keseimbangan dan jatuh ke atas tanah.

Bruk!

"Kisama, apa yang terjadi?!" teriak Kokabiel marah. Issei dan teman-temannya melihat itu terkejut.

"Hm, jadi kau berhasil menghindarinya? Padahal akan lebih mudah jika kau tetap diam dan membiarkan seranganku tadi mengenaiku," ucap Naruto.

"Sialan, jadi ini karena ulahmu!?"

"Tidak akan kumaafkan!" ucap Kokabiel yang sudah kalut penuh amarah.

Naruto memasang wajah datar sembari mengatakan, "Seharusnya aku yang mengucapkan kalimat itu, Kokabiel."

Naruto dan Kokabiel saling menatap satu sama lain. Lalu setelahnya mereka melesat cepat melancarkan serangan masing-masing. Kokabiel dengan pedang cahayanya dan Naruto dengan Excaliburnya.

Slash!

Keduanya saling jual-beli serangan.

Slash!

Slash!

Semua serangan Kokabiel, Naruto berhasil menghindarinya dengan mudah. Excalibur Rapidly, meningkatkan kecepatan geraknya.

Crashhh!

Satu serangan berhasil melukai tangan Kokabiel.

"Ki-sa-maaa!"

Kokabiel mulai menciptakan satu tombak cahaya dam menyerang Naruto dengan brutal penuh amarah. Disisi, Naruto cukup kewalahan menghadang semua serangan kokabiel.

Hingga sebuah suara memanggil namanya.

"Naruto-senpai!"

Naruto melirik kebelakang dan melihat gadis nekomata berlari ke arahnya. Naruto tersenyum tipis. "Sudah selesai, kah?"

Naruto menghindar kesamping. Membiarkan gadis itu meninju Kokabiel yang tengah terkejut.

Jduak!

"K-khak!"

Swush!

Blarrrr!

Kokabiel terhempas jauh ke belakang.

"Rasakan ini!"

Kiba dan Xenovia bergerak cepat, beriringan dan berhasil menebas dua sayap hitam Kokabiel.

"Arghhh!"

Holy Lightning

Sebuah lingkaran sihir berwarna kuning muncul di atas Kokabiel. Dari lingkaran sihir tersebut, petir berwarna kuning keluar dan menyambar Kokabiel di bawah.

Bzzit!

Duarrr!!

"Buchou!"

Boost

Transfer

Issei menyalurkan kekuatannya pada Rias. Perlahan aura merah menguar keluar dari tubuh Rias.

"Ini akibat karena kau mengganggu keluargaku, Kokabiel!"

Power of Destruction!

Energi berwarna merah pekat itu ditembakan ke arah Kokabiel.

Duarrrrr!

"Arghhh!"

Tempat Kokabiel berada langsung meledak. Asap-asap membumbung tinggi. Semua menunggu untuk melihat keadaan Kokabiel.

"Apakah berhasil?" tanya Rias.

Oh, tentu tidak!

Dari arah langit, ratusan tombak cahaya tercipta. Terlihat disana sosok Kokabiel yang penuh dengan luka disekujur tubuhnya melayang di udara. Sepertinya gubernur Malaikat Jatuh tersebut berhasil selamat dari serangan penghancur Iblis Gremory.

"Tidak mungkin!" Semua memandang tidak percaya.

"Ini buruk," bisik Naruto lalu menghampiri Asia.

"Nii-sama?"

"Bersiap dengan kemungkinan terburuk," ucap Naruto.

Disisi Kokabiel ia menyeringai. "Dengan ini kemenangan berada ditanganku."

"Dengan kematian kalian, Great War Keduaakan dimulai. Hahahahahaha!"

"Permainannya cukup sampai disini."

"Ha?"

Kretak!

Prankkk!!

Bersamaan dengan suara tadi. Kekkai yang diciptakan para Pengurus OSIS untuk melindungi Akademi Kuoh hancur begitu saja. Dari atas langit, turun cahaya putih yang bersinar sangat terang.

"A-apa yang terjadi?" tanya Issei bingung.

"Apa itu?" Semua memandang cahaya putih tersebut, termasuk Naruto. Dalam penglihatan Naruto, ia melihat sesosok berpakaian armor naga berwarna putih.

Mata Naruto menyipit.

"Hakuryuuko."


To be continued...

A/N : Wah, dah lama ga mampir kesini. Ya, mungkin ini karena aku nya yang mulai bosan melanjutkan fanfiksi sebelah. Hehe. Maaf jika kurang menghibur.

Next~