"Teme!" / "Dobe!"

Keduanya saling menunjuk satu sama lain dengan pandangan terkejut.

"Kenapa kau masih ada disini?"

"Bicara apa kau? Tentu saja aku tinggal disini."

"A-apa?"

Sasuke lalu teringat dengan foto yang dipegangnya lalu memandang Naruto sekilas. Sosok yang ada di foto itu dengan remaja bersurai pirang di depannya saat ini benar-benar mirip. Bahkan bukan mirip lagi, ini terlalu mirip. Kembar? Tidak, Sasuke harus memastikannya lagi. Rambut pirang, mata biru lalu yang paling meyakinkan adalah tanda lahir mirip kumis kucing di kedua pipinya. Dia jadi ingat dengan pertemuan pertamanya dengan Naruto. Bocah itu terlihat sedang berusaha sembunyi di balik mobil pick up yang dikendarainya. Mengindikasikan bahwa mungkin saja dia sedang kabur atau sedang berusaha menyembunyikan dirinya dari seseorang.

"Hei, boleh aku bertanya sesuatu kepadamu?"

"Hah, a-apa?"

"Apa kau sebenarnya Namikaze Naruto?"

Manik biru Naruto membulat terkejut. Dia tidak tahu jika dirinya akan secepat ini ditemukan. Terlebih lagi, dia malah ditemukan oleh pria mesum yang tempo hari menciumnya seenak jidat di sebuah gang sempit.

"A-apa?! Dari mana kau bisa- tunggu! Jangan-jangan kau orang suruhan nenekku?

Naruto mulai melangkah mundur menjauhi Sasuke. Antisipasi saja jika Sasuke tiba-tiba menangkapnya dan membawanya pulang ke rumah.

"Hoo..jadi kau sedang kabur dari rumah? Pfft...kekanakan sekali." ujar Sasuke dengan senyum mengejek.

TWICH! Muncul perempatan imager di pelipis Naruto begitu dia mendengar olokan Sasuke.

"Jangan menyebutku kekanakan!"

Sasuke terkekeh geli mendengarnya. Namun dia jadi merasa tertarik untuk semakin menggoda bocah pirang di depannya.

"Kau tahu, untuk ukuran bocah dengan wajah barbie sepertimu, kuakui jika kau cukup berani kabur dari rumah dan berkeliaran di distrik ini."

"Jangan sebut aku wajah barbie!" ujar Naruto sambil mengeram marah. Namun geraman Naruto terlihat seperti geraman anak rubah yang lucu bagi Sasuke. Ah, sekarang dia tahu mengapa orang yang bernama Orochimaru berambisi untuk menemukan si pirang. Seleranya memang patut diacungi dua jempol. Dia bocah yang sangat menarik.

"Jika kau memang Namikaze Naruto, lebih baik kau ikuti aku dengan sukarela."

"A-aku tidak mau!"

Naruto bersiap lari, namun Sasuke dengan sigap mencengkram tangan Naruto dengan erat. Namun Naruto tidak kehabisan akal, dia segera menancapkan gigi-giginya di tangan Sasuke yang mencengkram erat tangannya.

"AAARRGH!" teriak Sasuke. Pergelangan tangannya memerah dengan cap deretan gigi Naruto di atas kulitnya. Sasuke dengan segera mengejar si pirang yang akan kabur darinya. Dengan kekuatannya dia berhasil menarik baju Naruto dan membuat remaja pirang itu terjatuh dan tertindih olehnya.

"Kubilang ikuti saja aku! Kalau tidak mau, aku akan membawamu dengan paksa!"

Naruto terus memberontak. Namun Sasuke tidak kalah gentar untuk mencekal remaja pirang di bawahnya dengan tangannya.

Naruto yang panik mau tidak mau harus berusaha lebih kuat untuk melepaskan diri dari cengkraman Sasuke. Dia berusaha menendang tubuh Sasuke, namun pria itu cukup sigap untuk menghimpit tubuh Naruto dengan tubuhnya hingga bocah pirang itu kesulitan bergerak.

"K-kau, lebih baik menyerah saja, Dobe!" ujar Sasuke kualahan. Meski tubuh Naruto lebih kecil darinya, dia tetaplah seorang laki-laki yang memiliki kekuatan besar. Ahh, dia bahkan berkekuatan gorila!

Hembusan nafas Sasuke yang mengenai leher Naruto membuat remaja pirang itu bergidik ngeri. Pipinya merona hebat ketika dengan sengaja Sasuke menyelipkan salah satu lututnya diantara kaki Naruto. Wajah Naruto semakin pucat.

"Nooo...Aku tidak mau ikut denganmu! L-lepaskan aku, m-manusia hentai!"

"A-apa katamu?!"

Tak lama pintu di samping kamar Naruto tiba-tiba terbuka dan menampilkan sosok Itachi.

"Sas, rupanya kau sudah pu-" Itachi langsung terdiam saat mendapati Sasuke dan tetangga barunya saling tumpang tindih bak kue lapis di depan apartemennya. "A-apa yang sedang kalian lalukan?" tanyanya dengan wajah heran.

"Itachi-nii!" Naruto mewek.

"Cih, aniki."

.

.

.

.

RAMEN FLAVOR

NARUTO belongs to Masashi Kishimoto

Story by Kuroi Sora18

Rated : sementara T dulu selanjutnya suka-suka saya #plak

Main Pair : SasuNaru

Genre : Romance/Drama

Summary : Namikaze Naruto-anak dari suatu keluarga konglomerat Uzushio kabur! Bersembunyi di kota kecil semacam Konoha membuatnya bertemu dengan Uchiha Sasuke- si kurir minuman keras yang juga seorang agen misterius. Bagaimana jika keadaan berbalik menjadi berburu dan diburu?

.

WARNING!

Fic ini mengandung unsur Humu/BL/Yaoi/Shounen-ai/gaje/update ngaret/sudah pasti OOC/ typo menjamur/ diksi amburadul dll. Bagi kalian yang alergi dengan konten fic ini, author persilakan dengan damai untuk segera memilih menu back di layar masing-masing. No flame! Hanya kritik dan saran yang sopan lah yang layak di kotak review saya.

.

Author proudly prensent

RAMEN FLAVOR

Chapter 3 : Difficult Decision

.

.

.

Di dalam ruangan sempit di apartemen Uchiha, tiga orang nampak duduk dalam keheningan. Itachi menghela nafas saat melihat ekspresi kesal Sasuke. Sementara Naruto langsung menggelayut dengan wajah ngeri di sampingnya begitu dia melihat sosok Sasuke berada di radius 1 meter di depannya.

"Sasuke, aku sudah pernah mengatakannya kepadamu."

Itachi selaku orang tertua di ruangan itu berinisiatif membuka suara terlebih dahulu. Dia menatap Sasuke layaknya ibu-ibu yang memarahi anaknya yang kedapatan mandi di sungai. "Jangan lakukan pekerjaan itu lagi!" lanjutnya dengan nada bicara satu oktaf lebih tinggi.

"Aku membantu orang aniki!" ujar Sasuke membela diri. "Aku hanya membantu menemukan orang hilang." lanjutnya dengan ekspresi kesal.

"Aku bukan orang hilang! Itachi-nii lindungi aku dari siluman ayam mesum itu."

Pelukan di lengan Itachi kian mengerat. Semenjak kepindahannya ke apartemen milik Asuma, Naruto baru saja mengenal Itachi kemarin. Namun mereka bisa langsung dekat seperti layaknya saudara. Sasuke yang melihat kedekatan keduanya itu hanya mendengus kesal. Akan sulit membawa Naruto pergi jika bocah itu selalu menempel kepada kakaknya.

"Sasuke, jangan bekerja pada orang yang bernama Orochimaru itu."

"Pekerjaanku sama sekali bukan urusanmu, aniki. Lebih baik kau pikirkan saja kondisi badanmu."

"Tunggu, kau tidak berkerja untuk nenek maupun ayahku?"

Sasuke memandang Naruto dengan ekspresi datarnya.

"Tidak." jawab Sasuke dengan nada ketus. Mendengarnya, Naruto jadi menghembuskan napas lega. Dia menatap Itachi yang ada di sampingnya dengan pandangan penuh tanya.

"Lalu, Itachi-nii sakit apa?"

Itachi tersenyum sambil mengacak surai pirang Naruto dengan lembut.

"Aku baik-baik saja, Naru. Kau tidak perlu khawatir. Ah, pasti menyenangkan punya adik yang lucu dan manis sepertimu."

Sasuke yang merasa tersindir mendelik seram kearah kakaknya yang sedang asyik mengelus surai pirang bocah Namikaze.

"Nee, Itachi-nii. Aku memang sedang kabur dari rumah supaya tidak diberangkatkan ke Inggris oleh orang tuaku."

"Bocah." ledek Sasuke dan dibalas dengan juluran lidah oleh Naruto.

"Dan aku kenal siapa Orochimaru itu. Dulu dia pernah bekerja di kantor ayahku. Tapi dia keluar dan membangun perusahaannya sendiri dan menjadi rival ayahku."

Netra Sasuke membulat mendengarnya. Rival? Jadi alasan kenapa Orochimaru memintanya untuk mencari Naruto adalah untuk menjatuhkan perusahaan orang tua Naruto?

"Sasuke aku yakin kau ditugaskan untuk menculik Naruto. Dengar, jika kau merasa menjadi adikku, maka hentikan semua ini dan kembalikan semua uang yang kau terima darinya."

Itachi bersidekap menatap lurus kearah adiknya. Dia yakin Sasuke melakukan itu karena dia berusaha mencari banyak uang untuk pengobatannya.

"Aniki, aku hanya ingin membantumu tapi kau selalu saja-"

"Jika kau masih ingin melihatku bernafas, maka hentikan! Aku yang akan melindungi Naruto bagaimana pun caranya."

Sasuke mendengus kasar. Drama macam apa ini? Ini pertama kalinya Sasuke bisa melihat Itachi dengan ekspresi seserius itu.

"Aku jadi bingung siapa adikmu yang sebenarnya? Ini lucu sekali, kau bisa sebaik ini kepada orang yang baru saja kau kenal. Jika kita serahkan bocah itu kepada Orochimaru, kita bisa hidup dengan layak. A-aku sudah muak hidup seperti ini..."

"Apa uang sudah membutakanmu? Asal kau tahu, aku tidak mengharapkan kehidupan kita hidup berkecukupan jika uang yang kau peroleh itu dari orang yang bernama Orochimaru itu."

"Tapi dengan uang itu aniki bisa-"

"Aku akan baik-baik saja! Aku sangat bersyukur kita masih bisa bersama meskipun hidup kita serba kekurangan. Jika kau ingin tahu kenapa aku sangat menyayangi Naruto, jawabannya karena dia adalah Namikaze Naruto - anak dari Namikaze Minato yang merupakan teman karib Tou-san ketika SMU."

"Lalu apa urusannya dengan kita? Jika memang orang tua si Dobe ini adalah teman karib Tou-san, kenapa mereka diam saja saat keluarga kita hancur berantakan?"

Itachi lagi-lagi menghela nafas. Memang sulit bernegosiasi dengan Sasuke disaat dia sedang terbawa emosi.

"Aku tahu mereka sudah lama mencari kita. Akulah yang memutuskan kontak dengan mereka semenjak Tou-san dan Kaa-san meninggal. Aku hanya tidak ingin merepotkan mereka."

"Ya! Dan kau membuat kehidupan kita jadi semakin sulit."

BLETAK!

"..."

Sasuke terpaku saat merasakan denyutan sakit di kepalanya. Emosinya mendadak meluap-luap hingga ubun-ubun. Dia mengeram marah saat mengetahui siapa pelaku pemukulan kepalanya.

"Kau ingin mati, huh?"

Sasuke berteriak murka kearah Naruto. Hampir saja Sasuke memukul balik si pirang jika saja Itachi tidak cepat-cepat menahan Sasuke untuk tetap tenang.

"Sasuke!" hardiknya saat melihat wajah Sasuke nampak memerah menahan amarah.

"Aku memang baru mengenal kalian. Tapi apa kau tidak merasa jika kata-katamu itu keterlaluan? Jika memang kau adik Itachi-nii, kenapa kau berkata hal sekejam itu kepadanya?"

"Cih! Tahu apa kau tentang kami, bocah?!"

"Aku memang tidak tahu apa-apa tentang kalian. Tapi bukankah Itachi-nii adalah satu-satunya keluarga yang kau punya?"

"..."

Amarah Sasuke perlahan menguap begitu saja. Hatinya sedang kacau hari ini. Apalagi dia sampai diceramahi oleh bocah yang kerap dia sebut Si Wajah Barbie itu secara blak-blakan.

"Sasuke, aku tidak tahu apa yang sedang dipikiranmu sekarang. Tapi aku mohon, berhentilah berhubungan dengan Orochimaru."

"Entahlah."

"Jangan berani-berani memberitahu Orochimaru jika Naruto ada disini. Kalau kau lakukan itu-"

"Arghh... baiklah, baiklah! Berhentilah mengoceh."

Tanpa berkata apa-apa lagi, Sasuke tiba-tiba berdiri lalu menyambar jaket hitam miliknya dan melenggang pergi meninggalkan ruangan itu dengan suara debuman pintu yang sangat keras.

"Maafkan aku."

"Hm?"

Itachi menoleh menatap Naruto yang tengah menundukan kepalanya. "Maaf untuk apa?" tanyanya begitu anak bersurai pirang itu mengangkat wajahnya dengan mata yang berlinang air mata.

"Aku membuat kalian jadi bertengkar seperti ini."

"Hei, aku dan Sasuke tidak sedang bertengkar." Tangan besar Itachi nempuk puncak kepala Naruto dan mengacak surai pirangnya dengan lembut. "Kami cukup sering seperti ini , tidak usah dipikirkan! Mungkin dia perlu waktu untuk menenangkan diri. Kuakui, kau cukup berani juga memukul kepalanya seperti tadi. Kau orang kedua yang berani memukul kepalanya selain diriku."

"Benarkah? Apa dia selalu seperti itu saat bertengkar denganmu? Saat mendengarnya berkata kejam seperti itu, tanpa sadar tanganku bergerak memukulnya, dattebayou!"

Itachi tiba-tiba tersenyum lebar.

"Kau memang mirip ibumu ya."

"Mirip Kaa-sama?"

Itachi mengangguk dengan semangat. Dia nampak tersenyum cerah mengingat-ingat masa lalu mereka.

"Etto, selain bentuk wajah dan trademark dattebayou-mu itu, ternyata kau juga mewarisi semangat menggebu-gebunya."

"Benar juga. Aku sendiri merasa jika Okaa-sama memang sangat menggebu-gebu ketika dia sedang marah. Otou-sama saja sampai takut menghadapinya. Jadi benar, orang tua Itachi-nii adalah teman orang tuaku?"

"Yah, mereka berteman sejak SMU. Ayahku dan ayahmu berteman sangat baik. Aku bahkan punya album foto mereka yang kusimpan ya, bagaimana kabar mereka? Terakhir aku bertemu mereka saat kau baru saja berumur 1 tahun."

"Otou-sama, dia baik-baik saja. Dia hanya pria tua yang gila kerja. Lalu Okaa-sama, dia sudah meninggal 3 tahun yang lalu." jawab Naruto seraya tersenyum tipis.

"Aku turut berduka cita."

"Tidak apa-apa! Bagiku Okaa-sama selalu hidup di dalam hatiku. Ngomong-ngomong, apa Itachi-nii tidak pernah memberitahu Sasuke soal pertemanan kedua orang tua kita? Dia jadi beranggapan jika orang tuaku telah melupakan kalian. Aku pun tidak tahu tentang hubungan pertemanan mereka."

"Bukan seperti itu, Naru. Aku tahu ayah dan ibumu selalu mencari keberadaan kami. Waktu itu aku berpikir aku bisa mengurus Sasuke tanpa bantuan orang lain. Hahaha..." Itachi tertawa kecil. Itachi menatap pigura tua di meja nakas yang menampilkan potret Sasuke kecil bersama dirinya. "-ternyata dia yang malah mengurusku sampai melupakan masa kecilnya. Dan dia sekarang tumbuh manjadi pria yang keras kepala."

Sementara itu disebuah manshion besar, seorang pria paruh baya bersurai panjang berdiri menghadap ke jendela besar di kediamannya. Nampak gelas berisi wine berkualitas berada di tangan kanannya. Sementara tangan kirinya memegang sebuah foto bocah pirang yang sudah lama menjadi obsesinya. Sosoknya begitu polos seperti malaikat yang baru saja turun dari langit.

"Kirei..." Jemari panjang itu mengusap permukaan foto itu dengan lembut. "Entah sampai kapan aku bisa menahan hastrat ini?"

Tak lama seorang pria bertubuh besar dengan rambut jingga datang.

"Anda memanggil saya, Orochimaru-sama?"

"Sudah ada kabar, Juugo?"

Orochimaru berbalik dan memandang Juugo yang menunduk-memberi hormat kepadanya.

"Saya sudah menyerahkan dokumen itu kepada Sasuke kemarin malam. Dan 30 menit yang lalu, dia menghubungiku untuk bertemu dengannya di tempat biasa nanti malam."

"Hmm...begitukah? Mungkinkah dia sudah menemukan 'rubah kecilku'?"

"Sumimasen, saya tidak tahu mengenai hal itu,Orochimaru-sama."

Orochimaru tersenyum misterius. Dia menenggak wine di tangannya dalam sekali tenggak dan melenggang pergi meninggalkan ruangan.

"Temui dia malam nanti. Aku penasaran dengan informasi yang didapatnya."

"Ha'i wakarimashita."

.

.

.

.

.

.

"Hmm..."

Suigetsu berkali-kali mengamati wajah sahabatnya yang kini nampak sangat kacau. Sasuke berkali-kali menenggak minuman yang Suigetsu siapkan hingga habis beberapa gelas kecil. Melihat keadaan yang tak biasa itu, Suigetsu memberanikan diri bertanya.

"Jarang-jarang melihatmu mampir kesini untuk minum. Apa kau sedang ada masalah serius?"

"Ah." sahut Sasuke.

Satu gelas kembali dia tenggak hingga ke tetes terakhirnya. Wajahnya menyerngit saat panas minuman beralkohol itu seperti membakar kerongkongannya.

"Biar kutebak, apakah ini ada kaitannya dengan kakakmu?"

Tatapan tajam Sasuke membuat Suigetsu langsung menciut. 'Ternyata benar!' Bartander bersurai perak itu tersenyum kecut. Ketika pintu masuk terbuka, Suigetsu lekas berteriak memanggil sosok itu dengan semangat.

"Yo! Juugo!"

Suigetsu melambaikan lap meja kearah pria bertubuh jakung yang baru saja terlihat. Sasuke hampir saja menyemburkan minumannya saat orang yang sama sekali tidak dia duga malah hadir di tengah-tengah mereka. Orang itu tersenyum misterius begitu mereka bertemu tatap untuk beberapa saat.

"Silahkan duduk, Orochimaru-sama."

Juugo menarik sebuah kursi di sebelah Sasuke dan pria itu duduk dengan elegan, sementara Juugo berdiri di belakang pria itu seperti sebuah tembok besar yang melindungi tuannya dari ancaman sekecil apapun.

"Anda ingin apa, Orochimaru-sama?" ujar Suigetsu dengan ramah. Melihat interaksi itu Sasuke bisa menyimpulkan jika orang yang bernama Orochimaru itu cukup sering datang ke bar sekaligus diskotik ini.

"Tidak usah. Aku baru saja minum tadi. Aku hanya datang untuk menemui kenalanku." jawab Orochimaru sembari melirik Sasuke. Suigetsu hanya mengangguk sebelum dia beranjak dari tempatnya untuk melayani pelanggan yang lain.

"Jadi namamu, Uchiha Sasuke?" Suara serak Orochimaru mengalihkan perhatian Sasuke dari gelas minumannya. Dia menatap pria dengan penampilan aneh itu sejenak sebelum menjawab pertanyaannya dengan sebuah gumaman.

"Hn."

"Senang bertemu langsung denganmu. Dan kau pasti sudah tahu siapa diriku."

"Kau orang yang menyewaku?"

"Sou desu." pria berambut panjang itu mengangguk.

"Aku sama sekali tidak menyangka jika kau sampai repot-repot datang kesini untuk menemuiku karena aku hanya merasa mengundang Juugo kesini." ujar Sasuke sembari melirik Juugo yang nampak acuh tak acuh.

"Tidak masalah. Lagi pula aku sangat penasaran dengan hasilnya."

Sasuke melihat pria paruh baya itu dengan tatapan ragu. Dia sama sekali tidak berniat untuk bertemu dengan pria aneh itu malam ini. Dia hanya berniat menemui Juugo dan mengatakan keputusannya. Dan ketika Juugo hadir bersama Orochimaru itu sungguh di luar dugaannya.

"Tenang saja, informasi sekecil apapun yang kau dapat, uang akan segera kutransfer ke rekeningmu. Aku tahu kau sedang butuh uang banyak untuk pengobatan kakakmu kan?"

Sasuke mengeratkan genggaman tangannya. Orochimaru bahkan tahu tentang kesulitannya.

"Kalau kakakmu tidak segera diobati, kau bisa kehilangan satu-satunya anggota keluargamu, katakan saja informasi yang kau punya."

Pilihan berat sedang dihadapkan kepada Sasuke saat ini. Melihat reaksi kakaknya, nampaknya bocah pirang itu sangat berharga di mata sang kakak. Situasi macam apa yang sedang dia hadapi? Haruskah Sasuke memberitahukan keberadaan Naruto saat ini?

"Apa kau sudah menemukan anak itu? Kau adalah orang yang paling tahu daerah sini. Kupikir akan gampang menemukan anak itu jika itu adalah kau."

"Kalau boleh tahu, ada hubungan apa kau dengan anak itu?"

"Hahaha..." Orochimaru tiba-tiba tertawa keras seolah-olah Sasuke baru saja melontarkan lelucon kepadanya "Tatapan tajammu benar-benar bagus. Tak heran kau cukup disegani disini. Tapi untuk apa kau ingin mengetahuinya? Itu sama sekali bukan urusanmu, Sasuke. Kau hanya perlu lakukan tugasmu dan kau akan dapat bayarannya dariku."

"..."

"Kau belum menemukannya?Atau, kau menyembunyikannya?" tanya Orochimaru dengan pandangan menyelidik.

Sasuke lekas mengangkat wajahnya. Menatap Orochimaru dengan wajah dinginnya. Sangat berbeda ketika dia baru saja datang. Pria mirip ular itu ternyata lebih peka dari dugaannya. Nampaknya dia perlu berhati-hati jika berurusan dengannya.

"Tidak. Aku memang belum menemukan anak itu. Maaf mengecewakanmu."

"Tidak apa-apa. Kau hanya perlu berusaha lebih keras lagi. Kupikir sudah cukup pembicaraan ini. Juugo, ayo kita kembali!"

"Ha'i, Orochimaru-sama."

Begitu keduanya meninggalkan tempat itu, senyum misterius Orochimaru kembali terukir.

"Juugo, awasi pemuda itu mulai saat ini. Nampaknya dia menyembunyikan sesuatu dariku."

.

.

.

.

.

"Terima kasih. Silahkan datang kembali!"

Naruto membungkuk seraya tersenyum ramah kepada pelanggan terakhir di kedai ramen itu.

"Naru-chan!"

Naruto menoleh ke arah Ayame yang sudah berdiri di sebelahnya.

"Nampaknya kau agak tidak bersemangat hari ini."

"Ah, itu pasti karena aku agak kelelahan kemarin. Apartemen itu sungguh berantakan, jadi aku membereskannya dulu sebelum benar-benar menempatinya." ujar Naruto sambil menggaruk pipinya-canggung.

"Gezz, Asuma-san memang jarang sekali mengurusnya. Kau juga harus jaga kesehatan ya!"

"Ahahaha...t-tentu saja!"

TUK.

Netra Naruto terpaku pada semangkuk ramen miso yang sodorkan Teuchi kepadanya.

"Ini bonus kerja kerasmu hari ini, makanlah!"

Mata Naruto langsung berlinang-linang melihat bossnya yang sangat perhatian kepadanya.

"Tenchou~"

"Jangan panggil aku dengan sebutan seperti itu!" ujar Teuchi sambil memalingakan wajahnya- menghindari sepasang manik biru yang menatapnya dengan efek sparkle di kedua matanya.

"Oh ya, Ayame-nee tahu Uchiha Sasuke?"

"Oh, Sasuke-kun? Ya aku tahu. Biasanya beberapa kali dalam seminggu dia datang untuk mengantar koran dan beberapa botol susu. Ngomong-ngomong soal dia, memang akhir-akhir ini dia jarang kemari sih."

"Kupikir dia hanya kurir minuman keras." ujar Naruto dengan dengusan kasar.

"Hmm.. mungkin itu salah satu kerja sampingannya. Terkadang aku sampai kasihan melihatnya. Dari dulu dia sering bekerja sambilan untuk membantu biaya pengobatan kakaknya. Dulu juga dia pernah bekerja disini untuk sekedar mencuci mangkok."

Naruto menjatuhkan pandangannya ke miso ramen yang masih mengepul -panas. Sasuke bahkan sudah bekerja keras untuk kakaknya sejak lama.

"Apa Ayame-nee tahu, Itachi-nii sakit apa?"

"Aku kurang begitu mengenalnya, jadi aku tidak tahu mengenai itu. Mereka pindah kesini juga belum begitu lama."

"Benarkah?"

"Iya. Tapi untuk apa kau bertanya soal mereka?" tanya Ayame dengan nada heran.

"Yah, mereka tetanggaku. Kupikir aku perlu mengenal mereka lebih dekat."

"Apa kau nyaman tinggal disana?"

Naruto menatap Teuchi yang baru saja keluar dari dapur dengan dua kotak bentou di tangannya.

"Ah..lumayan. Setidaknya aku tidak hidup menggelandang dijalanan."

"Karena kau bertetangga dengan Itachi-kun, tolong bawakan ini untuknya dan Sasuke-kun ya!"

"Ah, baiklah. Ngomong-ngomong,nampaknya kalian sangat dekat dengan mereka berdua." tanya Naruto sembari menatap bentou di hadapannya.

"Dulu,Itachi-kun pernah bekerja disini dan Sasuke kerap mampir kesini setelah selesai dengan sekolahnya."

Naruto terdiam sebentar lalu dia menatap jam dinding di depan sana yang menunjukan pukul 9 malam. Dia menyeruput kuah ramennya dengan semangat.

"Gousama deshita."

"Kau akan kembali sekarang?" tanya Ayame. Dia telah selesai mengelap meja dan bersiap untuk pulang bersama ayahnya.

"Hmm...aku mungkin akan mampir ke konbini untuk membeli beberapa peralatan mandi."

"Ingat, jangan lewat gang sempit sendirian! Meski kau laki-laki, akan berbahaya jika kau pergi sendirian."

"Baiklah, terima kasih Ayame-nee." ujar Naruto sambil tersenyum lebar.

Kepulan asap rokok nampak mengepul dari mulut seorang pria yg berdiri bersandar di samping vanding machine. Sosok itu adalah Sasuke. Pandangannya seolah menerawang awan hitam yang nampak melayang layang di atas sana.

"Apa yang harus kulakukan?" ujarnya entah kepada siapa.

"Are-"Manik onyxnya langsung tertuju kearah remaja pirang yang tiba-tiba lewat di depannya.

"Apa yang kau lakukan disini?!" Naruto langsung mundur beberapa langkah dan bersiap dengan kedua tinju mungilnya.

Sasuke berdecih."Bukan urusanmu." ujarnya singkat.

"Kau coba untuk mengikutiku ya? Dasar kau stalker mesum."

TWITCH. Nampak empat sudut siku-siku muncul di pelipis Sasuke.

"Dari pada itu, kenapa kau berkeliaran disini malam-malam begini,huh? Kau tidak kapok soal kemarin?"

Pipi Naruto merona sampai ke telinga.

"Aku baru saja pulang berkerja! Dan tentu saja aku akan menjaga diriku!"

Sasuke merotasi kedua netranya.

"Apa? Kau bekerja?" Sasuke terkekeh dengan telunjuk yang mengarah ke Naruto yang memasang wajah cemberut. "Kupikir anak orang kaya sepertimu hanya bisa merengek meminta uang ke orang tuamu."

"A-apa?!"

"Ya ya ya, Bocah Sok Jagoan! Tapi ingat satu hal, aku tidak akan melepaskanmu. Hanya karena aniki ada dipihakmu, aku tidak akan segan-segan untuk memaksamu."

"A-apa?! Kau bisa-bisanya berkata seperti itu! Jangan seenaknya menyebutku bocah!"

"Kenapa? Kau mau mengadu kepada aniki?"

"Heh! Tentu saja aku akan mengadukannya. Aku tahu jika kau tidak bisa melawan kata-katanya kan!"

Telapak tangan Sasuke mengepal, gatal sekali rasanya ingin segera memoles kepala bocah pirang itu dengan tinjuannya sebelum- GROWWL

Manik biru Naruto memandang kearah Sasuke yang nampak memegang perutnya dengan pipi yang memerah.

"Pfffft-"

Suara Naruto yang menahan tawanya kontan saja mengundang tatapan tajam Sasuke. Berkali-kali anak bersurai pirang itu membuatnya naik darah.

Sambil menahan tawanya, tanpa pikir panjang Naruto menggandeng tangan Sasuke dan menyeretnya ke sebuah bangku taman yang tidak jauh dari tempat mereka berdiri. Sasuke tersentak saat merasakan tangan hangat Naruto mengandeng tangannya tiba-tiba. Meski awalnya dia berseru protes saat tiba-tiba anak itu menariknya.

"Ini."

Netra Sasuke memandang kearah bungkusan yang Naruto sodorkan kearahnya.

"Apa ini?"

"Bentou. Selain sipit, matamu buta ya?" ejeknya.

"Diam. Dari mana kau dapat ini?"

"Hohoho...aku memasaknya sen-"

"Omong kosong." potong Sasuke. Jelas-jelas di bungkusnya tertera tulisan Ichiraku Ramen.

"Teuchi-jisan yang memberikannya. Katanya suruh diberikan kepadamu dan Itachi-nii."

"Kenapa kau memanggil aniki dengan panggilan 'kak' sedangkan aku tidak? Aku juga lebih tua darimu."

"Heeh, sampai mati pun aku tidak akan sudi memanggilmu 'kak'." ujar Naruto dengan mata menyipit.

Dari kejauhan nampak seseorang bertopi hitam bersembunyi di balik pepohonan.

.

To be Countinued~