Disclaimer © Naruto dan Highschool DxD dimiliki oleh pengarang masing-masing
08 : 37 AM-!
Sudah lebih tiga puluh menit berlalu sejak pelajaran pertama telah dimulai. Di masing-masing kelas, sudah diisi oleh seorang guru yang mengajar di satu kelas. Jika ada guru yang berhalangan hadir, kemungkinan para siswa-siswi yang bersangkutan akan diberi tugas mandiri agar jam pelajarannya tidak kosong.
Di koridor sekolah. Terlihat seorang remaja bersurai pirang jabrik, berjalan sendirian di lorong sekolah yang sepi. Siapa dia? Tentu saja dia adalah salah satu siswa yang bersekolah disini, jika dilihat dari seragam yang dikenakan remaja tersebut. Apa yang sedang ia lakukan disini? Bolos?
Tidak, tidak. Remaja itu bukannya sedang bolos, dia baru saja menyelesaikan sebuah tugas, akibat sebuah kesalahan yang dilakukannya. Tapi, bukannya sama saja dengan bolos? Ya, bisa dibilang begitu.
Uzumaki Naruto saat ini tengah berjalan menuju ke kelasnya, Kelas 2B. Dia baru saja menyelesaikan hukuman, membersihkan toilet, dari Sona-kaichou akibat melakukan sebuah tindakan kekerasan di tempat umum. Meninju perut orang.
Untungnya, baru kali ini Naruto melakukan kekerasan di tempat umum, jadi hukuman yang didapatkannya pun terbilang ringan. Jika tidak, maka kemungkinan dia akan dikeluarkan dari sekolah.
"Hahh~kenapa hal ini harus terjadi padaku?" ucap Naruto mendesah kecewa, "padahal niatku itu baik."
Baik endasmu, pirang!
Setelah sampai di tempat tujuan, yakni sebuah ruangan kelas dengan tulisan '2B' terpajang di depan ruangan tersebut. Naruto perlahan mulai mengetuk pintu kelas.
Tok! Tok! Tok!
Hampir semua pasang mata di Kelas 2B, baik itu para siswa atau guru yang mengajar di kelas itu mulai melirik ke asal suara ketukan tadi.
"Ano, sumimasen, sensei."
"Hmn?" Guru perempuan itu memandang Naruto heran.
"Ah, Uzumaki-kun. Apa kamu sudah selesai dengan hukumanmu?" tanya guru perempuan yang namanya tidak diketahui oleh si remaja pirang.
"Ya,saya sudah selesai."
"Souka? ... Jaa, kalo begitu ayo masuk, Uzumaki-kun."
"Haik. Arigatou, sensei."
Setelah diberi ijin masuk, Naruto mulai melangkahkan kakinya masuk ke dalam kelas. Sampai di tempat duduknya, Naruto lalu mendudukan pantatnya di atas kursi dan kemudian mengambil alat-alat pelajarannya di dalam tas.
Tangannya tiba-tiba terhenti ketika matanya memandang seisi kelas, yang dimana semua siswa di kelasnya ini nampak serius mengerjakan sesuatu di buku tulis. Naruto mengerutkan keningnya. Ada apa dengan mereka semua?
Naruto bingung sekaligus heran. Tidak biasanya, dia melihat seluruh siswa di kelas 2B seserius ini. Apalagi pelajaran hari ini, Matematika. Pelajaran yang paling dibenci hampir seluruh siswa.
Yang paling membuat Naruto heran disini adalah, tiga pasangan hentai paling terkenal di SMA Kuoh, yang biasanya ikut masuk ke dalam perkumpulan Anti Belajar miliknya itu kini tengah serius belajar. Ya, walau terlihat mereka juga seperti kesusahan dengan apa yang mereka kerjakan. Ada apakah gerangan?
Lelah dengan semua pertanyaan di benaknya. Naruto memutuskan untuk bertanya kepada pemuda coklat disampingnya, Hyoudo Issei.
"Psst! Issei," bisik Naruto.
"Ada apa, Naruto?" tanya Issei menoleh, "kalo kau ingin mengobrol, maaf saja saat ini aku lagi sibuk."
"Bukan itu, aku hanya ingin bertanya."
"Tanya apa?"
"Kau sedang mengerjakan apa? Kenapa serius sekali?" Setelah mengatakan kalimat tadi, Issei menatap Naruto dengan wajah tertekuk.
"Kau tidak tahu, Naruto?"
"Tidak," ujar Naruto menggeleng, "memangnya ada apa?"
Bukannya menjawab, Issei malah kembali menulis di buku tulisnya.
"Oi, Issei," panggil Naruto pelan.
Disisi lain, guru yang mengajar di kelas Naruto saat ini itu tengah memperhatikan interaksi si pemuda pirang dengan temannya dengan pandangan intens. Guru itu tersenyum tipis. Dia nampak tidak berniat untuk menegur Naruto. Hmn~
Selesai Issei dengan tulisan yang entah Naruto tidak tahu itu apa. Pemuda berambut coklat itu perlahan mulai merobek kertas di bukunya. Ia lalu menggulungnya menjadi sebuah bola kecil dan melemparnya ke arah Naruto. Lebih tepatnya ke meja Naruto.
Puk!
Naruto kemudian mengambilnya dan mulai membuka gulungannya. Dia melirik sebentar ke arah Issei yang sudah kembali ke mode seriusnya, lalu Naruto memandang ke arah kertas di tangannya. Ia mulai membaca kalimat yang tertulis di kertas tersebut. Mata Naruto seketika membulat tidak percaya.
"A-apa ini serius? Siswa yang sudah selesai mengerjakan soal di papan tulis, boleh keluar kelas?" Naruto berujar dalam hati. Iris safir birunya memandang seisi kelas dan berpaling ke arah jam dinding di kelasnya yang menunjukanpukul 8 lewat 45 menit.
Dengan cepat dan sigap, Naruto mulai mengambil buku tulisnya dan mengerjakan soal-soal yang tertulis di papan tulis.
Jam 10 tepat, bel istirahat berbunyi. Masih tersisa 1 jam lebih 15 menit lagi sebelum bel berbunyi. Itu berarti Naruto harus selesai cepat agar mendapat waktu istirahat yang panjang.
Ganbatte ne, Naruto!
Halaman sekolah-!
"Hhahh~nyamannya," desah Naruto berbaring di atas rumput, dengan berteduh dibawah pohon. Ini adalah tempat biasa si pemuda pirang menghabiskan waktu istirahatnya. Dengan suasana sekolah yang lumayan sepi, karena jam pelajaran masih berlangsung. Masih tersisa satu jam lagi sebelum jam istirahat berbunyi.
Berkat usahanya tadi, ia bisa menikmati waktu istirahatnya, yakni tidur di halaman sekolah lebih lama. Hahahahaha.
Suasana sekolah lumayan sepi, tapi bukan berarti tidak ada orang. Tak jauh dari tempat Naruto berada saat ini, lebih tepatnya di lapangan sekolah. Terlihat segerombolan siswa-siswi berada disana dengan pakaian olahraganya. Ya, mereka yang mendapat mata pelajaran olahraga.
Beberapa menit sudah berlalu-!
Sinar matahari sudah mulai meninggi. Siswa-siswi yang saat ini mendapat pelajaran Olahraga itu tampak sudah mulai bubar. Guru yang mengajar pun mengakhiri aktivitas olahraga hari ini.
Kini fokus beralih ke dua sosok perempuan bersurai merah dan biru gelap yang saat ini berjalan beriringan menuju ke kelas, Rias Gremory dan Himejima Akeno. Dibelakangnya, seorang gadis berambut hitam pendek mengekori, Sona Sitri.
"Ara, ara tadi kalian bersemangat sekali, Rias, Sona," ucap Akeno.
"Aku sampai kasihan dengan orang yang satu tim dengan kalian."
"Itulah yang namanya rivalitas, Akeno. Yang boleh mengalahkan Sona hanya aku seorang," tegas Rias dengan percaya diri. Sona yang berjalan di belakang Rias tersenyum mendengar perkataan sahabat sekaligus rival-nya itu.
"Percaya diri seperti biasa ne, Rias," sindir Sona, "sampai saat ini kau belum bisa mengalahkanku."
"Huh, sama halnya denganmu Sona, kau juga juga masih belum bisa mengalahkanku," balas Rias menyindir balik.
"Ufufufu." Akeno tersenyum melihat keakraban kedua sahabatnya. Pandangan Akeno menoleh ke sekitar, dan tak sengaja ia menemukan sebuah objek yang menarik di matanya. Sesosok pemuda yang tengah berbaring santai dibawah pohon.
"Ara, ara bukannya itu Uzumaki-kun, Rias?" Perkataan Akeno menarik perhatian Rias dan Sona.
"Hm, dimana Akeno?" tanya Rias bingung.
Sedangkan Sona mengikuti kemana arah pandangan Akeno dan ia mendapati sesosok pemuda yang tak asing di matanya. Sona menyipitkan matanya. Apa yang sedang dia dilakukan?
Uzumaki Naruto.
TBC.
