Notes: Sedikit lanjutan. Kinda poetic but—yeah, what do you expect from this? Kkk~ And still, you can play Amusement Park as the reading bgm, terutama di bagian tengah sampai akhir. It's the muse!
Happy reading!
.
.
oOo
.
Chanyeol menyamankan duduknya. Berusaha tidak menyerah pada kantuk meski rasa lelah sudah memaksa agar segera terlelap. Tubuhnya sudah setengah berbaring, bersandar di kepala ranjang sambil tetap memfokuskan mata pada layar laptop tua miliknya yang sedang menayangkan film barat lama.
Film anak-anak, tentunya. Baekhyun tampak menyukainya sejak pertama kali Chanyeol mencoba memutarkan film itu untuknya. Dan Chanyeol tentu tidak keberatan untuk menontonnya lagi dan lagi. Selama Baekhyun menyukainya.
Anak itu sedang duduk di sampingnya. Mengenakan piyama bergambar karakter anak anjing yang sempat Chanyeol belikan beberapa untuknya. Tampak begitu kecil dalam posisi duduk memeluk lutut menghadap layar peranti yang diletakkan di atas bantal di antara mereka. Matanya terbuka lebar-lebar. Sepenuhnya terjaga. Sepertinya tontonan itu benar-benar disukainya. Ia bahkan tak bergerak dari posisinya sejak film dimulai.
Chanyeol menoleh. Memandangi anak itu sejenak. Di atas ranjangnya yang kecil dan seharusnya hanya diperuntukkan bagi satu orang dewasa, masih bisa-bisanya tersisa cukup banyak ruang. Tubuh Baekhyun kecil sekali untuk ukuran anak remaja 15 tahun. Tetapi, setidaknya Chanyeol membuat sedikit perkembangan dengan banyak memasakkan makanan enak sejak mereka tinggal bersama.
Untuk sementara ini, kesehatan dan kesenangan Baekhyun adalah hal utama yang menjadi perhatiannya. Urusan lain, akan ia pikirkan nanti. Minggu-minggu belakangan mereka jalani hari bersama dengan baik dan itu sudahlah cukup.
Mulut Baekhyun tiba-tiba membuka. Mengeluarkan suara 'oh' kecil dengan mata yang kian berbinar. Chanyeol kembali menoleh pada layar. Turut penasaran apa yang dilihat Baekhyun.
Ah, adegan itu lagi. Di antara banyak bagian menarik lainnya, adegan di taman hiburan selalu memancing reaksi lebih dari Baekhyun. Matanya akan semakin berbinar, mulut terbuka kecil, juga tubuh yang lebih condong ke depan. Semakin tidak bisa diganggu. Lucu sekali.
Pernah suatu kali mereka sedang melakukan hal yang sama dengan saat ini. Chanyeol kala itu kelelahan usai pulang kerja dan jatuh tertidur dengan cepat segera setelah film dimulai. Begitu terbangun, ia sudah berada dalam posisi nyaman beralaskan bantal, dengan Baekhyun yang meringkuk di pelukannya. Laptop sudah dikembalikan ke atas nakas di kaki ranjang dengan rapi.
Chanyeol tidak tahu bagaimana semua perasaan itu bekerja tapi, ia menemukan dirinya semakin menyayangi Baekhyun dengan semua perilaku sederhananya.
Sempat ia takut anak itu bersikap antipati padanya. Namun, sejak malam pertama di mana Chanyeol resmi membuat Baekhyun tinggal di kamar apartemen murahnya, anak itu tidur dengan tenang di dalam rengkuhannya. Justru tak bisa tidur selelap itu tanpanya.
Tanpa sadar, Chanyeol melamun hingga tontonan mereka berakhir.
Ia mengerjap. Sebelum berhasil membuat gerak apapun, Baekhyun lebih dulu bangkit dan bersimpuh di hadapan perangkat elektronik edisi lama itu. Melakukan apa yang pernah diajarkan Chanyeol untuk menutup program dan mematikan sistem. Menutup layar lantas mengembalikannya ke tempat benda itu biasa diletakkan.
Chanyeol menguap. Mengusap mata dan meregangkan tubuh. Permukaan kasur kembali bergerak-gerak saat Baekhyun merangkak kembali ke tempatnya. Membenahi bantal, dan berbaring menyamping. Menunggu Chanyeol melakukan bagiannya—memberikan pelukan untuknya.
Chanyeol terkekeh kecil. Segera ia turun dari posisi setengah duduknya dan mengambil tempat di hadapan Baekhyun. Merengkuhnya, memberikan tepukan pelan berulang di punggung sebagai pengganti lagu pengantar tidur.
"Baekhyun?" Chanyeol memanggil pelan. Sesuatu terlintas di kepalanya dan ia harus buru-buru menanyakan sebelum Baekhyun terlelap. Anak itu cepat sekali tertidur begitu memperoleh nyamannya.
Tubuh kecil itu bergerak. Empunya mendongak merespon panggilan Chanyeol.
"Bagaimana dengan taman hiburan di akhir pekan nanti? Kau mau?"
Pertanyaan Chanyeol rupanya direspon dengan dua mata yang membesar. Menyorot antusias. Bibir masih bungkam. Tapi justru dilipat kecil kali ini. Anggukan kecil berulang diberikan Baekhyun atas pertanyaan itu. Tentu saja dia mau.
Taman hiburan itu, ia tahu, adalah tempat yang ia lihat di tontonan kesukaannya.
Juga tempat yang pernah ia kunjungi bersama Sang Pesulap.
Baekhyun menyambut kesempatan untuk mengunjungi tempat itu lagi dengan degup menenangkan di dalam dadanya.
Tertawa kecil, Chanyeol menghela napas lega. Untungnya, kalau hanya untuk dua tiket ke taman hiburan, ia masih memiliki beberapa uang simpanan.
Ia beralih mengelus surai hitam Baekhyun, menyuruhnya untuk segera tidur.
"Selamat tidur, Baekhyun."
.
oOo
.
Hari itu, Baekhyun mengenakan sebuah hoodie putih yang tampak menenggelamkan tubuh kecilnya. Jins hitam yang menjadi bawahannya pun bisa mencapai lutut meski sesungguhnya hanya sebuah celana pendek bagi pemilik aslinya.
Tentu, itu milik Chanyeol. Baekhyun, tidak memiliki apa-apa saat ini. Pakaian yang Chanyeol belikan barulah beberapa potong piyama dan pakaian rumahan.
Sudut-sudut bibir tertarik samar. Sebuah ekspresi sederhana dari jantung yang berdegup melompat-lompat senang karena kesempatan untuk kembali mengunjungi taman hiburan. Dengan sebelah tangan yang betah menggenggam milik pria tinggi di sampingnya, Baekhyun mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru. Berbinar. Antusias. Jika saja bisa terlihat, mungkin percikan dan kemilau layaknya bintang di langit sudah memancar secara berlebihan dari matanya.
Chanyeol mengambil langkah lebih dulu. Mengajak Baekhyun memulai perjalanan mereka yang menyenangkan.
Bergumam, Chanyeol lantas menanyakan wahana apa yang Baekhyun ingin naiki lebih dulu.
"Kita bisa naik satu sebelum membeli beberapa makanan," tambahnya. Ia katakan itu sambil mengedarkan pandangan, mengira-ngira wahana apa yang sebaiknya ia jadikan sebagai permulaan hari ini dengan tetap menggenggam erat tangan Baekhyun.
Melihat rel roller coaster yang megah di atas sana, Chanyeol tersenyum kecil.
"Mau mencobanya?" tanya Chanyeol iseng. Menunjuk wahana itu.
Baekhyun yang baru saja turut mendongak melebarkan matanya. Tidak butuh waktu lama baginya untuk memberikan gelengan kuat. Bibirnya sedikit melengkung ke bawah kemudian.
Tawa kecil kembali lolos. Tentu saja Chanyeol tidak serius dengan itu. Terlebih jika Baekhyun tidak menyukainya.
Langkah kembali dilanjutkan. Dua tangan masih saling menggenggam erat. Mencari-cari lagi apa yang sekiranya akan dilakukan.
Chanyeol berhenti saat merasa tangannya ditahan. Saat menoleh, ia mendapati Baekhyun berdiam di tempat. Menahan tangannya. Anak itu menoleh ke arah kiri, ke satu tempat dengan dekorasi suram nan mengerikan yang kebetulan mereka lewati.
Chanyeol berkerut dahi. Ia baru saja ingin mengajak untuk melanjutkan langkah mereka tapi tatapan Baekhyun yang sudah beralih padanya lebih dulu memberitahu.
Astaga.
"Rumah hantu?"
Baekhyun masih diam. Mendongak menatap Chanyeol. Seperti berharap.
Chanyeol, tentu, tidak akan membiarkan Baekhyun memasuki wahana itu.
"Kau tidak akan menyukainya," kata Chanyeol lembut. Berusaha membujuk. Ia mengajak Baekhyun ke taman hiburan bukan untuk membuat anak itu ketakutan.
Tapi Baekhyun sepertinya tak menangkap maksud itu. Ia masih melirik ke arah wahana rumah hantu yang tepat berada di samping pedestrian tempat mereka melintas. Antreannya belum terlalu panjang. Mungkin orang-orang belum mau dibuat menjerit ketakutan di saat taman hiburan baru saja dibuka.
"Kita naik itu saja. Bagaimana?" Chanyeol menunjuk bianglala raksasa. Cukup jauh letaknya namun jelas telihat karena ukuran besarnya.
Tampak tak tertarik, Baekhyun masih mempertahankan kakinya di tempat bahkan ketika Chanyeol menarik pelan tangannya untuk kembali berjalan ke depan.
Ia tidak menunjukkan ekspresi apapun. Hanya menatap dengan mata kecilnya yang berbinar lucu ke arah Chanyeol. Tapi Chanyeol lebih dari paham untuk mengartikannya.
Chanyeol menggaruk pelipisnya. Ia ingin mengabulkan namun ragu.
Tapi akhirnya ia kalah. Beberapa menit akhirnya mereka habiskan untuk mengantre demi bisa masuk ke wahana itu. Semakin dekat mereka dengan pintu masuk, semakin jelas terdengar jeritan-jeritan dari dalamnya.
Chanyeol memasang mata pada Baekhyun di depannya. Khawatir semua itu membuatnya takut.
Namun faktanya Baekhyun baik-baik saja. Anak itu malah kelihatan semakin tak sabar menunggu gilirannya.
Membulatkan tekad, Chanyeol mencoba meyakinkan diri bahwa ia tidak perlu serisau itu. Yang terpenting, ia tetap menjaga Baekhyun sebaik mungkin.
Sampai tiba giliran mereka. Baekhyun masih seantusias sebelumnya. Ini pasti menyenangkan.
Gelap menyambut saat keduanya masuk. Chanyeol tak barang sedikitpun mengendurkan genggamannya pada tangan Baekhyun. Ini tidak besar untuknya, tapi untuk Baekhyun, ia tidak akan tahu. Tetap saja ini semua membuatnya khawatir.
Hantu pertama muncul secara tak terduga. Seolah akan menyergap. Pengunjung lain menjerit. Kelebatan cahaya muncul sebelum kembali gelap gulita.
Chanyeol menahan tawa. Hantu itu tidak mendapatkan riasannya dengan baik. Dan ia tak sengaja melihat bagian kakinya yang beralaskan sepatu kets. Sungguh, yang pertama ini lucu sekali.
Rematan erat di jemarinya menyadarkan Chanyeol. Ia menoleh cepat. Mencari-cari wajah Baekhyun yang tahunya sudah terbenam di balik lengannya. Bersembunyi. Sesekali mengintip sebelum kembali menggunakan lengan Chanyeol layaknya tameng.
Chanyeol mengembuskan napasnya. Ia berusaha berbalik untuk menarik anak itu ke dalam pelukannya, juga barangkali memberikan satu-dua elusan di kepala untuk menenangkan. Tapi Baekhyun tak memberinya ruang. Ia memeluk erat lengan Chanyeol dan bersembunyi di balik punggungnya. Menghalagi upaya Chanyeol untuk merubah posisi itu.
"Tenanglah," kata Chanyeol. Mengusap pelan punggung tangan Baekhyun yang masih berada dalam genggamannya dengan tangan yang bebas. "Tidak apa-apa. Kita akan keluar dari sini secepatnya."
Dengan itu, Chanyeol berusaha membawa Baekhyun ke pintu keluar secepat yang ia bisa. Meski langkah mereka banyak terhambat oleh hantu-hantu yang muncul tiba-tiba, juga langkah Baekhyun sendiri.
Begitu pintu keluar dicapai, Chanyeol membuang napas. Lega. Jantungnya bertalu karena mengkhawatirkan Baekhyun. Sepanjang perjalanan melalui wahana tadi, ia tak dapat mendengar apapun dari Baekhyun karena jeritan keras yang terdengar dari mana-mana.
Sedikit kuat Chanyeol berusaha melepaskan rematan Baekhyun pada jaketnya. Berupaya membenahi posisi agar ia bisa memeriksa keadaan anak itu.
"Baekhyun—"
Chanyeol nyaris kehilangan tenaganya melihat betapa takutnya Baekhyun. Ia pula baru sadar tangan yang ada dalam genggamannya amat dingin. Dahi dan pelipisnya berkeringat. Bibirnya berubah lebih pucat dan tak jelas ke mana kedua bola matanya yang bergetar memandang.
"Oh, astaga," Dibawanya tubuh itu ke dalam pelukannya. Hanya sejenak, sebab ia sesegera mungkin mencari tempat untuk Baekhyun duduk dan istirahat.
"Tidak apa-apa. Tidak ada yang menakutkan lagi di sini," kata Chanyeol, mengusap-usap rambut Baekhyun yang sudah kembali ia bawa ke pelukannya. Beruntunglah ia karena bisa menemukan tempat untuk keduanya duduk dengan cepat.
Kedua jemari kecil Baekhyun meremat kuat jaket Chanyeol di sisi tubuh pria itu. Belum terdengar apapun darinya. Hanya, perlahan, bahunya berguncang samar.
Perlahan, semakin hebat. Sampai akhirnya isak tangis nyaris tanpa suara terdengar juga.
Chanyeol berganti mengusap punggung Baekhyun. Berharap itu bisa menenangkan anak itu sedikit demi sedikit. Seharusnya ia sedikit lebih tegas untuk menolak keinginan Baekhyun tadi.
Baekhyun terisak hebat. Sesekali suaranya terdengar. Mungkin karena lama tak bicara banyak, isak hebatnya lebih banyak tanpa suara.
Tapi, ini tangis keras pertamanya sejak sekian lama. Disebabkan sesederhana oleh hantu-hantu wahana yang ia anggap menakutkan.
Tangis itu berlangsung cukup lama. Chanyeol beberapa kali melonggarkan pelukannya agar Baekhyun bisa bernapas lebih leluasa.
Ketika perlahan tangis mereda, Chanyeol membantu menghapus jejak-jejak air mata di kedua pipi Baekhyun dengan punggung tangannya. Mata sipit milik anak itu kini sembab. Hidungnya memerah. Sesekali sisa isak masih lolos dari bibir kecilnya.
Chanyeol merutuk dalam hati. Benar-benar. Lain kali ia tidak akan membiarkan hal seperti ini terjadi lagi.
Namun, untuk sesuatu yang ia tak tahu alasannya, ada pula perasaan lega melihat Baekhyun menangis selepas itu. Mungkin, karena sejak pertama mereka bertemu, jarang sekali ada raut khusus yang ia dapati pada wajah Baekhyun.
Chanyeol membiarkan beberapa menit lagi terlewati sampai Baekhyun lebih tenang. Ia punya ide untuk membuatnya merasa lebih baik.
"Mau melanjutkan?" tanya Chanyeol, mengulurkan telapak tanganya yang terbuka ke hadapan Baekhyun untuk anak itu dapat menerimanya.
Baekhyun mengerjap. Pandangannya masih sedikit buram karena sisa-sisa air mata. Ia menatap Chanyeol, tangan yang terulur padanya, dan Chanyeol lagi. Sekilas, ia berhalusinasi melihat Chanyeol mengenakan pakaian yang berbeda.
Kostum pesulap.
Baekhyun mengusap matanya asal. Membuka mata, ia tidak lagi melihat kostum hitam-putih khas pesulap itu. Hanya ada Chanyeol dengan hoodie hijau lumutnya.
Tapi kini ia sudah merasa ribuan kali lebih baik. Halusinasi itu bukan apa-apa. Malah, ia senang bisa melihat kelebatan sosok pesulap yang ia kenal itu.
Jadi ia meletakkan jemarinya di atas milik Chanyeol. Menerima ajakan untuk melanjutkan perjalanan.
Lagipula, tubuh serta pikirannya teringat akan bahasa tubuh itu. Yaitu ketika sebuah tangan dari sosok itu terulur padanya, banyak hal menakjubkan yang akan terjadi. Apa yang baru saja berlalu barusan tidak lagi begitu berarti. Seperti kata Chanyeol, tidak ada lagi yang menakutkan di sini. Dan ia percaya.
Maka hari mereka yang menyenangkan dilanjutkan. Chanyeol menuntun Baekhyun ke satu tempat untuk melaksanakan idenya yang baru saja muncul.
Tenda es krim. Chanyeol berhenti di depannya.
Tarikan di sudut bibir Baekhyun tercipta. Perlahan kian intens. Tulang pipi mulai terangkat. Samar. Tetapi cukup untuk membuat matanya mulai membentuk sepasang sabit.
Perasaan tidak menyenangkan dari rumah hantu terlupakan. Terganti oleh euforia baru karena sesuatu yang Baekhyun pikir akan ia peroleh tak lama lagi.
Makanan itu. Es krim dingin berwarna merah muda, yang ia ingat begitu ia sukai rasanya. Baekhyun tidak tahu apa yang sedang hatinya rasakan. Tidak ada pula yang benaknya ungkapkan. Tapi kalau kau mau, bisa kuberitahu.
Sebuah rasa syukur. Hatinya senang seseorang datang dan mengajaknya ke kedai es krim ini. Kalau tidak, mungkin dia tidak akan bisa merasakannya lagi. Ya, sesederhana itu rasa syukurnya, yang sayangnya tidak empunya dapat ketahui terlebih ungkapkan.
Tapi tak apa, biar kita yang tahu. Baekhyun sudah cukup senang dengan sensasi dingin nan manis yang akhirnya menyapa lidahnya, kerlap-kerlip lampu yang terus betah ia pandangi, serta ragam denting musik khas dari berbagai wahana di sana.
Keduanya menunggu. Pesanan Chanyeol belum siap. Pria itu memesan satu lagi yang berperisa vanila untuk dirinya. Baekhyun tidak keberatan menunggu. Ah, bahkan tak terlintas di kepalanya tentang kata keberatan itu sendiri. Sekali lagi, ini semua cukup—tidak—terlalu menyenangkan untuknya. Tentu saja dia sibuk mengamati sekitar dengan posisi berdiri yang kini sudah sepenuhnya membelakangi si penjual es krim yang lezat itu. Membuat Chanyeol harus memindahkan tautan tangan mereka ke tangan kanan remaja lelaki itu.
Kepalanya memutar beberapa memori tentang kunjungan sebelumnya. Ke tempat serupa yang ia temukan di balik pintu dinding sebuah gang sempit dekat rumahnya. Sedikit berbeda. Tapi, sama menyenangkannya.
Keasyikan itu terdistraksi ketika Baekhyun mendapati sebuah tenda kecil dengan berbagai atribut dalam keranjang besar. Banyak benda di sana. Sesuatu yang berwarna pelangi dan keriting, bola-bola, berbagai jenis topi—topi!
Jilatan Baekhyun pada es krim stroberinya terhenti. Mulutnya terhenti pada bentuk 'O' kecil sambil mata tertambat pada salah satu topi di sana. Satu yang berwarna hitam, tinggi di bagian kubah kepalanya, memiliki lidah di sekelilingnya. Topi yang sama dengan yang dikenakan Sang Pesulap.
Baekhyun menoleh. Es krim di tangan nyaris terlupakan. Ia hanya ingin buru-buru melihat wajah Chanyeol. Yang tentu saja segera setelah ia menoleh sekaligus mendongak, didapatinya figur samping pria itu yang baru saja menerima es krim vanilanya.
Baekhyun buru-buru menarik-narik tangan kiri milik Chanyeol yang bertautan dengan miliknya. Tidak sabar. Ia ingin melakukan sesuatu.
"Ada apa?" tanya Chanyeol cepat, setengah khawatir takut-takut sesuatu buruklah yang membuat Baekhyun tampak tak sabar meminta perhatiannya.
Langkah kecil diambil. Kali ini Baekhyun yang memulai. Tidak lagi ia yang dituntun kesana kemari. Meski hanya dua langkah kecil.
Baekhyun beberapa kali menatap tenda di ujung sana dan juga Chanyeol. Bingung seperti apa harus berbuat. Jadi setelah dua langkah kecil itu, Chanyeol berinisiatif mengangguk, mengiyakan jikalau memang Baekhyun ingin pergi ke suatu tempat.
"Mau pergi ke mana? Hm?"
Setelah pertanyaan itu dan juga tatapan menenangkan yang ia dapatkan dari Chanyeol, Baekhyun lebih yakin untuk mengambil langkah berikutnya. Ia menuntun Chanyeol.
Chanyeol sendiri mengikuti dengan penasaran. Sekaligus tetap berada dalam pengawasan penuh. Bagaimanapun, ia harus memastikan Baekhyun aman ketika berjalan lebih dulu satu langkah di depannya.
Dan sampai. Tenda dengan ragam atribut unik itu dijaga oleh seorang pria berpakaian nyentrik yang tampak ramah.
"Halo, adik kecil. Kau menginginkan sesuatu?" tanyanya ramah.
Baekhyun tak begitu mendengarkan. Ia menatap topi tinggi berwarna hitam yang sejak tadi menyita perhatiannya, yang kali ini sudah ada di depan mata.
Tampak begitu pengertian, si pria penjaga berkata, "Kau boleh mengambil apapun yang kau mau. Jja, ambillah."
Baekhyun melirik sekilas pria itu. Melipat bibir. Tapi dengan antusiasme tak tertahankan dalam dirinya, ia meraih topi itu tanpa ragu.
Sedikit kesulitan ia mengangkatnya dengan satu tangan. Rupanya cukup berat juga topi itu. Tapi tidak masalah. Ia masih bisa mengatasinya.
Begitu berhasil memindahkan topi itu ke dalam pelukannya, ia kembali menarik tangan Chanyeol. Kali ini cukup kencang. Sehingga pria tinggi itu lekas menunduk, berupaya menyejajarkan tinggi mereka demi apapun itu yang ingin Baekhyun lakukan.
Tautan tangan taunya dilepas cepat oleh Baekhyun. Dan sebelum Chanyeol sempat bereaksi, topi tinggi itu sudah dipakaikan ke kepalanya.
"Eh?"
Posisinya sedikit miring. Membuat Chanyeol harus membantu agar posisinya jadi lebih baik.
Kikik kecil terdengar. Chanyeol terpaku di posisi merunduknya saat hal yang ia anggap begitu indah muncul di hadapan wajahnya.
Baekhyun tertawa. Kecil dan singkat suaranya. Tapi matanya nyaris sempurna menyipit. Pipi yang belakangan semakin gembil turut terangkat. Merekah.
Chanyeol pikir, ia bisa melakukan apapun demi tawa itu.
Senyuman tidak bisa terelak lagi. Secepat wajah itu mengulas ekspresi, secepat itu pula senyuman menular. Chanyeol tidak bisa menghentikan sudut bibirnya yang terus ingin tertarik.
Ia menoleh pada penjaga tenda. Menegakkan tubuh.
"Berapa harga yang ini?"
Si penjaga tersenyum, "Empat ribu won saja. Sejujurnya ini semua hanya sisa atribut beberapa pertunjukan."
Chanyeol tidak berpikir panjang untuk kembali mengeluarkan dompetnya. Mengeluarkan lembar uang yang diperlukan. Dan, sebuah topi tinggi layaknya seorang pesulap resmi menjadi miliknya.
Chanyeol melempar senyum konyol pada Baekhyun. Berlagak seperti seorang dari pentas yang baru saja siap dengan kostum.
"Bagaimana? Apa aku sudah cukup keren?"
Satu lagi kikikan kecil lolos. Menakjubkan rasanya melihat bagaimana Baekhyun bisa mengeluarkan tawa kecil yang begitu menggemaskan hanya untuk hal-hal sederhana. Chanyeol sendiri kini tampak sangat konyol dengan pakaian casual sementara hinggap sebuah topi pesulap di atas kepalanya.
Tapi Chanyeol tidak keberatan. Tentu. Untuk senyum manis itu, apapun.
Dengan senyum di bibir keduanya, mereka melanjutkan langkah. Seperti saling terhubung melangkah ke arah yang sama tanpa benar-benar direncanakan. Ke primadona taman hiburan; kuda-kuda carousel gagah yang berputar teriring lagu-lagu menyenangkan.
Hold my hand tight
You can follow me
Chanyeol membantu Baekhyun naik ke atas kuda miliknya. Ia telah meminta izin terlebih dulu kepada anak itu untuk melepas topinya agar tidak mengganggu agenda menyenangkan mereka.
Antrean panjang yang sempat dilalui bukan masalah. Ah, mereka sibuk melempar senyum kecil satu sama lain. Sesekali menunjuk kesana kemari, ingin cepat-cepat memberi tahu yang satunya akan apapun yang baru saja dilihat.
Dua kuda carousel bersisian telah mereka tempati. Lagu berputar. Mengiringi pergerakan lamban dari piringan wahana.
Lukisan malaikat-malaikat kecil di langit-langit mencuri perhatian Baekhyun. Ia tersenyum, sedikit membuka mulut hanya untuk menutup kembali, menoleh kepada Chanyeol mengajak pria itu melihat gambar-gambar indah itu.
Sepasang tangan masih bertaut erat. Tidak peduli meski harus terlulur cukup jauh akibat jarak di antara kuda-kuda mereka.
Don't let go of this hand
Don't be a little disappointed
I'll fit whatever you want
Hanya bahagia. Hanya bahagia yang ada. Baekhyun dengan seluruh kesenangan yang nyata, jauh lebih nyata dari semua yang ia alami sebelum ini, dan Chanyeol dengan kelegaan yang nyata, mendapati belahan jiwanya berada tepat di hadapannya. Tersenyum senang. Tergenggam erat di tangannya.
Always, always be yours
Giliran mereka telah berakhir. Baekhyun merangkak turun. Chanyeol tak perlu lagi membantunya.
Mereka melompat turun sembari tangan kembali saling menggenggam. Dengan pipinya yang merah merekah, Baekhyun memimpin jalan. Bersama mereka keluar dari arena komidi putar.
Di salah satu sisinya Baekhyun berhenti. Berbalik. Mendongak menatap Chanyeol. Senyumnya memang tipis sekali. Tapi semua rona dan binar itu, siapapun akan tahu betapa bahagianya dia.
Lama ia menatap Chanyeol. Bilah bibirnya perlahan membuka. Lantas menutup.
Sesuatu ingin keluar. Baekhyun ingin mengatakan sesuatu. Tapi, ia tidak tahu apa. Bagaimana caranya pun, ia tidak mengerti. Ia membuka mulut hanya untuk mengatup kembali kemudian.
Sirat risau mulai tampak. Raut Baekhyun sedikit berubah karena kesalnya pada ketidakmampuan diri untuk berucap.
Chanyeol, di sisi lain, tahu. Ia tahu apa yang dirasakan Baekhyun, ia tahu apa yang ingin dikatakan Baekhyun. Ia tahu.
Baekhyun berusaha mengungkapkan terima kasihnya.
Berlatarkan kerlip lampu dari komidi yang tengah berputar, Chanyeol membingkai wajah Baekhyun dengan dua tangan besarnya. Pelan. Lembut. Baginya, semua tentang Baekhyun amat berharga dan harus hati-hati ia memperlakukan.
Kontras. Sisi kiri mereka sedikit redup. Sementara sisi kanan begitu gemerlap oleh lampu-lampu komidi putar yang diatur agar bersinar begitu terangnya. Sampai-sampai, siluet mereka bisa tampak jelas terlihat dari bagian yang lebih redup.
Satu langkah Chanyeol mendekat. Merasa jarak di antara mereka terlalu lebar dan merasa terpisah terlalu jauh pula dari Baekhyun karena jarak itu.
Perlahan. Chanyeol lagi mendekat. Merunduk. Dengan lembut, membubuhkan kecupan di dahi yang lebih kecil.
Lama kecupan itu bersarang. Sempat ragu menyeruak tentang apakah ia membuat si mungil tak nyaman, namun nyatanya, Baekhyun telah memejam mata atas ketenangan yang menelusup perlahan ke hatinya. Nyaman sekali. Ia bahkan dibuat merasa aman oleh kecupan itu.
Jangan akhiri. Jaga aku selalu.
Bisikan yang tak tahu dari siapa asalnya. Baekhyun tidak tahu. Tapi—ia mendengar itu keluar dari sesuatu di dalam dirinya. Bereaksi terhadap kecupan dalam yang diberikan Chanyeol di dahinya. Merespon terhadap rasa sayang yang tersalur, membuat hangat terasa di hatinya.
Tenang. Nyaman. Aman.
Ah, barangkali, seperti inilah rasanya memiliki tempat untuk pulang.
.
Merry-go merry-go merry-go-round
Beautiful you on the merry-go-round
Merry-go merry-go merry-go-round
I'll kiss you on your pretty forehead
.
fin
.
.
I cant believe (again) I literally wrote this at 3 am setelah ngerjain beberapa tugas kuliah dini hari tadi. I listened to Amusement Park and suddenly these scenes popped out, xixi. No editing jadi maaf kalau ada yang kebaca aneh /bow/
Ini bukan chapter ya, hehe. Mungkin sama kayak tulisan saya yang judulnya For Ever, ini cuma oneshot yang kebetulan pengen saya buat lanjutannya. Thanks to ttalgibaek, freakeness, limajung, perlasaotome, rynnrose, oktaaa, and 94herocyn for leaving reviews, juga semua yang udah baca. Makasih banyak, ya!
