"Terima kasih untuk kerjasama kalian demi menyelesaikan drama ini," sepasang mata perak itu menatap lurus pada sosok Kakashi yang berdiri sekitar tiga bangku darinya.
"Berkat kerja keras kalian, drama The secret of me and my boss, mendapatkan rating hampir 13% se-jepang!" Riuh tepuk tangan segera pecah, begitu mendengar perkataan kakashi.
Malam ini adalah perayaan berakhirnya syuting drama yang dibintangi oleh Ino. Para pemain dorama dan juga kru filem, membuat acara barbeque di tepi danau. Hinata duduk di barisan para manager, sementara Ino berada di barisan aktris dan aktor.
"Setelah ini kalian ada kesibukan drama lagi?" Rin, Manager Konan yang duduk di samping kiri Hinata bertanya sebelum menegak minuman.
Hinata yang masih mengunyah daging, menggelengkan kepalanya. Setelah menelan makanannya baru lah ia menjawab, "Kami mau fokus di dunia model dulu, perbanyak job untuk majalah fesyen. Ino juga menolak tawaran bermain drama dengan alasan ingin istirahat, dan sejujurnya aku setuju, karena jadwal kami sudah terlalu padat beberapa bulan ini. Bisa dibilang kami mau semi-hiatus dari drama."
Rin mengangguk paham, seperti Sai, Yamanaka Ino juga salah satu aktris yang tengah naik daun. Berbagai tawaran pekerjaan datang seperti air bah, tentu bisa dipahami keinginan aktris dengan julukan 'Real Barbie' itu untuk beristirahat sejenak.
"Agak disayangkan sebenarnya." Obito, Manager Sai tiba-tiba menyahut.
Hinata menoleh, menaikan alisnya, "apa yang disayangkan?"
Pria berusia hampir tiga puluh tahun itu menunjuk aktornya, Sai yang tengah berbisik di telinga Ino. Keduanya terlihat seru membicarakan sesuatu, sampai membuat sang gadis tersenyum lebar dengan pipi merona. Melihat kedekatan keduanya, Hinata dan Rin saling pandang, sebelum menatap Obito ingin tahu.
"Sai sangat berharap lawan main didrama berikutnya adalah Ino-chan," ungkap Obito, ia menegak minuman beralkohol sebelum kembali berkata. "Walaupun dia bilang terkesan dengan kemampuan akting, Ino-chan. Percayalah, Sai hanya belum sadar dengan perasaannya."
Rin menepuk tangannya, seakan baru menyadari sesuatu. "Pantas saja aku merasa tatapan Sai pada Ino berbeda, lebih dalam."
"Sai pasti tanpa sadar berakting dengan membawa perasaan pribadinya." Obito ikut menimpali, dan ketika ia melihat Hinata menatapnya dingin. Pria bermata hitam itu berubah gugup, "A-ada apa, Hinata-san?"
"Kau baru saja membuat skandal, kau tahu itu?" Hinata berdecak pelan. "Perasaan aktor bukan sesuatu yang bisa kau umbar sembarangan. Bukankah seharusnya senpai yang paling paham?"
Keringat dingin mulai turun di pelipis Obito, niat awal ia ingin membantu Sai agar mendapat kesempatan bermain drama lagi dengan Ino. Ia berusaha mengubah pikiran Hinata untuk tidak semi-hiatus dan mengambil tawaran drama berikutnya. Supaya Ino dan Sai menjadi lebih dekat namun menyadari kesalahannya, pria bermarga Uchiha itu tertunduk lesu.
"Kau benar, maafkan aku..."
"Hi-Hinata-san, apa kau tahu konten ASMR di youtube?" Rin segera mengganti topik pembicaraan, ketika merasa suasana berubah canggung. "Sekarang konten itu sedang viral dikalangan youtuber dan banyak subscriber yang menonton."
"ASMR? Apa itu?"
Rin tersenyum lebar saat Hinata menatapnya ingin tahu, di belakang Obito melihatnya dengan raut berterima kasih. "ASMR itu singkatan dari Autonomous Sensory Meridian Response. Biasanya yang paling populer itu ASMR Mukbang buatan youtuber korea. Mereka makan dengan jumlah banyak, tujuannya untuk membuat penonton puas hanya dengan mendengarkan mereka makan."
Hinata mengangguk paham, namun keningnya terlihat mengerut samar. Agak tidak mengerti mengapa mereka mau menonton orang yang sedang makan? apakah itu menarik? seperti memahami apa yang gadis berambut biru gelap itu pikirkan, Rin kembali berkata.
"Sebagian orang ada yang membutuhkan trigger agar napsu makan mereka meningkat. Jadi aku pikir, itulah alasan para penonton tertarik untuk menonton acara ASMR Mukbang." Rin tersenyum manis ketika Hinata terlihat puas dengan penjelasannya. "Tidak hanya makanan, ada pula konten ASMR Boyfriend Role-play."
"Boyfriend Role-Play?" Hinata membeo, tidak percaya.
Rin mengibaskan tangannya, meminta Hinata untuk mendekat. Ia lalu berbisik, "Kau bisa menonton pria tampan berpura-pura menjadi pacarmu. Aku berani jamin, kau pasti akan suka ketika sedang rebahan, sambil memejamkan mata, dan mendengar bisikan manis untuk menemanimu."
Hinata sontak menarik diri, kedua bola matanya membulat sempurna "Ada yang seperti itu?" tanyanya memastikan.
Rin mengangguk, ujung bibirnya tertarik ke atas, seakan sedang mengatakan sebuah rahasia yang amat menggoda untuk diketahui. "ASMR ini cocok untuk kita para lajang yang ingin berhalusinasi."
"Astaga, aku tidak tahu harus berkomentar apa...," Hinata kembali menggelengkan kepalanya, ia lalu menegak segelas beer sampai tandas. "Apa dunia sedang krisis konten bermutu? ataukah manusia yang sudah kehabisan cara untuk bersenang-senang?"
...
Seminggu usai pesta perayaan berakhirnya syuting drama. Hinata tetap menyibukan dirinya sebagai manager, mencari tawaran-tawaran pekerjaan yang akan menguntungkan aktris-nya. Seperti permintaan Ino, ia hanya menerima tawaran model dimajalah fesyen atau bintang iklan. Berkat itu pula setidaknya mereka berdua tidak harus pulang larut malam, akibat padatnya jadwal.
Siang itu di hari libur yang telah sekian lama tidak Hinata rasakan. Sang gadis menggunakan waktunya untuk berolah raga, kemudian membersihkan apartemen kecilnya, memasak makanan kesukaan, sebelum ia menikmati waktunya dengan menonton youtube.
Hinata mencari-cari video menarik, mulai dari tutorial make up, berita gosip aktris ternama, sampai mata peraknya terpaku pada sebuah thumbnail bertuliskan, 'ASMR Boyfriend-Missing U.'
Berawal dari rasa penasaran, Hinata mengecek sebuah akun Youtuber yang memiliki satu juta penonton di salah satu video ASMR-nya. Namanya Naru, foto profilenya adalah seorang pemuda berambut pirang, bermata biru cerah, dengan tiga gurat halus di kedua pipi. Ia memakai sweater oranye, menaruh dagunya di atas lipatan tangan, tersenyum hangat.
"Hm, dengan wajah tampan seperti itu, dia bisa menjadi permata didunia modeling." komentar Hinata, sebelum ia mengerjapkan mata, ketika membaca sebuah info mengenai Naru. "Gila! dia baru dua bulan aktif membuat konten ASMR, dan jumlah subscribernya sudah hampir dua juta orang?!"
Wanita bermarga Hyuuga itu berdecak kagum, ia membenarkan letak kacamata bulatnya, sebelum men-scroll kumpulan video dari yang terbaru sampai terlama. "Coba kita lihat, sebagus apa aktingnya berperan sebagai seorang kekasih."
Hinata menekan tanda play, kemudian layar ponselnya berubah seperti sedang melakukan panggilan video. Suara panggilan masuk berdering beberapa kali, sebelum akhirnya kamera bergoyang pelan, berputar ke samping, lalu menampilkan sosok seorang laki-laki berambut pirang setengah terpejam. Ia membuka separuh mata, menyipit, sebelum tersenyum manis lalu menekan tombol berwarna biru.
"Hai...," suara berat dan serak, khas bangun tidur memenuhi telinga Hinata melalui airpod yang ia pakai. "Akhirnya kamu nelpon juga, aku tungguin sampai ketiduran."
Naru masih memejamkan mata, saat menjawab panggilan masuk. Rambut pirangnya yang berantakan, serta wajah kusutnya setelah bangun tidur, membuat Hinata tanpa sadar tersenyum tipis. Merasa gemas, melihat pria matang di depannya bertingkah seperti anak kecil.
Kening Hinata mengerut samar, ketika tidak ada suara dari Naru. Pria itu seperti kembali tidur, hingga membuatnya tanpa sadar menggoyangkan ponselnya. Seakan-akan sedang mencoba membangunkan bayi besarnya.
"Hei, bangun! Jangan tidur lagi," seakan mendengar suara Hinata, pria itu kembali membuka matanya, bahkan dengan gestur tersentak pelan.
Naru menguap lebar, ia mengusap matanya seperti anak kecil, lalu merapikan sedikit rambut pirangnya. "Okay, aku bangun." katanya sambil melihat ke arah kamera. "Jadi apa yang kau lakukan seharian ini selama libur kerja?"
Belum sempat Hinata menjawab, Naru menaruh telunjuknya di depan bibir. "Ah! biar aku tebak. Bersih-bersih rumah, olah raga, masak makanan kesukaan kamu, lalu nonton drama korea sampai lupa punya kekasih yang menunggu untuk ditelpon?"
Hinata terdiam, bungkam, dengan perasaan campur aduk. Bagaimana pria asing ini bisa menebak hampir sama, seperti apa yang ia lakukan seharian ini? Mungkinkah daya imajinasinya begitu tinggi? atau memang ini didasari oleh pengalaman pribadi?
"Hey, kenapa diam? tebakanku benar, bukan?" Naru menjentikkan jari, menarik kembali fokus Hinata sebelum ia mengangguk, untuk menjawab pertanyaan pria itu tanpa ia sadari. "Sudah tugas suami untuk tahu keseharian istrinya." sambungnya yang dengan halus menembakkan panah kasat mata di jantung Hinata.
Naru terkekeh pelan, sementara Hinata berusaha meredam suara detak jantungnya. "Benar juga, kita belum menikah." Mata biru laut itu membulat lucu, ketika tersadar, namun detik berikutnya, ia sudah menyunggingkan senyuman manis sambil bertanya. " Jam berapa kita ke gereja?"
Hinata menekan tanda pause, menjauhkan ponselnya sambil memejamkan mata. Ia sedang berteriak di dalam hati, meluapkan rasa geli yang ada di dalam perutnya. Baru beberapa menit, beberapa kalimat, dan pria bernama Naru berhasil mencuri hatinya. Siapa pria menggemaskan ini?!
.
.
.
Continue...
