Selamat membaca!
Chapter 3: Roommate
Di ruang pengambilan misi, Rossweisse terlihat duduk tenang di kursinya sambil membaca koran harian ditemani oleh secangkir kopi hangat. Suasana di ruangan ini sepi setelah Kaguya dan yang lainnya pergi sepuluh menit lalu. Seseorang menghampiri Rossweisse, dilihat dari pakaiannya ia juga seorang guru yang bertugas di sini.
"Ano, Rossweisse-san, kenapa anda menyalahkan Kaguya-san dan teman-temannya? Padahal anda melihatnya sendiri bukan kalau Freed-san yang bersalah." Kata guru itu mengungkapkan perasaan yang mengganjal di hatinya.
Wanita berumur dua puluh tahunan yang memiliki rambut panjang itu menengok, bibirnya tersenyum tipis. "Aku sengaja melakukannya. Bisa dibilang ini hukuman untuk Freed Zelzan."
"Apa maksud anda?"
"Aku merasakan feeling kalau Freed-san akan mendapatkan ganjaran yang setimpal dengan apa yang ia perbuat jika aku menyalahkan pihak Kaguya-san."
Kedua mata guru itu sedikit membulat. "J-jangan-jangan anda menguasai salah satu dari Enam Kekuatan Panca Indera?"
"Benar. Aku menguasai Indera Keenam, Indera Batin yang membuatku bisa merasakan firasat masa depan. Firasat yang kurasakan biasanya akan menjadi kenyataan. Itulah sebabnya aku membiarkan Freed-san menentukan hukuman. Sebaiknya anda lihat saja ke colosseum, sesuatu yang menarik sedang terjadi."
Guru itu menghela nafas setelah tahu kebenarannya. "Syukurlah kalau begitu, kukira anda memihak pihak yang salah."
"Jelas itu tidak mungkin karena sebagai guru aku harus adil dan memberikan yang terbaik untuk murid di sekolah ini. Menurut pengakuan beberapa siswi, Freed selalu mengincar anak kelas satu yang lemah dan memaksanya untuk bertarung sebagai penantang. Harga kepala yang dimilikinya diperoleh dari situ. Pihak sekolah ingin memberi hukuman yang setimpal namun waktunya belum tepat. Beruntung kejadian ini terjadi, jika mendengar kabar ini maka pihak sekolah akan senang, terutama Azazel-sama karena …," Rossweisse menggantungkan kalimatnya.
"… beliau ingin Freed-san menjadi Pochi."
Freed menatap gemetar pada satu-satunya lawan yang ia punya, Kahiyang Kirana. Laki-laki itu tidak pernah sekalipun berpikiran jika gadis bersurai hitam panjang di depannya sekuat ini. Freed pikir Kirana tipe gadis kutu buku dan jarang bertarung. Oleh sebab itu ia memilih Kirana untuk jadi lawannya. Tapi sayang, pemikiran tidak berjalan seperti kenyataan.
Di bangku penonton, Naruto dan Kaguya menatap terkesima dengan apa yang dilakukan oleh Kirana. Mereka tidak pernah menyangka jika Kirana sekuat itu dan sifatnya berubah drastis.
Kaguya meneguk ludahnya kasar, "Aku tidak pernah menyangka Kirana jauh lebih kuat dari satu tahun lalu." Kata gadis itu sambil menatap Kirana tanpa berkedip.
Naruto menolehkan kepala, "Apa maksud Kaguya-senpai?"
"Dulu, saat kami masih kelas satu, Kirana bertarung dengan kelas tiga di sini, dengan suasana yang sama, tidak ada yang menonton selain aku. Kirana memang memiliki sihir yang unik namun pada saat itu ia harus bersusah payah mengalahkan musuhnya. Dan juga pengendalian Mana-nya baru level 2 saat itu. Aku tidak pernah melihatnya berlatih sampai Kirana bisa menyempurnakan pengendalian Mana."
"Kirana-senpai pasti tidak ingin ada yang melihatnya berlatih."
"Mungkin karena sifat pemalunya."
Kembali ke arena pertandingan, Freed menggeram kesal lalu menciptakan lingkaran sihir berukuran normal. Dari lingkaran sihir itu keluar batu yang berukuran cukup besar dan melesat menuju Kirana.
[Rock]
Meskipun dihadiahi serangan, Kirana masih tetap tenang. Gadis itu lalu menciptakan dinding dari getah karet yang telah diubah menjadi karet.
[Rubber Latex: Elastic Wall]
Setelah membuat dinding itu Kirana lalu berjalan menuju sisi kanan dinding karetnya. Batu yang dilesatkan oleh Freed mengenai dinding elastis. Batu itu masih tetap melesat namun sedikit demi sedikit berhenti akibat dinding karet Kirana.
"Kekuatanku memiliki keuntungan yang banyak, teknik yang digunakan untuk pertahanan pun bisa diubah menjadi serangan. Seperti inilah contohnya. Bersiap untuk melihat ketapel besar." Kata Kirana datar.
Freed mundur selangkah karena takut. Ia mengerti apa yang dikatakan Kirana. Sebuah ketapel, itu berarti serangannya akan berbalik padanya. Dan itu benar-benar terjadi, batu yang sebelumnya telah berhenti mulai kembali bergerak, kali ini melesat ke tempat Freed. Kecepatan laju batu itu melebihi kecepatan sebelumnya.
Duakh!
Freed terkena serangan sendiri, tubuhnya terdorong sampai menabrak dinding pembatas arena. Mulut dan hidungnya mengeluarkan darah cukup banyak serta beberapa luka di tempat lain. Batu itu lalu menghilang memperlihatkan tubuh Freed yang babak belur dan tidak bisa bergerak.
"Aku akan akhiri ini."
Kirana menciptakan karet dengan bentuk tak beraturan lalu dilemparkan pada kepala Freed. Laki-laki yang masih tenggelam dalam kesakitannya tidak menyadari ada serangan yang mengarah padanya. Kepala Freed terkena karet itu mengakibatkan ia sekarang tidak bisa bernafas. Karet itu menutupi seluruh bagian kepalanya dan menempel di dinding sehingga sulit untuk dilepaskan.
Lama menunggu untuk melihat hasilnya, Kirana lalu merubah karet itu kembali menjadi getah karet yang seketika membanjiri tubuh Freed setelah gadis itu menyadari musuhnya telah pingsan karena kehabisan oksigen. Freed tergeletak tak berdaya dengan luka disekujur tubuhnya dan getah karet yang membuat badannya lengket.
"Melihat Freed Zelzan yang pingsan, maka pemenang pada pertandingan kali ini adalah Kahiyang Kirana sebagai yang ditantang. Sesuai peraturan yang tertera, harga kepala Kahiyang Kirana akan ditambah harga kepala Freed Zelzan yang berjumlah 56.000.000. Total untuk harga kepala Kahiyang Kirana adalah 96.000.000."
Kaguya bersorak senang, ia dan Naruto bergegas menghampiri Kirana yang berada di ruang tunggu. Kaguya refleks memeluk Kirana, membuat muka gadis itu memerah karena Naruto melihatnya sedang berpelukan.
"S-sesak." Gumam Kirana sambil menepuk punggung Kaguya.
Kaguya melepas pelukannya dan tersenyum pada Kirana. "Selamat karena telah memenangkan pertandingan ini. Tadi itu pertarungan yang seru. Aku tidak tahu kau sekuat ini setelah satu tahun berlalu."
"Terima kasih, Buchou."
Mereka berdua berbincang-bincang sebentar. Naruto hanya menunggu sambil duduk santai di bangku. Ia tidak mempedulikan apa yang dibicarakan mereka berdua karena tidak ada kaitan dengan dirinya. Limat menit berlalu, Naruto melihat Kaguya dan Kirana yang sudah berdiri di depannya.
"Jadi?" Tanya Kaguya.
"Huh?" Bingung Naruto.
Kaguya menghela nafas sesaat. "Tentang bergabung dengan klubku. Apa kau bersedia bergabung dengan kami?" Tanya Kaguya samba merentangkan tangan kanannya pada Naruto. Jika remaja pirang itu meraih tangan Kaguya maka ia bersedia bergabung.
Naruto berpikir sebentar lalu berdiri tanpa meraih tangan Kaguya, membuat senyum gadis perak itu sedikit luntur.
"Aku masih memikirkannya. Boleh beri waktu untukku berpikir?"
"Tentu saja. Aku akan menunggu jawabanmu besok ketika jam istirahat. Kami berdua akan ke kelasmu."
"Baiklah. Kalau begitu aku pergi ke asrama dulu. Sampai jumpa besok, Kaguya-senpai, Kirana-senpai."
Naruto melangkah menjauhi mereka, keluar dari colosseum lalu pergi ke asrama setelah melihat monitor harga kepala sebentar. Sedangkan kedua gadis itu kembali ke markasnya dengan senyum optimis. Masih ada harapan untuk mendapatkan Naruto.
Naruto berdiri sambil menatap pintu yang bertuliskan nomor 26. Tidak salah lagi ini adalah kamarnya, Azazel memberi tahu Naruto bahwa kamar asramanya berada di nomor 26. Kepala sekolah itu bilang bahwa di asrama Donquixote Academy satu kamar untuk dua orang. Artinya Naruto akan mendapatkan teman sekamar. Semua barang yang Naruto bawa telah dibereskan oleh orang suruhan Azazel. Jadi tadi pagi ia tidak sempat melihat bagaimana asramanya ataupun teman sekamarnya.
Naruto melihat papan nama di sebelah kiri pintu itu. "Hmm, sepertinya aku memiliki teman sekamar keturunan bangsawan." Gumam Naruto yang pernah mendengar nama keluarga itu.
Remaja pirang itu lalu membuka pintu setelah mengetuknya beberapa kali. "Permisi." Naruto lalu masuk ke kamarnya dan melihat seorang remaja berambut hitam gaya emo. Remaja yang memiliki iris mata hitam itu menatap datar Naruto lalu pandangannya kembali dialihkan ke buku yang ia baca.
"Uchiha Sasuke, benar?"
"Hn. Dan kau anak baru itu, Namikaze Naruto."
"Benar. Salam kenal. Ngomong-ngomong, di mana tempat tidurku?" Tanya Naruto.
Sasuke menunjuk ranjang yang berada di sebelah ranjangnya. Naruto melihat di atas ranjang yang ditunjuk Sasuke terdapat barang-barang miliknya. Ia lalu menghampiri ranjang miliknya dan bergegas menuju kamar mandi setelah membawa handuk. Sedangkan Sasuke masih setia membaca buku.
Matahari telah terbenam, Naruto dan teman sekamarnya terlihat sedang membaca. Naruto yang membaca novel dan Sasuke membaca buku sihir. Lima menit lalu mereka habis makan malam di kantin asrama bersama siswa lainnya. Tidak ada pembicaraan antara mereka berdua sampai Naruto mengalihkan perhatiannya pada Sasuke.
"Ne, Sasuke," panggil Naruto.
"Hn?"
"Aku masih heran kenapa sekolah ini menciptakan sistem harga kepala yang salah satu keuntungannya harga kepala itu bisa ditukar dengan uang bagi murid yang berperingkat 10 besar. Meskipun teman kelasku menjawab bahwa sekolah ini memiliki banyak donatur dari keluarga bangsawan, tapi aku yakin dalam beberapa tahun ke depan sekolah ini akan bangkrut." Kata Naruto yang mengeluarkan keganjalan dalam hatinya. Sampai saat ini ia masih kepikiran hal itu.
"Apa kau tahu siapa saja orang terkaya di dunia?" Tanya Sasuke yang membuat Naruto sedikit bingung.
"Tidak. Aku hanya tahu Bill Gates saja."
Sasuke menghela nafas singkat. Jadi ini sebabnya Naruto merasa ganjal. "Kepala sekolah sekaligus pemilik sekolah ini, penyihir bernama Azazel adalah orang terkaya di dunia setelah Bill Gates. Itu artinya Azazel-sama menduduki peringkat kedua dalam jajaran orang terkaya. Hartanya sangat melimpah dan hampir mustahil habis selama masa hidupnya. Belum lagi ia mendapat dukungan dari keluarga bangsawan seperti Gremory, Astaroth, Ootsutsuki, Phoenix, Sitri, Uchiha, Bael, dan masih banyak lagi."
"Hmm begitu, aku tidak tahu Azazel-sama adalah orang terkaya kedua di dunia. Itu adalah jawaban logis. Tapi kenapa Azazel-sama mau menghamburkan uang untuk muridnya?"
Sasuke menutup buku yang dibacanya, ia lalu berbaring santai sambil menatap langit-langit. "Entahlah, tapi menurut penilaianku Azazel-sama adalah tipe orang yang tidak terlalu tertarik pada uang. Ia cenderung tertarik pada proses mendapatkannya."
"Seseorang yang suka dengan proses pengumpulkan uang tetapi tidak tertarik dengan uang itu. Heh, aku baru bertemu orang dengan sifat seperti itu." Gumam Naruto sambil tersenyum tipis. Matanya lalu tidak sengaja melihat katana yang bersandar di dinding dekat Sasuke.
"Apa itu katanamu?" Tanya Naruto sambil menunjuk benda yang ia maksud.
"Benar. Namanya Kusanagi no Tsurugi. Itu adalah senjata bersejarah bagi keluarga Uchiha."
"Wow, boleh aku melihatnya?"
Sasuke yang melihat Naruto tertarik dengan katananya hanya mengangguk. Remaja pirang itu langsung mengeluarkan katana dari sarungnya. Ia melihat pemandangan indah, detailnya sangat elegan dan ringan dipakai. Baru kali ini ia melihat katana yang berbentuk lurus.
"Katanamu sangat bagus." Puji Naruto sambil menyarungkan kembali senjata milik Sasuke.
"Hn."
Mereka berdua lalu beranjak tidur untuk memulihkan stamina.
Esok harinya, bel istirahat berbunyi nyaring. Sebagian besar murid di kelas Naruto keluar menuju kantin atau mencari lawan untuk bertarung. Naruto sendiri hanya duduk di kursinya sambil membaca novel. Ia sudah memiliki janji dengan seseorang.
Lima menit setelah bel istirahat berbunyi, kelas 1-B kedatangan tamu spesial, dua orang gadis yang termasuk ke dalam The Five Most Beautiful Women. Satu gadis bersurai merah panjang dengan perawakan aduhai, satunya lagi adalah gadis berambut biru gelap yang bentuk tubuhnya tidak kalah dengan gadis pertama.
Teman kelas Naruto yang masih berada di dalam langsung menjerit kesenangan ketika kelas mereka kedatangan makhluk terindah di sekolah ini.
"Kyaa Rias-sama dan Akeno-sama!"
"Mereka sangat cantik seperti yang dirumorkan."
"Aku baru pertama kali melihat wanita secantik mereka."
"BIDADARI TELAH DATANG UNTUK MEMUASKAN KITA!"
Naruto yang merasa terganggu oleh suara ribut itu mengalihkan perhatiannya dari novel lalu melihat suasana kelas. Sebelah alis Naruto terangkat ketika mengetahui di sampingnya sudah berdiri dua orang gadis yang memakai pin perak. Nampaknya Naruto sangat serius pada novel yang dibacanya sampai tidak menyadari dua gadis itu sudah berada di sampingnya cukup lama. Naruto bingung karena mereka bukan Kaguya dan Kirana.
"Kulihat kau membaca novel yang menarik sampai tidak menyadari kedatangan kami." Gadis berambut merah itu berbicara dengan sopan sambil tersenyum.
"Ano …,"
"Perkenalkan, Namaku Rias Gremory dari kelas 2-A. Gadis yang berdiri di sampingku ini namanya Himejima Akeno, dia sekelas denganku."
"Namaku Naruto, salam kenal." Kata Naruto sambil sedikit membungkuk lalu kembali membaca novel yang berada di tangannya, menghiraukan dua makhluk terindah di sekolah.
Rias dan Akeno yang merasa tak dianggap menahan emosi. Bagaimanapun mereka harus mendapatkan Naruto untuk bergabung ke dalam klub.
"Etto … Naruto-kun?" Panggil Akeno sambil memegang bahu Naruto.
Naruto menatap Akeno datar. "Ada apa?"
"Kami memiliki beberapa urusan denganmu. Bisakah kau ikut dengan kami sebentar?" Pinta Akeno dengan senyum terindahnya.
"Aku menolak. Aku tidak bisa menunda makan siangku." Jawab Naruto cepat tanpa pikir panjang.
"Tenang saja. Kami akan menyediakan makanan terenak untukmu. Bagaimana?" Kali ini Rias meyakinkan Naruto agar mau ikut bersamanya.
"Benarkah? Tapi aku tidak memiliki cukup uang untuk membayar."
"Aku tidak akan meminta bayaran kepada tamuku."
Naruto menimbang-nimbang tawaran kedua gadis di depannya. Tidak salahnya juga untuk menerima tawaran mereka. Lagi pula ia tidak melihat Kaguya dan Kirana datang, ia juga harus menghemat pengeluaran agar dapat bertahan hidup. Naruto bukan berasal dari keluarga miskin, sebagai seorang Namikaze ia memiliki hidup yang lebih dari kata cukup. Naruto hanya berusaha hidup dari hasil jerih payahnya, tidak dari uang pemberian orang tua.
Sebagai informasi tambahan, di sekolah ini makan siang harus bayar dengan uang sendiri, bukan termasuk ke dalam tagihan sekolah seperti sarapan dan makan malam di asrama.
"Baiklah, aku akan ikut bersama kalian."
Rias tersenyum cerah mendengar jawaban Naruto. "Ikuti kami."
Mereka bertiga keluar dari kelas dan berjalan santai di koridor. Mereka tidak menyadari bahwa Kaguya dan Kirana berada di belakang. Kaguya mendecih pelan karena ia kalah cepat dari Rias.
"Sepertinya kita terlambat, Buchou." Kata Kirana.
"Ayo kembali ke markas!"
"T-tapi bagaimana dengan Namikaze-kun?"
"Kau bisa lihat sendiri 'kan Rias membawa Naruto-kun, itu berarti kita kalah cepat darinya. Kita hanya bisa berdoa agar Naruto-kun tidak menyetujui permintaan Rias." Kata Kaguya sambil melihat punggung mereka bertiga hilang di belokan. Ia terlambat menemui Naruto karena ada urusan penting yang harus diselesaikan.
"Menurutku … sulit untuk menolak permintaan Rias-san."
Kaguya dan Kirana berbalik badan lalu pergi ke markas klub mereka.
Rias dan Akeno membawa Naruto ke sebuah bangunan berlantai dua yang terlihat sudah tidak terpakai. Bagunan ini tertelak di arah barat dari gedung utama. Kedua gadis itu menyuhur Naruto untuk masuk ke dalam. Remaja pirang itu sempat kaget melihat suasana di dalam bangunan yang jauh sekali dengan di luar. Interior di dalam bangunan ini bergaya eropa abad pertengahan dengan warna merah yang mendominasi. Meskpiun bangunan ini memiliki lampu LED sebagai penerangan, tetapi penghuninya lebih memilih menggunakan lilin yang menimbulkan efek lebih romantis. Di dalam ruangan ini sudah berkumpul beberapa orang.
"Sekali lagi perkenalkan namaku Rias Gremory, ketua dari Occult Research Club dan ini adalah markas kami." Kata Rias sambil membentangkan tangannya yang secara tidak langsung menyuruh Naruto untuk melihat setiap sudut indah ruangan ini.
"Bagaimana dengan makanannya?" Tanpa mempedulikan perkataan Rias sedikitpun, Naruto hanya bertanya apa yang penting baginya. Dan makanan adalah hal yang paling penting sekarang.
Rias menghela nafas panjang lalu melirik Akeno. "Persiapkan makanan untuk tamu kita."
"Baiklah."
Dengan mata yang jeli, Rias mengamati remaja yang duduk sambil mengunyah makanan di dalam mulutnya dengan khidmat. Rias menyadari bahwa Naruto bukan berasal dari keluarga biasa saja. Dilihat dari gerak-gerik yang seperti seorang bangsawan itu cukup meyakinkan Rias bahwa Naruto berasal dari keluarga yang sederajat dengannya.
Tapi anehnya ia baru pertama kali melihat ada orang keturunan bangsawan yang makan sangat banyak. Terdapat sepuluh piring kosong di atas meja yang menandakan bahwa Naruto telah menambah makanannya sebanyak 10 kali. Belum lagi satu piring dengan kanan yang hampir habis.
Iris mata blue-green milik Rias bergerak ke kiri, tepatnya ke seorang yang duduk berhadapan dengan Naruto di sofa. Hyoudou Issei namanya, siswa berambut coklat jabrik itu adalah anggota terakhir yang bergabung dengan Rias. Issei berada di kelas 2-D.
Masih banyak anggota klub ini yang belum disebutkan satu per satu. Toujou Koneko, siswi berbadan pendek dan memiliki rambut putih sebahu merupakan siswi kelas 1-A. Ada Kiba Yuuto yang sedang membersihkan bilah pedangnya di sudut ruangan, ia berada di kelas 2-B. Asia Argento duduk tepat di samping Naruto sambil bersemu merah, sesekali ia melihat takut pada mata biru Naruto yang tajam, ia berada di kelas 2-D. Berikutnya ada Gasper Vladi yang selalu mengurung diri di dalam kardus TV, dia berada di kelas 1-E. Dan terakhir ada Xenovia Quarta, gadis berambut biru sebahu itu berasal dari daratan Eropa dan pindah ke Jepang untuk berlatih sihir. Ia berada di kelas yang sama seperti Issei dan Asia.
"Terima kasih atas makanannya." Kata Naruto sambil menempelkan kedua telapak tangannya tanda ia mensyukuri telah diberi makan sebanyak ini.
"Ara nfufufu~ Naruto-kun memiliki nafsu makan tinggi. Ini teh untuk penutupnya." Kata Akeno sambil menyimpan secangkir teh di atas meja lalu membawa ke sebelas piring itu ke dapur.
"Terima kasih Himejima-senpai."
"Ara ara nfufufu~ panggil aku Akeno-chan saja."
"Baiklah Akeno-chan."
"Ya ampun, kau bisa menghabiskan jatah makan selama tiga hari hanya dengan sekali makan." Kata Rias dengan tawa canda.
"Maaf, tapi makanan di sini benar-benar enak."
"Terima kasih atas pujiannya. Sekarang aku ingin memperkenalkan semua anggota klub, dimulai dari,
Asia Argento, siswi berperingkat 289 dengan harga kepala sebesar 3.500.000,
Gasper Vladi, siswa berperingkat 264 dengan harga kepala sebesar 4.000.000,
Toujou Koneko, siswi berperingkat 156 dengan harga kepala sebesar 15.000.000,
Hyoudou Issei, siswa berperingkat 147 dengan harga kepala sebesar 17.500.000,
Xenovia Quarta, siswi berperingkat 129 dengan harga kepala sebesar 27.000.000,
Kiba Yuuto, siswa berperingkat 120 dengan harga kepala sebesar 34.000.000,
Himejima Akeno, siswi berperingkat 93 dengan harga kepala sebesar 48.000.000, Akeno sering dijuluki Lightning Nun (Biarawati Petir),
Dan terakhir aku, Rias Gremory yang berperingkat 53 dengan harga kepala 108.000.000, seorang yang dijuluki Ruin Princess (Putri Kehancuran)." Kata Rias dengan bangga memperkenalkan anggota club dan dirinya.
"Tujuanku mengajakmu datang ke sini untuk merekrutmu menjadi bagian dari kita, Occult Research Club."
"Masuk ke dalam klub kalian? Memang apa untungnya bagiku?" Tanya Naruto yang mulai menyelidiki satu per satu orang di dalam ruangan.
"Tentu saja banyak keuntungan yang bisa kau dapat ketika menjadi anggota klub bangsawan. Keselamatanmu akan dijamin oleh keluarga Gremory, keuanganmu akan tercukupi, dan yang paling penting kita bisa meningkatkan kekuatan dan tentu saja harga kepala." Jawab Rias dengan bangganya.
"Hmm, memang itu adalah tawaran yang menarik." Naruto memejamkan mata sambil mengusap dagunya.
"Benar 'kan? Tawaran dari Buchou memang sangat menggiurkan. Aku diberi 5 pelayan wanita cantik yang bisa kuapakan semaunya, khehehe." Issei tak bisa menahan perasaan senangnya dan memasang wajah mesum ketika mengingat ke-5 pelayannya yang menunggu di rumah. Namun ia harus menunggu 6 bulan sekali untuk bisa pulang ke rumah karena sekolah ini mewajibkan seluruh muridnya untuk tinggal di asrama.
'Yang ini tipe orang mesum.'
"Jika kau mau, aku bisa menyiapkan lima pelayan wanita tercantik di keluarga Gremory." Kata Rias dengan senyum melebar.
Naruto memandang tajam Rias dari balik poni pirangnya. 'Rias Gremory, ketua club yang sangat loyal pada anak buahnya. Namun ia lakukan itu hanya semata untuk mendapatkan kekuatan dari mereka. Satu-satunya yang dipikirkan gadis ini adalah kekuatan untuk memperebutkan peringkat satu.' Batin Naruto menyelidik lalu menghela nafas panjang. 'Aku sudah bertemu orang seperti Rias lebih dari tiga kali.'
Naruto bangkit berdiri lalu menepuk-nepuk blazer hitamnya yang sedikit kotor. Pertama-tama ia mengucapkan terima kasih dan membungkuk hormat. "Maaf, aku tidak bisa menerima tawaran Rias-senpai. Alasannya sederhana, aku tidak cocok dengan klub ini. Sampai jumpa."
"Tunggu!"
Perkataan Rias tidak dipedulikan, Naruto terus berjalan menuju pintu dan membuka knop berwarna emas itu. Naruto pergi tanpa sepata kata lagi.
"Ara ara nfufufu~ sepertinya menaklukkan Naruto-kun tidak semudah yang dikira. Rias, bagaimana strategimu selanjutnya?"
"Aku tidak akan membiarkan pemilik elemen langka seperti Naruto jatuh ke tangan klub lain apalagi ke tangan Kaguya. Dan aku tidak akan membuat kesalahan lagi seperti saat gagal merekrut Uchiha Sasuke. Jika rayuan dan penawaran seperti itu tidak berhasil maka aku akan mengambil cara ekstrim."
"Apa perlu aku bantu? Tidak ada laki-laki yang bisa mengalahkan dua bidadari seperti kita jika mengambil langkah ekstrim, nfufufu."
Naruto berjalan di koridor kelasnya sambil melanjutkan membaca novel. Salah satu kegemarannya memang membaca novel, tapi bukan yang bergenre romantis. Novel yang Naruto sukai lebih cenderung ke genre fantasy, mystery, dan adventure. Naruto membaca novel sekaligus mencari referensi untuk teknik sihirnya. Mungkin saja ia dapat membuat original skill.
Bruk!
Karena terlalu fokus, Naruto tidak sengaja menabrak seseorang. Ia melihat siapa yang ditabraknya, seketika Naruto menghela nafas. 'Aku jadi berpikir kemarin bukan sepenuhnya salahku menabrak Kaguya-senpai. Mungkin dia sendiri yang ingin ditabrak olehku.'
"Ekhem, kenapa kau memandangku seperti itu?"
"Tidak."
Kaguya mengibaskan tangannya, memilih untuk tidak membahas masalah sepele itu. Yang lebih penting adalah jawaban Naruto. "Jadi bagaimana? Apa Naruto-kun menerima tawaranku?"
"Sebelumnya aku mengucapkan banyak terima kasih karena telah memberitahuku hal-hal penting. Tapi maaf, sepertinya aku tidak bisa bergabung dengan klub kalian."
Kaguya dan Kirana sedikit membulatkan mata.
"K-kenapa Namikaze-kun?"
Naruto tidak langsung menjawab, pandangannya kembali beralih pada novel. Ia mulai berjalan lagi melewati kedua gadis cantik itu. Naruto menengok ke belakang dengan pandangan sedikit tajam.
"Hati kalian."
Ini adalah malam kedua Naruto inggal di asrama. Seperti biasa, di ranjang masing-masing mereka sedang fokus pada buku yang berada di genggaman. Kedua orang yang irit bicara disatukan memang akan menjadi seperti ini. suasana di kamar pun berubah menjadi sunyi dan dingin.
Lima belas menit kemudian Naruto menutup novelnya karena sudah selesai membaca, novel bersampul coklat itu ia simpan di laci mejanya. Remaja pirang itu lalu menatap Sasuke yang masih fokus pada buku sejarah keluarga Uchiha.
"Sasuke," panggil Naruto.
"Hn?"
"Apa kau ikut klub?"
Sasuke melirik Naruto melalui ekor matanya. "Kenapa kau bertanya hal itu?"
"Tidak ada apa-apa. Aku hanya ingin tahu saja."
"Tidak." Jawab Sasuke singkat.
"Kenapa? Bukannya kau itu kuat dan memiliki harga kepala cukup besar untuk anak tahun pertama seperti kita? Terlebih ini baru dua bulan setelah sekolah dimulai. Seharusnya banyak ketua klub yang ingin merekrutmu."
Naruto tahu berapa harga kepala dan peringkat yang dimiliki remaja Uchiha Sasuke itu. Kemarin saat memeriksa peringkat Kirana Naruto kebetulan membaca nama Uchiha Sasuke beserta jumlah harga kepalanya. Pemuda berambut emo kelas 1-A itu berada di peringkat 123 dengan harga kepala sebesar 33.000.000, sedangkan Naruto berada di peringkat ke 140 dengan harga kepala 20.000.000.
"Ya, memang ada beberapa ketua klub yang menawarkanku untuk bergabung dengan mereka. Tapi aku tolak semuanya." Jawab Sasuke.
"Hem, kenapa kau menolak? Apa kau memang tidak ingin mengikuti klub manapun?"
"Sejujurnya aku ingin mengikuti klub untuk memudahkanku naik peringkat. Tapi semua klub yang menawarkanku bergabung rata-rata hanya melihat kekuatan saja. Mereka tertarik dan merekrut hanya melihat seberapa besar kekuatan yang dimiliki. Aku tidak suka sifat seperti itu. Aku bisa merasakan jika mereka semua gila kekuatan." Jawab Sasuke panjang lebar sampai ia harus menutup bukunya. Ia lalu fokus pada Naruto karena ini topik pembicaraan yang menarik.
"Apa kau menguasai Indera Keenam?"
"Tidak."
"Begitu, kukira kau menguasainya dan memiliki kekuatan yang sama sepertiku." Kata Naruto sambil menghela nafas, ada sedikit nada kekecewaan di perkataannya.
"Memangnya kau menguasai Indera Keenam?" Tanya Sasuke penasaran.
Naruto mengangguk. "Dengan Indera Batinku, aku bisa mengetahui isi hati seseorang. Apakah ia baik atau buruk, berbohong atau tidak, senang atau sedih, semua yang ada dihati mereka aku bisa mengetahuinya. Acting sempurna tidak akan berpengaruh padaku."
"Terus, apa kau pernah ditawari untuk bergabung dengan klub?"
"Pernah. Ada dua klub yang tertarik padaku. Satunya memiliki ambisi besar pada kekuatan, dan satunya lagi hobi mengoleksi anggota yang memiliki kemampuan unik atau langka, ia juga memiliki ambisi pada kekuatan namun tidak sebesar yang pertama. Tapi aku dapat simpulkan mereka memiliki kesamaan," Jawab Naruto menggantungkan kalimatnya.
"Apa itu?"
"Jawabannya sama sepertimu. Mereka hanya memandang orang kuat dan menutup mata pada orang lemah. Tapi meskipun begitu mereka tidak memiliki kebencian pada seorang Pochi atau Mike, mereka cenderung membiarkannya saja."
Sasuke mengangguk mengerti. Naruto beruntung memiliki Indera Keenam yang dapat mengetahui isi hati seseorang. Itu adalah kemampuan berguna untuk menghindari pengkhianatan.
Sasuke lalu memandang langit-langit yang dicet berwarna putih. "Seandainya ada klub yang memiliki prinsip kekeluargaan …,"
Naruto dapat mendengar gumaman Sasuke dengan jelas. "Kupikir semua orang dari keluarga Uchiha memiliki tampang datar dan tidak peduli pada sekitarnya. Aku cukup terkejut kau berbicara seperti itu, Sasuke."
"Hn. Asal kau tahu, biarpun keluarga Uchiha dicap sebagai keluarga dingin dan pendiam, tapi sebenarnya keluarga Uchiha memiliki rasa cinta yang lebih tinggi dari keluarga siapapun." Kata Sasuke.
"Hoh, menarik. Dan aku tahu keluargamu tidak bisa menunjukkannya secara terang-terangan dan lebih memilih untuk diam, menyembunyikan perasaan. Bukan begitu?"
"Berisik!"
"Ckckck, sepertinya ucapanku benar." Naruto menutup mulutnya yang sedang tertawa.
Sasuke mengalihkan padangannya ke arah lain.
Naruto menghela nafas panjang untuk menenangkan dirinya, ia lalu menatap Sasuke yang masih memalingkan wajahnya ke jendela. Naruto tiba-tiba mendapatkan sebuah ide cemerlang. Benar juga, jika tidak ada klub seperti yang diinginkan Sasuke kenapa tidak buat saja?
"Ne, Sasuke,"
"Sekarang apa lagi?"
"Bagaimana kalau kita buat klub baru?"
Bersambung
[28/04/2021]
