Ternyata kalian menyukai cerita ini. Benar sekali Sakura Bad Ass sekali disini. Aku membayangkan mereka sampai tersipu-sipu malu hehehe.. apalagi pas nulis chapter ini, aku benar-benar merasa Sakura keren.
I love her so much, apakah kalian juga menyukai Sakura di cerita ini?
Sebelum ke cerita aku mau ucapin thank you untuk reader yang sudah membaca ceritaku semua dan terutama kepada orang-orang yang mereview ^^
Big Thanks to : (Typo, kurasa aku tidak menyadari yang mana typo ketika menulis. Gomen), Guest, Guest (thank you^^), Febrichan2425 (Thank you sudah membaca cerita WWWS #bow), shayyll (Hello Shay, kita bertemu lagi di cerita ini ^^) Alfina Yuliana (Kurasa hubungan mereka tidak akan mudah #evil laugh), Cle0patrazxz (Semoga suka^^), Yukito Arui (Thank you^^) Spanenx (Oh tentu saja, Mereka sangat keras satu sama lain hehe) constantinest (Tentu sabar ya aku akan memberikan adegan manis jika tepat^^), Queen2011 (Thanks sudah membaca nyaris semua ceritaku, bahkan memfave, thanks^^) Paok Aho-chan (pas nih langsung hari ini aku kasih chapter ke 3)
Naruto belong to Kishimoto Sensei
-sour-
"Kalian saling kenal?" tanya seorang wanita cantik dengan rambut coklat sebahu, ia memiliki badan yang tidak terlalu tinggi, Sakura lebih tinggi daripadanya, tetapi ia tampak manis dan selera Gaara tentang rambut pendek sepertinya benar.
"Kami berteman," ucap Gaara singkat, Kakashi hanya menatap Sakura dengan pandangan menarik dan Sakura hanya diam. Beberapa pria di cafe itu menatap Sakura, ia mengenakan mini dress berwarna putih selulut dengan belahan rendah, ia melipat kedua tangannya, menyilangkan kakinya, ia duduk dengan tegak. Sakura menyanggul rambutnya, matanya memperhatikan wanita itu.
"Aku Matsuri, teman Gaara juga temanku, Oh apa kalian akan memesan sesuatu, aku bisa mengambilkannya untuk kalian." Matsuri bangkit dari kursinya, sedikit kurang nyaman dengan Sakura atau beberapa perhatian yang diarahkan anak buah Sakura ketika melihat bos mereka disini.
"Apapun yang terbaik, aku baru disini." Sakura tersenyum simpul dan Kakashi hanya mengangguk setuju.
"Baiklah tunggu sebentar," ucap Matsuri dan pergi.
Gaara melipat kedua tangannya, matanya menatap beberapa pria yang menunjuk ke arah Sakura, sepertinya ingin bertanya sesuatu dengannya, sayangnya Sakura duduk di sekitar para pria. Gaara membuang muka, ia mengambil ponselnya dan mulai memainkan ponselnya.
"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Gaara lagi, matanya masih asyik menatap layar ponselnya.
"Makan siang," ucap Sakura cepat.
"Bukankah wanita sepertimu memakan salad bukan roti?" tanya Gaara sedikit menyindir, Gaara tahu bahwa badan kencang dan tone up seperti Sakura bukanlah badan yang di dapat semalam.
"Oh maaf mengecewakaanmu sayang," ucap Sakura, ia menampilkan ekpresi melebarkan matanya dan menutup mulutnya.
Gaara menoleh, sedikit tegang dengan panggilan Sakura, matanya dengan sigap mencari di mana Matsuri, sepertinya wanita itu tidak mendengarkan.
"Apa maumu Sakura?" tanya Gaara, kini matanya menatap Sakura, sedikit kesal tentu saja. "Bukankah kita akan menjaga sama lain?" Gaara menampilkan pose bertahan, sementara Sakura berbalik menatapnya.
"Tapi tidak ditempat ini Sabaku!" ucap Sakura mendesis. "Apa kau sedang mencoba untuk mempermalukanku? Di semua anak buahku!"
"Aku tidak memiliki pemikiran itu sama sekali."
Aura yang mereka hasilkan tidak baik, bahkan Kakashi sedikit melonggarkan dasinya, ia tahu bahwa Sakura wanita yang dominan dan Gaara pria itu juga sama keras kepalanya dengan mereka. "Sakura, kita bisa makan di tempat lain,"
"Lalu apa yang pikirkan bodoh?" ucap Sakura mengacuhkan ucapan Kakashi.
"Jangan mengangguku Sakura!" desis Gaara kesal.
"Kalau kau mau berselingkuh, selingkuhlah ditempat lain. Jangan disini!" seru Sakura dengan pelan, tetapi Gaara bisa mendengarnya dengan jelas.
"Bukankah itu kesepakatannya?" tanya Gaara, "Lagi pula ini Kafe milik Matsuri bukan milikmu dan dia wanita yang kumaksud," ucap Gaara tegang, seolah jika Sakura bukan wanita, Gaara yakin ia bisa menjatuhkan Sakura dengan mudah. "Aku bebas makan disini, kapanpun aku mau."
Sakura menyeringai, "Kau benar begitu pula dengan aku," ucap Sakura.
Gaara hendak protes, tetapi Matsuri datang mendekati meja mereka, terdapat beberapa kue yang menarik di nampan itu, Sakura mengambil salah satu ice americano, meninumnya, matanya masih memandang beberapa pria yang kini memperhatikannya.
"Aku akan mentraktir kalian," ucap Gaara.
"Terimakasih Gaara, jadi bagaimana kalian bisa bertemu?" tanya Kakashi berusaha mencairkan suasananya. Ketika Matsuri menjawab, salah satu pria yang Gaara yakini dari tadi menatap Sakura kini mendekati meja mereka.
Pria itu tampak fit dengan tubuh yang kekar, ia mengenakan kemeja yang pas dengan tubuhnya. Matanya menatap ke arah Sakura seolah ia adalah icing di atas kue.
"Permisi, apa kau single? Apa aku bisa meminta nomormu?"
Sakura tersenyum, "Tentu bisa, bagaimana kalau kita berkencan? Aku sedang bosan?" ucap Sakura, kemudian mengambil tasnya.
"Apa kau yakin, kau memiliki itu." Pria itu menunjuk cincin manis yang melingkari jari Sakura. Sakura menatap cincin pernikahannya, kemudian melepasnya. Matanya menatap ke arah Gaara dengan senyuman lebar, kemudian menaruhnya di atas meja.
"Hiasan," ucap Sakura, "Sekarang pria manis, kemana kita pergi?" tanya Sakura berdiri dari kursinya, merangkul pria itu, "Aku harus pergi, kopimu enak sekali Matsuri, aku akan mengunjungimu lagi. Kakashi kau bisa kembali duluan,"
"Dan Gaara," panggil Sakura, tubuh Gaara menegang, ia melepaskan menempelkan mulutnya ke bibirnya kemudian memberikan kiss bye kepada Gaara. "Bersenang-senanglah,"
Gaara mengeram. Ekspresinya berubah, ia berdiri dari duduknya, mengambil cincin itu, mengeluarkan dompetnya, memberikan beberapa uang cash kepada Matsuri. "Ambil kembaliannya, aku harus pergi." Kemudian melangkah dengan amarah dari kafe itu.
Kakashi yang melihat pertengkaran dua sejoli itu, matanya menatap Matsuri dengan sedikit tertawa yang dipaksakan, "Kurasa aku akan membungkus semua ini,"
"Oh tentu saja," ucap Matsuri, walaupun mereka semua tahu bahwa suasana akward memenuhi sekitar mereka, Matsuri segera membereskan roti-roti yang bahkan tidak tersentuh.
Kakashi menghela nafas, "Mereka benar-benar parah,"
-sour-
"Dimana kau,"
Sakura tertawa ketika mendengar ucapan Gaara pertama kali, begitu Sakura mengangkat teleponnya pria itu tidak perlu repot-repot berkata 'halo', "Kamar mandi Gaara sayang," ucap Sakura riang, ia mengangkat kakinya dari bath tub, kemudian menyalakan televisi yang berada di kamar mandi.
"Kita harus berbicara!"
Sakura dapat mendengar suara Gaara yang tidak sabaran. "Kenapa?" tanya Sakura, mengerakkan kakinya, sehingga Gaara dapat mendengar suara air, begitu juga dengan suara pria.
"Jelaskan apa maumu?" tanya Gaara lagi. "Kita harus bertemu,"
"Aku lelah,"
"Kau harus tidur di kamarku!" ucapnya lagi.
"Aku menolak!" ucap Sakura dengan tegas, mematikan ponselnya, detik selanjutnya ponselnya berdering lagi.
"Dasar pria sinting!" Seru Sakura, dengan kesal ia mematikan ponselnya dan menaruhnya di rak sabun.
Tubuh Sakura benar-benar lelah, ia hanya berkencan sebentar dengan pria itu, kemudian memutuskan untuk pamit karena ia harus kembali bekerja, karena pria itu cukup menarik Sakura setuju untuk berkencan kedua di tempat dimana Sasori bekerja. Semua murni karena ia merasa bosan.
"Sepertinya ia benar-benar marah Sakura," ucapan Kakashi, menelponnya karena khawatir. membuat Sakura malas menemui pria itu. Bukankah itu perjanjiannya? Sakura tidak marah ketika Gaara bertemu dengan Matsuri, lagi pula pria itu juga tidak memakai cincin pernikahannya.
Sakura menghela nafas, rasanya ia ingin segera tidur dan melupakan semua ini.
Nyatanya tidak, Kakashi menatapnya dengan ragu, ketika Sakura memasuki ruang depan kantornya. Sakura sedikit terkejut, ketika Kakashi menunggu di depan ruangan kantornya, Sakura memiliki ruangan kantornya dan di dalamnya terdapat ruangan di mana ia bekerja. Sedikit terpisah dengan karyawan lain.
"Apa kalian sudah berbaikan?" tanya Kakashi sedikit khawatir.
"Tidak, aku menjauhinya." Sakura berjalan acuh, Sakura mengenakan kemeja hitam tanpa lengan dengan celana panjang yang yang melebar kebawah, rambut panjang merah mudanya dibiarkan terurai dengan sempurna berjalan dengan aggun, kemudian ia memegang pintu ruangan kantornya.
"Pantas," ucap Kakashi singkat, "Kalau aku jadi kau aku tidak akan masuk?"
"Kenapa ada singa di kantorku?" tanya Sakura dengan tertawa, membuka pintu dan Sabaku no Gaara sedang duduk di kursi tamu miliknya, ia memejamkan matanya.
Gaara mengenakan suit abu-abu gelap, sliming fit yang menampilkan bentuh tubuhnya yang ramping.
"Kenapa kau tidak bilang dia ada disini!" seru Sakura masam.
"Kau bergerak cepat sekali," ucap Kakashi. "Apa kalian mau sesuatu kopi?"
"Kopi hitam," ucap Gaara cepat.
Sakura menarik nafas, menghembuskannya. Berjalan dengan tegap menuju mejanya, menaruh tas Dior miliknya di atas meja. "Ada apa? Aku sedang sibuk," jawab Sakura.
Gaara bangkit dari kursinya, "Dimana kau semalam?" tanya Gaara.
"Apa pedulimu?"
"Aku suamimu," jawab Gaara ringan.
"Oh benarkah, aku tersentuh. Apa sekarang aku harus memberitahumu kemana aku pergi?" tanya Sakura dengan mengejek.
Gaara mengeluarkan sesuatu dari saku jasnya, menunjukkan beberapa foto di mana Sakura tertawa dengan pria itu di sebuah club malam, berpelukan dan bahkan menari bersama.
Sakura mengigit bibirnya. "Apa kau menguntitku?"
"Bukan aku, melainkan kakakku."
Sakura memandang Gaara, mencoba untuk tenang. "Aku tidak tahu kakakmu ada disana."
Gaara menghela nafas, "Bersyukurlah yang menemukanmu Kankuro bukan Temari, aku yakin dia bisa melabrakmu," ucap Gaara, membuka tong sampah besi milik Sakura, menyalakan korek api dari sakunya, membakar foto itu.
Sakura melipat kedua tangannya, "Oh ya, bersyukurlah juga yang menemukanmu kemarin aku bukan Tsunade. Akan kupastikan dia akan menghancurkan meja karena melihatmu disana,"
Gaara menatap masam. "Beberapa orang yang kita kenal berada ditempat ini, kurasa kita harus serius dalam permainan ini Sakura,"
"Jadi?" tanya Sakura.
"Jika kau mau berselingkuh, berselingkuhlah dengan baik. Kita akan memberitahu keadaaan kita masing-masing mulai saat ini, aku menyadari bahwa keluargaku menguntitmu, pria yang bersamamu semalam itu yang membocorkan informasi kepada Kankuro," ucap Gaara.
"Apa keluargamu sinting Gaara?"
"Welcome to Sabaku family Sakura," ucap Gaara menyeringai. Ia mengeluarkan cincin pernikahan milik Sakura, mengambil tangan wanita itu dan memasangkannya di jari manisnya. "Dimana cinta dan ingin campur adalah garis tipis," ucapnya, kemudian tesenyum kecut.
Dengan jarak sedekat itu, dengan cepat Sakura menarik dasi Gaara supaya pria itu mendekat kalau bukan karena meja kantor Sakura yang menghalangi mereka Gaara mungkin bisa terjatuh dan menimpa Sakura. "Bukankah seharusnya kau yang menjaga kelakuanmu Gaara? Berselingkuh dekat dengan tempatku bekerja adalah skandal yang menarik," ucap Sakura, matanya yang berwarna hijau memandang Gaara dengan emosi. Gaara dapat merasakan hembusan nafas Sakura yang tidak beraturan.
Gaara mengeram, "Kau benar," ucap Gaara, kemudian ponsel Gaara berdering, Sakura melepaskan dasi Gaara, wanita itu membongkar laci mejanya, mencoba menemukan hal yang membuatnya tenang. Sakura menemukan snak coklat di lacinya, membukanya dengan ragu. Ia dapat mendengarkan suara Gaara yang sedikit aneh.
Pria itu tampak gelisah, "Sakura, di mana ruangan royal suite nomor 3?!"
-sour-
Memang Shinki memiliki tubuh yang lebih lemah dari anak seumurannya karena perlakuannya dimasa bayinya. Putranya dibuang ketikan masih bayi, dalam sebuah kardus dalam keadaan cukup parah, bersyukur bahwa Shinki berhasil hidup.
Cerita itu yang membuat Gaara iba, tentu Gaara tahu perasaan di mana tidak ada orang tua yang peduli kepadamu, sama seperti dirinya. Akhirnya Gaara memutuskan mengadopsi anak kecil itu.
Semenjak Gaara mengadopsi Shinki, ia selalu memastikan kesehatan putra kecilnya. Semula ia hanya berusaha untuk mengerti Shinki, tapi semakin hari Gaara semakin menyukai Shinki dan tanpa ia sadari bahwa ia benar-benar mengangap Shinki adalah putranya sendiri.
"Dimana Sakura?" tanya Gaara tidak sabaran. Deru langkah tergesa-gesa memenuhi ruangan.
Sakura berjalan di depan Gaara, "Sebentar Gaara. Ruangan itu cukup jauh dari sini," ucap Sakura, "Tenanglah, aku yakin dia baik-baik saja."
"Dia pingsan Sakura! Putraku pingsan!" seru Gaara tidak sabaran.
Sakura menaiki lift, Gaara mengikutinya. "Sebentar lagi kita akan sampai."
Begitu memasuki ruangan, mata Gaara menemukan Shinra dan beberapa pelayan rumahnya menunggu di depan ruangan begitu juga dengan kakaknya, Kankuro. "Tuan Gaara, mereka sedang memeriksanya," ucap Shinra.
"Bagaimana bisa?"
"Tuan muda Shinki bermain seperti biasa, kemudian ia tiba-tiba jatuh dan badannya sudah deman tinggi," ucap Shinra dengan bersalah, "Maafkan aku Tuan seharusnya aku membatasinya,"
Gaara memanting tubuhnya di sofa ruang tunggu, menghela nafasnya, beberapa keringat dingin keluar dari tubuhnya. Shinki dalam waktu tumbuh yang sangat aktif anak itu bisa bermain-main tanpa menyadari bahwa tubuhnya terlalu lelah dan hal yang menakutkan untuk Gaara.
Sakura melihat dari kaca bahwa Iruka sedang menangani Shinki. "Kau tidak perlu khawatir, Iruka yang terbaik untuk anak-anak," ucap Sakura dan duduk di sebelah Gaara.
"Syukurlah," ucap Gaara sedikit menghela nafas tetapi tubuhnya masih tegang,
Pintu kamar rumah sakit terbuka, Iruka melepaskan maskernya, "Siapa keluarganya?" tanya Iruka, Gaara bangkit dari kursinya dan Sakura mengikutinya.
Ruangan pertemuan tidak selalu baik, Gaara tampak tidak nyaman. Sementara Iruka masih membaca hasil tes Shinki, "Dia baik-baik saja, hanya kelelahan dan sepertinya anda harus lebih memperhatikannya, jangan sampai ia terlalu lelah," ucap Iruka, "Tapi kondisinya sudah lebih baik dari umur sebelumnya, apa anda jarang menemuinya?"
"Terkadang aku meninggalkannya untuk urusan bisnis, ada apa?" tanya Gaara dengan khawatir.
"Dia sepertinya kesepian, dia memangil nama anda di tidurnya, anak seumuran dia seharusnya lebih banyak mendapatkan perhatian anda tuan Gaara," ucap Iruka dengan senyuman lembut.
Gaara merasa bersalah, "tentu aku akan meluangkan waktu lebih banyak untuknya," ucap Gaara.
Setelah mendengar bahwa Shinki baik-baik saja, Gaara dapat bernafas lega, ia pamit dan pergi keluar dan Sakura mengikutinya dari belakang.
"Sakura," panggil Kakashi yang muncul dari pintu kamar. "Ini waktu anda untuk terapi," ucap Kakashi, Sakura menghela nafas, nampak tidak nyaman tetapi ia meminta ijin dari Gaara untuk pergi.
"Sakura," panggil Gaara, wanita itu menoleh, "Aku sudah membuat lemari pakaian di kamarku, kau bisa memasukan pakaianmu, aku akan mengirim orang untuk membantumu berkemas. Tinggalah hari ini dirumahku," ucap Gaara, mata Jadenya memperhatikan lekuk tubuh Sakura yang terlalu terbentuk bagus dengan pakaiannya, memalingkan muka Gaara melepaskan jasnya, "untukmu,"
Sakura menerimanya dengan kebingungan, kemudian memakainya sementara Gaara sudah berjalan pergi.
-sour-
"Daddy aku baik-baik saja," ucap Shinki menjerit, ia sudah menolak untuk meminum obatnya karena rasanya pahit. Gaara menutup sebelah matanya, ia baru pulang kantor dan pelayannya mengadukan bahwa Shinki tidak mau meminum obatnya. Shinki sudah pulang karena anak itu sudah baikan, ia hanya kelelahan dan tidak perlu rawat inap.
Gaara kelelahan.
"Baiklah kalau kau tidak mau minum obat. Bibi Sakura akan datang sebentar lagi, dan kalau kau tidak meminum obatmu aku tidak akan mengizinkanmu untuk menemuinya anak muda," geram Gaara. Mengusap pelipisnya yang berkerut.
Kini Shinki menangis.
Gaara benar-benar buruk dalam hal ini.
"Shinra!" seru Gaara, seorang pria dengan rambut keperakan, ia memiliki badan yang tinggi tetap dengan otot-otot yang kekar terpampang jelas dalam balutan jasnya. Pelayan pribadi yang paling dekat dan sudah lama bersamanya. "Temani dia, aku akan mandi sebentar. Apa kau sudah menyiapkan bak mandinya?"
"Sudah Gaara-sama,"
Gaara bangkit dari ranjangnya dan berjalan linglung, keadaan kantornya tidak baik hari ini. Ia menerima banyak sekali proposal atau tugas apapun, dalam dua hari ini kedepan beberapa menejer cabang miliknya akan menemuinya dan hal ini akan membuat Gaara sakit kepala dalam dua hari kedepan.
"Jika Sakura sudah datang beritahu dimana kamarku,"
"Dia sudah datang Gaara-sama,"
Shinki berhenti menangis, "Aku mau bertemu bibi Sakura," ucapnya di sela tangisannya.
"Minum obatmu dulu anak muda,"
Shinki merengek, tetapi menanguk. "Saya sudah membuatnya supaya mudah di cerna tuan muda," ucap Shinra.
Shinki membuka mulutnya dengan lebar dan Shinra memasukkan obatnya dalam sekejap Shinki menelannya dan Shinra memberinya madu supaya obat itu tidak terlalu pahit di mulutnya.
"Pahit," ucapnya. "Daddy lihat, aku sudah meminumnya, apa aku bisa bertemu bibi Sakura?"
"Tentu," Gaara mengangguk, Shinki berlari kecil berusaha membuka gangang pintu yang lebih tinggi daripadanya. Gaara mengendongnya, membuka pintu dan berjalan dengan anggun menuju ruang tengah.
Sakura sudah tidak mengenakan pakaian kerjanya, ia mengenakan hoddie panjang berwarna putih yang panjangnya berakhir sampai atas pahanya, serta celana pendek yang pendeknya sebatas hodienya, seolah wanita itu tidak memakai celana, ia mengenakan sepatu kets Adidas klasik, Sakura juga mengikat rambutnya menjadi ekor kuda yang tinggi.
"Bibi Sakura!" seru Shinki.
Mata Sakura masih mengagumi rumah Gaara, siapa yang menduga pria ini tinggal di mansion? Baiklah tidak ada yang mustahil bagi pria ini. Tetapi bahkan ujung masuk rumahnya jauh sekali, Sakura merasa ia bisa tersesat dengan mudah, ia sedikit kelelahan karena habis latihan pilates di rumahnya dan kini ia juga berolahrga untuk bertemu dengan Gaara.
Sakura menoleh,"Shinki," panggilnya riang.
Shinki merengek untuk turun, Gaara menunkan Shinki, anak kecil itu berlari dan terjatuh karena tergesa-gesa, jika bukan karpet bulu mahal miliknya tentu putranya sudah terluka. Tidak salah ia mendengarkan ucapan Matsuri yang menyarankan untuk membeli karpet itu ketika mereka pergi ke Dubai. Shinki bangkit dari jatuhnya, Sakura dengan cepat mendekati Shinki, memeriksa apakah ia terluka. "Apa kau baik-baik saja?"
"Sakit," ucapnya pelan.
"Oh Shinki," dengan sigap ia mengendong Shinki dan mengusap pundaknya. Gaara tahu bahwa Shinki berusaha menahan air matanya, putranya tidak ingin menangis di depan orang yang dia suka.
Gaara terkesan untuk ego anak umur tiga tahun.
Tetapi ia meneteskan air mata. Sakura mengusapnya pelan kemudian mencium pipunya, "Tidak apa-apa kan?" tanya Sakura, mengulus punggung Shinki, "Shinki apa kau sudah sehat,"
"Sudah," ucap Shinki, Sakura sedikit tertawa dengan ucapan anak kecil di gendongannya.
"Dia menyukaimu," ucap Gaara, matanya masih menatap ke arah cincin pernikahan mereka. "Tidak mudah untuk Shinki menyukai orang asing,"
"Benarkah? Kenapa kau menyukaiku Shinki?" tanya Sakura, matanya memandang ke arah Shinki.
"Cantik?" tanya Shinki tidak yakin.
Sakura tertawa, "Kau manis sekali Shinki," ia mengecup pipi anak kecil itu lagi, Shinki tersipu malu dengan tingkah laku Sakura.
"Jadi menurutmu Matsuri tidak cantik Shinki?" tanya Gaara, ia mengeluarkan cemberut ringan. Shinki tidak menyukai Matsuri, nyaris semua sekertarisnya. Matsuri dan Sari, pengganti wanita itu. Gaara sedikit terkejut jika putranya bisa tertarik dengan Sakura.
Rasanya dari mata hijaunya memandang Sakura ketika mereka menikah Gaara tahu bahwa Shinki menyukainya.
Shinki tidak menjawab tetapi membuang muka dan memilih asyik bermain dengan rambut Sakura.
"Aku lelah, Sakura aku akan menunjukkan kamar tidur kita," ucap Gaara.
-sour-
"Kurasa aku tersesat," ucap Sakura, ia membuka pintu kamar yang besar dan Gaara menatapnya dengan malas dari ranjangnya, Gaara memiliki ranjang sedikit berlebihan, ia mengenakan ranjang yang di pakai para raja jaman dahulu. Ranjang dengan ke empat tingan di ujung-ujung ranjang dan kain-kain indah disekitarnya.
Sakura bertanya mengapa Gaara memakai ranjang seperti raja jika ia bahkan tidak tidur disana?
"Rumahmu besar sekali Gaara," ucap Sakura, nafasnya sedikit tersenggal-sengal akibat mencari ruangan Gaara.
"Ini tidak sebesar rumahku di tempat asalku Sakura," jawab Gaara santai. Gaara sudah mengenakan pakaian tidur seperti night robe untuk pria warna merah tua dan celana salin merah gelap yang senada dengan pakaiannya. Kulit pucatnya tampak pas dengan pakaiannya.
Sakura membaringkan tubuhnya di ranjang Gaara, ia sudah berganti pakaian dengan gaun malam satin miliknya dengan warna krem yang pas dengan tubuhnya. Gaara dapat melihat belahan dada Sakura yang bergerak turun naik, kelelahan. Tetapi Gaara memalingkan wajahnya menatap buku yang masih dibacanya.
"Kau berasal dari mana Gaara?" tanya Sakura ringan.
"Dubai," jawab Gaara santai.
"Kenapa kau kemari?" tanya Sakura lagi. Matanya masih menatap atap ranjang kamarnya.
"Aku memang membuka cabang disini karena itu aku pindah kesini untuk sementara,"
Sakura bangkit dari tidurnya ia berdiri di depan ranjang, membetulkan gaun malamnya, "Kau tinggal berapa lama disini?"
"Entalah, mungkin setelah perceraian kita selesai," ucap Gaara ringan.
"Apa Matsuri juga?"
"Tidak aku baru berkenalan dengannya dua tahun yang lalu," jawab Gaara ringan.
"Bagaimana kalian bertemu?"
Apa ini sesi bertanya? Gaara sedikit malas, "Dia mantan sekertarisku,"
"Kenapa ia berhenti?"
"Rasa tidak menyukainya," ucap Gaara sederhana, "Dan aku tahu alasannya,"
"Kenapa?"
"Karena ia menjodohkanku denganmu," jawab Gaara malas. Ia menutup bukunya dan menatap Sakura dengan kesal. Kenapa wanita ini banyak bicara?
"Jadi kau menyalahkanku karena tidak bisa menikah dengan Matsuri?" tanya Sakura lagi.
"Mungkin," jawab Gaara, kemudian ponsel Gaara berbunyi dengan keras, nomor tidak ia kenal, wajah Gaara tampak bingung, "Apa kau mengenal nomor ini?"
"Sial!" ucap Sakura, Sakura segera melompat ke ranjang, lebih tepatnya ke atas tubuh Gaara, merebut ponsel pria itu dengan cepat. "Ada apa?" tanya Gaara sedikit kebingungan.
"Ini nomor Tsunade!" seru Sakura.
Pintu kamar mereka terbuka menampilkan Kankuro sedang mengendong Shinki. Kankuro membatu, begitu juga dengan Sakura dan Gaara hanya terdiam, Kankuro segera menutup mata Shinki. "Dia mencarimu Gaara, kurasa aku bisa membantumu malam ini, bersenang-senanglah," ucap Kankuro.
"Daddy?" panggil Shinki tangan kecilnya memegang tangan Kankuro, sedikit merengek ingin melihat apa yang terjadi.
"Jangan ganggu ayahmu Shinki, ayahmu sedang berusaha memberikanmu adik," ucap Kankuro jahil.
"Kami masih mengenakan pakaian lengkap sialan!" erang Gaara dari kamarnya sebelum suara pintu di tutup.
"Damn Gaara! Apa keluargamu tidak tahu privasi," ucap Sakura mengutuk Gaara yang merengut di bawahnya. Ponsel Gaara berhenti berbunyi, kemudian layar ponselnya menyala kembali menampilkan layar ponselnya, mata Sakura menatapnya.
Foto Matsuri yang sedang tersenyum riang dan ada Shinki yang kesal di gendong Matsuri di layar ponsel Gaara.
Gaara memandang ponselnya begitu juga dengan Sakura, mereka saling bertatap-tatapan untuk sementara.
Sakura berharap satu tahun adalah waktu yang sebentar.
-sour-
Thankyou reader sudah memreview cerita ini, aku tertawa-tawa sendiri membaca review kalian. Karena kalian antusias dengan cerita ini, aku memberikan chapter yang panjang. Semoga kalian menyukainya. Dont be a silent reader please.
Aku tunggu review kalian lagi yah^^
Next or stop?
