Laticia

Itulah nama ku yang dulu, aku tahu siapa diriku sebenarnya setelah terbangun dari kasur rumah sakit dan hal pertama yang ku pikirkan adalah bagaimana bisa aku selamat dari hal itu

Namun kenyataan justru berkata lain, aku terbangun di dunia sepenuhnya berbeda dengan dunia ku dengan tubuh yang juga sangat berbeda dari yang ku ketahui.

Apa dan bagaimana adalah hal yang selalu ku tanyakan setiap harinya

Saat ini yang aku ketahui adalah aku di tubuh seseorang bernama Hinamatsuri Hyuuga usia 12 tahun.

Gadis kecil malang yang di kucilkan oleh satu keluarganya karena perbedaan fisik dan kemampuan membuat gadis kecil ini berusaha bunuh diri.

Namun semuanya berbeda, aku tidak bisa memaafkan perlakuan mereka pada gadis kecil ini.

Saat aku bergumama di kepalaku, aku menatap ke halaman rumah yang sangat besar ini. Pelayan kesana-kemari tanpa henti mengerjakan pekerjaan mereka dan lucu melihat mereka yang terkadang kebingungan apa yang ingin mereka kerjakan duluan.

Aku melangkahkan kakiku ke halaman belakang dimana aku bisa sedikit lebih tenang.

'Ibu, ayah, Darling'

'Bagaimana kabar kalian disana'

Tanyaku pada sebuah bunga yang bergerak di tiup angin, 'Sudah cukup lama ya? Aku rindu pada kalian'

'Apa kalian bahagia disana?'

'Hei, aku ingin bercerita banyak dengan kalian'

Ucapku di dalam kepalaku saat membayangkan bunga itu adalah mereka yang ku sayangi.

'A...a...apa...apa kalian tahu... d...disini warganya banyak yang hidup bahagia...'

Setetes air mata mengalir di sudut mataku, kenyataan pahit kembali membawaku ke dunia nyata dimana aku kembali mengingat dengan jelas bagaimana negeri kecil kami hancur di lahap perang keji hanya permasalahan yang tak sepadan dengan korban yang di tumpahkan.

Sosok pahlawan hilang di telan api dan kisah heroiknya pun hilang di makan waktu menjadi legenda yang tak pernah di percaya oleh siapapun sebagai kisah nyata.

Aku tanpa sadar menangis di halaman belakang rumah ini, walau aku sangat bersyukur bisa hidup namun kenyataan kalau mereka yang aku cintai telah hilang selamanya membuat hatiku terluka dan itu sangat sakit sekali.

Aku menangis dan terus menangis dalam diam, 'K...kumohon, maafkan aku'

'Aku gagal, aku gagal menjadi seorang pelindung kalian semua'

"Apa kau sebegitu cengengnya sampai-sampai kau menangis cuma melihat bunga"

Sebuah suara dengan intonasi sangat dalam terdengar menggema di telingaku

"S..siapa?"

Aku yang terkejut tak sempat memperbaiki penampilan wajahku langsung menatap ke sumber suara yang datangnya dari atas dahan pohon.

"?"

Yang ku lihat adalah sosok aneh.

"Apa yang kau tangis, gadis kecil?"

Sebuah rubah berekor cukup banyak berukuran seperti anjing kecil mulai melompat turun dari dahan yang anehnya

"K...kau bisa bicara!"

Terkejut melihat kenyataan ini, aku nyaris berteriak melihat rubah aneh ini.

"Heh... Apa sebegitu herannya kau melihat aku seperti ini?"

"..." Aku hanya terdiam melihat rubah ini mendekat kearahku dan dia seperti mengendus-endus tubuhku?!

"Eep... Kyahahaha ..."

Aku tertawa ketika rubah kecil ini mengendus leherku yang spontan menggelitik ku.

"Hahahahaha... j...jangan ... ... h..hentikan... hahahahahah"

"Heh... Kau tak akan bisa lepas dariku gadis kecil sampai aura kesedihanmu hilang~"

Ucap Rubah kecil itu sambil mengelus kan ekornya yang lembut ke wajahku yang spontan membuatku tertawa lepas.

Aku terus tertawa di buatnya hingga beberapa menit kemudian aku hanya bisa terbaring lemas karena tertawa sejak tadi.

"Hah...hah...hah..."

Aku terengah-engah berusaha mengendalikan nafasku

"Kau cukup tangguh untuk gadis kecil" Puji rubah kecil itu saat ia berbaring di sebelahku.

"Hey, kenapa kau bisa bicara? S..siapa dan apa kau ini?"

Tanyaku dengan penasaran ingin merasakan bulu rubah kecil ini, tanganku mulai bergerak perlahan dan mulai mengelus bulunya yang lembut sekali!

'Uaaahhhhh'

Aku tak pernah tahu kalau makhluk seperti ini ada!

"Hehehe... Apa kau takluk dengan kekuatan buluku?" Tanya rubah itu dengan nada terlalu bangga dengan bulunya. "Menjawab pertanyaan mu, aku hanya seorang Iblis biasa"

"Yo...kai?"

"Bukan 妖怪 tapi 悪魔/Demon"

"?"

Aku justru tambahan bingung dengannya

"Hah... biar ku persingkat, aku adalah perwujudan dari sosok iblis api yang memiliki wujud seperti ini. Nah, itulah aku"

"Oh!"

"Apa kau mengerti?"

(menganggukkan kepala)

"Baguslah, sebaiknya kau segera kembali, aku akan pergi"

"T..tunggu!"

"HM?" Rubah itu berbalik badan setelah melompat ke pagar bersiap pergi dari halaman belakang rumah

"A..apa kita bisa berjumpa lagi?"

Rubah itu mengayunkan ekornya pelan "Tentu gadis kecil. Sampai jumpa nanti"

Rubah itu kemudian pergi meninggalkan aku sendirian.

-0-

Pagi datang seperti biasanya dan aku duduk diam di sebuah taman dimana aku biasanya sendirian. Di rumah seperti biasanya aku terasingkan dan di lingkungan pergaulan sosial aku justru di jauhi karena statusku yang sebagai putri keluarga bangsawan di desa kecil ini.

'Bosan...'

'Lavrill, tak bisa menemaniku hari ini dan sekarang aku benar-benar sendirian'

Aku mendesah panjang, berjalan kearah tempat lain dimana aku bisa menenangkan diri mungkin adalah hal yang terbaik.

Namun sesuatu menarik perhatianku, dan itu adalah seorang anak laki-laki pirang berjalan kearah hutan yang aku tahu dimana pastinya dia akan datangi.

Aku mengikutinya dari belakang dan berharap ia tidak menyadariku

"Electrified"

Sebuah gumaman terdengar, saat aku bersembunyi sambil mengintip di balik rerumputan aku dapat melihat dengan jelas apa yang terjadi disana.

"Masih kurang"

"Aku harus lebih kuat dari sebelumnya"

'Apa yang dia katakan?'

Tanyaku di dalam kepalaku saat melihat dampak dari kekuatan sihirnya. Aku mengatakan sihir karena hanya itu yang ku tahu, jujur konsep mengenai energi spiritual dan aliran energi seperti chakra masih sangat kompleks bagiku.

Tapi aku bisa tahu pasti kalau yang dia gunakan itu adalah energi MANA bukan dari energi Chakra yang umumnya terkonsentrasi terhadap aliran chi tubuh.

'Dia berbakat dalam teknik itu'

Aku sedikit tersenyum ketika melihat bagaimana dia kebingungan terhadap kekuatannya. Aku pernah mendengar gosip kalau dia sangat payah dalam energi Chakra bahkan ia tidak bisa membentuk satu klon selama ujian di akademi.

Walau nilai akademis nya sangat bagus tapi entah kenapa perlakuan mereka terhadapnya sangat buruk sama buruknya perlakuan mereka padanya.

"Apa itu bocah yang kau suka?"

"eep"

"Jangan berisik, atau kita bisa ketahuan olehnya"

Sosok rubah kecil itu duduk di sampingku dengan tenang, aku berusaha meyakinkan diriku kalau dia tidak tahu kami disini.

Berbicara soal bocah pirang itu, siapa namanya lagi?

"Apa kau tahu sesuatu tentang dia, Rubah kecil?"

"oh? Jadi kau sekarang memanggil ku dengan sebutan hewan peliharaan mu hah?"

"Jadi aku harus memanggilmu apa?"

"hmmm~"

"Aku tak punya nama"

Mendengar jawabannya membuat dahiku sedikit berkedut karena nadanya yang terdengar main-main itu.

"Sudahlah, nanti saja kita bahas. Sekarang bagaimana menurutmu mengenai dia?"

"... Kalau ku bilang jujur. Dia sangat payah dalam mengendalikan energinya. Dia bahkan terlalu banyak membuang-buang energi saat melepaskan kekuatannya, bagiku itu kesalahan yang sangat fatal"

"Bagaimana bisa?"

"Katakan kalau kau melepaskan energi sebanyak 7 persen setiap melepaskan kekuatan menyedihkan itu, menurutmu apa dia bakal bisa bertahan dalam pertarungan nyata jika itu serangan terlemahnya bagaimana bisa dia bertahan jika berhadapan dengan musuh yang banyak?"

"..."

Cukup masuk akal, itulah yang aku pikirkan.

Aku tetap diam memperhatikan dia dari kejauhan

-0-

Hari berlalu seperti biasanya dan bocah pirang itu kembali murung ketika melihat hasil latihannya yang masih menyedihkan.

Dia berlatih tanpa henti di tempat biasanya dimana ia berusaha mengendalikan energi yang tidak biasa itu.

Apa yang ia tahu setelah bertanya dengan orang tuanya adalah ia seorang pecundang yang tidak punya bakat apapun.

beruntung ia memiliki keluarga yang peduli dengannya, jika tidak ia tak tahu lagi bagaimana jadinya dirinya.

'... Hinamatsuri, apa yang sebenarnya terjadi denganmu'

Pikirnya saat menatap jendel kamar tidur dimana ia membayangkan sosok gadis seumurannya yang tiba-tiba berubah sikap saat insiden itu.

Sebaiknya aku tidur, besok hal merepotkan pasti tambah merepotkan jika aku telat sedetik saja'

Yang ia maksudkan adalah wanita seumurannya yang mulai bersikap agak kasar dan berubah drastis dari gadis mungil imut yang ia kenal dulu.

-0-

Di lapangan pelatihan, kami para anak-anak di ajarkan teknik membunuh yang sangat berbahaya jika ini di ajarkan di duniaku dulu.

Mereka mengaggap jika teknik seperti melempar pisau tajam merupakan teknik sepele namun nyatanya itu jauh lebih berbeda jika diarahkan ke manusia.

Apa mereka tak berpikir bagaimana jadinya jika anak-anak seumurannya menggunakan teknik ini ke kawan mereka sendiri hanya alasan bercanda semata?

"Hinamatsuri Hyuuga, giliran anda"

Ucap pengajar saat giliran ku tiba

Targetku adalah boneka yang memiliki 6 titik target, sejauh ini anak-anak di kelas kami hanya mampu melempar dan mengenai satu atau dua target. Anak yang mampu mengenai dua target dari 6 adalah si pirang itu yang namanya aku lupa lagi siapa dia

Aku menatap pisau itu sejenak dan spontan jari-jari ku mengenali sensasi ini.

Sensasi memegang senjata untuk berperang dan membunuh

Dua tanganku memegang 6 pisau itu dan melemparkannya ke arah boneka yang jaraknya sekitar 9 kaki dariku atau mungkin lebih jauh?

(stab...stab...stab ...stab...stab...stab...)

Semuanya mengenai target namun aku hanya diam menatap target yang sempurna terkena serangan ku.

Saat aku berbalik menatap teman sekelasku mereka semua menatapku dengan aneh,

"Wow... a...aku sangat ter...terkesan dengan hasilmu... k...kalau begitu selanjutnya"

Guru pengajar kami terbata-bata saat melihat hasilku. Dia terlihat seperti wanita di usia 23an tapi entah kenapa kecantikannya justru membuatnya terlihat seperti berusia 18 tahunan

"..."

semua anak kelas kami masih diam dengan atmosfer aneh atau harus ku bilang kaku setelah melihat boneka targetku masih berdiri disana dengan total target semuanya kena sasaran

Hari kembali berlalu dan aku mendesah ketika melihat bagaimana kelasku seolah-olah menjaga jarak denganku, beruntung lavrill-chan masih dengan sabar menemaniku walaupun aku sesekali menggodanya dia masih tetap bersamaku.

-0-

3 Bulan berjalan dan aku masih tidak mengerti dengan sistem pemerintahan maupun pendidikan di negeri ini.

Negeri tempat aku tinggal bernama Tanah api yang dimana tempat ini bernama kota Konohagakure no Sato yang menggunakan penulisan aneh semacam simbol aneh.

"Hina-chan! Kau salah lagi!"

Protes Lavrill-chan saat melihat tulisanku yang hancur berantakan. Di dunia lamaku kami menggunakan penulisan alfabet namun di dunia ini sistem penulisan menggunakan semacam kaligrafi aneh yang aku tak pahami.

"Mmmmmm...!"

Aku menyandarkan wajahku di meja dengan pipi chubby ku arahkan ke Lavrill-chan sebagai bentuk protesku karena belajar menulis ini membuat kepalaku terasa sakit.

"Jangan begitu Hina-chan! Kau harusnya sudah bisa menulis sebelum masuk sekolah!"

"Mmmmmmmmmmmmm!"

"Hah~ Baik-baik, (pat-pat) jangan ngambek ya?"

Lavrill-chan tersenyum sambil mengelus kepalaku

"Oh ya, Hina-chan apa kau tahu kenapa Onii-chan belakangan ini sering keluar sendirian?"

"B...Bukannya aku peduli dengan dia! A...aku c..cuma khawatir sebagai adiknya!"

Protes Lavrill-chan sebelum aku bahkan bisa mengatakan apapun, ekspresi memerahnya membuatku tersenyum ingin menggodanya.

"Ara... Apa artinya diam-diam Lavrill-chan suka dengan Onii-chan? Hm~~~"

"B..Bukan begitu!"

-0-

Sepulang dari sekolah, aku dan Lavrill-chan berpisah dan seperti biasanya aku berjalan kearah lain dimana aku menghabiskan waktuku bersama dengan Kurama-chan

Aku memutuskan memanggilnya Kurama karena menurutku itu sangat imut~

Kurama-chan entah kenapa semakin menempel denganku, dia bahkan naik ke kepalaku dan tertidur di kepalaku seolah-olah itu adalah tempat tidurnya yang paling nyaman.

"Fire dragon"

Ucapku saat melantunkan alunan sihir, kekuatan sihir api itu terbilang cukup normal tapi aku belum puas dengan hasilnya.

"Masih lemah seperti biasanya tapi harus ku akui ini jauh lebih bagus dari sebelumnya"

Puji Kurama-chan diatas kepalaku. "Hmmm~ Apa begitu?"

"Kalau kau mengkonsentrasikan kekuatanmu ke energi yang mengalir di sekeliling mu, kau bisa mengeluarkan yang jauh lebih berbahaya dari ini"

"Oh! Apa kau serius, Kuma-kuma-chan?!"

"Kenapa kau malah menyebutku dengan sebutan aneh?"

"Ehhhh~ Kenapa tidak? Itu jauh lebih imut"

"Terserah mu"

(crrrrsk)

Sebuah suara terdengar.

"Ada tamu ya?" Ucap Kirana yang spontan menghilang dari kepalaku

"..."

Saat aku berbalik badan aku melihat sosok anak laki-laki dengan rambut hitam? atau mungkin kebiruan? datang dengan wajah sinis atau mungkin marah

"Hinamatsuri-sama, apa yang kau lakukan disini?"

Ucap anak itu dengan sinis. HM! Beraninya dia

Entah kenapa belakangan ini sikapku semakin terasa arogan dan keinginan untuk menginjak dia semakin bertambah besar setiap harinya.

"Apa itu menjadi masalah untukmu?"

"Tidak juga, saya jauh lebih senang kalau anda menghilang"

"Ara... sangat tidak sopan"

"Sopan tidak di butuhkan untuk putri gagal sepertimu"

"Dan? Apa itu berpengaruh apapun untukku? Pelayan-san"

Neji Hyuuga, dia adalah pelayan yang di tunjuk oleh para tetua adat yang setiap harinya dia tak pernah berhenti menghina ku.

"Tidak, justru apapun dan latihan apapun yang kau lakukan, tidak akan pernah berpengaruh padamu selain ke sia-siaan belaka"

"Dan? Haruskah aku peduli"

"... Kau cukup berubah sejak keluar dari rumah sakit, Putri palsu"

"Ara? Apa begitu? bukankah itu juga berlaku untukmu, pelayan jelata-san"

(berkedut) dia jelas terlihat kesal dengan hinaanku

"Berbicara soal kesia-siaan, bukankah dengan melayaniku dan hidup di bawah tapak kakiku merupakan nasib terburuk yang pernah kau terima dalam hidupmu, bukan begitu Rakyat Jelata-san"

"Sebaiknya kau tarik kembali kata-kata mu"

Dia sudah jelas kesal dengan hinaanku, hey aku tak berniat menghinamu! Lidahku yang mengatakan itu! Apa sih yang sebenarnya tubuh ini pikirkan?! Apa sebegitu dendamnya kau dengan dia?

"Ara? Apa itu artinya anda berani menunjukkan keberanian mu padaku? Aku tersanjung"

"Tsk!"

"Kau akan menyesali apa yang kau katakan"

"Ara...Ara...Ara..."

Neji Hyuuga melesat kearahku dengan seluruh kemampuannya, dari sikapnya ia nampaknya siap menghabisiku.

"Oh?" Aku mengelak dengan sangat sederhana bahkan tidak membutuhkan banyak tenaga untuk menghindari serangan naif itu.

"Hyah! hyah!"

Serangan kombat tangan yang cukup mematikan, aku terkesan.

Aku menghindari serangannya, dan sepertinya itu membuatnya semakin marah.

"Jangan menghinaku!"

Dia melancarkan serangan frontal yang cukup cepat namun

"ups... kau lengah"

Candaku sambil mengelak dan menjegal kakinya yang spontan membuat dia terjatuh.

"Hyah!"

"Ara?"

Neji langsung bangkit dan siap menyerangku dan sedikit terkejut saat serangan itu berhasil mengenai bahu kiri ku.

"Ha! Kau tak akan bisa menggunakan chakra dari lengan kirimu karena aku sudah menutup jalur aliran chakramu"

Ucapnya dengan nada sombong, memang benar aku terkesan dengan aliran energi di kedua tangan pelayan ini dan fakta kalau lengan kirimu terasa agak kaku semakin membuatku terkesan

Tapi.

"Fufufu"

"Apa yang lucu!"

"Fufufu"

"Fufufu"

(Buam!)

"Apa?!"

Pelayan itu terkejut ketika lonjakan energi api membara dari dalam tubuhku yang spontan membuat dia mati kutu.

"B..bagaimana bisa?"

"Nee~ jangan melamun loh~"

(shhush)

"urgh!"

Pelayan itu terkena pukulan langsung dariku yang spontan membuatnya terhempas menghantam pohon.

"Ghuk... ke.. kekuatan apa ini?"

"Fufufu... Kau naif"

Aku mendekat kearahnya, saat menatapnya yang masih tergeletak bersandar di pohon senyuman sinisku mulai keluar.

Kepribadian aneh terasa mengambil alih pikiranku, saat itu juga aku menginjak wajahnya.

"Ara~ Apa itu saja yang kau bisa? Aku kecewa denganmu, pelayanmu"

"HK... T..tak mungkin, bagaimana bisa? K...Kau harusnya..."

Kata-katanya terputus ketika aku menambah kekuatan pijakanku ke wajahnya

"Ara?~ Apa kau masih berani merendahkan ku?"

Aku berjongkok di depannya dan memberikannya tatapan berbahaya yang spontan membuatnya terdiam.

"Lain kali kau melakukan hal itu"

Aku mendekatkan wajahku ke telinganya membisikan sesuatu yang lembut namun mengesankan nada peringatan yang sangat jelas ke jiwanya.

"Aku tak segan membuatmu lebih rendah dari binatang"

Selesai memberikannya sedikit peringatan aku kembali berjalan kearah lain dengan mood bahagia yang entah kenapa tiba-tiba datang ke diriku.

Neji Hyuuga hanya bisa terdiam merinding menatap sosok gadis kecil itu yang memberikannya peringatan. 'S...siapa dia sebenarnya'

-0-

"Hinamatsuri-sama, kumohon jangan protes"

Ucap Maid yang berusaha menahanku dari keinginan untuk berontak.

"Mooou~ Hinamatsuri-sama, jika anda terus berontak bagaimana bisa kami memasangkan ini?"

"Hhhhmmmmmmm"

Aku hanya membalas dengan pipi chubby berusaha membuatnya menuruti keinginan ku.

Apa yang membuatku protes sejak tadi karena malam ini ada pertemuan antar keturunan darah murni dari setiap klan yang akan di adakan di desa ini.

Sebagai putri pewaris sah satu-satunya di keluarga Hyuuga, aku harus berpenampilan terbaik demi menjaga citra klan ini. Dan inilah bagian yang paling ku benci!

'Apa-apaan dengan semua perhiasan ini! kalau kerajaan kami punya perhiasan mahal ini kami bisa pakai untuk membangun kerajaan dan...'

Aku mulai murung sedih saat kembali mengenang kerajaan kami.

Miskin, kelaparan, di tindas, di rampas dan di hancurkan. Itulah nasib kami, mereka yang beruntung adalah mereka yang mati dan mereka yang hidup harus menjalani kehidupan neraka disana

Sebagai putri kerajaan miskin aku sudah terbiasa hidup sederhana dan dekat dengan rakyat ku tapi...

"E...eh?! Hi... Hinamatsuri-sama?! A..apa anda marah dengan saya!"

Maid langsung panik ketika aku menangis, "T...tidak... a..aku hanya..."

Tergugup bahkan suaraku tak beraturan ketika kenangan terakhirku di dunia itu.

Aku berusaha mengusap air mata yang ada di sudut mataku dan kembali tersenyum pada maid yang mengurusku.

"Jangan khawatirkan itu, aku hanya sedikit gugup"

Maid itu hanya diam sedikit takut, hingga sampai proses mendandani ku selesai aku hanya menghela nafas lega karena akhirnya selesai namun

"Tadaaa~ Lihatlah dirimu Hinamatsuri-sama!"

Maid itu membawakan sebuah cermin setinggi dengan badanku, aku bisa melihat wujud ku sepenuhnya di cermin ini.

"Kirei..."

Gumamku saat melihat sosok indah di cermin.

Seorang gadis mungil dengan gaun hitam selutut dengan style Gothic khas kerajaan di duniaku, sepasang sepatu hitam yang sama warnanya dengan gaun membuatku tak berhenti-henti mengagumi keindahan ini.

"Ini...ini aku?"

"Hum!~" Maid itu mengangguk bangga ketika melihat hasil kerja kerasnya.

Aku hanya bisa terdiam melihat bagaimana diriku yang sangat indah ini, tanpa ada perhiasan tanpa ada pernak-pernik aneh mahal namun maid ini mampu membuatku terlihat sangat anggun.

Aku sangat senang dengan dia, dia mengingatkan ku dengan sosok kakak Perempuanku dulu disana.

Di tuntun oleh maid, aku dan dia kami berjalan ke ruang tamu dimana banyak tamu telah berdatangan.

"Apa anda siap, Hinamatsuri-sama?"

Aku mengangguk sebagai jawabannya, saat dia membuka pintu saat itu juga pemandangan manusia dengan beragam pakaian mewah dan ada juga sebagian yang tradisional sesuai adat klan terlihat di sepanjang mata memandang.

"Whoa... dia..."

"Hey itu dia"

"Si putri Hyuuga"

"Whoa, dia terlihat ..."

"Cantik sekali"

Beragam pujian terdengar, telingaku terasa sedikit memanas saat mendengar pujian mereka.

Banyak mata tertuju kearahku, dan aku berusaha melawan keinginan untuk bersembunyi di belakang maid ku.

"Baiklah, karena semua telah hadir marilah kita mulai jamuan ini"

Ucap kepala klan Hyuuga yang sebagai tuan rumah dalam acara jamuan klan.

Sejujurnya aku tak tertarik sama sekali dengan hal ini, karena aku tahu apa yang sebenarnya mereka inginkan dari acara jamuan ini

Yaitu mencari calon menantu, praktik ini sudah lazim dilakukan di dunia kami dan aku tak percaya kalau ini juga berlaku di dunia ini.

Di sudut ruangan aku hanya bersandar di dinding membiarkan keramaian ini menutupi kehadiranku, hingga aku melihat sesuatu yang aneh di sampingku.

'Eh? Sejak kapan dia disini?'

Seorang gadis mungil berambut hitam duduk di lantai dengan pakaian gaun one piece berwarna terang berlawanan dengan aura yang ia tampilkan. Aura gadis kecil ini terasa, suram?

"Hey, kenapa kau duduk disitu?"

"Apa itu jadi masalah?"

Balas singkat gadis seumuranku ini. "Kalau tidak jadi masalah, maka biarkan aku sendirian" lanjutnya lagi

"Siapa namamu?"

"Kenapa kau perlu tahu?"

"Oh? Tidak ada, cuma penasaran"

"Bertanya nama orang hanya karena penasaran, itu sangat tidak sopan"

"Jadi, apa kau mau memberikan namamu kalau aku bilang aku mau berteman denganmu?"

"Mungkin"

Entah kenapa gadis ini kepribadiannya sangat cocok denganku. Aku memutuskan duduk di sampingnya yang spontan membuat dia menoleh kearahku.

"Apa tidak keberatan kalau aku duduk disini?"

"Terserah mu"

...

...

"Hey"

Ucap pelan gadis rambut hitam ini.

"Kau nampaknya sangat dekat dengan dia"

"Siapa?"

"Jangan pura-pura lupa, aku tahu kalau kalian selalu bersama"

"Sebenarnya siapa? Maaf aku tidak mengenal siapapun selain Lavrill-chan dan kakaknya yang namanya siapa lagi?"

"Ha?!"

Gadis itu langsung menoleh kearahku dengan tatapan terkejut. "Kau benar-benar tidak tahu nama dia?!"

"Bukan tidak tahu, tapi lupa. Kemarin sejak keluar dari rumah sakit entah kenapa aku jadi mudah lupa"

"Hmmmmm~"

Gadis itu tersenyum halus saat menoleh kearahku, "Namaku Satsuki. Aku datang dari keluarga Uchiha yang mewarisi tradisi dan norma kultur adat Shinto, senang bisa bertemu dan berkenalan dengan anda. Putri Hinamatsuri Hyuuga-sama"

"Ara? Anda sudah tahu nama saya?"

"Tentu saja, siapa yang tak kenal dengan putri keluarga Hyuuga yang satu-satunya memiliki rambut yang mencolok dari yang lainnya"

"Hm~ Benar juga"

Saat mendengar nama Satsuki aku teringat akan sesuatu. "Oh, kalau tidak salah kamu teman sejak kecilnya 'Dia'?"

"Hey, dia masih punya nama"

"Justru aku tidak ingat namanya lah, kenapa aku menyebutnya dia"

"Fufufu"

"Heheheh"

Kami berdua tertawa geli ketika membahas soal si pirang itu yang namanya masih sulit ku ingat.

-0-

Di aula aku dan Satsuki, berjalan kearah taman dimana kami bisa mengobrol dengan bebas.

Tanpa aku sadari seseorang mengawasi kami dari balik bayangan