"Lapangan" balas Vali singkat sambil pergi diikuti Bikou.

"Bagaimana Arthuria? Apa kita kembali ke kelas saja?" tanya Kuroka pada si gadis pirang mata hijau.

"Nanggung, ah"


Berjalan tanpa malu dengan sesekali melirik murid lain fokus belajar di ruang kelas yang dilewatinya, kedua gadis itu terus mengikuti rombongan yang dipimpin Vali di depannya.

Sesampainya di tempat tujuan dengan puluhan murid mengenakan kaos olahraga tetapi orang yang ingin dilihatnya tidak ada, remaja rambut perak itu langsung mencak-mencak merasa dibodohi temannya yang dia kenal tukang jahil di sekolah, begitu juga dengan para gadis yang mengikutinya semakin jengkel, waktunya di jam pelajaran kosong sudah terbuang percuma.

Sementara Bikou yang yakin jika remaja rambut merah, bermata violet tempo hari ditantangnya itu jadi murid baru di kelas-2, segera bertanya pada teman sekelasnya.

"Hei.. cebol, mana anak baru di kelas kalian?" ucapnya asal ceplos pada gadis rambut hitam sebahu yang tak lain adalah Sona Sitri yang lagi pemanasan.

Plak

"Mati sana!"

"Aw.. pasti sakit tuh!" Vali memegangi pipinya ngilu melihat Bikou malah ditampar Sona yang langsung melanjutkan pemanasannya dengan berlari mengelilingi lapangan.

Terus mengelus pipinya serasa terbakar, Bikou menatap teman sekelasnya dengan mata ingin menangis malu. "Sudah jelas anjir! Kayaknya ni anak gak dikasih permen sama orang tuanya!" ucapnya diakhiri candaan untuk menghilangkan rasa malunya.

"Mau kami tambahin!" ucap Kuroka diangguki Arthuria dan gadis lainnya masih menatapnya jengkel, dengan senang hati melakukannya.

"Tidak! Makasih, ini sudah cukup!" balas Bikou yang masih memegangi pipinya sakit dengan cepat mengalihkan perhatianya untuk mencari murid lain yang bisa ditanyainya dan kebetulan dia melihat Issei akan berlari melewatinya. "Oy.. mesum! Mana anak baru yang sudah nyentang mukamu..?"

Plak

"Wanjir... double kill!" mata Vali melebar ketika melihat Bikou kembali ditampar, tetapi bukan Iseei pelakunya, melainkan gadis rambut hitam mata violet yang lari pemanasan dengannya

"Iseei-kun, bukan mesum! Tapi super mesum!" ucap gadis rambut hitam itu bernama Raynare dengan tegas dan terdengar bangga.

"Ayo lanjut Iseei-kun" ajaknya menarik lengan remaja rambut coklat yang terkenal mesum itu langsung menurut karena gadis yang sudah dikenalnya dari kecil itu menakutkan apalagi dia baru saja menampar senionya.

Bikou yang kembali ditinggal sehabis ditampar, menatap Vali dengan rasa malu dan sakitnya bertambah.

"Salahku apa tadi? Kenapa dia menamparku?" ucapnya bingung karena si Issei itu memang mesum dan menurutnya panggilan mesum itu masih mendingan daripada yang diucapkan si gadis yang menamparnya.

"Itu balasan karena kau sudah berbohong!" Vali yang menganggap Bikou mengada-ngada soal si remaja rambut merah menjadi murid baru di sekolanya, berbalik ingin kembali ke kelasnya.

"Siapa yang bohong? Aku serius melihatnya tadi!" balas bikou dengan tegas meyakinkan, tapi diabaikan temannya.

Sementara remaja rambut merah yang menjadi sumber rasa penasaran mereka sampai harus mendatangi lapangan, dengan mata violetnya terus memperhatikan mereka dari atap sekolah berdiri sendirian di dekat pagar besi pembatas sisi bangunan.

"Aku tahu nilai pelajaran bagimu tidak penting sekarang!" ucap Anko baru tiba di atap menarik perhatian si remaja jadi-jadian. "Tapi setidaknya hadiri saja, agar tidak mengdapapi masalah lain yang akan menghambatmu di tim nantinya!"

Mengerti kenapa si tomboy yang baru datang langsung menegurnya, Naruto memberikan penjelasan. "Aku tidak bolos! Guru olahraga sudah memberiku izin untuk tidak mengikuti pelajarannya!"

"Serius?" ucap Anko memastikan sambil jalan ke arah si pria rupa remaja dengan raut muka tidak percaya, setahunya orang yang jadi guru olahraga itu selalu ketat pada muridnya.

"Ya! Kalau tidak percaya, tanyakan langsung pada orangnya" Naruto kembali mengalihkan perhatiannya ke arah lapangan di mana wanita berambut perak sedang memberi arahan pada murid yang jadi teman sekelasnya mengikuti pelajaran olahraga.

"Tumben dia baik!" ucap Anko ikut menatapnya sambil berdiri di samping si pria rupa remaja itu sekilas meliriknya.

"Mungkin karena aku murid baru kali"

"Tidak! Si ratu es selalu memperlakukan semua murid dengan cara yang sama. Tidak ada kata murid lama atau baru, pintar atau bodoh, jelek, cantik ataupun tampan. Kalau ada yang tidak mengikuti pelajarannya, dia pasti akan bertidak tegas menghukumnya" Anko memberitahukan sifat rekan kerjanya yang bernama Grayfia itu pada Naruto yang terkekeh mendengernya.

"Oh ya! Kalau gitu sama seperti si botak dulu!" ucap Naruto kembali teringat dengan gurunya saat masih SMA.

"Kalau si botak lebih parah!" balas Anko serius membandingkan kedua orang tersebut sambil melirik si pria rupa remaja di sampingnya. "Kau masih ingat, saat dijemur sendirian tanpa baju di siang bolong!"

"Sudah pasti..! Itu pengalaman yang tidak akan pernah kulupakan!" ucap Naruto dengan wajah terlihat kesal mengingat saat itu dia dihukum hanya gara-gara telat beberapa detik saja dan itupun terhalalangi gurunya yang masuk kelas duluan.

"Dan yang lebih parah lagi saat Kakashi..!"

"Haha.. iya iya aku ingat itu! Dia dihukum gara-gara tidak sengaja mematahkan kapur setelah ngisi soal di depan kelas!" ucap Naruto diawali dengan tawaan saat si tomboy menambahkan kenangan masa SMA-nya.

Lalu si remaja jadi-jadian itu berbalik nyender di pagar melanjutkan cerita kenangannya dengan sedikit kekehan. "..Dan kalian yang terus protes karena jawabannya benar, malah ikut dihukum!"

"Benar-benar parahkan didikan si botak dulu!" komentar Anko dengan wajah kesal mengingat cara mengajar mantan guru SMA-nya bernama Morino Ibiki itu terlalu berlebihan.

"Terus bagaimana dengamu sekarang?" tanya Naruto yang tahu jika si tomboy itu selain jadi pelatih volleyball juga merupakan guru di Kuoh Akademi. "Apa cara mendidiknya, kau terapkan pada muridmu di sini"

"Tidak mungkinlah! Mana mau aku disumpahin oleh para murid" ucap Anko cepat dengan nada tegas karena hal itulah yang dia lakukan untuk melampiaskan rasa kesal pada gurunya. "Kau juga pasti pernahkan, nyumpahin si botak?"

"Bukan pernah lagi! Sering malahan! Kau tahu sendirikan kalau aku ini payah mengerjakan soal darinya" ucap Naruto terdengar bangga dengan pengalamannya.

"Ngomongin soal guru? Kenapa kau malah ke sini? Bukannya sekarang waktunya mengajar?" sambungnya melirik si tomboy ikut menyender di pagar.

"Ya awalnya kukira kau membolos, jadi aku ke sini untuk mengingatkanmu! Tapi karena kau sudah minta izin, ya jadi tidak masalah!" ucap Anko memberitahukan alasannya.

"Oh ya.. mumpung lagi ingat, nanti kau minta formulir klub bola voli pada murid kelas-3 yang jadi managernya" lanjut si tomboy, membuat si pria rupa remaja itu malas melakukannya, lalu dengan wajah heran dia menolaknya. "Kenapa tidak langsung darimu saja? bukankah kau itu guru pembimbingnya?"

"Kalau dariku langsung, nanti mereka curiga!"

"Baiklah! Siapa namanya?" tanya Naruto yang malas berintraksi dengan gadis muda, mau tak mau harus melakukannya, ini demi membantu sahabat dan juga memancing kelompok yang sudah merubah wujud dewasanya ke bentuk remaja.

"Ophis!"

"Ophis!"

Terus mengingat nama manager klub voli yang akan diikutinya, Naruto yang sekarang ini jalan di lorong kelas-3 beberapa kali menanyakan di mana orangnya pada murid yang berkeliaran saat waktunya istirahat.

Meskipun kurang nyaman dengan keberadaan dirinya terus diperhatikan murid sekolah yang kebanyakan gadis muda, si pria rupa remaja itu sesekali mengangguk tersenyum sopan ketika berpapasan dengan mereka agar ke depannya tidak dipandang buruk sebagai murid baru dan juga junior di sana, hingga akhirnya dia sampai di depan kelas murid yang jadi manager klub voli itu berada.

"Ah..? Kau yang waktu itukan?" ucap Sairaorg sedikit kaget saat baru keluar kelasnya melihat pemain yang gabung dengan tim gagak hitam beberapa hari lalu, kini ada di depan matanya dengan tampilan mengenakan seragam Kuoh Akademi.

Dilihat dari tampilannya, ada rasa senang di hatinya karena itu berarti si remaja rambut merah yang dia dengar tidak bersekolah itu sekarang jadi murid baru di sekolahnya dan sudah pasti akan jadi rekan barunya di klub bola voli.

"Ya..!" Naruto yang masih ingat dengan remaja bertubuh kekar itu mengangguk tersenyum. "Sairaorg, kan?" ucapnya memastikan.

"Kau tahu namaku?" meski heran, rasa senang di hati remaja tubuh kekar itu makin bertambah karena bisa dikenal pemain hebat yang justru malah namanya tidak dia ingat.

"Ya, waktu itu aku dengar kalian manggil nama satu sama lain!" ucap Naruto jujur, karena dia selalu ingat dengan lawan yang membuatnya terkesan, selain itu si tomboy memberitahukan data pemainnya.

Kemudian si remaja jadi-jadian mengasongkan lengannya untuk bersalaman dengan si remaja tubuh kekar yang menyambutnya dengan baik. "Uzumaki Naruto..!" ucapnya memperkenalkan diri.

"Maaf, kalau tadi aku kurang sopan langsung memanggil namamu tanpa perkenalan dulu!"

"Tidak masalah, justru aku malah senang bisa dikenal oleh pemain hebat sepertimu!" balas Sairaorg tersenyum.

"Apa kau ke sini untuk bertemu dengan Ophis?" remaja kekar itu memastikan dugaannya, yang mana murid yang jadi manager klub bola voli itu sekelas dengannya dan dilihat dari keberadaan Naruto di sana sepertinya dia tertarik untuk ikut bergabung.

"Ya!" ucap Naruto menganguk pelan. "Tadi aku sudah nanya pada beberapa murid dan mereka bilang kalau dia ada di kelas ini" sambungnya, sambil melirik ruangan kelas dari kaca jendela yang terlihat sepi menyisakan beberapa orang saja.

"Kalau begitu biar aku panggilkan orangnya!" tawar Sairaorg berbalik melihat ke dalam kelas tepatnya pada murid perempuan rambut hitam panjang, bertubuh ramping dengan mata violet di wajah cantiknya selalu menatap dingin kini tengah duduk menopang dagunya, membaca buku.

"Oi Ophis! Ada murid yang mau gabung dengan klub voli!"

"Banci mana lagi yang ingin jadi ksatria?"

Naruto yang mendengar suara perempuan dari dalam menaikan alisnya menatap remaja kekar masih berdiri di pintu kelas. "Kenapa dia bilang begitu?"

"Jangan dianggap serius! Dia hanya lagi kesal, soalnya banyak yang bilang Kuoh Akademi itu sudah jadi sekolah khusus perempuan karena murid laki-lakinya sedikit, ditambah tahun ini yang masuk kelas-1semuanya perempuan"

Si remaja jadi-jadian mengangguk mendengar penjelasan Sairaorg yang kini kembali menatap ke ruang kelasnya untuk memanggil Ophis lagi, tapi murid yang jadi manager klub bola voli itu sudah di depan matanya.

"Mana orangnya?" tanya gadis rambut hitam itu menatap Sairaorg dengan wajah datar.

"Ini dia, namanya Naruto!" Sairaorg bergerak ke samping remaja rambut merah, membuka jalan supaya Ophis keluar dari kelas dan melihatnya dengan jelas.

"Naruto?" melihat murid laki-laki rambut merah yang baru dilihatnya, gadis cantik itu langsung menyipitkan mata violetnya.

"Kenapa tidak sekalian pakai marga Namikaze, agar sama seperti si Universaler di timnas voli jepang?" ucapnya terdengar sinis, membuat si remaja jadi-jadian sekejap melototinya karena itu julukan yang disematkan padanya sebelum berubah kebentuk remaja.

Dalam hatinya, dia berpikir gelisah. Apa dengan wujudnya sekarang masih bisa dikenali sebagai si Universaler?

"Hei Ophis, marga dia itu Uzumaki, dan jaga tuh mulut pedasmu jangan dibiasakan asal ceplos karena bisa menyinggung perasaannya!" tegur Sairaorg serius. "Apalagi dia itu murid baru, jadi belum tahu sifatmu gimana!"

"Tidak apa-apa senpai!" mencoba tetap tenang, si pria rupa remaja itu menyembunyikan sifat dewasanya dengan berprilaku sopan terhadap remaja yang jadi seniornya di sekolah.

"Oh!" Ophis terlihat tidak peduli dengan ucapan Sairaorg. "Kau yakin ingin gabung dengan klub voli?" ucapnya melirik wajah murid baru yang sekilas terlihat mirip dengan pemain timnas voli jepang yang diketahuinya sudah meninggal setahun yang lalu.

"Ya!"

"Kenapa kau ingin gabung? Apa kau tak pernah dengar jika tim voleeyball putra Kuoh itu cuma sekumpulan pecundang yang jadi banci karena tidak bisa bersaing dengan tim lainnya?"

"Hei Ophis, aku tahu kau kecewa dengan kami karena sering kalah! Tapi tidak seharusnya kau terus mengatai kami! Terlebih lagi kau juga bagian dari klub" si remaja bertubuh kekar itu merasa tersinggung atas ucapan managernya.

"Makanya perbaiki reputasi kalian agar tidak dianggap remeh lagi!" balas Ophis, membuat Sairaorg diam karena itu sulit bagi timnya meski sudah latihan keras.

"Kalau aku bilang ingin memperbaiki reputasi tim Kuoh Akademi, apa itu akan jadi masalah?" ucap Naruto memberitahu alasannya masuk klub voli.

Ah benar juga! Kalau ada dia, pasti situasinya akan berubah! Pikir Sairaorg melirik murid baru itu mendadak merasa tidak sabar ingin segera main voli bersamanya.

"Oh! Ternyata kau punya jiwa ksatria rupanya!" ucap Ophis masih dengan wajah datarnya lalu dia berbalik pergi. "Kalau begitu sekarang ikut denganku untuk minta formulirnya pada Anko-sense!"

Meskipun sudah menduga ujungnya pasti balik lagi pada si tomboy, Naruto menghela napas untuk menahan rasa kesalnya karena dipermainkan.

Mengikuti gadis muda rambut hitam panjang di depan yang menurutnya terlihat ideal dengan perawakan ramping, tidak tinggi dan juga tidak pendek untuk gadis seusianya ditambah lagi tadi sekilas melihat tonjolan lemak di dadanya juga tidak terlalu berlebihan, dan ro... oh sial!

Sadar jika dirinya sekarang ini seperti penguntit mesum, si remaja jadi-jadian itu mempercepat langkah kakinya agar bisa jalan berdampingan dengannya untuk menjaga kesucian matanya agar tidak jelalatan.

Meskipun kurang nyaman terlalu dekat dengan gadis muda di sampingnya terlihat terganggu dan menjadi pusat perhatian murid lain saling berbisik melihat mereka, menurutnya ini lebih baik daripada sebelumnya.

"Kenapa kau mengikuti kami?" ucap Ophis pada Sairaorg yang kini telah membuatnya berada di tengah merasa sedang dikawal.

"Untuk mengawasimu, agar tidak berbuat hal yang aneh-aneh" balas si remaja tubuh kekar itu sebenarnya ingin memastikan si remaja rambut merah jadi anggota baru di klub voli. "Sekalian nanti mau ngajak Naruto berkeliling melihat sekolah kita"

"Memangnya dia mau ditemani gorila berotot mengerikan sepertimu?"

"Daripada kau wanita tukang ngayal!"

"Dasar moster otot!"

"Otaku!"

"Kau si otak otot!"

"Otaku!"

"Gumpalan otot!"

"Otaku!"

"Otaku!"

"Otaku!"

"Otaku!"

"Otaku!"

Mendengarkan kedua murid yang bersamanya itu saling mengejek, Naruto merasa diingatkan kembali dengan masa lalunya yang tidak jauh berbeda seperti mereka, di mana saat itu dia yang sering mulai duluan sampai membuatnya dijuluki si pembuat onar oleh teman kelasnya.

"Kau..!"

"Kalian jangan berisik, nanti guru yang lainnya marah!" tegur Anko menghentikan Ophis yang ribut dengan Sairaorg. "Ada apa ke sini?" lanjut si tomboy pura-pura tidak tahu niat kedatangan mereka.

"Bu, dia Naruto, murid baru yang ingin gabung dengan klub voli kita!" ucap Sairaorg membuat Ophis menatapnya kesal. "Diam kau gumpalan otot..!Itu tugasku tahu!"

"Hieh? Kenapa tadi sebelum aku ngomong, kau malah diam saja, Otaku?"

"Terus kenapa kau ikut campur tugas orang, Otak otot?"

"Aku hanya membantu!"

"Siapa yang butuh bantuanmu?"

"Sudah kubilang jangan berisik!" tegur Anko lagi membuat Ophis dan Sairaorg diam. "Kalian ke sini ingin minta formulirnyakan?"

"Ya, Bu!" balas Ophis cepat sebelum didahului Sairaorg lagi.

"Tunggu sebentar, biar aku ambilkan dulu!"

Beberapa menit kemudian setelah menerima formulirnya tanpa ada intraksi antara Naruto dan Anko yang sedang pura-pura tidak kenal, Sairaorg langsung mengajak si murid baru ke kantin sebagai awalan melihat-lihat sekolahnya, selain itu si remaja kekar itu merasa lapar.

Meski sempat ditolak Naruto yang tidak ingin terlalu banyak intraksi dengan murid lain di luar klub voli, akhirnya Sairaorg bisa mengajaknya setelah bilang makanan di sana itu sangat enak terutama ramen dengan berbagai macam rasa.

Namun Ophis yang biasanya jarang ke wilayah kantin apalagi bersama murid laki-laki, saat ini dengan langkah anggun dan mata violetnya itu menatap dingin murid lain memperhatikannya, berjalan seperti dikawal Sairaorg dan si murid baru.

"Dasar Otaku...! Gara-gara kau, kita jadi pusat perhatian kan!" kali ini Sairaorg yang merasa terganggu dengan keberadaan Ophis.

"Abaikan saja dan anggap mereka itu penduduk yang sedang menyaksikan kedatangang sang ratu dari kerajaan yang mereka tinggali dengan kalian para ksatrianya!" dengan kepercayaan diri yang tinggi, Ophis menenangkan Sairaorg yang malah berkeringat dingin mendengarnya.

"Anjir... khayalanmu benar-benar menakutkan, Otaku!" komentarnya, tapi Ophis tidak peduli.

Sementara si pria rupa remaja yang terkekeh mendengarnya segera menoleh ke sisi yang kosong, menutup mulutnya hampir tertawa lepas dengan sebelah tangan sambil berpikir.

Bagaimana bisa? Gadis muda yang awalnya dikira angkuh karena tatapan matanya selalu memancarkan hawa dingin memandang orang lain rendah dengan wajah tanpa ekspresi.

Nyatanya gadis yang lucu, menganggap dirinya seperti tokoh penting yang ada di cerita fantasi. Dan mungkin inilah alasan kenapa si gumpalan otot memangilnya dengan sebutan Otaku.

Sungguh di luar dugaan.

Menormalkan dirinya kembali dan terus jalan bersama mereka sampai waktu istirahatnya habis hanya dengan berada di kantin, Naruto yang sekarang ini berada di kelas, menopang dagunya bosan mengamati gurunya di depan menerangkan pelajaran yang sebagian samar-samar masih diingatnya.

Menggerakan pulpen dengan tangannya yang bebas, si remaja jadi-jadian itu mencorat-coret bukunya dengan menggambar sesuatu untuk mengusir kebosanannya sambil menunggu bel terakhir bunyi tanda pelajaran di kelasnya telah usai dan dia bisa segera ikut latihan voli di hari pertamanya gabung.

Mulai teringat dengan kebiasan lamanya saat masih sekolah dulu, sekarang dia terlihat asik sendiri sampai tidak menyadari jika tingkahnya itu sudah menarik perhatian murid lainnya.

"Cih..! Nambah lagi satu orang pengganggu di kelas!" gumam Sona sekilas melirik murid baru berambut merah yang pernah dilihatnya tempo hari saat pulang belanja hampir menabraknya.

Sedangkan Issei yang pernah kecentang bola keras dari jumping servicenya dan kini menjadi teman sekelasnya merasa iri karena cuma gitu saja sudah banyak yang memperhatikannya, bagaimana nanti kalau dia memperlihatkan kemampuannya saat bermain voli.

Beberapa menit kemudian, pelajaran di kelas pun berakhir dengan para murid perempuan yang gercep membereskan barang bawaannya ke kantong langsung menyerbu si murid baru untuk mengajaknya pulang bareng.

Meskipun benar-benar kurang nyaman dengan kelakuan gadis muda zaman sekarang terlihat agresif tanpa peduli pada batasannya, Naruto, sebagai pria dewasa yang baik mencoba tetap tenang untuk tidak membentak mereka apalagi memanfaatkan situasi untuk melecehkannya.

Dengan senyuman yang selalu tunjukkan pada para pergemarnya dulu, si pria rupa remaja itu menolak ajakan mereka dengan halus. Tetapi para gadis muda itu malah makin bar-bar ingin mengajaknya pulang. Bahkan ada yang bilang ingin membungkusnya langsung untuk dibawa ke rumahnya sendiri.

"Benar-benar pengganggu!" gumam Sona yang meliriknya sebelum keluar kelas.

Bruk

Menabrak seseorang di pintu kelasnya, si gadis rambut hitam sebahu itu spontan melihat siapa orangnya. "Kalau jalan pakai mata cebol!" ucap orang itu ternyata Sairaorg yang merupakan seniornya.

"Kau yang ngalangin jalan dasar, otot gorila..!" balasnya tak ingin kalah "...Dan jalan itu pakai kaki, bukan pakai mata!" sambungnya kembali meneruskan jalannya setelah menendang kaki Sairaorg yang tumben mendatangi kelasnya.

"Hieh dasar cebol" ucap remaja tubuh kekar itu kesal diperlakukan tidak sopan oleh juniornya yang sudah pergi. Kemudian dia meneruskan niatnya datang ke kelas-2.

"Oi.. Naruto ayo! Katanya ingin pergi bareng!" ucap Sairaorg tambah kesal melihat si murid baru yang ingin diajaknya ke lapangan voli di sekolahnya itu malah terlihat asik dikrumuni murid perempuan.

"Ya, tunggu senpai" ucap Naruto menjaga jarak dari krumunan gadis muda yang mengajaknya pulang bersama. "Maaf ya aku pergian duluan!" sambungnya mengangkukan kepalanya sekali tersenyum lalu pergi menghampiri Sairaorg di luar.

"Naruto-kun tunggu! Kenapa kau lebih memilih bersama Sairaorg-senpai daripada kami?" ucap salah murid tidak terima dengan keputusan si murid baru idamannya.

"Apa Naruto-kun memiliki sifat menyimpang?" murid lainnya dengan gamblang mengucapkan asumsinya karena sudah ditolak, membuat si pria rupa remaja yang paham akan maksud hal itu langsung berhenti dan menatapnya.

"Tapi kenapa harus Sairaorg-senpai? Bukankan masih ada senpai lain yang lebih tampan?"

Sairaorg yang juga paham kenapa para murid perempuan itu bisa berucap demikian segera masuk menyusul si murid baru yang berhenti di depan kelas.

"Cih.. dasar gila kalian! Aku mengajak dia pergi untuk menghadiri klub bola voli! Bukan pulang bareng!" jelasnya jengkel. "Lagipula kalau laki-laki pulang bareng, apa itu aneh?"

"Ayo Naruto, kita pergi!" ucap remaja kekar itu lagi sambil berbalik jalan keluar lalu dia melihat si mesum masih ada di sana. "Kau juga Iseei, kenapa diam saja, ayo pergi bareng!"

"Ya senpai!" balas Iseei menurut.

.•.

Tap Tap Tap

Berjalan tergesa-gesa dengan wajah cantiknya terlihat kesal, Sona yang merasa dirinya telat menghadiri klub bola voli terus mengoceh menyalahkan temannya yang lari dibelakang.

"Buruan Rias, nanti pelatih marah!" ucapnya pada gadis rambut merah, berdada besar kini terlihat kepayahan.

"Tidak bisa! Kau tahukan, barusan aku habis makan!" balas gadis yang dipanggil Rias itu dengan tatapan mata birunya memohon minta pengertiannya.

Tetapi Sona tidak peduli. "Lagian, kenapa kau makan sebelum latihan!" dan itu membuat si gadis merah kesal. "Sudah dibilangin ikh, waktu istirahat aku tidak sempat makan karena harus ngerjain PR yang belum selesai!"

"PR itu dikerjain di rumah, bukan..."

"Ya.. aku tahu dasar cerewet!" ucap Rias makin kesal Sona masih saja terus menyalahkannya.

Bledugh

"Tuh kan latihannya sudah dimulai" ucap Sona yang sedari tadi kesal karena sudah telat hadir mempercepat langkah kakinya berjalan menuju bangunan di dalamnya merupakan lapangan voli.

"Kyaaaa Naruto-kun"

"Sepertinya banyak orang" sambunnya saat mendengar teriankan dari dalam, tetapi tanpa diduga, Rias langsung menyalipnya dan masuk duluan.

"Eh? Tumben rame?" ucapnya heran melihat banyak murid perempuan yang menonton kali ini, lalu dia melirik remaja rambut merah yang baru dilihatnya itu melopat tinggi menyambut bola umpan dari Saji yang merupakan teman sekelasnya.

Bledugh

"Wau...!"

.•.

Tobecontinue.


Sekian dan terima kasih.