Dislcaimer :
Naruto Masashi Kishimoto
Highschool DxD Ichiei Ishibumi
Dan unsur-unsur lain dari anime, novel, game, buku, dll adalah milik creator mereka masing-masing, not me.
Warning : Bahasa, Tanda baca, Typo, Many Element from Anime, Novel, books, etc.
Chapter 4 : Ruined Day
Abu-Abu... Langit serba abu-abu...
Naruto terdiam dengan diatas sebuah platform batu dengan latar lautan lava yang menguap-uap. Ia mengingat dirinya sedang tertidur pulas malam ini, tapi dia tiba-tiba terbangun di tempat seperti ini.
Naruto ingin menyimpulkan kalau ia dipindahkan paksa dengan kemampuan seperti Dimensional Lost, namun ia membuang kemungkinan itu karena ia tidak akan langsung berada pada posisi berdiri dan bangun seperti ini.
Ia di dalam dimensi realitas semu, dengan kata lain dunia mimpi. Ada yang mencari gara-gara dengan mimpinya.
Klang!
Dari dalam paltform batu itu, empat buah rantai dari berbagai penjuru muncul dan melilit Naruto.
"Apa maumu? Dewa mimpi, Morpheus?"
Naruto berkata dengan datar, meskipun ia sedikit kesakitan karena ikatan erat rantai itu. Sebagai Dewa mimpi, Morpheus mampu mengendalikan tingkat rasa sakit dari mimpinya. Tentu saja itu hanya akan meninggalkan luka psikis.
"Hahahaha! Hebat sekali kau langsung bisa mengenaliku, Heaven Eyes." Sesosok pria dengan jubah dan hoodie serba hitam muncul di depan Naruto. Menampakkan wajahnya yang pucat pasi dengan mata merah darah.
"Oh, aku tersanjung kau mengetahui mata Heaven Eyes milikku ini, biar kutebak, pasti Hades yang memberitahumu bukan?" Naruto berkata dengan nada sarkrastik dengan mata bercahaya emas redup.
"Ah, jadi itu matamu? Menarik, bahkan bisa menembus melalui domain mimpiku, tapi jangan menggertak, Hades bilang matamu tidak memiliki kemampuan offensif apapun, hahahaha." Balas Morpheus tertawa.
"Benar Hades huh? Dewa sialan itu, meski begitu, dia tetap dibutuhkan didalam hierarki Yunani,"
"Tetapi, kesabaranku sudah hampir habis sekarang, pertama mengirimkan grim reaper, lalu sekarang ini..."
"Sayang sekali Morpheus, aku tidak berniat berlama-lama disini." Ujar Naruto menajamkan matanya pada dewa mimpi itu.
Morpheus hanya menyunggingkan bibirnya. "Heh, kau tidak punya otoritas disini, dan meskipun kau bisa menggunakan matamu, kau tetap tidak memiliki kekuatan offensif apapun!"
Naruto tertawa kecil dengan mata emasnya yang menatap lekat ke Morpheus. "Realitas mimpi ini bisa dianggap sebagai dimensi lain, selama aku melihatmu dan tahu persis posisimu, itu sudah cukup."
"Apa maksudmu?" Morpheus mengangkat alisnya heran. Ia tinggal menunggu sampai Hades datang dan ia akan membawa jiwa anak ini. Meskipun ia tidak bisa memisahkan jiwa yang tertidur, namun domain Hades bisa melakukannya, karena kondisi tidur bisa disamakan dengan mati.
Namun sepertinya rencananya tidak akan berhasil dengan mudah
Sebuah suara raungan melengking dengan frekuensi tinggi tiba-tiba muncul dan mengisi alam sunyi itu.
"A-apa? Apa yang terjadi? Apa itu?" Morpheus terkejut.
Naruto terkekeh pelan. "Meskipun ada cara lain untuk keluar, yakni dengan meledakkan seluruh sihirku disini, tapi aku ingin membuat dewa mimpi merasakan mimpi terburuknya."
Ia lalu berkata dengan tenang namun dengan killing intent yang besar.
"Kemarilah, Aku punya bahan buruan untukmu, Nazca God, Gegoglyph of the Killer Whale!"
Garis-garis ungu berbentuk paus pembunuh dengan ukuran luar biasa luas terbentuk di langit abu-abu pekat itu.
"N-nazca G-god?!"
Dari garis-garis ungu itu keluar seekor hewan mirip paus Orca dengan tubuh berwarna hitam, bagian perut ungu pekat dan garis-garis ungu bermotif aneh di sekujur tubuhnya. Monster itu keluar berenang di langit dimensi mimpi itu.
"Nazca God, Geoglyph of the Killer Whale, itulah familiarku, meskipun aku sendiri kurang tahu apakah dia bisa disebut 'God' atau tidak."
Morpheus terhenyak. Sepanjang hidupnya ia belum pernah melihat makhluk sebesar ini, bahkan Typhoon sekalipun tidak sebesar ini.
Tapi kemudian ia tersenyum licik. "Bodoh sekali kau menantangku didalam domainku sendiri bocah, aku akan menjatuhkan familiarmu dengan mudah!"
Di dalam domain mimpinya ini, Morpheus bisa dengan mudah memanipulasi kenyataan di sekitarnya, membuatnya bisa memberikan mimpi terburuk maupun terindah, meskipun tetap saja, semuanya hanya mimpi yang akan cepat terlupakan oleh manusia.
Morpheus hanya mengangkat tangannya santai. Ratusan paku-paku raksasa terbentuk di sekitar Nazca God itu dan masing-masing melesat untuk menusuknya.
Morpheus kembali melebarkan senyumnya saat melihat ratusan paku raksasanya menusuk tubuh paus pembunuh itu.
"Aku men... ang?" Senyumannya berubah menjadi kebingungan saat melihat sang Killer Whale berenang dengan santai melewati paku-paku itu, karena semua paku itu hanya menembusnya.
"Apa yang terjadi?"
Paus itu melengking keras dan bola-bola cahaya ungu tercipta di atas kepalanya. Bola-bola itu berubah menjadi laser dan menuju kearah Morpheus.
"S-sialan!"
Morpheus memunculkan dinding batu untuk menahan serangan itu. Ledakan terjadi dan mementalkan tubuh sang dewa mimpi.
"Bagaimana bisa?! Melukaiku di duniaku sendiri?!" Morpheus dengan marah memunculkan dua buah bola mirip matahari. Ia melemparkan bola energi itu kearah paus yang masih tenang berenang di langitnya itu. Harga dirinya sebagai dewa mimpi sedang dipertaruhkan disini.
Bola matahari itu membesar saat hampir mencapai tubuh paus itu. Naruto hanya menghela nafas pelan.
"Keluarkan aku dari sini sekarang!" Perintahnya.
Paus itu merespon perintah tuannya dengan raungan kencang lalu mengubah haluan renanganya menuju ke Morpheus dengan cepat, ia mengabaikan kedua bola matahari yang hampir mencapainya.
Morpheus membulatkan matanya saat melihat dua buah bola mataharinya meleset dari jalur lurus yang sudah ia pastikan mengenai makhluk itu. Tidak, serangannya tidak mungkin meleset dari tubuh berukuran gigantic itu.
Tapi, ia melihatnya, saat hampir menyentuh tubuh Paus itu, kedua bola mataharinya langsung membelok seolah menghindari paus itu.
Dan kini, ia dihadapkan dengan paus pembunuh berukuran gigantic yang berada tepat didepan matanya dan hampir menghancurkan tubuhnya dengan kepalanya jika tidak dipisahkan oleh jarak belasan meter dan terus mendekat.
"Sialan!!"
Namun ia bereaksi dengan cepat dan melepaskan otoritasnya pada Naruto, secara langsung menghancurkan alam mimpi itu dan mengembalikan Naruto ke dunia nyata.
.
.
.
Sigh!
Naruto terbangun diatas ranjangnya. Ia sedikit berkeringat namun akhirnya ia menenangkan dirinya dengan tarikan nafasnya.
Ia sedikit mengeratkan giginya kesal. "Hades sialan, kau benar-benar ingin bermain-main denganku huh?"
Naruto menciptakan lingkaran sihir kecilnya dan memunculkan sebuah gulungan yang sudah sangat usang. Gulungan itu terbuat dari benda mirip kulit hewan berbulu dengan tali pengikat yang terbuat dari akar pohon.
Naruto tersenyum lebar melihatnya. Baginya gulungan ini merupakan benda paling langka dan tertua yang ia miliki. Berisi sihir-sihir kuno yang jumlahnya dapat dihitung dengan jari.
Tidak, itu bahkan jauh lebih kuno lagi. Prototipe sihir yang muncul jauh sebelum konsep sihir ataupun 'dewa' telah muncul. Sihir yang digunakan oleh sekelompok makhluk mirip manusia di era setelah kehancuran besar di bumi.
Naruto sendiri tidak mengetahui namanya, namun ia menyebutnya sebagai Shamanism Magic. Dan disini, ada salah satu sihir yang membuatnya tertawa kecil.
Pengembang shamanism ini pasti berada di era dimana roh nenek moyang mereka, roh-roh terhormat keluarga mereka masih dipuja. Dan shamanism magic ini mereka ciptakan untuk tetap terhubung dengan roh-roh tersebut dan mendapat kebijaksaan dari mereka.
Naruto menghabiskan tahunan hidupnya untuk menerjemahkan simbol-simbol kuno yang jadi aksara ini, sekaligus mempelajarinya. Dan disinilah dia, menatap pada satu jenis sihir yang menurutnya akan membuat Hades benar-benar tercengang.
Naruto menyeringai dan menerjemahkan arti simbol-simbol aneh itu. "Impure World Reincarnation... hahahaha!"
.
.
.
.
Naruto menyelesaikan sarapan 'biasanya' dan menata seluruh bungkusan 'lauk'nya kedalam sebuah kulkas kecil yang ada di sudut ruangan.
Instruksi dari Michael belum juga diterimanya, jadi ia berpikir hari ini adalah hari libur lain untuknya.
Ia berniat untuk melakukan eksperimen terkait formula sihir yang sedang ia kembangkan baru-baru ini.
"Shaman Magic, sihir terdekat dengan awal mula planet ini, semua rahasia dunia ini dimulai dari sana, setelah hampir mati melawan Tezcatlipoca, aku langsung menyadarinya... Dewa Aztec itu... dia benar-benar berbeda dari dewa lainnya, ada yang aneh darinya, dan mungkin seluruh pantheon Aztec lainnya."
"Lalu, pertemuanku dengan pendeta hitam di Mesir kuno itu... bahkan Ra-sama dan Anubis-sama tidak mengetahui perihal pendeta itu, tapi kata-katanya, lalu perihal laba-laba yang tertidur itu, bahkan mataku tidak mampu melihatnya..."
Ia berniat mengambil beberapa perlatan sihirnya, namun sepertinya rencananya tidak akan berjalan dengan baik.
Ting!
Untuk kedua kalinya pagi ini, bel rumahnya berbunyi.
Naruto membuang nafas. Dengan masih mengenakan pijama biru muda dengan motif pusaran air, ia membuka pintu itu.
"Aku tidak ingat sedang mengenyam pendidikan sekolah hari ini." Ujarnya melihat tiga orang di depan pintunya.
Mereka adalah Issei, Asia, dan seorang gadis lain berambut hitam dengan kacamata. Mereka semua memakai seragam SMA.
"Naruto-san! Selamat Pagi! Apa kau sedang ada kerjaan hari ini?" Tanya Issei sedikit gugup.
"Oh? Tidak, aku sedang nganggur, ada apa kalian menemuiku?" Tanya Naruto.
"Ah! Sebelum itu, aku ingin memperkenalkanmu, dia adalah Fuku-Kaichou di SMA Kuoh, Tsubaki Shinra-senpai." Ucap Issei menunjuk pada gadis berambut hitam dan berkacamata itu.
"Senang bertemu denganmu, Uzumaki Naruto-san." Ucap Tsubaki menunduk sebentar.
Naruto membalasnya dengan anggukan. "Jadi, Issei, ada lagi yang ingin kau sampaikan?"
Issei menatap Naruto serius. "Aku datang atas perintah Buchou, Naruto-san, aku mohon tolong ikut kami ke SMA Kuoh." Ujar Issei membungkukkan badannya.
"Saya datang atas perintah Sona Sitri-Kaichou, saya mohon agar Naruto-san bersedia datang ke SMA Kuoh bersama kami." Ujar Tsubaki
"B-benar! Buchou berharap kedatanganmu, Naruto-san!" Asia juga membungkuk mengikuti Issei.
Naruto menatap mereka bertiga sebentar. Ia menganggukkan kepalanya sambil tersenyum kecil. "Baiklah jika kalian sebegitunya memohon." Ujarnya.
Issei langsung menegakkan badannya. Ia tidak menyangka akan semudah ini. Ia langsung memegang tangan Naruto dan menariknya untuk memandunya menuju Kuoh.
"Ouchhh!!!"
Namun sebuah hantaman di kepala membuatnya meringis kesakitan.
Naruto mendengus. "Setidaknya biarkan aku ganti baju, aku tidak mau dilihat seperti gembel yang baru berbuat kejahatan."
Issei memberi anggukan malu saat menyadari Naruto masih dalam pijamanya.
.
.
.
Kuoh Academy Occult Research Club
Yang pertama Naruto cium adalah bau teh saat memasuki ruangan klub yang sama sekali 'tidak' mencurigakan itu.
Ia melihat semua anggota peerage Gremory yang ia temui di malam itu, ditambah dengan seorang gadis berambut hitam lainnya dengan kacamata.
"Selamat datang, Naruto-san." Ujar Rias menyambut tamunya itu. Akeno berdiri dan menunjukkan tempat duduk untuk Naruto di sebuah sofa yang berhadapan satu sama lain.
Naruto memberikan anggukan dan duduk disana. Di depannya, disebelah kiri ada sofa yang diduduki Rias dan di sebelah kanan ada sofa yang diduduki gadis berambut hitam itu.
"Naruto-san, aku yakin kau tahu kenapa kami memanggilmu kemari bukan?" Ujar Rias membuka percakapan.
"Tipikal Landlord Iblis, lumayan arogan." Naruto hanya mengangguk. Tatapan dan wajahnya tetap tenang.
"Aku dipanggil oleh Iblis yang menguasai kota ini dengan tangan hitam karena membereskan rerumputan liar yang lolos dari mata kalian bukan?" Balasnya.
"Terimakasih." Ia juga mengucap terimakasih saat Akeno menghidangkan secangkir teh di mejanya.
"Benar, aku yakin kau tahu kalau tempat ini berada di bawah yurisdiksi keluarga Gremory dan Sitri, kau tidak boleh seenaknya membasmi Iblis liar disini." Ujar Rias.
Naruto menyesap tehnya dan meletakkannya kembali.
"Dengan logika yang sama, aku bisa memenjarakan kalian karena eksistensi kalian sebagai iblis dari Underworld yang memasuki wilayah yurisdiksi Kuoh." Balas Naruto singkat.
"Benar, maafkan logika temanku, namun karena ini urusan mengenai dunia supranatural, maka seharusnya hukum dunia supranatural bersamalah yang disepakati, dan aku yakin perihal Iblis liar telah disetujui oleh ketiga fraksi sekalipun." Balas Sona.
"Point yang bagus, Sitri, namun seperti yang kau bilang tadi, kesepakatan... seperti traktat luar negeri, manusia juga ikut andil dalam dunia supranatural, sayangnya pemerintah kota ini tidak tahu menahu mengenai hal supranatural dan karenanya, secara langsung dapat dikatakan tidak mengakui hukum yang kau maksudkan, selain itu, kesepakatan itu tidak memiliki kekuatan mengikat."
"Lalu soal tadi, Asosiasi sihir modern yang ada di London adalah salah satunya, aku paham kalian bertanggung jawab pada rumput liar yang sudah kalian buang kemari, tapi sayangnya rerumputan liar itu telah menggerogoti kebun kami para manusia."
"Supranatural atau tidak, urusan kalian sudah menjadi urusan kami." Balas Naruto mengambil satu lagi tegukan pada tehnya.
Sona terdiam. Ia tahu manusia di depannya juga memiliki poin yang benar. Faktanya, bahwa mereka datang semenjak berdirinya SMA ini. Selain itu, hubungan mereka dengan pemerintah disini hanya sebatas izin pendirian SMA.
Selain itu, mereka tidak berpikiran penting untuk mengadakan perjanjian supranatural karena pemerintah disini terus berganti-ganti. Dan disaat itu mereka tidak memiliki waktu untuk mencampuri politik manusia saat politik dunia mereka sedang kacau karena perang saudara.
Naruto hanya memandangi wajah terdiam Sona dengan datar. "Jangan mencoba membohonginku, mataku bisa melihat semuanya." Ujar Naruto singkat, meski mereka tidak tahu apa maksudnya.
"Oke Oke, tapi setidaknya beri kami informasi, mungkin kita bisa bekerja sama karena memusnahkan iblis liar itu juga tugas kami." Balas Sona.
"Apa yang dikatakan Sona benar, Naruto-san, setidaknya aku ingin kau bersikap kooperatif terkait masalah iblis liar disini." Tambah Rias.
Naruto hanya menggelengkan kepalanya. "Aku tidak hanya memusnahkan... aku juga menilai, sesuatu hal yang tidak bisa kuserahkan pada sekelompok bocah seperti kalian." Ujar Naruto.
Ia kemudian melihat mereka. "Sama seperti kalian yang menerima tugas dari Maou, aku juga menerima tugas dari seseorang yang aku berhutang nyawa padanya."
"Tugas semacam apa?" Tanya Sona.
"Sebut saja untuk menilai dan memusnahkan seluruh 'Unneeded Evil' dari dunia ini, sesuatu yang tidak akan mampu kalian lihat." Balasnya.
"Jadi, tinggalkan masalah Iblis liar padaku, maka aku berjanji tidak akan mencampuri urusan Iblis seperti kalian tanpa 'diundang', itulah janjiku." Ujar Naruto.
Sona sedikit memincingkan matanya. "Maksudmu, apa kau ada maksud mencampuri urusan Iblis seperti kami di masa depan?"
Naruto hanya menutup matanya dan tersenyum kecil.
"Aku akan membiarkan sesuatu seperti yang terjadi pada Hyoudo Issei sebagai sesuatu yang 'kuputihkan'."
Issei yang mendengarnya hanya memasang wajah bingungnya. Perkataan Naruto juga mengundang tatapan heran dari seluruh pasang mata disana.
"Apa maksudmu Naruto-san?"
"Rias Gremory dan Queenya, Akeno Himejima telah menaruh perhatian pada Hyoudo Issei karena Longinus miliknya, untuk itu mereka membiarkannya mati ditangan Da Tenshi Raynare lalu mereinkarnasikannya sebagai Iblis Gremory dengan delapan bidak pawn."
Mereka terkejut mendengar ucapan Naruto. Ia mengatakan garis besarnya dengan tepat tanpa meninggalkan poin-poin pentingnya.
"B-bagaimana bisa kau tahu? K-kau baru pindah kesini bukan?!" Rias tidak bisa mendengar keterkejutannya.
Naruto terkekeh pelan dengan mata yang masih tertutup. "Mah, karena aku baru menggunakannya pagi ini, kurasa jika hari ini aku sedikit melepaskannya tidak akan apa-apa." Ujar Naruto membuka matanya. Menunjukkan mata emas yang menggantikan mata birunya.
"Aku bisa melihat semuanya, ah! Aku melihat semut kecil yang berada di rambutmu, Koneko-san, lalu aku juga melihat kakak kalian, Sirzech Gremory dan Serafall Leviathan sedang menandatangani dokumen, lalu... Great Red yang malang kesepian disana, lalu... ada Voyager 2 yang berada sedikit jauh diluar tata surya... lalu... aku melihatmu Issei, sedang mengintip di pemandian di dunia yang penuh dengan ninja dan hewan aneh."
Naruto mengatakan semuanya dengan wajah yang tidak bisa dibaca. Antara kekosongan atau ketenangan yang 'tidak manusiawi'.
"Apa maksudmu? Apa kau berniat membual atau membohongi kami dengan kata-katamu?" Tanya Rias tidak memercayai ucapan Naruto.
"N-Naruto-san, soal yang tadi, aku senang-senang saja menjadi Iblis, aku akan bisa mewujudkan impianku menjadi raja harem, dan aku juga mendapat keluarga baru yang baik seperti Ko—"
"Lalu bagaimana dengan keluarga lamamu?"
Ucapan Issei terhenti oleh balasan dari Naruto.
"Bagaimana dengan Ayah dan Ibumu? Aku tahu, mereka sangat kesulitan memiliki anak, dan kau adalah satu-satunya harapan mereka dimasa senja,"
"Tidak seperti peerage Gremory lainnya, hanya kaulah yang masih terikat dengan hubungan itu, jadi katakan padaku, bagaimana kau akan memberitahu mereka? Kau tahu menyakiti mereka adalah kejahatan bukan?" Ujar Naruto tanpa melihat Issei.
"A-aku..."
"Jangan khawatir Issei, mereka pasti akan mengerti jika kau jelaskan." Ujar Rias.
"Tentu saja, seorang ibu yang sebenarnya akan selalu menyayangi anaknya apapun yang terjadi... namun, bisakah rasa sakit dihatinya lenyap hanya karena ucapanmu?"
Issei masih terdiam. Hal itu memang selalu menghantuinya. Ia bertekad untuk memberitahu orang tuanya, namun ia masih tidak mampu melakukannya. Takut mereka sakit hati dan takut mereka marah atau tidak menerimanya.
"Mah, kembali ke pembahasan awal kita, aku tidak akan menganggap tindakan kalian sebagai kejahatan jika kalian menyerahkan seluruh iblis liar di kota ini padaku." Ujar Naruto menatap lekat Sona.
"Jika kami menolak?" Balas Sona berusaha mempertahankan ketenangannya. Rasanya seperti kau dilihat sampai ke setiap sel terdalammu saat berhadapan dengan mata itu.
"Aku akan menganggap hal itu sebagai sesuatu yang jahat dan perlu dimusnahkan." Ujar Naruto memanifestasikan pedang biru yang melayang di sampingnya.
Sontak seluruh ruangan dipenuhi aura yang sangat padat dan suhu udara seperti diacak-acak antara sangat dingin dan sangat panas, menciptakan kondisi yang membuat siapapun ingin segera keluar dari sana.
Kiba langsung sigap mengeluarkan pedangnya untuk bersiap-siap, walaupun kedua tangannya gemetaran memegang pedang itu.
Sedangkan Sona yang berhadapan langsung dengan Naruto tidak mampu lagi memertahankan ketenangannya. Kedua kakinya gemetaran dan keringat dingin keluar dari pelipisnya.
Akeno dan Tsubaki telah bersiap dengan pakaian Miko dan Sacred Gearnya, Mirror Alice.
"Jangan menantangku dengan tangan gemetaran begitu, Kiba, aku tidak berniat melukai kalian sedikitpun meskipun kalian menolak ucapanku." Ujar Naruto meraih pedangnya.
"J-jadi A-apa m-maksud a-ancamanmu t-tadi?" Tanya Sona.
"Simpel, aku akan menganggap Evil Pieces sebagai sesuatu yang jahat seperti arti namanya dan memusnahkannya dari tubuh seluruh Iblis reinkarnasi disini, termasuk para iblis liar." Ujar Naruto.
"T-tapi j-jika k-kau m-melakukannya s-secara p-paksa m-mereka akan m-mati!!" Ujar Rias berdiri dari sofanya dengan wajah marah.
"Tenang saja, tidak akan, pedang ini memiliki otoritas lain, aku tidak akan menjelaskan mekanisnya, namun, aku bisa memusnahkan Evil Pieces dan mengembalikan mereka menjadi sosok mereka seperti sedia kala." Ujar Naruto.
Benar, ini sepertinya saat memusnahkan separuh kartu Black Joker yang ia anggap jahat. Pedangnya sebagai kekuatan offensif dari Anti-Evil memiliki otoritas untuk menghapus hal yang jahat, entah apapun itu, membuatnya tidak pernah ada sebelumnya.
Tetapi, kejahatan atau 'Evil' hanyalah masalah perbedaan prespektif, hal yang jahat bagi diri sendiri terkadang bukan hal yang jahat bagi orang lain. Tujuh miliar umat manusia memiliki arti kejahatan dan kebaikan yang beragam juga.
Karenanya, selama Naruto menganggap sesuatu sebagai hal yang 'jahat', kekuatannya akan bereaksi dan mengenalinya sebagai hal yang jahat pula. Sementara bentuk offensifnya adalah sebuah pedang, bentuk supportifnya adalah sihir yang membuat setiap serangan yang dilancarkan Naruto terhadap eksistensi jahat, menjadi berkali-kali lipat lebih efektif. Mirip Naga melawan Dragonslayer dan iblis melawan cahaya, namun lebih kuat lagi, dan bisa berlaku terhadap semuanya, bahkan eksistensi seperti Michael sekalipun jika Naruto menganggapnya jahat.
Naruto melenyapkan pedangnya dalam cahaya biru. Mengembalikan suhu dan kenyamanan ruangan itu. Faktanya ia sendiri bahkan ia sendiri tidak bisa lama-lama memanifestasikan pedangnya. Karenanya, ia hanya menggunakannya sebagai alat penilaian setelah mengalahkan musuhnya dengan kekuatannya sendiri.
"Bagaimana?"
Sona menarik nafas panjang berusaha menenangkan dirinya. "Baiklah, apa boleh buat, kau memiliki kekuatan dan poin yang benar, tetapi kau harus melaporkan pembasmianmu agar nama mereka bisa segera dicoret dari administrasi Underworld." Ujar Sona.
Naruto tersenyum kecil. "Aku setuju, aku akan membawa salah satu dari kalian untuk mengenali si Iblis, hanya saja, seluruh pembasmiannya aku yang melakukan." Ujarnya dan disambut oleh anggukan oleh Sona dan Rias.
Naruto lalu mengambil cangkir tehnya, wajahnya berubah sedikit kesal.
"Baiklah, tidurku diganggu oleh dewa mimpi atas perintah dewa dunia bawah... pagi ini aku diseret kemari untuk pembicaraan yang tidak terlalu penting ini, lalu... selanjutnya... Ayam bakar huh?"
Tepat setelah itu, lingkaran sihir berapi dengan lambang burung phoenix muncul di sudut ruangan.
Naruto hanya membuang nafasnya dengan wajah lelah, mencium akan adanya masalah yang menyeret dirinya.
"Siang ini ayam bakar huh? Aku penasaran apa yang akan terjadi malam nanti, mungkin Azatoth akhirnya terbangun? hahahaha."
To Be Continued...
Somehow, aku bersemangat untuk melanjutkan fict ini, dengan jalan cerita menghubungkan banyak mitologi kedalam dunia dxd, lalu... um... banyak lagi.
Kukuku, Naruto akan menggunakan Impure World Reincarnation atau Edo Tensei di fict ini yang pertama akan digunakan ke salah satu dari 72 pilar iblis, bisa kalian tebak siapa? Clue namanya dipake di game sebelah.
So anyways, aku harap kalian suka, feel free untuk ninggalin saran atau apapun itu, bisa via pm juga. See ya next chapter!
