"Eh? Tumben rame?" ucapnya heran melihat banyak murid perempuan yang menonton kali ini, lalu dia melirik remaja rambut merah yang baru dilihatnya itu melopat tinggi menyambut bola umpan dari Saji yang merupakan teman sekelasnya.
Bledugh
"Wau...!"
Terpukau dengan spike keras munukik tajam di garis serang lapangan tim putri Kuoh yang jadi lawan tandingnya, Rias segera bertanya siapa nama murid yang punya warna rambut senada dengannya itu pada Raynare salah satu pemain putri yang juga ikut menonton di sana.
"Dia, Naruto-kun! Murid baru di kelas kami!"
Berbeda dengan Rias yang penasaran terhadap si murid baru, Sona malah penasaran kenapa tim putra dan putri melakukan pertandingan? Padahal sebelumnya itu belum pernah terjadi.
"Ini gara-gara si Freed sialan itu!" ucap Raynare menunjuk dengan dagunya ke arah pria rambut perak yang kini bermain di tim putri padahal dia merupakan asisten pelatih.
"Setelah melihat rombongan kelas kami datang ingin melihat Naruto-kun latihan, dia terus saja menangtangnya!" sambungnya, membuat Sona makin kesal dengan situasi latihan voli hari ini. "Dasar pengganggu!"
Raynare yang mendengar itu pun mengangguk setuju. "Ya dari dulu aku tidak suka dengannya!"
"Bukan si Freed, tapi murid baru itu!"
"Eh?" Raynare heran kenapa si ketua kelasnya yang kini jalan menghampiri pelatihnya, diikuti Rias malah tidak suka dengan si remaja rambut merah. Padahal menurutnya yang salah itu pria yang jadi asisten pelatihnya.
Mengalihkan perhatiannya ke lapangan voli, si gadis mata violet itu menaikan alisnya dengan rasa penasaran melihat Sairaorg berbisik serius pada si murid baru.
Apa yang mereka rencanakan? Kenapa mereka terlihat akrab, padahal baru ketemu?
"Senpai serius? Bagaimana kalau jadi masalah nantinya?" Naruto, si pria rupa remaja itu ragu dengan keinginan remaja tubuh kekar yang jadi seniornya di sekolah.
"Kau tenang saja! Soal itu biar aku yang pasang badan! Sekarang kau lakukan saja! Aku sudah muak dengan wajahnya yang sangat menjijikan itu!" Sairaorg menatap tidak suka kepada Freed Sellzen, si asisten pelatih tim putri yang selalu mengejek tim putra.
"Sairaorg, apa yang kau bisikkan padanya?" Vali penasaran atas pembincaraan si remaja tubuh kekar dengan si murid baru yang keberadaanya itu merupakan kejutan baginya.
Bagaimana tidak! Pemain hebat yang sudah memotivasinya untuk serius berlatih lagi agar bisa mengalahkan atau setidaknya memberi perlawanan di kemudian hari malah bergabung dengan timnya.
"Kalian ke sini dulu!" pinta Sairaorg pada rekan timnya berkumpul kemudian memberitahukan keinginannya. Vali, Bikou dan Arthur yang jadi rekannya mengangguk sangat setuju setelah mendengarkannya karena mereka juga sudah lama kesal dengan asisten pelatih putri yang selalu cari gara-gara.
"Hei buruan pecudang! Kenapa kalian malah ngerumpi?" mendengar pria rambut perak itu berkata demikian mereka makin tambah kesal.
"Si bajingan itu!" Sairaorg geram melihat wajah pria yang mengejeknya itu "Bagaimana Naruto? Kau maukan melakukannnya?"
"Bisa..! Asalkan senpai harus tanggung jawab nantinya!" sebagai junior di sana, Naruto pura-pura takut dengan masalah yang akan didapat setelah melakukan keinginan para seniornya.
Namun sebagai pria dewasa, Naruto juga kesal melihat tingkah provokasi pria berambut perak yang diduga seumuran dengan usia aslinya itu.
"Tenang! Mereka juga pasti akan membantu!" menerima syarat dari si murid baru yang tidak ingin terkena masalah, Sairaorg melirik rekan timnya satu persatu. "Benarkan!"
Bikou mengangguk. "Ya, itu pasti! Soalnya aku sudah lama ingin memberinya pelajaran!"
"Oy buruan!" mengabaikan teguran dari orang yang ingin mereka hajar, Naruto menjelaskan rencananya agar sukses dan mereka tim putra pun mengangguk seteleh mendengarnya.
"Saji, kau mengertikan?" tanya Vali memastikan tossernya yang terlihat diam saja.
"Ya! Asal ngapung di belakang kepalaku kan!" balas Saji memastikan pada si murid baru yang seangkatan dengannya itu sekarang ini terlihat mengangguk. "Ya mudahkan!"
Saji mengangguk mantap, lalu mereka kembali ke posisinya masing-masing, di mana Naruto berada di posisi 4, Sairaorg posisi 2, Vali posisi 5, dan Arthur di posisi 6. Sementara Bikou jalan keluar lapangan tuk melakukan service dengan cara melompat.
Bugh Wush gurayot Wus dug
"Cih dasar pecundang banyak gaya!" komentar Freed melihat jumping service Bikou bersarang di net dan jatuh di lapangannya sendiri.
"Hahh.. dasar senpai payah!"
Mengabaikan cacian yang ditujukan padanya, Bikou masuk lapangan dengan kepercayaan diri masih tinggi karena hal yang dilakukannya tadi merupakan sebagian rencana mereka, dan sekarang ini dia bersiap menunggu datangnya bola service lawan dengan mata tertuju pada si pria rambut perak di posisi 6 sebagai libero.
Dalam hatinya, Bikou sudah tidak sabar ingin melihat pria itu dipermalukan di depan banyak murid perempuan yang jadi alasannya banyak tingkah.
Bugh Wush
Bugh
Melihat bola pertama dari Arthur mengapung apik ke arah Saji, Naruto dan Sairaorg bergerak cepat lewat di depan Arthur, saling berpapasan, terlihat tukar posisi dengan keduanya langsung meloncat di depan jaring net.
Wush
Para blocker tim putri yang siap menghadang si murid baru di posisi 2 tadi, tapi yang terlihat malah Sairaorg yang meloncat di sana tanpa adanya bola segera melirik dan berpindah ke sisi sebelahnya dengan pandangan melebar di mana si murid baru itu berada siap melakukan spike keras seperti sebelumnya.
Bugh Wush
Bugh
"Eugh..sialan!"
Prok Prok Prok
"Wuahaha.. puas anying! Makanya jangan sok jadi orang!" seraya bertepuk tangan, Sairaorg, Arthur, Vali dan Bikou tertawa puas menatap pria yang sangat mereka benci kini meringis kesakitan setelah bola pukulan keras Naruto tanpa adanya blocker dengan telak mengenai wajahnya.
Berbeda halnya dengan mereka yang terlihat puas menertawakan Freed, murid perempuan yang menonton dan tim putri terkejut merasa kasihan, terlebih lagi kalau dilihat dari diskusi yang mereka lakukan sebelumnya, kejadian barusan seperti disengaja.
Anko di pinggir lapangan geleng-geleng kepala melihat anak asuhnya yang langsung kompak dengan si pria rupa remaja sahabatnya, yang sangat disayangkan hal itu dilakukan sengaja untuk mempermalukan lawannya.
"Mantap..! Ini baru ksatriaku" komentar Ophis bangga dengan tim putra sekarang ini terlihat menjanjikan untuk menang dipertandingan ke depannya setelah si murid baru bergabung.
Sementara Iseei yang jadi cadangan bersama Kiba, sedikit iba melihatnya dan trauma karena pernah merasakannya sendiri.
"Hei jalang! Apa ini yang telah kau ajarkan pada mereka?" Freed Sellzen yang merasakan sakit di bibirnya terluka ditambah malu banyak orang melihatnya kecentang bola menyalahkan Anko di pinggir lapangan sebagai pelatihnya.
Naruto yang tak terima sahabatnya disalahkan atas tindakannya tadi segera menghampiri pria berambut perak itu dan langsung menarik kaos yang dipakainya dengan tangan kirinya sampai mereka beradu tatapan dengan jarak sejengkal.
"Berani berkata seperti itu lagi di depanku..!" si pria rupa remaja itu melototinya. "Akan kuhajar kau!" ancamnya dengan kepalan tangan kanan siap meninjunya.
Sontak kelakuannya itu membuat semua orang terkejut tidak menduga karena dia merupakan murid baru di sekolah dan juga belum pernah dilatih Anko secara langsung. Kenapa dia harus marah? Apa dia merasa bersalah? Pikir mereka yang melihatnya bertanya-tanya.
Namun yang paling terkejut di sana itu adalah Sairaorg karena sebelumnya mengira si murid baru itu takut dengan si Freed karena terlihat ragu menuruti keinginannya, tapi nyatanya dia maju duluan dengan gagah berani.
Tidak ingin melanggar janji akan membantunya tadi jika terjadi masalah, remaja kekar itu jalan melewati bawah jaring net diikuti Vali dan yang lainnya, kecuali Saji yang bepikir dugaannya itu benar mengenai si remaja rambut merah lebih menakutkan di banding para seniornya.
"Pu..pukul saja kalau kau berani!" sempat takut dengan tatapan mata violet yang dipancarkan si murid baru, Freed berbalik mengancamnya seraya berusaha melepaskan kaosnya yang ditarik.
"...Tapi kau harus ingat..! Kejadian ini akan ku laporkan pada kepala sekolah agar tim putra dibubarkan karena hanya bisa buat masalah dan merusak nama baik Kuoh Akademi!"
"Silahkan saja! Memangnya aku peduli?" balas Naruto tak melepaskan cengkramannya terus menatapnya tajam. "Tapi...?" dia mendekatkan bibirnya ke telinga si Freed. "...Kau juga harus ingat! Jika berani menghinanya lagi, aku benar-benar akan menghajarmu sampai menyesal!"
Freed yang menganggap bisikan ancaman itu hanya sekedar omong kosong yang tidak akan mungkin dilakukannya karena dia masih bocah SMA terlebih mereka berada di wilayah sekolah dengan banyak murid yang melihat, langsung menantang dengan berteriak dekat telinganya juga. "JALANG! JA..!"
Bugh
Tanpa ragu si remaja jadi-jadian itu meninjunya membuat orang lain di sana kebanyakan murid perempuan makin terkejut dengan pandangan melebar begitu pula Sairaorg dan yang lainnya langsung diam terpaku melihatnya di belakang karena kejadian ini di luar dugaan mereka.
Sementara Freed yang benar-benar dihajar dan merasakan sakit lebih dari sebelumnya dengan darah menyucur dari hidung melintasi bibirnya berusaha balik menyerang. "Eugh.. kau be..!"
Bugh Bugh Bugh
Akan tetapi Naruto yang sudah marah karena si tomboy dihina tepat di tepi telinganya terus memukul Freed tanpa ampun dengan kepalan tinju tangan kanan dan kirinya mencengkram kaosnya.
"Kau pikir aku tidak berani?"
Seakan belum puas hanya membuatnya babak belur, bercucuran darah dengan beberapa gigi depan terlihat lepas dari gusinya, si remaja jadi-jadian itu kembali akan menghajarnya, tetapi si tomboy datang menghentikannya dan segera membawanya keluar meninggalkan mereka di sana merasa ngeri melihatnya dengan tubuh gemetar tidak menyangka latihan hari ini akan jadi seperti barusan.
Sona yang baru datang bersama Rias setelah mengganti seragam sekolahnya dari ruangan ganti dengan kaos olah raga langsung terkejut melihat keadaan si Freed terkapar bercucuran darah di wajahnya.
"Hei kenapa kalian diam saja? Cepat bantu dia!"
Mendengar ucapan Sona membuatnya sadar dari keterkejutannya, Grafiya, si wanita rambut perak yang merupakan pelatih tim putri yang dikenal tegas dengan wajah cantiknya itu selalu terlihat tanpa ekspresi hingga dijuluki si ratu es, tapi nyatanya dia juga wanita biasa seperti pada umumnya langsung panik menyuruh tim putra untuk membawanya ke ruang UKS agar segera diobati.
Melupakan kebencian terhadap si Freed yang selalu menghina mereka, Sairaorg, Bikou, Vali dan yang lain segera menggotongnya keluar dari sana.
"Yang benar bawanya! Dia masih hidup tahu!" ucap Ophis pada tim putra yang membawa si Freed Sellzen lemah tak berdaya seperti akan membuang mayat pembunuhan karena kini mereka mengangkat tubuhnya dengan hanya memegang pergelangan kaki dan tangannya saja.
Setelah saling suruh untuk mengangkat badan si Freed yang pada akhirnya Bikou mendapati tugas itu seusai kalah suit disepakat bersama, mereka tim putra lanjut membawanya ke UKS.
Sementara di tempat lainnya di mana Naruto yang merupakan tersangka kini sedang duduk santai di bangku halaman belakang bangunan sekolah dengan Anko yang dari tadi menghela napas karena baru sehari dia jadi murid sudah membuat masalah.
"Apa dia sering menghinamu?" mendengar si pria rupa remaja itu berbicara, Anko yang tadi menghadap ke tanah segera meliriknya. "Ya... Begitulah!"
Bukan bermaksud mengadu, si tomboy tidak ingin menyembunyikan kebenaran situasinya sebagai pelatih tim voli putra yang mempunyai reputasi buruk di banding tim sekolah lainnya.
"Tapi yang sering menerima perlakuan seperti itu adalah para pemain!" sambungnya sembari memandang jauh ke depan dengan banyaknya pepohonan rimbun daunnya hijau bergoyang tersentuh hembusan angin di sana.
"Jujur aku salut dengan mereka!" dia berbicara lagi. "... Sebelum aku memutuskan jadi pelatih, mereka sudah sering dihina, tapi mereka tidak pernah menyerah dan itu membuatku teringat dengan kalian saat masih sekolah"
Naruto diam mendengarkan dengan seksama sembari mengingat masa sulit itu di mana dia, Kakashi, Obito dan yang lainnya terus berlatih untuk mengharumkan nama baik sekolahnya yang saat itu juga punya reputasi buruk tanpa adanya bimbingan dari seorang pelatih sampai akhirnya mereka berhasil memperbaikinya dan membuat mereka selalu masuk scuad timnas.
"Karena itu aku ingin membantu mereka agar tak dihina lagi" Anko yang juga mengingat saat masa sekolahnya menyentuh dadanya tiba-tiba sesak dengan kepala menunduk. "Kau tahu..? Malihat mereka yang terus berjuang tuk meraih impian, tapi malah dihina itu membuatku sakit!"
Terlebih lagi melihat sosok pria di sampingnya yang malah kehilangan semua pencapaian dari perjuangannya dulu dan sekarang ini dianggap sudah tiada karena dia harus hidup sembunyi akibat perubahan wujudnya yang tidak masuk di akal itu.
"Maaf sepertinya aku membuat masalah untuk tim yang kau latih!" mendengar curahan hati si tomboy terlihat sedih di mata violetnya, Naruto berucap dengan raut wajah menyesal sembari melihat buku jarinya berdarah akibat tindakan bodohnya tadi.
"Tidak...! Justru akulah yang harus minta maaf karena egois memaksamu untuk membantuku. Padahal situasimu lebih sulit dariku..!" menutup wajah cantiknya masih menunduk dengan dua telapak tangannya, Anko coba menahan tangis menyesali keinginannya kali ini.
Namun Naruto yang menyadari kebiasaannya ditambah getaran tubuhnya segera merangkul pundaknya dari samping dan membiarkannya menangis di pelukannya.
"Su..sungguh..! Aku benar-benar minta maaf!"
Dalam tangisnya, si wanita tomboy itu merasa dirinya paling buruk sedunia. Sebagai sahabat dan satu-satunya orang yang tahu mengenai keadaannya saat ini, seharusnya membantu bukan malah memanfaatkannya.
Setelah perubahan yang terjadi pada wujudnya, dia pasti tertekan dan menjalani kehidupannya yang sulit, menjauhkan diri dari keramaian dan semua orang dikenal termasuk keluarga yang dicintainya.
Tetapi sekarang malah dijeremuskan ke dalam jurang yang coba dia jauhi dengan iming-iming memancing sekelompok orang yang membuat wujudnya berubah yang mana itu kemungkinan besar hanyalah omong kosong kerena pastinya mereka yang telah berbuat hal sangat jahat itu tidak akan menampakan dirinya begitu saja.
"Sudahlah tidak apa-apa! Di sini aku yang salah kerena tidak bisa menahan emosi!" ucap si pria rupa remaja itu menenangkan sahabatnya.
Namun tangisan Anko malah makin terdengar karena merasa dirinya paling bersalah, terlebih apa yang telah Naruto lakukan dilapangan voli tadi itu untuk membelanya, yang mana pada akhirnya akan membuat si pria dengan wujud remaja itu dipandang buruk oleh orang-orang yang melihat tindakannya.
Plak
Dan benar saja apa yang disesalkan si tomboy itu langsung terjadi, di mana Sona yang sedari tadi mencari keberadaan mereka tanpa banyak bacot langsung menampar wajah Naruto yang duduk memeluk sahabatnya masih menangis repleks berdiri menatapnya penuh tanda tanya.
"Kau benar-benar lelaki brengsek yah!" dengan nada marah Sona berucap, lalu kembali akan menamparnya, tetapi Naruto yang tidak ingin rasa sakit di pipinya bertambah dengan santai menahannya.
"Apa maksudmu gadis kecil..?" ucapnya heran dengan prilaku gadis yang tempo hari hampir ditabraknya ternyata murid Kuoh Akademi juga. "...Apa kau ingin minta kompensasi karena aku hampir mencelakimu?"
Sona yang makin marah mendengar panggilan dari ciri fisiknya dengan paksa dia melepaskan pergelangan tangannya yang dicengkram, lalu menendang betis si remaja rambut merah yang jadi murid baru di sekolahnya.
Duak
"Jangan.. memanggilku dengan sebutan gadis kecil, dasar brengsek tidak tahu malu..!" balas Sona dengan ekspresi wajah penuh kebencian. "..Setelah menghajar asisten pelatih kau masih berani melecehkah guru di wilayah sekolah"
Anko yang sudah menghapus air matanya dan merasa kalau si gadis rambut hitam sebahu itu salah paham alasan kenapa dirinya menangis, ingin menjelaskan kebenaranya, tapi dihentikan Naruto yang memberi kode lewat jari di mulut menyuruhnya untuk tetap diam.
"Kalau ada kesempatan, kenapa harus malu..? ucap si pria rupa remaja itu tersenyum santai seakan tidak peduli dengan kesalah pahaman yang terjadi sekarang membuatnya dipandang buruk.
"...Bukankah wajar bagi para lelaki melakukan itu?" di dalam pikirannya ini lebih baik daripada harus menjelaskan kebenarannya yang mana itu akan membongkar kedekatan mereka.
Kemudian dia pergi meninggalkan Sona yang makin membencinya berusaha mengejar untuk memberikan pelajaran, tapi usahanya ditahan Anko yang berpura-pura khwatir menanyakan keadaan si Freed.
Namun pada kenyataannya, rasa kekhwatiran itu ditunjukkan pada si pria rupa remaja, sang sahabat yang selalu menjadikan dirinya buruk di mata orang kalau ada masalah yang terjadi menimpa mereka seperti yang sudah-sudah di masa lalu.
Keesokan harinya dengan beredarnya kabar si murid baru menghajar asisten pelatih tim putri, yang keberadaannya itu, seharusnya langsung dijauhi kerena sangat menakutkan sampai pria dewasa pun dihajarnya apalagi murid, sekarang malah semakin digemari karena mereka pikir si Freed Sellzen yang dikenal lebih mesum dari si Iseei murid kelas-2 itu memang pantas dihajar, kalau perlu buang saja ke laut agar hilang dari sana.
"Semangat Naruto-kun! Kami mendukungmu!"
Sebagai balasan, si remaja jadi-jadian itu hanya tersenyum sambil jalan dikawal anggota OSIS untuk menghadiri persidangan atas perbuatan yang dilakukannya kemarin.
Sesampainya di tempat tujuan, si pria dengan wujud remaja itu disuruh masuk dan setelah di dalam mata violetnya dapat melihat para guru kebanyakan dari mereka masih terlihat muda yang diperkirakan tidak berbeda dari usia asli dirinya, sedang duduk menatap datar dengan posisi meja setengah lingkaran seperti hurup U, di mana dia harus berdiri di tengah mereka.
Meski pandangan mereka tidak mengenakan terlebih lagi tatapan penuh rasa kebencian dari pria rambut perak yang dihajarnya kemarin kini wajahnya dibalut perban, dia coba tetap tenang dengan mengalihkan perhatiannya ke arah pria dengan wajah tegas, berambut hitam panjang diikat bagian belakangnya terlihat seumuran dengan Azazel.
"Baiklah! Sudah saya putuskan mulai sekarang Freed Sellzen akan dikeluarkan dari Akademi Kuoh atas prilaku buruk yang sudah dilakukan selama ini"
Mendengar pria yang sedang diperhatikannya berucap demikian, Naruto mengerutkan dahi dengan rasa heran. Dulu saat masih sekolah di KHS, dia pernah disidang beberapa kali kerena berkelahi dengan murid sekolahan lain sampai akhirnya dia diskorsing, tetapi sekarang kenapa situasinya berbeda.
"Pak, di sini saya korbannya! Kenapa saya yang dikeluarkan?" bentak Freed sangat tidak terima dengan keputusan kepala sekolahnya bernama Kokabiel, terlebih yang merekomendasikannya untuk bekerja di Kuoh Akademi sebagai asisten pelatih adalah dia sendiri.
Seorang guru pria di sana mengankat tangan untuk menarik perhatian agar ucapannya dapat didengar. "Maaf pak kepala sekolah, bukankah kita belum mendiskusikannya?"
"Tak perlu diskusi lagi! Semuanya sudah jelas!" ucap Kokabiel dengan nada tegas tidak boleh ada yang membantah keputusannya.
"Kalian tahu kenapa saya jarang sekali berada di sekolah?" lanjut pria itu bertanya pada guru muda di sana terlihat hati-hati akan berbicara.
"Karena bapak sangat sibuk kerja di luar" jawab guru pria tadi sempat bertanya itu sebenarnya tahu kalau beliau ini malas datang ke sekolah, tapi dia tidak mungkin mengutarakan langsung karena takut dipecat.
"Tidak juga..! Justru malah waktu saya sangat lenggan sampai saya bosan harus mengisinya dengan pergi memancing" balas Kokabiel jujur dengan nada santai sembari menopang dagu, membuat mereka di sana yang mendengarnya berkeringat sebiji jagung termasuk Naruto yang baru tahu kalau dia kepala sekolahnya.
"Dulu beliau sangat rajin pergi ke sekolah, tapi setelah ada banyak orang tua murid mengeluh anaknya mendadak ingin pindah karena takut dengan beliau. Beliau ini jadi jarang ke sekolah karena tidak mau sekolahnya ditinggalkan para murid dan beliau hanya akan datang pada saat terjadi masalah serius" Baraqiel, pria berewok dengan rambut hitam pendek yang merupakan wakil kepala sekolah kini duduk di sampingnya Kokabiel menjelaskan alasannya.
Mereka yang mendengarkan hal itu ingin sekali mengatainya. Tua-tua ko baperan! Tapi mereka tidak berani kerena kedudukan dia di sana lebih tinggi dari mereka.
"Terus sekarang, kenapa kepala sekolah malah tidak menanggapi masalahnya dengan serius?" Freed Sellzen masih tidak terima dirinya yang dikeluarkan.
"Apa kau menganggap keputusan saya itu sebuah candaan?" balas Kokabiel dengan nada ditekan disambil melotot ke arah Freed yang marah kini berkeriangat dingin di tempatnya.
"Tadi malam para murid yang biasanya selalu takut dengan saya datang ke rumah sampai ada yang berani menelpon pada tengah malam bahkan tadi pagi pun masih ada yang sempat datang untuk melaporkan prilaku burukmu dan menjelaskan insiden kemarin yang kau tutupi kebenarannya dengan mengatakan kalau kau dipukul tanpa sebab, padahal kau sendiri yang memprovokasinya" lanjut pria itu memberitahu dari mana dasar keputusan yang diambilnya tadi.
"Maaf pak, kalau boleh saya tahu prilaku buruk apa yang telah saudara Freed lakukan sampai harus dikeluarkan?"
"Sudah pasti pelecehan terhadap para murid perempuan!"
"Tapi melakukan kekerasan juga dilarang! Kita sebagai guru harus mendidik murid karena itu prilaku yang buruk!"
Mendengarkan satu-persatu para guru muda di sana mengeluarkan berpendapatnya, Kokabiel menarik nafas pelan, lalu berucap dengan nada tegas. "Untuk murid yang melakukan kekerasan terlebih di wilayah sekolah, saya akan memberi dia hukuman skorsing selama seminggu"
"Apa? Itu terlalu ringan pak!"
.•.
Tobecontiue.
Sekian dan terima kasih.Selamat berpuasa bagi yang menjalankan dan semoga rezekinya dimudahkan.
