Disclaimer © Naruto dan High School DxD dimiliki oleh pengarang masing-masing


Naruto yang sedang menikmati waktu istirahatnya.

Mendengar beberapa langkah kaki mendekat ke arahnya. Naruto dengan jiwa pemalasnya, tidak memiliki niat untuk melihat siapa orang mendekat ke arahnya itu, dan memutuskan untuk kembali menyelam ke alam mimpi yang tadinya tertunda. Namun.

"Apa hukuman tadi pagi masih belum cukup, ne Uzumaki-san?" Sebuah suara feminim tertangkap di pendengaran Naruto.

Dan suara tadi, sukses membawa Naruto kembali dari alam mimpi. Naruto mulai membuka kelopak matanya, mencoba untuk melihat, siapa sih orang yang menganggu waktu tidurnya yang santai.

Saat matanya terbuka. Naruto mengerdip beberapa kali. Dia melihat tiga sosok gadis cantik mengenakan seragam olahraga tengah menatap dirinya.

"Senpai?" Naruto berucap sambil manik safirnya melirik gadis bersurai merah panjang yang kini memasang wajah tersenyum.

"Ohayou, Uzumaki-kun," sapa senpainya, Rias Gremory.

"Hm?" Tidak hanya Rias, Naruto melihat dua gadis lain berada disana. Satu, gadis berkacamata yang sedang memasang wajah datar ke arahnya. Dan yang Kedua, gadis bersurai biru gelap dengan senyuman yang, err menggoda.

Naruto menatap ketiganya bingung.

"Apa yang kalian lakukan disini?" tanya Naruto yang masih dalam posisi berbaring karena malas untuk bangun.

"Bukannya kami yang harusnya bertanya; Apa yang sedang kau lakukan disini, Uzumaki-san?" ucap gadis bermuka tembok, Sona Sitri sambil menatap tajam Naruto.

"Huh?"

"Ara, ara apa kamu bolos, Naruto-kun?" Kali ini yang bertanya gadis bersurai biru gelap di sebelah kanan Rias, Himejima Akeno.

"Hm, membolos?" Satu kata membuat otak Naruto berpikir. Kenapa dia berpikir kalau aku bolos? Huh, Naruto mulai menyadari sesuatu. Apa mungkin karena akunya yang berada diluar sendirian saat jam pelajaran berlangsung?

"Tidak," jawab Naruto.

"Lalu, sedang apa Uzumaki-kun disini? Bukannya sekarang masih belum jam istirahat 'kan?" tanya Rias bingung. Dua gadis lainnya menatap Naruto dengan pandangan menuntut.

"Memang benar, tapi yang jelas aku tidak sedang bolos, karena aku sudah mendapat izin istirahat oleh sensei yang mengajar di kelasku," ucap Naruto menjelaskan alasan dia ada disini.

Tiga gadis itu tersentak begitu mendengar jawaban Naruto. Ternyata, mereka hanya salah paham.

"Ara, jadi begitu ternyata." Akeno tersenyum manis.

"A-aha, se-sepertinya kami sudah mengganggu waktumu, Uzumaki-kun. Gomen ne sudah membangunkanmu tadi, hehehe," ucap Rias tertawa kikuk.

Lalu, Sona?

Gadis bersurai hitam pendek itu berusaha mencari kebohongan di wajah Naruto. Namun pada akhirnya, hasilnya nihil. Dia jujur, batinnya. Sona mendesah pelan.

"Souka, jadi begitu ternyata."

"Tipikal orang pemalas," Sona bergumam pelan, namun masih bisa didengar oleh Naruto.

"Apa maksud—

—Sebelum Naruto menyelesaikan kalimatnya.

Sona sudah menyelanya. "Tapi aku masih belum sepenuhnya mempercayaimu, Uzumaki-san. Sekarang katakan, siapa guru yang mengajar di kelasmu tadi? Biar aku yang akan bertanya kepada beliau," ujar Sona mengabaikan tatapan dari dua temannya di sampingnya.

"So-Sona ...

"Ara, ara kaichou."

Naruto menatap Sona dengan wajah malas.

Tidak ingin masalah ini semakin panjang dan menunda banyak waktu istirahatnya. Naruto berinisiatif untuk menjawab pertanyaan dari Sona-kaichou. "Shizuka-sensei. Guru yang mengajar pelajaran Matematika kelas 2."

Sona mengangguk. "Baiklah kalo begitu, nanti aku akan bertanya kepada beliau," ucapnya lalu melangkah pergi dari tempat Naruto.

"Hei, So-Sona tunggu kami!" teriak Rias memanggil Sona, "Jaa, kami pergi dulu, Uzumaki-kun. Ayo, Akeno."

"Ufufufu, Sona kawaii," ucap Akeno tertawa khas mengikuti langkah kedua temannya.

Naruto memandang sebentar kepergian kakak kelasnya. Dia sungguh tidak mengerti, kenapa ada saja orang yang mengganggu waktu santainya. Tidak ingin memikirkannya terlalu lama, Naruto kembali ke aktivitas tadi. Tidur.


Waktu sudah mulai sore.

Bel pelajaran terakhir pun berbunyi. Pihak sekolah mengizinkan para siswanya untuk pulang ke rumah masing-masing. Rasa senang, bahagia, dan lega dirasakan oleh para siswa-siswi SMA Kuoh ketika sudah terlepas dari pelajaran melelahkan di sekolah.

Ada yang langsung pulang ke rumah, dan beberapa siswa lainnya singgah ke tempat-tempat khusus, seperti; tempat karaoke atau tempat-tempat lainnya untuk merefresing diri.

Di salah satu tempat. Naruto tengah berjalan sendirian di pinggir jalanan Kuoh yang ramai. Hingga ia sampai di sebuah perempatan jalan, Naruto menghentikan langkahnya sesaat ketika melihat dua sosok mengenakan berjubah putih tertunduk lesu disana.

Satu dari dua sosok berjubah tersebut terlihat memegang sebuah papan dengan sebuah kalimat tertulis di papan tersebut.

Beri kami uang.

Sayang sekali, orang-orang yang berlalu lalang nampak tidak menghiraukan keberadaan kedua sosok tersebut. Karena penasaran, Naruto mulai mencoba mendekati mereka.

"Ano, excuse me?" tanya Naruto menggunakan bahasa asing.

"Hmn?" Satu dari sosok berjubah itu menoleh ke arah Naruto, yang ternyata seorang gadis bersurai biru pendek.

"Can I help you?"

"Eh, nani, nani apa kamu mau membantu kami!" Yang menjawab bukanlah gadis bersurai biru, melainkan seorang gadis berambut coklat terang yang kini sudah berada di depan Naruto dengan wajah berseri sambil menangkup kedua tangan Naruto.

Setitik keringat jatuh di pelipis Naruto.

Jadi dia bisa bahasa Jepang?

"Etto, i-iya. Memangnya apa yang perlu kubantu?" ujar Naruto dengan nada tidak enak. Kenapa? Sebab, satu. Kedua tangannya tengah di pegang oleh seorang gadis didepannya. Lalu yang kedua, Naruto risih dengan tatapan orang disekitarnya.

Time skip-!

Naruto kini berada di sebuah restoran. Naruto tidak sendirian disana, ia saat ini ditemani oleh dua sosok gadis yang ditemuinya tadi. Naruto duduk, sambil memandang heran kedua gadis itu yang begitu lahap menghabiskan makanan yang baru saja mereka pesan.

Mereka seperti tidak makan beberapa hari saja.

Beberapa menit sudah berlalu, kedua gadis di depannya itu akhirnya selesai makan.

"Kami berterima kasih kepada anda karena sudah membantu kami, ano?" ucap gadis berambut biru berhenti sejenak menatap Naruto. Seakan ada sesuatu yang ingin diketahui olehnya.

"Panggil saja aku, Naruto," jawab Naruto

"Haik, arigatou, Naruto-san."

"Iie, daijobu. Aku senang bisa membantu kalian," jawab Naruto dengan wajah tersenyum hangat walau dalam hatinya berderai air mata. Uang jajanku kampret!

"Arigatou, Naru-kun. Karena sudah mentraktir kami makan makanan enak-enak," ucap gadis berambut coklat terang mendapat delikan dari temannya.

"Hehe."

"Oh iya, boleh aku panggil Naru-kun?"

Naruto tersenyum tipis. "Boleh."

"Ngomong-ngomong kalian berasal darimana?" tanya Naruto yang sebenarnya sudah penasaran dengan identitas kedua gadis di depannya.

"Ah, kami lupa memperkenalkan diri. Namaku, Xenovia Quarta dan teman disebelahku ini namanya—

"Namaku, Shidou Irina desu.Senang bertemu denganmu, Naru-kun," potong Irina dengan cengirannya.

Walau masih kesal karena kalimatnya dipotong, Xenovia melanjutkan perkenalanannya.

"Dan kami berasal dari Vatikan."

Vatikan? Bukannya itu jauh sekali? Kalo tidak salah letaknya itu di Benua Eropa 'kan?

"Lalu, apa yang sedang kalian lakukan kesini?"

Kedua gadis itu saling tatap satu sama lain setelah Naruto menanyakan pertanyaan tadi. Lalu setelahnya, kembali menatap Naruto. Ada apa?

"Etto, sebenarnya alasan kami kesini karena ada sebuah pekerjaan yang harus kami lakukan disini," jawab Irina.

"Oh, begitu ya?"

Pekerjaan.

Naruto melirik ke arah luar restoran. Manik birunya memandangi orang-orang yang berlalu lalang dan suasana hari yang sudah mulai gelap. Sebuah kalimat terbesit di benaknya. Apa yang sedang Kaa-san lakukan sekarang?

Karena seingat Naruto, ibunya itu sudah pergi kemarin malam.

Tanpa kau ketahui, Naruto.

Di apartemen. Seorang gadis bertubuh kecil tengah menunggumu. Gadis itu sedang berbaring di atas sofa sambil menatap langit-langit apartemen.

"Kenapa Naruto lama sekali?"


TBC.