"Dark love,

I regret to love you every day.

But I can't do anything.

It's scattered in my veins just like a poison, which makes me bleed black every day."

- Broken_Soul

Pairing:

Akashi Seijuurou X Kuroko Tetsuya

Disclaimer:

Apresiasi sebesar-besarnya kepada Tadatoshi Fujimaki sensei yang telah menciptakan Kurobas.

- Forgotten Memories -

"Terimakasih, Akashi-kun." Tetsuya tersenyum kemudian mengambil minuman kaleng yang terjulur di depannya. Sedangkan Akashi hanya mengangguk singkat dengan senyum tipis tergambar di wajahnya. Diposisikan tubuhnya duduk tepat di samping Tetsuya yang saat ini tengah meneguk minuman kaleng dengan vanilla flavor kesukaannya.

Manik ruby-gold nya masih menatap intens wajah cantik Tetsuya. Surai baby blue halus miliknya bergoyang mengikuti arah hembusan angin. Kecantikan yang beberapa minggu ini tidak pernah Akashi lihat lagi, dan sekarang pemandangan indah di depannya kembali tersaji.

"Ngomong-ngomong, apa yang sedang Akashi-kun lakukan disini? Bukan kah Aomine-kun dan yang lainnya sudah kembali ke Tokyo?"

Jika aku mengatakan untuk menemui mu apakah kau percaya? dan juga... disini adalah rumah kita, Tetsuya.

"A-ah, kebetulan aku harus menjenguk kerabat yang tengah dirawat disini."

"He? Benarkah? Semoga sosok tersebut cepat sembuh, Akashi-kun."

Ya, semoga kau cepat pulih Tetsuya dan kembali mengingatku.

Akashi hanya mengangguk. Meneguk kopi kaleng yang berada di tangannya. Sedangkan Tetsuya hanya menghirup nafas dalam-dalam kemudian menghembuskannya.

"Na, Akashi-kun." Panggil Tetsuya, sedangkan Akashi hanya berdeham sebagai jawaban.

"Maaf karena sempat tidak mengingatmu saat itu."

Akashi terkesiap. "J-ja... kalau begitu kau mengingatku sekarang?!"

"Tentu saja. Akashi-kun adalah kapten klub basket ku saat junior high school dulu kan? Apa Akashi-kun menjengukku saat aku dilarikan ke rumah sakit? Mengingat sejak lulus dari Teiko, Akashi-kun tinggal di Kyoto bukan?"

"A-ah, kau benar." Akashi memaksakan seulas senyum. Lagi-lagi ia harus menelan kekecewaannya.

Beberapa menit yang lalu, saat Akashi mendengar panggilan tersebut dari mulut Tetsuya hampir membuat jantungnya terlepas. Ia pikir Tetsuya kembali mengingat siapa dirinya dan hubungan apa yang sebenarnya tengah mereka miliki. Namun, sepertinya harapan tersebut harus Akashi kubur dalam-dalam lagi. Karena pada nyatanya, Tetsuya masih belum mengingat siapa Akashi sebenarnya. Akashi masih terhapuskan dalam memori Tetsuya.

"Ngomong-ngomong terimakasih untuk hari ini, Akashi-kun."

"Untuk?"

"Em... karena membuat hariku tidak membosankan. Kau tau, sejak kepulangan Aomine-kun dan yang lainnya rasanya sepi sekali. Demo, hari ini karena Akashi-kun menemaniku aku tidak merasakan bosan. Bahkan rasanya menyenangkan sekali bisa menghabiskan waktu bersama Akashi-kun."

Melihat Tetsuya tersenyum senang, membuat tanpa sadar bibir Akashi tertarik membuat seulas senyum samar. Rasanya lama sekali sejak Akashi melihat senyum Tetsuya untuknya. "Aku tidak keberatan jika Tetsuya ingin ditemani olehku."

"Eh?! Hontou ni?"

Akashi mengangguk singkat. "Maa... itu pun kalau Tetsuya tidak keberatan."

"Tentu saja aku tidak keberatan! Terimakasih Akashi-kun."

Akashi hanya mengangguk. Iris mismatched-nya menatap lembut Tetsuya yang sedang menyesap minuman kaleng miliknya sambil bersenandung kecil. Terlihat bahagia dengan usulan Akashi.

Sure. Anything for you, my love.

- Forgotten Memories -

Akashi benar-benar menepati janjinya pada Tetsuya. Setiap hari ia akan menghabiskan waktu menemani Tetsuya di rumah sakit. Segala macam kegiatan mereka lakukan. Terkadang mereka menghabiskan waktu dengan bercerita, atau bertanding one-on-one yang berujung dengan kekalahan telak Tetsuya, atau terkadang mereka memilih untuk menghabiskan waktu dengan membaca buku. Suara kertas yang dibalik setiap dua menit sekali serta hembusan angin yang mampu menerbangkan gorden putih di ruangan tersebut menambah kesan 'tenang'.

Sejujurnya, hanya satu orang yang begitu fokus dengan buku bacaannya. Tak menyadarkan bahwa ada pelaku yang tengah menatapnya dengan khidmat. Memperhatikan setiap inchi wajah milik sang biru. Setengah mati menahan tawa gemas ketika melihat ekspresi tak suka ketika mungkin sang antagonis mulai beraksi. Ruby-gold tersebut akan memperhatikan jari-jemari Tetsuya yang dengan penuh kehati-hatian membalik halaman demi halaman. Begitu menjaga buku yang tengah ia baca dari kerusakan. Aquamarine Tetsuya tak pernah meninggalkan buku barang sedetik pun, seolah-olah Tetsuya tengah berada di dunianya tersendiri. Mungkin, jika keadaannya seperti dulu, Akashi akan merajuk karena merasa tidak diperhatikan Tetsuya. Namun untuk saat ini, seperti ini sudah lebih dari cukup. Pemandangan indah yang sudah lama tidak Akashi dapatkan.

Mungkin apa yang dikatakan banyak orang benar. Waktu akan melesat begitu cepat jika kita sedang melakukan hal yang menyenangkan. Hari ini, ketika dokter yang menangani Tetsuya datang untuk melakukan check up, setelah menanyakan banyak hal terkhusus kondisi kepala Tetsuya, sang dokter tersenyum puas, kemudian mengatakan bahwa Tetsuya sudah bisa keluar dari rumah sakit, namun dengan satu catatan bahwa Tetsuya tetap harus menjaga kesehatan dan pola makannya di rumah.

Mendengar hal tersebut, baik Tetsuya maupun Akashi saling tatap-menatap. Tercengang dan bahagia akan hal tersebut. Bahagia karena akhirnya Tetsuya sudah bisa keluar dari rumah sakit yang selama ini Tetsuya sebut sebagai "penjara". Tercengang karena waktu benar-benar melesat bak peluru. Rasanya baru kemarin Akashi mengajukan usulan untuk menemani Tetsuya, dan sekarang sudah nyaris satu minggu Akashi menemaninya.

"Apa ada yang mengganggu pikiranmu, Tetsuya?" tanya Akashi ketika mendengar helaan nafas berat Tetsuya. Matanya melirik sekilas wajah Tetsuya yang terlihat bingung sebelum kembali terfokus mengupas kulit apel ditangannya.

Tetsuya menggeleng singkat sebelum membuka suara. "Tidak ada. Hanya saja... Tadi saat Akashi-kun mengurus administrasi untuk kepulanganku, aku mencoba menelpon pemilik apartku di Tokyo." Kali ini gerakan tangan Akashi sempurna berhenti. Iris matanya menatap kaget Tetsuya. "Ia mengatakan bahwa aku sudah keluar dari apartemen-ku sejak dua tahun yang lalu. Haah... belum selesai aku menerka-nerka kenapa aku bisa berada di rumah sakit Kyoto, dan sekarang aku harus memikirkan dimana aku tinggal."

Akashi meneguk saliva-nya gugup. Ia terlalu senang mendengar kabar bahwa Tetsuya sudah bisa pulang hari ini, melupakan fakta bahwa Tetsuya kehilangan sebagian ingatannya dan sialnya ingatan yang hilang adalah perihal dirinya, perihal mereka. Akashi jelas tidak ingin Tetsuya kembali ke Tokyo. Selain karena tidak ingin lagi terpisah dengan Tetsuya, disinilah rumah Tetsuya sejak dua tahun yang lalu. Disinilah Tetsuya menghabiskan dua tahun hidupnya, di Kyoto, bersama Akashi.

"...-kun. Akashi-kun." Akashi terkesiap dari pikirannya. Kembali melanjutkan kegiatannya yang sempat terhenti. Kali ini memotong buah tersebut menjadi beberapa bagian sebelum memberikannya kepada Tetsuya.

"Tidak perlu terlalu dipikirkan, Tetsuya. Kau bisa tinggal disini bersamaku selagi kau mencari tempat tinggal yang baru."

yang tentunya tidak akan ku biarkan kau mencari tempat tinggal yang baru, Tetsuya.

Tetsuya mengambil bagian buah apel yang diberikan Akashi. Menggeleng sebentar sebelum menggigit buah tersebut. "Terima kasih, Akashi-kun. Tapi itu tidak perlu."

"Kenapa?" Alis Akashi saling bertautan.

"Aku sudah sangat berterima kasih kepada Akashi-kun karena sudah menemaniku selama seminggu ke belakang di saat aku yakin sekali banyak pekerjaan yang sebenarnya harus Akashi-kun selesaikan. Jadi kali ini, aku tidak ingin merepotkan Akashi-kun lebih banyak lagi."

"Sudah sering aku katakan bahwa kau tidak merepotkanku sama sekali, Tetsuya. Dan sungguh, aku menemanimu karena kemauanku sendiri. Tidak ada paksaan dan merasa terbebani sama sekali. Lagi pula, beberapa minggu kebelakang aku benar-benar free dari pekerjaanku."

Meski banyak yang harus ku kerjakan sekalipun, tidak ada yang lebih penting dari menemanimu.

Lagi-lagi Tetsuya menggeleng. "Tetap saja, untuk tinggal di tempat Akashi-kun rasanya aku tidak bisa. Lagi pula, aku bisa kembali ke rumah orang tuaku di Tokyo."

"Tidak! Kau tidak bisa kembali ke Tokyo!" Baik Tetsuya maupun Akashi terkesiap. Akashi kehilangan kontrol untuk tidak meninggikan suaranya ataupun terlihat seperti mengekang Tetsuya.

"Ehm." Akashi berdeham untuk kembali menormalisasikan suaranya. "Maksudku, aku benar-benar tidak merasa terbebani sama sekali. Lagi pula, ada ruang kosong di apartemen-ku dan sejak lama aku memang ingin sekali mencari roommate."

Roommate, huh?

"Jadi, aku benar-benar tidak masalah dengan kau tinggal di apartemen-ku. Bagaimana?"

Tetsuya tampak terlihat berpikir, sebelum akhirnya mengangguk mengiyakan. Tetsuya merasa tidak ada ruginya untuk mencoba tinggal di Kyoto. Toh, pekerjaannya juga sangat flexible yang memungkinkan Tetsuya bekerja dimanapun ia berada. Lagi pula sepertinya Akashi benar-benar sangat ingin mencari roommate. Tetsuya memahami mengapa Akashi terlihat begitu keukeuh agar Tetsuya dapat tinggal di apartemen-nya. Dibandingkan mencari orang baru yang tidak dikenal, bukankah lebih baik mengajak teman SMP-mu yang mana dulu adalah anggota klub basket yang sama, bukan?

"Baiklah kalau begitu."

Akashi yang melihat persetujuan Tetsuya tersenyum puas. Ada helaan nafas lega yang tidak disadari oleh Tetsuya. Setidaknya, untuk saat ini pura-pura mencari roommate adalah langkah yang tepat untuk mencegah Tetsuya kembali ke Tokyo. Perihal rencana Tetsuya untuk mencari tempat tinggal yang baru, mari dipikirkan nanti.

- Forgotten Memories -

- To Be Continued -

HEY HEY HEY!!!!!! KALIAN SEMUA APA KABAR? SEMOGA SELALU SEHAT DAN SELALU IKUTIN PROTOKOL KESEHATAN KALO HARUS BERAKTIVITAS DI LUAR RIMAH YAA!! Oh ya! Selamat menjalankan ibadah puasa bagi kalian yang menjalankan~~

WOW! Lama juga ya ini FF di updatenya ahahaha XD *plak! Bukannya minta maaf malah ketawa* Maaf banget karena baru bisa update lagi setelah sekian abad aku gantungin hiks T.T Semoga kalian cukup terpuaskan untuk chapter kali ini ya!

WARNING! Aku mau nulis hal cringe, semoga kalian ga muntah wkwkwk XD

Aku selalu bilang di akhir FFku baik kalian yang baca doang mau pun yang ninggalin jejak bener-bener berarti banget buat aku hehe Aku selalu terharu setiap liat wattpad ada notifnya atau bahkan sekedar liat sekian orang ngeread karyaku. Jadi aku benar-benar berterima kasih ke kalian semua! Aku seneng kalo ceritaku bisa jadi hal yang bisa nemenin kalian. Kedepannya aku berusaha untuk memperbaiki tulisanku lebih baik lagi supaya kalian makin betah baca karyaku hehehe. Untuk FFku yang belum di update, sabar ya guys! Semua lagi on progress kok, cuma aku minta maaf untuk slow update dan aku usahakan ga discontinued. Aku juga udah nyiapin project FF yang baru, ditunggu aja ya! XD

Jadi, THANK YOU SO SO SO MUCHHHH GUYSSS!!! Terima kasih karena selalu ninggalin jejak setiap ngebaca FF-ku. Terima kasih karena ngeluangin waktu baca FF-FFku. Terima kasih karena udah setia nunggu awww *PD banget Mato ih* :3 Terima kasih karena selalu support Mato! HOUNTONI HOUNTONI ARIGATO MINA-SAN!!! *hiksrot* YUK BARIS YUK BUT MATO KECUP SATU-SATU *muahhh* wkwkwk

DAH AH BEBACOTAN SEKALI MATO INI:( Oh ya! Satu lagi, Mato sangat terbuka terkait kritik dan saran yang membangun dari kalian. So, jangan sungkan untuk ngasih masukan! demi penulisan atau pembawaan cerita Mato yang lebih baik lagi dan bisa kalian nikmatin lebih lebih lagi kedepannya hehehe Oke deh, I'll see you in next chapter or my another fanfict guys! Papayy~~ *smooch* *bow* *poof*

- Matokinite76