Cerita Sebelumnya~

"Aku tak tau bagaimana Kakashi-sensei dan Guy-sensei tewas. Tapi, Sai-senpai dan Shikamaru tewas dengan tragis." Kata Sasuke.

"Jadi, kau, Sakura-chan, dan Naruto juga akan..."

Sasuke mengangguk. "Aku tak tau ini berhasil atau tidak. Tapi, kami berpikir kalau kita bisa kembali mencurangi takdir. Untuk menghindari kematian itu."

Itachi terdiam sejenak kemudian menatap Sasuke dengan serius. "Hn, kau takkan bisa. Maksudku, tak ada jalan lain..." Kata Itachi serius.

Sasuke mengangguk. "Aku tau itu. Tapi..."

"Hn, aku akan membantu kalian mencari solusinya. Aku tak bisa membiarkan itu terjadi."

Terinspirasi dari Film Final Destination

Main Characters:

- Haruno Sakura

- Uchiha Sasuke

- Uzumaki Naruto

- Hyuga Hinata

- Hyuga Neji

- Tenten

- Sai

- Yamanaka Ino

- Nara Shikamaru

- Sabaku no Temari

- Hatake Kakashi

- Maito Guy

- And others you'll find in the stories

Genre: Horror / Thriller / Tragedy

Warning!

Rated M for violence and blood

Don't Like Don't Read

RnR

Hope you like it^^

Semua karakter milik Masashi Kishimoto

© Masashi Kishimoto

FINAL DESTINATION

CHAPTER 4

"Temari-senpai ingin kita berkumpul?" Tanya Tenten.

Ino mengangguk. "Aku bertemu dengannya tadi pagi. Dia mengajak semuanya kumpul." Kata Ino.

"Hn? Tumben sekali." Kata Neji bingung.

"Ya sudah. Siapa tau, Temari-senpai ingin mengatakan sesuatu pada kita." Kata Sakura.

"Sakura-chan benar. Kita temui Temari-senpai sepulang sekolah." Kata Naruto.

Hinata menoleh kearah Ino sejenak. "Ino-chan... Kau baik-baik saja?" Tanya Hinata.

Ino tampak kaget kemudian tersenyum terpaksa. "A...aku baik-baik saja. Hanya saja..." Ino tak melanjutkan perkataannya.

Semuanya menatap Ino. Penasaran apa yang ingin dikatakan oleh Ino.

"Jika bertemu dengan Temari-senpai, aku selalu mengingat sosok Sai-senpai." Kata Ino lirih.

Sakura menepuk pundak Ino pelan. "Aku tak tau harus berkata apa. Tapi, aku minta maaf." Ujar Sakura lirih.

Ino menatap Sakura kaget. "Kenapa kau meminta maaf? Kau tak salah apa-apa, Sakura-chan." Kata Ino.

Sakura menggelengkan kepalanya. "Tidak! Ini semua salahku! Seandainya aku tak melihat semuanya dan tidak menghindari semuanya..."

Sasuke menepuk pundak Sakura. "Hn, tidak. Ini bukan salahmu. Kita semua sudah mencurangi takdir kita sendiri. Ini bukan salahmu..." Kata Sasuke.

Neji sedikit menatap aneh ke mereka semua. "Jadi, kalian masih percaya dengan mimpi konyol yang Sakura lihat itu?"

"Tentu saja kami percaya tentang itu! Lihat, Kakashi-sensei, Guy-sensei, Sai-senpai, dan Shikamaru! Ini sudah terjadi pada mereka." Kata Hinata.

"Itu benar! Kalau itu semua tak benar, kenapa mereka juga harus tewas seperti itu?" Kata Naruto.

"Huft, itu bisa saja karena kecerobohan mereka sendiri. Bukan berarti, mereka sudah mencurangi takdir. Mereka selamat dari insiden aula itupun karena takdir mereka begitu!" Kata Neji masih kokoh dengan pendiriannya.

"Hei! Kau tau, Shikamaru juga berkata seperti itu! Kau tau apa yang terjadi setelah itu? Dia tewas!" Kata Naruto dengan nada sedikit tinggi.

Sasuke menarik pundak Naruto. "Hn, tenanglah Naruto." Kata Sasuke pelan.

"Hn, aku masih belum bisa mempercayainya. Itu bisa saja kebetulan yang pas." Kata Neji.

"Kebetulan yang pas maksudmu? Sudah berapa banyak kebetulan yang pas menurutmu?" Gumam Ino pelan.

"Kalian! Berhentilah berdebat!" Kata Sakura dengan nada tinggi.

"Aku tidak mau kita berdebat hanya karena ini! Terserah kalian ingin percaya atau tidak! Yang pasti, kita harus memikirkan cara untuk memutuskan tali takdir ini agar tidak ada lagi kejadian seperti itu!" Lanjut Sakura.

"Oke semuanya. Kita cukupkan saja, yaa? Jangan diperpanjang lagi!" Kata Tenten.

"Maaf aku tiba-tiba mengundang kalian kerumahku." Kata Temari pelan.

"Tidak apa kok, Temari-senpai." Ujar Tenten.

"Sepertinya sepi disini. Orangtuamu sedang diluar?" Celetuk Naruto.

Temari mengangguk. "Mereka sedang berada di luar kota untuk beberapa hari. Kankurou dan Gaara sedang berada di tempat les nya." Ujar Temari.

Naruto pun mengangguk. Temari menghela nafas panjang sebelum bicara.

"Sakura, aku mau minta maaf atas kejadian kemarin. Aku benar-benar diluar kendali karena shock mendengar Shikamaru tewas." Kata Temari dengan lirih.

Sakura tampak terkejut dengan ucapan Temari yang mendadak itu. "Eh? Aku tidak apa-apa kok! Sungguh! Harusnya aku yang minta maaf." Kata Sakura.

Temari pun menatap Sakura. "Kalau saja aku bisa menahan Shikamaru dan bisa meyakinkannya, dia pasti baik-baik saja saat ini." Kata Sakura lagi.

"Aku tau kalau semuanya sedang bersedih karena kepergian Sai-senpai dan Shikamaru yang begitu mendadak. Tapi, bagaimana kalau kita berdiskusi untuk menghindari insiden selanjutnya?" Kata Hinata pelan.

Neji hanya menghela nafas panjang. Sepertinya dia masih merasa semua ini hanya obrolan konyol.

"Sakura-chan, siapa selanjutnya?" Tanya Ino seraya menatap serius kearah Sakura.

Sakura menundukkan kepalanya seraya memainkan jarinya gugup. "Tenten."

"A..aku?" Sahut Tenten kaget. Sakura pun mengangguk.

"Aku hanya tau bagaimana Tenten meninggal di mimpiku. Tapi, aku tidak mempunyai clue apapun tentang insiden kedepannya." Kata Sakura pelan.

"Hn, bagaimana dia tewas?"

"Dia tertimpa balok. Tepat di kepala dan perutnya." Bisik Sakura gugup.

Tenten masih terkejut. "Hahaha, aku mulai meragukanmu, Sakura-chan." Kata Tenten canggung.

"A...aku hanya mengatakan apa yang kulihat di mimpi." Kata Sakura pelan.

"Sebentar. Aku ambil buku yang pernah kuceritakan waktu itu." Kata Temari.

"Sekalian, akan kubuatkan kalian minum. Sebentar ya." Lanjut Temari.

Temari pun berjalan ke dapur dan menghidupkan kompor untuk membuat teh hangat. Sementara di ruang tamu, suasana semakin canggung.

"Oke, kita bahas hal lain aja gimana? Sambil nunggu Temari-senpai kembali." Celetuk Naruto.

"Aku benci dengan suasana canggung seperti ini." Lanjut pemuda berambut kuning itu.

Tenten menggebrak meja kemudian menatap Sakura dengan serius. "Sakura, kita harus memikirkan agar semua ini tak terjadi! Aku takut!" Kata Tenten.

Sakura agak terkejut dengan Tenten yang menatapnya serius itu. "Aku pasti akan memikirkannya. Tidak! Kita semua akan memikirkan cara untuk menghentikan ini semua!" Kata Sakura.

Neji memilih diam dan tak memperdulikan obrolan yang menurutnya konyol itu. Dia pun sibuk bermain dengan handphone nya. Tak lama, Temari pun kembali seraya membawa buku tebal.

"Ini buku yang kuceritakan waktu itu."

Mereka semua pun mulai fokus pada buku itu. Belum sempat membaca buku itu, kepala Sakura terasa sangat sakit.

"Ukh..."

"Hn, kau baik-baik saja?" Tanya Sasuke seraya memegang lengan Sakura agar tidak terjatuh.

Sakura mengangguk pelan. "Ti...tiba-tiba kepalaku sakit..." Kata Sakura pelan seraya memegang kepalanya.

Yang lainnya langsung menatap Sakura khawatir. "Sebentar, aku ambil obat dulu. Kau istirahat saja, Sakura." Kata Temari.

Sakura menggelengkan kepalanya. "Tidak bisa!" Kata Sakura pelan. "Ayo kita lanjutkan lagi."

Mereka semua terdiam seraya menatap Sakura khawatir. Merasa diperhatikan, Sakura pun tertawa kecil.

"Aku sudah baik-baik saja kok."

Mereka pun memutuskan melanjutkan membaca buku itu. Tapi, kepala Sakura semakin terasa sakit dan tanpa disadari, pandangannya menggelap.

SAKURA P.O.V

Aku mengedipkan mataku beberapa kali memperhatikan sekitar. Ah, rasa sakit tadi pasti cuma khayalanku saja. Aku melihat mereka masih fokus dengan buku yang dipinjam Temari-senpai.

Benar!

Kita harus mencegah ini semua! Setidaknya, kita sudah pernah mencurangi takdir... Kenapa tidak kita lakukan lagi, kan?

Aku melihat kearah jam dinding rumah Temari-senpai. Pukul 19.30.

Hm?!

Ini tampak de javu. Setelah ku ingat-ingat, saat pertama kali aku melihat mimpi buruk itu, aku juga seperti ini.

Aku ingin menggerakkan badanku untuk keluar dari sini. Mengingat waktu itu, aku akan melihat kejadian yang menyeramkan.

Tapi, sialnya badanku tak bisa bergerak sesuai dengan kemauanku. Jangan-jangan, ini mimpi yang menunjukkan kejadian yang akan datang?

Sial!

Aku tak mau melihat ini lagi!

Aku mencium aroma tidak sedap dari dapur Temari-senpai. Ini bau gas.

Jangan-jangan...

"Hm? Bau apa ini?" Tanya Tenten.

"Ini bau gas." Kata Neji.

"Temari-senpai, kau belum mematikan kompor kan tadi?" Celetuk Naruto.

"Oh iya benar." Kata Temari-senpai. "Aku akan segera kembali."

Tangan Temari-senpai ditarik oleh Tenten. "Aku saja yang mematikannya. Temari-senpai lanjutkan saja diskusinya." Kata Tenten menawarkan diri.

"Ah, benarkah? Terimakasih, Tenten."

Kulihat, Tenten berjalan menuju dapur untuk mematikan kompor. Dan tak lama...

DUAR!

Kami semua terkejut dengan suara ledakan itu. Api menyambar dengan cepat dari dapur Temari-senpai.

Tidak! Tenten masih disana!

"Tenten!" Panggilku.

Neji pun segera berlari ke arah dapur, diikuti dengan Naruto dan Sasuke-kun. Aku tak tau apa yang mereka lihat. Tak lama, mereka kembali dengan rusuh.

"Kita harus cepat keluar dari sini!" Teriak Naruto.

"Api nya semakin menyambar kemana-mana!" Lanjut Sasuke-kun.

"Tapi, bagaimana dengan Tenten?!" Tanya Ino panik.

Kulihat, Temari-senpai masih shock dengan kejadian ini semua...

Naruto dengan cepat menarik tangan Neji yang terlihat shock itu. Kita semua pun berhasil berlari keluar.

Nafas kami terengah-engah. Tak lama, terdengar ledakan lagi dari rumah Temari-senpai. Kayu-kayu panas itu berterbangan kearah kami. Kami beruntung tidak terkena kayu-kayu panas itu.

Tapi...

Salah satu kayu itu mengenai wajah Temari-senpai.

"Kyaaa!" Teriak Temari-senpai kesakitan.

Badannya pun tak terkontrol dan dia berlari dengan panik tanpa melihat sebuah truk melaju kearah nya.

Dan...

END SAKURA P.O.V

"Sakura!"

Sakura membuka matanya terkejut. Dia melihat semua teman-temannya mengelilingi nya dengan tatapan khawatir.

"A...Apa yang terjadi?" Tanya Sakura.

"Kau pingsan." Kata Hinata khawatir.

"Mau kuantar kau pulang?" Tanya Sasuke khawatir.

Wajah Sakura memucat. Pandangannya di alihkan ke jam dinding di rumah Temari itu dan waktu menunjukkan pukul 19.15.

Nafas Sakura tak terkendali. "Hei! Kau benar-benar baik-baik saja?" Tanya Neji.

Sakura memegang dada nya dan langsung berlari ke dapur dengan nafas terengah-engah. Kompornya masih hidup dan dengan cepat Sakura mematikan kompor itu.

"Hei! Ada apa?!" Tanya Ino.

Sasuke menghampiri Sakura dan memegang pundak Sakura yang bergetar hebat itu.

"Hn, apa yang terjadi? Kau mendapatkan firasat lagi?" Gumam Sasuke.

Sakura menatap mereka semua dengan ketakutan kemudian mengangguk pelan.

Sasuke pun menuntun pelan Sakura kembali ke dalam dan duduk di ruang tamu, diikuti dengan mereka semua.

"Coba ceritakan apa yang kau lihat..." Kata Sasuke pelan.

Air mata Sakura mengalir. Wajahnya tampak ketakutan. "I...ini seperti yang kulihat waktu itu." Kata Sakura pelan.

Sakura kembali menatap jam dan sudah menunjukkan pukul 19.20.

Sakura masih terlihat was-was dengan sekitarnya. Karena yang dia lihat tadi, kejadiannya terjadi pada pukul 19.30. Masih ada 10 menit lagi.

"Jadi, kau bermimpi lagi?" Tanya Naruto.

Sakura mengangguk. Temari pun dengan cepat membaca buku itu.

"Ini aneh. Kau melihat secara jelas?" Tanya Temari.

Sakura mengangguk lagi.

"Di dalam buku ini, orang-orang yang sudah pernah mengalami itu tidak melihat secara jelas kejadiannya selanjutnya. Mereka hanya melihat hubungan kematiannya saja." Jelas Temari.

Sakura tampak terkejut dengan pernyataan Temari. "La...Lalu, kenapa aku melihatnya secara jelas? Ini tak terjadi pada saat Kakashi-sensei, Guy-sensei, Sai-senpai, dan Shikamaru."

"Hn, kapan terjadinya insiden yang kau ihat barusan?" Tanya Sasuke.

"Pukul 19.30. Gas di rumah Temari-senpai meledak dan membakar rumah. Tenten yang hendak mematikan kompor saat itu terkena ledakannya." Jelas Sakura pelan sambil menunduk.

Mereka semua terkejut dengan perkataan Sakura.

"Tak lama setelah berhasil keluar, rumah Temari-senpai meledak dan kayu-kayu yang terbakar itu terbang mengenai wajah Temari-senpai yang menyebabkan Temari-senpai kehilangan fokus dan berlari ke jalan. Setelah itu..."

Hinata memegang pundak Sakura yang bergetar hebat karena ketakutan itu. Sasuke dan Neji sontak menoleh ke arah jam dan sudah menunjukkan pukul 19.25.

"Hn, 5 menit lagi." Gumam Sasuke.

"Bukannya sebaiknya kita pulang? Temari-senpai juga menginaplah dirumah temanmu untuk sementara waktu..." Kata Naruto.

"Ta...tapi..."

Mereka masih tetap terdiam hingga Neji mencium aroma gas.

"Hn? Bau gas?" Gumam Neji.

"Hn, aku akan memeriksanya." Kata Sasuke.

Sakura menarik baju Sasuke pelan. "Ta...tapi..."

"Hn, semuanya akan baik-baik saja. Tadi kau sudah mematikan kompornya juga." Kata Sasuke seraya melepaskan tangan Sakura pelan.

"Hn, aku ikut." Kata Neji.

"Aku juga!" Sahut Naruto.

Mereka bertiga pun berjalan ke dapur dan mulai terdengar suara gas yang bocor disertai aroma gas yang menyengat.

Naruto, Sasuke, dan Neji pun menutup hidungnya seraya mendekati gas itu.

Tenten tampak penasaran dan menghampiri mereka bertiga di dapur.

"Biar aku yang melepaskan regulatornya." Kata Tenten dari belakang mereka.

Mereka bertiga menoleh kebelakang dan mengangguk.

"Aku akan membuka jendelanya agar gas nya keluar." Kata Neji.

Sasuke dan Naruto pun mengangguk. Neji pun berjalan mendekati jendela yang ada di dapur itu. Namun, tanpa mereka sadari, ada orang mabuk yang sedang berjalan sempoyongan seraya merokok.

Dia menggerutu begitu kencang dan melampar puntung rokok itu ke dalam rumah.

Naruto yang menyadari hal itu tampak sangat terkejut.

"Awas!"

Dan...

Duar!

Sasuke dan Naruto sedikit terlempar karena ledakan itu. Begitu juga dengan Neji.

Untungnya, cedera mereka tak begitu parah.

"Sasuke-kun!"

"Naruto!"

"Neji!"

"Tenten!"

Sakura dan yang lainnya terkejut dan memanggil mereka dengan panik.

Sasuke dan Naruto berlari dengan susah payah. Kakinya terkilir karena dorongan tadi.

"Kita harus cepat keluar dari sini!" Teriak Naruto.

"Api nya semakin menyambar kemana-mana!" Lanjut Sasuke.

"Dimana Neji dan Tenten?!" Tanya Ino panik.

Sasuke langsung menoleh ke belakang dan mendapati Neji yang mematung disana.

"Kalian keluar duluan!" Kata Sasuke kemudian berlari ke dalam menghampiri Neji yang masih mematung disana.

"Sasuke-kun!" Teriak Sakura.

Naruto dengan cepat menarik tangan Sakura keluar. Sasuke yang menghampiri Neji pun segera menarik lengan Neji.

"Oi! Kalau kita tidak keluar, kita akan mati terpanggang disini!" Kata Sasuke.

"Tenten..." Kata Neji pelan seraya menunjuk kearah tubuh Tenten yang sudah terbakar habis itu.

Sasuke tampak terkejut. Tapi, ini bukan waktu nya seperti ini. Sasuke langsung menarik Neji keluar dari rumah Temari. Api sudah menjalar kemana-mana.

Mereka pun berhasil keluar dan menjauhkan diri dari rumah itu. Terlihat, banyak sekali orang-orang yang berdiri di sekitar situ dengan wajah panik. Tak lama, terdengarlah suara sirine pemadam kebakaran yang mendekat.

Sasuke dan Neji pun segera menghampiri yang lainnya.

"Tenten? Dimana dia?!" Tanya Temari dengan panik.

Sasuke menggelengkan kepalanya pelan, sementara Neji masih terlihat terkejut dengan apa yang dilihatnya tadi.

Sakura mulai berjongkok ketakutan. "Ka...kalau rumah itu meledak, ka...kayu-kayu yang berterbangan itu akan sampai kearah kita." Kata Sakura takut.

"Tadi, katamu siapa selanjutnya?" Tanya Naruto panik.

Belum sempat Sakura menjawab, suara ledakan yang berasal dari rumah Temari itu terdengar sangat kencang. Ditambah, dengan suara teriakan para orang-orang yang sedang melihat kejadian itu.

Beberapa kayu-kayu yang terbakar itu terbang karena ledakan itu dan mengenai Temari.

"Kyaaa! Sakiit!" Teriak Temari seraya memegang wajahnya yang terkena kayu-kayu yang terbakar itu.

"Temari-senpai!" Teriak Hinata panik.

Temari terjatuh seraya berguling-guling karena kesakitan. Mereka semua pun dengan cepat menghampiri Temari dan mencoba menenangkannya. Temari pun kemudian bangkit dan berlari ke sembarang arah tanpa melihat sekitar. Dan...

DUAK!

Mereka semua tercengang karena cipratan darah mengenai wajah dan tubuh mereka. Temari terlempar sangat jauh karena tabrakan itu.

Sakura terduduk lemas, sementara sisanya masih menatap tak percaya dengan apa yang terjadi barusan.

Sakura memeluk lututnya ketakutan. "Ke...kenapa tak bisa kuhentikan tadi?!" Kata Sakura pelan.

Sasuke menoleh kearah Sakura yang terduduk memeluk lututnya itu. Sasuke pun berjongkok kemudian memeluk Sakura yang tengah ketakutan itu.

"A...aku takut!" Bisik Sakura ketakutan.

Naruto dan lainnya menghampiri Sakura yang terduduk itu.

"Kita harus menghentikan ini semua. Harus!"

~T.B.C~