Chapter 4: 約束 (Promise)
~o~o~o~
Disclaimer: Naruto hanya milik Masashi Kishimoto, saya cuma pinjem karakternya saja
Sakura menatap layar televisi dengan takjub, acara yang sedang ditontonnya menayangkan sebuah penampilan kembang api yang begitu spektakuler. Matanya terbelalak lebar dengan kilauan pantulan dari layar televisi.
Sakura menoleh ke arah Sasuke yang sedang sibuk membaca buku, entah itu buku apa yang jelas Sakura tidak terlalu suka sampulnya karena berwarna gelap dan suram. Sasuke masih tidak menyadari tatapan penuh harapan yang Sakura berikan padanya.
"Sasuke ...," panggil Sakura.
Sasuke hanya bergumam pelan merespon rengekan kecil Sakura.
"Sasuke, bisakah kita melihat kembang api?" Sakura meminta dengan penuh harap.
Mendengar hal itu, Sasuke menutup buku yang sedang ia baca dan menatap aneh ke arah Sakura. Kemudian pandangannya ia alihkan ke arah televisi yang sedang menayangkan sebuah acara festival kembang api. Rupanya Sakura tergoda lagi oleh iklan di televisi.
Lagi. Memang ini bukan pertama kalinya Sakura meminta ini itu pada Sasuke, kadang ia kabulkan kadang juga tidak. Ia akan mengabulkannya kalau hal itu masuk akal dan mudah untuk dilakukan. Misalnya ketika Sakura melihat acara berkebun, Sakura merengek minta dibawa ke tempat yang penuh bunga-bungaan. Akhirnya Sasuke membawanya ke sebuah taman bunga dan ia membelikan beberapa pot tanaman bunga untuk Sakura rawat di rumahnya-rumah Sasuke. Sampai sekarang tanaman itu bertumbuh dengan baik dan berbunga lebat karena Sakura benar-benar merawatnya dengan sungguh-sungguh.
Namun, ada pula permintaan Sakura yang tidak ia turuti, yaitu memelihara hewan. Sasuke hanya pernah membawa Sakura ke sebuah toko hewan dan membiarkan Sakura bermain sejenak bersama hewan-hewan di sana. Ketika Sakura menginginkan salah satu hewan untuk dipelihara, Sasuke langsung menolaknya mentah-mentah, karena ia tidak suka jika rumahnya terlalu ramai. Ada Sakura di rumahnya saja sudah menjadi gangguan bagi Sasuke-tapi ia mulai terbiasa.
Kali ini kembang api? Ia tidak tahu apakah menuruti permintaannya kali ini adalah hal yang bagus atau tidak. Sasuke kemudian melirik ke sebuah kalender yang terletak di meja sebelahnya. Ia mengambil kalender tersebut dan mengamati satu persatu tanggal.
Benar juga, sebentar lagi akan ada festival musim panas, yang artinya akan ada festival kembang api di malam harinya. Sakura pasti akan menyukainya. Apa sebaiknya ia ajak saja Sakura ke sana? Sakura pasti belum pernah merasakan suasana festival.
"Baiklah, 3 hari dari sekarang akan ada festival musim panas," ucap Sasuke.
"Yay! Festival! Tunggu ... apakah ada kembang api di sana?"
"Ya," jawaban singkat dari Sasuke cukup membuat Sakura senang bukan main. "Kita bisa melihat kembang api di festival itu."
"Sasuke!" teriak Sakura tiba-tiba. "Aku sayang padamu!" lanjutnya tanpa beban, sontak saja itu membuat Sasuke terkejut.
"Hei! A-apa maksudmu?!" Sasuke tiba-tiba merasa malu. Ia menyembunyikan wajah merahnya dibalik buku yang ia baca tadi.
"Kenapa? Memangnya aku salah bicara?" balas Sakura dengan polos.
"Bu-bukanya begitu! Ah, su-sudahlah! Lanjutkan pekerjaanmu!" Sasuke beranjak dari sofanya dan berjalan menuju kamarnya dengan tergesa-gesa. Ia tidak bisa membiarkan Sakura melihat wajahnya yang memerah.
Sasuke tidak tahu mengapa harus merasa malu seperti ini, padahal Sakura memang sering melontarkan kata-kata aneh. Sakura memang penuh kejutan, tapi ini bukan alasan kuat untuk merasa malu, harusnya ia marah dan kesal. Tapi dalam diri Sasuke tidak merasa jengkel sedikit pun. Ia merasakan perasaan menggelitik di perutnya, entah apa itu.
Bahkan saat tidur pun ia tersenyum tanpa alasan.
~o~
Besok adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh Sakura, ia masih belum melunturkan senyumannya sedari kemarin. Ia tak sabar melihat pertunjukan kembang api di esok hari. Kira-kira seperti apa bentuknya? Dan warna apa saja yang muncul? Ini akan sangat menarik.
Sakura yang baru saja kembali dari kebun setelah merawat tanamannya, segera kembali ke dapur untuk mencuci tangan karena tangannya kotor terkena tanah. Ketika baru selesai mencuci tangan, ia tak sengaja mendengar seseorang berbicara. Itu suara Sasuke. Ia terlihat sedang menelepon seseorang.
Memang hal yang biasa mendengar Sasuke berbicara dengan seseorang lewat telepon, tapi kali ini rasanya berbeda. Nada suara Sasuke lebih lembut dan pelan. Biasanya Sasuke berbicara dengan nada penuh tekanan atau dengan emosi yang meluap, iya Sasuke sering memarahi orang di seberang telepon. Bahkan saat berbicara dengan Sakura, Sasuke lebih sering menggunakan nada yang datar tanpa emosi.
Sakura sedikit cemburu. Ia merasa Sasuke tidak adil. Tapi, apa urusannya? Memangnya ia siapanya Sasuke sehingga ingin diperlakukan berbeda? Diam-diam Sakura tidak menyukai cara Sasuke berbicara dengan entah siapa yang ada di seberang sana.
"... Aa, maaf aku agak sibuk akhir-akhir ini," ucap Sasuke dengan lembut.
"Benar juga, sudah lama aku tidak menemuimu. Kau baik-baik saja, 'kan?" Sasuke terdengar khawatir dan Sakura tidak suka mendengar hal itu. Kapan Sasuke khawatir padanya? Yang ada ia selalu memarahinya kalau Sakura melakukan kesalahan.
"Ah, kau ingin bertemu?" ujar Sasuke tiba-tiba, membuat Sakura semakin gencar menguping pembicaraan mereka.
"Hmm ..." Sasuke sempat menerawang sejenak lalu kembali berbicara dengan orang asing tersebut. "Bagaimana kalau besok? Iya, besok kita bisa bertemu. Kebetulan aku libur," Sakura membelalakan matanya lebar.
Besok? Besok, 'kan seharusnya ...
"Apa yang kau lakukan di situ?" suara Sasuke membuyarkan pikiran Sakura.
"Waa ... ma-maaf aku habis cuci tangan. Aku akan pergi, permisi." Sakura yang panik, menjawab Sasuke dengan gelagapan. Ia bahkan tidak sempat melihat ekspresi Sasuke yang menatapnya curiga.
"Apa Sasuke tahu aku menguping pembicaraannya, ya?" bisik Sakura pada kehampaan.
~o~
Ini sudah jam 9 malam, tapi Sakura masih bekerja. Pikirannya melayang pada percakapan Sasuke dengan orang misterius yang ada di seberang telepon. Apa Sasuke akan menepati janjinya, atau ia lebih memilih pergi dengan orang asing itu?
Sakura berniat menanyakannya langsung pada Sasuke, agar semuanya jelas dan Sakura bisa tahu kepastian untuk esok hari. Ia mengetuk pintu kamar Sasuke, tapi Sasuke tidak merespon sama sekali. Akhirnya ia memberanikan diri membuka pintu kamar Sasuke, benar saja pintunya tidak dikunci sehingga Sakura bisa masuk dengan mudah.
Sakura hanya mengeluarkan wajahnya untuk mencari keberadaan Sasuke di kamar. Setelah sedikit menengok ke kanan dan kiri, ia menemukan Sasuke yang tertidur pulas di meja kerjanya. Pantas saja pria itu tidak mendengar ketukan pintu tadi.
Ia memberanikan diri untuk masuk ke kamar Sasuke dan menghampirinya. Padahal ia ingin menanyakan sesuatu, tapi melihat Sasuke yang tertidur pulas seperti ini rasanya tidak tega untuk diganggu. Diam-diam Sakura mengamati wajah damai Sasuke yang sedang tidur. Sasuke memang sangat tampan, tapi sayang, sifat dingin dan temperamen yang tinggi membuat dirinya semakin menyeramkan. Tak bisa dipungkiri itu juga yang menjadi daya tarik Sasuke.
Sakura sempat berpikir, sulit dipercaya bila pria dengan wajah setampan ini tidak memiliki seorang kekasih? Lalu pikirannya melayang lagi pada kejadian siang tadi, apakah orang yang Sasuke telepon tadi adalah kekasih Sasuke? Sakura menggelengkan kepalanya kuat-kuat dan menepuk kedua pipinya untuk menyadarkan diri, ini bukan saatnya berpikir yang tidak-tidak.
Ia melihat Sasuke yang bergerak tidak nyaman dengan posisi tidurnya. Sasuke pasti kedinginan, ia akhirnya berinisiatif untuk membawakan selimut dan memakaikannya ke punggung Sasuke. Sasuke masih tidak bergerak dan tak menyadari apa yang Sakura lakukan.
Melihat meja kerja Sasuke yang berantakan, Sakura juga membantu merapikan buku-buku dan kertas yang berserakan di meja. Tanpa sengaja, tangannya menyenggol mouse laptop milik Sasuke, sehingga laptop yang sebenarnya belum mati itu, menyala kembali. Sakura tentu saja terkejut melihat layar gelap yang tiba-tiba jadi terang menyilaukan mata.
Perlahan layar di monitor menampilkan sebuah wallpaper, wallpaper yang baru kali ini Sakura lihat dengan mata kepalanya sendiri. Foto seorang gadis! Seorang gadis cantik yang entah kenapa Sakura rasa ia mengenalnya. Ini aneh, Sakura 'kan tidak kenal banyak orang, kenapa ia merasa pernah melihat gadis ini di suatu tempat.
Keterkejutan itu membuat buku yang Sakura pegang terjatuh begitu saja, sehingga menimbulkan bunyi gedebuk yang cukup keras. Mendengar hal itu, Sasuke terbangun dari tidurnya.
"Hmm, Sakura?" gumam Sasuke yang melihat Sakura berdiri di sebelahnya.
Dengan gelagapan Sakura mengambil buku yang terjatuh dan menyimpannya dengan asal di atas meja. "Maaf, aku membuatmu terbangun, ya?" ujar Sakura.
Sasuke menggeleng, setelah sedikit mengumpulkan nyawa ia melihat layar laptop yang menyala, kemudian dari ekor matanya melirik Sakura yang terlihat gugup. Apa Sakura habis melihat ini tadi?
"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Sasuke akhirnya.
"Aku umm ... tadi aku mau bertanya soal ...," Sakura mendadak panik, ia ragu apa sebaiknya ini tetap ditanyakan atau tidak? Tapi kalau diam saja pun Sakura tidak akan mendapatkan kepastian. "... besok kita ... err maksudku, kita jadi ke festival ... 'kan?" tanya Sakura akhirnya walau berkeringat dingin.
Sasuke mengusap wajahnya kasar, ia lupa kalau besok ia juga punya janji dengan Sakura. Tapi Sasuke sudah terlanjur berkata pada orang itu ia akan menemuinya besok. Bagaimana ini?
"Umm Sasuke?"
"Ah, ya ... maaf. Besok aku ada janji ...," ucap Sasuke sedikit ragu. Ia melihat wajah Sakura yang tiba-tiba menjadi sedih, ia tidak suka ini. "Tapi, aku akan mencoba mengatur waktu, agar kita bisa datang ke festival malam hari. Kau ingin melihat kembang api, 'kan?" Sakura mengangguk pelan.
"Tapi, kalau kau tidak bisa juga tidak apa, kok! Jangan memaksakan diri," hibur Sakura, walau ia sebenarnya sangat ingin melihat kembang api.
"Aku bilang, aku akan mengatur waktuku, Sakura," tegas Sasuke. Ia sangat tidak suka melihat wajah Sakura yang tersenyum paksa seperti itu.
"Baiklah ...," bisik Sakura terlampau pelan sambil menunduk.
Melihat ekspresi Sakura yang semakin muram membuat Sasuke mengepalkan tangannya dengan kuat, ia kesal, ia membenci dirinya sendiri. "Aku berjanji," ucap Sasuke akhirnya.
Sakura mengangkat kepalanya menatap Sasuke dengan mata terbelalak lebar. Tangan Sasuke juga terangkat mendekati wajah Sakura. Mata Sakura mengikuti jari Sasuke yang kemudian perlahan menyentil dahi Sakura dengan pelan. Sakura meringis, bukan karena sakit, tapi karena terkejut akan tingkah Sasuke yang baru kali ini ia rasakan.
"Sekarang tidurlah," ucapnya kemudian. Lalu ia melihat selimut yang tersampir di kedua bahunya. "Terima kasih," bisiknya sambil tersenyum kecil.
Sasuke memang tidak mengatakan secara langsung dengan menatap mata Sakura, tapi Sakura cukup senang mendengar kalimat tulus yang keluar dari mulut Sasuke. Saking bahagianya, ia tak bisa membalas ucapan Sasuke. Sakura hanya mengangguk cepat, kemudian berlari keluar dari kamar Sasuke.
Sasuke tidak melewatkan semburat merah yang merambat di wajah Sakura. Melihat itu, ia hanya menggeleng pelan dan menarik napas dalam. Mengapa rasanya sebahagia ini melihat Sakura yang begitu berseri-seri, ia tidak mau membuat Sakura sedih lagi. Artinya besok, ia tidak boleh membuat Sakura kecewa, tidak boleh ...
TBC.
Author Notes: Huwaa maaf harusnya kemarin malam aku update, tapi aku masih sibuk nugas jadi kelupaan :') Maaf ya telat satu hari hiks ...
