Tak terasa, hari sudah mulai beranjak malam. Perjalanan mereka menuju ke kuil tersebut memakan waktu yang tidak sedikit. Karena kuil yang mereka tuju berada di puncak bukit, mereka memutuskan untuk memarkirkan motor mereka di kaki bukit dan berjalan menuju kuil tersebut.
Mereka menyusuri tangga batu yang dikelilingi oleh pepohonan yang lebat. Naruto sedikit mengusap kedua tangan dan lengannya sambil melihat keadaan sekitar. "Kenapa mereka harus membangun sebuah kuil di puncak bukit seperti ini sih?" keluhnya.
"Apakah kau mengeluh karena kecapekan atau karena takut dengan kondisi hutan yang gelap dan sepi ini?" ungkap Menma sambil menyeringai kecil.
Naruto gelagapan. "Aku tidak takut," ungkapnya, "hanya sedikit merinding."
Menma mendengus. "Aku baru tau kalau partnerku adalah seseorang yang penakut."
"Oh diamlah!" seru Naruto yang sedikit merona malu.
Tak lama kemudian, mereka sampai di kuil yang tertulis dalam buku harian korban. Kuil itu memiliki desain layaknya kuil aliran shinto pada umumnya, dengan mayoritas struktur bangunannya yang terbuat dari kayu dan batu. Naruto dan Menma mencoba untuk mengamati keadaan sekitar area kuil tersebut.
"Seperti tidak ada orang di tempat ini," kata Menma.
Naruto mengangguk. "Mungkin karena hari sudah malam dan pendeta di kuil ini sudah tidur atau tengah ada acara di luar. Lebih baik kita datang saja besok," balasnya.
Namun sebelum mereka pergi, tiba-tiba saja terdengar suara gemerisik dari balik semak-semak. Naruto dan Menma mulai meningkatkan kewaspadaan mereka. Mereka terdiam sambil menunggu, bersiap siaga jika ada hal-hal yang merugikan mereka. Tak lama kemudian, seekor kucing keluar dari balik semak-semak itu. Naruto dan Menma menurunkan kesiagaan mereka dan menghela nafas pelan.
"Hah ... kukira apa, ternyata hanya seekor kucing," keluh Naruto.
Menma tersenyum kecil sambil menggerakkan tangannya seperti memanggil kucing tersebut. Kucing itu menghampiri Menma sambil mengeluskan badannya ke kaki Menma. "Sudahlah ... lagipula hari ini kita sudah mendapatkan informasi yang lumayan, meski belum ada titik terang mengenai pelaku," ujar Menma sambil mengelus badan kucing itu.
Naruto mengangguk, namun matanya tak lepas pada pepohonan yang ada di dekat mereka. Menma yang melihat Naruto yang melamun sontak melambaikan tangan di depan muka Naruto. "Hoi, kenapa kau diam saja?"
Naruto sedikit tersentak, setelah itu ia menggelengkan kepalanya. "Tidak ada apa-apa. Mending kita pulang sekarang, kita masih harus mengurusi berkas pendaftaran sekolahmu 'kan? Besok kita lanjutkan penyelidikan kita di kuil ini" ujarnya sambil tersenyum menggoda di akhir.
"Aku benci ketika mengingat kalau aku harus sekolah," ujar Menma.
Naruto tertawa lepas ketika mendengar hal tersebut. Akhirnya mereka memutuskan untuk pergi dari kuil tersebut, namun mereka tidak menduga kalau sepasang mata beriris vertikal tengah menatap mereka di balik bayangan pepohonan yang tadi ditatap Naruto.
.
THE TWO-IN-ONE DETECTIVE
Now ... let's count up your sins
.
Naruto by Masashi Kishimoto
Highschool DxD by Ichiei Ishibumi
Kamen rider W by Toei Production
.
.
Summary : Sebuah agensi detektif swasta telah masuk ke Kota Kuoh. Kasus-kasus apa yang akan dihadapi oleh detektif-detektif ini ketika mengetahui bahwa kota yang mereka tuju ternyata telah menjadi pusat aktivitas dari dunia supranatural?
.
.
III
Tracking the clue
Part 2
.
.
Setelah mereka turun dari bukit itu, mereka langsung menaiki motor mereka dan melakukan perjalanan kembali ke kantor mereka. Namun saat mereka melewati sebuah rumah kosong, hawa dingin nan kelam menguar dari rumah itu. Naruto langsung menghentikan motornya.
"Kau juga merasakannya, Menma?" tanya Naruto.
Menma mengangguk. "Ada sesuatu yang aneh dari rumah kosong di pinggir jalan itu. Rasanya seperti ..."
"Hawa dingin nan kelam yang bisa memberikan rasa takut. Bukan begitu?" lanjut Naruto.
"Betul itu," balas Menma. "Apakah kita mencoba untuk menyelidikinya?"
"Tentu saja," Naruto menanggapi. "Setidaknya kita memiliki petunjuk tentang hawa kelam yang dimaksud dalam diary korban."
Mereka turun dari motor dan menghampiri rumah itu. Rumah itu terlihat seperti rumah Jepang era modern yang minimalis. Halaman rumah tersebut terlihat kotor dengan banyaknya dedaunan yang berserakan dan beberapa tanaman yang telah mati. Warna dinding rumah itu juga tampak memudar dengan adanya beberapa retakan di dinding itu. Pintu depannya tampak sedikit rapuh karena tertelan zaman.
Ketika mereka memasuki rumah itu, mereka disuguhi dengan pemandangan rumah yang seperti kapal pecah. Rak-rak berserakan, lantai kayu yang retak, pintu geser yang berlubang dan banyaknya debu di beberapa tempat. Naruto segera mengambil sepasang sarung tangan dari kantung jasnya dan mulai meneliti tempat itu.
"Tempat ini sudah ditinggalkan dalam waktu yang lama," gumam Menma ketika ia melihat secara sekilas pemandangan dalam rumah itu.
Naruto tidak membalas perkataan Menma, ia fokus mengobservasi keadaan rumah tersebut sambil sesekali mencoba untuk menarik fakta atau data yang bisa ia dapatkan dari kondisi rumah tersebut.
"Apa yang kau temukan?" tanya Menma saat melihat Naruto berjalan menghampirinya.
"Banyak hal yang bisa kudapatkan dari keadaan rumah ini, namun tidak ada yang berhubungan dengan hawa kelam yang dimaksud dalam diary korban itu," ungkap Naruto. Ia mengelus ujung dagunya. "Tapi kita tidak bisa menyimpulkan hal itu secara langsung, mengingat adanya kemungkinan Gaia Memory yang terlibat dalam kasus ini."
Menma terdiam sejenak mendengar perkataan Naruto. Tak lama kemudian, ia berceletuk. "Naruto ... apakah ada kemungkinan kalau kasus yang menimpa Natsumi-san merupakan kasus supranatural?"
Naruto terkejut. "Hah! Apa maksudmu, Partner?" tanyanya.
Menma mengendikkan bahunya. "Beberapa data yang kita terima sama sekali tidak memberikan petunjuk mengenai pelaku, seolah-olah pelaku yang melakukan hal ini bukanlah manusia. Jadi aku menyimpulkan hal tersebut," ungkapnya.
Naruto mencoba untuk memasukkan nalar yang diberikan oleh Menma tersebut. Kemudian ia berkata, "Bukankah seorang dopant tidak bisa kita sebut sebagai manusia biasa? Siapa tahu memang ada dopant yang bisa menyerang secara sembunyi-sembunyi dan memiliki hawa kelam setara Terror."
Ketika mereka menelusuri rumah itu lagi, tiba-tiba hawa kelam tadi kembali muncul. Mereka mencoba untuk mengikuti hawa kelam itu. Tak lama kemudian, mereka sampai di depan gudang belakang rumah tersebut. Naruto dan Menma mulai bersiaga.
"Hawa itu muncul dari sini," kata Naruto sambil menunjuk ke arah gudang itu. "Kau membawa senter 'kan, Menma?"
Menma mengangguk sambil menyiapkan lampu flash dari handphone miliknya. Naruto menggeser pintu gudang itu dan mereka berdua pun masuk ke dalam gudang tersebut.
Gudang itu terdiri atas sebuah ruangan yang sangat luas dan dipenuhi dengan beberapa kardus dan juga rak. Suara tetesan air dari atas atap menyambut masuknya kedua pemuda tersebut. Naruto dan Menma menyalakan lampu flash dari hp mereka dan mulai menyusuri tempat itu. Naruto berdiri di depan sebuah rak yang dipenuhi dengan kardus berisi barang yang tidak terpakai sambil berkata, "Apakah kau menemukan sesuatu, Menma?"
"Belum," balas Menma.
Naruto hanya menghela nafas heran. "Aneh sekali ... sepertinya hawa kelam itu berasal dari gudang ini. Kenapa tidak ada satupun hal yang merujuk ke hawa itu ya?" batinnya.
Tiba-tiba saja, suara gedebuk yang nyaring terdengar di telinga mereka. Mereka segera mencari sumber suara itu dan menemukan sebuah kardus telah terguling dari atas tumpukan kardus yang ada di salah satu pojok ruangan. Menma mengernyit heran. "Kok kardus ini tiba-tiba terjatuh?"
Naruto mulai merasakan firasat aneh yang menghinggapinya. Terlebih suara tetesan air di gudang itu kian terdengar jelas. "Menma," panggilnya. "Persiapkan dirimu."
"Huh!? Ada apa, Naruto?" tanya Menma heran.
Tiba-tiba saja, sekelebat bayangan muncul dari sudut gudang itu dan mulai menerjang mereka. Naruto langsung berusaha untuk menghindar keluar dari gudang itu seraya menarik Menma yang terlambat menghindar. Ketika mereka sudah berada di luar, suara gemuruh karena barang-barang berjatuhan terdengar di dalam gudang itu. Asap dan debu memenuhi pandangan mereka dari pintu masuk gudang itu
"Apa itu?" tanya Menma yang sempat terkejut karena ditarik paksa oleh Naruto.
Naruto menggeleng. "Entahlah ... tapi kita harus waspada apapun itu," ungkapnya.
Tak lama kemudian, sebuah bayangan besar muncul dari balik kepulan debu itu. Setelah kepulan debu itu perlahan hilang, tampak sosok makhluk dengan penampilan seorang perempuan di bagian tubuh sebelah atas dan badan ular di setengah badan ke bawah. Matanya yang berwarna merah kehitaman memandang kedua pemuda itu dengan berbinar.
"Sudah lama aku tidak mendapatkan makanan di sini, akhirnya kalian muncul kemari," kata makhluk itu.
Naruto dan Menma memandang makhluk itu dengan tatapan terkejut. "Sebenarnya makhluk apa kau ini?" tanya Menma.
Makhluk itu menyeringai kecil. "Untuk ukuran manusia, kalian ternyata memiliki nyali yang cukup tinggi. Kalian bisa menyebutku sebagai iblis liar dan hari ini adalah hari terakhir kalian hidup di dunia ini," balas makhluk itu.
"Iblis liar?" gumam Naruto. "Ini hal baru untukku."
"Bersiaplah kalian untuk menjadi makananku!" teriak makhluk itu sambil bersiap untuk menerjang mereka berdua.
Naruto yang mendengar itu tampak tersenyum kecil. "Sepertinya ini waktunya kita untuk beraksi, Partner," ujarnya.
Menma tersenyum. "Begitukah? Kalau begitu ayo kita lakukan."
Naruto pun mengeluarkan sebuah driver belt dari balik saku jasnya dan memasangnya pada pinggangnya. Tak lama kemudian, driver yang sama muncul di pinggang Menma. Setelah itu, mereka berdua mengeluarkan sebuah device berbentuk USB dari masing-masing saku mereka. Device itu adalah Gaia Memory milik mereka.
[Cyclone]
[Joker]
Mereka mengerakkan tangannya ke samping sambil berkata, "Henshin."
Ketika Menma memasukkan device yang ia pegang ke slot bagian kanan, device itu menghilang dan muncul ke slot kanan milik Naruto. Naruto memasukkan kembali device itu dan device miliknya ke slot yang ada sehingga kedua slot terisi. Setelah itu, ia membuka driver itu hingga membentuk huruf 'W'.
[Cyclone] [Joker]
Setelah itu, muncul armor yang meliputi tubuh Naruto diikuti angin yang menyelimuti tubuhnya. Tak lama kemudian, muncul orang yang terbalut armor dengan tubuh berwarna hijau di sebelah kanan dan berwarna hitam di sebelah kiri. Sementara itu, tubuh Menma tergeletak tak sadarkan diri di sebelah sosok berarmor itu.
Makhluk jadi-jadian itu hanya mengernyitkan dahinya. "Siapa kalian sebenarnya?" tanyanya.
"Kamen Rider Double," ungkap sosok tersebut. "Itulah kami."
"Kamen Rider?" gumam makhluk itu. "Terserahlah ... aku tidak peduli siapapun kalian. Kalian akan tetap kumakan."
"Kalau kau bisa ..." Sosok tersebut menggerakkan tangan kirinya ke depan sambil berkata, "Baiklah ... mari kita hitung dosamu."
.
~The Two-in-One Detective~
.
Pertarungan antara Naruto dan Menma yang telah berubah menjadi Kamen Rider Double dengan sosok iblis liar telah berlangsung. Naruto mencoba untuk memukul badan iblis itu, namun iblis itu menegakkan tubuhnya sehingga pukulan Naruto mengenai bagian tubuh yang menyerupai ular itu.
Naruto menarik tangannya sambil mengaduh kesakitan, "Sial! Bagian tubuh ularnya ternyata sangat keras!"
Iblis itu tertawa keras. "Hahaha! Aku adalah mantan rook dari bangsawan Bune. Tentu saja tubuhku memiliki sisik yang keras seperti seekor naga. Kau tidak akan bisa menembus pertahananku," katanya dengan arogan.
Mata armor pada tubuh bagian kanan yang berwarna hijau itu berkedip bersamaan dengan Menma yang menanggapi, "Coba gunakan Heat dan Metal Memory untuk menyerangnya."
Naruto mengangguk. "Tentu saja."
Setelah itu, ia mengambil Cyclone dan Joker Memory dari dalam slot, mengeluarkan dua Gaia Memory lagi dan memasukkannya ke slot drivernya kembali.
[Heat] [Metal]
Kemudian, armor rider mereka berubah menjadi merah silver dan muncul sebuah tongkat di punggungnya. Naruto menarik tongkat itu dan mulai menyerang kembali, namun hasilnya sama saja.
Sambil mengerang frustasi, Naruto akhirnya mengeluarkan Metal Gaia Memory miliknya dan menggantinya dengan Trigger Memory.
[Heat] [Trigger]
Setelah sisi sebelah kiri armornya berubah menjadi biru, Naruto mengeluarkan Trigger Magnum dan menembaki makhluk itu. Makhluk itu terus berkelit kesana-kemari, menghindari tembakan dari Naruto.
Tiba-tiba Menma berkata, "Naruto! Serang tubuh bagian atasnya!"
"Bagaimana aku bisa menembak tubuh atasnya kalau ia terus menghindar seperti itu?" erang Naruto yang terus berusaha menembaki makhluk itu.
Menma yang sempat terdiam pun kembali berkata, "Coba gunakan Luna Memory."
Naruto mengikuti perkataan Menma dan mengganti Heat Memory dengan Luna Memory.
[Luna] [Trigger]
Tak lama setelahnya, sisi sebelah kanan armor itu berubah menjadi kuning. Iblis liar yang melihat itu sontak menyeringai kecil. "Apapun yang kalian rencanakan tidak akan pernah berhasil padaku. Pertahananku itu absolut!"
"Tidak ada yang tahu kalau kami belum mencobanya," ujar Menma yang kesadarannya bersatu dengan Naruto.
Ia mencoba untuk membidik makhluk itu. Setelah merasa pas, ia kembali menembakinya. Makhluk itu menyeringai sambil kembali menghindar ke kanan, namun peluru yang ditembakkan itu berbelok dan berhasil mengenai tubuh bagian atas makhluk itu. Ia meringis kesakitan.
"Mengapa kalian bisa menembakiku? Dan mengapa hasil tembakan kalian bisa sesakit ini?" tanya makhluk tersebut.
"Kekuatan Luna Memory yang bergabung dengan Trigger Memory menghasilkan peluru cahaya yang memiliki prinsip 'sekali ditargetkan, pasti kena'. Jika benar kau ini adalah iblis, maka pasti peluru cahaya tersebut memberikan efek mematikan bagi dirimu," jelas Menma.
Makhluk tersebut membelalakkan matanya, terkejut mendengar penjelasan Menma. "Tidak! Aku tidak akan mati di tangan makhluk rendahan seperti kalian!" serunya sambil menembakkan beberapa proyektil sihir ke arah mereka.
Naruto kemudian terus menghindari serangan iblis itu sambil sesekali membalasnya dengan tembakan beruntun. Serangan balasan itu berhasil mengenai tubuh iblis itu lagi. Sosok iblis itu terengah-engah karena mendapatkan serangan peluru cahaya beruntun dari Naruto.
Tak lama kemudian, iblis itu melihat raga Menma yang terbaring tak berdaya. Ia pun membatin, "Jika aku tidak bisa mengenai sosok berarmor itu, lebih baik aku mengincar tubuh temannya yang tak berdaya itu."
Setelah itu, iblis tersebut menyiapkan sebuah proyektil sihir. Matanya tidak pernah lepas dari tubuh Menma. Hal iu disadari juga oleh Naruto yang juga melihat ke arah tubuh Menma. Tak lama kemudian, Naruto mengumpat, "Sial!"
Naruto berlari ke arah tubuh Menma. "Tidak akan sempat, Manusia rendahan!" seru iblis tersebut sambil menembakkan proyektil sihir itu ke arah tubuh Menma.
Proyektil tersebut meluncur dengan cepat menuju tubuh Menma. Naruto yang tahu bahwa ia tidak akan sempat membawa tubuh Menma pergi ke tempat lain, segera menjadikan tubuhnya sebagai tameng untuk melindungi tubuh Menma.
"Argh!" Naruto dan Menma mengerang kesakitan ketika menerima serangan itu hingga jatuh terduduk. Meski yang ada di dalam tubuh Naruto adalah kesadaran Menma saja, namun Naruto dan Menma masih berbagi rasa sakit yang sama ketika terkena serangan.
Naruto sedikit terengah setelah menahan serangan itu, namun matanya masih fokus menatap iblis setengah ular tersebut. "Bagaimana manusia? Kau masih ingin melawanku?" tanya iblis itu sambil menyeringai kecil.
Menma kemudian berkata, "Naruto ... lebih baik kita gunakan [Maximum Drive] sekarang."
"Tentu saja, Partner," ujar Naruto sambil membuka slot pada Trigger Magnum. Lalu, ia mengeluarkan Trigger Memory dari slot driver miliknya dan memasukkannya ke slot Trigger Magnum.
[Trigger]
Setelah itu, ia langsung menutup slot pada Trigger Magnum tersebut.
[Trigger] [Maximum Drive]
Kemudian, sekumpulan energi memenuhi Trigger Magnum. Naruto langsung membidik iblis tersebut. "Trigger Full Burst," ujar Naruto dan Menma sambil menekan pelatuknya.
Kemudian, tembakan Naruto dan Menma terpecah menjadi beberapa bagian. Setelah itu, peluru-peluru tersebut langsung meluncur ke arah iblis tersebut. Teriakan demi teriakan terlontar dari mulut iblis itu. Rasa sakit akan efek serangan cahaya tersebut membuatnya melolong kesakitan.
"Tidak! Bagaimana bisa manusia rendahan seperti kalian bisa mengalahkanku yang merupakan iblis reinkarnasi ini!? Aku tidak teri-" Tak lama kemudian, ledakan dahsyat terjadi dan melahap iblis tersebut.
Setelah ledakan itu cukup reda, Naruto membatalkan transformasinya sehingga armor ridernya menghilang. Sesaat kemudian, kesadaran Menma kembali ke raganya dan ia bangkit berdiri. Ia mengamati raga iblis tersebut yang perlahan-lahan melebur jadi debu.
"Sepertinya benar ... makhluk itu bukanlah manusia," gumam Menma.
Naruto mengangguk. "Lebih baik kita pergi dari sini, ledakan tadi pasti menarik perhatian warga lain sehingga polisi kemungkinan akan segera datang kemarin," balasnya.
"Kau benar," timpal Menma. "Kita juga harus melanjutkan penyelidikan di esok hari."
Mereka pun segera meninggalkan tempat itu. Tanpa mereka sadari, sebuah lingkaran sihir muncul dan menampakkan sekelompok anak muda berpakaian seragam akademi. Anak-anak muda tersebut terkejut dengan keadaan tempat tersebut.
"Kaichou, ada apa ini? Kenapa tempat iblis liar tersebut bisa hancur seperti ini?" tanya seorang pemuda satu-satunya di kelompok tersebut.
"Aku juga tidak tau, Saji. Tapi yang pasti, iblis liar itu sudah dihabisi oleh orang yang menghancurkan tempat ini," ujar seorang gadis pendek berkacamata kepada pemuda tersebut.
"Lalu, apa yang harus kita lakukan sekarang, Kaichou?" tanya seorang gadis berambut silver pendek.
Gadis pendek berkacamata itu mengedarkan pandangannya untuk mengamati tempat itu. Tak lama kemudian, ia berkata, "Kita bereskan tempat ini. Lalu setelah itu kita pergi dari sini."
Mereka pun segera membereskan tempat tersebut sehingga tampak seperti semula. Setelah itu, mereka kembali menghilang melalui lingkaran sihir sebelum akhirnya suara sirine polisi meraung-raung di sekitar lokasi itu.
.
~The Two-in-One Detective~
.
Keesokan harinya di kantor Agensi Detektif Narumi cabang Kuoh, Naruto yang baru saja terbangun dari tidurnya langsung pergi ke garasi rahasia. Di sana, ia melihat sosok Menma yang bergumam sambil menuliskan sesuatu di papan tulis yang ada di situ. Matanya tampak memerah dan sedikit sayu, bahkan sesekali ia terlihat menguap sambil tetap menulis.
Naruto langsung menghampiri Menma. "Kau belum tidur?" tanyanya.
Menma menoleh ke arah Naruto. Wajahnya menampakkan sebuah senyuman kecil sambil berkata, "Belum. Pikiranku tidak bisa lepas dari sosok makhluk yang kita lawan tadi malam. Paling tidak aku harus mencari tahu apa yang sebenarnya kita hadapi untuk pedoman kita ke depannya."
Naruto mengangguk. Ia mengambil sebuah kursi, duduk di kursi itu sambil bertanya, "Lalu ... apakah kau menemukan sesuatu?"
"Tidak banyak ..." Menma menghela nafas lelah. "Kata-kata 'Iblis liar' yang dikatakan makhluk itu tidak terdefinisi dalam arsip Gaia Library. Namun, aku menemukan dua jawaban akan wujud makhluk itu," katanya.
Kemudian, ia menunjuk ke arah papan tulis. "Kata kunci pertama yang kucari adalah 'manusia bertubuh ular', lalu 'perempuan' dan 'supranatural'. Dari ketiga kata kunci tersebut, aku menemukan dua buku mengenai makhluk supranatural yang berwujud seperti makhluk kemarin malam, kebetulan kedua makhluk tersebut berakar dari mitologi yang sama."
"Pertama adalah kaum Geminus atau Gemini. Mereka memiliki wujud separuh manusia dan separuh ular. Dikatakan juga di sini bahwa mereka merupakan anak-anak dari Gaea atau Gaia, dewi primordial untuk bumi. Pemimpin mereka adalah Kekrops, pendiri sekaligus raja pertama kota Athena dan yang menjadi penengah antara Poseidon serta Athena yang ingin memberikan berkat pada kota yang ia dirikan," jelas Menma sambil menunjukkan catatan miliknya.
Naruto mengangguk-angguk. Kemudian, ia berkata, "Bagaimana dengan yang kedua?"
"Yang kedua adalah Lamia. Lamia sendiri juga berasal dari Mitologi Yunani kuno, dimana asal muasalnya dari seorang ratu yang dikutuk oleh dewi Pernikahan, Hera karena telah menjadi selingkuhan Zeus, Raja Olympus. Bentuknya adalah sosok wanita dengan pinggang kebawah berbentuk seperti ular," jelas Menma.
Naruto terlihat berpikir cukup keras ketika mendengarkan fakta yang telah dikumpulkan oleh Menma. Tak lama kemudian, ia berdiri sambil berpikir. "Kayaknya kita masih memiliki beberapa lubang informasi mengenai makhluk semalam," ujarnya.
Menma mengernyitkan dahi. "Apa maksudmu?" tanyanya.
Naruto tidak menggubris pertanyaan Menma. Ia malah berkata, "Tolong kau masuk kembali ke Gaia Library, Partner. Aku akan memandumu mengenai kata kunci yang harus dicari."
"Hah!?" Menma benar-benar heran dengan perkataan Naruto, namun ia mengangguk. "Aku tidak tahu apa yang ada di pikiranmu. Tapi aku coba ikuti apa maumu."
Setelah itu, ia memejamkan matanya dan merentangkan tangannya. Seketika itu juga, di bawah kakinya muncul cahaya hijau yang menyinari Menma. Dalam pandangan Menma, tampak sebuah ruangan luas berwarna putih dan jutaan rak penuh berisi buku berjejer dengan rapi memenuhi ruangan tersebut. Kemudian, Menma berkata, "Memulai pencarian ... kau bisa memberikan kata kuncinya, Naruto."
"Baiklah." Naruto terlihat mengelus dagunya. "Kata kunci pertama, 'Iblis'."
Jutaan rak yang Menma lihat mulai bergeser kesana-kemari setelah kata pertama muncul. Beberapa buku mulai keluar dari raknya dan berjejer di depan Menma. Setelah rak-rak buku tersebut berhenti bergeser, tiba-tiba Naruto berceletuk, "Kata kunci kedua, 'Bune'."
Buku-buku tersebut kembali bergeser kesana-kemari setelah kata kedua muncul. Menma mengedarkan pandangannya, berkonsentrasi dalam mengakses perpustakaan raksasa yang disebut Gaia Library itu. Tak lama berselang, tampaklah buku berwarna ungu tua melayang di depan Menma. Pada cover buku tersebut, terlihat tulisan besar bertuliskan 'BUNE'. Menma mengambil buku tersebut dan mulai membacanya.
Setelah itu, matanya perlahan terbuka dan ia berkata, "Bune, salah satu bangsawan iblis yang tercatat dalam sebuah naskah kuno bernama Lesser key of Salomon bersama 71 iblis lainnya. Dikatakan bahwa ia adalah salah satu bangsawan yang memiliki tubuh layaknya seekor naga dan memiliki kekuatan untuk mengendalikan naga."
Naruto sedikit menggosok dagunya. "Informasinya yang cukup menarik," gumamnya. Kemudian ia berkata, "Menma, kembali kata kunci pertama"
Menma mengangguk dan memulai pencarian kembali pada Gaia Library. "Sudah ... kata kunci berikutnya?"
Naruto tersenyum kecil. "Kata kunci kedua adalah 'Rook' dan kata kunci terakhir ..." Ia tampak menengadahkan kepalanya, memikirkan informasi yang tak sengaja ia dapatkan dari ucapan makhluk kemarin malam. "... mari kita coba 'Reinkarnasi'."
Kedua kata kunci tersebut muncul di hadapan Menma dan buku-buku yang ada di perpustakaan tersebut mulai bergeser semakin keras. Menma kembali berkonsentrasi dengan cukup keras. Beberapa saat kemudian, muncul sebuah buku bersampul hitam dengan judul 'EVIL PIECE'. Menma mengambil buku tersebut dan mulai membacanya.
Naruto yang melihat Menma kembali tersadar mulai bertanya, "Apa yang kau temukan?"
"Sebuah sistem yang diciptakan oleh seorang iblis bangsawan atau mungkin sekarang telah menjadi Raja Iblis untuk mereinkarnasikan seseorang atau makhluk lain menjadi iblis," jawab Menma. "Sistem itu bernama 'Evil Piece', sebuah sistem yang didasarkan pada permainan catur. Setiap makhluk yang direinkarnasikan memiliki karakteristik sesuai bidak yang digunakan untuk mereinkarnasikan dirinya. Disini juga dikatakan bahwa hanya iblis bangsawan atau iblis yang telah mencapai tingkat atas yang mendapatkan perangkat ini. Satu kelompok dari perangkat ini dinamakan sebagai peerage."
"Jadi semisal kalau aku direinkarnasikan menjadi 'Rook', maka aku memiliki ketahanan tubuh yang tinggi layaknya benteng, huh?" ungkap Naruto.
Menma mengangguk. "Semacam itu."
Naruto berpikir keras setelah mendengar hal itu, tak lama kemudian ia berkata, "Baiklah ... aku memiliki informasi yang cukup valid mengenai makhluk bernama iblis liar ini."
Menma mengangkat alisnya. "Coba jelaskan kepadaku, Naruto."
"Mudahnya adalah iblis liar merupakan iblis reinkarnasi yang dibuang oleh iblis bangsawan karena telah hukum keterikatan dengan sistem peerage itu," jawab Naruto. "Mungkin dulunya ia adalah manusia yang memiliki kemampuan khusus dan ia entah bagaimana direinkarnasikan oleh iblis bangsawan Bune menjadi iblis dengan karakteristik 'Rook', lalu karena ia melanggar hukum yang dibuat oleh para iblis bangsawan itu, ia dibuang oleh mereka dan mengakibatkan tubuhnya menjadi seperti monster yang memiliki ciri-ciri dari iblis yang mereinkarnasikannya."
Menma terlihat sedikit berpikir. "Oke ... aku paham untuk bagian awal, tapi apa maksudmu pada bagian 'tubuhnya menjadi seperti monster yang memiliki ciri-ciri dari iblis yang mereinkarnasikannya' itu?" tanyanya.
"Ini masih asumsiku saja ... tapi entah mengapa bentuk makhluk yang kita hadapi kemarin malam selaras dengan ciri-ciri ataupun kemampuan dari iblis Bune itu sendiri. Bukankah naga dan ular itu tidak jauh berbeda? Terlebih ada beberapa mitologi yang menyebutkan sosok naga yang bertubuh seperti ular," balas Naruto.
"Jadi maksudmu selain membawa karakteristik bidak yang digunakan untuk mereinkarnasikan diri mereka, mereka juga membawa karakteristik dari iblis yang menjadi naungan mereka?" simpul Menma.
Naruto hanya mengangguk. Menma kemudian membalas, "Masuk akal juga sih."
"Tapi itu masih sebatas asumsi yang bisa kita lakukan, kita tidak bisa memastikan hal itu menjadi suatu hal yang valid atau tidak kalau kita tidak bertemu dengan para iblis itu sendiri atau orang yang mengetahui seluk beluk makhluk supranatural secara mendalam," ungkap Naruto.
"Aku tahu itu, yang penting hal ini mungkin bisa berguna di masa depan apabila kita bertemu dengan mereka lagi 'kan?"
"Tentu saja," kata Naruto. "Dah ... kamu tidur dulu gih. Aku mau beli sarapan untuk kita berdua. Nanti aku bangunkan dan kita lanjut menyelidiki kuil di puncak bukit Kuoh itu."
Menma membalas sambil menguap, "Kau benar. Kalau begitu, jangan lupa kunci pintu dan hati-hati di jalan."
Naruto mengangguk. "Oke."
Setelah itu, Naruto pergi dari garasi rahasia itu, meninggalkan Menma yang telah berbaring di kasur yang ada pada garasi rahasia itu.
.
~The Two-in-One Detective~
.
Siang harinya, mereka sudah bersiap-siap untuk kembali menuju ke kuil yang ada di bukit Kuoh. Namun sebelum mereka berangkat, Inspektur Fugaku datang ke kantor mereka. "Ah ... Inspektur Fugaku, ada yang bisa kami bantu?" tanya Naruto yang telah memakai setelan jas lengkap ditambah dengan topi fedora berwarna hitam dengan garis putih.
Inspektur Fugaku hanya tersenyum tipis dan berkata, "Aku kesini untuk meminta berkas-berkas pendaftaranmu Menma."
"Ah ... iya. Sebentar inspektur, saya akan mengambilnya terlebih dahulu." Menma pun segera masuk ke kamarnya untuk mengambil berkas yang dikirimkan kepadanya tadi pagi. Tak lama kemudian, ia keluar sambil membawa berkas-berkas di tangannya. "Ini inspektur. Saya kira anda tidak bisa datang ke sini karena suatu halangan, oleh karena itu saya menyimpannya terlebih dahulu," ujarnya sambil menyerahkan berkas itu.
"Yah ... masih banyak kasus yang harus diseleaaikan oleh kami. Jadi maaf kalau aku belum bisa menyempatkan diriku seperti tadi pagi," ujar Fugaku sambil sedikit membungkukkan badannya.
Menma tersenyum sambil menggeleng. "Tidak apa-apa, Inspektur. Saya tidak terlalu mempersalahkan hal tersebut."
Fugaku pun kembali menegakkan badannya dan melihat bahwa penampilan mereka sudah lengkap seperti orang yang bersiap untuk pergi, ia pun bertanya, "Apakah kalian ingin mencari petunjuk baru?"
Naruto mengangguk. "Benar, Inspektur. Apakah anda mendapatkan petunjuk lain?" tanyanya.
"Kami belum mendapatkan petunjuk yang bagus tentang kasus ini," desah Fugaku. "Sebagian besar keterangan saksi yang ada di sekitar rute pulang korban mengatakan bahwa mereka tidak melihat korban di rentang jam menghilangnya korban. Aku tidak tahu harus cari ke mana lagi petunjuk yang diperlukan."
Kemudian, Fugaku menghadap ke arah mereka. "Lalu bagaimana dengan kalian? Apakah kalian mendapatkan petunjuk?" tanyanya.
Naruto berjalan ke arah mejanya dan mengambil sebuah buku. Buku tersebut ia berikan kepada Fugaku. "Buku tersebut merupakan buku harian korban. Kami menemukan beberapa catatan dari korban di dalam buku tersebut dan kami mencurigai adanya jejak kejahatan dengan menggunakan Gaia Memory di situ," balas Naruto.
Fugaku membaca catatan yang ada di buku harian korban tersebut. Setelah membaca catatan terakhir, Fugaku bertanya, "Setelah itu, apa yang kalian temukan?"
"Rekan kerja korban mengkonfirmasi bahwa korban sempat memiliki keinginan untuk bertemu dengan pendeta yang diceritakan dalam buku harian itu. Hari ini, kami bakal mencoba untuk menyelidiki kuil di puncak bukit kuoh itu," balas Naruto lagi.
"Begitu ..." Fugaku bersedekap dada sambil berpikir. "Lalu apakah kalian tahu tentang suara ledakan di sebuah rumah terbengkalai di pinggir kota? Aku mendapat laporan kalau seorang warga mendengar suara keras dari tempat itu, begitu bawahanku datang ke lokasi kejadian, tidak ada yang terjadi sama sekali."
Naruto dan Menma mengernyitkan dahi. "Apakah tidak ada bekas ledakan atau mungkin kerusakan yang terjadi di tempat itu?" tanya Menma.
Fugaku menggeleng. "Tidak ada sama sekali. Itulah yang membuatku heran," katanya.
Naruto memangku dagunya dan ikut berpikir. Tak lama kemudian, ia berkata, "Mungkin nanti akan kami selidiki. Kami akan berangkat ke kuil itu terlebih dahulu."
Fugaku mengangguk. "Aku menunggu kabar baik dari kalian," balasnya sambil tersenyum tipis. "Oh ya, mungkin seragammu akan aku antarkan besok pagi dan kau bisa lamgsung berangkat ke akademi."
"Baik, Inspektur," balas Menma.
Lalu, Fugaku pamit undur diri karena masih ada banyak pekerjaan yang harus ia selesaikan dan keluar dari kantor itu. Setelah Fugaku keluar, Menma berceletuk, "Sepertinya kemarin pihak iblis bergerak dengan cepat. Apakah kemampuan kita telah diketahui oleh mereka?"
"Entahlah," ujar Naruto sambil mengangkat bahunya. "Tapi mungkin saja mereka bergerak untuk membasmi iblis liar dan malah keduluan oleh kita. Mereka yang melihat tempat yang disinyalir sebagai markas milik iblis liar tersebut sudah berantakan karena jejak pertarungan, mungkin akan menduga kalau ada pihak lain yang tengah memburu iblis liar ini."
Menma mengangguk kecil. Matanya tak sengaja melihat ke arah jam di dinding kantor itu. "Lebih baik kita segera berangkat. Takutnya kalau kita malah tidak menemukan siapa pun di kuil itu dan akhirnya gagal mendapatkan informasi yang lebih baik," ungkapnya.
Akhirnya mereka segera berangkat menuju ke kuil tersebut.
.
~The Two-in-One Detective~
.
Setelah kembali memarkirkan motornya di kaki bukit, mereka segera menaiki tangga menuju kuil tersebut. Namun kali ini, Naruto tampak mengedarkan pandangannya sambil terlihat was-was. Semua detail kecil tak luput dari pandangannya. Menma yang melihat tingkah partnernya ini langsung bertanya, "Ada apa, Naruto?"
Naruto sedikit tersentak dan menggeleng cepat. "Tidak apa-apa, Menma. Aku hanya mencari petunjuk yang mungkin ditinggalkan korban seandainya ia tergesa-gesa datang ke kuil ini," jawabnya.
Menma hanya mengangkat bahu tidak peduli dan terus melanjutkan langkahnya. Akhirnya mereka sampai di kuil tersebut. Suasananya hampir sama seperti kemarin malam, namun mereka melihat sosok perempuan dengan mengenakan sebuah kimono khas pendeta kuil yang tengah menyapu halaman samping kuil. Perempuan tersebut memiliki rupa yang sangat menawan, dengan iris mata berwarna violet dan juga rambut hitam kebiruan yang panjang. Rambutnya diikat kebelakang seperti ekor kuda. Mereka pun segera bergegas menuju perempuan tersebut.
"Permisi nona, bisakah kami berbicara dengan anda?" tanya Naruto kepada perempuan itu.
Perempuan tersebut menoleh ke arah Naruto dan Menma serta menghentikan pekerjaannya. Ia tersenyum seraya berkata, "Tentu saja, tuan-tuan. Ada yang bisa saya bantu?"
"Apakah anda pendeta yang bertanggung jawab atas kuil ini?" tanya Naruto.
Perempuan itu mengangguk. "Itu benar. Saya yang bertanggungjawab atas kuil ini, Tuan ..."
"Naruto, nama saya Namikaze Naruto dan ini partner saya, Sonozaki Menma. Kami berdua adalah detektif yang dimintai tolong oleh Satuan Kepolisian Kuoh untuk menyelidiki kasus orang yang hilang," balas Naruto seraya memperkenalkan Menma.
Perempuan tersebut kembali mengangguk. "Salam kenal Tuan Naruto dan Tuan Menma, nama saya Himejima Akeno, pendeta kuil ini. Anda sekalian bisa memanggil saya, Akeno," balasnya.
Menma menatap pendeta wanita itu dengan pandangan dalam. "Sebelumnya saya ingin bertanya, apakah anda mengetahui seluk-beluk fenomena supranatural yang ada di kota ini?" tanyanya.
Akeno terlihat sedikit berpikir. "Saya hanya mengetahui beberapa saja. Memangnya ada perlu apa anda sekalian bertanya tentang hal tersebut?" katanya.
"Dalam buku catatan dari salah satu korban, korban sempat merasakan hawa kelam yang menyelimuti jalanan yang biasa ia lalui waktu pulang. Setelah beberapa hari merasa bahwa hawa itu tidak menghilang dan beberapa orang malah menghilang, ia sempat menanyakan hal itu pada seorang pendeta. Dari keterangan rekan kerja korban, pendeta tersebut bertanggung jawab di kuil ini," jawab Naruto.
Akeno terlihat seperti mengingat-ingat sesuatu, kemudian ia berkata, "Apakah ini ada hubungannya dengan Kiriya Natsumi-san?"
Menma langsung menyahut, "Benar, apakah kau mengingat tentang Kiriya-san?"
Akeno mengangguk. "Saya ingat ... memang Kiriya-san pernah bertanya kepadaku tentang hal itu. Ia dulunya kenalan ibu saya yang juga pendeta kuil ini, namun karena ibu saya telah meninggal, ia akhirnya bertanya kepadaku," balasnya.
Naruto sedikit mengusap dagunya seraya berkata, "Lalu, apakah jawaban anda kepada Kiriya-san?"
"Saya menjawab bahwa saya memang merasakan adanya roh jahat di jalur pulang Kiriya-san, tapi jenis roh jahat apa yang menghasilkan hawa kelam itu, saya tidak tahu," balas Akeno.
Naruto sedikit manggut-manggut. "Lalu, apakah anda mengetahui sesuatu tentang makhluk yang disebut 'Iblis liar'?"
Akeno sedikit tersentak ketika mendengar istilah itu, hal ini tidak luput dari pengamatan Naruto. "Seingat saya, saya belum pernah mengetahui makhluk yang anda sebutkan. Jadi saya kurang tahu dengan yang anda maksud," balasnya.
"Apakah beberapa hari yang lalu, anda bertemu dengan Kiriya-san?" tanya Menma.
Akeno menggeleng. "Tidak ... sudah beberapa hari ini saya tidak bertemu dengannya. Oleh karena itu, saya cukup terkejut ketika anda menanyakan tentang dirinya kepada saya."
Naruto tersenyum tipis. "Baiklah kalau begitu, terimakasih atas keterangan yang anda berikan kepada kami."
"Sama-sama. Saya harap keterangan saya dapat sedikit membantu anda sekalian dalam menyelidiki kasus ini," kata Akeno sambil tersenyum.
Setelah itu, kedua pemuda berbeda usia tersebut memutuskan untuk undur diri. Akeno tersenyum dan mempersilakan kedua pemuda tersebut untuk pergi meninggalkan tempat itu. Tak lama setelah kedua pemuda itu pergi, Akeno menghilangkan senyumnya dan membatin dalam hati, "Ini harus aku bicarakan dengan Buchou."
Beberapa saat kemudian, ia membereskan alat-alat kebersihannya dan pergi ke suatu tempat.
.
~The Two-in-One Detective~
.
Naruto berjalan dengan pandangan yang tidak fokus. Sesekali ia mengedarkan pandangannya ke arah sekitar, lalu ia menunduk dengan dahi berkerut-kerut. Menma yang memperhatikan tingkah laku Naruto hanya bisa menatapnya dengan heran.
"Kau ini kenapa sih?" tanya Menma.
"Sedari tadi, aku merasa kalau kita tengah diawasi oleh seseorang." Menma mengawasi keadaan sekitar ketika mendengar perkataan Naruto.
"Sejak kapan?" tanya Menma lagi.
"Sejak kita keluar dari kawasan kuil. Entah mengapa aku merasa ada seseorang yang menatap kita dari kejauhan. Terlebih orang itu sepertinya juga mengawasi kita kemarin malam," balas Naruto.
Tak lama kemudian, suara gemerisik dedaunan mulai terdengar dari arah samping kanan mereka diikuti dengan sekelebat bayangan yang tampak menerjang mereka. Naruto dan Menma langsung melompat untuk menghindari terjangan bayangan itu sehingga timbul kepulan debu dari arah tempat berdirinya mereka tadi.
Naruto dan Menma kembali berkumpul sambil menatap kepulan debu itu dengan waspada. Beberapa saat kemudian, terlihat sosok seperti manusia namun memiliki wujud seperti serigala, dengan rambut hitam lebat yang menutupi sekujur tubuhnya. Matanya beriris warna kuning dengan pupil vertikal tengah menatap tajam kedua pemuda itu. Makhluk itu juga mengeluarkan taringnya dan menggeram kepada mereka.
"Untuk apa ada Lycan di sini!?" seru Menma sambil menyiapkan kuda-kudanya.
"Aku tidak tahu. Mungkin kita harus mengalahkannya untuk mengetahui motifnya," balas Naruto.
Makhluk itu tidak mempedulikan percakapan mereka dan langsung menerjang mereka.
.
Bersambung
.
Hei ... berjumpa lagi dengan saya no Emperor. Kali chapter yang panjang untuk fic ini dengan munculnya beberapa fakta-fakta baru. Semoga pembaca sekalian dapat menikmatinya.
Akhir kata, sampai jumpa di chapter selanjutnya.
Next on The Two-in-One Detective
"Apakah ada seseorang yang terobsesi dengan korban?"
"Kita bertemu lagi, Himejima-san."
"Meskipun kau mencintainya, kau tidak bisa berbuat seenaknya seperti itu."
"Mari kita hitung dosamu."
