Chapter 5: 花火 (Fireworks)

~o~o~o~

Disclaimer: Naruto hanya milik Masashi Kishimoto, saya cuma pinjem karakternya saja


Sakura terus menerus melirik ke arah jam dinding. Waktu menunjukkan pukul 3 sore dan Sasuke belum juga kembali. Ia bahkan tidak mengabari Sakura apapun, menelepon atau memberikan pesan sebelum berangkat juga tidak. Yang Sakura ingat hanya Sasuke yang berangkat begitu pagi sekali.

Sasuke kau di mana?

Diam-diam Sakura melirik pakaian yang terlipat di sebelahnya. Kemarin ia menemukan pakaian ini ketika merapikan sisa kardus yang ada di kamarnya. Yukata. Itu adalah nama pakaian ini, Sakura mengetahuinya ketika melihat iklan kembang api yang ada di televisi.

Tentu saja ia tidak mengetahui siapa pemilik yukata ini, tapi kalau hanya meminjamnya sebentar tidak apa, 'kan? Sambil menunggu Sasuke, ia mencoba memakaikan yukata tersebut pada tubuhnya. Namun, ia sendiri tidak begitu paham bagaimana cara menggunakan yukata ini.

Sakura tiba-tiba teringat sesuatu, ia bisa mencari segala hal yang ia tidak ketahui lewat internet. Sasuke pernah mengajarinya sesekali, dan sekarang ia akan mencobanya sendiri.

Ia memasuki kamar Sasuke untuk meminjam laptop, mumpung orangnya sedang tidak ada di tempat. Begitu duduk di kursi kerjanya Sasuke, ia langsung menyalakan tombol power yang Sakura ingat ketika Sasuke menyalakan laptopnya. Ternyata berhasil, perlahan layar laptop mulai menyala, sedikit menayangkan animasi titik-titik lingkaran yang berputar lalu berubah menjadi wallpaper.

Wallpaper yang sama, foto kemarin yang sakura lihat. Gadis cantik yang tersenyum anggun ke arah kamera. Benar juga, hal ini jadi mengingatkan Sakura akan seseorang yang dikenalnya. Tapi siapa?

Kemudian ia tersadar akan sesuatu dan merogoh sebuah benda dari saku bajunya. Selembar kertas ia keluarkan dengan perlahan. Ia menatap lembar kertas tersebut, kemudian beralih ke layar laptop di depannya. Benar, ini adalah foto yang sama. Foto gadis yang Sakura temukan dari balik pigura, sama dengan gadis yang ada di wallpaper laptop Sasuke.

Dia ... kekasih Sasuke? Orang yang Sasuke cintai? Tapi mengapa? Mengapa Sasuke tidak pernah berkata apa-apa padanya? Lagi pula, apa hak Sakura mengetahui semua ini? Apakah orang yang ditemui Sasuke hari ini adalah gadis yang ada di foto ini?

Banyak pertanyaan berhamburan di kepala Sakura. Entah kenapa rasanya menyakitkan. Tapi apa pedulinya? Sasuke adalah pria dewasa yang bisa menentukan hidupnya sendiri, sementara Sakura hanya bocah remaja yang baru merasakan kehidupan bebas setelah lama dikurung di sebuah sangkar besar.

Kalau dipikir-pikir, perbedaan usia Sasuke dan Sakura cukup jauh. Sasuke tidak akan mungkin mencintai gadis ingusan seperti dirinya, ia pantas dengan wanita dewasa yang bisa membuat dirinya bahagia.

Tak terasa air mata Sakura mengalir di pipinya. Ia buru-buru menghapus air matanya dengan kasar sambil mengetikkan sesuatu di laptop Sasuke. Tujuan awal ia kemari untuk mencari tahu cara menggunakan yukata, bukan untuk memikirkan hal lain. Ayo Sakura fokus!

~o~

Sasuke kembali tepat pukul 7 malam. Sudah berkali-kali ia menghubungi nomor rumahnya tapi tidak ada yang mengangkat. Ia khawatir pada Sakura, apa telah terjadi sesuatu sehingga Sakura tidak mengangkat telponnya?

Ini aneh, keadaan rumah benar-benar sepi. Seharusnya ia sudah terbiasa dengan hal ini, tapi setelah kedatangan Sakura, rumah sepi dan hening seperti ini tentu saja sangat tidak wajar.

"Sakura!" panggilnya ketika memasuki rumah, tapi tidak ada yang menyahut.

Pikirannya sudah melanglang buana membayangkan hal terburuk. Apa Sakura terluka? Ia mencoba mencari tahu keberadaan Sakura di setiap sudut rumah, tapi nihil, Sakura tidak ditemukan di manapun bahkan kamarnya juga kosong.

Satu-satunya tempat yang belum ia periksa adalah kamar Sasuke sendiri. Mungkinkah Sakura ada di kamarnya? Perlahan ia membuka kenop pintu kamarnya, keadaan di dalam benar-benar gelap. Tidak mungkin Sakura ada di tempat seperti ini.

Dugaannya benar, begitu ia menyalakan lampu kamar, ia tidak menemukan keberadaan Sakura sama sekali. Kamarnya benar-benar kosong. Kemudian ia menjatuhkan tubuhnya ke atas kasur dengan frustasi. Rasanya ia tidak sanggup bernapas dengan normal. Apa Sakura benar-benar pergi darinya?

Dalam keadaan yang benar-benar terpuruk, matanya tak sengaja melihat sebuah sobekan kertas yang ditaruh di bawah mouse laptop. Dengan sigap ia mengambil kertas itu dan membacanya cepat.

Tanpa banyak bicara ia mengambil kunci mobilnya dan segera pergi meninggalkan rumah.

~o~

Di stasiun seramai ini tidak mungkin menemukan Sakura. Walaupun ia memiliki warna rambut yang tidak lazim, tapi kalau mencarinya di antara lautan manusia seperti ini tetap saja akan sulit. Haruskah ia berteriak memanggil namanya? Tapi, nanti ia akan jadi pusat perhatian dan Sasuke tidak suka hal itu.

Rasa panik yang merasuki tubuh Sasuke membuat ia tidak memperhatikan keadaan sekitar. Tak sengaja tubuhnya menabrak seseorang yang memakai pakaian jas formal. Sasuke hanya menunduk sedikit dan menggumamkan kata maaf. Namun, sebuah tangan meraih lengannya sehingga ia membalikan tubuhnya dengan refleks.

Rupanya orang tadi yang ia tabrak telah menarik lengannya. Sasuke baru saja akan memprotes orang tersebut karena ia sedang dalam keadaan yang sangat genting. Namun, ucapan yang keluar dari mulutnya kalah cepat dari ucapan pria tadi.

"Maaf, boleh minta waktunya sebentar? Kami sedang mencari seseorang," ucap pria itu.

Sasuke berhenti sejenak untuk mendengarkan ucapan pria berjas tadi. Pria itu mengeluarkan sebuah foto yang kemudian Sasuke terima dengan ragu. "Apa kau pernah melihat seorang gadis berambut merah muda, memiliki warna mata hijau? Tingginya sekitar segini," ujarnya sambil memeragakan tinggi gadis yang mereka cari.

Sasuke menggeleng pelan sambil mengembalikan foto yang orang tadi berikan. "Aku ... aku tidak pernah melihatnya," ucap Sasuke pelan. Sekumpulan pria itu hanya mengangguk maklum dan mempersilakan Sasuke pergi.

Awalnya Sasuke pergi meninggalkan mereka dengan tenang, setelah jauh dari pandangan, Sasuke mulai berlari sekencang-kencangnya menuju tempat festival.

Gawat! Orang-orang tadi mencari keberadaan Sakura, ini artinya Sakura berada dalam bahaya. Ia harus menemukan Sakura secepatnya sebelum mereka yang lebih dulu menemukan Sakura dan mengambilnya dari Sasuke.

~o~

Ini tidak berhasil, semuanya sia-sia. Setelah berkeliling mengitari area festival, ia tidak menemukan Sakura di manapun. Apa Sakura telah ditemukan oleh orang berjas tadi? Memikirkan hal ini membuat Sasuke menyalahkan diri. Harusnya ia pulang cepat tadi, atau menghubungi Sakura agar Sakura tidak ceroboh dan pergi ke festival sendirian.

Sasuke menyesali perbuatannya, padahal ia sudah berjanji kemarin pada Sakura, tapi ia sendiri yang melanggarnya. Kalau sampai terjadi sesuatu pada Sakura, ia tidak akan pernah bisa memaafkan dirinya sendiri.

"Sasuke?" panggil seseorang yang sangat familiar di hadapannya.

Perlahan ia menengadahkan kepalanya ke atas sampai akhirnya bertemu dengan mata hijau berkilau yang sedari tadi ia cari. Ia tidak percaya dengan apa yang ada di hadapannya sekarang. Ini pasti mimpi ... mimpi ...

"Kau sedang apa di sini? Aku tidak tahu kalau kau ternyata mau datang ke sini juga. Kau tahu tidak? Aku bisa naik kereta sendiri! Aku sempat melihat di internet bagaimana cara memesan tiket, tapi ternyata aku masih tidak mengerti. Namun, ketika aku sampai di stasiun, paman petugas stasiun membantuku sehingga aku bisa sampai di tempat ini. Wah, ternyata naik kereta sangat mena-, Sasuke!"

Gadis itu masih berbicara panjang lebar sampai Sasuke berhambur memeluknya erat. Sakura yang tidak begitu mengerti hanya membalas pelukannya dan menepuk punggung Sasuke pelan.

Sasuke masih tidak berkata apa-apa, ia masih memeluk Sakura seolah gadis itu akan menghilang kalau ia melepasnya. Ia sangat takut kehilangan Sakura.

"Kau tidak apa-apa?" bisik Sasuke akhirnya setelah terdiam cukup lama.

"Iya, aku baik-baik saja. Aku bisa naik kereta sendiri! Mulai sekarang aku bisa pergi ke mana pun yang aku mau, kau tidak usah repot menemaniku lagi."

"Tidak! Kau tidak boleh pergi dariku!" ucap Sasuke posesif.

"Sasuke?"

Sasuke melepaskan pelukannya dan menyentuh kedua pipi Sakura. Sakura yang terkejut hanya membelalakan matanya lebar. "Jangan pernah pergi tanpa sezinku atau pergi tanpaku!" tegas Sasuke.

"Sasuke, kau marah?" tanya Sakura hati-hati.

"Iya! Aku marah! Bagaimana kalau terjadi sesuatu padamu, hah?" bentak Sasuke.

Menyadari wajah Sakura yang muram dan sendu, ia mulai menyadari sesuatu. Tak seharusnya ia marah pada Sakura, satu-satunya orang yang bersalah adalah dia yang tidak menepati janjinya. Jarinya mengelus pipi Sakura dengan lembut, membuat Sakura menatap matanya lagi.

"Maaf, aku tidak seharusnya marah padamu. Aku hanya khawatir ...," bisiknya pelan.

Sakura mengangkat tangannya dan memegang tangan Sasuke yang ada di pipi Sakura. "Aku juga minta maaf karena melakukan hal ceroboh seperti ini, aku pikir sudah melakukan hal yang cukup baik. Dengan tidak merepotkanmu maksudku ..."

"Pokoknya kemanapun kau pergi, kau harus pergi bersamaku. Jangan pernah pergi sendirian tanpaku!" perintah Sasuke mutlak.

Sakura mengangguk tegas sambil tersenyum lebar. Melihat wajah berseri itu membuat Sasuke memeluk Sakura sekali lagi, dan kali ini Sakura menerimanya tanpa rasa ragu.

~o~

"Di sini?" tanya Sakura skeptis.

Sasuke hanya mengangguk sambil melihat keadaan sekitar yang cukup sepi dan gelap.

"Kau yakin kembang apinya akan terlihat dari sini?"

"Aa, aku tahu tempat ini dari kakakku. Tempat ini adalah tempat yang bagus untuk menikmati pertunjukan kembang api," jelas Sasuke bangga.

Sakura bergumam takjub mendengar penjelasan Sasuke. Ternyata Sasuke sangat akrab dengan kakaknya.

"Lagi pula kau tidak terlalu nyaman di keramaian, 'kan?" Sakura mengangguk. Tempat ini memang tempat yang cocok untuk dirinya yang selalu merasa mual saat berada di tempat yang banyak orang.

Suara ledakan membuyarkan obrolan mereka, acara kembang api telah dimulai. Sakura tak henti-hentinya menatap takjub kilauan warna-warni yang meledak di langit gelap ini. Untuk pertama kalinya, Sakura bisa menikmati pertunjukan kembang api sedekat dan semeriah ini. Ia sangat bahagia.

Namun, Sasuke lebih memilih pemandangan yang lebih indah dari pada kembang api di atas. Menatap wajah seorang gadis polos yang terpesona akan kilauan ledakan kembang api.

Sakura memang cantik, tapi jujur saja ia berbeda pada saat mereka awal bertemu. Dulu, kulit Sakura terlihat pucat dan dirinya juga tidak terlalu bisa menyampaikan emosi hatinya dengan baik. Sekarang warna kulitnya sudah mulai muncul akibat sering mendapat sinar matahari karena kegiatan berkebunnya. Sakura juga lebih berekspresi sehingga Sasuke bisa dengan mudah menebak perasaan Sakura.

Sekarang, Sasuke mengerti kenapa Sakura lebih memilih untuk hidup bersamanya dibanding bersama dengan keluarga aslinya. Sakura menjadi burung yang bebas dari sangkar, begitu pun Sasuke yang entah kenapa perasaannya mulai ringan.

Ia kemudian merogoh sesuatu dari balik saku bajunya dan mengeluarkan sebuah benda. Perlahan ia menyematkan benda tersebut ke helaian rambut Sakura, membuat gadis itu mengalihkan atensinya dari kembang api.

"Jepit rambutku?" ujar Sakura sambil meraba-raba jepit rambut berbentuk bunga Sakura yang dulu diambil oleh Sasuke.

"Aa, ternyata dari awal ini memang milikmu," ucap Sasuke tulus.

"Padahal kau menyukainya."

"Aku lebih menyukainya kalau benda itu ada di kepalamu," ujarnya iseng.

"Kalau begitu, kau sampai memberikan hal yang kau suka padaku. Apa artinya, aku orang yang kau suka sekarang?" Sakura bertanya dengan nada tidak yakin, ia tahu setelah ini Sasuke akan mengomelinya karena berkata hal yang aneh.

Bukannya menjawab langsung, Sasuke malah menoyor dahi Sakura dengan telunjuk dan jari tengahnya, membuat gadis itu meringis. "Aku tidak suka padamu," jawab Sasuke.

Sakura kembali menundukkan wajahnya dengan kecewa, sampai kapan pun ia tidak akan bisa mendapatkan hati Sasuke. Ia harus menyadari hal itu.

"Tapi, kau orang yang penting bagiku," lanjut Sasuke tiba-tiba.

Sakura menatap Sasuke tak percaya, di hadapannya sekarang, Sasuke menyunggingkan senyum tulus yang jarang ia perlihatkan kepada siapa pun dan Sakura merasa beruntung karena melihat semua ini secara langsung. "Aku penting? Jadi, kau tidak akan menukarku dengan apa pun?"

Tangan Sasuke bergerak kembali menyentuh kedua pipi Sakura. "Tentu saja tidak. Kau pikir, kau ini barang?"

"Dulu saja kau mau membawaku ke sini, karena aku menjadi boneka," keluh Sakura dengan mulut mengerucut.

Melihat hal itu membuat Sasuke gemas dan menarik dagu Sakura. "Jangan lakukan itu lagi, kau jelek!" ledek Sasuke sambil tertawa.

Sakura yang tidak terima diledek, memukul bahu Sasuke dengan cukup keras, sehingga membuat Sasuke mengaduh kesakitan. Tapi setelahnya mereka berdua tertawa bersama dan menikmati pertunjukan kembang api dengan tangan saling bertautan.

TBC.