PREVIEW

Yoongi kembali menarik tubuh Hoseok dalam dekapannya. Satu tangannya menahan tengkuk lelaki manisnya, satu tangan lagi ia gunakan untuk mengunci pergerakan.

"Apa yang kau lakukan hyung?" Alarm bahaya berdering nyaring dalam kepalanya ketika secara perlahan wajah Yoongi semakin mendekat. Hoseok yang tidak dapat bergerak hanya dapat memejamkan sepasang maniknya erat.

Ia merasakan sapuan lembut bibir Yoongi. Bukan di bibirnya, melainkan di kening Hoseok, cukup lama. Hoseok tidak berani membuka kembali maniknya ketika bibir Yoongi sudah tidak ia rasakan lagi di keningnya.

"Hei, tatap aku."

Hoseok membuka kembali matanya dengan ragu karena masih merasakan deru nafas Yoongi di hadapannya.

"Aku ingin kau kembali pada ku"

"Bagaimana pun caranya... aku hanya ingin Jung Hoseok"

PREVIEW END


Suara rintik hujan belum reda sejak semalam, tetes demi tetes air terus saja membasahi bumi yang dipijak oleh lelaki bermanik rubah. Sudah 10 menit lebih Wonwoo berdiri mematung di depan wastafel, tatapan sayunya terus tertuju pada cermin dihadapannya namun fikirannya melayang jauh menembus awan tebal dilangit kelabu seolah mencari-cari kemana perginya sang mentari. Tangan kanan dengan sikat gigi masih setia melayang tak berhasrat. Helaan nafas berat terus keluar dari bibirnya tiap kali memori dari kejadian dua hari yang lalu melintas tanpa jeda.

Setelah 'lamaran' tak terduga dari seseorang yang baru Wonwoo kenal secara langsung -meskipun sebenarnya hampir tiap hari Wonwoo melihat Kim Mingyu di televisi. Tidak ada sepatah kata yang keluar dari bibirnya yang seperti ikan mas koki, meskipun terbuka namun tak dapat bersuara. Lamaran ini jelas membuat Wonwoo shock karena mendapatkan terlalu banyak kejutan manis pada malam itu.

Ya, kejutan manis yang membuatnya frustasi.

"Aku akan menunggu jawaban dari mu seminggu dari sekarang. Ku harap kau memikirkannya baik-baik" Mingyu mengecup jemari Wonwoo yang terpasang cincin, "Ku harap cincin ini tidak akan kembali pada ku dan akan terus melingkar pada pemilik sesungguhnya"

"Arggghhhhh!"

Wajah Wonwoo memerah ketika kalimat Mingyu terngiang kembali hingga membuatnya refleks berteriak. Hoseok yang saat itu sedang menggoreng telur mata sapi dan sosis untuk sarapan terperanjat dan berlari menuju toilet.

"Kau baik-baik saja?" Raut wajah Hoseok terlihat khawatir mengingat beberapa hari ini Wonwoo terus-terusan tidak fokus dengan semua hal yang dilakukannya. Hoseok khawatir Wonwoo terpeleset atau mencelakai dirinya di dalam sana.

Cklek

Pintu toilet terbuka menampilkan wajah Wonwoo yang tidak ada bedanya dengan saat ia masuk.

"Samchon..."

Sepasang manik rubah itu mulai menggenang dan berwarna merah. Hoseok semakin khawatir dan marah pada kemungkinan penyebab keponakannya menangis.

"Apa yang terjadi? Ceritakan pada ku" telapak tangan Hoseok menepuk pundak Wonwoo perlahan, mencoba menenangkan isak tangis keponakannya yang mungkin akan pecah sebentar lagi.

"Perih..."

"Pasta giginya masuk ke dalam mata ku... rasanya pedas dan perih" Cicit Wonwoo.

Wajah Hoseok seketika berubah datar "Dasar bodoh! Bilas mata mu dengan air bukannya menjerit seperti anak anjing!"

Hoseok sedikit lega melihat Wonwoo tertawa bodoh seperti biasanya, meskipun ia tau bahwa keponakannya memiliki masalah yang belum bisa ia ceritakan padanya. Namun seketika ia kembali panik ketika aroma hangus tercium dari arah dapur.


Seperti hari-hari biasanya Almond Tree Cafe tetap sibuk dengan berbagai pesanan yang datang dari pelanggan setianya, bahkan disore kelabu ini cafe cukup terbilang ramai karena seorang pencuri perhatian sedang duduk santai menyilangkan kakinya di salah satu sudut ruangan dengan secangkir Americano panas yang masih mengepul. Lelaki itu sesekali mencoret-coret note bersampul kulit berwarna hitam diatas meja yang tampak sedikit lusuh, menandakan selalu ia bawa kemanapun ia pergi. Sepasang maniknya terpejam ketika menyeruput Americano miliknya dengan nikmat, tidak memperdulikan keadaan sekitar yang mulai ricuh dengan setiap gerakan yang ia lakukan.

Hoseok yang melihat kejadian itu hanya dapat mendecih kesal. Apakah ini yang dimaksud dengan akan melakukan segala hal 'bagaimanapun caranya'? Apakah dengan mencari perhatian didepan umum akan membuat Hoseok kembali pada Yoongi?

Tentu saja bukan itu cara yang dimaksud oleh Yoongi. Saat ini ia hanya ingin berada di ruang dan waktu yang sama dengan Hoseok, ingin menghabiskan waktu liburnya yang berharga demi berada sedekat mungkin dengan lelaki yang sangat ia harapkan kehadirannya di hati Yoongi.

"Chogiyo"

Yoongi memanggil Minghao yang saat itu kebetulan melewati mejanya setelah mengantarkan pesanan pelanggan. Minghao tersenyum senang karena seorang Min Yoongi memanggilnya.

"Ada yang dapat kami bantu?" Minghao menjawabnya dengan nada genit yang dibuat-buat namun tak dihiraukan Yoongi.

"Jika semua dessert di cafe ini aku beli bukankah salah satu pegawai bisa pulang lebih cepat?"

Sepasang bola mata Minghao berbinar "Tentu saja bisa!"

Yoongi mengeluarkan black card dari dompetnya, membuat binar di mata Minghao semakin bertambah.

Minghao segera berlari kecil menuju etalase display dan mulai mengemasi semua kue-kue yang dipajang. Hoseok yang sejak tadi melayani pemesanan di counter heran melihat teman satu shiftnya memasukkan kue satu persatu dengan tergesa.

"Yaaa apa yang kau lakukan?"

Hoseok menggeplak punggung Minghao keras yang menyebabkan si korban mengaduh, ia kemudian membalas mencubit Hoseok hingga memekik kesakitan.

"Min Yoongi menyuruh ku membungkus semua kue di cafe agar aku bisa pulang cepat dan kencan dengannya"

Dahi Hoseok mengkerut tak paham.

Kencan? Dengan siapa? - Hoseok

"Kau bilang apa?"

Minghao berdecak, mendekatkan bibirnya pada telinga Hoseok. "Min Yoongi mengajakku kencan!"

Hoseok seketika memandang ke arah Yoongi yang masih fokus pada note bersampul kulit berwarna hitam miliknya.

"Jadi maksud dari 'akan melakukan segala hal' itu dengan mengajak orang lain kencan? Woaahhh... Kau kira aku sudi melihat mu mengulangi hal yang sama!"

Hoseok mendesis kesal namun tetap mempertahankan senyum bisnisnya ketika para pelanggan mulai berdatangan untuk melakukan pemesanan.

Jihoon muncul dari pintu yang menghubungkan cafe dengan dapur dalam, kedua tangannya sibuk membawa satu loyang besar berisi sakura mont blanc -stock terakhir untuk hari ini. Kulitnya yang pucat terlihat berseri ketika kue buatannya langsung habis terjual sebelum jam pulang kerjanya. Jihoon membiarkan Minghao mengemas sendiri sisa kue kedalam kotak, sedangkan ia duduk santai menopang lengannya dimeja counter.

"Dimana pelanggan baik hati yang membeli semua anak-anakku?"

Hoseok yang saat itu sedang meracik secangkir Frappuccino menoleh sekedar memastikan bahwa Jihoon benar-benar bertanya padanya.

"Sepupu kesayangan mu."

Satu alis Jihoon naik, tanda ia tak mengerti maksud lawan bicaranya sebelum akhirnya ia menyadari ada sesosok lelaki pucat yang sedikit mirip dengannya duduk dengan santai disalah satu meja cafe tanpa menghiraukan semua tatapan yang ditujukan padanya.

Jihoon memandang Hoseok datar. "Manusia kelebihan uang itu mau pamer dihadapan mu?"

"Bukan aku. Tapi Minghao"

"Apa urusannya dengan Minghao?"

"Dia mengajaknya kencan"

"Kenapa bisa Minghao? Kenapa bukan kau?"

Hoseok malas menjawab pertanyaan Jihoon yang tidak ada habisnya. "Kenapa kau tidak bertanya langsung pada sepupu kesayangan mu huh!"

Jihoon tidak jadi bertanya lebih lanjut setelah melihat wajah Hoseok yang mulai memerah menahan tangis.

Tubuh mungil Jihoon meghampiri Minghao yang akan mengembalikan black card milik sepupunya dan merbutnya tanpa permisi.

"Hentikan semuanya sebelum tidak ada kata maaf lagi bagi mu"

Yoongi dan Minghao bingung dengan kalimat yang keluar secara tiba-tiba dari bibir mungil Jihoon. Hoseok yang melihat Jihoon benar-benar menghampiri sepupunya hanya bisa mengumpat dalam hati sambil tetap melayani pelanggan yang datang.

Yoongi melipat kedua tangannya dan bersender di kursi. Tatapan matanya menajam tak suka. "Megapa aku perlu maaf dari mu?"

Suasana didalam cafe tiba-tiba berubah tegang ketika kedua saudara sepupu saling membalas kalimat dengan nada rendah yang mengancam. Minghao yang saat itu masih ada di samping Jihoon hanya dapat berdiri mematung mendengar percakapan keduanya.

"Apa hyung harus menunjukkan kekasih baru mu disini? Di depan Hoseok? Lagi?"

Nafas Hoseok sesak ketika mendengar kalimat pedas Jihoon dari counter. Yoongi bingung harus berekspresi seperti apa ketika kalimat barusan terucap begitu saja dari bibir mungil nan tajam yang sama sepertinya.

"Aku tidak paham"

"Bagian mana yang tidak hyung pahami?"

"Bagaimana caranya aku bisa menunjukkan kekasih ku di depan Hoseok sedangkan kekasih ku adalah dia?"

Krikk krikk krikkk

Hening sesaat ketika semua orang di dalam cafe diam-diam menyimak percakapan yang terhenti. Sebagian pelanggan yang mendengar kalimat terakhir Yoongi menutup bibirnya sambil menggumam 'daebakk'. Wajah Minghao merah padam menahan malu karena sudah terlalu percaya diri Yoongi akan mengajaknya kencan, Minghao menyingkir dari tempatnya semula secara perlahan tanpa disadari siapa pun. Jihoon menoleh ke arah Hoseok dengan raut wajah bingung, sedangkan Hoseok sudah menghilang dari balik counter tempatnya semula. Yoongi yang masih kesal pada sepupunya langsung menyaut black card miliknya dari jemari Jihoon, sepasang kakinya melangkah memasuki counter dan menghampiri Hoseok yang berjongkok sambil menenggelamkan wajahnya. Diangkatnya wajah Hoseok, diusapnya lelehan bening dipipinya dengan lembut dan dikecupnya bibir plum itu dengan sayang.

"Hari ini kau pulang lebih awal dengan ku. Biar sepupu tidak tau sopan santun itu yang menggantikan mu"


Beberapa menit lalu seorang kurir membawa buket bunga matahari yang ditujukan ke alamat Almond Tree Cafe dengan secarik surat didalamnya.

To: Kim Wonwoo

From: Yours

Setiap saat aku selalu menatap jam tangan berharap dunia ini berputar lebih cepat.

Namun merindukan mu membuat waktu terasa berhenti berputar karena pusat semesta ku berada jauh dalam pandangan.

Lusa kita akan bertemu kembali. Semoga jawaban darimu membuat ku dapat menatap wajah manis mu setiap bangun tidur.

Ku harap hari mu secerah bunga matahari ini

Kim Mingyu

TBC

Adakah yg masih menanti work ini?

Baru buka wp lagi setelah melahirkan dan tiba2 punya secuil inspirasi untuk ngelanjutin. Maapin ya work nya pada mangkrak gk keurus. Semoga kedepannya work lain juga bisa up lagi tanpa halangan