Disclaimer: All characters of Naruto belongs to Masashi Kishimoto-sensei. And I'm just playing with it.
Melihat pacarnya asik sendiri, meskipun raut wajahnya tidak enak dilihat, Sasuke mengeluarkan Blackberry-nya. Toh, tidak dosa mengecek status teman-temannya atau memblokir kontak yang sering mengirimnya broadcast tidak jelas.
Lagi pula Sasuke tidak mengerti bantuan apa yang ingin dikasih. Wong, mereka berdua beda jurusan dan beda kelas: Sakura jurusan pengetahuan alam, sedangkan dia sendiri masuk jurusan sosial.
Eh, tapi kenapa mereka bisa pacaran ya? Jadi penasaran mau baca chapter selingan di lapak oshpusky (emang piaraan terbaik, disuruh bikin chapter selingan malah nurut wkwk).
"Katanya mau ngebantuin," cibir Sakura enggak tahu diri.
"Siapa yang bilang?" Sasuke masih santai menghapus (membasmi)hal-hal yang tidak penting, dia agak malas sebenarnya meladeni gadis aneh yang sangat menyebalkan itu.
Omong-omong, kenapa manusia zaman sekarang suka banget mengumbar sesuatu sih? Ah, sial saya kecyduk. Jangan bilang Sasuke kalau saya sedang mengintip layar ponselnya, ya. Namanya juga tuntutan cerita dan lagi pula saya ini transparan seperti Leptocephalus.
Jadi nggak bakal ketahuan sama mereka, kok. Santai, santai.
Sasuke pasti pusing, belum lagi tadi dia lihat sepupu temannya yang sudah berani buat status galau padahal masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Dek, lelaguan sekali sikapmu itu. Memang arus urine kau ketika buang air kecil sudah bisa 180 derajat dengan sempurna, hm? Belom pernah ditempeleng pakai kaki naga sih ...
Jika kalian geser sedikit untuk mengecek calon mertua Sakura. Tampaknya Fugaku masih asik mengobrol santai dengan sang istri, sorot pandangannya sedikit melembut meskipun mukanya tetap kaku seperti kanebo kering.
Oh, tentu saja beliau masih mengawasi Sakura dengan tajam, sesekali melirik karena takut anaknya diapa-apain. Waspada sedikit boleh, lah. Kasihan anaknya yang masih perjaka ting-ting itu, membuat dan merawatnya tentu enggak gampang.
"Sasuke."
"Hn?" waw, jadi ini yang dinamakan trademark Uchiha?
"Aku mau nanya boleh?"
"Itu udah nanya."
Sakura menggaris tabel nama kelompok dengan penuh penekanan. "Tega banget sama bini sendiri."
"Belom resmi."
"Ih, ngeselin!"
Mengalah adalah solusi yang tepat, Yang Mulia Sasuke.
Bisa-bisa penuaan dini ini. "Ya udah, apa?" dia tetap berusaha menjaga mood pacarnya. Cieee, padahal Sasuke lagi asik memblokir para makhluk yang tidak jelas, termasuk Naruto yang sedang nge-spam chat (PING!) ke dirinya. Si bodoh itu benar-benar minta dihajar, ya.
"Izumi itu siapa?" itu yang tubuhnya suka dililit kain linen, masa enggak tahu. Yah, hanying. Enggak lucu deng.
Alis Sasuke terangkat sebelah. "Kenapa nanya?"
"Tadi katanya boleh nanya." Sakura mulai geram. Ternyata kemunduran IQ juga dialami oleh Sasuke Uchiha. Tsk. Eh, saya sudah bilang belum sih kalau Sasuke itu punya darah aristokrat? Iya, masih ada keturunan ningrat gitu katanya.
"Kenal dari broadcast siapa?"
Tertawa datar, Sakura menatap malas pacarnya. "Enggak bisa serius sedikit?"
Sasuke menyeringai tipis. Kasat mata seperti mikroba, dianjurkan menggunakan mikroskop untuk menghitung sudut kemiringannya yang tercipta. Menggoda alien campuran ras kingkong ini memang sangat menghibur bukan, Sasuke?
Oh, saya tahu niatanmu yang ingin mencium bibirnya yang seperti ular kadut itu. Tolong ingat situasi dan kondisi. Hati-hati. Radar dan mata-mata yang mengawasi di segala tempat termasuk bos mafia yang sedang melotot dengan mata merahnya di alam sana.
Sakura merengut. "Jadi dia itu siapa? Tadi si kepala suku ngomong waktu ditelepon." Sepertinya itu julukan yang baru lagi untuk Fugaku. Kenapa enggak jendral besar saja, sih? Padahal lebih cocok.
"Calon kakak ipar, dia tunangan Itachi." Dijawab juga akhirnya, tapi masih sembari fokus pada ponselnya. Kau ini masih belum pusing lihat memblokir hal yang enggak jelas?
Eh, sebentar. Calon kakak ipar? *smirk*
Sakura hanya ber-oh ria sebelum fokus melanjutkan kembali tugas negaranya. Hei, mendalami peran sekali. Tidak lihat penulis cerita yang terhormat ini sedang bahagia dan menyusun rencana penikungan? Sekalian saja habis ini kau blusukan, huh.
Omong-omong, dia lupa kalau besok masih ada ulangan Fisika. Tolong jangan diingatkan, ya. Sekali-sekali tak masalah kalau ulangannya jeblok mengingat nilai si alien itu yang selalu nyaris sempurna.
Tsk, dunia yang gila ini memang selalu tidak adil. Saya benar-benar enggak suka dengan orang yang terlalu ambisius menjatuhkan dan menuntut kesempurnaan, layaknya mahasiswa-mahasiswa jahanam pemburu IPK sempurna di kampus saya.
Dan pada akhirnya tuan muda keluarga Uchiha ini menyerah, teknologi sekarang terlalu membuatnya cepat vertigo dan mual-mual tapi bukan hamil. Dia memasukan ponsel ke dalam kantong dengan kasar sembari memijat pangkal hidung mancungnya.
Hei, lama sekali Sakura membagi kelompok. Bukannya hanya tinggal tulis nama saja? Kenapa harus dipikir secara masak? Sepertinya dia mulai mendalami perannya dengan sangat baik sebagai ketua kelas, Sasuke. Ayo kita pukul kepalanya agar tersadar dari genjutsu.
Sasuke melirik si alien campuran ras kingkong ini.
"Udah gitu doang nanyanya?"
"Yah, terus mau lanjut apa?" wah, nyolot. Meski hal ini tidak begitu dipusingkan oleh Sasuke. Cari aman dia. Yaiyalah, daripada Sakura ngamuk gara-gara kangen pentol. Bahaya.
Karena enggak tahu mau ngapain lagi dan sepertinya sudah kapok main handphone, Sasuke iseng menyelipkan anak rambut Sakura ke belakang telinga. Fugaku yang sadar akan hal itu berdeham seolah-olah dia punya penyakit Tuberkulosis. Sangat tidak Uchiha sekali, wahai saudara-saudara!
Eh, ternyata istrinya sudah tidur. Pantas saja serigalanya lepas dan bisa mengganggu orang yang sedang kasmaran. Hih, dasar nakal. Ayo cepat masuk kandang!
"Sara, jangan menggodai anak saya."
Sakura melotot karena merasa ada yang perlu diluruskan, enggak lupa buat mencubit gemas tangan pacarnya yang sering lupa tempat.
"Sakit," gerutu Sasuke saat mengelus punggung tangannya yang habis dicubit seperti kue, sayangnya tidak dipedulikan oleh orang sekitar yang mulai bertengkar seperti biasa. Hadeh, enggak habis pikir.
"Chapter kemarin Bapak benar manggil saya, kenapa sekarang salah lagi?" lah, itu kenapa enggak sekalian dikomplain pernyataan fitnahnya?
Fugaku memandang calon menantunya dengan ekspresi mengejek.
"Suka-suka saya."
"Ish!"
Sekarang Sasuke dan saya mulai mempertanyakan Fugaku ini sebenarnya setuju sama Sakura atau tidak, sih? Apa jangan-jangan Fugaku sudah tahu latar belakang si alien campuran ras kingkong yang terlalu kelam karena pernah menyembah sendok dibanding garpu? Hm, menarique.
"Papsky?" pintu kamar rumah sakit mevvah ini terbuka, menampilkan rival beserta pria incaran saya. Tisu, saya butuh tisu juga granat.
Karena merasa terpanggil, Fugaku menoleh dengan tatapan menyelidik seolah berkata 'dari-mana-saja?'.
Sakura refleks berdiri dan menyapa, "Selamat sore."
"Sore." Izumi tersenyum menanggapi Sakura dan Fugaku berdeham karena merasa dikacangi. Anda membuat Izumi jadi merasa sungkan, Pak. Eh, sebentar … untuk apa saya bersimpati dan bersikap sok baik terhadap kutu air?
"Eh, maaf Papsky." Izumi tersenyum tidak enak. Kenapa kau memanggilnya dengan sebutan itu?! Hei, saya tidak terima kalau dirinya ternyata satu langkah di depan saya ya! "Itachi tadi minta jemput karena bingung dan kesulitan cari kamarnya. Tau sendiri, dia buta arah."
Ah, ganteng-ganteng cacat. Tapi tak apalah.
"Nanti Papsky suruh les, malu-maluin nama keluarga."
"Jendral besar sa ae," sindir seseorang di belakang Izumi, "wah, ternyata ada Musim Semi di sini." WOW. Tampan sekali rupa anak sulungmu ini, Pak. Rupawan level tiga puluh kayak kasta tertinggi BonCabe.
"Selamat sore, Kak."
Itachi tersenyum melihat Sakura yang menyapa dalam pose hormat seperti prajurit. "Hai, cantik."
"Minta ditampar?" Itachi dan Izumi terkekeh. Galak sekali Sasuke, kau yang kutampar jika kau tampar kakakmu yang tampan itu.
"Sara, jangan buat anak-anak saya bertengkar!" tegur Fugaku.
Sakura menatap malas guru Kimianya. "Please, Pak. Saya ini memang terlalu cantik dan gemar pilih-pilih makanan." Duh, rusak lagi otak alien campuran ras kingkong ini. Sekarang saya mulai menyesal karena lupa beli cairan suntik mati.
"Terserah."
Biarpun seperti itu, untuk kali ini Fugaku membiarkan Sakura untuk pertama kalinya merasa menang di atas awan. Entahlah, saya juga bingung dia merasa menang karena apa. Dan silakan bersabar kembali sampai besok siang di dunia Anda. MWAHAHAHAHAHUEK~
tbc.
[A/N] Ini hanya republish. Fragmentaris Cerita di lapak sebelah (lapak orange) sudah mencapai chapter 29, silakan mampir kalau kalian berkenan atau sudah tidak sabar akan kelanjutannya. Terima kasih. ;)
