Dislcaimer :
Naruto Masashi Kishimoto
Highschool DxD Ichiei Ishibumi
Dan unsur-unsur lain dari anime, novel, game, buku, dll adalah milik creator mereka masing-masing, not me.
Warning : Bahasa, Tanda baca, Typo, Many Element from Anime, Novel, books, etc.
Chapter 5 : Agreement and Plans
.
.
.
.
.
Flasback
Naruto yang berusia 14 tahun tengah duduk-duduk sambil memainkan kakinya. Ia memakai jaket putih dan celana latihan berwarna biru.
Disampingnya ada pria berambut biru dengan sepunggung yang mengenakan kaos biru lengan pendek dan celana olahraga berwarna biru juga. Mereka tengah duduk-duduk disalah satu tingkat Coloseum di Roma.
"Naruto, bagaimana pendapatmu mengenai bangsa roma?"
Naruto terdiam sebentar melihat pertanyaan guru sekaligus ayah angkatnya itu.
"Briliant, namun disatu sisi, tidak termaafkan..." Hanya itu yang mampu ia ucapkan setelah pikirannya berpetualang mengenai sejarah kota Roma.
Pria itu hanya terkekeh pelan. "Benar, aku sendiri melihatnya dan aku mengakui semuanya adalah dosaku, aku menanggungnya."
"Benar, kau berdosa karena kerendahan hatimu menyebarkan pemikiran yang harusnya kau kurung hanya milikmu seorang." Ujar Naruto.
"Aku bangga kau tajam..."
"Benar bagaimana roma menghancurkan britannia... kelakuan Tiberius, Caligua dan Nero adalah salah satu buktinya, belum lagi kaisar setelahnya."
"Bagiku Roma adalah segelanya, aku bahkan masih ingat saat meletakkan kayu pertamanya, sepanjang apapun sejarah manusia tumbuh, roma akan tetap ada, bahkan dunia itu sendiri adalah roma yang telah berkembang, namun sepertinya mereka salah mengartikan pikiranku." Ujar pria itu. Ia lalu menoleh kearah Naruto.
"Naruto, maukah kau menjadi yang terakhir mewarisi impian dan pikiranku ini?" Tanyanya.
Naruto terdiam sebentar. Ia menggeleng pelan.
"Mau dicoba seperti apapun, aku tidak akan mengerti... tapi setidaknya aku bisa menjanjikan sesuatu, aku akan melindungi Roma yang kau impian, bukan Roma yang membuang dan melupakanmu."
Pria itu tertawa setelah mendengar jawaban Naruto. Sedangkan Naruto sendiri hanya menatap dengan bingung.
"Jangan begitu, baik Roma yang dulu, sekarang, maupun yang aku impikan semuanya sama, Roma,"
"Naruto, siapa member Capitoline Triad saat ini?"
Naruto terdiam. Ia tahu, namun mengatakannya adalah hal yang sulit. Namun ia tetap mengatakannya.
"Jupiter, Juno, dan Minerva dengan kata lain, Zeus, Hera dan Athena." Balas Naruto.
"Dan Triad itu menggantikan yang sebelumnya, yaitu Archaic Triad dengan membernya adalah Mars, Jupiter, dan kau, Quirinus." Lanjutnya.
Pria itu tersenyum kecil.
"Aku tidak menganggapnya melupakan atau membuang, aku hanya menganggap tugasku sudah selesai, aku demigod dari Mars berjalan di dunia ini dan hidup sebagai manusia, dan membangun fondasi Roma dengan kekuatan dewa, setelah matipun dengan kepercayaan rakyatku aku naik menjadi eksistensi Chief God disamping Jupiter dan Mars, dengan nama Quirinus jauh sebelum sistem Archaic Triad digantikan,"
"Tugasku sebagai pemimpin Roma telah berakhir saat aku mati, namun tugasku sebagai Quirinus hanyalah melihat anak-anakku mewujudkan Roma yang menjadi impian kami, pada akhirnya aku menyadari bahwa mereka tidak lagi membutuhkan pengawasanku, karenanya aku dengan senang hati menerima fakta itu." Ujarnya.
Naruto melebarkan matanya mendengar perkataan sosok guru yang telah ia anggap sebagai ayah sendiri itu.
"Tapi sepertinya, waktuku belum benar-benar berakhir, karenanya aku menggunakkan sisa waktuku untuk berjalan disini sekali lagi sebagai manusia, melihat kemana generasi sekarang akan membawa Roma."
"Ah, sudahi percakapan ini, kau masih harus berlatih, Nine Lives : Roman Style bukan hal yang mudah dikuasai, mengingat itu turun dari rekaman perjalanan Heracles dengan 12 Labournya dan diberikan padaku oleh ayahku Mars, tapi aku optimis kau bisa menguasainya dalam beberapa tahun." Ujar Pria itu.
Naruto mengangguk dengan mata berbinar. "Baik!!"
"Bagus, optimisme itu adalah hal yang setiap orang Roma akan miliki!"
"Semuanya Roma! Kau Roma, aku Roma, kita semua Roma... Rooomaaaaa!!!"
Flascback End
Pria berambut pirang dengan banyak gadis mengelilinginya muncul dari lingkaran sihir itu. Sona dan Rias dan beberapa peeragenya memandanginya dengan wajah tidak suka, sementara, Issei dan Asia hanya bingung. Sementara Naruto hanya menatapnya datar.
"Yohoo, Rias, sayangku, aku datang jauh-jauh dari Underworld untuk melihatmu." Ujar pria itu.
"Riser Phenex, anak kurang ajar sepertimu bagaimana kabarmu?" Sona bertanya dengan senyum yang dipaksakan.
"Hoho, kata-katamu seperti biasa tajam heh, Sitri." Balas Riser. Ia lalu mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan.
"Selain Tsubaki, inikah semua peeragemu, Rias? Memalukan untuk ukuran adik Maou." Ujar Riser.
"Ck, apa yang kau katakan pria aneh?!" Issei sedikit terbakar mendengar peryataan Riser, namun ia ditahan Koneko.
"Beraninya, Rias, sebaiknya kau ajarkan sopan santun pada peeragemu." Ujarnya.
Ia kemudian melihat Naruto yang masih memejamkan matanya sambil meneguk tehnya. Ia baru menyadarinya, bahwa pria ini manusia.
"Lalu apa-apaan dengan manusia rendahan disini? Apa dia murid disini? Kalau begitu pasti ia ketakutan melihat fenomena sihirku bukan?" Ucapannya disambut kekehan dari beberapa gadis di peeragenya.
Terkecuali salah satu dari mereka yang terlihat mengenali Naruto dari penampilan dan aura sihirnya.
"Jangan menghubungkan sesuatu yang tidak terhubung, Riser Phenex."
Ucapan Naruto membuat alis Riser terangkat.
"Lanjutkan saja bisnismu, aku disini hanya untuk bisnis dengan 'penguasa' tanah ini saja, sebaiknya jangan melakukan hal yang bisa membuatku terseret." Ujar Naruto datar, ia masih belum mau meletakkan cangkirnya.
"Huh, sombong sekali untuk ukuran rendahan, asal kau tahu, begitu aku menikah dengan Rias, aku akan menjadi tuan tanah ini juga." Balas Riser.
"Itu tidak ada hubungannya dengan dirimu yang sekarang, kau belum menikahi Rias Gremory, kau belum menjadi tuan tanah disini, dengan begitu kau belum memiliki kekuatan untuk menekanku." Balas Naruto datar.
Riser terdiam. Perkataan Naruto benar, namun api amarah membutakannya dari kebenaran itu.
"Xuelan, Mira, Shuriya, ajari manusia bodoh itu tempatnya!" Perintah Riser menunjuk Naruto yang kembali meminum tehnya denga tenang.
Ketiga peerage itu mengangguk cepat hanya sepersekian detik setelah Riser mulai berbicara. Mereka menyebar dan bergerak untuk menyerang Naruto.
Mira dan Shuriya menyerang dari depan di sisi kiri dan kanan, sementara Xuelan melompat dan mengarahkan kakinya pada Naruto.
Baik Rias dkk tidak ada yang mampu bereaksi pada serangan cepat dan mendadak itu. Menunjukkan betapa solidnya koordinasi dari peerage sang iblis phenex.
Yang mereka dapat lihat adalah wajah tenang Naruto saat meletakkan cangkir tehnya meskipun serangan dari tiga titik itu hampir menyentuhnya.
Selanjutnya, Naruto mengambil nafas cepat dan yang mereka lihat adalah ketiga peerage tadi telah melayang dan menghantam dinding di belakang Riser dkk, menciptakan retakan parah yang membenamkan tubuh mereka.
Nine Lives : Roman Style, seni bela diri yang dikembangkan oleh Heracles dalam misi 12 Labournya. Setelah ditempa dengan berbagai petualangan dan monster, teknik ini mampu membuat Heracles mensukseskan misi terakhirnya.
Teknik ini direkam oleh Ares atau Mars yang mengamati petualangannya lalu disampaikan pada Quirinus, dan akhirnya diajarkan pada Naruto. Teknik beladiri mematikan yang mampu membuat senjata yang digunakan Naruto menjadi senjata yang sangat mematikan, bahkan jika itu hanya kedua tangan kosongnya.
Hanya dalam satu tarikan nafas, ia bisa memasuki 'Godspeed' dan melancarkan serangkaian serangan yang saking cepatnya terlihat seperti tumpang tindih. Naruto yang telah menguasainya normalnya bisa melakukan sembilan sampai seratus serangan dalam satu tarikan nafas.
Bam!
Riser melebarkan matanya beberapa detik setelah mendengar suara keras di belakangnya. Otaknya baru selesai memproses apa yang terjadi.
Ia melihat tangan kanan Naruto sedikit terangkat dengan mengepal. Tangannya berpendar kemerahan seperti lampu yang rusak. Dan kalau diperhatikan lagi, tangannya seperti... besi?
Riser langsung membalikkan badannya dan menemukan tubuh ketiga peeragenya masing-masing terdapat tiga bekas pukulan yang berasap. Mereka terbenam ke dalam retakan dinding dalam kondisi pingsan.
"Cepatnya... Bahkan tangan kosong sekalipun..." Gumam Kiba lirih mengingat saat-saat dimana serangan dadakannya dengan mudah dibalik oleh Naruto malam itu.
"Jangan-jangan dia... pro westler?"
"Xuelan itu Rook! Daya tahannya tidak mungkin bisa dipatahkan semudah itu!"
Ravel berteriak dengan wajah terkejut.
"Tidak, karena dia seorang Rooklah ia bisa bertahan, aku sedikit mengeraskan pukulanku pada Rookmu hingga pada titik mampu membunuh manusia biasa." Ujar Naruto berdiri dengan tatapan biru.
"Sialan... Beraninya kau manusia rendahan!"
Riser segera berbalik dan melancarkan bola api sebesar empat kali bola voli kearah Naruto.
Kiba hendak bergerak menghentikannya, namun Naruto sudah terlebih dulu bergerak. Ia menampar bola api itu dengan tangan kirinya.
Bola api itu meledak disana, namun hanya ledakan kecil. Dan akibatnya, tangan kiri Naruto mendapatkan luka bakar yang lumayan.
Melihatnya Riser hanya terkekeh dengan wajah yang sedikit bingung.
"Naruto-san!" Asia bergumam dengan khawatir melihat luka bakar Naruto.
Namun si empunya tidak terlalu menghiraukannya. Ia hanya menatap lekat kearah Riser dan peeragenya.
Riser membalas tatapan itu dengan tatapan merendahkannya. Sementara peeragenya menatap dengan waspada. Dan Ravel sendiri sedikit memalingkan wajahnya.
"Sitri, Germory, kesepakatan kita hanya sampai disini hari ini, aku mengharapkan konsistensi kalian untuk memenuhi kesepakatan ini." Ujarnya tanpa menoleh. Rias dan Sona hanya mengangguk dengan wajah terkejut.
"Riser Phenex, di pertemuan kita berikutnya, aku akan mengajarkanmu mengenai keputusasaan." Dengan itu salah satu jendela di sana hancur berkeping-keping tepat disaat Naruto lenyap dalam kilatan petir merah.
Tanpa semua orang ketahui, Naruto menyeringai kecil. Ia mundur untuk mendapatkan sesuatu yang jauh lebih besar.
"Cuih, berkata dengan sombong dan pergi seperti serangga!" Riser meludah kearah karpet yang kotor.
Ia lalu memandang Rias dan Sona beserta peerage mereka. "Ayo kita kembali ke diskusi mengenai pertunangan kita, Rias-himeku!"
.
.
.
.
Naruto mengambil sebuah perban dan alkohol lalu membalut sendiri luka bakar di telapak tangan kirinya.
Dengan terbakarnya tangan kirinya, kemampuan penyembuhannya tersegel. Kekuatan penyembuh dari Salmon of Knowledge dari Irish yang ia dapatkan. Dengan itu semua air yang ia minum dari telapak tangan kirinya akan memiliki efek penyembuh meski jauh dibawah air mata phoenix.
Selain itu, ia membutuhkan luka ini. Moodnya benar-benar kacau hari ini. Setelah diganggu dewa mimpi dan dipaksa dalam pembicaraan yang tidak berguna, lalu kedatangan Riser Phenex.
Ia memutuskan untuk mendudukkan dirinya. Ia benar-benar ingin memberi pelajaran pada pria itu.
Akhirnya, ia memutuskan untuk melakukan percobaan sihirnya.
.
.
.
Naruto mengeluarkan sebuah tablet batu berisi tulisan Hieroglif Mesir kuno. Meski begitu, setengah bagian dari tablet batu itu tidak berisi Hieroglif Mesir kuno yang umumnya berada pada artefak lainnya.
"Pendeta sialan, aku tidak pernah menganggap kata-katanya benar-benar asli sampai beberapa bulan lalu." Ujar Naruto meletakkan tablet batu itu di lantainya
Flashback
Naruto sedang mengamati sebuah tablet batu yang terbuat dari tanah liat, ia berada di lembah para raja di Mesir. Ia bisa masuk setelah meminta izin dari Ra.
"Begitu, sihir Mesir kuno menekankan pada pemanggilan Spirit huh?" Ujarnya sambil memegang dagu dengan tangan kirinya.
"Oh, jadi kamu yah?"
Naruto segera menoleh mendengar suara itu. Ia tidak menemukan asal sumber suara, karenanya kewaspadaannya meningkat tajam.
"Nyalakan api, kau mungkin akan bisa melihatku." Ujar suara itu.
Dengan kewaspadaan tinggi, Naruto meletakkan tablet batunya dan melakukan sihir api dasar untuk menerangi ruangan bawah tanah yang dipenuhi peti mati.
Api dinyalakan dan cahaya memenuhi ruangan itu. Kini Naruto bisa melihat asal suara itu.
Sebuah bayangan hitam berbentuk pria yang duduk tergambar di tembok, tepat diatas sebuah peti mati.
"Siapa kau?" Tanya Naruto tajam.
"Tidak penting bagimu untuk tahu namaku, karena aku memiliki banyak." Ujar bayangan hitam itu.
"Aku hanyalah Iblis yang sebenarnya, hahahaha!"
Naruto hanya melebarkan matanya. Aura yang terpancar dari sosok dihadapannya, benar-benar kejahatan sejati. Tapi kejahatan itu terasa berbeda.
"Apa kau ini?"
"Sebut saja aku ini keanehan seperti Aztec Gods lainnya, karena aku sudah menemukanmu, aku akan menyampaikan pesan." Balas sosok itu.
Tablet batu disamping Naruto berubah menjadi hitam legam. Tulisan yang terukir di dalamnya benar-benar berubah.
"Hanya itu saja, aku tidak peduli apa yang akan kau lakukan saat kau bisa membacanya, jahat atau baik... itu tidak ada bedanya bagi kami, kalian hanyalah seonggok semut saja." Sosok bayangan itu berdiri.
"Tunggu! Apa sebenarnya isi pesan ini?! Siapa kau?!" Naruto berteriak tajam.
"Bukan tugas pengantar pesan sepertiku untuk membacakannya, tapi akan kuberitahu kau satu hal, di dunia ini ada hal yang tidak bisa kau jangkau, meski dengan matamu itu, jadi... sampai hari spesial nanti datang, selamat tinggal, hahahahahahhahaha!!" Dengan itu, sosok hitam itu lenyap.
"Apa sebenarnya itu?"
Flasback End
Sejak saat itu, Naruto mulai berpikir mendalam mengenai matanya. Ia bisa melihat segalanya dimasa sekarang, melampaui batasan jarak, ruang dan waktu, bahkan dunia sekalipun. Mampu menembus lapisan dimensi lain dunia seperti Underworld, Olympus, Heaven, Takamagahara, dan lainnya, Bahkan bisa menembus dunia paralel.
Ia juga mampu melihat melalui seluruh sudut pandang, dengan kata lain menggunakan mata orang lain untuk melihat.
Kebohongan, identitas, konsep, akan terbongkar dengan seketika disaat Naruto memutuskan untuk melihatnya.
Namun, saat ia ingin melihat laba-laba itu, lalu bayangan hitam itu, satu-satunya yang muncul di kepalanya hanyalah 'Null', sedangkan saat ia ingin melihat Tezcatlipoca, ia menyadari ada yang aneh dengan dewa itu.
Ia mulai menerka, batasan apa yang dimiliki matanya selain masa lalu dan masa depan? Dari mana asal kekuatan yang hampir mencapai tingkat Omniscience ini? Apakah ini berasal dari Tuhan yang dikatakan Michael telah pergi? Atau semata-mata hanya karena bloodline?
Mungkin ia harus mengunjungi kuil keluarga lamanya.Tempat yang paling tidak ingin ia kunjungi di dunia ini. Masa lalu yang tidak ingin ia ingat hingga sekarang ia masih bersembunyi dengan marga palsu 'Uzumaki'.
Naruto menggeleng pelan. Ada yang harus ia lakukan saat ini.
Ia menggerakkan tangannya ke udara kosong dan menjentikkan jarinya. Cahaya redup muncul dan sebuah kristal biru sebesar kerikil kecil tercipta disana.
"Mana yang tersisa di atmosfer tidak lagi sebesar dulu, aku tahu kalau penyihir sekelas Hecate atau Medea bisa membuat sebesar kepalan tangan, bahkan lebih besar lagi pada zaman dahulu."
Sihir untuk membuat kristalisasi mana dari atmosfer bumi adalah sihir yang memakan mana yang lumayan. Bahkan dengan segenap kemampuannya, Naruto hanya mampu membuat sebesar kerikil, karena mana yang ada di atmosfer saat ini tidak setebal dulu.
"Aku harus segera menyelesaikannya sebelum makhluk itu bangun, aku harap Vali dan yang lainnya tidak menemukan tanda-tanda bahwa laba-laba sialan itu akan segera bangun." Naruto mengukir beberapa lingkaran sihir lain.
Irish, Norse, Greek, Egypt, Old Mesopotamian, Roman, dan Fairy. Meski Irish merupakan keahlian Naruto, ia bisa menguasai sihir lainnya meski hanya pada tahap minimum.
"Fenomena-fenomena di dunia ini seperti rangkaian kode-kode, meski seluruh sihir ini berbeda, namun mereka semua sama untuk memanipulasi kode-kode itu dan memunculkan pseudo-fenomena."
"Kankara Formula milik Maou Ajuka memakai prinsip itu, dan karena fenomena buatan dari sihir-sihir ini berbeda dengan fenomena asli, mereka memiliki celah, Kankara Formula memanfaatkan celah itu untuk memanipulasi fenomena buatan, dengan kata lain memanipulasi sihir lain."
"Maou itu benar-benar harus kuwaspadai melebihi Sirzech dan yang lainnya, mengerikan melihat bagaimana otaknya bisa mencapai level pemahaman yang hanya bisa kucapai setelah menggunakan mata ini." Gumam Naruto menggambar lingkaran sihir di sekitar tablet batu itu.
"Jika saja ini berhasil maka aku masih harus membuat pertaruhan dengan Iblis sesungguhnya." Ia menggigit jarinya hingga berdarah dan meneteskannya kesana.
Karena yang ia buat adalah rangkaian sihir yang rumit dan memiliki efek yang 'berbahaya', ia tidak bisa sembarangan membuatnya tanpa perlindungan. Sihir yang membutuhkan aktifasi darah adalah yang teraman.
Karena itu akan memindai struktur, dna, dan sihir dari pemakai. Jika salah salah satu unsur tidak terpenuhi, rangkaian sihir akan menghancurkan dirinya atau tidak aktif.
Tes!
Seluruh lingkaran sihir itu bersinar putih terang. Sinar itu merambat menuju tablet batu dan ikut menyalakan hieroglif normalnya, dan merambat ke hieroglif yang tidak normal.
"Aku sudah susah payah mengubah rangkaian sihir mitologis itu agar bisa saling sesuai satu sama lain, kalau ini tidak berhasil..."
Huruf hieroglif yang tidak normal itu bersinar terang.
"Berhasil?!"
Dan yang selanjutnya terjadi adalah ledakan sedang yang menghempaskan semua yang ada di sekitarnya, termasuk Naruto. Ia terpelanting ke tembok yang membatasi dengan kamar mandi dan menghancurkannya.
"Uguhh..." Naruto bangkit dengan tulang belakang yang sakit. Ia melihat rangkaian sihir ciptaannya lenyap meninggalkan tablet batu itu dalam kondisi tanpa goresan.
"Tidak berhasil lagi huh? Jadi tidak bisa dilakukan tanpa mengetahui isi setengah tulisan itu." Ujar Naruto berjalan menuju tablet batu itu. Ia mengambilnya dan kembali menyimpannya.
Ia lalu menggunakan sihir restorasi pada temboknya yang hancur dan membereskan kekacauan. Sebelum memutuskan untuk berisitirahat melihat hari sudah malam.
.
.
Naruto telah memakai pijamanya dan hendak mematikan lampu rumahnya, sampai sebuah suara bell rumahnya di tekan.
Sigh! "Sepertinya aku harus merusaknya nanti." Ujarnya membuka pintunya dan mendapati dua sosok yang tidak familiar sebelumnya.
"Anda?"
Seorang pria berpakaian ala bangsawan dengan rambut pirang sebahu dan mata biru, serta gadis yang bisa ia kenali dari peerage Riser tadi siang. "Pfft..."
"Masuklah."
Naruto mempersilahkan mereka duduk di ruang tamu yang minimalis itu. Ia segera mengambilkan tiga buah gelas dan teko teh dan menuangkannya di meja.
"Aku adalah pemimpin klan Phenex, dan ayahnya Riser serta Ravel, kau bisa memanggilku Lord Phenex, Phenex-san juga tidak apa." Ujar pria itu.
"K-kau mungkin s-sudah melihatku, n-namaku Ravel Phenex, putri bungsu keluarga Phenex dan adik Riser." Ujar Ravel.
"Huh? Adik? Aku kira semuanya haremnya, jadi Riser tertarik pada Incest?"
"A-apa yang k-kau bilang?! T-tentu saja tidak! A-aku hanya menjadi bishop sementara sampai kakakku mendapat yang baru!!!" Ujarnya melempar tatapan tajam disamping wajah terkejut.
"Tapi tunggu dulu... aku pernah melihatmu, tapi dimana?" Ujar Naruto.
Ravel terdiam, wajahnya sedikit memerah. "I-itu, w-waktu di R-roma, a-aku membuat error saat berlatih sihir teleportasi, l-lalu aku berakhir hampir dibunuh oleh Exorcist, d-dan s-saat itu kau datang." Ujarnya.
Naruto terdiam sebentar. "Oh, jadi kau yang waktu itu yah? Syukurlah kau selamat, kalau tidak pria didepanku ini akan membumi hanguskan Exorcist itu."
Ucapan Naruto disambut tawa kecil dari Lord Phenex.
"Naruto-kun, aku ingin menyampaikan terimakasihku karena telah menyelamatkan Ravel waktu itu." Ujar Lord Phenex sedikit membungkukkan tubuhnya.
Naruto mengangguk pelan. Ia lalu memandang Ravel. "Jadi bagaimana kelanjutan tadi siang?"
Ravel mendengus pelan. "Huh, putri dari Gremory berkepala batu itu tentu menolak kakakku habis-habisan, Sekiryuutei dan pemuda pedang itu menanggung akibatnya, tapi karena terus ada penolakan, kami terpaksa mengadakan rating game minggu depan." Ujarnya.
Melihat Naruto mengangguk mengerti. Wajahnya tiba-tiba berubah. Ia mengeluarkan sebuah benda dari saku di gaunnya.
"I-ini... d-dariku, kau terluka karena serangan kakak bukan?" Ravel memberikan sebuah botol kecil yang dapat Naruto kenali sebagai air mata Phoenix.
"Terimakasih Ravel, tapi aku tidak memerlukannya, aku sendiri masih punya." Ujar Naruto membuka sebuah Gatenya dan mengeluarkan air mata phoenix dari situ.
Namun ia kembali memasukkannya sehingga mengundang penasaran Ravel.
"Sebelum menjawab pertanyaanmu, Phenex-san, aku bisa menebak tujuan anda kemari, tapi anda katakan sendiri saja." Ujarnya.
Lord Phenex mengangguk. "Ini masalah arogansi Riser, aku khawatir akan arogansinya yang akan menghancurkannya suatu hari nanti."
"Arogansinya benar-benar membuatku pusing, disisi prestasi yang ia torehkan pada rating game, reputasi klan kami malah semakin jatuh karena banyak yang tidak senang akan sikapnya."
"Aku sudah meminta Ruval untuk memberinya pelajaran, tapi pria itu menolak dan memilih bebas."
Naruto mengangguk pelan. "Arogansi huh? Jangka panjangnya akan membuatnya malas latihan dan akhirnya akan tertinggal dari satu generasi iblisnya, dampaknya akan ke klan Phenex lagi."
"Saat melihatnya tadi, aku juga berfikir untuk memberinya pelajaran, terlalu membanggakan satu kemampuan itu tidak baik, regenerasi klan Phenex memang luar biasa, tapi bukan tak terkalahkan." Ujar Naruto.
Lord Phenex hanya mengangguk mendengarkan ucapan Naruto. Ia juga menyadari regenerasi klannya bukannya tidak terkalahkan.
"Aku memikirkannya dan karena aku manusia, aku harus memikirkan cara untuk bisa menantangnya dalam rating game yang ia banggakan dan menjatuhkan arogansi itu." Ujar Naruto.
Ravel melebarkan matanya mendengar pernyataan Naruto. Ia bukan putri yang bodoh untuk tidak menyadarinya.
"J-jadi luka itu?"
Naruto mengangguk. "Sebagai alasan untuk menerobos Underworld dan menantang Riser."
Lord Phenex menampakkan keterkejutannya. Ia tidak menyangka seorang manusia akan berbuat begitu jauhnya.
"Kau tidak perlu melakukan itu Naruto-san, Riser sudah membuat janji rating game dengan Rias karena gadis itu menolak pertunangannya, jika Riser tidak mendapat pelajaran dari rating gamenya, aku akan mengatur rating gamemu dengannya." Ujar Lord Phenex.
"Tetapi Tou-sama, aku tidak berfikir satu kali kekalahan akan membuat Niisama berubah." Ujar Ravel khawatir.
"Kalau itu tenanglah, aku mendapat rencana baru setelah kalian bicara tadi, aku akan mengatakannya sehari sebelum rating gameku dilakukan, tapi untuk itu, aku ingin memastikan sesuatu, Ravel." Ujar Naruto menatap Ravel.
"E-eh? A-aku? Apa?"
"Apa Riser menyayangimu?"
Ravel sedikit bingung mendengar pertanyaan Naruto. Tapi ia langsung menjawab.
"Niisama adalah orang yang sangat menjunjung tinggi keluarganya, jadi aku bisa katakan kalau Niisama menyayangiku dan Ruval Niisama." Jawabnya.
"Aku harap kau tidak bohong, kalau begitu kuncinya sudah didapat." Ujar Naruto. "Kalau begitu aku menyetujuinya."
Lord Phenex tersenyum lebar mendengar ucapan Naruto. "Naruto-kun, katakan, apa yang bisa kami berikan padamu?"
Naruto terdiam sebentar. Perjanjian memang harus menguntungkan dua belah pihak bukan?
"Kalau begitu, aku ingin hal langka dari klan Phenex, tidak perlu hal penting atau pusaka atau apapun, hanya langka saja." Ujar Naruto.
"Hal langka?" Gumam Ravel lirih.
Lord Phenex terlihat terdiam. Ia lalu tersenyum dengan senyuman yang tidak dapat diartikan. "Tentu saja Naruto-kun, kau tidak akan menyesal, kau akan mendapat salah satu hal yang paling langka dari klan kami." Ujarnya.
"Yosh! Kalau begitu perjanjian telah terbentuk, lalu apa ada hal yang lain lagi?" Tanya Naruto.
Lord Phenex meminum tehnya. "Well... Ravel terus-terusan bercerita banyak tentangmu meskipun sedikit sekali yang ia tahu."
"Mouuuuuuh Tou-sama!!!!!"
.
Naruto terbangun dari tidurnya. Ia melakukan rutinitas paginya seperti biasa. Ia belum melihat balasan dari Michael. Sebenarnya apa yang dilakukannya? Apa dia berubah menjadi pemalas? Tidak mungkin, karena ia bertaruh kalau Azazel pasti akan mati tertawa jika Michael jatuh karena kemalasan.
Ting!
"Aku benar-benar akan menghancurkan bell itu setelah ini!"
Ia membuka pintu dan menemukan seorang pria berambut silver dengan jaket hitam.
"Kukira siapa, ternyata kau, Vali." Ujar Naruto membukakan pintu. Naruto hendak memasukkan Vali, namun pemuda itu menggelengkan kepalanya.
"Aku sedang bersama Azazel agar affiliasiku dengan Khaos Brigade tidak cepat terbongkar." Ujarnya.
Naruto mengangguk mengerti. "Jadi bagaimana situasi disana?" Tanya Naruto.
"Lee Fay dan Kuroka bergantian memonitorinya selama 24 jam penuh, sejauh ini aku yakin selain kau dan timku tidak ada yang mengetahuinya." Balas Vali.
"Lalu bagaimana dengan eksperimenmu?" Tanyanya.
Naruto menghela nafas panjang. "Sama sekali belum membuahkan hasil, aku takut jika dunia supranatural menemukan makhluk itu dan seseorang berniat membangunkannya." Balas Naruto memijat pelipisnya.
"Benar, meski aku kuat, aku tahu batasku, itulah mengapa aku belum melawan Great Red, aku ingin menghadapi makhluk itu, namun aku belum memiliki kapasitas untuk itu." Ujar Vali sedikit frustasi.
"Cepat atau lambat makhluk itu harus disingkirkan, aku memiliki beberapa rencana, namun semuanya penuh dengan pertaruhan." Ujar Naruto.
"Katakan rencana yang paling mungkin dilakukan."
"Monster vs Monster, Great Red tidak bisa diharapkan, Ophis adalah pasifis, dalam pertempuran dia hanya akan 'booom dan baaam' sedangkan aku tidak tahu apakah makhluk itu cerdas atau tidak." Ujar Naruto.
"Jangan katakan kau berencana membangunkan Trihexa begitu?" Ujar Vali dengan wajah sedikit terkejut.
"Benar, karenanya aku bilang kita akan bertaruh."
Vali sedikit terdiam.
"Tapi kita tidak akan bermain dengan Trihexa sampai ia terbangun, itu bukan tugas kita." Ujar Naruto.
"Apa maksudmu?"
"Aku menangkap aktifitas mencurigakan terkait salah satu dari Holy Relic, Sephirot Graal, salah satu pelakunya adalah sosok yang kau benci, Rizevim." Ujar Naruto.
Mendengar nama itu, darah Vali langsung mendidih. "Apa yang kau niat lakukan pada orang itu?!" Ujar Vali dengan nada tajam.
"Tenanglah, redam amarahmu. Sephirot Graal, Holy Relic, Longinus itu memiliki kekuatan untuk menyentuh prinsip kehidupan, dan dapat memberitahu lokasi Trihexa disegel." Ujar Naruto.
"Sialan itu ingin membangunkan Trihexa?"
"Mungkin, tapi jika benar, kita tidak perlu bersusah payah melakukannya bukan? Tergantung dari pencapaian penelitianku, kita akan terus membiarkan Rizevim dengan rencananya."
"Jika memang Trihexa berhasil dibangkitkan oleh Rizevim, kita akan memancingnya ke tempat makhluk itu tertidur atau memindahkan makhluk itu ke dunia bawah jika memungkinkan,"
"Yang jelas, kita akan membuat Rizevim melakukannya seolah-olah rencananya berhasil, namun kenyataannya, ia hanya menari di tangan kita, karena kita akan merampas mainannya, bagaimana?"
Vali menyeringai lebar mendengar perkataan Naruto. "Aku suka itu... aku tidak bisa membayangkan wajahnya saat hal yang ia perjuangkan direbut dan digunakan sebagai 'sabung ayam' hahahahaha!"
"Karena itulah aku menyukai satu tim denganmu." Ujar Naruto juga turut tertawa.
"Selain itu, tetaplah seperti biasa, jangan mempermudah sedikitpun rencana Rizevim agar dia tidak curiga."
Vali terkekeh pelan. "Dasar Hipokrit, kau tidak suka hal yang penuh kebohongan atau permainan, tetapi kau sendiri suka bermain."
"Mah, aku akui ini kebiasaan burukku." Balas Naruto.
"Lalu bagaimana kalau dunia supranatural menemukannya? Misalnya sesorang dari tiga fraksi?"
"Bunuh."
"Meskipun sosok seperti Azazel atau Michael?"
"Sudah kukatakan, keberadaannya tidak boleh sampai diketahui, dunia supranatural yang sekarang masih seribu tahun terlalu cepat untuk melawannya."
"Baiklah, aku akan kembali ke Azazel, perasaanku sedang baik!"
Naruto tersenyum kecil.
"Sekarang waktunya mencari pengorbanan untuk melakukan Impure World Reincarnation, satu atau dua orang dari Alcataraz sepertinya cukup... khu khu khu."
To Be Continued...
Yes! Yes! Yes! Ada juga yang sepemikiran. Aku secara pribadi emang merasa berbagai novel fantasi yang mengambil latar mitologi atau Age of Gods terlalu plains. Seperti God of Dark... God of Light... God of Sky... bla bla bla. Why not we add something that more chaotic? Seperti 'Gods' dari Necronomicon. Dan beberapa hal lain yang ga kalah menarik, khu khu khu.
Lalu soal Kankara Formula, masih minim info jadi saya tuliskan konsepnya sepaham saya.
Btw, disini Naruto selain matanya masih semi-op kok, kalau diadu sama Ophis mungkin masih kalah juga. Perbedaannya seperti PGM (Precision—Guided Munition) melawan Hydrogen Bomb.
See ya Next Chap...
