Beberapa menit telah berlalu, namun suara berisik di lereng bukit pinggiran Kota Kuoh terus bergemuruh. Jika dicermati lebih dekat, tampak dua orang pemuda yang terus melompat kesana-kemari sambil menghindari lesatan bayangan yang terus menerjang mereka. Rasa lelah terlihat melingkupi tubuh kedua pemuda itu, bahkan salah seorang di antara mereka sudah terengah-engah dengan pandangan yang sedikit tidak fokus.

"Lycan itu tidak memberi kesempatan pada kita untuk berubah," ujar salah seorang pemuda dengan topi fedora di kepalanya.

"Sepertinya makhluk itu tahu bahwa kita adalah Kamen Rider sehingga tidak membiarkan kita untuk bisa mengalahkannya," sahut pemuda yang satu lagi.

Di depan mereka, tampak sosok seperti manusia namun memiliki wujud seperti serigala, dengan rambut hitam lebat yang menutupi sekujur tubuhnya. Matanya beriris warna kuning dengan pupil vertikal tengah menatap tajam kedua pemuda itu. Mulutnya menggeram marah sambil memperlihatkan taringnya.

"Penyelidikan kalian berakhir di tempat ini," geram makhluk itu.

Pemuda dengan topi fedora itu menyeringai tipis. "Tidak. Hanya ada satu hal yang berakhir di sini ..." Ia mengeluarkan driver dan langsung memakainya serta mengambil sebuah Gaia Memory. "... yaitu sepak terjangmu. Ayo Menma."

Sebuah driver langsung muncul di pinggang pemuda yang satu lagi. Pemuda yang dipanggil dengan nama Menma itu hanya tersenyum tipis. "Yah ... begitulah partnerku," ujarnya sambil mengambil sebuah Gaia Memory dari balik jaketnya.

[Cyclone]

[Joker]

Mereka mengerakkan tangannya ke samping sambil berkata, "Henshin."

Menma memasukkan Gaia Memorynya ke slot kanan, Gaia Memory tersebut menghilang dari slot miliknya diikuti dengan kesadarannya yang ikut menghilang. Beberapa saat kemudian, Gaia Memory itu muncul di slot kanan driver dari pemuda bertopi fedora itu. Pemuda tersebut memasukkan Gaia Memory milik Menma dan juga miliknya ke masing-masing slot dan membukanya hingga membentuk huruf 'W'.

[Cyclone] [Joker]

Tak lama kemudian, muncul orang yang terbalut armor dengan tubuh berwarna hijau di sebelah kanan dan berwarna hitam di sebelah kiri. Orang tersebut mengayunkan tangan kirinya ke depan sambil berkata, "Sekarang ... mari kita hitung dosamu."


.

THE TWO-IN-ONE DETECTIVE

Now ... let's count up your sins

.

Naruto by Masashi Kishimoto

Highschool DxD by Ichiei Ishibumi

Kamen rider W by Toei Production

.

.

Summary : Sebuah agensi detektif swasta telah masuk ke Kota Kuoh. Kasus-kasus apa yang akan dihadapi oleh detektif-detektif ini ketika mengetahui bahwa kota yang mereka tuju ternyata telah menjadi pusat aktivitas dari dunia supranatural?

.

.

IV

Final Clue

.

.


Lycan itu hanya menatap tajam ke arah sosok berarmor itu dan mulai melolong keras. Lolongannya menimbulkan gelombang suara yang mementalkan apapun di sekitarnya. Sosok itu hanya memasang kuda-kuda bertahan sambil menyilangkan kedua tangannya ke depan dadanya. Semakin lama ia bertahan, kakinya mulai terdorong ke belakang sedikit demi sedikit karena tekanan yang diterimanya.

"Naruto ... lebih baik kau selamatkan tubuhku terlebih dahulu. Dampak serangan lolongannya ternyata cukup besar," ujar Menma yang berbagi kesadaran dalam sosok itu.

"Aku tahu, tapi tekanan gelombangnya keras sekali," ujar pemuda bernama Naruto itu.

Sosok itu terus terdorong ke belakang sedikit demi sedikit. Naruto mulai berpikir dalam hati, "Sebaiknya aku mengganti Joker Memoryku dengan Metal Memory." Lalu, ia langsung mengganti Gaia Memorynya.

[Cyclone] [Metal]

Kemudian, sisi hitam armornya mulai berubah menjadi perak dan sebuah tongkat staff muncul di punggungnya. Ia mengambil tongkat itu dan mengayunkannya sambil memasukkan kekuatan angin ke tongkat tersebut. Ayunan tongkat itu berhasil memecah gelombang suara dari Lycan tersebut. Namun saat mereka mencoba untuk menyerang makhluk itu, ternyata makhluk itu sudah menghilang entah kemana.

"Hah ... ia malah kabur," ujar sosok itu sambil menonaktifkan transformasinya. Sosok berarmor itu kembali berubah menjadi pemuda dengan setelan jas lengkap dengan topi fedora miliknya.

Pemuda itu sedikit mengusap debu di pakaiannya saat ia dihampiri oleh Menma. "Aku yakin bahwa makhluk yang kita lawan tadi adalah Dopant, bukan makhluk supranatural seperti kemarin," tukas Menma yang tadi menghampiri pemuda itu.

Pemuda dengan topi fedora itu tersenyum tipis. "Aku memiliki firasat yang sama, namun kita tidak tahu apakah ia terlibat dengan kasus ini atau tidak," ujarnya.

Pemuda tadi mengambil topi dari kepalanya, sedikit mengusap topi itu untuk menghilangkan debu, lalu mengenakannya kembali sambil berkata, "Kita harus mencari informan lain selain Inspektur Fugaku di kota ini. Terlebih informan tentang aktivitas supranatural di kota ini."

"Bukankah kita bisa meminta bantuan Himejima-san untuk menjadi informan kita?" tanya Menma.

"Aku masih kurang yakin dengan informasi yang diberikan olehnya, mungkin karena aku melihat dirinya masih seusia siswi SMA sehingga entah pengalamannya di bidang supranatural patut dipercaya atau tidak," dalih pemuda itu. "Oleh karena itu, kita perlu mencari informan lainnya yang bisa kita percaya."

Menma sedikit menggosok tengkuknya. Wajahnya menyiratkan raut kebingungan. "Lalu ... kemana kita harus mencarinya, Naruto?" tanyanya.

Pemuda dengan nama Naruto itu hanya mengangkat bahu. "Mungkin kita bisa sambil jalan-jalan di kota ini agar kita mengenal seluk beluk kota ini dengan lebih baik, siapa tahu akan ada seseorang yang bisa kita tanyai tentang informasi yang telah kita dapatkan," balasnya.

"Ya sudah," ujar Menma sambil sedikit menghela nafas. "Ngomong-ngomong, bukannya kita masih harus menyelidiki taman kota dan juga pabrik tua yang sempat diutarakan oleh Fujimura-san? Apakah kau lupa?" tanya Menma lagi.

Naruto tersenyum sumringah. "Wah ... aku hampir saja lupa. Terima kasih telah mengingatkanku, Partner." Setelah mengatakan itu, Naruto mengambil sebuah handphone dari sakunya dan menulis pesan kepada seseorang. Setelah itu, ia menutup handphonenya dan berkata, "Ayo! Kita selidiki taman kota yang ada di rute pulang Kiriya-san."

Mereka pun segera turun dari lereng bukit itu dan segera menuju ke taman kota tempat mereka bertemu dengan Inspektur Fugaku.


.

~The Two-in-One Detective~

.


Sesampainya di taman itu, mereka mulai menyusuri tempat itu dengan hati-hati. Sesekali Naruto mengambil gambar melalui kamera saku yang ia bawa dan juga menulis sesuatu di handphonenya. Menma yang melihat Naruto seperti menulis sesuatu di handphonenya mulai bertanya, "Kau menulis apaan sih?"

Naruto yang mendengar pertanyaan Menma langsung membalas, "Oh ... ini? Aku sedang berkomunikasi dengan Inspektur Fugaku melalui via email. Aku ingin bertanya tentang hasil penyelidikan kepolisian di tempat ini sekaligus meminta mereka untuk mengecek pabrik tua di sekitaran rute pulang korban. Siapa tahu informasi dari mereka juga bisa membantu penyelidikan kita."

Menma hanya ber'oh' ria dan kembali fokus dalam menyelidiki tempat itu. Tanpa sadar, iris matanya berubah menjadi berwarna hijau dan ribuan informasi mulai serentak membanjiri otaknya. Menma langsung mengerang kesakitan dan menutup matanya, mencoba untuk menyortir informasi yang ia dapat secara tiba-tiba.

Naruto yang mendengar erangan kesakitan dari Menma langsung bertanya, "Kau tidak apa-apa 'kan?"

Menma masih sedikit meringis kesakitan. "Kepalaku tiba-tiba terasa pusing karena ada ribuan informasi yang tiba-tiba masuk ke otakku. Padahal biasanya aku tidak apa-apa saat masuk ke dalam Gaia Library," jawabnya.

"Informasi?" gumam Naruto yang terlihat sedikit bingung. "Informasi apa yang kau maksud?"

"Aku seperti melihat ratusan atau mungkin ribuan jejak kaki yang memenuhi taman ini. Jejak-jejak itu juga berisi informasi mengenai ukuran kaki, arah jejak itu, dan waktu kapan jejak itu muncul. Namun informasi tentang pemilik setiap jejak kaki itu tidak ikut tercantum," balas Menma.

Naruto mulai memikirkan kemungkinan yang dapat disimpulkan dari fenomena tersebut. Tak lama kemudian, ia berkata, "Sepertinya itu salah satu kemampuan khusus yang tidak sengaja kau kembangkan. Kemampuan untuk melakukan akses terbatas pada sistem yang dimiliki Gaia seperti pada Gaia Library dan mendapatkan informasi mengenai jejak kaki yang ada di lokasi kejadian. Itu saja sudah cukup membantu untuk melacak pelakunya."

Lalu, ia berkata lagi, "Coba buka kembali matamu, Menma."

Menma mengikuti perkataan Naruto dan membuka matanya. Naruto melihat kedua iris mata Menma yang berubah warna menjadi hijau dan sedikit menyala. Hal itu membuat Naruto tersenyum tipis. "Sepertinya deduksiku hampir seratus persen benar, matamu mengalami perubahan yang mungkin menjadi penanda bahwa kau memiliki akses terbatas tersebut," ujarnya.

"Benarkah?" Menma mengambil handphone untuk melihat cerminan dirinya. "Ah .. kau benar. Tapi apakah hanya aku yang memiliki kemampuan ini? Apakah ayah dan juga nenekku, Shroud, juga memiliki kemampuan yang sama?" tanya Menma.

"Aku tidak tahu kalau masalah itu. Shotaro-taichou juga tidak pernah mengatakan tentang kemampuan Raito-san kepadaku, apalagi Shroud-san yang menjadi partner dari Soukichi-san," balas Naruto.

Kemudian Naruto sedikit mengusap dagunya dan berkata, "Coba kau scan jejak kaki yang ada di taman ini pada waktu sekitar empat atau lima hari yang lalu. Apakah kau mendapatkan jejak kaki yang aneh atau berbeda dari yang lain di situ?"

Menma mengikuti perkataan Naruto dan mulai menscan area taman kota itu. Tak lama kemudian, ia berseru, "Aku menemukan beberapa jejak kaki seperti serigala di beberapa tempat pada taman ini! Apakah jejak ini dimiliki oleh Lycan yang kita temui tadi?"

"Sepertinya begitu," ujar Naruto sambil tersenyum tipis. "Bisa kau tunjukkan di mana saja jejak kaki itu berada?"

Menma menunjuk beberapa lokasi di sekitaran taman itu. Naruto langsung menyelidiki dan mengamati secara seksama lokasi yang ditunjukkan oleh Menma. Tanpa sengaja, ia menemukan dua buah benda yang sudah terlumuri tanah. Benda pertama adalah sebuah foto sosok Kiriya Natsumi yang tampak dari belakang dan tengah menoleh ke arah samping. Foto itu sudah dipenuhi dengan bercak-bercak tanah sehingga banyak bagian yang tidak terlihat dengan jelas.

Benda kedua adalah sebuah cincin perak dengan ukiran burung hantu di atasnya. Cincin itu juga terlumuri bercak lumpur dan tanah. Naruto mengambil kedua benda itu, dahinya terlihat berkerut-kerut karena berpikir cukup keras sambil matanya fokus mengamati kedua benda itu.

Setelah itu, ia memasukkan kedua benda itu pada saku jasnya dan kembali mengamati lokasi ditemukannya kedua benda itu. Sesekali ia meraba tanah yang ada di sekitaran lokasi tersebut, memperkirakan kelembapan tanah yang ada di situ.

Setelah merasa cukup, ia bangkit berdiri dan berkata, "Sepertinya aku mendapatkan motif dari pelaku."

Menma menunjukkan raut bingung. "Darimana kau tahu?" tanyanya.

Naruto mengambil foto yang ia temukan tadi dan menyerahkannya kepada Menma. "Menurutmu, apa yang bisa kau dapat dari foto itu?"

"Sebuah foto yang diambil dari belakang dengan jarak cukup jauh ... orang yang mengambil foto ini adalah stalker dari Kiriya-san?" terka Menma.

"Hampir tepat, jawaban yang kau berikan masih lumayan luas. Apa kau tahu alasan seseorang menjadi stalker?" kata Naruto.

"Kadang ada orang yang menguntit karena ingin mencelakakan seseorang, namun ada yang menjadi penguntit karena menjadi pengagum rahasia," balas Menma.

"Nah ... kita ambil bagian yang menjadi pengagum rahasia saja, karena tidak mungkin seorang mengambil dan mencetak foto orang yang mereka kuntit. Lalu bagaimana pendapatmu jika kau tengah mengagumi seseorang dan jatuh cinta kepadanya, namun saat kau menembaknya, kau ditolak?" tanya Naruto.

"Kalau orang yang normal, biasanya mereka hanya akan kecewa dan mulai mencoba untuk move on, namun untuk orang yang mungkin cinta buta terhadap seseorang akan berpikir sebaliknya," tanggap Menma.

Naruto tersenyum tipis. "Itulah hal yang bisa kita ambil sebagai petunjuk untuk motif pelaku," ujarnya. Kemudian, matanya menatap ke arah sekeliling mereka. "Meskipun tanah di sini terlihat seperti tidak meninggalkan petunjuk apapun karena sudah beberapa hari ini dilewati oleh orang-orang, tapi aku memiliki dugaan kalau Kiriya-san tengah ditarik oleh makhluk dengan jejak kaki yang kau temukan tadi. Dugaan awalku yang terjadi di taman ini adalah sang stalker ini tengah mengintai korban dari balik pohon. Setelah ia merasa tidak ada orang, ia mengubah bentuknya menjadi Lycan dan muncul di hadapan Kiriya-san. Ada kemungkinan mereka sempat mengobrol sebelum akhirnya penguntit tadi memutuskan untuk menarik paksa Kiriya-san dan membawanya pergi entah kemana."

Lalu, ia menunjuk foto di tangan Menma. "Namun yang tidak diketahui oleh penguntit itu adalah foto Kiriya-san yang ia miliki terjatuh saat ia berubah menjadi Lycan. Karena ia fokus dengan keberadaan Kiriya-san, ia tidak mempedulikan jatuhnya foto itu dan tetap membawa pergi Kiriya-san secara paksa," jelasnya.

"Darimana kau tahu bahwa Kiriya-san dibawa secara paksa oleh orang itu?" tanya Menma.

Naruto menunjukkan cincin temuannya. "Cincin ini aku temukan tak jauh dari salah satu jejak kaki Lycan yang kau beritahukan kepadaku. Meski aku sedikit kurang yakin, namun aku menduga kalau cincin ini milik Kiriya-san yang terjatuh saat tangannya ditarik paksa oleh Lycan itu. Di sela-sela lumpur yang mengotori cincin ini, aku sedikit menemukan bercak darah yang mungkin terjadi karena Kiriya-san melakukan perlawanan saat ditarik paksa. Cincin itu terbuat dari perak dengan sisi yang lumayan tajam, jadi tidak menutup kemungkinan memberikan luka bagi seseorang jika ditarik paksa," jelasnya lagi.

"Berarti motif pelaku adalah karena cinta yang tak terbalaskan?" Naruto mengangguk saat mendengar pendapat Menma. Menma sedikit mendengus kesal. "Ada-ada saja."

"Yah ... kita tidak bisa menghakiminya seperti itu. Mungkin ada alasan lain yang membuat pelaku bertindak agresif seperti itu. Ada baiknya kita menyelesaikan penyelidikan kali ini, besok kau harus pergi ke akademi soalnya," kata Naruto sambil sedikit menyengir di akhir.

Menma menggerutu. "Huh ... aku terkadang benci dengan sekolah."

Mereka pun memutuskan untuk meninggalkan taman itu dan pulang kembali ke kantor agensi mereka.


.

~The Two-in-One Detective~

.


Keesokan harinya, Naruto dan Menma kembali kedatangan tamu yang sama seperti kemarin. Inspektur Fugaku datang ke kantor Agensi Narumi sambil membawa sebuah bungkusan berisi seragam Akademi Kuoh beserta peralatan sekolahnya dan juga sebuah amplop coklat. Ia menyerahkan bungkusan berisi seragam dan peralatan sekolah kepada Menma.

"Itu adalah peralatan dan juga seragammu, Menma. Kau sudah bisa masuk hari ini, namun kau harus menghadap ke ruang kepala sekolah untuk mengetahui penempatan kelasmu," ujar Inspektur Fugaku.

Setelah menyerahkan bungkusan tersebut, ia menyodorkan amplop coklat kepada Naruto. "Amplop apa ini, Inspektur?" tanya Naruto sambil menampakkan raut bingung.

"Itu adalah amplop berisi foto-foto hasil penyelidikan dari kami mengenai permintaanmu. Kami sudah mengecek beberapa pabrik yang kebetulan berada di sekitar rute pulang korban, dan kami menemukan satu pabrik yang isinya sangat berantakan," ujar Fugaku. "Meskipun pabrik tersebut merupakan pabrik yang sudah terbengkalai, namun kondisi di dalam pabrik itu sangat tidak wajar."

Naruto menerima amplop itu dan membukanya. Ia melihat beberapa foto yang dirasanya memberikan petunjuk yang cukup penting. Tanpa sengaja, ia menemukan dua foto yang sangat menarik perhatiannya. Foto pertama menampakkan lantai yang penuh tumpukan tulang dan juga genangan berwarna gelap. Tulang-tulang yang tampak juga beragam, seperti berasal dari kerangka manusia utuh. Foto kedua adalah sebuah dinding dan juga lantai yang penuh goresan dalam layaknya dicakar oleh binatang buas.

"Apakah foto ini benar-benar diambil di pabrik itu?" tanya Naruto sambil menunjukkan kedua foto itu.

Fugaku mengangguk. "Itu benar ... aku saja juga heran dengan keadaan pabrik itu. Baru pertama kalinya aku menemukan tkp yang mengerikan seperti ini," balasnya.

Naruto sedikit mengerutkan dahinya sambil mencoba untuk menemukan kesinambungan dengan informasi yang telah ia dapat. Tiba-tiba saja, Fugaku bertanya, "Lalu ... adakah informasi baru yang kau dapat?"

Naruto tidak menjawab pertanyaan Fugaku karena masih berkutat dengan pikirannya. Menma hanya bisa tersenyum kaku. "Ah ... maaf Inspektur, terkadang kalau dia tengah berpikir keras, ia tidak mempedulikan keadaan sekitarnya," jawabnya, "kami menemukan dua petunjuk baru yang bisa dibilang cukup krusial karena bisa mengarahkan kami kepada kemungkinan mengenai motif pelaku. Menurut kami, pelaku melakukan hal ini karena rasa sakit hati saat ditolak oleh korban. Oleh karena itu, pelaku menculik paksa korban dan dibawa ke suatu tempat, entah dimana itu."

Fugaku sedikit mengangguk. "Begitu ya ..." Kemudian, ia melirik ke arah jam dan berkata, "Lebih baik kau segera berangkat, Menma. Lagipula nanti kau akan bertemu dengan seseorang yang kau kenal di sana."

"Er ... siapa yang anda maksud, Inspektur?" tanya Menma dengan heran.

"Kau akan tahu nanti," kata Fugaku.

Menma menghela nafas pasrah, setelah itu ia menepuk pundak Naruto untuk menyadarkannya. "Oi ... kau ditanyai oleh inspektur tuh." Kemudian, ia menghadap ke arah Fugaku. "Saya permisi terlebih dahulu, Inspektur. Saya ingin bersiap-siap untuk berangkat."

Fugaku tersenyum tipis. "Tentu saja, silahkan."

Menma pun beranjak ke kamarnya sambil membawa bungkusan peralatan sekolahnya, meninggalkan Naruto yang sedikit gelagapan karena pikirannya sedikit terpecah. Ia pun tersenyum malu. "Maafkan saya, Inspektur. Foto-foto yang anda berikan membuat saya berpikir keras untuk menghubungkan fakta yang kami temukan kemarin," ujarnya.

"Ah ... tidak apa-apa, Naruto. Aku sudah mendapatkan jawaban dari Menma mengenai motif pelaku, namun yang aku bingungkan adalah dari mana kau dapat menyimpulkan hal itu?" tanya Fugaku.

Naruto pun menjelaskan fakta-fakta yang ia dapatkan kemarin sekaligus menunjukkan kedua benda yang menjadi petunjuk mereka. Fugaku manggut-manggut ketika mendengar penjelasan dari Naruto itu dan berkata, "Lalu, apakah kau menemukan kesinambungan dari foto yang kuberikan itu?"

Naruto menggeleng. "Foto-foto yang anda berikan membuka fakta baru yang belum bisa saya simpulkan. Mungkin selama Menma berada di sekolah, saya akan langsung menyelidiki pabrik tersebut. Saya bisa meminta alamatnya?" katanya sambil menanyakan alamat pabrik itu.

Fugaku langsung memberikan alamat pabrik tersebut, kemudian ia pamit undur diri karena masih banyak yang harus ia kerjakan di kantornya. Naruto mengangguk dan mempersilakan Fugaku untuk pergi. Setelah Fugaku keluar, Menma keluar dari kamar dengan memakai seragamnya.

"Eh? Inspektur sudah pergi lagi?" tanya Menma.

"Sudah, beliau ada urusan di kantornya pagi ini. Kau berangkat sana gih. Aku masih harus menyelidiki pabrik yang dikatakan oleh Inspektur," kata Naruto.

"Iya ... iya ... lagipula aku juga penasaran dengan orang yang dimaksud dengan Inspektur Fugaku," ujar Menma. Lalu, ia melangkah keluar pintu sambil berkata, "Aku berangkat."

"Hati-hati di jalan," balas Naruto.

Tak lama setelah Menma berangkat, Naruto memasukkan kembali foto-foto hasil penyelidikan tadi ke dalam amplop, dan merapikan mejanya. Setelah semuanya rapi, ia mengambil topinya dan melangkah keluar menuju pabrik yang dimaksud.


.

~The Two-in-One Detective~

.


Beberapa saat kemudian, Menma sudah berada di depan pagar Akademi Kuoh. Ia menatap gedung-gedung area akademi itu sambil membatin, "Ini sebenarnya di Jepang atau di Eropa sih? Akademinya mirip sama akademi-akademi khusus di Eropa aja."

Ketika ia baru saja melangkah masuk, terdengar banyak bisikan dari murid-murid yang melihatnya.

"Eh, siapa dia? Kelihatannya seperti seorang model atau aktor ya."

"Betul tuh, apakah dia murid pindahan yang dirumorkan itu?"

"Sial! Kenapa yang bertambah malah murid tampannya!"

"Terkutuk kalian orang-orang tampan!"

Menma hanya bisa menatap bingung sekaligus heran terhadap respon kedatangannya. Setelahnya, ia menghela nafas lelah. "Sepertinya hari-hariku di akademi akan semakin panjang," gerutunya.

Tak lama setelah itu, muncul dua sosok gadis dari arah gedung sekolah itu. Gadis pertama memiliki rambut panjang berwarna merah gelap dengan seuntai rambut yang mencuat di atas dahinya, sedangkan gadis kedua memiliki rambut panjang berwarna biru keunguan yang dikuncir dengan ikat rambut berwarna jingga. Kedua gadis itu berjalan menyusuri koridor dengan anggun.

Salah satu gadis itu tanpa sengaja menoleh ke arah Menma, lalu ia memanggilnya, "Ara~ Sonozaki-san, aku tidak tahu kalau kita akan bertemu di sini."

Menma menoleh ke gadis itu. Ia tersenyum seraya menjawab, "Kita bertemu lagi, Himejima-san."

"Panggil saja aku Akeno, Sonozaki-san," ujar gadis itu.

"Baik, Akeno-san."

Gadis dengan rambut merah itu tampak menautkan alisnya. "Kau kenal dengan pemuda ini, Akeno?"

Akeno mengangguk. "Dia merupakan orang yang kuceritakan kemarin, salah satu pemuda yang datang untuk menanyakan suatu hal mengenai hilangnya kenalanku beberapa hari yang lalu," balasnya.

"Itu benar, nona. Perkenalkan saya Sonozaki Menma, asisten dan partner dari detektif yang sekarang tengah menyelidiki kasus orang hilang," ungkap Menma sambil sedikit membungkukkan badan.

Gadis tersebut mengangguk. "Jadi begitu ..." ia menjulurkan tangannya sambil kembali berkata, "Perkenalkan aku Rias Gremory, teman sekelas dan juga teman satu klub dengan Akeno."

"Salam kenal, Gremory-san," ujar Menma sambil menyambut uluran tangan gadis tersebut. Setelah perkenalan singkat itu, Menma berkata, "Em ... bisakah Akeno-san dan Gremory-san mengantarkan saya ke ruang kepala sekolah? Saya ingin melaporkan kedatangan saya ke kepala sekolah."

Akeno tersenyum. "Tentu saja. Apakah kau ikut Rias?"

"Mengapa tidak?" ujar Rias. "Lagipula aku juga tertarik dengan kasus yang tengah kau selidiki bersama partnermu."

Mereka pun berjalan menyusuri koridor sambil berbicara tentang kasus yang tengah diselidiki. Sesekali Rias dan Akeno bertanya mengenai detail dari suatu petunjuk dan Menma menjawabnya dengan santai serta rinci. Tak terasa, mereka sudah sampai di depan ruang kepala sekolah. Menma pun membungkukkan badannya dan mengucapkan terimakasih kepada Rias dan Akeno, setelah itu ia masuk ke dalam.

Akeno yang melihat Menma sudah masuk ke dalam ruangan itu langsung bertanya, "Bagaimana pendapatmu, Rias?"

"Aku tidak merasakan aura sacred gear dari dalam tubuhnya, tapi aku merasakan suatu kekuatan kuno bersemayam di tubuh pemuda itu. Entah kekuatan apa itu," ujar Rias.

"Lalu, apakah kau akan mengajaknya ke dalam anggota peeragemu? Kau masih memiliki bidak bishop, rook, knight dan juga 8 bidak pawn," ujar Akeno.

"Entahlah ... firasatku mengatakan bahwa ia tidak akan bergabung dengan kita," ujar Rias dengan nada ragu.

"Ara~ tidak kusangka seorang Rias bisa pesimis seperti itu," ujar Akeno sambil sedikit tersenyum menggoda.

Rias hanya menghela nafas lelah ketika melihat tingkah gadis itu. Lalu, mereka berdua segera pergi dari situ.

Di dalam ruangan kepala sekolah, Menma melihat seorang pria paruh baya tengah duduk di kursinya sambil menatapnya dengan pandangan ingin tahu. Pria itu memiliki wajah yang tirus dan juga sorot mata yang dalam. Tangannya saling bertaut di atas meja dan badannya sedikit condong ke depan. Di depannya, terdapat dua buah kursi yang mengarah ke arah pria tersebut. Pria paruh baya itu berkata, "Ada yang bisa saya bantu, anak muda?"

"Saya diminta untuk datang kemari sebelum bisa memasuki kelas saya, kebetulan saya adalah murid baru di sekolah ini," ujar Menma dengan nada sopan.

"Ah ... kau yang bernama Sonozaki Menma? Kalau begitu, duduklah di depanku terlebih dahulu sambil menunggu satu orang lagi dan juga wali kelasmu nantinya," ujar pria tersebut.

Menma pun mengangguk dan segera duduk di kursi depan meja pria itu. Tak lama berselang, muncul dua orang dari balik pintu. Orang pertama adalah seorang gadis dengan rambut panjang berwarna coklat terang dan juga iris mata berwarna hitam. Ia mengenakan seragam Kuoh Akademi yang pas dengan tubuhnya. Di sampingnya tampak sosok pria yang mungkin seumuran dengan Naruto. Pria itu memiliki rambut biru kehitaman dan iris mata berwarna hitam legam. Pria tersebut mengenakan setelan jas formal dan menyandang sebuah tas kerja di tangannya.

Menma menoleh ke arah pintu. Matanya sontak terbelalak karena terkejut. "Izumi?" gumamnya yang masih terkejut.

Gadis itu juga terkejut. "Menma-kun!? Kau disini juga!?" ujar gadis itu.

Sebelum Menma menjawab, pria paruh baya yang menjabat jadi kepala sekolah itu berkata, "Akhirnya kau datang juga. Narumi Izumi dan juga Sonozaki Menma, kalian kutempatkan pada kelas XI-B dengan wali kelas kalian, Uchiha Sasuke."

Kemudian ia menatap ke arah Menma, "Karena kau memiliki kondisi 'khusus', maka kau bisa bebas keluar di jam pelajaran untuk menyelesaikan masalahmu. Aku sudah diberitahu oleh Inspektur Fugaku mengenai kondisi 'khusus' tersebut, jadi selamat datang di Kuoh Akademi. Sasuke-sensei, anda bisa membawa kedua muridmu ke kelas."

Pria yang dipanggil Sasuke itu mengangguk kecil, kemudian ia berkata dengan nada datar, "Kalian berdua, ayo ikut denganku."

Setelah itu, mereka bertiga keluar dari ruangan tersebut dan berjalan menuju ke ruang kelas. Sesampainya di depan kelas, Sasuke berbalik ke arah muda-mudi itu sambil berkata, "Tunggu di sini. Saat aku memanggil kalian berdua, kalian baru masuk ke dalam."

Izumi dan Menma mengangguk. Lalu, Sasuke masuk ke dalam kelas. Suasana kelas yang sebelumnya sedikit ramai, kini mulai perlahan sunyi setelah Sasuke masuk ke dalam. Sasuke berdiri di dekat meja guru seraya berkata, "Hari ini, kalian mendapatkan dua teman baru. Sonozaki-san ... Narumi-san ... silahkan masuk."

Ketika kedua murid baru itu masuk, sorak sorai bergema di antara murid-murid kelas tersebut, bersyukur karena memiliki teman yang rupawan (meski beberapa siswa terlihat mengumpat karena tampang Menma yang layaknya aktor dan model ternama), namun setelah itu mereka langsung terdiam ketika Sasuke melancarkan tatapan tajam kepada mereka.

Setelah suasana mulai kondusif, Sasuke mempersilakan mereka berdua untuk memperkenalkan diri. "Perkenalkan namaku Narumi Izumi, siswa pindahan dari Kota Fuuto. Salam kenal semuanya," ujar Izumi sambil tersenyum manis. Beberapa siswa tampak ingin bersorak, namun nyali mereka ciut ketika melihat tatapan tajam dari Sasuke.

"Perkenalkan namaku Sonozaki Menma, dulunya hanya mengikuti homeschooling di Kota Fuuto. Salam kenal dan mohon bantuannya," ujar Menma sambil menunduk sopan.

"Baiklah Sonozaki-san dan Narumi-san, kalian bisa segera duduk di bangku yang kosong karena pelajaran akan segera dimulai," ujar Sasuke sambil mengeluarkan buku paket pelajarannya. "Sekarang buka halaman 113, kita akan melanjutkan pelajaran mengenai Termodinamika."

Begitulah kehidupan Menma di Kuoh Akademi telah dimulai.


.

~The Two-in-One Detective~

.


Di sisi lain, tampak Naruto tengah berada di depan pabrik yang dimaksudkan oleh Inspektur Fugaku. Ia melangkah masuk melewati garis polisi yang sudah dipasang di pabrik itu. Kemudian, ia disuguhkan dengan pemandangan mengerikan yang tidak pernah ia sangka. Tulang-tulang patah dan berserakan, genangan darah berceceran, lubang-lubang muncul di beberapa tempat di pabrik itu.

Naruto meneliti tempat itu dengan seksama. Sesekali ia mencocokkan keadaan di pabrik itu dengan foto yang ia peroleh dari Inspektur Fugaku. "Keadaannya lebih parah dari yang aku bayangkan," ujarnya sambil memasukkan kembali foto tersebut ke saku jasnya.

Naruto berjalan menuju kumpulan tulang yang berserakan itu. Ia berlutut di dekatnya sambil mengambil salah satu tulang tersebut. "Tulang ini masih terdapat daging yang masih menempel. Dilihat dari ukurannya, ini adalah tulang manusia. Jadi ada kemungkinan tulang-tulang ini adalah orang-orang yang dinyatakan hilang oleh kepolisian," batinnya sambil menaruh tulang itu kembali ke tanah.

Ia kembali mengedarkan pandangannya, tanpa sengaja ia melihat sesuatu yang berkilau di sudut ruangan. Ia segera menghampiri tempat itu dan melihat sebuah kapak bermata dua serta memiliki ukuran yang sangat besar. Ia mengusap senjata itu dengan pelan, jari-jemarinya merasakan tekstur dari senjata itu. "Senjata berukuran besar ini tidak mungkin diangkat oleh manusia biasa. Apakah ini senjata milik Dopant atau malah makhluk supranatural bernama 'Iblis liar' itu?" batinnya lagi.

Ia menelusuri bekas-bekas lubang dan juga goresan yang ada di lantai. Ia melihat sebuah goresan panjang dan dalam di lantai, lalu ia menemukan bekas cakaran yang dalam di dinding. Ia kembali berpikir, "Terjadi pertarungan di tempat ini. Jika memang pelaku merupakan Dopant berbentuk Lycan itu, maka ia sempat bertarung dengan makhluk lain di sini."

Tak lama kemudian, ia tersentak kecil. "Begitu rupanya ... berarti ada kemungkinan bahwa korban pernah bertemu dengan makhluk bernama Iblis liar ini, dan entah mengapa ia diselamatkan oleh dopant itu. Tapi ... kenapa ia tidak menuliskan hal itu di buku diarynya?"

Ia mengedarkan pandangannya ke arah sekitar. Setelah ia merasa tidak ada lagi yang bisa ia temukan, ia pun bergumam, "Sepertinya aku harus ke tempat korban bekerja sekali lagi, masih ada misteri yang harus kupecahkan mengenai cincin dan foto itu."

Ia pun membersihkan pakaiannya dan segera pergi menuju oko buku yamg dimaksud. Sesampainya di sana, ia langsung mencari Fujimura Saya.

"Ada yang bisa saya bantu lagi, Naruto-san?" tanya Saya saat ia menemui Naruto.

"Saya ingin bertanya, apakah ada seseorang yang terobsesi dengan korban atau semacamnya?" tanya Naruto.

Saya tampak berpikir sejenak sebelum akhirnya berkata, "Setahuku tidak ada orang yang secara terang-terangan terlihat memiliki obsesi pada Kiriya-chan. Tapi memang seringkali Kiriya-chan mendapatkan hadiah-hadiah dari orang tak dikenal."

Naruto terdiam sejenak. Lalu ia mengambil sesuatu dari saku jasnya. "Apakah salah satu hadiah tersebut adalah cincin ini?" tanyanya sambil menunjukkan cincin yang ia temukan di taman itu.

Saya sedikit terkejut dan berkata, "Betul! Kiriya-chan pernah mendapatkan cincin ini beserta sebuah surat. Kalau tidak salah, surat itu masih ada di loker milik Kiriya-chan."

"Apakah saya boleh melihatnya?" tanya Naruto lagi.

Saya mengangguk dan berjalan sambil mengarahkan Naruto ke ruang karyawan. Terdapat beberapa karyawan yang tengah mengobrol dengam santai di ruangan itu. Salah satu karyawan tersebut melihat ke arah Naruto dan juga Saya, ia mengerutkan dahinya sambil berkata, "Oi Saya, mengapa kau malah membawa orang luar masuk ke ruang karyawan ini!?"

Sebelum Saya menjawab, Naruto sudah menjawabnya terlebih dahulu, "Maafkan saya, Tuan. Saya adalah seorang detektif yang tengah menyelidiki kasus menghilangnya Kiriya Natsumi dan Fujimura-san berkata bahwa terdapat petunjuk di dalam loker Kiriya-san yang perlu saya selidiki."

Karyawan itu mengangguk pelan seraya berkata, "Baiklah kalau begitu. Tapi jangan kau ambil barang-barang lain yang ada di sini."

Naruto mengangguk. Saya dan Naruto kembali berjalan ke loker Natsumi. Sesampainya di situ, Saya membukakan loker Natsumi dan memberikan surat yang dimaksud pada Naruto. "Surat itu tidak pernah ia keluarkan dari dalam loker. Mungkin ia tidak ingin orang-orang tahu dengan hal itu," ujarnya.

Naruto mengangguk dan melihat surat itu. Surat itu ditulis pada secarik kertas kecil. Surat itu hanya terdiri dari empat kata. "Untuk Athenaku, Dari Odiseus." Naruto sedikit berkerut keningnya, namun ia tersenyum tipis.

Setelah itu, ia berkata kepada Saya, "Terimakasih Fujimura-san, dengan ini kepingan puzzle untuk misteri ini telah terkumpul semua."


.

Bersambung

.


Hai semuanya, kembali bersama saya, no Emperor. Maafkan saya kalau ada bagian preview yang tidak saya tulis di chapter ini, ternyata bagian clue terakhir dan kesimpulannya jadi terlalu panjang sehingga harus kupotong menjadi dua bagian. Chapter depan adalah konklusi dari seluruh petunjuk yang ditemukan Naruto dan Menma untuk kasus pertama ini, serta akan ada full fight scene di chapter depan.

Sekian dari saya, semoga chapter kali ini bisa memuaskan pembaca sekalian. Akhir kata, sampai jumpa di chapter selanjutnya.


Next on The Two-in-One Detective

"Semua kepingan sudah terkumpul, aku butuh bantuanmu untuk menyelesaikannya."

"Aku tahu kau memang mencintainya, tapi cinta yang dipaksakan juga tidak akan membuat bahagia."

"Siapa yang memberikan Gaia Memory itu kepadamu?"

"Sepertinya ... masih ada banyak konspirasi di kota ini."

Chapter 5 : Conclusion : The Love that can't be forced