Cerita Sebelumnya~

Beberapa kayu-kayu yang terbakar itu terbang karena ledakan itu dan mengenai Temari.

"Kyaaa! Sakiit!" Teriak Temari seraya memegang wajahnya yang terkena kayu-kayu yang terbakar itu.

"Temari-senpai!" Teriak Hinata panik.

Temari terjatuh seraya berguling-guling karena kesakitan. Mereka semua pun dengan cepat menghampiri Temari dan mencoba menenangkannya. Temari pun kemudian bangkit dan berlari ke sembarang arah tanpa melihat sekitar. Dan...

DUAK!

Mereka semua tercengang karena cipratan darah mengenai wajah dan tubuh mereka. Temari terlempar sangat jauh karena tabrakan itu.

Sakura terduduk lemas, sementara sisanya masih menatap tak percaya dengan apa yang terjadi barusan.

Sakura memeluk lututnya ketakutan. "Ke...kenapa tak bisa kuhentikan tadi?!" Kata Sakura pelan.

Sasuke menoleh kearah Sakura yang terduduk memeluk lututnya itu. Sasuke pun berjongkok kemudian memeluk Sakura yang tengah ketakutan itu.

"A...aku takut!" Bisik Sakura ketakutan.

Naruto dan lainnya menghampiri Sakura yang terduduk itu.

"Kita harus menghentikan ini semua. Harus!"

Terinspirasi dari Film Final Destination

Main Characters:

- Haruno Sakura

- Uchiha Sasuke

- Uzumaki Naruto

- Hyuga Hinata

- Hyuga Neji

- Tenten

- Sai

- Yamanaka Ino

- Nara Shikamaru

- Sabaku no Temari

- Hatake Kakashi

- Maito Guy

- And others you'll find in the stories

Genre: Horror / Thriller / Tragedy

Warning!

Rated M for violence and blood

Don't Like Don't Read

RnR

Hope you like it^^

Semua karakter milik Masashi Kishimoto

© Masashi Kishimoto

FINAL DESTINATION

CHAPTER 5

"Sakura-chan, kau harus makan!" Ujar Itachi pelan.

Sakura masih diam dengan tatapan kosong. Hinata mengelus pundak Sakura dan mencoba menenangkannya.

"Itachi-nii, kau sudah tau tentang hal ini?" Tanya Naruto kaget.

Itachi mengangguk pelan. "Hn, Sasuke yang memberitahukannya."

"Apa yang harus kita lakukan sekarang?" Gumam Sasuke pelan.

"Aku masih belum mendapatkan jawabannya. Untuk saat ini kalian harus ekstra hati-hati." Kata Itachi.

Sakura menenggelamkan wajahnya ke tangan nya. Tragedi ini terjadi berturut-turut. Ini membuatnya frustasi.

"Siapa selanjutnya?" Tanya Naruto.

"Ino..." Gumam Sakura tanpa mengangkat wajahnya.

"Katakan padaku kalau kau mengalami perasaan yang aneh atau kau mendapatkan mimpi buruk lagi." Kata Itachi seraya menepuk pundak Sakura.

"Ngomong-ngomong, orangtua mu sudah kembali?" Tanya Sasuke.

Sakura menggeleng. "Mereka akan kembali 5 hari lagi." Gumam Sakura datar.

"Untuk sementara, kau menginap lagi disini saja. Naruto dan Hinata juga kalau mau menginap disini juga tidak apa-apa. Lagipula, Kaasan dan Tousan sedang diluar kota juga." Kata Itachi.

Naruto dan Hinata mengangguk.

"Sakura-chan?"

"Dia sudah tertidur lebih dulu." Kata Hinata seraya duduk di samping Naruto.

Mereka semua hanya menggangguk dan terdiam.

"Lalu bagaimana? Apa yang harus kita lakukan?" Gumam Naruto pelan.

"Jujur, aku sedikit takut akan hal ini. Tapi, jika aku mengingat kejadian dimana seharusnya aku tewas disana..." Naruto menarik nafas pelan.

"Ini membuatku menjadi lebih takut." Sambung Naruto seraya mengacak-acak rambutnya.

"Kita mungkin bisa melakukan itu lagi." Gumam Sasuke.

"Aaah! Tidak!" Teriak Sakura dari kamar.

Mereka berempat sontak panik dan segera berlari menuju kamar Sakura.

"Apa?! Apa yang terjadi?!" Tanya Naruto panik.

Sakura yang tengah duduk di kasur seraya menggenggam handphone nya di dekat telinganya. Wajahnya merah, air matanya terus mengalir dengan derasnya. Dia menangis terisak-isak.

Hinata dengan cepat berlari dan memeluk Sakura seraya mengelus punggung Sakura yang bergetar itu.

"Apa yang terjadi?" Tanya Itachi.

"Sepertinya, kita biarkan dia tenang dulu." Gumam Sasuke.

Setelah beberapa menit Sakura menangis, dia mulai tenang. Naruto memberanikan diri untuk menanyakan apa yang terjadi pada Sakura.

"Sakura-chan, apa yang terjadi?" Tanya Naruto.

Sakura mengusap mata. "I...Ino, dia sudah..."

"Siapa yang menelponmu?" Tanya Itachi.

"Ibunya Ino. Di...dia bilang, I...Ino terpeleset di kamar mandi, dan lehernya terikat oleh selang shower." Ucap Sakura pelan.

Mereka semua terkejut. Mereka tak menyangka akan terjadi tragedi berturut-turut dalam satu hari.

Handphone Itachi berbunyi. Itachi pun keluar dari kamar dan berbicara dengan lawan bicaranya.

"Sudah, jangan menangis lagi." Kata Sasuke pelan.

"Berarti selanjutnya Neji, Hinata-chan, aku, Sasuke, dan Sakura-chan." Gumam Naruto serius.

"Bagaimana ini?! Apa aku harus mati untuk mengakhiri ini semua?!" Tanya Sakura frustasi seraya menarik rambutnya sendiri.

"Semua akan baik-baik saja, Sakura-chan." Kata Hinata pelan.

"Masuklah." Ujar Itachi pada seseorang dibelakangnya.

Sontak saja Sasuke, Sakura, Hinata, dan Naruto menoleh kearah pintu. Laki-laki berambut merah itu mengikuti Itachi masuk ke kamar.

"Siapa dia?" Tanya Sasuke.

"Ah, sebaiknya aku memperkenalkan diriku. Namaku Akasuna Sasori." Ujar laki-laki bernama Sasori itu seraya tersenyum.

"Dia juga pernah mengalami hal yang sama seperti yang Sakura-chan alami." Lanjut Itachi.

"Lalu, bagaimana kau bisa selamat?" Tanya Naruto.

"Aku sebenarnya tak tau bagaimana aku bisa selamat. Saat itu, aku hanya terbangun di tepi danau dan beberapa orang membangunkanku." Jelas Sasori.

"Teman-temanku saat itu, meninggal secara tragis. Aku cukup trauma akan hal itu. Dan karena merasa bersalah, aku mengurung diriku di kamar selama setahun." Lanjut Sasori.

"Berapa usiamu saat itu?" Tanya Hinata.

"Hm, aku lupa. Mungkin sekitar 17 tahun. Dan saat ini umurku 27 tahun." Kata Sasori.

"Tapi, bagaimana Niisan bisa kenal dengannya? Umur kalian juga terpaut lumayan jauh." Tanya Sasuke.

"Ah, dia alumni di jurusanku. Kebetulan, aku mendengar cerita dari senpai di jurusanku tentang dia." Kata Itachi.

Sasori datang menghampiri Sakura. "Jangan khawatir. Kau bisa mencurangi ini semua. Kalian bisa belajar dari pengalamanku. Dan aku akan membantu kalian terbebas dari ini semua." Kata Sasori.

"Inoo, kenapa kau meninggalkan kami?" Teriak Ibu Ino dengan sedih.

Sakura, Hinata, Naruto, dan Sasuke pun baru tiba disana dan berdiri di depan makam Ino.

"Menyedihkan bukan?" Celetuk Neji dari samping mereka.

Mereka sontak menoleh kesamping.

"Neji-nii? Kenapa kau ada disini?" Tanya Hinata kaget.

"Aku diberitahu oleh yang lain kalau Ino juga tewas." Gumam Neji tanpa menoleh kearah mereka.

"Berdasarkan pernyataan dari polisi, Ino diduga sudah melakukan bunuh diri." Lanjut Neji.

"Apa?! Ino tak mungkin melakukan itu!" Kata Sakura.

"Hm, memang benar. Ino memang tak mungkin melakukan itu. Tapi, tak ada bukti bahwa Ino mati dibunuh." Kata Neji.

"Dia mati karena terpeleset di kamar mandi dan lehernya terlilit." Lanjut Neji.

"Aku, semakin takut dengan semua ini." Gumam Neji lagi.

"Hn, kami bertemu dengan seseorang yang mengalami hal yang sama seperti Sakura." Kata Sasuke.

"Apa? Ada orang yang berhasil selamat juga?!" Tanya Neji kaget.

Naruto mengangguk. "Dia rekan kakaknya Sasuke." Kata Naruto.

"Kalau begitu, bagaimana caranya?! Bagaimana cara kita terbebas dari semua ini?!" Tanya Neji dengan cepat.

"Kami berencana ke rumahnya setelah ini. Kau mau ikut?" Tanya Hinata.

Neji dengan cepat mengangguk. Naruto juga mengangguk pelan.

"Kalau begitu, kau bawa mobil tidak?" Tanya Naruto.

"Hn, aku bawa." Kata Neji.

"Begini saja, aku dan Hinata akan ikut bersama Neji. Sasuke dan Sakura menuntun di depan kami." Usul Naruto.

"Boleh sa...ukh." Kata Sakura tiba-tiba seraya memegang kepalanya.

Kepalanya tiba-tiba sakit sehingga Sakura tak sanggup berdiri dengan benar. Hampir saja dia terjatuh. Untung saja, dengan sigap Naruto dan Sasuke menangkapnya.

"Ada apa? Kau baik-baik saja?" Tanya Sasuke khawatir.

"Ke...kepalaku sakit sekali." Gumam Sakura pelan.

Kemudian, di dalam bayangan Sakura dia melihat sebuah rel kereta api, orang mabuk, dan beberapa suara-suara aneh.

"A...apa ini?" Gumam Sakura.

Tak lama, dia melihat dirinya yang termenung di seberang rel kereta. Dan menatap sebuah mobil yang sudah hancur tertabrak kereta.

"Ke...kereta..." Kata Sakura pelan.

"Apa?" Tanya Naruto bingung.

"A...aku melihat kereta. Ke...kemudian..." Sakura terdiam sejenak. "Suara anak kecil menangis, suara kereta api, suara ledakan..."

"Kau melihat kejadian yang akan datang?" Tanya Sasuke.

Sakura mengangguk. "Tidak bisa begini." Kata Sakura dengan cepat.

"Disisi lain, kita harus ke rumah Sasori-san. Tapi, kita juga belum tau bagaimana rute menuju rumahnya." Kata Sakura perlahan.

Dia mulai terbiasa dengan semua keadaan ini. Bagaimanapun, yang merasakan ini hanya dia. Dia harua tetap tenang agar yang lain tidak panik.

"Kalau kita pergi bersama, pastikan kalian menghindari rel kereta api. Maksudku, hindari jalur yang melalui rel kereta." Kata Sakura.

"Karena selanjutnya adalah Neji, kalian tak bisa satu mobil dengannya." Lanjut Sakura.

"Lalu bagaimana?" Tanya Neji.

"Aku bisa di mobil yang sama dengan Neji. Hinata dan Naruto meninggal bergiliran di kejadian waktu itu. Karena giliranku masih jauh. Hinata dan Naruto, pergilah bersama Sasuke-kun." Kata Sakura lagi.

"Hn, baiklah." Kata Sasuke.

"Ingat, selalu berkomunikasi dan jangan ambil jalur yang dekat dengan rel kereta api."

"Apa kau yakin ini akan baik-baik saja?" Gumam Neji seraya fokus menatap jalan.

"Aku tak tau." Bisik Sakura.

"Apa maksudmu tak tau?" Tanya Neji kaget.

"Karena dalam penglihatanku tadi, kau tetap berada satu mobil dengan Hinata dan Naruto. Karena sekarang kalian terpisah, kuharap tak ada sesuatu yang terjadi." Kata Sakura.

Neji hanya mengangguk. "Kau benar. Tak ada yang bisa kita lakukan saat ini." Kata Neji pelan.

Suasana pun menjadi hening seketika. Neji tetap fokus menatap jalan sementara Sakura fokus menatap maps yang berada di handphone nya.

Neji sedikit berdeham pelan, memecahkan keheningan. "Hn, Sakura." Panggil Neji.

"Ng? Kenapa?" Tanya Sakura.

"Maafkan aku karena tak mempercayaimu waktu itu." Gumam Neji.

"Hah?"

"Mungkin, kalau waktu itu aku percaya padamu, aku bisa menjaga Tenten." Kata Neji pelan.

Sakura terdiam sejenak. "Sudahlah, aku tak masalah kok. Lagipula, aku sendiri tak percaya pada diriku sendiri awalnya." Kata Sakura seraya tersenyum lebar.

"Memang, semua ini menjadi beban bagiku. Tapi, aku tak bisa melakukan apapun. Setidaknya, kalau aku bisa, aku akan menyelamatkan kalian semua dan mencurangi takdir sekali lagi." Lanjut Sakura.

"Waktu itu, kurasa kata-kata mu memang benar saat kau bilang kita selamat karena takdir juga. Tapi, runtutan kejadian yang kita semua alami akhir-akhir ini, membuatku menyalahkan diriku sendiri." Kata Sakura.

"Kupikir, kalau aku mati ini akan berakhir semuanya." Lanjut Sakura pelan.

"Tapi, Sasuke-kun dan lainnya terus bilang padaku kalau kita semua bisa melakukannya. Setelah insiden kemarin, aku mulai berpikir. Setidaknya, aku harus tenang dan kuat. Aku tak boleh lemah dan panik." Kata Sakura seraya tersenyum.

"Hn, memang benar. Jauh di dalam diriku pun aku merasa ketakutan di setiap langkahku. Aku berusaha menenangkan diriku untuk tetap tenang." Kata Neji.

"Ngomong-ngomong, aku tak menyangka. Si Sasuke itu bisa berkata seperti itu untuk menenangkanmu." Celetuk Neji.

Sakura tertawa kecil. "Kau benar. Aku sendiri cukup terkejut. Sasuke-kun ternyata orang yang perhatian. Kupikir, dia takkan peduli dengan apapun." Kata Sakura.

"Sasuke, aku mendengar suara kereta tak jauh dari sini." Kata Naruto pelan.

"Hn, Hinata. Lihatlah di maps. Apakah ada rel kereta didepan sini?" Tanya Sasuke seraya meminggirkan mobilnya.

Hinata mengangguk kemudian mengecek handphone nya.

"Di dalam maps tidak terdeteksi. Bagaimana ini?" Tanya Hinata panik.

Mereka semua terdiam. "Hinata, coba hubungi Sakura."

Hinata mengangguk. Hinata pun segera menghubungi Sakura.

"Nee, Sakura-chan. Kami..."

"..."

"Iya, kami menepi sejenak. Naruto-kun mendengar ada suara kereta tak jauh dari sini."

"..."

"Di maps ku pun tak ada jalur kereta disekitar sini. Tapi, Naruto-kun mendengar suara kereta."

Sasuke menoleh kearah Naruto. "Hn, kau tidak mendengarnya karena sugesti kan?" Celetuk Sasuke.

"Tidak! Aku berani bersumpah kalau aku benar-benar mendengar suara kereta." Kata Naruro kesal.

"Ng, baiklah. Kami akan kirimkan lokasi kami padamu." Kata Hinata.

"Apa katanya?" Tanya Naruto.

"Sakura-chan dan Neji-nii ternyata masih di belakang kita. Mereka akan menyusul kesini." Kata Hinata.

"Tapi, apakah ini beneran? Maksudku, di maps tidak ada rel loh, Naruto-kun." Gumam Hinata.

"Ya ampun, aku benar-benar mendengarnya." Kata Naruto frustasi.

"Bagaimana kalau kita periksa nanti?" Gerutu Naruto.

Sakura dan Neji pun datang dan menghampiri mereka. "Bagaimana?" Tanya Neji.

"Aku akan mengeceknya. Mereka berdua tak percaya apa kata-kataku!" Gerutu Naruto seraya keluar dari mobil.

"Naruto! Kalau beneran ada bagaimana?!" Teriak Sakura.

"Biar aku ikut dengannya." Gumam Neji.

"Oi, kau akan dalam bahaya kalau itu benar-benar rel kereta. Biar aku saja yang menemani dia." Kata Sasuke.

"Tidak, biar aku saja." Kata Neji cepat.

"Oi, Naruto. Masuklah ke dalam mobilku. Kita cek bersama." Teriak Neji.

Naruto pun berlari menghampiri Neji dan masuk ke dalam mobil.

"Aku sangat khawatir." Gumam Sakura pelan.

"Di maps, aku tak bisa melihat rel apapun. Kuharap, Naruto-kun hanya tersugesti saja mendengarnya." Gumam Hinata.

"Hn, Sakura. Masuklah. Kita susul saja mereka."

"Ada!" Teriak Naruto panik.

"Sial! Ada apa dengan mobil ini?!" Teriak Neji panik.

"Apa yang terjadi?!"

"Aku tak bisa menghentikan mobil ini!" Kata Neji seraya menginjak rem sekuat tenaga.

"Neji! Awas di depan ada anak kecil!"

Neji pun membanting stir kesamping kanan untuk menghindari anak kecil yang sedang mengejar bola itu.

Sasuke dan lainnya yang melihat itu langsung menghentikan mobilnya dan menghampiri anak kecil yang tampak terkejut itu.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Sakura.

"I...iya. huwaaaa! Aku takuut!" Jerit anak kecil itu seraya menangis.

Mereka menatap mobil Neji yang berada disisi kanan rel kereta.

"Kita harus segera menolong mereka." Kata Sakura dengan cepat.

Saat mereka hendak menghampiri Neji dan Naruto yang masih berada di dalam mobil, mereka pun melihat bahwa dengan pelan Naruto dan Neji keluar dari mobil seraya memegang kepalanya.

Sakura dan Hinata langsung menghela nafas lega. Namun, itu tak berlangsung lama. Suara kereta mendekat membuat mereka kembali panik.

"Kalian cepat menjauh dari sana!" Teriak Sasuke.

Naruto dan Neji sangat kaget dengan itu dan berusaha menjauhi tempat itu. Di waktu bersamaan, Hinata berlari kearah mereka dan hendak menarik mereka berdua.

Namun, setelah menarik Naruto, Hinata dan Neji justru tak bisa menghindari dari tabrakan kereta yang melaju sangat kencang itu.

Darah mereka terciprat ke wajah Naruto yang masih kaget dengan posisi terduduk. Sasuke dan Sakura tampak sangat terkejut juga.

"Hi...Hinata-chan? Ne...Neji?" Gumam Naruto seraya menoleh kearah laju kereta itu tadi.

Matanya terbelalak kaget melihat jasad mereka yang sudah tak berbentuk lagi.

"Ti...tidak! Hinata-chan! Neji!" Kata Naruto seraya berusaha berdiri dan berjalan kearah jasad Hinata dan Neji yang saling berjauhan itu.

Sasuke dengan cepat menarik tangan Naruto untuk menjauhi tempat itu. Naruto menangis sejadi-jadinya.

Sakura menghampiri Sasuke dan Naruto, kemudian memeluk mereka berdua.

Perjalanan menuju rumah Sasori pun dibatalkan karena insiden ini. Akhirnya, Sasuke dan Sakura menghampiri rumah Naruto 2 minggu setelah insiden itu.

Naruto menjadi lebih pendiam dari biasanya. Wajahnya pun terlihat pucat. Sasuke dan Sakura cukup kasihan melihat sahabatnya itu terpuruk seperti itu.

"Naruto, bagaimana untuk sementara kau bersama-sama dengan kami?" Tanya Sakura.

"Hn, Sakura benar. Selanjutnya adalah kau." Gumam Sasuke.

Naruto hanya mengangangguk. "Aku akan ambil beberapa barang keperluanku." Kata Naruto pelan.

Dia berjalan dengan lesu menuju kamarnya. Sasuke dan Sakura hanya menatap lirih punggung Naruto yang terlihat rapuh itu.

"Sasuke-kun, apa menurutmu kita bisa menemui Sasori-san hari ini?" Gumam Sakura.

"Cepat atau lambat, kita memang harus dengan cepat menemui dia." Kata Sasuke pelan.

"Kita harus menghentikan semua ini. Iya kan?"

"Apa?! Pantasan saja, si Naruto itu terlihat pucat dan lesu seperti itu." Kata Sasori kaget.

"Hn, kau benar."

"Kalau begitu, waktu kalian semakin sedikit. Akan kuceritakan semua yang kualami waktu itu. Kalian bisa mencari tau bagaiamana aku selamat."

~T.B.C~