Naruto belong to Masashi Kishimoto

I own this story but not the chara

Welcome to my imagination and enjoy

.

.

.

.

.

Summary: "Rumah ini memiliki banyak kamar. Di belakang rumah ada wisma tempat tinggal para pelayan. Mereka akan membantumu bersih-bersih juga memasak. Kau tidak perlu membakar dapurnya."/ "Pria tidak akan menunggu komando jika dia memang 'lapar', Sakura..."/ "Paman juga jangan makan ramen terus. Umur Paman harus panjang agar bisa menemaniku yang masih muda."/ "Apa Paman membenciku?"/ "Aku harus bagaimana untuk menarikmu dalam pesonaku?"/

.

.

.

.

.

.

.

.

5. How to attracted him

.

.

Naruto memijit dahinya begitu mendapati Sakura yang sibuk berparade dengan pakaian seksi yang sama sekali tidak menarik hatinya. Mengingatkan Naruto bahwa dia saat ini resmi menjadi pedofil yang sesungguhnya. Astagaaaa... Dilihat dari manapun, tubuh gadis di depannya seperti bocah SMP yang baru saja mengalami pubertas. Dadanya kecil, dia memiliki lekuk tubuh tapi bukan lekuk tubuh wanita dewasa yang membuat liur pria menetes dengan spontan. Dia juga tidak memiliki pantat berisi nan seksi seperti kebanyakan wanita yang menempel padanya.

"Kau ini sebenarnya sedang apa?"tanya Naruto setengah frustasi. Gadis pink itu memaksanya menonton dan menunda kegiatan Naruto yang tengah mengecek bursa saham. Sangat mengganggu.

"Bagaimana penampilanku?"tanya Sakura yang abai dengan wajah masam suaminya.

"Aku merasa seperti pria mesum yang meminta pada siswi SMP untuk mengabulkan fantasi joroknya."

"Astaga... Apa penampilanku sedahsyat itu?"

Naruto menggelengkan kepala pasrah. Dia tidak tau harus berkomentar apa lagi. Sementara Sakura masih sibuk bergerak dengan gerakan yang sama sekali jauh dari kata seksi.

"Lepaskan apel yang kau sumpalkan pada dadamu. Tidak akan mengubah ukurannya."perintah Naruto malas.

"Baiklah. Akan kukupaskan untuk Paman."

"Kau gila?!"

Sakura mengangkat alisnya setelah berhasil mengambil pisau buah. Sebelum masuk ke kamar dia memang sudah membawa semangkuk apel dan pisau buah serta baskom untuk tempat sampahnya. Jaga-jaga jika Naruto tidak suka dengan apel yang akan dia sumpalkan pada dadanya agar terlihat lebih penuh ketika menjajal pakaian seksi yang ia pesan dari internet.

"Dadaku steril. Memangnya apa yang gila dari makan apel ini? Kita tidak boleh membuang makanan, Paman. Di luar sana banyak orang yang tidak bisa tidur karena kelaparan."

"Kami-sama..."

"Akan kukupaskan. Setelah melihat bentuknya mungkin Paman akan berubah pikiran."

Naruto memutuskan menghiraukan apapun yang dilakukan gadis tidak waras yang kebetulan adalah istrinya itu dan kembali melihat pergerakan saham yang baru saja ia cek. Pikirannya jauh lebih sibuk ketimbang memikirkan Sakura yang bertingkah tidak normal semenjak dia mengenalnya. Turun dari altar membuat pikiran gadis itu bertambah mesum dan tidak lagi waras.

"Apa warna merah pada grafik saham itu menunjukkan bahwa sedang ada kenaikan?"tanya Sakura sembari menyumpalkan apel yang sudah ia kupas ke mulut Naruto yang dibalas pria itu dengan pelototan marah.

"Paman bekerja sebagai pemain saham? Atau bagaimana?"tanya Sakura lagi setelah menyumpalkan potongan apel yang kedua. Mengabaikan protes yang dilayangkan Naruto lewat matanya.

"Bisa diam?"tanya Naruto sengit.

"Paman membosankan!"

"Kau menjengkelkan."

"Dan kita terikat dalam pernikahan karena sama-sama tidak benar."

"Itu kau. Siapa suruh kau kehilangan sekrup otakmu ketika turun dari altar? Yang kau pikirkan adalah makan-memamakan dan kau sudah berparade dengan puluhan potong baju yang terlihat bagaikan tirai transparan."

"Apa aku terlihat seksi, Paman?"

"Kau membuatku merasakan bagaimana rasanya jika seseorang mengataiku maniak."

"Kurasa undang-undang di seluruh dunia tidak ada yang mengatakan bahwa menggoda suami sendiri adalah suatu kesalahan. Justru aku bingung bagaimana caranya menarik Paman untuk menciumiku sementara Paman hanya tertarik dengan bentuk persegi laptop itu ketimbang aku dan pakaian seksiku. Sama sekali tidak oke!"

"Tidurlah. Sudah malam dan ini waktunya bocah untuk memejamkan matanya."

"Shiranai!"

"Sakura..."

"Kasurnya dingin tanpa Paman."

Naruto sudah tidak memiliki tenaga untuk melakukan negoisasi. Dia hanya mengangkat tubuh Sakura dan membaringkan gadis itu di atas kasur. Awalnya Sakura memekik senang karena barangkali Naruto akan tertarik padanya. Tapi ketika pria itu menarik selimut dan membungkus erat tubuh Sakura dengan selimut itu layaknya sushi gulung dan mengikat selimut itu erat hingga Sakura tidak mungkin lepas dari kungkungan selimut, Sakura mulai bergerak panik.

"Sekarang kau merasa hangat karena aku membantumu membungkus diri dengan selimut. Sekarang tidurlah."

Sakura ingin bertreiak histeris dan mengundang para maid agar membantunya terlepas dari sushi selimut ini tapi dia mengurungkan niat dan memilih menyerah dari berontak. Tidak ada gunanya. Dan 1 jam setelah mencoba meronta, Sakura memutuskan untuk terlelap. Dia bisa menyimpan energinya nanti. Mungkin bahkan dalam tidur dia bisa mengatur strategi menaklukan Naruto. Atau malah berharap ada keajaiban yang datang dan tubuhnya berubah menjadi tubuh wanita dewasa. Bukan postur SMP yang bahkan tidak membuat perubahan raut wajah sedikit pun pada Naruto.

.

000

.

"Setelah menikah kau tidak pernah menelpon ibu atau bahkan main ke rumah."protes Mebuki dalam video call yang dilakukannya bersama Sakura. Gadis itu juga bisa melihat saat ini mertuanya ada disana juga. Sedang mengawasinya dan berharap ada berita baik.

"Ah... Aku sibuk dengan kegiatan di rumah sakit. Begitu juga dengan kegiatan rumah tangga. Menarik suamiku ternyata sesulit menarik gajah."komentar Sakura spontan yang langsung membuat Mebuki melotot.

"Kau ini..."

"Ibu, aku ingin suamiku mencintaiku dengan cara yang panas. Apa Ibu ada ide?"

Melihat sang putri sudah seperti petasan begini membuat Mebuki memahami jika sesungguhnya Naruto telah membuat putrinya nyaman. Sakura akan bersikap dingin pada orang yang tidak ia kenal. Tapi akan bertingkah gila pada orang yang dia percaya dan ia sayangi. Diam-diam Mebuki tersenyum.

"Kau menyayangi suamimu?"tanya Mebuki dengan kedua alis terangkat.

"Apa aku memiliki alasan untuk tidak menyukai makhluk panas yang menjadi suamiku?"

Jawaban itu membuat Mebuki terkekeh. Teringat masa mudanya ketika dia benar-benar meluluhkan hati Kizashi yang pendiam. Ternyata sifat itu menurun. Sungguh melihat dirinya dalam versi muda sangat menyenangkan.

"Jadilah dirimu sendiri dan tunjukkan bahwa kau juga berharga. Jangan memaksanya melihatmu. Biarkan dia melihatmu sebagaimana seharusnya. Setelah itu lihat apa yang terjadi."

"Sekalipun aku tidak seksi?"

"Ya."

Sakura menimbang-nimbang saran itu dan menyadari bahwa selama ini dia hanya membuat Naruto ketakutan dengan segala tingkah agresifnya yang ajaib. Pantas saja ini tidak berhasil. Kenapa dia tidak menunjukkan jika dia seorang pastisier amatir yang cukup handal dan seorang calon dokter yang sangat pintar dan terampil? Bodohnyaaaa...

"Baiklah. Terima kasih banyak, Ibu. Aku sangat mencintai Ibu dan Ayah. Sampaikan salamku juga pada kakak."

Video call itu terputus dan Sakura menatap jendela kamarnya dengan senyum mengembang. Kali ini dia memiliki strategi yang lebih baik dari hanya berparade dengan baju kurang bahan. Apa setelah ini suaminya itu akan memperlakukannya dengan panas?

.

000

.

"Menikah membuatmu menjadi zombie?"kekeh Shikamaru ketika menertawakan kantung mata yang tampak jelas pada Naruto.

"Semalam aku tidak tidur karena bocah itu."keluh Naruto dengan kedua mata terpejam geram. Dia segera mengecek laporan keuangan yang dibawa oleh Shikamaru.

"Bukankah membiarkanmu menyerah dengan keinginan menyentuhnya akan menjadi lebih mudah?"goda Shikamaru tanpa ampun.

"Kau sudah pernah melihatnya bukan? Dia, darimanapun terlihat sebagai siswi SMP. Aku merasa kejam dan kriminal jika sampai menyentuhnya."

"Ah baiklah, baiklah. Tapi apakah kau memilih menjadi perjaka selamanya?"

Naruto mendengus kesal dan memilih fokus dengan apa yang ia lihat dan mengabaikan apa yang Shikamaru katakan. Dia tidak ingin berdebat soal istri mudanya. Lagipula pendapatnya tidak akan berubah hanya karena Sakura melakukan banyak upaya untuk menarik perhatiannya.

"Dan kau akan memilih bermain dengan tangan?"

"Nanas sial! Keluar dari ruanganku!"

Kekehan Shikamaru saat menutup pintu kerja Naruto terasa sangat menyebalkan bagi pria itu. Naruto kembali fokus dengan angka-angka yang ia lihat dan membuat perhitungan dalam kepalanya dengan sesekali melirik ke layar komputer. Namun bayangan Sakura yang berparade konyol dengan pakaian seksi dan apel semalam membuyarkan segalanya. Otaknya benar-benar perlu disucikan!

.

000

.

Setibanya di rumah, Naruto harus terpaku di pintu karena tidak biasanya dia mencium aroma roti yang hanya bisa ia dapati dari toko kue terkenal. Siapa yang membuat ini? Seingatnya dia tidak pernah membayar koki pastry untuk melayani keinginan makan Sakura yang di luar akal sehat. Gadis itu memang sudah tidak waras sejak lama sepertinya.

Namun sesampainya di dapur, Naruto lebih terpaku lagi ketika Sakura terlihat sibuk menguleni adonan. Tangannya sangat terampil seolah-olah pekerjaan ini memang tidak asing baginya. Dan Sakura memang tidak menyadari kehadiran sang suami karena ketika Naruto mendekat, gadis itu nyaris melempar adonannya karena terkejut.

"Kau bisa... memakai dapur?"tanya Naruto dengan alis terangkat.

"Oh ya ampun... kupikir jantungku akan pecah." Sakura menetralkan jantungnya yang sudah berdetak tak karuan. Dia seperti ketahuan mencuri padahal dia adalah nyonya di rumah itu. "Aku sedang membuat kue. Dan aku memang bisa memanggang kue dengan baik untuk menghemat uangku. Kalau menuruti perutku, aku akan bangkrut Paman."

"Tapi kau tidak bisa memasak?"

Sakura menggeleng dengan yakin. "Aku pernah membuat gosong semua panci di rumah. Jadi mungkin memasak sangat sulit untuk dilakukan."

"Tapi kau bisa membuat pastry?"

"Itu tidak sulit."

Naruto masih memicingkan mata sampai Sakura mengeluarkan roti dari oven dan wangi keju, parsley, oregano, dan bawang membumbung. Sangat harum sampai membuat air liurnya nyaris menetes. Sakura mengeluarkan roti itu dan meletakkannya di depan Naruto.

"Kau tidak terlalu suka sesuatu yang manis. Jadi kau pasti bisa menikmati ini. Korean garlic bread."jelas Sakura dengan mengambil salah satu roti ke atas piring dan mengulurkannya pada Naruto."Kau tidak akan menaruh racun di dalamnya?"tanya Naruto sanksi.

Sakura melotot dan mengambil satu. Memakannya di depan Naruto dengan langsung. "Awas saja kalau kau ketagihan."

Naruto menggigit roti dan merasakan sensasi lumer yang sangat nikmat di mulutnya. Kejunya tidak terlalu tajam dan bisa dinikmati. Racikan bumbunya pas. Membuat Naruto melahap roti tersebut hanya dalam beberapa kali gigitan.

"Kau tidak bisa memasak."ujar Naruto dengan nada terkejut.

"Aku pintar membuat roti. Well, lebih tepatnya pastry." Sakura terkekeh ketika melihat Naruto yang menatap roti yang ia buat dengan tatapan penuh harap.

"Kau bisa menghabiskan satu loyang ini. Aku masih punya 3 loyang lainnya. Untukku dan untuk semua maid disini."

Naruto mengangguk tanpa protes dan menghabiskan rotinya dengan khidmat. Sekalipun dalam otaknya dia berpikir keras. Bagaimana bisa gadis yang terlihat 'sangat tidak masuk akal' ternyata memiliki kemampuan memasak yang lumayan. Roti ini enak. Bahkan Naruto harus mengakui bahwa garlic bread yang dibuat oleh Sakura adalah yang terbaik dari yang pernah ia makan.

Sementara Sakura terkekeh di tempatnya. Dia tau Naruto akan senang dengan itu. Membuat laki-laki jatuh cinta lebih mudah dengan membuat perut pria itu kenyang. Itu yang pernah dikatakan Tenten padanya. Dan sepertinya hal itu berhasil. Setidaknya, Naruto terkesan padanya.

.

000

.

Naruto menggeram. Sikap absurd Sakura terus berlanjut. Sekalipun gadis itu juga membuktikan dia bukanlah kantung hormon berjalan yang selalu berpikiran mesum. Tapi gadis yang miliki banyak sekali kejutan yang secara mengejutkan, memuaskan perutnya.

Pria itu menatap Sakura yang tengah berada di atas tubuhnya. Sakura cepat sekali tertidur jika mencium aroma tubuhnya. Sakura bahkan tidak segan memeluknya erat walaupun mereka belum lama kenal. Sekalipun dia sama sekali tidak bisa mengindahkan kenyataan jika dia dan Sakura adalah sepasang suami istri.

"Ada yang mengeras."bisik Sakura dan langsung bangun. Gadis itu duduk di atas perut Naruto tanpa rasa bersalah. Sementara Naruto mengerang karena reaksi tiba-tiba Sakura membuat kepalanya semakin pening.

"Kau sekolah kedokteran kan? Kau tau apa yang akan terjadi jika pria bangun tidur di pagi hari?"

Sakura terkekeh dan memindahkan tubuhnya di sisi kanan Naruto. "Ah... Suamiku mesum sekali."

"It's natural situation."

"Yah dan aku jadi mengerti seberapa mesumnya suamiku. Hm... aku tidak sabar."

Naruto menghela nafas panjang dan mendudukkan dirinya. Dia bisa gila jika Sakura melompat sekali lagi ke arahnya. "Jika kau sudah membuat kesan baik untuk dilihat, jangan menghancurkannya dengan tingkah absurdmu yang sama sekali membuat orang kebingungan."

"Jadi kemarin kau terkesan?"tanya Sakura dengan nada menggoda.

"Stop! Hentikan semua itu!"

"Aku hanya ingin memakan suamiku sekarang."

"Ya ampun!"

Naruto langsung berlari ke kamar mandi. Dia harus menyelamatkan dirinya dari 'kemesuman' Sakura yang sepertinya tidak ada obatnya. Sementara sang istri hanya tertawa melihat reaksi itu.

"Aih... untuk pria tua dia sangat menggemaskan."

Atau Sakura hanya sedang gila.

.

000

.

Mereka sarapan dengan normal. Sakura bahkan tidak berusaha menggoda Naruto dengan sengaja duduk di pangkuannya, atau menyiapkan makanan dengan tangannya. Aksi vulgar itu membuat para maid yang melayani makan berlari keluar karena tidak nyaman dengan pemandangan penuh hormon itu.

Yah, segila itulah si pink itu.

Naruto bahkan tidak tau dari mana datangnya sikap ajaib sang istri. Tapi kali ini Sakura bertingkah normal. Gadis itu hanya tersenyum dan makan dengan table manner sempurna dan tanpa celah. Sebenarnya ini aneh. Tapi Naruto mendiamkan momen ini karena sangat jarang sekali melihat Sakura menjadi sosok yang mudah diatur.

Bukan berarti hal ini akan berlangsung dengan aman. Gadis itu bisa merencanakan apa saja setelah ini. Dia dan semua tingkah ajaibnya. Uh... Mengesankan Naruto tidak pernah jantungan. Atau minimal mendaftarkan dirinya ke poli jantung paru untuk diperiksa. Tapi jika dokter yang harus ia temui seperti Sakura... Itu benar-benar berbeda cerita.

"Aku harus berada di rumah sakit 24 jam hari ini. Jadi Paman akan tidur sendiri."ujar Sakura dengan tenang.

Gadis itu menata sendoknya di atas piring sebelum meraih tas dan kunci mobilnya. "Aku pergi dulu."

Cup.

Kecupan lembut bagaikan kecupan bayi pada pipi kanan Naruto mengakhiri perjumpaan mereka. Naruto berbalik melihat sang istri sampai hilang dari pandangannya.

Apa benar wanita penurut itu adalah istrinya?

Bukan hantu?

.

.

.

.

.

.

.

.

.

TBC

.

.

.

.

.

.

Aigoo... ternyata butuh beberapa purnama juga sampai bisa menyelesaikan cerita ini. Maafkan neee... Chiyo cicil semampu Chiyo. Hehehe.

Untuk yang menunggu, Chiyo ucapkan terima kasih. Terus dukung Chiyo ne. Jangan lupa untuk tekan fav atau follow cerita ini. Komentar sebanyak-banyaknya. Oke?

Jaa matta ne minna...

Published: 07/04/2021