Previous chapter

"Jangan-jangan kalian..."

"Aku datang ke sini untuk minta tolong padamu, my prince."

"berjanjilah kalau kau akan menikah denganku."

"Nee, Souma-kun, daripada tinggal bersama orang-orang itu, kau pasti akan lebih bahagia jika bersamaku."

"Dengan masakanku, akan kubuat kau menyesal karena sudah menghina Yukihira!"

"Sampai jumpa di BLUE."

"Aku pasti akan meraih puncak!"


Di Asrama Bintang Polar.

Souma duduk termenung di meja makan sambil menopang wajahnya dengan tangannya.

"Oh iya, tentang apa yang Ayah katakan hari itu... Kepada siapa aku mendedikasikan masakanku?" "Jika aku tidak memiliki seseorang untuk aku dedikasikan masakanku padanya, maka aku tidak akan pernah bisa melampaui Ayah dan tidak bisa meraih posisi puncak!" Souma mengacak-acak rambutnya frustasi. Dia menghela nafas panjang.

Dia teringat saat ayahnya marah-marah ketika dia memberitahunya tentang kesepakatannya dengan Asahi.

Flashback

"Ayah." Souma memanggil setelah dia selesai memakan sarapannya.

"Hm." Joichirou menanggapi dari dapur.

"Semalam Asahi-san mendatangiku."

Joichirou berhenti di tengah kegiatannya dan menoleh pada putranya.

"Hah? apa maksudmu dia mendatangimu? kapan ada tamu?" ucapnya.

Souma memutar matanya "Dia masuk lewat jendela kamarku."

Alis Joichirou berkedut mendengar hal itu.

"Dia menantangku. Jika dia menang, aku harus menikah dengannya." Souma langsung pada intinya.

"Haah!?!?! menikah!?!" "Dia tidak waras ya!?!" Joichirou berteriak marah saat dia membanting kepalan tangannya ke meja dengan keras.

Souma meringis mendengar hentakan keras di meja. "Ayah..."

"Jangan bodoh menerima tantangannya itu! sepertinya dia memang sudah gila." Joichirou meninggalkan apa saja yang sedang dikerjakannya dan berdiri di depan putranya.

"Aku tau itu konyol dan aku juga tidak mau kalau sampai menikah dengannya. Tapi dia benar-benar sudah kelewatan karena menghina Yukihira dan teman-temanku! aku tidak bisa menerimanya! aku akan mengalahkannya, dan membuatnya menyesal! aku berjanji tidak akan kalah!"

Joichirou terdiam untuk beberapa saat. Wajahnya gelap dan tanpa ekspresi.

"Souma,"

"Aku akan melatihmu lebih serius kali ini." ucapnya.

Souma hanya terpaku di tempatnya.

"Ha- eh?"

"Aku tidak akan membiarkannya menikahimu." kata Joichirou yang sekarang berjalan kembali ke dapur.

Souma sweatdrop "Ayah... akhir-akhir ini Ayah jadi agak berbeda."

End flashback

"Aku tidak bertemu dengan Kurase waktu itu, apa Karaage Sumiredoori baik-baik saja?" Souma bergumam. Dia tersentak saat sebuah pemikiran melintas di kepalanya. "Apa itu benar-benar harus seseorang? apakah hanya satu? bagaimana jika tidak?" Souma sedang memikirkan kemungkinan lainnya saat dia dikejutkan oleh tepukan di pundaknya. Souma menoleh dan melihat gadis berambut pendek sedang menatapnya.

"Yukihira-kun. Apa yang sedang kau lakukan? Jika kau mengantuk lebih baik tidur di kamar saja." kata Ryouko dengan nada ramahnya.

"Ah, tidak. Aku hanya sedang memikirkan beberapa ide untuk kompetisi BLUE yang akan datang." Souma menjawab dengan senyum tersungging di wajahnya.

Ryouko berkedip "Benar juga. Kompetisinya sebentar lagi ya." tatapannya melembut saat dia tersenyum "Kalian semua berjuanglah, ya?"

"Tentu saja."

"Oh! apa kau perlu bantuan? aku akan membantumu berlatih sebisaku." Ryouko menawarkan.

"Benarkah? terima kasih. Sebenarnya aku di sini juga untuk berlatih, namun sepertinya aku terlalu lama memikirkan hal-hal di kepalaku." Souma terkekeh saat dia berdiri dari duduknya dan mereka mulai bersiap untuk memasak.

Tidak lama kemudian Megumi dan Nikumi datang lalu ikut membantu.


.

.

.

.

.

Hari yang telah ditunggu-tunggu akhirnya tiba.

Kompetisi BLUE.

Trio yang beranggotakan Souma, Takumi, dan Megumi, sekarang berdiri di depan gerbang dengan para peserta lainnya. Menunggu pengumuman dan aba-aba untuk memulai ujiannya.

"Yukihira, kau baik-baik saja? akhir-akhir ini kau sepertinya sering melamun. Apa ada sesuatu yang mengganggumu?" pemuda Italia itu bertanya pada rivalnya dengan nada khawatir yang ditutup-tutupi. Bukan apa-apa, Takumi hanya ingin rival sekaligus sahabatnya itu dalam keadaan yang prima baik itu fisik maupun mental, apalagi di kompetisi besar seperti ini. Dia juga berharap mereka akan sampai di babak final dan menyelesaikan duel mereka yang masih seri.

Kini Megumi juga menatap Souma dengan khawatir. Dia juga berpikir hal yang sama dengan Takumi.

"Ah, tidak kok. Aku hanya memikirkan perkataan ayahku waktu itu..." ucap Souma. "Itu ada kaitannya dengan memasak." Souma menyunggingkan senyumnya.

Takumi tidak tau apa yang dikatakan ayah Souma, tapi dia yakin pasti itu hal yang cukup penting sampai membuat Souma merenunginya selama berhari-hari. Tapi dia tidak ingin bertanya lebih lanjut.

"Souka."

Souma tidak pernah bermaksud untuk benar-benar menyembunyikan masalahnya dengan Asahi pada teman-temannya. Hanya saja, dia tidak harus mengatakan itu keras-keras pada temannya kan? Dan sekarang yang harus dia fokuskan adalah pertandingannya.


(Ujian-ujiannya terjadi seperti yang ada di animenya.)

Souma, Takumi, dan Megumi sudah kembali berkumpul, dan mereka dikejutkan dengan kehadiran senpai mereka yang juga Mantan Kursi Pertama Sepuluh Dewan Elit. Yup, Tsukasa Eishi.

"Tsukasa-senpai!"

"Yukihira! oh, ada Tadokoro dan Aldini juga. Untung saja aku bertemu kalian. Syukurlah ada orang yang aku kenal." ucap Eishi yang menghela nafas lega sambil berjalan mendekati mereka

"Tsukasa-senpai juga ikut berpartisipasi dalam kompetisi BLUE ya?" tanya Souma dengan polosnya.

Eishi tersenyum "Ya, Aku mendapat undangannya."

"Tapi disekitarku ada begitu banyak koki terkenal. Rasanya seperti kehilangan semangat."

"Ditambah lagi orang-orang yang memakai topeng mengerikan. Noir itu sebenarnya apa, sih?"

"Ah, aku mengerti perasaanmu." kata Souma pada senpai-nya yang mulai masuk ke mode gugupnya.

"Tapi anehnya, aku merasa takkan kalah." "Dalam beberapa bulan ini mungkin aku sudah bertambah kuat." ucapnya.

"Begitu, ya?" "Tapi kami juga sudah bertambah kuat lho!"

Eishi tersenyum lembut "Ya, aku sangat menantikannya."

.

Asahi menatap layar yang menunjukkan interaksi Eishi dan Souma. Dia menyeringai.


Souma dan Eishi sedang duduk di depan mini market sambil memakan es krim dan saling mengobrol.

Mereka membicarakan tentang Rindou yang tidak ikut berpartisipasi dalam kompetisi BLUE karena sedang memburu para pemburu gelap yang mengincar binatang langka.

"Dan sepertinya para pemburu gelap itu memiliki hubungan dengan para Noir itu."

Souma terdiam mendengarnya.

"Demi meringankan bebannya Rindou, aku tak ingin membiarkan Noir itu berbuat seenaknya."

Souma tersenyum melihat senpai-nya yang sudah sedikit berubah.

.

.

.

Di sela-sela waktu setelah Souma mengalahkan salah satu anggota Noir, yaitu Sarge, dia tidak sengaja bertemu dengan Asahi yang juga akan maju ke pertandingan selanjutnya.

"Eh... kita bertemu lagi, Souma-kun. Sepertinya kita memang sudah ditakdirkan, ya?" kata Asahi

Souma hanya menatapnya.

Asahi berjalan mendekat pada Souma yang masih berdiam di tempatnya.

"Yah, aku ucapkan selamat atas kemenanganmu. Aku tidak pernah bosan melihat performa mu, Souma-kun. Kau selalu penuh kejutan."

Souma terus menatapnya dengan hati-hati saat Asahi berjalan memutarinya.

"Begitukah? yah, bersiaplah untuk kejutan selanjutnya, tapi aku tidak akan bertanggung jawab jika kau sampai terkena serangan jantung." katanya.

"Hahaha, kau sungguh lucu, Souma-kun."

"Aku jadi semakin tidak sabar menunggu saat kau sudah menjadi milikku." Sekarang Asahi berdiri di belakang Souma dan mendekatkan wajahnya pada Souma.

"Saat kita sudah menikah, aku jadi tidak perlu menahan diri lagi untuk menciumu." Souma tersentak dan secara refleks mendorong Asahi menjauh.

Asahi hanya mengangkat alisnya saat Souma memelototinya.

"Itu tidak akan terjadi. Apapun yang terjadi, aku akan menang." Souma mendesis padanya.

Seringai muncul di wajah Asahi. "Semangat yang bagus. Tapi sayang sekali aku harus menghancurkan harapanmu itu."

Souma menggertakkan giginya geram.

"Kalau begitu, sampai nanti, my prince."

Souma menatapnya dengan tidak suka saat ia berjalan pergi.

"Yukihira?"

Souma tersentak saat mendengar suara yang dia kenal. Dia membalikkan badannya.

"Senpai-"

Eishi memilki ekspresi yang tak bisa dibaca di wajahnya.

"Tsukasa-senpai?" Souma berkata dengan ragu-ragu.

"Apa yang dia lakukan padamu?" suaranya yang dalam membuat Souma terdiam.

"Yukihira,"

"Jelaskan semuanya sekarang."


Eishi menggertakkan giginya dalam upaya agar mulutnya tidak mengeluarkan umpatan-umpatan luar biasa di depan adik kelasnya. Kepalan tangannya gemetar di sisinya.

"Kedengarannya dia benar-benar pria yang kurang ajar ya?" ucap Eishi. Dia berpikir bahwa pria yang disebut sebagai 'Saiba Asahi' itu hanya memeras Souma dan memanfaatkannya.

Souma hanya berkedip mendengar itu dari senpai-nya.

"Apa... Ayahmu tau tentang ini?" Eishi bertanya setelah terdiam beberapa saat.

Souma mengusap tengkuknya ketika mengingat Ayahnya yang marah-marah saat dia memberitahu soal kesepakatannya dengan Asahi. "Iya... Dia benar-benar mengamuk saat mendengarnya. Tapi aku tidak bisa dan tidak mau mundur. Tidak setelah apa yang dia katakan malam itu."

Eishi tau jika Souma sudah membulatkan tekadnya dan sudah benar-benar yakin. Tidak akan bisa untuk membuatnya berhenti.

"Yukihira."

Souma menatap senpai-nya.

Eishi membuka mulutnya namun menutupnya lagi.

"Ah, tidak. Mari bersiap untuk pertandingan selanjutnya."

Souma menyunggingkan senyum percaya dirinya.

"Tentu saja."


.

.

.

.

Eishi sedang menunggu ujian selanjutnya di belakang gedung arena, yang tidak sengaja berpapasan dengan lawannya.

"Jadi kau Saiba Asahi, ya?"

Asahi berhenti dan memutuskan untuk menyapa lawannya.

"Yah, kalau aku tidak salah, kau pasti Tsukasa Eishi."

"Benar-benar pria yang menjengkelkan." Eishi memulai tanpa beramah-tamah.

Asahi berhenti saat tiba-tiba Eishi berkata.

"Kau membuat Yukihira berjanji untuk menikah denganmu jika kau mengalahkannya? kau memang pria yang menjijikkan." Eishi menatapnya dengan ekspresi jijik.

Asahi mengangkat alisnya "Ah, jadi kau sudah tau, ya?"

"Jadi, kau akan memanfaatkan Yukihira? dan menjadikannya mainanmu?" Eishi berkata lagi.

"Diamlah, kau tidak tau apa-apa."

"Kau tidak akan pernah memilikinya."

"Kau hanyalah halangan yang harus ku hancurkan."

"Kau telah memperlakukan Yukihira seenaknya. Dan aku tidak akan tinggal diam apalagi membiarkanmu menikahinya."

Tatapan Asahi jadi semakin gelap saat dia mengetahui bahwa pria di depannya ini akan mengganggu urusannya.

"Itu tindakan yang bodoh. Jangan campuri urusanku, wahai Mantan Kursi Pertama Dewan Elit."

"Yukihira tidak pantas bersama orang sepertimu." Eishi berkata dengan percaya diri.

Asahi menyipitkan matanya "Jadi maksudmu orang yang pantas bersamanya adalah dirimu?"

Eishi menepis keraguannya dan terus bicara. "Jika aku mengalahkanmu dalam duel ini, berjanjilah kau akan menjauhi Yukihira dan tidak pernah mendekatinya lagi."

Asahi memiliki senyum lebar di wajahnya seakan dia baru saja mendengar hal yang sangat lucu dan tidak masuk akal "Hah? kenapa aku harus menjanjikan hal seperti itu? Apa ada hal yang sebanding dengan itu yang bisa kau pertaruhkan?"

"Dia adalah orang yang penting bagiku."

"Baiklah. Jika aku tidak bisa meminta hal itu, setidaknya aku akan mengalahkanmu di sini dan perjalananmu akan sampai di sini saja."

"Dia orang yang sangat berharga."

"Heh, itu jika kau berhasil mengalahkanku. Nah, jika aku menang dalam pertandingan ini, berikan Grater-mu itu padaku dan terima kekalahanmu. Sebagai gantinya, jika aku menang aku tidak akan menyuruhmu menjauhi Souma."

"Dan aku tidak akan membiarkan bajingan sepertimu memilikinya!"

"Aku tidak akan kalah darimu."

Eishi menyimpan perasaan pada Souma.

.

.

.

"Yukihira."

Souma menoleh pada senpai-nya.

"Aku akan mengalahkannya di sini." ucapnya dengan yakin. "Jangan khawatir Yukihira. Aku akan mengalahkannya, dia hanya akan sampai di sini saja. Dia tidak pantas untuk orang yang terlalu baik sepertimu."

"Aku memang ingin melawannya dan mengalahkannya untuk membalas kekalahanku hari itu. Tapi jika Tsukasa-senpai benar-benar akan mengalahkannya, aku akan mendukung Tsukasa-senpai dengan sepenuh hati!" ucap Souma dengan seringainya.

Eishi senang dan hampir tersipu mendengarnya.

"Percayakan saja padaku."

.

.

.

Namun sepertinya Dewi Keberuntungan sedang tidak berpihak padanya.

Eishi kalah telak. Grater-nya sudah bukan menjadi miliknya. Dia gagal menghentikan Asahi. Dia gagal menyelamatkan Souma.

Asahi memegang Grater di tangannya sambil mengamatinya. "Mantan pemegang Kursi Pertama 10 Dewan Elit Tootsuki... Berbicara dengan bahan, ya?"

"Sekarang, aku yang memiliki kemampuan itu." ucap Asahi dengan ekspresi puasnya.

Dia berjalan menuju pintu keluar dan berhenti sebentar di samping Mantan Kursi Pertama Sepuluh Dewan Elit untuk mengatakan sesuatu dengan nada yang rendah agar tidak ada yang bisa mendengarnya selain mereka berdua

"Aku sudah menang. Sekarang, jangan halangi aku dulu sampai aku memenangkan kompetisi ini. Kau sudah tidak punya kesempatan, Souma akan menjadi milikku." bisiknya dengan nada yang mengancam.

Eishi menyipitkan matanya dan menatapnya tajam.

Asahi hanya menyeringai dan berjalan pergi dari arena.

Eishi terdiam di sana untuk beberapa saat. Sampai Souma berjalan mendekatinya dengan membawa nampan yang diatasnya terdapat teh.

Souma menyodorkan nampannya pada Eishi. "Terimakasih atas kerjasamanya."

Eishi menatap teh itu sejenak lalu mengambilnya. di menyesap tehnya dan menghela nafas.

"Maaf, Yukihira."

Selain merasa frustasi karena tidak berhasil menyelamatkan Souma dari Asahi, Eishi juga sangat terguncang karena kekalahannya.

"Tidak perlu meminta maaf, senpai."

"Yukihira, kau harus menang."

Souma tersenyum tipis "Baik."


REVIEW DIBUTUHKAN

Setelah tidak up, akhirnya up dengan chapter yang panjang.

Semoga tidak membosankan atau membingungkan.

Selanjutnya adalah pertandingan antara Souma dan Asahi.

Sampai jumpa di bab selanjutnya