A First Love Crap

By ewfzy

.

.

.

CHANBAEK STORY

Genre : Romance, Drama?

.

.

.

"Chanyeol, aku serius dengan apa yang kukatakan kemarin" Dua adam itu dalam perjalanan pulang. Jackson berakhir tertidur dipangkuan Baekhyun.

Chanyeol tak bergeming, setia fokus pada jalanan. Mengabaikan Baekhyun dan segala pernyataannya. "Bukankah bagus jika kita kembali bersama? Jackson pasti akan merasa senang juga"

"Memangnya kau siapa?"

Pertanyaan dingin itu meluncur enteng dari plum si tinggi. Baekhyun terkesiap menatap Chanyeol dengan pandangan tak mengerti.

"Kau bukan siapa-siapa, Kau hanya orang asing dimata Jackson" Dengan raut kerasnya Chanyeol melanjutkan "Yang Jackson tahu kedua orang tuanya adalah aku dan Jane"

Baekhyun menundukkan wajahnya dengan raut sedih yang coba ia sembunyikan. Perkataan Chanyeol menusuk tepat di jantung. Benar adanya, ia bukan siapa-siapa dimata Jackson. Lelaki cantik itu terdiam menetralkan perasaan, sebisa mungkin mengatur nafas agar suaranya tak pecah saat kembali berbicara.

"Jadi kau benar-benar menikahinya?" hazel coklat itu bergetar samar menatap Chanyeol, pertanyaan sama yang belum Baekhyun dapatkan jawabannya. Beberapa saat dikuasai hening, dengan si mungil yang terus merapalkan doa agar Chanyeol mengatakan tidak. Tapi rupanya bukan seperti itu kenyataan yang Chanyeol ujarkan.

"Ya, aku menikah dengannya"

Dunianya seakan berhenti berputar. Baekhyun tanpa sadar mengeratkan dekapan pada Jackson dipangkuan. Tidak bohong jika hatinya sakit, ia tak ingin kehilangan orang tersayangnya lagi. Tapi faktanya Baekhyun memang telah ditinggalkan sendiri. Bukan, tapi ia yang mendorong mereka semua pergi. Dan kini tinggalah dirinya dengan sejuta penyesalan.

Mobil hitam itu berhenti dipelataran rumah yang lumayan besar. Chanyeol segera turun membukakan pintu sebelah, ia tahu diri dengan Baekhyun yang kesulitan karena Jackson terlelap dipangkuannya.

Sesosok wanita berjalan sedikit terburu keluar dari dalam rumah. "Apa Jackson tertidur?" menginterupsi sambil menghampiri Baekhyun yang baru keluar dari mobil sementara Chanyeol berdiri disampingnya. "Berikan padaku" Ujar Jane mengambil alih Jackson dari gendongannya.

"Kurasa dia lelah bermain dan terlalu banyak makan" Baekhyun mengelus surai coklat Jackson sayang. Ada rasa tak rela menyerahkan bocah itu pada Jane. "Benarkah? Kuharap dia tidak merepotkanmu"

"Tentu saja tidak, dia anak yang baik"

"Syukurlah kalau begitu. Setelah ini kalian akan pergi ke agensi?" Jane bertanya mendapati Chanyeol dengan pakaiannya yang formal.

"Ah ya, kami harus ke agensi setelah ini" ucapnya mengecek arloji yang melingkar manis di pergelangan tangan. Beralih mengelus kepala Jackson sekali lagi, dan memberikan kecupan di pipi gembilnya. "Aku akan menemuimu lagi nanti" bisiknya pelan pada si mungil yang masih pulas.

"Masuklah, matahari cukup terik. Jackson bisa kepanasan nanti" Suara berat itu menyapa pendengaran. Chanyeol memberi Jackson ciuman dikepala. "Kami berangkat sekarang" dan entah apa yang hinggap dipikirannya sampai ikut memberikan kecupan pula dikepala Jane.

Wanita itu terlihat terkejut dengan matanya yang sedikit membola. Sedangkan Baekhyun tak buta, ia jelas melihat apa yang telah Chanyeol lakukan. Berakhir menarik nafas dalam kemudian menghembuskan perlahan.

"Aku pergi Jane, sampaikan salamku pada Jackson jika ia bangun nanti"

...

Suasana hening dalam mobil membawa aura ketegangan bagi Chanyeol. Baekhyun hanya diam dengan pandangan jauh keluar jendela. Dan Chanyeol merasa buruk karenanya. Dalam hati bertanya-tanya apakah ia terlalu berlebihan?

"Baek?"

"Hm"

"Kau marah padaku?"

"Kenapa aku marah padamu?"

Chanyeol menghela nafas berat. Ia mengenal baik pria disampingnya ini, lima belas tahun adalah waktu yang cukup. Tak sulit menyadari saat Baekhyun sedang marah atau merasa kesal.

Chanyeol tak berani mengatakan apapun lagi setelahnya. Ia jadi bingung sendiri bagaimana baiknya bersikap. Tak bohong Chanyeol juga menginginkan Baekhyun kembali bersamanya. Membesarkan Jackson berdua, dengan kasih sayang utuh dari kedua orangtua kandungnya. Tapi jauh dalam hati ia juga merasa takut, Chanyeol takut Baekhyun kembali meninggalkannya. Egois dengan apa yang menjadi kesenangan pria itu.

Luka yang Baekhyun tinggalkan bahkan belum sembuh. Terlalu dalam hingga menyisakan trauma dan sakit yang teramat sangat. Chanyeol takkan mampu bertahan jika pria itu kembali melukainya.

Mereka berpisah di lobi agensi, Baekhyun pergi bersama manajernya. Sedang Chanyeol melenggang menuju ruangan tempat ia biasa bekerja.

"Hari ini adalah jadwalmu melakukan pemotretan majalah bersama Willis"

"Ya, aku tahu"

"Besok lagunya dirilis, akan ada wawancara dan setelahnya acara radio. Lusa kita akan kembali ke Korea" Baekhyun spontan menghentikan langkahnya. "Lusa? Bukankah harusnya minggu depan?"

"Sajangnim bilang kau harus menghadiri acara penghargaan Sabtu besok"

"Seingatku aku sudah mengatakan takkan menghadiri penghargaan sialan itu lagi?! Aku juga sudah menolak tawaran apapun untuk bulan ini. Aku sudah bilang akan mengambil cuti setelah project bersama Willis"

Junmyeon menghela nafas, ia sudah mengusahakan yang terbaik. Tapi ia hanya seorang manajer, sebatas penghubung antara agensi dan artisnya. Seluruh keputusan tetap berada ditangan petinggi. "Aku tahu, aku sudah mengatakan semuanya. Sajangnim juga menyetujui itu beberapa waktu lalu. Tapi entah bagaimana ia tiba-tiba berubah pikiran"

"Sial!"

...

Ini adalah pakaiannya yang ketiga, kalau saja hanya ada dirinya dengan sang manajer sudah pasti Baekhyun tak berhenti mengeluh dan merengek. Tiga jam lebih pemotretannya berlangsung dan sampai sekarang belum ada tanda-tanda juga akan diakhiri.

"Minumlah" Baekhyun mengangkat pandangan, mendapati Willis menyodorkan minuman padanya.

"Terimakasih" Tanpa sungkan ia terima pemberiannya. Beberapa orang masih sibuk menata rambutnya, sedang Willis sudah siap. Duduk disamping Baekhyun sambil mengamatinya dengan tenang.

"Baekhyun"

"Ya?" sahutnya memandang Willis dari pantulan cermin didepan.

"Apa kau ada waktu luang setelah ini?"

Sabitnya mengerling terlihat berpikir, jeda beberapa saat hingga Baekhyun memberikan jawabannya.

"Kalau begitu kau tidak keberatan jika aku mengundangmu untuk makan malam bersama?"

Jujur Baekhyun tak memiliki alasan untuk menolak. Lagipula makan malam bersama terdengar cukup menyenangkan dibanding harus terkurung dalam hotel dan menangisi nasibnya seharian.

"Tentu, aku akan datang dengan senang hati"

Willis tersenyum, hanya sepersekian detik sebelum wajah itu kembali datar dan dingin seperti biasa. Jika Baekhyun masih remaja labil mungkin ia akan langsung jatuh cinta saat ini juga. Berparas tampan dengan aura yang dingin, cocok menjadi karakter utama pria yang selalu diidamkan setiap orang untuk dijadikan kekasih. Sayang hatinya telah ia tinggalkan bersama Chanyeol, dan pria itu terlanjur menikah tanpa sempat mengembalikannya.

...

Baekhyun melongo begitu kakinya menapak lantai restoran. Ini terlalu besar dan begitu mewah, ia bahkan tak mempersiapkan diri dengan baik. Tak pernah terpikirkan jika Willis akan mengajaknya makan malam di restoran termewah sekaligus termahal di New York.

Pria mungil itu tersentak ketika Willis menarik tangannya lembut. Irisnya tak henti berlarian kesana kemari mengamati bagaimana indah desain interiornya. Tak henti bibirnya berdecak kagum, semua pengunjung juga terlihat dari kalangan elit.

Seorang pelayan menyambut kedatangannya bersama Willis dengan senyum ramah. Kemudian mengantar mereka kesalah satu meja yang letaknya sedikit dijung, tepat disamping jendela besar yang menampakkan pemandangan luar restoran.

"Silahkan tuan" pelayan tadi menyodorkan buku menu pada keduanya.

"Kau mau pesan apa?" Baekhyun mendongak menatap Willis yang masih sibuk membolak balik buku menu. Ia tak tahu harus pesan apa, semua makanannya begitu mahal.

Baekhyun menggaruk pipinya sambil mata kembali pada serentetan menu disana "Entahlah, aku bingung."

Willis mengangkat wajahnya "Kau bisa pesan apapun yang kau mau"

Baekhyun terdiam sejenak, kemudian menutup buku menunya. "Pesankan saja yang sama denganmu"

"Baiklah kalau begitu"

Pelayan itu tersenyum kemudian pergi untuk menyiapkan hidangan setelah mencatat pesanan keduanya.

"Aku tak menyangka kau mengajakku ke restoran seperti ini, lihatlah kurasa aku salah kostum"

Willis terkekeh mendengar Baekhyun mengeluh. Mereka berdua menjadi dekat setelah bekerja bersama selama beberapa hari terakhir. Jadi tak ada rasa canggung lagi sekarang. Willis adalah pribadi yang serius, akan sangat jarang menemukan pria itu tersenyum apalagi terkekeh seperti sekarang ini.

"Tidak masalah, kau tetap terlihat cantik tak peduli apapun yang kau kenakan"

Baekhyun menggelengkan kepala "Aku seorang pria, akan lebih bagus jika kau memujiku dengan tampan"

"Kau tampan dan cantik"

Si manis itu memutar bola matanya bosan. Ini bukan pertama kali seseorang memujinya cantik "Terserah kau saja kalau begitu"

Tak lama kemudian pelayan datang membawa hidangan yang mereka pesan. Meletakkan makanan dan minum itu dengan rapu diatas meja. "Silahkan menikmati" ia tersenyum ramah sebelum akhirnya meninggalkan kedua manusia itu.

Untuk beberapa saat yang terdengar hanyalah suara dentingan alat makan, juga lantunan musik klasik yang memenuhi restoran. Baekhyun yang tidak nyaman dengan suasana hening membuka pembicaraan.

"Makanannya enak sekali, kau sering datang kemari?"

Willis mengangguk "ini adalah menu favorite ku. Dan yah, aku sering datang kemari, semacam pengunjung tetap"

Baekhyun mengangguk-anggukan kepala mengerti. Mulutnya tak berhenti mengunyah sambil telinga terfokus dengan apa yang Willis ujarkan. "Kau sering datang bersama kekasihmu?" bukan tanpa alasan Baekhyun menanyakan itu, restoran ini begitu mewah dan begitu kental dengan suasana romantis. Tentu saja otomatis otaknya berpikir kearah sana.

"Aku tidak memiliki kekasih"

Yang bersurai brunette dengan cepat mengangkat kepala. Menatap Willis sambil menyipitkan matanya "Mana mungkin seorang Dashkov masih melajang?"

"Kau sendiri?"

Baekhyun mengerjap, tak mengira mendapati pertanyaan serupa. "Aku tidak tertarik menjalin hubungan semacam itu" jawabnya dengan lugas.

Willis menenggak minumnya, kemudian tersenyum tipis. "Kalau begitu kesempatanku terbuka lebar" mulutnya berujar lirih.

"Hm?" Baekhyun yang tak mendengar dengan jelas mengangkat kedua alisnya.

"Tidak. Ada sesuatu diatas bibir mu"

"Benarkah? Dimana?" si mungil itu meletakkan alat makannya. Mengusap bagian atas bibir dengan asal, mencoba menghilangkan sesuatu yang Willis maksud.

"Biar kubantu, jika tak keberatan" Willis telah mengangkat tangannya dengan berbekal tisu ditangan. Baekhyun tanpa sungkan mengiyakan, mendekatkan wajahnya pada pria itu agar lebih mudah ia bersihkan.

"Sudah"

"Terimakasih"

"Aku tidak tahu jika kau orang yang cukup kekanakan dan ceroboh"

Dahinya mengerut tak terima, untuk ceroboh Baekhyun akui ia memang seperti itu. Tapi untuk kekanakan ia tak setuju dipanggil demikian. "Aku tidak kekanakan!"

"Lihatlah, kau bahkan merajuk karena dipanggil kekanakan!"

"Yah!" bentakan itu sontak membuat tawa Willis pecah. Ia tak tahu jika menggoda Baekhyun akan se begini menyenangkan. Baekhyun yang mendengar tawanya tanpa sadar ikut tertular senyum.

Untuk beberapa saat mereka berdua saling tertawa bersama hingga manik yang lebih sipit tanpa sengaja menatap keluar jendela. Senyumnya memudar begitu matanya bertabrakan dengan bulat pria diluar sana. Menemukan Chanyeol yang tengah berjalan beriringan dengan Jane dan Jackson ditengah-tengah mereka.

Tatapan datar Chanyeol layangkan kearahnya, sedang Jackson sibuk berceloteh dengan Jane. Luput mengetahui kehadiran Baekhyun didalam restoran. Tautan mata terputus ketika yang lebih tinggi berlalu begitu saja. Mengabaikan Baekhyun seolah dirinya bukanlah apa-apa.

...

..

.

TBC


Halooo lama sekali aku tidak update cerita ini. Maaf ya buat yang nungguin.

Makasih banyak untuk yang sudah baca cerita ini, dan juga para pembaca yang telah meninggalkan jejak baik berupa follow atau favorite, apalagi yang menyempatkan memberikan komentar terimakasih banyak.