Pagi itu di rumah Hinata, di depan kaca, pantulan sang gadis terlihat. Bibir dipoles serupa buah ceri. Rambut panjang dicatok hingga bergelombang, make up natural dengan soft lens bening. Ia memilih setelan berwarna lavendel dengan kemeja putih. Seperti biasa memakai celana bahan panjang senada dan sepatu hak hitam.
Hari ini adalah hari yang dinanti oleh Hyuuga Hinata.
...
Kumpulan para wartawan memenuhi ruangan jumpa pers siang ini. Para pemeran drama terbaru yang ditulis oleh Fujikaze Yukie, terlebih dahulu melakukan sesi foto. Wanita paruh baya dengan rambut panjang hijau gelap itu, duduk di tengah-tengah, kemudian disusul oleh para pemain drama. Mereka duduk sesuai dengan peran mereka masing-masing. Sang tokoh utama duduk di samping kiri dan kanan sang penulis.
Yamanaka Ino datang dengan dress putih selutut, ia duduk di samping kiri Yukie. Sementara itu Uchiha Sasuke sebagai pemeran utama laki-laki, duduk di samping kanan. Di kejauhan, Hyuuga Hinata berdiri sambil memandang penuh kebanggaan. Ia tidak bisa menyembunyikan senyum kemenangan, ketika mengingat saat pertama kali Yukie mengetahui bahwa Ino berhasil memenangkan audisi peran utama wanita.
Perempuan dengan rambut seperti rumput itu, membulatkan matanya sebentar, menatap sinis, sebelum tersenyum seperti tidak ada yang terjadi. Oh, betapa bahagia Hinata berhasil membuat Yukie bungkam. Tidak ada seorangpun yang boleh meremehkan aktris-nya.
Setelah acara jumpa pers, kemudian interview perorangan selesai. Ino dan Hinata akan pergi bertemu dengan tim produksi filem, yang bertugas menggarap drama 'Switching'. Mereka pergi ke gedung studio sore itu juga, bersama dengan beberapa aktris, termasuk Uchiha Sasuke dan Fujikaze Yukie.
Setibanya mereka di gedung studio, Hatake Kakashi menyambut di depan pintu lobby. Untuk projek drama yang sudah dipastikan akan booming ini, tentu saja tim yang akan menggarap drama adalah sutradara terkenal, yaitu Hatake Kakashi bersama tim.
"Senang bekerja sama denganmu lagi, Hinata-san, Ino-san." sapa Kakashi lebih dulu saat mereka bertemu.
Hinata membalas jabat tangan Kakashi dengan senyuman ramah. "Begitu juga dengan kami. Senang kembali bergabung dengan projekmu, Kakashi-san."
"Hm, jadi kalian satu projek di drama The Secret of me and my boss?" cetus Yukie tiba-tiba. "Kemampuan anda tidak buruk juga, Kakashi-san. Senang bekerja sama denganmu." katanya lagi, lalu melenggang pergi memasuki gedung.
Kakashi dan Hinata saling tatap, seakan berkomunikasi melalui telepati. Sang gadis hanya mengangkat bahu membalas, ketika salah satu alis sang sutradara terangkat. setelahnya merekapun pergi menuju lantai lima, di mana tempat meeting dilakukan.
Akhirnya rapat sebelum melakukan kegiatan syuting pertama, selama dua jam selesai. Satu persatu mereka keluar dari ruangan. Hinata bersama Ino keluar paling terakhir bersama kakashi. Saat berada di koridor menuju lantai dasar, manik perak itu menangkap sosok tegap yang sudah setahun ini tidak ia jumpai.
"Ino kau bisa turun duluan bersama Kakashi, tunggu aku di mobil." Hinata menengok sebentar, takut kehilangan sosok yang ia cari. "Aku akan segera kembali, bye!" tanpa menunggu jawaban Ino, gadis itu sudah berjalan cepat agar dapat menyusul pria yang sudah mulai menjauh.
"He-hei! tunggu sebentar!" Hinata mencoba memanggil laki-laki berjaket hitam dengan rambut pirang pendek di depan. "Hei! Uzumaki Naruto-san!"
Saat nama itu terucap, pemuda yang berjalan sekitar dua meter dari Hinata sontak berhenti. Naruto memutar badan, seperti biasa, ia masih setia dengan masker hitam menutupi separuh wajah, hanya mata biru lautnya yang terlihat.
Setelah berhasil menyusul Naruto, sang gadis tersenyum lebar, "Hai! apa kau ingat aku?"
Naruto yang hanya diam saja, membuat Hinata mengira, bahwa pria itu tidak mengingatnya. Terlebih sampai berakhirnya projek drama tahun lalu, keduanya belum bertukar nomor kontak. Tentu menjadi hal wajar jika sang pria lupa padanya.
"Hyuuga-san?" suara berat itu terdengar ragu, mata biru langit mengerjap pelan. "Hyuuga Hinata-san?" tanyanya lagi memastikan.
Hinata mengangguk dengan senyuman lebar, senang pria itu mengingatnya. "Benar, aku Hyuuga Hinata yang dulu sempat menawarimu menjadi model."
"Ah! Mohon maaf, aku tidak cepat mengenalimu karena kau terlihat sedikit berbeda." Naruto segera membungkuk meminta maaf, "Ini pertama kalinya aku melihatmu tanpa kacamata, serta rambutmu digerai seperti ini." katanya lagi memberi alasan.
"Tidak apa-apa, hari ini aku memang full armor karena ada urusan penting," Hinata tertawa pelan sambil mengibaskan rambut panjangnya. "Apa kau sudah tahu, kalau kita akan kembali satu projek di drama terbaru?"
"Sudah, aku dengar beritanya dari Kakashi-san."
Hinata mengulurkan tangannya, mengajak pria itu untuk berjabat tangan. "Mohon bantuannya selama beberapa bulan ke depan, Naruto-san."
"Um, begitu pula denganku." Naruto membalas jabat tangan.
Setelah menarik kembali tangannya, Hinata berkata sebelum berbalik pergi. "Baiklah, aku harus kembali ke kantor agensi, sampai bertemu dua hari lagi di lokasi syuting."
"Um, sampai nanti."
Punggung mungil itu berbalik pergi, agak berlari kecil sambil melihat jam tangan di tangan kiri. Setelah sosoknya menghilang dibalik kerumunan, Naruto memutar badan. Ia menarik masker hitamnya agak ke atas. Sebelum melangkah kembali membawa barang-barang ke lokasi syuuting.
...
"Hei, baru pulang?" Suara pintu terbuka disusul sosok pemuda berambut pirang muncul di ambang pintu. Naru tersenyum manis, namun tak lama keningnya berkerut samar. Mata biru langit itu memerhatikan dari atas kebawah, kembali lagi ke atas.
"Penampilanmu hari ini tidak seperti biasanya." Ia melangkah, seakan mengikuti seseorang di depannya memasuki ruang tamu. "Rambut digerai, bibir merah. Memang ada acara apa hari ini?"
Senyum manis di awal pertemuan perlahan memudar. Ia mendekat, memaksa lawan bicaranya terhimpit antara dinding dan badan kekarnya. Bibir tebal pemuda pirang itu basah, akibat sesekali menggigit bibir bawahnya.
"Kau tanya aku kenapa?" Naru mendengkus pelan. Wajahnya tiba-tiba mendekat, menatap dalam lawan bicaranya. "Hari ini kamu cantik, dan entah berapa banyak laki-laki yang melirikmu, menatapmu. Memikirkannya saja sudah membuatku kesal."
Raut wajahnya perlahan berubah, mulai melembut. Ia bersandar dengan menggunakan salah satu lengannya sebagian tumpuan. Naru menurunkan tatapannya, bibir tebal itu tersenyum kecut.
"Melihatmu di depan pintu hari ini, aku seperti kedatangan seorang bidadari." nada suaranya berubah merajuk, "Jangan tampil cantik selain di depanku, paham?"
"Aish! masih tanya lagi." Naru mendesah kesal, "Tentu saja karena aku tidak mau kau dilirik orang lain!"
Beberapa detik mata biru laut itu menatap lurus, seakan berusaha menyampaikan sebuah rasa. Sebelum ia kemudian menurunkan tatapannya, mematikan kamera, lalu duduk sambil mendesah pelan.
"Sial! setahun tidak bertemu, dia malah semakin menawan." Naru menoleh, beranjak dari duduk kemudian melangkah mengambil sebuah sapu tangan yang ia simpan rapi di atas kotak merah.
"Hyuuga Hinata, aku merindukanmu."
.
.
.
Continue...
