Seorang pahlawan terlupakan oleh sejarah. Itulah legenda yang telah ada sejak manusia mulai bercerita dan terus bercerita akan sesuatu yang pernah terjadi di masa lampau
Mereka menceritakan kisah dimana seorang pria dengan baju besi berlutut di depan seorang Ratu bersumpah akan melayaninya seumur hidupnya
Menjadi baju besinya, menjadi jiwanya dan menjadi hatinya
Itulah sumpahnya
Kisah itu bercerita dimana dia hidup di sebuah kerajaan dimana kerajaan hidup dengan damai dimana dia hidup dengan kekasih yang ia cintai.
Kehidupannya harus menemui tragedi ketika kerajaan itu terseret perang panjang yang di lakukan umat manusia di dunia.
Dia berusaha keras melindungi semuanya namun keegoisan itu justru membawa petaka baginya
Ia tak mampu melindungi semuanya sekaligus yang akhirnya ia jatuh ke dalam kegelapan hidupnya dimana menyaksikan orang terkasihnya meninggal satu persatu di depan matanya.
Kisah sang Hero harus berakhir ketika harus menemui ajalnya.
Legenda itu terus hidup bersama dengan umat manusia yang terus berperang satu sama lain.
Namun jiwanya masih hidup bersama dengan legenda itu.
Dia hidup dan terus melayani vassal hingga akhir waktu.
Gilbert H. Alcott. Itulah nama Sang legenda
-0-
Di perbukitan, seorang pria yang terlihat seperti berusia akhir 20 tahunan berdiri menatap lembah dimana pemandangan hutan rimbun terlihat di matanya
Di tengah heningnya suasana lembah, pikirannya melayang-layang ke sebuah kenangan indah.
'Aku mencintaimu'
Sebuah kenangan dimana seorang biarawati yang tersenyum padanya.
Ia tak bisa menutup kesedihan yang menerpanya ketika menatap tangan kirinya.
Walau disana tidak ada apa-apa tapi di matanya ia melihat sebuah cincin, cincin usang yang pernah ada di dalam hatinya.
'Apa kabarmu disana?'
'Apa kau baik-baik saja? Apa kau bahagia? Apa kau tahu, aku merindukanmu'
Matanya menatap lembah namun pikirannya membayangkan sebuah tebing dimana dibawahnya terdapat kota yang pernah dia tinggali dulu.
Disana, di tempat itu dia memiliki kenangan indah dan pahit
Namun kali ini ia tidak bisa mengulangi lagi hal itu, fakta kalau dia masih hidup di tubuh lain dengan kenangan masih sama seperti dulu justru sangat menyakitkan baginya.
Tanpa sadar setitik air mata mulai mengalir di sudut matanya.
Dia menangis sedih ketika mengetahui bahwa dia tidak bisa mengulangi semuanya. Dia tak bisa kembali ke sisinya, dan tak bisa lagi melihatnya selamanya.
'Claire'
Ucapnya di dalam pikirannya sambil membawa satu tangannya ke kedua matanya berusaha mengusap air mata yang masih mengalir.
"Aku tidak akan membiarkan nasib menyedihkan seperti terulang"
'Aku tahu kau masih di tubuh ini, dan ingat ini nak. Cepat atau lambat kau harus mengambil alih tubuhmu dan hidup seperti biasanya, karena aku hanyalah penumpang disini'
Seolah bagaikan sedang menatap seseorang ia berkata dengan sangat jelas di dalam kepalanya berharap anak itu bisa mendengarkannya.
(whussh) Sebuah hembusan angin pelan terdengar di telinganya, aura mencekam dan suara yang sangat hening mendadak tercipta diikuti sebuah kabut tipis menyelimuti sekitarnya.
'Aku merasakan sesuatu'
Ucapnya di dalam pikirannya ketika merasakan kehadiran seseorang tak jauh darinya
Saat ia menarik pedangnya dan berbalik badan bersiap menghadapi siapa yang datang namun sesuatu yang datang dari balik kabut membuatnya menjatuhkan pedangnya terdiam dalam shock akan apa yang ia lihat.
"C...Claire!?"
Seorang wanita dengan pakaian biarawati berjalan mendekatinya, senyuman yang sama persis dengan yang dia ingat.
"Claire! Ini aku! Apa kau ingat!"
Dia langsung berlari kearah sister itu berusaha memeluknya namun ia langsung menembus wanita itu seolah-olah dia transparan.
"C. . Claire?! ... Kenapa? Kenapa!"
Ia berusaha meraih tangan Claire namun setiap kali ia berusaha menyentuhnya ia selalu menembus tubuh Claire.
"Kenapa! Kenapa aku tidak bisa!"
Bentaknya saat tidak bisa menyentuh Claire, sosok Claire hanya diam tersenyum sedih menatap dia yang tak mampu menyentuhnya.
Saat sosok itu mulai berjalan kearahnya ia bisa melihat bagaimana wajah itu yang sama persis dengan apa yang di ingatnya
"..."
Sosok itu menyentuhnya namun tangan transparan itu justru tak bisa menyentuh apapun.
Claire yang menyentuh wajahnya hanya bisa tersenyum sedih saat perlahan wujudnya perlahan mulai transparan.
"T..tunggu!"
"Jangan pergi!"
"Claire!"
Namun percuma, sosok wanita itu mulai menghilang bersamaan dengan kabut yang menyelimuti tempat ini, meninggalkan dia sendirian dengan wajah shock penuh emosi yang tak terkendali.
"Claire!"
Ia terduduk di tanah dengan wajah yang tak bisa di jelaskan dengan kata-kata selain kesedihan yang sangat jelas tergambar di dirinya.
Ia duduk disana menatap langit biru cerah yang telah bersih dari kabut. 'Claire...'
Ia berusaha menahan, menahan air matanya yang akan keluar dari sudut matanya.
"Claire... "
Ia menangis, menangis lepas ketika melihat bayangan itu namun ia tak bisa melakukan apapun.
-0-
Di sisi lain, seorang gadis muda dengan rambut perak memiliki sepasang telinga rubah yang memiliki warna sama dengan rambut panjangnya, berjalan-jalan di sekitaran bukit mencari seseorang.
'Dimana Master?'
Ia kembali berjalan mencari keberadaan seseorang yang di panggilnya sebagai master
Dia adalah seorang pria dengan penampilan seperti laki-laki dewasa di awal 20an dengan rambut berwarna pirang natural namun memiliki wajah yang aneh.
Aneh yang di maksudkan gadis ini, karena gadis ini memiliki kekuatan mata yang berbeda dimana mata normalnya dapat melihat ke sosok sebenarnya siapapun itu dan kekuatan lainnya bisa melihat langsung ke aura manusia sehingga apa yang ia lihat dari sosok laki-laki itu adalah sosok manusia dewasa yang kemungkinan berusia 30 tahunan namun memiliki wujud manusia berusia 17 tahun disaat yang sama.
sedikit membingungkan namun itulah yang sebenarnya ia lihat melalui matanya, karena itulah ketika ia pertama kali bertemu dengan manusia ini di kandang segel yang pertama ia lihat adalah sosok sebenarnya manusia wadah yang menjadi tempat dia di segel.
Cukup aneh tapi itulah kenyataannya
"Kabut?"
Kabut tipis mulai menyelimuti sekitarnya.
Ia terus berjalan menyusuri jalan setapak dimana jalan ini membawanya kearah atas tebing yang menghadap langsung ke lembah.
"Claire!"
Sebuah suara teriakan terdengar, "Master?"
Pikirnya sambil mempercepat langkah kakinya. Ia terus berlari melewati beberapa pepohonan menuju sumber suara itu
"Master? Dimana kau?"
Ia berjalan dan terus berjalan berusaha mencari dimana keberadaan pria itu hingga perlahan kabut mulai menipis.
"Master?"
Ia melihat seorang pria terduduk di tanah dengan wajah penuh kesedihan dan apa yang menyakitkan di dalam hatinya adalah melihat Masternya menangis.
"Master?! Apa yang terjadi!"
Ia bergegas kearahnya berusaha melihat keadaan dia, namun..
"Pergi! Jangan mendekat!"
"M..master?"
"Kumohon, tinggalkan aku! Jangan kacaukan hidupku lebih jauh dari ini"
Bentak laki-laki itu dengan nada frustrasi, Kurama melihat Masternya yang menangis depresi hanya bisa merengut sedih namun setiap kali ia berusaha menyentuh sang Master bentakan lain kembali terdengar.
Ia terus di bentak oleh Master namun Kurama masih menolak menyerah, "Master..."
Dia dengan cepat menangkap masternya ke dalam pelukan berharap Masternya bisa tenang.
"Master... Tenangkan lah dirimu. Aku disini"
"..."
"Tidak ada yang perlu kau khawatirkan"
Keduanya masih diam, dia hanya membiarkan dirinya di peluk oleh gadis kecil ini selama beberapa menit sebelum akhirnya ketenangan membawa pikirannya ke dunia realita.
"...Hey... Sesak sekali disini"
Protesnya ketika masih di peluk oleh gadis ini, ketika ia berkomentar seperti itu spontan Gadis bertelinga rubah itu melepaskannya dengan wajah memerah.
"Argh!... K...kenapa master! Kenapa kau berkomentar seolah-olah aku gendut!"
Protes Kurama dengan cara yang lucu, yang membuat Kurama tidak terima dengan komentar seperti itu adalah ekspresi wajah masternya yang terlihat sangat datar seolah-olah ia tidak senang sama sekali karena di peluk oleh wanita cantik seperti dia
"Pfft"
"Hahaha..."
"fuuu?" Kurama memiringkan wajahnya sedikit kebingungan apa yang lucu sehingga membuat masternya tertawa.
Dia adalah Gilbert H. Alcott atau yang sekarang memiliki nama Naruto Uzumaki, seorang penumpang gelap di tubuh anak ini
Ketika kenangan buruk menyelimuti pikirannya ia tak pernah menyangka kalau yang akan menghiburnya adalah seorang anak perempuan yang lucu.
"Apa sih yang lucu?!"
Kurama mulai tidak sabar ketika melihat Masternya masih tertawa lepas. Namun dia tidak menjawabnya selain berdiri dan mulai berjalan kearah Kurama yang masih duduk diam di tanah.
"fueh?!"
Sebuah sentuhan lembut terasa di kepalanya.
"Tidak ada, aku cuma bersyukur kau ada disini. Kurama-chan"
Ia mengusap kepalanya dengan penuh kasih sayang, Kurama melihat kedua mata Master dan yang ia lihat adalah tatapan seorang pria dewasa yang melihat kearah putrinya.
"...m...ma..master... pyuuuu"
Memerah, dan menunduk dengan perasaan malu menyerangnya ketika di tatap seperti itu membuat Kurama hanya bisa terdiam membiarkan Masternya mengelusnya hingga beberapa menit.
'Master mengelus ku! Master mengelusku!'
Bagaikan kaset rusak, isi kepala Kurama di penuhi perasaan senang dan aneh di saat yang sama ketika di perlakukan manja seperti ini.
'A...aku mau di manja...'
Tanpa sadar ekornya melayang-layang ke kanan dan kiri, Naruto/Gilbert yang melihat ekor itu hanya bisa menahan diri dari keinginan untuk menyentuhnya.
Jauh dari tempat mereka berada, di kastil tempat sang Miko berada. Mizuki Silvia dan Miko Shion saling menatap satu sama lain.
"Silvia aku tidak tahu apakah cerita dari pria itu bisa di percaya atau tidak. Tapi aku ingin kau tahu, waktu kita tidak banyak. Ku rasa kau sudah tahu tentang kebangkitan salah satu jenderal iblis Mouryou"
"Tentu aku tahu"
"Jadi kenapa kau malah terlihat santai! Apa kau tidak tahu kehancuran yang akan datang kalau segel itu rusak?!"
"Fufu... Jangan khawatirkan soal itu. Aku yakin kalau kami bisa mengatasinya"
"Kami?"
"Ya, aku berbicara tentang si rubah kecil dan pria dunia lain itu"
"..."
Shion hanya bisa terdiam, melihat bagaimana santainya Silvia. "Sebaiknya kau jangan terlalu menganggap remeh akan sesuatu, Silvia-sama"
"Ehehe... Kenapa tiba-tiba formal begitu?"
"Apa segitu takutnya kau dengan iblis kecil itu"
"..."
Keduanya jatuh dalam diam, namun Silvia hanya tersenyum gelap ketika memikirkan sesuatu yang secara tidak sengaja terlintas di pikirannya
-0-
"Eternal Blade"
Sebuah gumaman keras terdengar di sebuah tempat, di area tempat itu terjadi pertarungan hebat diantara sekelompok manusia bersenjata pedang dan banyak alat tajam lainnya
Lawan yang mereka semua hadapi adalah seorang wanita dewasa dengan rambut putih terikat dengan sebuah mahkota di kepalanya mengenakan gaun putih yang sangat anggun untuknya.
Princess, itu adalah kata yang tepat untuk menggambarkan sosok perempuan itu yang sedang berdiri menatap lawannya dengan senyuman tajam
"Fufufu… apa hanya itu saja kemampuan kalian?!"
Ejeknya pada mereka yang masih berdiri di kejauhan tidak berani bergerak setelah wanita itu melepaskan kekuatan aneh yang memiliki sinar berwarna putih bagaikan sinar matahari pagi yang menyilaukan namun sangat aneh
Pedang besar yang di pegangnya bersinar terang seolah-olah menandakan bahwa dia adalah keturunan dari para Angels membuat suasana takut semakin mencekam diantara mereka
"Kumohon, ampuni kami!"
Mereka sontak berlutut di depan wanita itu tak berani membantah ataupun bergerak di depannya
"Hm~ Bagus kalau kalian mengerti"
Ia tersenyum bangga. 'Tapi aku tidak menyangka kalau mereka akan melakukan hal ini'
Wanita ini adalah Hyuuga Hanarita, seorang keturunan suci dari klan Hyuuga yang memiliki kekuatan langsung dari para leluhur dan memiliki kekuatan yang datang dari surga.
Misi dia kali ini hanya menyangkut mengenai investigasi soal perbatasan, normalnya dia membawa skuad para bocah itu ke dalam misinya namun karena mempertimbangkan ini adalah misi berbahaya ia tidak mau membahayakan nyawa muridnya
"Nona, terima kasih banyak telah mengalahkan para bandit yang telah mengancam desa kami! Kami sangat bersyukur anda datang"
Beragam pujian dari penduduk mulai menghujaninya dan sontak itu membuatnya blushing malu karena ia tidak menyangka kalau pujian yang datang akan seperti ini
Ketika situasi mulai kondusif, Hanarita kembali berpamitan dengan penduduk desa dan melanjutkan misinya yang juga kebetulan bersamaan dengan misi ini saat ia terima di desa
Misi ini adalah,
'Akan ku cari dan ku hancurkan kalian berdua'
'Iblis dunia'
Ancam Hanarita ketika menatap langit biru, pikirannya tertuju ke sosok pemuda aneh yang memiliki aura orang dewasa namun memiliki tubuh anak remaja yang tak lebih dari berusia 17 tahun
Lalu satu lagi adalah seorang gadis remaja kecil yang juga memiliki aura misterius yang sama dengan laki-laki itu, Mizuki Silvia
Di tengah berjalan menyusuri jalanan hutan yang cukup lebat ia melihat beragam pemandangan indah dimana beberapa diantaranya seperti danau kecil dan sungai jernih yang di penuhi oleh ikan yang hidup dengan damai
Ketika ia duduk di samping sungai itu menatap ikan-ikan, sebuah senyuman terbentuk di wajahnya. 'Kedamaian ini, aku pastikan akan tetap terjaga selama aku hidup'
Gumamnya ketika melanjutkan perjalanan ke sebuah tempat dimana para iblis hidup
Disana dia akan membantai mereka dan menegakkan keadilan demi umat manusia
Jauh dari tempatnya, Mizuki Silvia, Naruto Uzumaki/Gilbert, dan the Silver Fox Kurama kembali melanjutkan perjalanan setelah urusan dengan sang miko selesai.
"Hei, Ruto, apa kau tahu tentang gunung api yang berjarak 3 hari darisini?"
"Tidak, apa kau tahu sesuatu tentang itu?"
"Hm….. Tidak"
Ia hanya bisa mendesah pasrah dengan gadis ini, entah kenapa gadis ini selama perjalanan mereka meninggalkan kastil dia mulai sedikit agresif berbicara dengannya
"Muuu…. Master, apa ada yang mengganggumu?"
Tanya kurama saat merasakan sebuah perasaan aneh yang di pancarkan dari masternya
Sejak Kurama keluar dari segel, Kurama dan Ruto memiliki ikatan aliran energi independen dimana demi menjaga nyawanya Kurama harus menyisakan hampir seperempat dari kekuatannya di dalam segel agar nyawa Ruto tak terancam, hal ini baru ia tahu sejak Kurama menjelaskan semuanya saat urusan mereka di tebing selesai
Mengingat soal itu
'.….'
Ruto menatap Kurama yang tersenyum riang berjalan menyusuri jalanan bersama dengan mereka membuatnya sedikit senang, entah kenapa insting ayah nya berkata kalau dia sangat ingin memanjakan anak ini
Tanpa sadar tangannya bergerak ke kepala Kurama dan spontan itu langsung mendapat reaksi kaget dari Kurama yang tak siap akan hal mendadak itu
"FUE?! M…Master…"
"EH!"
Silvia yang berada di sampingnya ikut terkejut akan hal itu, Ruto yang masih tersenyum halus mulai mengelus kepala Kurama dengan lembut membiarkan perasaan lembut rambutnya itu memanjakan pikirannya
"Apa yang kau lakukan Ruto!"
Kali ini Silvia langsung menarik tangannya dari kepala Kurama dan langsung menatapnya dengan tatapan tajam menuntut penjelasan
Ketika ia tak menjawab selain melanjutkan langkah kakinya meninggalkan Silvia yang masih menuntut jawaban, seketika Silvia langsung menyusul Ruto dengan wajah marah
Namun Kurama…. "….Kuuuuuu…. M…master….." Ia memerah malu-malu memegang kepalanya yang kembali di elus lembut seolah-olah sedang di manjakan oleh Master
-0-
Aku bermimpi sesuatu yang aneh
Mimpi yang terlalu nyata untuk ku sebut sebagai mimpi
"hick….hick….. J…Jangan pernah kau lupakan kami!"
"M…Master!… Jangan pergi!"
'Jangan menangis kalian berdua'
Aku berusaha menenangkan mereka berdua yang menangis, namun tanganku terasa transparan dan sebuah cahaya menyinari tubuhku seolah-olah aku merasa aku akan hilang dalam beberapa saat lagi
'Oh? Jadi ini, waktunya'
Aku tersenyum kearah mereka berdua
"Jangan nakal kalian berdua, aku serahkan semuanya pada kalian"
"Master!"
"RUTO! Jangan pergi! Aku tidak akan pernah memaafkanmu!"
Namun percuma saja, kekuatanku terasa menghilang, setelah pertarungan terakhirku aku merasa kalau inilah saatnya. Saat dimana alasan keberadaanku ada di dunia ini telah hilang dan
'Claire…. Tunggu lah aku'
Ucapku dalam batin sambil membiarkan diriku perlahan menghilang melihat mereka berdua yang menangis sedu putus asa berusaha menahan tubuhku dari menghilang namun semua itu percuma
Mimpi?
Takdir?
Waktu dan ingatan dimana aku pernah ada tidak akan pernah hilang dan itulah yang membuatku cukup senang
….….
'Sampai jumpa'
