Selamat membaca!
Chapter 5: Searching Members Part 2
Mereka berdua, Naruto dan Raynare saling menatap dengan pandangan tajam. Keduanya menunjukkan raut wajah serius. Naruto masih belum berhenti mengetukkan pedangnya ke bahu kanan. Sedangkan Raynare, ia menciptakan pedang cahaya lain di tengan sebelah. Rupanya gadis beriris mata ungu itu menguasai aliran pedang Nitoryuu.
"Hoo~ aku tidak menyangka kau menguasai teknik aliran dua pedang." Komentar Naruto.
Raynare menyeringai sombong. "Apakah ini membuatmu takut?"
"Tentu saja tidak."
Keduanya kembali melesat, beradu pedang, saling jual beli serangan yang dikuasai. Mereka melakukan gerakan sangat cepat, bahkan dalam satu detik bunyi gesekan pedang dapat didengar sebanyak lima kali. Naruto yang hanya memiliki satu pedang tentu saja perlahan mulai tersudutkan. Ia tidak bisa selamanya menangkis pedang terlalu lama karena Raynare pasti akan menggunakan pedang lainnya untuk menebas Naruto.
'Merepotkan.' Batin Naruto.
Remaja pirang itu mendapatkan celah, ia tidak menyia-nyiakan kesempatan yang ada dan mengarahkan pedang emasnya menuju tangan kanan Raynare.
Syat!
Raynare mundur ke belakang untuk menjaga jarak, ia melihat tangan kanannya mengeluarkan darah. Naruto berhasil melukainya. Raynare mendecih kesal, pemuda di depannya benar-benar memiliki kemampuan kenjutsu yang hebat. Gadis itu kemudian menatap Naruto yang sedang memainkan pedangnya.
"Boleh juga," puji Raynare.
"Hn. Teknik Nitoryuu-mu masih lemah dan belum bisa mengalahkan teknik pedangku, gadis lemot."
"Lemot?!"
"Benar. Kau adalah gadis lemot. Aku baru menyadarinya beberapa saat setelah kau mengingat nama Namikaze Naruto. Bukannya tadi Grayfia-sensei sudah mengatakannya saat pertandingan hendak dimulai? Dan mungkin juga kau memiliki sifat pendengar yang buruk, bukan begitu?" Tanya Naruto dengan seringai tipis.
Ada benarnya juga apa yang dikatakan remaja pirang itu. Grayfia sudah menyebutkan nama Naruto dan Raynare baru sadar setelah pertarungan di mulai? Apakah dia memang tipe gadis yang lemot pada situasi sekitar dan pendengar buruk?
"Cih, berhentilah mengejekku dasar kepala duren!"
"Ohoho, maaf saja namaku bukan kepala duren."
[Accel]
Naruto menghilang dari tempatnya berdiri dan muncul sedetik kemudian di hadapan Raynare. Mata gadis itu terbelalak kaget karena tiba-tiba kecepatan Naruto bertambah drastis. Tubuh Raynate tidak siap untuk bertahan karena serangan mendadak ini.
Naruto yang selama ini mengamati pergerakan Raynare menemukan taktik untuk menyerang dengan efektif. Sebenarnya sejak pertandingan dimulai, ia hanya mengikuti alur pertarungan yang gadis itu buat untuk membaca gerakan Raynare. Sejak awal, Naruto merasakan musuhnya bukan petarung biasa, Raynare memang sombong namun setelah berada di pertarungan maka fokus gadis itu hanya akan tertuju pada musuh.
Crash!
Naruto berhasil menebaskan pedangnya yang membuat perut Raynare mengeluarkan darah. Gadis berambut hitam itu segera menjaga jarak sambil menyetuh luka yang ada di perutnya. Raynare mengusap keringat yang mengalir di wajahnya setelah menghilangkan kedua pedang cahaya. Ia meringis kesakitan namun fokusnya masih tetap pada Naruto.
'Sial! laki-laki ini memiliki pergerakkan yang cepat. Apakah dia menguasai teknik Accel? Kemungkinan besar begitu. Cih, jadi selama ini dia menahan diri dan tidak mengeluarkan seluruh kemampuannya. Aku harus mengubah gaya bertarungku.' Batin Raynare lalu menciptakan lingkaran sihir.
[Light Spear]
Raynare mengeluarkan lima Light Spear dari lingkaran sihir itu. Kali ini ukurannya lebih besar dari yang pertama. Naruto menahan semua serangan Raynare menggunakan pedangnya untuk mengubah laju tombah cahaya. Kerusakan terjadi di mana-mana setelah tombah cahaya itu menghantam dinding pembatas arena pertandingan. Remaja pemilik elemen emas itu lalu menghilangkan pedangnya, ia sudah tahu Raynare mengubah gaya bertarung dari jarak dekat ke jarak jauh. Seperti sebelumnya, Naruto akan mengikuti alur pertarungan Raynare. Ia melompat ke belakang untuk menjaga jarak. Kali ini mereka sama-sama berada di sisi arena.
"Ada apa denganmu? Apa kau masih ingin mengikuti alur pertarungan yang kubuat?" Tanya Raynare dengan suara meninggi agar Naruto bisa mendengarnya.
"Seperti itulah. Lagi pula aku ingin mengetes kemampuanku dalam bertarung jarak jauh." Jawab Naruto. 'Dan sebenarnya aku tidak terbiasa dengan pertarungan jarak jauh. Mungkin ini saatnya yang tepat untuk menciptakan teknik sihir elemen emas untuk pertarungan jarak jauh selain teknik peluru emasku.' Lanjut Naruto dalam hati.
"Hn. Kalau begitu coba tahan serangan ini!" Teriak Raynare sambil menciptakan lingkaran sihir yang jauh lebih besar dari ukuran normal.
Dari lingkaran sihir itu, Raynare mengeluarkan ratusan tombak kecil yang melesat cepat pada Naruto. Tombak kecil yang diciptakan Raynare belum berhenti keluar dari lingkaran sihir. Itu berarti Raynare melakukan serangan beruntun tanpa jeda. Gadis itu kehilangan banyak Mana.
[Golden Wall]
Naruto membuat dinding emas yang lebih tebal dan tinggi dari biasanya lalu menunduk. Untuk sementara waktu ia akan bertahan sambil memikirkan strategi yang tepat. Remaja pirang itu cukup yakin dinding emasnya dapat menahan serangan tombak cahaya beruntun Raynare.
'Sekarang, coba pikirkan serangan apa yang efektif untuk jarak jauh. Pertama tombak emas, meskipun bisa dipakai serangan jarak jauh namun karena ukurannya yang besar akan memperlambat lajunya dan kemungkinan besar Raynare bisa menghindari itu. Kedua adalah peluru emas, meskipun ukurannya kecil dan memiliki kecepatan tinggi, aku yakin orang seperti Raynare bisa menahan dengan membuat pedang cahaya. Lagi pula serangan yang kecil mudah ditahan.' Pikir Naruto, di balik dinding sana Raynare masih belum menyelesaikan serangannya.
'Satu-satunya teknik yang paling efektif untuk serangan jarak jauh adalah cepat-beruntun-meluas. Aku harus menguasai serangan yang memiliki kecepatan tinggi, lalu menyerang secara beruntun dari segala arah untuk memperluas jangkauan serang, itulah teknik cepat-beruntun-meluas. Tapi aku belum bisa melakukan itu menggunakan pengendalian Mana level 3. Aku belum menguasai teknik membuat elemen emas dari ketiadaan.' Naruto terdiam selama beberapa detik sampai akhirnya kedua mata biru langit itu membulat, ia menyadari sesuatu. 'Kenapa aku tidak kepikiran dari tadi! Aku hanya perlu menciptakan lingkaran sihir sebagai media untuk mengeluarkan teknik.' Setelah menemukan teknik yang efektif, bibir Naruto membentuk senyum tipis.
Raynare memberhentikan serangannya lima detik kemudian. Keringat membanjiri tubuhnya karena terlalu banyak menggunakan Mana. Naruto yang mengetahui serangan Raynare berakhir langsung menghilangkan dinding emas yang hampir tertembus itu. Sebelum dihilangkan dinding emas buatan Naruto sudah berlubang sana-sini dan hampir tembus. Dinding emas Naruto cukup kuat untuk menahan 200 tombak cahaya kecil Raynare, mengagumkan.
Naruto berdiri, menatap percaya diri pada gadis yang telihat kelelahan di sebrang. "Kelihatannya kau sudah menggunakan Mana terlalu banyak, apa melelahkan? Sayangnya usahamu tidak membuahkan hasil sedikit pun."
"Diam! Aku masih memiliki cukup Mana untuk mengalahkanmu!" Bentak Raynare.
"Begitukah? Kalau memang benar maka buktikan! Tapi sebelum kau membuktikan itu aku akan terlebih dahulu mengalahkanmu!"
"Mengalahkanku? Sebelum kau mengatakan itu tunjukkan padaku serangan jarak jauh yang kau miliki! Aku cukup yakin kau tidak memiliki serangan jarak jauh yang efektif." Raynare menyeringai yakin.
Naruto menghela nafas lalu memejamkan kedua mata, berkonsentrasi atas pengendalian Mana. Dua detik kemudian tercipta ledakan Mana dari tubuh Naruto, ia sekarang diselimuti oleh aura berwarna emas transparan. Semua yang melihat itu terbelalak kaget karena warna Mana Naruto berbeda dari warna normal yaitu biru. Tidak lama kemudian tercipta lingkaran sihir berwarna emas di sekitar Naruto, total jumlah lingkaran sihir itu adalah …,
'Hanya 10 lingkaran sihir yang bisa kuciptakan ya? Lumayan untuk awalan, aku sudah bisa menciptakan lingkaran sihir sebanyak itu. Selanjutnya adalah …,'
Dari lingkaran sihir itu keluar pedang emas yang berbeda bentuk, ada hasil replika pedang asli dan sisanya hasil imajinasi.
Raynare kaget dengan mata membulat, keringat dingin membanjiri wajahnya. 'M-mustahil bocah seperti dia dapat menciptakan lingkaran sihir sebanyak itu … s-siapa dia sebenarnya?'
Naruto menghela nafas sebelum tersenyum, kedua tangannya dilipatkan di depan dada. "Jadi bagaimana? Apa yang akan kau lakukan dengan serangan ini? menghindari? Sepertinya mustahil." Kata Naruto.
"Jangan sombong!"
"Aku hanya membalas kesombonganmu." Balas Naruto dengan nada naik satu oktaf, tangan kanannya lalu menunjuk Raynare. "Jadilah korban pertama dari teknik baruku ini."
[Swords of Babylon]
Kesepuluh pedang itu melesat mengincar targetnya secara bertahap. Raynare buru-buru membuat lingkaran sihir pertahanan. Pedang pertama berhasil ditangkis, namun itu mengakibatkan sihir pertahanannya retak. Raynare tidak bisa bertahan lagi, ia lalu berusaha menghindari pedang ke dua yang mengarah padanya. Ia bisa menghindar namun pedang ke tiga sebentar lagi menuju arahnya.
Crash!
Sebelah kaki Raynare tertebas mengakibatkan keseimbangnnya hilang, ia terjatuh. Kedua matanya kembali melebar saat melihat pedang keempat mengincar kepalanya. Sekali lagi Raynare bisa selamat dari kematian. Namun masih ada enam pedang yang sebentar lagi sampai pada dirinya. Ia berusaha sekuat tenaga untuk menghindari segala serangan namun hanya dua yang berhasil dihindari. Selebihnya terkena dan tertusuk.
"Hosh … hosh … hosh …." Nafas Raynare memburu karena tekanan ketakutan dan kelelahan. Kedua kakinya berlutut karena tidak sanggup berdiri akibat kaki yang tertusuk oleh pedang emas Naruto. Darah mengalir di beberapa bagian tubuh gadis itu yang terkena serangan.
'Untuk percobaan pertama cukup sukses. Selanjutnya aku tinggal meningkatkan jumlah serangan dan pengendaliannya.' Batin Naruto menganalisis kekurangan serangannya.
Naruto menghilangkan kesepuluh lingkaran sihir itu lalu membuat satu pedang emas di tangannya. Ia merendahkan kuda-kuda kakinya sambil menyiapkan pedang di samping pinggang. Posisi Naruto saat ini seperti hendak mengeluarkan katana dari sarungnya.
"Ini adalah serangan penutup." Gumam Naruto.
[Ittoryuu Iai: Shishi Sonson]
Crash!
"Arghhh!"
Naruto menebas bahu Raynare cukup dalam dengan cepat, darah mengalir deras mengotori seragam sekolah gadis itu. Raynare berusaha tetap sadar sambil menengok Naruto yang ada di belakang dengan gerakan patah-patah.
"Terima kasih karena kau telah mengajakku bertarung. Berkatmu aku memiliki serangan jarak jauh baru yang lebih efektif dan satu langkah lebih kuat." Kata Naruto lalu menghilangkan pedang emas berlumuran darah itu.
"S-siapa … kau … s-sebenarnya?" Tanya Raynare lemah lalu jatuh abruk tidak sadarkan diri.
"Bukankah tadi kau mengetahui namaku? Dasar wanita aneh." Gumam Naruto sambil melihat tubuh Raynare lalu menghela nafas panjang. 'Haah … sepertinya teknik tadi menguras cukup banyak Mana.'
"Melihat Raynare yang luka parah dan pingsan, maka pemenang pada pertandingan kali ini adalah Namikaze Naruto sebagai yang ditantang. Sesuai peraturan yang tertera, harga kepala Namikaze Naruto akan ditambah harga kepala Raynare yang berjumlah 40.000.000. Total harga kepala Namikaze Naruto adalah 60.000.000."
Seluruh penonton bersorak keras setelah Grayfia menyatakan pemenangnya. Samar-samar Naruto mendengar kata-kata asing yang semakin ke sini semakin jelas.
"Golden Magic. Golden Magic. Golden Magic."
"Golden Magic, aku?" Gumam Naruto sedikit bingung. Apakah ia akan memiliki julukan seperti itu? Naruto angkat bahu saja, tidak mempermasalahkan julukannya. Lagi pula julukan itu cukup keren dan masuk akal dengan kekuatan Naruto. Remaja pirang itu kemudian pergi meninggalkan arena colosseum.
Sasuke, Lee, dan Erza terlihat sudah menunggu di depan gerbang colosseum. Naruto berjalan santai menghampiri mereka. Semua murid sudah keluar dari tadi dan pergi ke gedung utama untuk mempersiapkan pelajaran selanjutnya karena jam istirahat akan segera berakhir.
"Selamat atas kemenanganmu." Kata Sasuke.
"Hn. Terima kasih." Balas Naruto.
Lee lalu berdiri berhadapan dengan Naruto dan langsung membungkuk 90 derajat, Naruto cukup kaget dengan kelakukan Lee yang mendadak ini. "Naruto-kun, terima kasih karena kau sudah berusaha untuk menyelamatkanku dari Raynare-senpai. Aku sangat menghargai kebaikanmu. Kalau boleh aku ingin membalas budi. Tolong sebutkanlah keinginanmu! Aku akan berusaha sekuat tenaga untuk mengabulkannya." Kata Lee tegas.
Naruto memberi kode pada Lee untuk tegak, Lee menuruti kode Naruto. "Pertama-tama aku lakukan apa yang menurutku benar, kata terima kasih saja sudah cukup untukku. Lagi pula aku mendapatkan keuntungan karena telah berusaha menolongmu. Jadi tidak perlu berlebihan seperti itu, ano …,"
"Rock Lee."
"Ah ya. Lee, kau tidak perlu berlebihan seperti itu."
"T-tapi aku ingin sekali membalas budi pada siapa saja yang menolongku. Kumohon sebutkan keinginanmu, kedua orang tuaku mengajarkan bahwa jika ada orang yang berbuat baik padaku maka aku harus membalasnya dua kali lipat." Lee tetap berdiri pada pendiriannya.
Naruto menghela nafas, ia tersenyum tipis, sangat tipis sampai tidak disadari oleh mereka. "Baiklah. Kalau begitu bergabunglah dengan kami, Familia Club."
"Dengan senang hati aku akan bergabung. Aku akan membantu Familia Club semampuku." Kata Lee semangat.
"Bagus. Sekarang tinggal mencari dua orang lagi untuk memenuhi syarat membuat klub baru." Kata Sasuke.
Erza yang baru tahu Naruto dan Sasuke sedang membuat klub baru merasa tertarik. "Apa alasan kalian membuat klub baru?" Tanya Erza menarik perhatian semua orang.
"Aku dan Sasuke memiliki tujuan untuk menaikkan peringkat menuju 16 besar agar bisa mengikuti turnamen enam bulan sekali. Sekaligus kami ingin mencari dan membantu anggota yang ingin menaikkan peringkat." Jawab Naruto sebagai ketua klub.
"Kalau begitu kenapa kalian tidak bergabung dengan klub yang lebih kuat? Seperti Butterfly Club." Erza kembali bertanya.
Sasuke tersenyum tipis. "Kami tidak membutuhkan anggota yang kuat. Tapi kami membutuhkan anggota yang memiliki rasa kekeluargaan tinggi. Kami sudah sepakat akan mencari anggota yang peduli pada teman-temannya sekali pun dia seorang Mike atau Pochi, kami tidak peduli. Yang menjadi tolak ukur kami adalah sifat kekeluargaan dan peduli pada temannya." Jawab Sasuke dengan bangga namun nadanya hanya naik sedikit.
Erza tersenyum lembut. 'Aku baru melihat klub baru yang mencari anggota dengan tolak ukur seperti itu. Sangat jarang. Sepertinya akan menarik jika aku ikut bergabung.' Batin Erza. "Kalau begitu bolehkah aku bergabung dengan kalian?"
Sasuke mengalihkan pandangannya pada Naruto yang menutup kedua mata, sekarang remaja pirang itu sedang melihat isi hati Erza. Lima detik kemudian Naruto membuka kedua matanya dan tersenyum.
"Aku terima."
"Yosh! Sekarang Familia Club memiliki empat anggota. Memangnya berapa anggota untuk memenuhi syarat?" Tanya Lee semangat.
"Lima." Jawab Naruto singkat. "Kami telah memiliki satu lagi kandidat. Kita akan menemuinya sekarang. Biasanya dia jam segini ada di mana, Sasuke?" Tanya Naruto.
"Di kelas. Kalau begitu cepat kita temui sebelum bel-"
Teng! Tong! Teng! Tong!
Perkataan Sasuke terpotong oleh suara bel yang keras. Mereka semua menghela nafas.
"Kita temui dia sesudah pulang sekolah. Erza, Lee temui aku di kelas. Sasuke, kau minta padanya agar jangan langsung keluar kelas dulu. Mengerti?"
"Hn."
"Ossu."
"Oke."
Mereka berempat lalu berjalan menuju gedung utama tempat kelas mereka berada. Lee berada di kelas 1-E sehingga ia paling pertama masuk kelas diikuti oleh Erza di kelas 1-C. Kini tinggal Naruto dan Sasuke. Pemuda berambut emo itu mendekatkan dirinya pada Naruto untuk berbisik.
"Bagaimana dengan hati mereka?" Tanya Sasuke sepelan mungkin.
"Tidak ada masalah. Mereka memiliki hati yang baik. Bahkan laki-laki bernama Lee itu tidak menaruh benci pada siapapun terlebih pada Raynare. Lee adalah orang yang tidak suka membenci orang lain meskipun mereka berbuat jahat padanya. Aku yakin Lee suatu saat akan menjadi orang kuat karena ketegaran hatinya. Mungkin jika aku yang berada di posisi Lee pasti aku sudah menyimpan dendam besar pada Raynare." Jawab Naruto sambil tersenyum ketika mengingat-ingat saat ia memeriksa hati Lee.
"Hn. Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Dan aku juga sependapat denganmu. Aku tidak mungkin bisa memiliki sifat seperti itu." Kata Sasuke. "Bagaimana dengan Erza?"
"Dia adalah gadis yang baik meskipun sifatnya sedikit menjengkelkan. Tapi aku merasakan sifat kekeluargaan yang tinggi di dalam hatinya, tidak jauh berbeda denganmu."
"Maksudmu?"
"Kurang lebih dia memiliki sifat yang sama sepertimu. Menyembunyikan rasa kekeluargaan di balik sifat tegas dan pendiam. Seperti itulah." Jawab Naruto sambil terkikik kecil.
"Terserah."
Naruto yang sudah sampai di depan pintu kelasnya berpamitan dengan Sasuke. "Kalau begitu sampai sini saja. Ingat perkataanku, jangan sampai lupa!"
"Aku bukan orang pelupa." Kata Sasuke sambil berlalu pergi.
Naruto kemudian masuk ke kelasnya.
Setelah proses kegiatan belajar mengajar selesai, Erza dan Lee segera menghampiri Naruto yang sedang merapihkan buku catatan. Mereka berdua menunggu cukup lama di depan pintu karena tiba-tiba bangku Naruto dikerumuni oleh banyak siswi saat hendak pergi. Para siswi itu membicarakan tentang kehebatan Naruto yang mengalahkan Raynare, mereka juga mengajak remaja pirang itu bermain bersama. Erza yang melihat Naruto kewalahan menghela nafas sebelum mendatangi calon ketuanya.
"Ehem." Gumam Erza untuk mendapatkan perhatian. "Maaf mengganggu tapi Naruto sudah punya janji denganku. Jadi aku harap kalian memberikan jalan untuknya." Kata Erza lalu mengganggam tangan Naruto dan menariknya pergi dari kerumunan.
"Ahhh Naruto-kun sudah punya pacar."
"Aku sakit hati!"
"Aku harap ini hanyalah mimpi."
Erza yang mendengar suara-suara itu menghela nafas lelah. Ini pasti akan jadi bahan omongan yang tentu saja akan mengganggunya. Gadis merah itu berharap gossip tentang dirinya tidak akan menyebar dan berhenti sampai di kelas 1-B.
"Maaf merepotkanmu Erza, aku tidak diberi waktu oleh mereka untuk berbicara." Kata Naruto.
"Tidak usah dipikirkan. Kau hanya harus terbiasa menjadi orang terkenal."
"Umm, terima kasih atas sarannya dan … mau sampai kapan ka uterus memegang tanganku?"
Erza cepat-cepat melepaskan genggaman tangannya ketika ia baru sadar karena perkataan Naruto. Gadis berambut merah itu memalingkan wajahnya untuk menyembunyikan rona merah tipis.
"A-ayo cepat ke kelas Sasuke!" Kata Erza mendahului Naruto dan melewati Lee yang masih menunggu di depan kelas. Akhirnya Naruto berjalan bersama Lee menyusul Erza ke kelas 1-A.
Di dalam kelas Sasuke sudah menunggu bersama seorang gadis berambut hitam sebahu. Ia memiliki kulit putih dan bibir berwarna merah muda. Erza yang sampai duluan berdiri di samping Sasuke tanpa sepatah katapun. Tidak lama setelah kedatangan Erza, terlihat Naruto dan Lee yang memasuki kelas dan mendekati Sasuke.
"Yo Sasuke, jadi dia orang yang kau maskud?" Tanya Naruto sambil melihat gadis bersurai hitam itu.
"Hn."
Naruto menatap gadis yang sedang berdiri itu dengan senyuman. "Perkenalkan, Namaku Namikaze Naruto. Aku datang ke sini untuk memintamu bergabung dengan klub baru kami yang bernama Familia Club."
Gadis itu membungkuk sopan sebelum memperkenalkan diri. "Namaku Mikasa Ackerman, salam kenal Naruto-san. Aku telah diberi tahu oleh Sasuke tentang Familia Club, dan sepertinya akan menyenangkan jika aku bersama kalian. Mohon bimbingannya." Kata Mikasa lalu membungkuk lagi.
"Terima kasih karena sudah mau bergabung. Aku tidak menyangka Mikasa akan menerima secepat itu." Kata Naruto.
"Sasuke bilang kalau Familia Club berisi orang baik dan menyenangkan, itu sebabnya aku bersedia bergabung."
"Begitu ya, yosh! Familia Club sudah memiliki lima anggota, itu artinya kita telah memenuhi semua syarat yang ada. Ayo pergi ke ruang OSIS untuk meresmikan klub ini." Kata Naruto semangat. Mereka berjalan bersama menuju ruang OSIS.
Sekarang Naruto, Sasuke, Lee, Erza, dan Mikasa sudah menghadap ketua OSIS yang duduk di kursinya ditemani oleh Tsubaki yang berdiri di samping Sona. Naruto menatap antusias Sona yang sedang mengambil mengambil beberapa dokumen di laci mejanya.
"Aku tidak menyangka Namikaze-kun dan Uchiha-kun mendapatkan calon anggota secepat ini. Yah, tapi aku tidak terlalu terkejut mengingat siapa ketuanya. Dan aku juga mengucapkan selamat atas kemenanganmu tadi, Namikaze-kun." Kata Sona yang sudah meletakkan beberapa dokumen di atas mejanya, ia lalu memeriksa satu per satu dokumen itu.
"Terima kasih, Kaichou." Kata Naruto.
Beberapa saat kemudian Sona sudah selesai memeriksa dokumen. "Tidak ada masalah. Kalian semua belum terdaftar di klub manapun. Jadi kalian bisa membuat klub baru." Kata Sona lalu membenarkan letak kacamatanya, ia mengambil selembar kertas dan diserahkan pada Naruto. "Itu adalah formulir untuk membuat klub. Isilah dengan benar."
"Baiklah." Gumam remaja pirang itu sambil menerima kertas yang diberikan Sona. Naruto kemudian mengisi dengan cermat formulir itu seperti nama klub, anggota, dan lainnya. Setelah selesai ia menyerahkan kembali formulir itu pada Sona.
Gadis berambut hitam sebahu itu menerimanya dan memeriksa lagi. Semua yang diisi benar. Sona lalu mengambil cap OSIS, itu adalah tanda resmi permintaan membuat klub terkabulkan. Mereka berdua, Naruto dan Sona sama-sama menandatangani formulir itu di kolom yang sudah tertera. Sekarang Familia Club telah resmi berdiri. Sasuke dan lainnya tersenyum antusias.
"Sebelum kami menunjukkan ruangan klub kalian, aku harus memberi tahu beberapa hal penting tentang kewajiban klub," Kata Sona menatap Naruto serius.
"Apa itu?"
"Pertama, setiap sebulan sekali semua ketua klub wajib menyerahkan laporan berisi perkembangan seluruh anggotanya, baik dari segi harga kepala sampai nilai mata pelajaran. Ingat! Klub bertujuan untuk membantu satu sama lain menjadi lebih baik. Jika dalam setiap bulannya seluruh anggota berkembang maka klub itu tidak ada masalah. Tapi jika tidak ada perkembangan atau memburuk, maka kami akan mengeluarkan surat peringatan sampai pada surat pembubaran klub." Jelas Sona.
Naruto mengangguk singkat. "Aku mengerti, intinya dengan terbentuknya klub kami harus lebih berkembang dari sebelumnya. Lalu selanjutnya?"
"Kedua, tidak boleh ada perselisihan antar klub. Boleh saja jika itu menyangkut perekrutan anggota, kalian bebas melakukan cara apapun untuk mendapatkan anggota tapi setidaknya jangan membuat kerugian pada klub lain. Bersainglah dengan sehat."
"Kalau itu tenang saja."
"Lalu terakhir, batas maksimal anggota klub adalah lima belas orang termasuk ketua. Tidak boleh lebih dari itu."
"Baiklah kami mengerti Kaichou."
"Bagus, kalau tidak ada yang ditanyakan maka temanku, Wakil Ketua OSIS bernama Tsubaki Shinra akan mengantarkan kalian ke ruang yang akan digunakan sebagai markas klub."
Tsubaki membungkuk singkat, "Izinkan aku menuntun jalan."
Tempat yang akan digunakan sebagai markas Familia Club berada cukup jauh dari gedung utama namun dekat dengan asrama dan sisi hutan. Ruang atau aslinya bangunan berlantai dua yang berukuran cukup besar ini berada di depan tembok pembatas sekolah. Ketika Naruto menengok ke kiri, ia melihat asrama dan pepohonan lebat yang dijadikan tempat latihan pagi hari, dan ketika ia menengok ke kanan Naruto akan melihat gedung yang dijadikan gudang. Tempat ini cukup jauh dari colosseum maupun training ground.
"Dulunya bagunan ini adalah markas klub yang telah dibubarkan. Mulai sekarang kalian yang akan menempatinya. Ini kunci pintunya." Kata Tsubaki sambil menyerahkan sebuah kunci pada Naruto.
"Terima kasih."
"Kalau begitu aku izin undur diri karena masih ada pekerjaan di ruang OSIS."
"Baiklah, sekali lagi terima kasih Tsubaki-senpai."
Setelah kepergian Tsubaki, Naruto dan teman-temannya memasuki bangunan itu. Mereka melihat ruangan bercat putih dengan perabotan lengkap seperti kursi, meja, lemari dan lainnya. Di sini juga ada dapur untuk memasak. Mereka lalu melihat ke lantai dua namun tidak ada apa-apa, hanya ruang kosong yang sedikit berdemu. Pihak sekolah hanya menyediakan perlengkapan di lantai satu. Sisanya anggota klub yang melengkapi.
Mikasa yang duluan menuruni tangga melihat pintu di belakang. Ia lalu menyuruh yang lainnya untuk mengikutinya. Mereka berlima tidak menemukan apa-apa di halaman belakang selain tembok tinggi dan tempat untuk menanam bunga. Kebanyakan bunga itu telah dicabut oleh pemilik sebelumnya bangunan ini.
"Sepertinya halaman belakang cocok untuk dijadikan tempat bersantai dan berpesta." Kata Lee.
"Benar juga, hanya saja tempat ini jarang tersorot sinar matahari karena tembok tinggi ini." Kata Erza sambil melihat ujung tembok di atas. Tembok ini kira-kira memiliki tinggi 5 meter.
"Apa salahnya jika tidak terkena sinar matahari? Selama masih bisa dipakai untuk tempat bersantai dan jarang orang melihat itu sudah cukup." Kata Naruto yang melihat-lihat sekitar.
"Hanya saja kita kekurangan perabotan." Timpal Sasuke.
"Apakah kita bisa meminjam kursi di gudang sekolah?" Tanya Mikasa.
Sasuke menggeleng. "Tidak ada gunanya, semua kursi di gudang hanya untuk pelajaran, bukan untuk berantai. Itu tidak cocok."
Naruto jadi teringat ruangan tempat klub Rias. 'Apa interior ruangan itu memang dari sananya atau Rias yang merubah? Dan sepertinya sofa empuk, meja, hiasan lainnya tidak mungkin disediakan oleh sekolah. Perabotan yang ada di ruang klub Rias jauh berbeda dengan yang ada di sini. Mungkinkah kita bisa membeli barang untuk perlengkapan markas klub? Mungkin saja.' Batin Naruto. Ia lalu meminta perhatian semua anggotanya. "Untuk saat ini kita kesampingkan dulu masalah perlengkapan markas. Aku ingin kita memperlihatkan kekuatan yang dikuasai. Hmm, sebaiknya kita langsung pergi ke traingin ground." Kata Naruto yang membuat Erza menatapnya sedikit khawatir.
Mereka kemudian pergi menuju training ground, Erza terlihat ragu-ragu untuk mengambil langkah. Perasaannya tidak tenang karena training ground bukan tempat yang bisa dibilang aman. Ia memiliki alasan tersendiri kenapa perasaannya gelisah.
Sasuke yang berada paling belakang menatap Erza bingung. "Ada apa? Cepat jalan atau kau akan terpisah." Kata pemuda emo itu sambil mendahului Erza.
"B-baiklah."
Perlu waktu sepuluh menit bagi mereka untuk sampai di lapangan luas yang terdapat berapa pohon. Ini adalah Training Ground 1, bisa dibilang letak training ground berada di seberang markas Familia Club. Ukuran training ground ini cukup luas untuk pertarungan jarak jauh. Di sini para murid bisa dengan leluasa mengasah kemampuan yang dimiliki.
Setelah semua anggota berkumpul Naruto mulai bicara. "Seperti yang kalian tahu, aku memiliki sihir elemen emas sebagai senjata utama untuk bertarung. Kalian mungkin telah melihat beberapa teknik elemen emas saat aku bertarung." Kata Naruto sambil membuat sebuah pedang emas di tangannya. Ia lalu menghilangkan pedang itu dan menatap Sasuke. "Selanjutnya kau, Sasuke. Aku penasaran apa kekuatanmu."
"Hn." Sasuke menghela nafas lalu memejamkan kedua matanya, saat ia membuka mata semuanya bisa melihat iris mata pemuda emo itu berbuah menjadi merah dan terdapat tiga tomoe yang berputar pelan. "Sihir yang hanya dimiliki oleh keluarga Uchiha, [Sharingan]. Dengan mata ini aku bisa memprediksi gerakan musuh dan melihat kapasitas Mana, serta masih banyak lagi." Jelas Sasuke.
"Apa masih ada lagi?" Tanya Lee menatap mata Sasuke dengan berbinar.
Sasuke lalu menciptakan lingkaran sihir berwarna ungu, dari lingkaran sihir itu keluar katananya. "Dan sihir penyimpanan, tapi sihirku hanya bisa menyimpan beberapa benda saja."
"Hmm begitu," gumam Naruto sambil mengusap dagunya. "Lalu kalau Erza?"
Siswi berambut merah itu berkonsentrasi, lingkaran sihir lalu mengelilingi tubuhnya. Seketika tubuh Erza diselimuti oleh armor berwarna abu-abu.
[Armor Magic: Heart Kreuz Armor]
"Sihirku adalah aku bisa memunculkan dan mengganti armor yang kumiliki. Selain itu aku mempunyai sihir penyimpanan untuk menyimpan semua senjataku. Naruto sudah melihatnya tadi pagi bukan?" Tanya Erza.
Naruto mengangguk, "Jadi sihir penyimpanan ya …,"
Selanjutnya Naruto menatap gadis yang lain. Mikasa yang mengerti itu lalu berkonsentrasi, beberapa saat kemudian tubuhnya melayang layaknya gaya gravitasi tidak berpengaruh pada Mikasa. Ia bisa dengan bebas melayang dan terbang.
"Sihirku bisa menetralkan semua gaya gravitasi benda yang kusentuh, baik itu benda mati atau makhluk hidup." Kata Mikasa.
"Kemampuan yang hebat." Puji Naruto.
Dan terakhir semua memandang Lee, yang dipandang pun menggaruk kepala karena gugup dan mungkin malu. "S-sebenarnya aku tidak memiliki sihir apapun. Sejak aku lahir kapasitas Mana dalam diriku jauh dari kata normal. Aku tidak bisa meningkatkan kapasitas Mana dengan cepat meskipun sudah berlatih lima kali lipat lebih keras dari yang lain. Oleh sebab itu aku hanya menguasai teknik bela diri tangan kosong saja." Jelas Lee sambil membungkuk maaf pada Naruto.
"Jadi begitu. Kami tidak masalah apapun kekuranganmu Lee, jadi angkat kepalamu dan jangan meminta maaf. Kau tidak salah apa-apa." Kata Naruto.
Lee menatap Naruto dengan air mata haru yang hendak keluar. "N-naruto-kun … Naruto-kun … terima kasih banyak."
"Sama-sama. Kalau begitu ayo kita mulai latihannya!"
"Ossu!" Kata mereka serempak.
Mereka berlatih selama satu jam di training ground. Latihan mereka tidak terlalu berat karena baru pertama kali. Naruto dan yang lainnya hanya mengetes serta meningkatkan pengendalian Mana. Sesekali mereka juga bertukar teknik pedang dan sparring ringan. Setelah satu jam berlalu mereka memutuskan menyudahi latihan dan kembali ke markas klub untuk membicarakan sesuatu yang penting.
Erza yang berada paling belakang menghela nafas lega karena selama di sini mereka tidak mengalami kejadian yang tak mengenakkan. "Syukurlah dia tidak ada di sini." Gumam Erza lalu berlari kecil untuk menyusul teman-temannya.
Di dalam perjalanan, Sasuke teringat kalau ia lupa membawa pedangnya. Kusanagi Sasuke tertinggal di training ground. Pemuda emo itu kembali ke sana untuk mengambil senjata miliknya dan menyuruh mereka agar pergi duluan ke markas.
Naruto, Lee, Erza, dan Mikasa sudah sampai di markas. Mereka akan memulai pembicaraan setelah Sasuke datang. Erza iseng melihat dapur dan menemukan teh serta air panas. Gadis itu lalu membuatkan lima teh panas untuk menyegarkan diri setelah lelah berlatih. Mereka menunggu Sasuke sambil menyesap teh masing-masing. Waktu terus berlalu sampai 15 menit namun Sasuke tidak muncul-muncul.
"Aneh, Sasuke tidak biasanya lama seperti ini." Kata Mikasa.
"Benar. Aku jadi khawatir padanya. Lebih baik kita menyusul Sasuke." Kata Naruto.
Mereka lalu menyusul Sasuke ke training ground dan melihat pemuda emo itu tergantung di dahan pohon dengan wajah babak belur. Naruto dan yang lainnya membulatkan mata kaget lalu segera menolong pemuda Uchiha itu. Erza yang paling menatap takut dengan pandangan sulit diartikan, ia juga banyak mengeluarkan keringat seperti sedang melihat makhluk yang sangat kuat.
"Sasuke, kau kenapa? Apa kau berkelahi dengan orang lain? Siapa lawanmu?" Tanya Naruto bertubi-tubi karena khawatir.
Sasuke menatap lemah Naruto, kedua sudut bibirnya mengeluarkan darah. "S-si … [Captain] …," gumam pemuda itu lalu meringis kesakitan.
"Captain? Siapa dia? Berani-beraninya dia berbuat seperti ini pada temanku. Apa ada yang mengenalnya?" Tanya Naruto pada yang lain dengan sorot pada tajam.
Semua terdiam, tidak ada yang menjawab. Bagi mereka yang telah bersekolah lebih lama dari Naruto, tentu saja mereka kenal. Hanya saja masalahnya murid yang disebut [Captain] itu orang yang sangat berbahaya. Mereka tidak mau menjawab karena khawatir Naruto akan menantangnya bertarung. Namun, Mikasa dan Lee menatap kaget pada Erza yang membuka suara.
"A-aku tahu," kata Erza takut.
"Beri tahu aku!"
"O-orang yang dijuluki [Captain] adalah murid kelas 3-B yang menduduki nomor 3 dalam jajaran peringkat harga kepala. Hak istimewanya adalah menguasai training ground, selama dia berada di sini, dia bebas melakukan apapun dan pada siapapun tanpa takut akan diberi hukuman. N-naruto, kuharap kau tidak gegabah menantangnya bertarung. Kau tidak sebanding dengannya." Kata Erza menatap khawatir Naruto yang sudah berdiri dengan kedua tangan terkepal erat.
"Peringkat 3 yah … aku tahu namanya. Dia berada di kelas 3-B, bukan?" Tanya Naruto sambil menatap Erza dengan mata yang sudah dipenuhi amarah. "Aku tidak peduli dia berada di peringkat 3! Aku tidak peduli dia lebih kuat dariku! Aku tidak bisa diam saja melihat temanku seperti ini. Yang sekarang aku inginkan adalah …
.
.
.
… MENGHAJARNYA!"
Setelah ucapannya, Naruto berjalan pergi untuk menemui orang berperingkat 3 dengan julukan [Captain] itu.
Bersambung
[09/05/2021]
